• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL DAN ANALISA USAHA TERNAK KERBAU DI DESA DANGDANG KECAMATAN CISAUK KABUPATEN TANGERANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROFIL DAN ANALISA USAHA TERNAK KERBAU DI DESA DANGDANG KECAMATAN CISAUK KABUPATEN TANGERANG"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PROFIL DAN ANALISA USAHA TERNAK KERBAU DI DESA

DANGDANG KECAMATAN CISAUK

KABUPATEN TANGERANG

S.RUSDIANA

Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Jl. Raya Pajajara,n Kav.E 59, Bogor

ABSTRAK

Usaha ternak kerbau merupakan komponen penting dalam usahatani penduduk pedesaan karena pemeliharaan ternak kerbau dapat membantu pendapatan rakyat di pedesaan dengan pemanfaatan sumberdaya alam yang tersedia di sekitarnya. Studi mengenai profil dan analisa kelayakan usaha ternak kerbau dapat memberikan gambaran usaha yang saat ini dijalankan oleh peternak dan informasi bagi pengambil kebijakan dalam upaya memperbaiki dan meningkatkan produktivitas usaha ternak kerbau agar dapat lebih berperan dalam ekonomi rumah tangga peternak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui profil usaha ternak kerbau yang dijalankan oleh peternak kerbau di Desa Dangdang Kecamatan Cisauk, Kabupaten Tangerang dan analisa kelayakan usaha yang dilakukan oleh peternak sebagai upaya untuk meningkatkan pendapatan keluarga. Penelitian dilaksanakan dengan metoda survei dengan menggunakan kuesioner dan wawancara terhadap 35 responden peternak kerbau di Desa Dangdang, Kecamatan Cisauk, Kabupaten Tangerang. Data sekunder dan data primer yang terkumpul kemudian dianalisis secara deskriptif serta analisis ekonomi B/C rasio dan analisis pendapatan. Data jumlah ternak dianalisa dengan analisa ragam berdasarkan umur, pendidikan, pekerjaan dan pengalaman beternak dengan PROC GLM (General Linier Model) dari program SAS Ver 9,0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Desa Dangdang memiliki potensi sebagai daerah usaha ternak kerbau karena mempunyai daya dukung lahan yang potensial sebagai sumber hijauan pakan. Jumlah pemilikan kerbau oleh peternak berdasarkan umur, pendidikan, pekerjaan dan pengalaman beternak tidak berbeda, namun terlihat ada kecenderungan bahwa semakin tua, semakin rendah pendidikan dan semakin berpengalaman dalam beternak, jumlah pemilikan kerbau semakin meningkat. Responden dengan pekerjaan berdagang dan buruh bangunan cenderung mempunyai jumlah pemilikan kerbau lebih sedikit. Sementara itu yang mempunyai pekerjaan petani dan buruh tani cenderung mempunyai kerbau lebih banyak. Dari pemeliharaan kerbau, peternak mendapatkan keuntungan Rp.2.700.000/tahun atau Rp.225.000/bulan dengan nilai B/C rasio 3,4, yang menunjukkan bahwa usaha ternak kerbau tersebut cukup layak untuk terus dijalankan.

Kata kunci: Usaha ternak kerbau, profil, analisis ekonomi

PENDAHULUAN

Populasi ternak kerbau di Indonesia tercatat sekitar 2,2 juta ekor yang tersebar hampir di seluruh propinsi kecuali hanya sedikit di Sulawesi Utara dan Gorontalo. Lebih dari 51% populasi kerbau berada di Pulau Sumatera dan sekitar 22% berada di Pulau Jawa. Di Pulau Jawa populasi terbanyak terletak di Propinsi Jawa Barat (170.568 ekor) menyusul Banten yang populasi kerbaunya sekitar 144.944 ekor (DITJEN PETERNAKAN, 2008).

