• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada umumnya bertujuan untuk merubah kualitas kehidupan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada umumnya bertujuan untuk merubah kualitas kehidupan"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Pembangunan pada umumnya bertujuan untuk merubah kualitas kehidupan manusia dan kualitas wilayahnya atau lingkungannya ke arah yang lebih baik. Pembangunan juga merupakan tuntutan masyarakat guna mendapatkan kesejahteraan yang lebih layak dan mencapai kemajuan. Menurut Coralie Bryant dan Louise White, pembangunan merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan manusia untuk mempengaruhi masa depannya (Ndraha, 1990:15). Dari pengertian ini pembangunan berarti membangkitkan kemampuan masyarakat dalam mendorong tumbuhnya kebersamaan dan kerjasama dalam meningkatkan kesejahteraan hidup mereka.

Di dalam pembangunan salah satu yang harus menjadi prioritas utama adalah dengan melakukan pembangunan di daerah pedesaan. Pembangunan di pedesaan sangatlah penting karena sebagian besar penduduk di Indonesia, yaitu sebesar 60% tinggal di daerah pedesaan (Jayadinata dan Pramandika, 2006:1). Maksud dari pembangunan pedesaan adalah menghilangkan atau mengurangi berbagai hambatan dalam kehidupan sosial ekonomi masyarakat desa.

Untuk mempercepat pembangunan di suatu daerah diperlukan pemberian kebebasan pemerintah pada setiap daerah dalam membangun daerahnya atau pemberian wewenang terhadap suatu daerah agar lebih leluasa dalam meberikan pembangunan yang sesuai dengan kemampuan daerah tersebut. Salah satu pemberian wewenang ini yaitu dengan adanya otonomi daerah. Dimana dengan otonomi seperti yang dijelaskan di dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

(2)

pemerintahan daerah menjelaskan bahwa prinsip otonomi daerah menggunakan prinsip otonomi seluas-luasnya, dalam arti daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan diluar yang menjadi urusan pemerintah yang ditetapkan undang-undang ( Kaloh, 2007 : 72 ). Dari pengertian ini daerah memiliki kewenangan sendiri dalam mengurusi daerahnya dengan semakin minimnya dominasi birokrasi pusat yang digantikan dengan peran institusi-institusi masyarakat lokal dan adanya semangat partisipasi masyarakat yang sangat dikedepankan (Dwipayana, 2003 : 179 ).

Di dalam pelaksanaan otonomi daerah, terdapat sejumlah tantangan yang harus diantisipasi agar pelaksanaan otonomi daerah dapat tercapai dengan baik. Diantara tantangan yang dihadapi oleh daerah adalah tuntutan untuk mengurangi ketergantungan anggaran terhadap pemerintah pusat, pemberian pelayanan publik yang dapat menjangkau seluruh kelompok masyarakat, pelibatan masyarakat dalam proses pembangunan dan peningkatan otonomi masyarakat lokal dalam mengurus dirinya sendiri.

Salah satu bentuk otonomi daerah yaitu dengan melakukan pemekaran kecamatan. Salah satu kecamatan yang melakukan pemekaran yaitu Kecamatan Aek Ledong yang berada pada Kabupaten Asahan. Kecamatan Aek Ledong merupakan kecamatan yang baru dimekarkan dari Kecamatan Aek Kuasan Kabupaten Asahan Sebagai kecamatan yang baru dimekarkan, Kecamatan Aek Ledong diberikan wewenang dalam mengatur dan mengurus daerahnya. Kecamatan dalam hal ini diberikan wewenang untuk dapat membangun daerahnya dalam berbagai aspek yaitu melakukan pembangunan di bidang pendidikan, kesehatan, politik, ekonomi, sosial

(3)

budaya dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang ada atau dengan kata lain kecamatan ini memiliki wewenang dalam memberikan pelayanan, peningkatan peran serta masyarakat, pembangunan dan pemberdayaan masyarakatnya.

