• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dalili dalil Al Quran tentang Shalat Fin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Dalili dalil Al Quran tentang Shalat Fin"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

BA B I

PERI N T A H MEN DI RI KA N

SH A LA T

halat adalah rukun Islam kedua. Untuk belajar shalat kita berpedoman pada tuntunan shalat dari buku-buku dan dari penjelasan guru-guru agama. Dan kini bisa melalui media elektronik.

Menurut ahli, di dalam Al Qur’an dijumpai 30 perintah mendirikan shalat, 27 buah diantaranya disatukan dengan perintah membayar zakat. Ini berarti bahwa bagi yang melaksanakan shalat, mereka juga wajib menunaikan zakat apabila telah memenuhi syarat.

Mendirikan shalat artinya melaksanakan shalat sesuai dengan tuntunannya. Mulai dari cara berwuduk, bertayamum, mandi, berniat untuk shalat, takbir, sampai salam, disiplin waktu, dan shalat secara kontinyu.

Nah, apa yang kita sajikan dalam tulisan ini adalah dalil-dalil tentang shalat berdasarkan Al Qur’an saja beserta sedikit penjelasannya. Sebab itu kita akan menelusuri Al Qur’an terkait dengan shalat fardhu dan beberapa shalat sunat. Dengan harapan, kita tidak melakukan shalat hanya menurut apa yang diajarkan oleh guru-guru agama saja atau apa yang kita baca dalam buku-buku tuntunan shalat yang umumnya tidak menyebutkan sumber hukumnya. Di bawah ini akan penulis sajikan dalil-dalil tentang shalat tersebut demi kesempurnaan pengetahuan dan praktek shalat kita di kemudian hari.

(2)

Ayat yang Memerintahkan Mendirikan Shalat

Di dalam Al Qur’an banyak sekali kita jumpai perintah mendirikan shalat dengan berbagai redaksi. Kita ambil beberapa contoh diantaranya:

1. Al Baqarah [(2):3]:

WDS

Ä

.k

ª

Ä

cXT

QQSQ

ƒ

¡

“……..dan (marilah) mendirikan shalat/……and perform ash-shalat (iqamat ash-shalat)”.

2. Al Baqarah [(2):43]:

“Dan dirikanlah shalat dan bayarlah zakat, dan ruku’lah bersama-sama orang-orang yang ruku’/ And perform ash-shalat (iqamat ash-shalat) and give zakat, and bow down (or submit yourselves with obedience to Allah) along with ar - raki’iina”.

“Dan mohon pertolonganlah kamu dengan shalat dan sabar/ And seek help in patience and ash-shalat (the prayer)”.

(3)

ketundukan dan kepatuhan / Guard strictly (five obligatory) ash-shalat (the prayers) espscially the middle shalat (i.e. the best paryer – ‘Asr)”.

5. Al Baqarah [(2):277]:

“…..dan mereka mendirikan shalat dan (mereka) menunaikan zakat, maka bagi mereka pahala di sisi Tuhan mereka, …/….. and perform ash-shalat (iqamat ash-shalat), and give zakat, they will have their reward with their Lord ….”.

(4)

7. Hud [(11):114]:

”Dan dirikanlah shalat pada dua tepi siang dan pada permulaan malam …./And perform ash-shalat (iqamat ash-shalat) at the two ends of the day and in some hours of the night (i.e. the five compulsary shalat/prayers….”).

8. Al Isra’ [(17):78]:

“Dirikanlah shalat dari tergelincir matahari sampai malam telah gelap dan bacalah Al Qur’an di waktu Fajar, sesungguhnya membaca Al Qur’an di waktu Fajar disaksikan (dihadiri oleh Malaikat yang bertugas di malam hari dan yang bertugas di siang hari) / Perform ash-shalat (iqamat ash-shalat) from mid-day till the darkness of the night (i.e. the Zuhr, ‘Asr, Maghrib, and ‘Isha’ prayer), and recite the Qur’an in the early dawn. Verily, the recitation of the Qur’an in the early dawn is ever witnessed (attended by the Angles in charge of mankind of the day and the night”).

(5)

“Dan dari sebagian malam, shalat tahajudlah sebagai shalat sunat bagimu, mudah-mudahan Tuhan akan mengangkatmu ke tempat yang terpuji / And in some parts of the night (also) offer the shalat (the prayer) with it (i.e. recite the Qur’an in the prayer), as an aditional prayer (tahajjud optional prayer - nawafil) for you (O Muhammad saw). It may be that your Lord will raise you to Maqam Mahmud [(station of praise and glory i.e. the honour of intercession on the Day of Resurrection “)].

(6)

12. Al ‘Ankabut/Laba-laba [(29):45]:

“Bacalah Kitab, yang diwahyukan kepada engkau, dan tetaplah mengerjakan shalat, sesungguhnya shalat itu menghalangi dari (mengerjakan) perbuatan keji dan kesalahan. Sesungguhnya mengingat Allah itu amat besar mamfaatnya, dan Allah itu mengetahui apa yang kamu kerjakan / Recite (O Muhammad saw) what has been revealed to you of the Book (the Qur’an) and perform ash-shalat (iqamat ash-shalat). Verily, ash-shalat (the prayer) prevents from al fasha’ (i.e. great sins of every kind, unlawful sexual intercourse) and al munkar (i.e. disbelief, polytheism, and every kind of evil wicked deed) and the remembering (praising) of (you by) Allah (in front of the Angle) is greater indeed [than you remembering (prasing) of Allah in prayers. And Allah knows what you do”].

13. Al Kausar [(108):2]:

(7)

Demikianlah beberapa contoh perintah mendirikan shalat yang tersebar pada beberapa surah/ayat. Tentu pada surah/ayat yang lain masih ada. Perintah shalat tersebut mulai dari era Nabi Ibrahim as, Nabi Luqman as, Nabi Musa as, Nabi ‘Isa as, sampai ke masa Nabi Muhammad saw.

Apakah Perintah Shalat

Baru ada Setelah Nabi Muhammad saw ‘Isra’ Mi’raj?

Sebagaimana telah sama-sama kita ketahui bahwa, Al Qur’an diturunkan secara bertahap dalam kurun waktu lebih kurang 23 tahun. Termasuk surah ‘Isra’ (17) yang diturunkan di Makkah. Ayat pertama surah ini menginformasikan tentang ‘Isra’ Nabi/Rasul saw. Dalam hadits yang diceritakan oleh Malik bin Sa’sa’ah r.a, Nabi saw menyatakan bahwa beliau ‘Isra’ dan menerima perintah shalat lima kali sehari semalam (H.R. Bukhari Vol. 4, hadits No. 429). Begitu juga H.R. Bukhari yang diceritakan oleh Anas bin Malik, hadits No.211 jilid I tentang shalat.