Kabupaten Tangerang sebagai bagian dari Jawa Barat memiliki populasi kerbau sebanyak 17.507 ekor pada tahun 2007 (DINAS

pemeliharaan kerbau masih diusahakan oleh petani kecil (peternakan rakyat) yang berada di wilayah pedesaan dengan keterbatasan penguasaan sumberdaya (lahan, pendapatan, inovasi dan teknologi). Keadaan demikian menunjukkan bahwa pola usaha ternak kerbau belum merupakan usaha komersial, yakni merupakan usaha sampingan yang ditandai dengan skala usaha relatif kecil dan tatalaksana pemeliharaan seadanya.

Usaha ternak kerbau merupakan komponen penting dalam usahatani penduduk pedesaan karena dapat membantu pendapatan rakyat di pedesaan dengan pemanfaatan sumberdaya alam yang tersedia di sekitarnya (KUSNADI,

(2)

masyarakat, sebagai tabungan, tambahan penghasilan, sebagai tenaga kerja dan kotorannya bisa dijadikan pupuk sekaligus memberikan sumber keuntungan/pendapatan bagi petani. (DEVENDRA, 1993). Namun demikian, sampai saat ini usaha ternak kerbau di pedesaan belum banyak mempertimbangkan aspek keuntungan, pemeliharaan kerbau belum diupayakan oleh peternak agar dapat berproduksi secara optimal.

Kabupaten Tangerang merupakan wilayah pendukung ibukota Jakarta dan berpotensi sebagai wilayah pensuplai komoditas ternak bagi ibukota Jakarta. Daya dukung lahan yang dimiliki masih memungkinkan bagi pengembangan usaha ternak baik ruminansia maupun non ruminansia. Ketersediaan hijauan baik rumput atau berbagai limbah pertanian dan industri sebagai pakan masih cukup tersedia bagi ternak ruminansia. Jarak yang tidak terlalu jauh dari Jakarta serta daya dukung lahan yang dimiliki Kabupaten Tangerang merupakan kelebihan yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan usaha ternak ruminansia, khususnya kerbau. Studi mengenai profil dan analisa kelayakan usaha ternak kerbau dapat memberikan gambaran usaha ternak kerbau yang saat ini dijalankan oleh peternak dan informasi bagi pengambil kebijakan dalam memperbaiki dan meningkatkan produktivitas ternak kerbau agar dapat lebih berperan dalam ekonomi rumah tangga peternak.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui profil usaha ternak kerbau yang dijalankan oleh peternak kerbau di Desa Dangdang, Kecamatan Cisauk, Kabupaten Tangerang dan analisa kelayakan usaha ternak kerbau yang dilakukan oleh peternak sebagai upaya untuk meningkatkan pendapatan keluarga.

MATERI DAN METODE

Penelitian ini dilaksanakan dengan metoda survai menggunakan kuesioner untuk mewawancarai 35 responden peternak kerbau di Desa Dangdang, Kecamatan Cisauk, Kabupaten Tangerang. Penentuan desa lokasi

penelitian ditetapkan sesuai dengan informasi Dinas Peternakan setempat. Populasi kerbau terbanyak terdapat di Kecamatan Cisauk. Karakteristik lokasi penelitian mewakili daerah lahan pertanian sawah dan sisa lahan kosong perkebunan karet dan perkebunan kelapa. Data sekunder dan data primer yang terkumpul kemudian dianalisis secara deskriptif serta analisis ekonomi B/C rasio dan analisis pendapatan (BOEDIONO, 1983; GITTINGER, 1986). Data jumlah ternak dianalisa dengan analisa ragam berdasarkan umur, pendidikan, pekerjaan dan pengalaman beternak dengan PROC GLM (General Linier Model) dari program SAS Ver 9,0 (SAS, 1988).

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum dan Daya Dukung Lahan Pertanian

Kabupaten Tangerang terdiri dari 36 Kecamatan yang dibagi atas 251 Desa dan 77 kelurahan. Sebagian besar Kabupaten Tangerang merupakan dataran rendah. Kabupaten Tangerang mempunyai luas wilayah + 1.110 km2 dengan jumlah penduduk + 3.212.000 jiwa (DINAS PETERNAKAN KABUPATEN TANGERANG, 2007).