Pemberian otonomi daerah ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui peningkatan pelayanan kepada masyarakat, percepatan pertumbuhan kehidupan demokrasi, percepatan pelaksanaan pembangunan perekonomian daerah, percepatan pengelolaan potensi daerah, peningkatan keamanan dan ketertiban, peningkatan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah. Dalam hal peningkatan kesejahteraan masyarakat yang dimaksud, ada dua hal yang penting untuk diperhatikan seiring dengan pemekaran yang terjadi yaitu bagaimana pemerintahan berlangsung dan bagaimana dampaknya di masyarakat setelah pemekaran tersebut berjalan. Artinya, pemekaran tersebut harus mempunyai implikasi positif terhadap kesejahteraan masyarakatnya, salah satunya dengan adanya percepatan pembangunan di wilayah yang dimekarkan tersebut (http://repository.usu.ac.id. Di akses pada tanggal 7 Maret 2012 pada pukul 18.07 Wib). Untuk mewujudkan tujuan dari pemekaran tersebut dilakukan pembangunan daerah demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan untuk menciptakan pemerintahan daerah yang merespon hak-hak komunitasnya yang akan mengikutsertakan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan, kebijaksanaan dan memungkinkan masyarakat untuk mendapatkan akses terhadap pembangunan tersebut semakin dekat dan dapat menjadikan suatu penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan lebih efektif dan efisien.

(4)

Kecamatan Aek Ledong merupakan kecamatan yang baru dimekarkan pada tahun 2008. Kecamatan Aek Ledong ini memiliki tujuh desa. Pemekaran Kecamatan ini dilakukan dalam rangka mendorong peningkatan dan percepatan pelayanan pemerintah, pembangunan dan kemasyarakatan desa. Sebelum pemekaran menjadi Kecamatan Aek Ledong, semua urusan pemerintahan harus ke Kecamatan Aek Kuasan yang jaraknya cukup jauh. Hal inilah yang menyebabkan urusan administrasi pemerintahan dan pembangunan desa terhambat. Setelah pemekaran kecamatan, pemerintah Kecamatan Aek Ledong sedang giat melakukan pembangunan dalam berbagai aspek.

Salah satu pembangunan yang sedang dilakukan di Kecamatan Aek Ledong yaitu dengan melakukan peningkatan terhadap kualitas sumber daya manusia. Salah satu indikator keberhasilan pembangunan dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusianya adalah semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk. Semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk, menyebabkan jumlah penduduk lanjut usia (Lansia) terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada saat ini jumlah orang lansia tahun 2010 mencapai 23,99 juta jiwa atau 9,77 persen dari jumlah penduduk. Sebanyak 57 persen di antaranya tinggal di desa dan 54 persennya adalah perempuan. Tahun 2014, diperkirakan jumlah orang lansia mencapai 28,82 juta jiwa atau 11,34 persen jumlah penduduk 2012 pada pukul 15.35 wib). Tingginya jumlah lansia tersebut jika tidak ditangani untuk kedepannya dikhawatirkan akan membawa permasalahan tersendiri bagi pembangunan yang berlangsung. Permasalahan ini nantinya akan berkaitan dengan

(5)

kualitas kehidupan sehari – hari lansia, yaitu yang berkaitan dengan masalah sosial, kesehatan, produktivitas, semangat dan kebahagiaan.

Lansia sering sekali dianggap lemah oleh masyarakat. Seperti yang dikemukakan oleh World Health Organization (WHO) terdapat beberapa asumsi masyarakat yang keliru mengenai lansia yaitu yang pertama masyarakat beranggapan bahwa kaum lansia biasanya lemah dan rapuh fisiknya sehingga sangat rentan terhadap penyakit yang nantinya akan merepotkan di dalam kehidupan sosial. Kedua, kaum lansia tidak memberikan sumbangan apa-apa bagi komunitas. Ketiga, kaum lansia adalah beban bagi masyarakat karena dianggap sebagai orang yang tidak mampu bekerja lagi sehingga masyarakat menganggap tidak akan mampu lagi menanggung dukungan ekonomi dan mahalnya perawatan kesehatan bagi kaum lansia di tahun-tahun mendatang (Hutapea, Ronald, 2005:23-24).

Mengingat kondisi dan permasalahan lansia tersebut, maka penanganan masalah lansia harus menjadi prioritas, karena permasalahannya terus ada dengan pertambahan jumlahnya. Seiring dengan semakin meningkatnya populasi lansia, pemerintah memberikan pelayanan kesehatan bagi para lansia yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan lansia untuk mencapai masa tua bahagia. Dalam hal ini, Kecamatan Aek Ledong sebagai kecamatan yang baru dimekarkan melakukan berbagai aspek pembangunan yang salah satunya yaitu memberikan pelayanan kesehatan berupa program yang dikhususkan untuk para lanjut usia (Lansia) yaitu berupa pelayanan kesehatan posyandu usila.