(8)

surah Al ‘Isra’ (17) tidak ada penjelasan bahwa Nabi Muhammad saw menerima perintah shalat. Yang ada hanya perintah mendirikan shalat dari tergelincir Matahari sampai malam telah gelap [Al ‘Isra’(1):78] dan perintah melaksanakan shalat tahajjud pada sebagian malam [Al‘Isra’(17):79]. Sampai ayat terakhir (ayat ke 111) tidak dijumpai firman bahwa Nabi saw menerima perintah shalat ketika ‘Isra’ Mi’raj tersebut. Surah An Najm/Bintang-bintang/The Stars (53) yang terdiri dari 62 ayat yang merupakan penjelasan [Al‘Isra’(17):1] juga tidak menginformasikannya. Ayat 1-18 surah ini hanya menjelaskan tentang kebenaran ‘Isra’ Nabi Muhammad saw. Apa yang diceritakan Nabi Muhammad saw tentang ke-‘Isra’-kan beliau adalah benar. Beliau tidak keliru, tidak berbohong, dan tiada salah. Apa yang beliau ceritakan adalah ‘wahyu’, bukan ucapan atau rekayasa beliau.

Difirmankan dalam surah An Najm (53), ayat 2, 3, dan 4:

W%

“Kawan kamu itu (Muhammad saw) tiada sesat dan tiada keliru / Your companion (Muhammad saw) has neither gone astray nor has erred” (ayat 2).

W%XT

“Dan dia berkata bukan dengan kemauannya sendiri / Nor does he speak of (his own) desire” (ayat 3).

Ø

D

¯

(9)

Nabi Muhammad saw ‘Isra’ adalah benar. Tetapi beliau menerima perintah shalat pada saat ‘Isra’ masih perlu penjelasan lebih lanjut. Karena sebelum era Nabi Muhammad saw, perintah shalat sudah ada. Di zaman Nabi Ibrahim as, dalam surah Al Ambiya [(21):72 dan 73] ada firman:

“Dan Kami berikan kepadanya Ishak, dan Ya’qub sebagai tambahan (cucu), dan masing-masing kami jadikan orang yang baik-baik/And We bestowed upon him Ishak (Isaac), and (a grandson) Ya’qub (Jacob). Each one We made righteous”.

Ayat 73-nya:

(10)

Pada masa Nabi Luqman, surah Luqman [(31):17] Allah swt berfirman:

“Dirikanlah shalat, suruhlah mengerjakan perbuatan baik, …/ O my son! Aqimish-shalat (perform as-shalat, enjoin (on people) al ma’ruuf-Islamic Monotheism and all that is good, …”).

Di era Nabi Musa as, ada firman dalam surah Thaha [(20):13-14] sebagai berikut:

“Dan Aku telah memilih engkau (Musa), sebab itu dengarkanlah apa yang diwahyukan / And I have chosen you (Musa/Moses). So listen to that which will be revealed (to you)”.

Dan pada ayat 14-nya:

(11)

Pada masa Nabi ‘Isa as Allah berfirman dalam surah Maryam [(19):30-31]:

Berkata ‘Isa, “Sesunggunya aku ini hamba Allah. Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang Nabi” / He [‘Isa (Jesus)] said, “Verily, I am a slave of Allah, He has given me the Scripture (Injil) and made me a Prophet”.

Selanjutnya ayat 31-nya berbunyi:

“dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja akau berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup / And He has made me blessed wheresoever I be, and has enjoined on me shalat (prayer), and zakat, as long as I live”.

(12)

Nama-Nama Shalat

Dalam qalam Ilahi surah An Nisa [(4):103] dinyatakan:

….

“… sesungguhnya shalat itu adalah untuk orang-orang beriman, suatu kewajiban yang (telah) ditentukan waktunya / Verily, ash-shalat (the prayer) is enjoined on the believers at fixed hours”.

Jadi, waktu-waktu shalat sudah ditetapkan. Kita hanya menjalaninya saja lagi. Dan nama-nama shalat wajib diberi sesuai dengan nama waktu tersebut. Misalnya, shalat di waktu/saat fajar, disebut shalat Fajar. Shalat di waktu zuhur disebut shalat Zuhur, shalat di waktu ‘asyar disebut shalat ‘Asyar, dan shalat di waktu ‘isya’ dinamakan shalat ‘Isya’. Begitu seterusnya. Jadi fajar, subuh, dhuha, zuhur, ‘asyar, maghrib dan ‘isya itu hakekatnya adalah nama-nama waktu.

Shalat Fajar atau Shalat Subuh? Kata ‘Fajar’

Dijumpai di empat tempat yaitu:

a. Dalam surah An Nur [(24):58], dijumpai penggalan firman,

(13)

b. Dalam surah Al Fajr [(89);1]:

­

m

Õ

H

[

Ý

Ù

XT

§ª¨

“Demi fajar / By the dawn”

Di sini kata ‘fajr’ hanya sekedar nama waktu, tidak dikaitkan dengan nama shalat.

c. Dalam surah Al Qadr [(97):5]: Peace in the appearance of dawn”.

Juga di sini kata ‘fajr’ hanya menunjukkan waktu, tidak dikaitkan dengan kata shalat.

d. Dalam surah Al ‘Isra’ [(17):78] terdapat penggalan firman:

...

“….dan bacalah Al Qur’an di waktu fajar, sesungguhnya membaca Qur’an di waktu fajar disaksikan / …….and recite the Qur’an in the early dawn. Verily, the recitation of the Qur’an in the early dawn is ever witnessed”.

Kata ‘Subuh’

Dijumpai:

a. Dalam surah Al Muddaththir [(74):34]:

(14)

b. Dalam surah Hud [(11):81] berbunyi:

“Bahwa waktu yang ditetapkan buat mereka adalah di pagi hari (subuh). Bukankah pagi itu (subuh) dekat? / Indeed, morning is their appointed time. Is not the morning near?”

c. Dalam surah At Takwir [(81):18] berbunyi:

¬

(15)

Kita telusuri ini supaya duduk persoalannya jelas. Jadi pada kedua waktu tersebut boleh shalat Fajar (tapi shalat Fajar di waktu subuh tak boleh terus-menerus) berpedoman pada arti surah Hud [(11):114]:

2

°

U

XT

QQSQ

ƒ

¡

¨

rQ

Û

W

m

V

»

®

q

SM

‰

@

<

Ý

V

Ä

w

XT

]C

°K

%

©

#

Ù

j

Š

“Dan dirikanlah shalat pada dua tepi siang dan pada permulaan malam….. / And perform shalat (iqamat ash-shalat) at the two ends of the day and in some hours of the night (i.e. the five compulsary shalat/prayer)”.

Tepi siang pertama adalah waktu terbitnya fajar, bukan terbitnya Matahari. Tepi siang kedua, pada saat Matahari mulai terbenam (maghrib) yang merupakan permulaan malam.

d. Disamping kata ‘subhi’ yang diartikan dengan ‘subuh’, ada lagi kata ‘al falaq’ yang di indoneisiakan juga dengan ‘subuh’ [Al Falaq (113):1] yaitu waktu pagi yang mulai memancarkan cahaya terang. Tapi tidak dikaitkan dengan kata ‘shalat’. Kata ‘falaq’ hanya menunjukkan waktu saja.

