The effect of cytokinin and EM4 on stimulating the growth of Krangean
(
Litsea
cubeba
(Lour.) Pers.)
seedling
Fauzi dan Harto Widodo
Balai Besar Litbang Tanaman Obat dan Obat Tradisional Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Jl. Raya Lawu, Tawangmangu, Surakarta
e-mail: fauzi.b2p2to2t@gmail.com; hart2wido2@yahoo.com
ABSTRAK
Krangean (Litsea cubeba (Lour.) Pers). merupakan salah satu dari 125 jenis tumbuhan aromatik yang tumbuh di Asia Tenggara. Secara empirik minyak kulit batangnya dimanfaatkan sebagai obat kejang urat atau menu-runkan aktivitas lokomotor, sedangkan buahnya digunakan sebagai obat batuk, penghangat badan dan bumbu masak. Pembiakan tanaman ini dilakukan secara generatif dengan biji. Sampai saat ini belum ditemukan cara pembibitan untuk menghasilkan bibit yang cepat dan berkualitas. Oleh sebab itu dilakukan upaya memacu pertumbuhan benih krangean melalui pemberian sitokinin dan effective microorganism 4 (EM4). Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang dilakukan di kebun percobaan Balai Besar Litbang Tanaman Obat dan Obat Tradisional dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor perlakuan yang disusun secara faktorial. Faktor pertama adalah konsentrasi sitokinin yang terdiri dari 4 taraf yaitu; 0, 50, 100, 150 ppm. Sedangkan faktor kedua adalah EM4 yaitu pemberian EM4 dan tanpa pemberian EM4. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian sitokinin dan EM4 dapat memacu pertumbuhan benih krangean terutama terhadap pertumbuhan tinggi, jumlah daun dan jumlah akar. Perlakuan konsentrasi sitokinin 150 ppm dan diberi EM4 menghasilkan tinggi tanaman 13,73 cm, jumlah daun 10,62 lembar dan merupakan per-tumbuhan bibit krangean yang terbaik dari semua perlakuan yang dicobakan.
Kata kunci: pembibitan, krangean, sitokinin, dan EM4
ABSTRACT
no able to produce rapid and qualified seedlings. Therefore this study was done to evaluate the seedling of kran -gean seed with the treatments of Cytokinin and Effective Microorganism 4 (EM4). This study was conducted at the experimental station of the Research Center for Medicinal Plants and Traditional Medicine, using completely randomized design (CRD) with two treatments. The first treatment is the concentration of cytokinin consists of 4 levels, namely: 0, 50, 100, 150 ppm, while the second treatment is the present of EM4 and without EM4. The results showed that the treatment of cytokines and EM4 can spur the growth of the krangean seed especially on the seedling high, the number of leaves and number of roots. The treatment of cytokinin on concentration of 150 ppm and EM4 was yield the best result on the seedling growth indicated by the highest plant height (13.73 cm) dan leaf number (10.62).
Key words: seedling, krangean, cytokinin, and EM4
PENDAHULUAN
Tanaman krangean (Litsea cubeba (Lour.) Pers) merupakan famili Lauraceae yang tumbuh
pada dataran tinggi (Heyne, 1987). Litsea cubeba
(Lour.) Pers. mengandung senyawa bioaktif alkaloid, minyak atsiri, flavonoid dan steroid. Senyawa lauratanin dalam krangean telah terbukti dapat menginduksi kejang pada tikus (Chen et al., 1994), selain itu, ekstrak metanol kulit batang krangean dapat menghambat katalis mieloperoksidase yang menyebabkan terjadinya inflamasi (Choi and Hwang, 2004). Secara empirik minyak kulit batang krangean telah dimanfaatkan sebagi obat kejang otot atau menurunkan aktivitas lokomotor, obat batuk, dan menghangatkan badan.
Perbanyakan tumbuhan ini dilakukan secara generatif menggunakan biji. Benih krangean tergolong biji yang sulit berkecambah, hal ini digambarkan dengan banyaknya biji pada satu tanaman tetapi jarang ditemukan bibitnya. Ditinjau dari jenis biji, krangean termasuk biji rekalsitran, dengan karakteristik cepat mengalami kemunduran viabilitas bila disimpan.
Tumbuhan ini memiliki daya regenerasi yang rendah, karena tingkat survival seedling
yang rendah (Baker, 1997). Pertumbuhan bibit krangean di lapangan sangat lambat dan gampang mati. Selama 20 tahun terakhir, spesies ini telah mengalami penurunan jumlah hingga sepertiganya (Kayang et al., 2009), oleh karena itu perlu dilakukan percobaan-percobaan untuk memacu pertumbuhan bibit agar didapatkan bibit yang berkualitas. Menurut Weaver (1972), zat pengatur tumbuh golongan sitokinin dapat memacu perkembangan tunas samping, pembentukan pucuk, peluasan daun, penundaan penuaan, mempengaruhi perkecambahan biji-bijian, merangsang pertumbuhan akar, memacu pembelahan sel, dan diferensiasi sel. Sitokinin menjadi penting pada beberapa aspek pertumbuhan dan perkembangan tanaman terutama untuk proses metabolik yaitu berperan penting untuk biosintesa protein. Sitokinin berfungsi untuk mempercepat pembelahan sel, membantu pertumbuhan tunas, menghambat pengguguran daun dan akar (Mac Grow dalam
Davies, 1987).