Sampai saat ini Kabupaten Tangerang memiliki lahan pertanian seluas 89.240 ha yang terdiri dari lahan sawah seluas 40.740 ha dan lahan kering seluas 22.464 ha. Pada lahan sawah tersebut pada musim hujan (MH) dapat ditanam seluas 39.891 ha, sedangkan pada musim kemarau (MK) ditanam seluas 31.110 ha, sehingga dalam satu tahun rata-rata dapat ditanami seluas 70.891 ha dan sisanya lahan kosong dan lahan perkebunan.

Desa Dangdang memiliki luas lahan pertanian 411 ha. Lahan pertanian dan lahan kosong perkebunan merupakan lahan terbesar di Desa Dangdang, menyusul kebun campuran dan lahan sawah. Keadaan ini menggambarkan bahwa daerah ini memiliki prospek pengembangan usahatani ternak, tanaman pangan, sayuran dan palawija. Sebagian besar penduduk mempunyai mata pencaharian

(3)

Tabel.1. Jumlah ternak menurut jenisnya di Kecamatan Cisauk (ekor) Lokasi Kecamatan Cisauk

Ruminansia besar/kecil Unggas

Desa/ Kelurahan

Kerbau Sapi Kambing Domba Ayam buras Ayam pedaging Ayam petelur Itik Ciater 98 43 75 65 876 60 65 Rawabuntu - - 1.123 - 12.987 2.987 40 651 Serpong - 15 32 98 - - 27 Dangdang 175 54 543 - - - Suradita 72 54 1.211 398 13.986 5.786 400 543 Kranggan - - 1.098 432 8.765 16.955 20 408 Muncul 7 80 43 32 1.098 8.764 - 231 Setu - - 324 - 121 6.322 - - Babakan 55 43 76 43 6.687 80 - - Kademangan 8 15 1.213 43 986 - - 89 Cibogo 12 10 43 76 127 - - - Cisauk 10 16 65 54 1.457 2.430 - - Sampora 20 25 325 32 2.243 7.340 32 43 Pangasing 4 9 242 - 43 45.850 - 319 Gunungsirih - 54 198 327 2.765 432.765 4.400 - Pabuaran 25 543 3.243 239 16.879 654.890 15.564 1.985 Sukamulya 18 65 432 16 1.064 1.560 - 15.228 Jumlah 504 1.026 9.563 1.789 70.728 753.024 20.456 19.589

Sumber: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN TANGERANG (2007)

sebagai buruh tani, pedagang, bangunan, pegawai negeri, swasta dan petani. Usaha ternak merupakan usaha yang banyak digeluti penduduk, dengan jenis ternak yang diusahakan adalah kerbau, sapi, kambing, domba, ayam buras, ayam ras dan itik (DINAS PETERNAKAN KABUPATEN TANGERANG, 2007). Jumlah ternak untuk setiap desa di Kecamatan Cisauk terlihat seperti pada Tabel 1.

Karakteristik Peternak Kerbau

Tabel 2 memperlihatkan karakteristik responden peternak berdasarkan umur, pendidikan, pengalaman beternak dan pekerjaan. Pada Tabel 2 tersebut nampak bahwa umur sebagian besar peternak masih produktif untuk melakukan pemeliharaan ternak kerbau (45,3%). Dilihat dari tingkat

42,9% berpendidikan SMA, peternak yang tidak tamat sekolah dasar hanya 5 persen. Sebagian besar petani ternak mempunyai pekerjaan utama sebagai petani (42,9%), buruh tani (28,6%) dan pegawai negeri/pensiunan (8,6%).