Shalat Zuhur

Dilaksanakan setelah shalat Fajar. Tapi kata ‘zuhur atau zuhr’ tidak ada dalam surah-surah yang kita bahas. Yang ada hanya kata

®

q

SM

‰

@

XT

(16)

Guna menentukan waktu zuhur ini kita kutip kembali surah Al ‘Isra’ [(17):78]:

“Dan dirikanlah shalat pada saat tergelincir matahari sampai malam telah gelap dan bacalah Qur’an di waktu fajar. Sesungguhnya membaca Qur’an di waktu fajar disaksikan (dihadiri oleh Malaikat yang bertugas di malam hari dan yang bertugas di siang hari) / Perform ash-shalat (iqamat ash-shalat) from mid-day till the darkness of the night (i.e. the Zuhr, ‘Asr, Maghrib, and ‘Isya’ prayer), and recite the Qur’an in the early dawn. Verily, the recitation of the Qur’an in the early dawn is ever witnessed by (attended by the Angles in charge of mankind of the day and the night”).

Shalat saat tergelincir Matahari di siang hari kira-kira lewat sedikit jam 12.00 siang. Shalatnya disebut shalat Zuhur atau shalat Jum’at bila tiba hari Jum’at.

Shalat ‘Asyar

Kata ‘Ashar atau ‘Asr terdapat pada surah Al ‘Asr [(103):1] berbunyi:

¯

n

Ô

§

\

È

Ù

XT

§ª¨

“Demi (waktu) ‘asyar / By al ‘asr (the time”).

Kata ‘asr’ tidak disambungkan dengan kata ‘shalat’. Jadi, dia hanya menunjukkan waktu saja. Surah yang menyebut shalat ini adalah surah Al Baqarah [(2):238]. Kita ulangi lagi:

(17)

“Peliharalah segala shalat(mu) dan shalat Wusthaa dan berdirilah untuk Allah (dalam shalat) dengan penuh ketundukan dan kepatuhan / Guard strictly (five obligatory) ash-shalat (the prayers) especially the middle shalat (i.e. the best prayer –‘Asr”).

Dr.Muhammad Taqi-ud-Din Al Hilali cs, Madinah, dalam tafsir The Noble Qur’an-nya menerjemahkan shalat Wusthaa dengan shalat Pertengahan (The Middle Shalat).

Shalat Pertengahan itu adalah shalat ‘Asyar (‘Asr). Jadi tidak disebut shalat Wusthaa.

Shalat Fajar Shalat Zuhur Shalat ‘Asyar Shalat Maghrib Shalat ‘Isya

Shalat Tengah

Di atas dikatakan bahwa shalat ‘Asyar adalah shalat yang terbaik (the best shalat). Kenapa dikatakan terbaik? Izinkanlah penulis sedikit menukilkan hadits yang menjelaskan mengenai shalat ‘Asyar ini. Karena kita merencanakan tidak menyinggung hadits, tetapi karena penjelasan ini perlu, dan dalam praktek sehari-hari hal ini jarang disampaikan, bahkan tak pernah terungkap, maka ada baiknya penulis sajikan di sini hadits yang menjelaskan keutamaan shalat ‘Asyar ini.

Diceritakan oleh Ibn ‘Umar r.a., Rasul Allah saw berkata, “Barangsiapa yang meninggalkan shalat ‘Asyar (dengan sengaja), sama artinya dengan kehilangan seluruh keluarganya dan harta bendanya” (H.R.Bukhari Vol.1, hadits No.527).

(18)

sebagaimana Nabi saw bersabda, “Barangsiapa meninggalkan shalat ‘Asyarnya, semua perbuatan baiknya hilang” (H.R. Bukhari, Vol. 1, hadits No. 628 – i.e. Seseorang yang tidak shalat ‘Asyar dengan sengaja sampai waktu yang ditetapkan lewat, maka jika shalat sesudah itu, shalatnya tidak ada artinya/tidak berguna lagi).

Shalat Maghrib

Surah Hud [(11):114] berbunyi:

ª

“Dan dirikanlah shalat pada dua tepi siang dan pada beberapa jam dari malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan baik menghapuskan perbuatan-perbuatan-perbuatan-perbuatan buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat / And perform ash-shalat (iqamat ash-shalat) at the two ends of the day and in some hours of the night [i.e. the five compulsory shalat (prayers)]. Verily, the good deeds remove the evil deeds (i.e. small sin). That is a reminder (an advice) for the mindful (those who accept advice)”.

(19)

Ž

“Dan kepunyaan Allah Timur (Masyrik) dan Barat (Maghrib), maka kemana saja kamu menghadap (shalat) di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (nikmat-Nya) dan Maha Mengetahui / And to Allah belong the East and the West, so where ever you turn (yourselves or your faces), there is the Face of Allah (and He is High above, over His Throne). Surely, Allah is All-Sufficient for His creatures’ needs, All-Knowing” (wajah Allah maksudnya qiblat).

Matahari terbit di Timur (Masyrik) dan terbenam di Barat (Maghrib). Sedangkan arah Barat adalah arah Kiblat. Saat Matahari mulai terbenam (Maghrib) berarti belum malam. Ia adalah ‘tepi siang kedua’. Itulah sebabnya shalat pada saat Matahari mulai terbenam disebut shalat Maghrib (shalat pada tepi siang kedua).

Yang menjelaskan bahwa Matahari terbit di Timur adalah surah Al Baqarah [(2):258]:

Ä

“…Sesumgguhnya Allah itu telah menerbitkan Matahari dari Timur, … / ….Verily, Allah brings the sun from the east, …”.

(20)

[(55):17], Az Zukhruf [(43):38], Al A’raaf [(7):137] dan Al Ma’rij [(70):40].

Ketika Matahari beredar di garis 23,50 Lintang Utara (LU), maka di potongan Bumi Utara saat itu musim panas dan potongan Bumi Selatan musim dingin. Ketika Matahari beredar 23,50 derajat Lintang Selatan (LS), di mana pada waktu itu potongan Bumi Selatan terjadi musim panas dan potongan Bumi Utara mengalami musin dingin.

Hal ini ada bila Bumi dibagi atas dua potong, yaitu potongan Utara dan potongan Selatan dengan garis khatulistiwa sebagai garis potongannya.

Pada musim dingin dan musim panas, Matahari terbit dan terbenam diantara keduanya, dari tempat yang berjauhan dan pancaran sinar yang berbeda. Al Qur’an hendak menjelaskan maksud bahwa di sana ada jarak yang cukup jauh antara belahan Timur dan Barat. Dalam surah Az Zukhruf [(43):38] Allah berfirman:

³

‰

/

\

O

(21)

Teman yang jahat datang ke pengadilan Tuhan, pada waktu itu kebenaran mengalahkan kepalsuan. Yang dimaksud teman di sini adalah setan yang selalu menjerumuskan manusia. Dan bila Bumi dibelah dua, maka ada belahan Timur, dan belahan Barat. Belahan Timur tempat terbitnya dan belahan Barat tempat tenggelamnya. Matahari terbit dari dua titik (disebut dua Timur tempat terbitnya Matahari), begitu juga saat tenggelamnya juga mempunyai dua titik (disebut dua Barat tempat terbenamnya Matahari) yang berbeda. Dalam Al Qur’an [Ar Rahman (55): l7] dikatakan:

“(Dialah) Tuhan dua Timur dan Tuhan dua Barat / (He is) the Lord of the two easts (places of sunrise during early summer and early winter), and the Lord of the two weasts (place of sunset during early summer and early winter)”.