kultur campuran dari mikroorganisme yang menguntungkan bagi pertumbuhan. Sebagian besar mengandung mikroorganisme
Lactobacillus sp., bakteri penghasil laktat, serta dalam jumlah sedikit mikroba fotosintetik
Streptomyces sp. Effective microorganism 4 mampu meningkatkan dekomposisi bahan organik, meningkatkan ketersediaan nutrisi tanaman serta dapat mengatur keseimbangan mikroorganisme dalam tanah (Wididana dan Higa, 1993).
Berdasarkan uraian tersebut, maka dilakukan percobaan pembibitan dalam rangka upaya memacu pertumbuhan benih krangean [L. cubeba (Lour.) Pers.] melalui pemberian sitokinin dan EM4.
METODE PENELITIAN
Percobaan dilakukan di rumah kaca dan ruangan pembibitan Balai Besar Litbang Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TO-OT) pada ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut (m dpl.). Bahan yang digunakan adalah biji krangean diambil dari kebun percobaan B2P2TO-OT yang telah masak fisiologi, media tanam, GA3, Sitokinin (BAP), EM4 dan aquadest
Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap dengan dua faktor perlakuan yang disusun secara faktorial dengan tiga kali ulangan, adapun faktor yang dicobakan adalah :
Faktor I adalah konsentrasi sitokinin (S) yang terdiri dari 4 taraf perlakuan yaitu: 0 ppm (S0), 50 ppm (S1), 100 ppm (S2), 150 ppm (S3), sedangkan faktor II adalah EM4 yang terdiri dari: tanpa pemberian EM4 (E0) dan pemberian EM4 (E1).
Cara Kerja
• Penyiapan Benih Krangean
Biji yang dipilih untuk benih berasal dari tanaman induk yang telah mengalami masak fisiologis, ukuran normal dan tidak keriput. Kulit biji dibuang lalu dikeringanginkan pada suhu kamar selama 2 hari.
• Penyemaian Benih Krangean
Sebelum benih krangean disemai terlebih dahulu direndam dalam larutan GA3 dengan konsentrasi 100 ppm selama 24 jam, setelah itu disemai pada media pasir yang telah disiapkan dan disiram setiap pagi
• Penyiapan EM4.
EM4 10 ml dilarutkan dalam 1 liter aquades ditambah dengan 10 g gula pasir, larutan dan didiamkan kurang lebih 5-6 jam. Larutan EM4 disiramkan ke media tanam masing-masing bibit sebanyak 10 ml setiap 2 minggu sekali. • Penyiapan dan Perlakuan Bibit Krangean
Setelah umur satu bulan di penyemaian krangean dipindah ke dalam polibag yang bermedia campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1. Pemeliharaan bibit meliputi penyiraman, pengendalian hama dan penyakit serta membuang gulma yang tumbuh di media dalam polibag. Sitokinin diberi dengan cara disemprotkan ke seluruh daun dan batang bibit krangean, sedangkan EM4 diberikan dengan cara disiramkan ke media tanam yang mana perlakuan tersebut diberikan setiap dua minggu sekali.
5% dan 1% dan bila terdapat beda nyata akan dilanjutkan dengan uji Duncan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil sidik ragam menunjukan bahwa konsentrasi sitokinin dan Effective microorganism
4 (EM4) memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan bibit krangean terhadap variabel tinggi, jumlah daun, panjang akar dan jumlah akar. Sitokinin dengan konsentrasi 100 dan 150 ppm dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi dan jumlah daun bibit, sedangkan pada konsentrasi 50 ppm belum terdapat perbedaan nyata dari perlakuan tanpa penggunaan sitokinin (Tabel 1), hal ini menunjukan bahwa zat pengatur tumbuh dari golongan sitokinin dapat mempengaruhi fisiologis tanaman pada konsentrasi tertentu.
Tabel 1. Pengaruh konsentrasi sitokinin dan EM4 terhadap tinggi dan jumlah daun bibit krangean [Litsea cubeba (Lour.) Pers]
1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan
Tinggi
Keterangan: angka yang diikuti huruf yang sama pada setiap kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut DMRT pada taraf 5%
Pada Tabel 1 juga terlihat bahwa EM4 secara nyata dapat meningkatkan tinggi dan jumlah daun. EM4 disebutkan dapat memperbaiki kesuburan media tanam dengan mempercepat dekomposisi atau perombakan bahan organik. Hasil dekomposisi menyebabkan akar lebih efektif menyerap unsur hara dan air bagi pertumbuhan. Unsur hara dan air akan diproses oleh daun menjadi cadangan makanan yang akan ditranslokasikan untuk pertumbuhan jaringan tanaman.