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa jumlah kepemilikan kerbau peternak berdasarkan umur, pendidikan, pekerjaan dan pengalaman beternak tidak berbeda nyata (p > 0,05), akan tetapi terdapat beberapa kecenderungan yang menarik. Terlihat ada kecenderungan bahwa semakin tua, semakin rendah pendidikan dan semakin berpengalaman dalam beternak, diiringi oleh peningkatan jumlah kepemilikan kerbau. Peternak yang berusia muda dan berpendidikan lebih tinggi kemungkinan mempunyai kegiatan/aktivitas

(4)

Karakteristik Jumlah responden Persen Kepemilikan ternak (ekor) Umur (tahun) 20-35 8 22,9 2,1 36-45 16 45,7 2,3 > 46 11 31,4 3,0 Pendidikan formal Tamat SD 12 34,3 2,8 Tamat SMP 15 42,9 2,2 Tamat SMA 5 14,3 2,1 Tidak sekolah 2 5,7 3,5 Pekerjaan utama Petani 15 42,9 2,6 Buruh tani 10 28,6 2,6 Pegawai negeri/pensiun 3 8,6 2,3 Dagang 3 8,6 2,0 Bangunan/lainnya 4 11,4 1,8 Pengalaman beternak: 1-5 tahun 7 20,0 1,9 6-10 tahun 12 34,3 2,4 > 10 tahun 16 45,7 2,7

lain sebagai sumber nafkah keluarga sehingga usaha ternak kerbau hanya ditempatkan sebagai usaha sampingan. Namun dengan semakin meningkatnya usia peternak, alokasi waktu untuk beternak menjadi lebih banyak dan pemilikan cenderung bertambah. Kecenderungan peternak dengan pendidikan lebih rendah mempunyai kerbau lebih banyak juga menunjukkan bahwa ketergantungan sumber nafkah pada kerbau menjadi semakin tinggi. Peternak dengan pengalaman beternak lebih lama juga cenderung memiliki kerbau lebih banyak. Suatu hal yang wajar mengingat pengalaman memberikan kepercayaan diri yang tinggi kepada peternak untuk berusaha ternak. Jenis pekerjaan juga memberikan kecenderungan peningkatan atau penurunan pemilikan ternak kerbau. Responden dengan pekerjaan berdagang dan buruh bangunan cenderung mempunyai jumlah kepemilikan kerbau lebih sedikit. Sementara itu responden yang mempunyau pekerjaan petani dan buruh tani cenderung mempunyai kerbau paling banyak. Pekerjaan petani dan buruh tani lebih

“dekat” atau sejenis dengan beternak sehingga tidak mengherankan, petani dan buruh tani mempunyai kerbau labih banyak.

Rataan jumlah pemeliharaan dan umur ternak kerbau yang dipeliara peternak di Desa Dangdang adalah 2,4 ekor dimana paling banyak dipelihara betina dewasa dan jantan muda (Tabel 3). Dari struktur populasi ternak kerbau yang dipelihara di lokasi pengamatan nampak bahwa proposi induk (>24,2%) yang dipelihara menempati tertinggi dan keadaan ini menggambarkan bahwa usaha pemeliharaan ternak kerbau di Desa Dangdang merupakan usaha budi daya ternak kerbau untuk produksi anak dan pendapatan diperoleh hasil pembesaran anak.

Sistem Pemeliharaan Kerbau

Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa jarak kandang dari rumah peternak tidak begitu jauh, sekitar 5–10 m dari rumah. Sistem pemeliharaan hampir 99%

(5)

Lokasi Desa Dangdang (n=35) Uraian

Rata-rata

Umur/ekor Jumlah/ekor Rataan/ekor Persen

Jantan dewasa 8,5 14 0,4 16,3 Betina dewasa 5,4 24 0.7 28,2 Jantan muda 1,1 12 0,7 14,1 Betina muda 1,2 14 0,4 16,4 Jantan anak 0,6 10 0,3 11,8 Betina anak 0,6 11 0,3 12,9 Jumlah - 85 2,4 100

digembalakan dengan cara mengandangkan ternak pada malam hari dan digembalakan pada siang hari di sawah-sawah atau diikat pindah di kebun atau di areal lahan penggembalaan yang terbuka yang ditumbuhi dengan berbagai jenis rerumputan seperti leguminose, rumput gajah, rumput raja, rumpai raket, rumput kawat, alang-alang, dan sisa limbah hasil pertanian. Hijauan merupakan pakan utama untuk ternak ruminansia. Ketersediaan hijauan sangat tergantung pada alam terutama pada pemeliharaan ternak yang dilakukan secara tradisional. Umumnya peternak menambahkan rumput alam yang dipotong dan diberikan dalam kandang di sore

hari. Ternak yang dipelihara secara ikat pindah selama siang hari, biasanya pada malam harinya masih diberi tambahan berupa rumput potong kira-kira 20-25 kg/ekor. Sedangkan bagi ternak kerbau yang dikandangkan terus menerus diberikan hijauan dua kali lebih banyak.