Bumi mengelilingi Matahari, dan bagian Bumi yang selalu secara langsung terkena sinar Matahari adalah dalam batas 00 – 23,50 LU dan 00 – 23,50 LS yang disebut daerah tropis atau khatulistiwa, baik pada Bumi belahan Timur dan belahan Barat, yang malam dan siangnya sama-sama 12 jam. Garis 00 adalah garis yang membagi Bumi atas dua potongan, Utara dan potongan Selatan. Garis tersebut dinamakan garis khatulistiwa atau garis equator. Dua kota di Indonesia yang dilewati oleh garis khatulistiwa ini adalah kota Pontianak (di Kalimantan Barat) dan kota Bonjol (di Sumatera Barat).

(22)

garis edarnya selama musim dingin dan musim panas. Pada saat pindah dari dua tempat beredarnya, Matahari berjalan melalui beberapa titik yang tersusun dan berjumlah kira-kira 365 buah lebih, jadi tidak pindah satu kali loncatan diantara keduanya. Jadi, setiap titik yang dijadikan sarana berpindah antara dua garis edarnya, dikategorikan sebagai titik terbit dan titik-titik terbenam. Karena itu ada beberapa tempat terbit dan ada beberapa tempat terbenamnya. Dalam surah As Saffat [(37):5] disebutkan:

“Tuhan langit, Bumi dan diantara keduanya, dan Tuhan (daerah-daerah) Matahari terbit / The Lord of the heavens and the earth, and all that is between them, and the Lord of every point of the sun’s risings”.

Matahari memiliki kira-kira 365 titik untuk tempat terbitnya dan 365 titik pula untuk tempat terbenamnya (sesuai dengan jumlah hari dalam hitungan tahun syamsiah). Tiap hari ia terbit dan terbenam pada titk baru, hingga tahun berakhir, lemudian ia kembali pada titik yang sama setelah setahun (tafsir Qurtubi). Tiap planet dan bintang juga memiliki tempat terbit dan terbenamnya.

(23)

Titik I, terletak pada 23,50 Lintang Utara (LU) dan titik II terletak pada 23,50 Lintang Selatan (LS) adalah posisi terbenamnya Matahri di belahan Bumi bagian Barat.

Titik I dan II, posisi terbitnya Matahari di belahan Bumi bagian Timur inilah yang dikatakan dua Timur dan titik I dan II, posisi terbenamnya Matahari di belahan bagian Barat dikatakan dua Barat dalam surah Ar Rahman [(55):17].

Adanya Utara-Selatan dan Timur-Barat, secara teori, bila Bumi dipotong dua (pada garis equator), maka ada Bumi potongan Utara (LU) dan Bumi potongan bagian Selatan (LS). Dan bila Bumi dibelah dua, maka ada Bumi belahan Timur (disebut Bujur Timur/BT) dan Bumi belahan Barat (disebut Bujur Barat /BB). Untuk lebih jelas, lihat Gambar 2 dan 3.

Bumi mengelilingi Matahari, dan bagian Bumi yang selalu secara langsung terkena sinar Matahari adalah dalam batas 00-23,50 LU dan 00-23,50 LS yang disebut daerah tropis/khatulistiwa/equator yang malam dan siangnya sama-sama 12 jam. Matahari terbit dan terbenam dalam batas daerah tropis tersebut, pada titik I dan II.

Shalat ‘Isya

Kata ‘Isya dijumpai dalam surah An Nur [(24):58] di mana Allah swt berfirman:

(24)

°

“Hai orang-orang yang beriman! Hamba sahaya laki-laki dan perempuan kepunyaanmu hendaklah meminta izin (sebelum masuk ke tempatmu) pada tiga saat: sebelum shalat Fajar, ketika kamu membuka pakaianmu karena panas di siang hari dan sesudah shalat ‘Isya. Tiga saat (momen) pakaianmu terbuka. Selain dari (tiga momen) itu tidak mengapa bagi kamu melayani satu sama lain / O you who believe! Let your slaves and slave girls, and those among you who have not come to the age of puberty ask your permission (before they come to your presence) on three occasions: before Fajr (Dawn) shalat (prayer), and while you put off your clothes for the noonday (rest), and after the ‘Isya (late - night) shalat (prayer). (These) three times are of privacy for you, other than these times there is no sin on you or on them to move about, attending to each other”.

Jelas, shalat ‘Isya dilakukan bila malam telah gelap

(late-night) atau saat mulai hilangnya cahaya merah di ufuk Barat (syaffaq). Dari lima shalat fardhu, tiga diantaranya dengan jelas didahului oleh kata ‘shalat’. Dua di dalam ayat di atas ada ‘frasa’ shalaatil Fajri dan shalaatil ‘Isya’. Kemudian dalam surah Al Baqarah [(2):238] terdahulu dengan frasa

(25)

Othman Ali, tamatan Libanon, orang Malaysia. Menulis di internet menyatakan bahwa shalat wajib hanya tiga kali dalam sehari semalam (disiarkan tahun 1992). Bahkan ada yang mengatakan hanya dua kali, yaitu hanya shalat Fajar dan shalat ‘Isya saja sebagaimana disebut dalam surah An Nur [(24):58]. Pada hal dalam surah Al ‘Isra’ [(17):78] dikatakan yang artinya:

“Dirikanlah shalat pada saat tergelincir matahari sampai malam telah gelap / Perform ash-shalat (iqamat ash-shalat) from mid-day till the darkness of the night” (lihat kembali uraian tentang shalat Zuhur).

Shalat ketika tergelincir Matahari itu shalat apa? Juga pada surah Hud [(11):114] yang memerintahkan mendirikan shalat di waktu maghrib, yaitu shalat Maghrib (lihat kembali uraian tentang shalat Maghrib).

Dengan demikian adalah tidak benar bahwa shalat hanya tiga atau dua kali dalam sehari semalam.

(26)

‘Adzan dan Iqamah

Pelaksanaan ‘adzan ketika akan memasuki melaksanakan shalat didasarkan pada surah Al Maidah [(5):58] yang mengatakan:

“Dan bila kamu memanggil (menyeru) untuk mengerjakan shalat (shalat fardhu) mereka jadikan itu sebagai olok-olok dan latihan; hal mana mereka lakukan karena mereka tidak mengerti / When your proclime your call to prayer they take it (but) as mockery and sport, that is because they are a people without understanding”.