Kombinasi konsentrasi sitokinin 150 ppm dengan pemberian EM4 memberikan hasil tinggi dan jumlah daun yang terbaik pada bibit krangean umur dari 1 sampai 3 bulan (Tabel 2). Pada perlakuan ini tinggi bibit dapat ditingkatkan
Tabel 2. Pengaruh interaksi dari konsentrasi sitokinin dan EM4 terhadap tinggi dan jumlah daun bibit kran-gean [Litsea cubeba (Lour.) Pers]
1 Bulan 2 Bulan 2 Bulan
Tinggi
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada setiap kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut DMRT pada taraf 5%
Perlakuan sitokinin 150 ppm dan pemberian EM4 terhadap krangean umur 3 bulan merupakan memberikan hasil yang
tertinggi, yaitu tinggi bibit (10,78 cm) dan jumlah
daun (10,62 helai). Parameter ini menunjukan hasil yang berbeda nyata dengan perlakuan kontrol (tanpa sitokinin dan EM4) yang hanya menghasilkan tinggi bibit (9,94 cm) dan jumlah daun (9,22 helai).
Dari tabel interaksi terlihat bahwa kombinasi perlakuan konsentrasi sitokinin 150 ppm dan EM4 memberikan hasil yang terbaik
terhadap panjang akar (13,865 cm) dan jumlah akar (12,896 helai) dan menunjukan perbedaan
yang nyata terhadap kontrol (tanpa pemberian sitokinin dan EM4) (Tabel 3.)
Tabel 3. Pengaruh interaksi dari konsentrasi sitokinin dan EM4 terhadap panjang dan jumlah akar bibit kran-gean (Litsea cubeba (Lour.) Pers)
Perlakuan Panjang Akar (cm) Jumlah Akar (helai)
S0E0 8,236 a 8,635 a
Perkembangan akar tanaman mempunyai korelasi terhadap kepadatan tanah, semakin padat dan keras tanah maka perkembangan akar semakin terbatas, serta akar semakin
pendek (Shaw dan Laing, 1986). Pengaruh
yang lebih baik terhadap perkembangan akar pada perlakuan ini diduga karena EM4, sebab EM4 dapat mengefektifkan mikroorganisme merombak bahan-bahan organik yang dapat diserap oleh perakaran tanaman untuk pertumbuhannya menjadi lebih baik (Wididana dan Higa, 1993). Makin efektif mikroba tanah melakukan perombakan bahan organik juga dapat memperbaiki pH tanah dari asam ke netral. Perubahan pH tanah akan mempengaruhi dinamika ketersediaan unsur hara tanah. Umumnya ketersediaan unsur hara tanah meningkat bila pH tanah mendekati 7 (netral). Perombakan bahan organik juga meningkatkan pelepasan unsur hara yang akan meningkatkan ketersediaanya bagi tanaman. Peningkatan kesuburan tanah dan semakin netralnya pH tanah maka akan meningkatkan pertumbuhan tanaman.
EM4 mengandung mikroorganisme yang antara lain bakteri asam laktat yang dapat memfermentasikan bahan organik sehingga mempercepat perombakan dan meningkatkan kapasitas infiltrasi, airase dan drainase tanah.
KESIMPULAN
Dari penelitian yang telah dilakukan, maka disimpulkan sebagai berikut:
1. Pemberian sitokinin (BAP) dan EM4 dapat meningkatkan pertumbuhan bibit krangean.
2. Penyemprotan sitokinin dengan
konsentrasi 150 ppm, menghasilkan pertumbuhan yang terbaik, sedangkan pada konsentrasi 50 ppm belum dapat memacu pertumbuhan bibit krangean. 3. Perlakuan konsentrasi sitokinin 150 ppm
dengan pemberian EM4 menghasilkan tinggi tanaman 13,73 cm, jumlah daun 10,62 lembar dan merupakan pertumbuhan bibit krangean yang terbaik dari semua perlakuan yang dicobakan.
DAFTAR PUSTAKA
Baker, PJ. 1997. Seedling establishment and growth across forest type in an evergreeendeciduous forest mosaic in western Thailand. Nat. Hist. Bull. Siam Soc.,
45: 17-41.
Chen, WY., Ko FN., Wu YC., Lu ST., and Teng CM. 1994. Vasorelaxaing effect in rat thoracic aorta caused by lauratanine isolated from Litsea cubeba Persoon J. Pharm. and Pharmacol. 46(5): 380-382
Choi EM. and Hang JN. 2004. Effect of methanolic extract and fraction from Litsea cubeba bark on the production of inflammatory mediators in RAW 264.7 cells. J. Fitoterapia, 75: 141-148
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Badan Litbang Kehutanan. Departemen Kehutanan
Kayang H., Kharbuli B., and Syeim D. 2009. Litsea cubeba Pers. An untapped economic plant species of Meghalaya. Natural Product Radiance. A Bimontly Journal on Natural Product, 8(1): 1-2.
Davies Pj. Martinus Nijhoff, p.593-601
Shaw RH., Laing DR. 1986. Moisture Stress and Plant Response in ‘Plant Environment and Efficient Water Use (WH Piere et al.,eds) USA, Madison, Wisconsin, p.73-94
Weaver, RJ. 1992. Plant Growth Substances in Agriculture. W.H. Freeman and Co, San Fransisco