Ternak kerbau dipelihara oleh peternak di Desa Dangdang berumur 1-15 tahun. Setelah induk kerbau tua dan tidak produktif lagi biasanya dipotong untuk tujuan konsumsi, tidak jarang setelah beranak lebih dari 4-8 kali. Namun kerbau jantan banyak dijual pada umur yang masih relatif muda untuk dikonsumsi.

Tabel 4. Analisis ekonomi usaha ternak kerbau

Kriteria Volume Harga satuan (Rp) Jumlah (Rp)

Modal investasi:

- Pembelian induk 1 ekor 5.550.000 5.550.000

- Pembelian jantan 1 ekor 6.550.000 6.550.000

- Kandang 1 unit 1.500.000 1.500.000

Biaya Produksi: 13.600.000

- Tenaga kerja/bulan 1 orang 1.200.000 1.200.000

- Penyusutan kandang 1 tahun 300.000 300.000

Total Biaya Produksi: 1.500.000

Penjualan ternak muda 1 ekor 4.500.000 4.500.000

Keuntungan/tahun 3.000.000

Keuntungan bersih/bulan 225.000

B/C ratio 2,0

Keterangan: Sumber data 2007: Induk kerbau dan jantan dibeli kondisi siap kawin dengan harga Rp 5.550.000/ekor dan Rp 6.550.000/ekor dipelihara selama 1-8 tahun, menghasilkan keturunan 6 kali setelah itu dijual dengan harga Rp.6.250.000/ekor, untuk ternak jantan Rp

(6)

Rataan kepemilikan ternak di Desa Dangdang adalah 1-2 ekor induk kerbau/KK ada juga yang memiliki kerbau hingga 4 ekor induk/KK. Pada umumnya kerbau tersebut adalah milik sendiri, disamping itu ada juga yang memelihara kerbau milik orang lain dengan sistem bagi hasil, apabila sudah beranak anaknya maka dibagi dua antara pemilik dan pemelihara.

Analisis Usaha Ternak Kerbau

Tabel 4 memperlihatkan hasil analisa ekonomi usaha ternak kerbau dengan jumlah pemeliharaan 2 ekor/KK. Berdasarkan informasi dari peternak, per tahun peternak memperoleh penerimaan sebesar Rp 4.500.000/tahun dari penjualan ternak muda. Diasumsikan mendapat keuntungan selama satu tahun sebesar Rp 3.000.000. Hasil analisa menunjukkan R/C rasio 2,0 yang artinya usaha pemeliharaan ternak kerbau bisa dipertahankan sebagai sumber pendapatan peternak di pedesaan.

KESIMPULAN

Desa Dangdang, Kecamatan Cisauk, Kabupaten Tangerang memiliki potensi sebagai daerah untuk usaha ternak kerbau karena mempunyai daya dukung lahan yang potensial sebagai sumber hijauan, disamping usaha tanaman pangan. Jumlah pemilikan kerbau oleh peternak berdasarkan umur, pendidikan, pekerjaan dan pengalaman beternak tidak berbeda, namun terlihat ada kecenderungan bahwa semakin tua, semakin rendah pendidikan dan semakin berpengalaman dalam beternak, jumlah kepemilikan kerbau semakin meningkat. Sementara itu, responden dengan pekerjaan berdagang dan buruh bangunan cenderung mempunyai jumlah pemilikan kerbau lebih sedikit sementara itu responden yang mempunyai pekerjaan petani dan buruh tani cenderung mempunyai kerbau paling banyak. Dari pemeliharaan kerbau, peternak mendapatkan keuntungan Rp 3.000.000/tahun atau Rp 225.000/bulan dengan nilai B/C rasio 3,4. Nilai B/C rasio tersebut menunjukkan bahwa usaha ternak kerbau tersebut cukup layak untuk dijalankan dan dipertahankan.