Panggilan untuk shalat tersebut dinamakan ‘adzan. Lihat juga pernyataan Allah swt dalam surah Al Jumu’ah [(62):9] yang artinya:

(27)

Diceritakan oleh Anas r.a., Nabi saw bersabda:

“Orang meneriakkan api-api dan membunyikan lonceng (disarankan sebagaimana tanda dimulainya shalat), sebagaimana orang Yahudi dan Kristen melakukannya. Kemudian Bilal diperintah mengumandangkan ‘adzan untuk shalat dengan mengucapkan kata-kata dua kali-dua kali, dan untuk iqamat sekali, di mana orang sudah siap untuk shalat / Narrated by Anas r.a., “The people mentioned the fire and the bell (they suggested those as signals to indicate the starting of prayers), and by that they mentioned the Jews and Christians, then Bilal was ordered to pronounced ‘Adzan for the prayer by saying its wordings twice (indoubles), and for the iqamah (the call for the actual standing for prayers in rows) by saying its wordings once (in singles)(iqamah is pronounced when the people are ready for the prayer)-Shahih Bukhari, Vol1, Hadith No. 577”.

Note: the wordings of ‘adzan: Allaahu akbar-Allaahu akbar, Allaahu akbar-Allaahu akbar, Ash-hadu anlaa ilaaha illallaah, Asha-hadu anlaa ilaha illaallah; Ash-hadu anna Muhammad-ar-Rasuulullaah; Ash-hadu anna Muhammad-ar-Rasuulullaah; Hayya ’alash-shalaah, Hayya ‘alash-shalaah; Hayya‘alal Falaah, Hayya ‘alal Falaah; Allaahu akbar-Allaahu akbar; Laa illaaha illallaah..

Tambahan kata dalam ‘adzan shalat fardhu Fajar

(28)

Dalam buku The Life of the Prophet Muhammad (peace be upon him), oleh Leila Azzam-Aisha Gouverneur, Penerbit Karisma Remaja, Cirene, Bandung, hal yang sama juga dikatakan:“the adhan, or call for prayer, which came to ‘Abd. Allah ibn Zayd in his dream and was performed by Bilal on the instruction of the Prophet (p. b. u. p), is the one we still hear to day being called from the minarets of the mosques all over the world”- ‘adzan, atau panggilan shalat, yang datang kepada ‘Abd. Allah melalui mimpinya dan dilaksanakan oleh Bilal atas perintah Nabi saw, adalah salah satu yang masih kita dengar sampai kini yang dikumandangkan via menara-menara masjid di seluruh dunia (hal 118).

Balasan bagi Orang ‘Adzan dengan Ihklas

Rasulullah saw bersabda yang artinya:

”Orang-orang yang ‘adzan dengan ikhlas pada hari kiamat akan keluar dari kuburnya sambil ‘adzan. Dan orang-orang ’adzan itu disaksikan oleh segala sesuatu yang mendengar suaranya, baik itu berupa batu, pohon, pasir, manusia, benda yang basah maupun yang kering; dan Allah mengampuni dosanya sejauh suaranya dapat didengar; dicatatkan baginya pahala orang shalat karena mendengar ’adzannya; dan Allah memberinya apa yang dia minta antara ’adzan dan iqamah, baik disegerakan di dunia maupun disimpan-Nya nanti di akhirat, atau dihindarkan-Nya dari bahaya. Orang yang pertama kali mendapatkan pakaian surga nanti di akhirat adalah Nabi Ibrahim a.s., kemudian Nabi Muhammad saw, lalu para Rasul dan Nabi lainnya, lantas para mu’adzin yang ikhlas, dan mereka disambut oleh para malaikat dengan kendaraan dari yaqut merah yang masing-masing dari mereka diiringi oleh 70 000 malaikat dari kuburnya hingga mahsyar”

(29)

Balasan bagi Siapa yang Menyahuti ‘Adzan

Nabi/Rasul Muhammad saw bersabda yang artinya:

”Barangsiapa yang mengucapkan seperti apa yang diucapkan oleh orang yang ’adzan, maka ia mendapatkan pahala seperti pahala orang yang ’adzan.”

Sebab itu janganlah Anda menganggap enteng tugas tugas mu’adzin dan menjawab setiap kalimat ’adzan oleh orang yang mendengarnya sesuai tuntunannya, karena umumnya kita kurang hirau membalas seruan ’adzan.

Shalat Tahajjud

Mengenai shalat ini kita kutib kembali surah Al ‘Isra’ [(17):79] yang berbunyi:

]C

°

%XT

“Dan dari sebagian malam, shalat tahajjudlah kamu sebagai shalat sunat bagimu, mudah-mudahan Tuhan akan mengangkatmu ke tempat yang terpuji / And in some parts of the night (also) offer the shalat (the prayer) with it (i.e. recite the Qur’an in the prayer) as an additional prayer (tahajjud optional prayer - nawafil) for you (O Muhammad saw). It may be that your Lord will raise you to Maqam Mahmud (a station of praise and glory (i.e. the honour of intercession on the Day of Resurraction)”.

(30)

]C

°

%XT

“Dan di malam hari mereka sujud melakukan shalat sunat / And during a part of the night (also) glorify His praises (i.e. Maghrib and ‘Isya’ prayer and (so likewise) after the prayers (as-sunnah nawafil - optional and additional prayer”).

Shalat sunat setelah shalat Maghrib dan ‘Isya’. Juga dijelaskan dalam surah Al Muzammil [(73):20]:

‰

“Sesungguhnya, Tuhan kamu mengetahui bahwa kamu berdiri (mengerjakan shalat) kurang dari dua pertiga malam dan ada juga separuh malam atau sepertiganya dan (begitu pula) orang-orang yang bersama dengan kamu. Dan Allah menetapkan/menentukan ukuran malam dan siang / Verily, your Lord know that you do stand (to pray at night) a little less than two thirds of the night, or in half of the night, or a third of the night and also a part of those with you. And Allah measures the night and the day”.

(31)

dilakukan juga, maka berarti ‘Isya’nya dilakukan bersamaan dengan shalat sunat tahajjud.

Selanjutnya dalam surah Al Furqan [(25):64] difirmankan:

]Cc

°

Š

XT

|ES

È

*

k

¯

Wc

Ô

2

¯

I

¯P

W

m

°

;

i

…

H

À

y

8

-›Xj

°

XT

§¯­¨

“Dan orang-orang yang menggunakan waktunya di malam hari menyembah Tuhannya, mereka berdiri dan sujud / And those who spend the night in worship of their Lord, prostrate and standing”.

Dalam surah Ali ‘Imran [(3):113]:

“Diantara Ahlul Kitab ada golongan yang berlaku lurus. Mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sementara mereka juga bersujud (shalat) / Not all of them are alike; a party of people of the Scripture stand for right, they recite the Verses of Allah during the hours of the night, prostrating themselves in prayer”.

Dalam surah Adz-Dzariyat [(51):18]:

(32)

Tidak Berjemaah

Shalat tahajjud adalah shalat yang sangat bersifat pribadi, memohon keampunan, pertolongan, saat mengadukan nasib kepada-Nya, di mana masalah seseorang tidak sama dengan orang lain atau dengan orang banyak, maka shalat tahajjud ini dilakukan sendiri tanpa berjemaah. Dianjurkan dengan membaca ayat-ayat yang relatif panjang, dan sebaiknya delapan rakaat, maka shalat ini boleh dikerjakan dengan berdiri atau duduk dalam rakaat yang terpisah, atau dalam satu rakaat, sebagian duduk dan sebagian berdiri. Itulah kemudahan yang diberikan kepada hamba-Nya.

Bertasbih

Mengenai bertasbih terdapat dalam surah Qaf [(50):40]:

]C

°

%XT

“Dan bertasbihlah memuji Tuhanmu pada sebagian waktu di malam hari dan sesudah shalat / And during a part of the night (also) glorify His praise (i.e. Maghrib and ‘Isya’ prayer) and (so likewise) after the prayers (as sunnah, nawafil - optional and additional prayers). And also glorify, praise and magnify Allah (Subhaanallaah, Alhamdulillaah, Allaahu-Akbar)”.

(33)

“Apakah orang yang patuh menjalankan kewajibannya selama beberapa waktu pada malam hari, dan memelihara dirinya untuk hari kemudian, dan mengharapkan karunia Tuhannya sama dengan orang-orang yang durhaka kepada Tuhan? / Is one obedient to Allah, prostrating himself or standing (in prayer) during the hours of the night, fearing the Hereafter and hoping for the Mercy of His Lord (like one who disbelieves?”).

Juga dalam surah Al Furqan [(25):64]:

]Cc

°

Š

XT

|ES

È

*

k

¯

Wc

Ô

2

¯

I

¯P

W

m

°

;

i

…

H

À

y

8

-›Xj

°

XT

§¯­¨

“Dan orang-orang yang menggunakan waktunya di malam hari menyembah Tuhannya, mereka berdiri dan sujud / And those who spend the night in worship of their Lord, prostrate and standing”.

Dalam surah An Nashr [(110):3]:

“Maka bertasbihlah engkau dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah penerima taubat / So glorify the Praises of your Lord, and ask His Forgiveness. Verily, He is the One Who Ever accepts the repentence and Who forgives”.

(34)

“Dan bersabarlah menunggu ketetapan Tuhanmu, maka sesungguhnya kamu berada dalam penglihatan Kami, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu ketika kamu bangun dari tidur / So wait patiently (O Muhammad saw) for the Decision of your Lord, for verily, you are under Our Eyes, and glorify the Praises of your Lord when you get up from sleep”.

Juga dalam surah Al-Insan [(76):26]:

“Dan pada sebagian dari malam, sujudlah kepada-Nya dan bertasbihlah kepada-Nya pada bagian yang panjang pada malam hari / And during night, prostrate yourself to Him (i.e. the offering of Maghrib and ‘Isha’ prayers), and glorify Him a long night through (i.e. Tahajjud prayer)”.

Itulah beberapa kelebihan dan keutamaan dan perlunya shalat sunat tahajjud dan bertasbih di malam hari memikirkan azab yang pedih di akhirat nanti dan mohon keampunan kepada Sang Pencipta.

Situasi yang tenang, penuh dengan kesunyian di malam hari sangat baik untuk menyembah Tuhan dan mohon keampunan-Nya. Janganlah malam hari itu digunakan seluruhnya untuk tidur. Sebagian dari malam hendaknya dimamfaatkan untuk menyembah Tuhan (shalat) dan mohon ampun kepada Allah swt. Sebab itu perlu diatur waktu tidur. Jangan terlalu terlambat dan jangan pula terlalu cepat, atau

‘begadang’ semalam suntuk agar sempat melakukan shalat tahajjud.

(35)

Doa Setelah Shalat Malam

Karena waktu malam adalah momen yang sangat baik untuk berkomunikasi dengan Allah swt maka setelah shalat atau pada waktu tidak shalat berdoalah [Al Furqan (25):65]:

X=

Ž

X

q

“Ya,Tuhan kami! Palingkanlah dari kami azab jahannam. Sesungguhnya azabnya adalah kebinasaan yang kekal / Our Lord! Avert from us the torment of Hell. Verily, its torments is ever an insparable permanent punishment”.

Dalam surah ‘Ali Imran [(3):16,17] Allah swt berfirman:

“Wahai Tuhan kami! Sesungguhnya kami beriman, sebab itu ampunilah dosa kami dan hindarkanlah kami dari ‘azab api neraka / Our Lord! We have indeed believed, so forgive us our sins and save us from the punishment of the Fire” (ayat 16).

WÛÏ

¯

n

ª

›

ƒ

¡

(36)

Dalam surah Al A’raaf [(7):55] difirmankan:

“Bermohonlah kepada Tuhan dengan rendah hati dan rahasia (suara jiwa), sesungguhnya Tuhan itu tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas / Invoke your Lord with humility and in secret. He likes not the agressors”.

Pada ayat 56-nya:

..

“…..dan bermohonlah kepada Tuhan dengan perasaan takut dan penuh harapan …. / ….and invoke Him with fear and hope …..”.

Jadi, dalam berdoa hendaklah:

- tadharru’ = dengan rendah hati,

- nidaa an khalifiyya = dengan suara lembut / berbisik

- khufyah = suasana jiwa;

- khaufan = dengan perasaan takut;

- thama’an = penuh harapan;

Shalat Jum’at

(37)

SM

{

iU

‘›Wc

“Hai orang-orang yang beriman! Apabila diseru untuk menunaikan shalat di hari Jum’at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah (shalat Jum’at) dan tinggalkanlah jual beli (buat sementara). Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui / O you who believes (Muslims)! When the call is proclimed for shalat (prayer) on Friday (Jumu’ah prayer), come to the remembrance of Allah [Jumu’ah religious talk (khutbah)] and shalat (prayer) and leave off business (and every other things). That is better for you if you did but know” (ayat 9)”.

(38)

Shalat Jum’at dilakukan di tengah hari (mid-day), pada saat orang sedang sibuk bekerja atau berusaha. Tetapi apabila terdengar panggilan untuk shalat Jum’at (‘adzan), atau sudah tiba waktu untuk shalat Jum’at, maka sebagai orang yang beriman, tinggalkanlah segala aktivitas. Segeralah tunaikan shalat Jum’at lebih dulu. Kemudian bila telah selesai, segera pula lah kembali ketempat pekerjaan masing-masing.Yang pegawai kembali ke kantornya.Yang buruh ke pabriknya. Yang petani pergi ke ladangnya.Yang pedagang ke toko-kedainya-plaza-mall-swalayannya. Yang mahasiswa-pelajar-guru-dosen ke sekolahnya masing-masing untuk meneruskan mencari rezeki atau melanjutkan tugas masing-masing. Hal itu lebih baik agar kita beruntung.