DAFTAR PUSTAKA

BOEDIONO. 1983. Ekonomi Mikro. BPFE. Jakarta. DEVENDRA, C. 1993. Ternak ruminansia di Asia.

Dalam Woszika-Tomaszewska, I.M. Mastika, A. Djajanegara, S. Garniner dan T. R. Wiradarya (Eds.). Produksi Kambing dan Domba di Indonesia. Sebelas Maret University Press. Surakarta.

DINAS PETERNAKAN KABUPATEN TANGERANG.2007.

Disnak Peternakan Kabupaten Tangerang dalam Angka Sementara 2007. Tangerang. DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN. 2008. Statistik

Peternakan 2008. Direktorat Jenderal Peternakan. Departemen Pertanian. Jakarta. GITTINGER, J.P. 1986. Analisis Ekonomi

Proyek-Proyek Pertanian. Edisi Kedua. Universitas Indonesia. Jakarta.

KUSNADI, U. 2004. Kontribusi ternak dalam meningkatkan pendapatan petani di lahan marginal Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten. J. Pembangunan Peternakan Tropis. Special Edition Oktober 2004.

KUSNADI, U., D. A. KUSUMANINGRUM, R. S. G. SIANTURI dan E. TRIWULANNINGSIH. 2005. Fungsi dan peranan kerbau dalam sistem usahatani di Propinsi Banten. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 12-13 September 2005. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor.

MANSYUR,NYIMAS,P.INDRANI danI.SUSILOWATI. 2005. Peran leguminosa tanaman penutup pada sistem pertanian jagung untuk penyediaan hijauan pakan ternak. Bogor, 12-13 September 2005. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor..

SAS. 1988. SAS/STAT User’s Guide Release 9.0 Edition. North Carolina : SAS Institute Inc., Cary.

SUNARSO, WIDIYONO, SUMARSO, E. PANGESTU, F. WAHYONO DAN J. ACHMADI. 1989. Pemanfaatan Rumput Setaria spacelata sebagai Konservasi Tanah dan Manfaatnya Bagi Peningkatan Usaha Produksi Ternak Ruminansia. Laporan Penelitian DP3M Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Jakarta.

Gambar

Tabel 2 memperlihatkan karakteristik  responden peternak berdasarkan umur,  pendidikan, pengalaman beternak dan  pekerjaan
Tabel 4. Analisis ekonomi usaha ternak  kerbau

Referensi

Dokumen terkait

1) Pemenang pertama Lomba Perpustakaan Sekolah/Madrasah Tingkat SLTA (SMA, MA dan SMK) negeri termasuk SLTA kedinasan dan swasta tingkat provinsi, apabila

Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan di bidang Farmasi dan pemanfaatan sumber pangan yang berupaya mencari sumber alternatif baru di laut yang dapat dimanfaatkan

• Upah adalah penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha kepada tenaga kerja untuk sesuatu pekerjaan yang telah atau akan dilakukan, dinyatakan atau dinilai dalam bentuk

Penentuan tujuan, yang dimaksud adalah area pekerjaan atau aktivitas yang harus diselesaikan dan kriteria yang jelas untuk mengevaluasi tersebut antara lain meliputi

ICZM (Integrated Coastal Zone Management) merupakan suatu pendekatan yang komprehensif yang dikenal dalam pengelolaan wilayah pesisir, berupa kebijakan yang terdiri

Pengguna TIK dengan tingkat optimisme dan inovasi yang tinggi masuk dalam kategori Explorer , merupakan individu-individu yang memiliki motivasi dan rasa percaya diri yang

Hotel Surabaya termasuk salah satu bangunan konservasi golongan A di kawasan pusat kota Bandung yang telah menjadi bagian dari Hotel Carrcadin, sebuah hotel baru