Waktu untuk shalat Jum’at sama dengan shalat Zuhur. Petunjuk di atas tentu berlaku juga untuk shalat Zuhur. Tetapi shalat Jum’at harus dilakukan berjama’ah di masjid. Setelah bekerja dari pagi sampai waktu zuhur, mungkin kepala sudah pusing, capek sudah terasa pula, diperlukan istirahat untuk menenangkan pikiran dan melepas lelah sejenak kira-kira setengah atau satu jam. Shalat di tengah hari tersebut berfungsi juga melepaskan kelelahan tersebut, dengan berwudhuk, mengosongkan pikiran dari urusan dunia, menyembah Allah swt. Bila shalatnya dilakukan dengan sempurna, maka pikiran akan kembali tenang dan kekuatan pisik dan mental akan pulih kembali.

(39)

Membaca Ta’awwudz

Ta’awwudz atau isti’aadzah ialah mengucapkan,

“A’uudzubillaahi minasy-syaithaanir rajiim / Aku berlindung kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk / I seek Allah’s protection from satan the rejected one”. Dibaca setiap akan membaca Al Qur’an dan Al Fatihah dengan dalil surah An Nahl [(16):98]:

“Bila engkau membaca Al Qur’an, maka berlindunglah kepada Allah dari syaitan yang terkutuk / When you will read the Qur’an, seek Allah’s protection from satan the rejected one”.

Meramaikan Masjid

Meramaikan masjid (‘imarah) maksudnya mengunjungi, beribadah di dalamnya, atau memperindah, menjaga dan memeliharanya. Orang-orang musyrik (orang-orang yang mensekutukan Tuhan) tidak berhak meramaikan masjid, karena masjid adalah lambang Kesucian dan Keesaan Allah swt dan tempat menyembah-Nya semata. Allah swt berfirman dalam surah Al Jin [(72):18] sebagai berikut:

‰

(40)

Pada surah yang lain, surah Al Baraah [Pembebasan (9):17] ditegaskan tentang hal ini:

W%

“Tidaklah orang-orang musyrik itu berhak meramaikan masjid-masjid Allah, sedangkan mereka telah mengakui bahwa mereka sendiri tidak beriman,…. / It is not for musyrikiin (polytheists, idoleters, pagans, disbelievers in the Oneness of Allah), to maintain the Mosques of Allah, while they witness against their ownselves of disbelief”.

Yang berhak adalah:

\-



5

¯

“Hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta tetap mengerjakan shalat dan membayar zakat dan tidak takut kepada siapa pun kecuali kepada Allah / The Mosques of Allah shall be maintained only by those who believe in Allah and the Last Day, perform ash-shalat (iqamat ash-shalat), and give zakat and fear none but Allah. It is they who are on true guidance” [At Taubah (9):18].

(41)

Al Baraah (9) ini, sumbangan orang-orang musyrik untuk membangun, memperindah masjid sebenarnya juga juga tidak dapat diterima.Termasuk turis orang musyrik yang ingin melihat-lihat ke dalam masjid (seperti ke masjid Sultan Deli/Masjid Raya di Medan) dan masjid-masjid lainnya.

Masjid Dhirar

Masjid ‘dhirar’ (masjid bahaya) adalah masjid yang didirikan oleh orang munafiq. Sejarahnya, dulu seorang pendeta, Abu Umar, membangun masjid, bersamaan dengan pembangunan masjid Quba. Ia lama mengadakan perlawanan terhadap Nabi Muhammad saw dan agama Islam. Sesudah perang Hunain, dia melarikan diri ke Syiria dan meninggal di sana. Tuhan melarang Nabi/Rasul Muhammad saw shalat di masjid ‘dhirar’, masjid yang digunakan untuk menipu umat Islam. Akhirnya masjid itu diruntuhkan. Kita pun tentu dilarang shalat, meramaikan masjid ‘dhirar’ karena dibangun atas konspirasi atau maksud tertentu, menghancurkan umat Islam. Sedangkan masjid yang dibangun atas dasar taqwa (kepatuhan kepada Allah) lebih pantas diramaikan.

Tentang masjid ‘dhirar’ ini tertuang dalam surah Al Baraah/At Taubah / Pembebasan [(9):107]:

|ÚÏ

°

Š

XT

(42)

and to disunite the believers and as an outpost for those who warred against Allah and His Messenger (Muhammad saw)….”.

Karena itu [Al Baraah (9):108] menyatakan:

Y

“Janganlah engkau berdiri (shalat) dalam masjid itu buat selamanya. Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar taqwa sejak hari pertama (didirikan) itu, lebih patut di dalamnya engkau shalat. Di dalamnya ada beberapa orang yang ingin membersihkan diri. Allah menyukai orang-orang yang bersih / Never stand you therein. Verily, the mosque whose foundation was laid from the first day on piety is more worthy that you stand therein (to pray). In it are men who love to clean and to purify themselves. And Allah love those who make themselves clean and pure [i.e.who clean their private parts with dust (which has the properties of soap) and water from urine and stools, after answering the call of nature]”

Masjid Yayasan Amal Bhakti Muslimin Pancasila

(43)

masa itu takut. Takut dituduh fundamentalis, Islam DII/TII dsb. Kemudian karena umurnya semakin tua dan banyak menterinya yang selama ini sangat tidak suka kepada Islam sudah banyak yang meninggal lebih dahulu daripada dia, lama-lama ia sadar, ingin berbaikan dengan umat Islam dengan cara mengambil inisiatif mengumpulkan dana untuk membangun masjid di seluruh Indonesia. Dana dikumpulkan dari seluruh PNS dihimpun melalui yayasan yang mereka sebut Yayasan Amal Bhakti Muslim Pancasila. Sebab itu masjid yang dibangun atas nama Yayasan tersebut dengan tipe dan ukuran yang sama di seluruh Indonesia pernah dianggap sebagai masjid ‘dhirar’. Lokasi pendiriannya ditentukan oleh Yayasan Amal Bhakti Muslimin Pancasila yang dipimpin langsung oleh Soeharto pada waktu itu. Walaupun masjidnya bagus, tetapi jema’ahnya tidak seramai masjid yang dibangun oleh masyarakat tanpa maksud apapun. Takut dituduh mendukung Golkar, dikekang aktivitas agamanya, dituduh fundamentalis, ingin mendirikan negara Islam dan sebagainya atau luka hati umat Islam belum pupus dengan tindakannya terhadap umat Islam selama 32 tahun.

Mengqashar Shalat

(44)

“Dan apabila berpergian di muka bumi, maka tidaklah mengapa kamu mengqasharkan (meringkas) shalatmu jika kamu takut diserang orang-orang kafir. Sesungguhnya orang-orang kafir itu adalah musuh yang nyata bagimu / And you (Muslims) travel in the land, there is no sin on you if you shorten ash-shalat (the prayer) if you fear that the disbelievers may put you in trial (attack you etc.). Verily, the disbelievers are ever unto you open enemies”.

Secara literal, mengqashar (dari antaqshuruu) shalat dilakukan dalam keadaan bahaya (takut diserang) oleh musuh orang kafir. Jadi suasana nuzulnya ayat ini saat peperangan dengan orang kafir. Bagaimana kalau tidak dalam keadaan tidak berperang atau tidak dalam keadaan bahaya? Misalnya kita dalam perjalanan jauh memakan waktu lama, tidak dengan angkutan sendiri?.

Menurut ‘jumhur’, arti ‘qashar’ adalah meringkaskan shalat, misal shalat yang empat raka’at dijadikan dua raka’at (kecuali shalat Maghrib dan shalat Fajar tak bisa diqashar). Tapi apakah ‘jumhur’ tersebut dari hadits, atsar atau ijtihad (konsensus) para ulama? Yang jelas menurut Qur’an, qashar dilakukan bila dalam keadaan bahaya, takut diserang musuh, apalagi bila dikaitkan dengan ayat 102 berikut ini:

Shalat dalam Keadaan Perang

Shalat dalam keadaan perang/bahaya (chauf) dijelaskan dalam surah An Nisa [(4):102]:

(45)

°

“Dan kalau engkau (Muhammad) hadir bersama-sama mereka hendak mengerjakan shalat berjama’ah dengan mereka, hendaklah sebagian diantara mereka berdiri (shalat) bersama-sama engkau (Muhammad), dan memegang senjata mereka, dan sesudah mereka sujud (shalat satu raka’at), lantas mereka mundur kebelakang, dan bagian lain yang belum shalat, tampil (maju) ke kemuka dan shalat pula berjama’ah dengan engkau (Muhammad). Hendaklah mereka mempersiapkan penjagaan dan senjata mereka, karena orang kafir itu ingin supaya kamu terlengah, senjata dan barang-barangmu mereka rampas, lalu mereka menyerang sekaligus / When you (O Messenger Muhammad saw) are among them and lead them in shalat (the prayer), let one party of them stand up [ in shalat (prayer) ] with you taking their arms with them, when their finished their prostration, let them take their position in the rear and let the other party come up which have not yet prayed, and let them pray with you taking all precautions and bearing arms. Those who disbelieve wish, if you were negligent of your arms and your baggage, to attack you in a single rush,…”.

(46)

lalu barisan yang di belakang maju ke depan ikut shalat dengan Nabi saw (sebagai imam) sambil memegang senjata juga. Jadi masing-masing barisan (shaf) shalat hanya satu raka’at dengan berjama’ah sedangkan imamnya shalat dua raka’at. Sedangkan makmum yang shalat satu raka’at tadi, menambah masing-masing satu raka’at lagi tanpa berimam. Jadi shalatnya cuma dua raka’at. Pernah juga terjadi masing-masing shalat dua raka’at dengan bergantian seperti tadi, dan imamnya shalat empat raka’at.

Menjamak Shalat

Penulis belum menemukan ayat tentang ‘menjamak shalat’ di dalam Al Qur’an. Menjamak maksudnya menggabung dua shalat wajib. Misalnya shalat Zuhur dengan ‘Asyar, Maghrib dengan ‘Isya. Baik jamak taqdim dan maupun jamak taqkhir.

Shalat Berjamaah

Tidak ada ayat tersendiri yang menginformasikan mengenai shalat berjama’ah, kecuali shalat berjama’ah yang langsung diimami oleh Nabi saw ketika shalat dalam keadaan perang di atas. Tapi kita dapat menyimpulkan bahwa dasar hukum syalat berjama’ah, berpedoman pada surah An Nisa [(4):102] di atas tadi. Kita ulangi:

V

l

¯

XT

(47)

Messenger Muhammad saw) are among them and lead them in shalat (the prayer), let one party of them stand up [in shalat (prayer)] with you …..”

Ada yang berpendapat bahwa shalat berjama’ah didasarkan kepada surah Al Baqarah [(2):43] sebagai berikut:

“Dan dirikanlah shalat dan bayarlah zakat, dan ruku’lah bersama-sama orang-orang yang ruku’ / And perform ash-shalat (iqamat ash-ash-shalat) and give zakat, and bow down (or submit yourselves with obedience to Allah) along with ar-raki’ina”).

Kalimat “ruku’lah bersama-sama orang-orang yang ruku’“

diartikan shalat berjama’ah. Dalam surah Al Hajj [(22):77]:

“Wahai orang-orang beriman! Ruku’ dan sujudlah kalian / O you who have believed! Bow down, and prostrate yourselves,..”

Shalat dengan Berjalan Kaki atau di Atas Kendaraan

Difirmankan dalam surah Al Baqarah [(2):239] sebagai berikut:

Ø

(48)

shalatlah (ingatlah Allah) sebagaimana Dia telah mengajarkan kepadamu apa yang belum kamu ketahui / And if you fear (an enemy), perform shalat (prayer) on foot or riding. And when you are in savety, offer the shalat (prayer) in the manner He has taught you which you know not (before”).

Ada juga yang menafsirkan ayat di atas berlaku juga untuk shalat dalam perjalanan dengan angkutan umum. Seperti sekarang naik pesawat waktu ke Makkah, naik bus, naik kereta api atau kapal laut. Kalau kendaraan pribadi, bisa diatur sendiri, dicari kesempatan untuk shalat. Tekanan shalat sambil berjalan kaki atau di atas kendaraan sejarahnya karena dalam keadaan bahaya.

Mengqadha Shalat

Kita tidak menemukan dalil dalam Al Qur’an tentang bolehnya ‘mengqaha shalat’. Maksudnya mengganti shalat yang tertinggal (waktunya sudah lewat) pada waktu lain di luar jadwalnya. Apalagi sebagaimana telah kita sebut terdahulu, waktu-waktu shalat sudah ditentukan. Jadi jika shalat di luar waktu tersebut maka shalatnya tidak diterima lagi (penjelasan shalat Wustha/shalat Pertengahan atau shalat ‘Asyar).

Mengimami Shalat

Referensi

Dokumen terkait

percampuran harta dan disamping secara tegas juga dapat dinyatakan bahwa mereka tidak menghendaki adanya persatuan untung rugi. Harta benda yang ada di dalam

1. Kesatuan merupakan prinsip yang utama di mana unsur-unsur seni rupa saling menun+ang satu sama lain dalam mementuk k$mp$sisi yang agus dan serasi. !ntuk

Pneumokoniosis merupakan penyakit paru akibat kerja yang disebabkan oleh deposisi debu di dalam paru dan reaksi jaringan paru akibat pajanan debu tersebut. *eaksi

Kurangnnya pengetahuan masyarakat tentang akibat hukum pembuatan dua surat wasiat yang berbeda pada dua notaris yang berbeda, yang manakah yang berlaku jika pewaris meninggal

uatu perilaku, karakter, atau  perangkat nilai etis yang memungkinkan manajemen atau karyawan dengan sengaja melakukan perbuatan tidak jujur, atau mereka berada

Evaluasi berdasarkan fitur utama website (Tabel 1) dimaksudkan untuk menilai sejauh mana fitur-fitur utama atau fitur dasar pada website mudah dilihat, digunakan, dan

Buku pedoman ini berisi informasi tentang visi, misi serta struktur organisasi lembaga dan program studi profesi apoteker STFI, profil lulusan, kompetensi lulusan,

Pada kegiatan inti ini guru langsung menyuguhkan materi kepada siswa dan memberikan perintah kepada siswa untuk membuka materi yang ingin disampaikan pada saat