Posyandu Usia Lanjut (Usila) adalah program pelayanan kesehatan lanjut usia atau upaya kesehatan khusus yang dilaksanakan oleh tenaga Puskesmas dan

(6)

bekerjasama dengan pemerintah desa dengan dukungan peran aktif masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat lanjut usia. Misalnya pemeriksaan kesehatan untuk mendeteksi dini penyakit degeneratif seperti : Diabetes Melitus, Hipertensi dan Osteoporosis pada kelompok masyarakat lanjut usia.Pelayanan kesehatan lansia ini meliputi kegiatan upaya promotif (upaya promosi berupa penyuluhan), preventif (upaya pencegahan penyakit berupa pemeriksaan penyakit secara berskala), kuratif (pengobatan terhadap penyakit), rehabilitatif (penyembuhan terhadap penyakit) dan rujukan (upaya kuratif dan rehabilitatif kepada pasien berupa rujukan untuk berobat ke spesialis.

Didalam pelaksanaan posyandu usila yang menjadi sasaran utamanya yaitu kelompok usia menjelang lanjut usia atau pra lanjut usia yaitu usia 45 tahun sampai dengan kelompok lanjut usia dengan resiko tinggi yaitu usia lebih dari 70 tahun. Tujuan dari posyandu usila ini yaitu meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan keberadaannya dalam masyarakat. Selain itu, posyandu usila ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran keluarga dalam berperan serta untuk dapat memperhatikan kesehatan para lansia dan juga posyandu usila ini bertujuan meningkatkan kesadaran pada lansia untuk membina sendiri kesehatannya, meningkatkan kemampuan dan peran serta masyarakat dalam menghayati dan mengatasi kesehatan lansia.

Posyandu usila yang ada di Kecamatan Aek Ledong ini diadakan setiap sebulan sekali. Di posyandu usila ini para lansia menjalani pemeriksaan terhadap kesehatannya. Selain itu, adanya posyandu usila menjadikan para lansia bertemu

(7)

dengan para lansia lain. Dengan adanya pertemuan ini sangat mempengaruhi keadaan psikologis para lansia antara satu dengan yang lain.

Adanya pelayanan kesehatan posyandu usila ini merupakan pelayanan yang masih dapat dijangkau oleh masyarakat secara khususnya para lansia. Pelayanan kesehatan ini yaitu berupa pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan yang murah, efektif dan efisien bagi lansia. Dengan adanya pelayanan yang baik dari posyandu usila dapat memberikan respon berupa persepsi bagi para lansia untuk dapat menilai pelayanan kesehatan yang dijalankan, yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan dan kehidupan sosial para lansia. Untuk itu peneliti sangat tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai persepsi lansia terhadap program Posyandu Usila.

1.2.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah yang diangkat peneliti yaitu :

1. Bagaimana persepsi lansia terhadap pelayanan kesehatan posyandu usila di Kecamatan Aek Ledong pasca pemekaran kecamatan ?

2. Bagaimana partisipasi lansia dalam pelayanan kesehatan posyandu usila di Kecamatan Aek Ledong pasca pemekaran kecamatan ?

1.3.Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini yaitu :

1. Untuk mengetahui persepsi lansia dalam pelayanan kesehatan posyandu usila di Kecamatan Aek Ledong Pasca pemekaran kecamatan.

(8)

2. Untuk mengetahui partisipasi lansia dalam pelayanan kesehatan posyandu usila di Kecamatan Aek Ledong pasca pemekaran kecamatan.

1.4.Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis bagi penelitian ini yaitu diharapkan hasil penelitian yang diperoleh dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta bermanfaat dalam pengembangan ilmu-ilmu sosial, khususnya sosiologi kesehatan dan sosiologi pembangunan.

1.4.2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis bagi penelitian ini yaitu diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah wawasan terhadap peneliti dan juga dapat memberikan sumbangan bagi pemerintah setempat dalam mengambil kebijakan pembangunan bagi masyarakat khususnya dalam bidang pembangunan kesehatan. Selain itu, dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan peran keluarga dalam memperhatikan kesehatan lansia, dan juga diharapkan masyarakat akan dapat lebih berpartisipasi dalam memperhatikan kesehatannya sendiri dan juga dapat ikut serta memperhatikan kesehatan para lansia.

1.5. Definisi Konsep

Dalam sebuah penelitian ilmiah, definisi konsep sangat diperlukan untuk mempermudah dan memfokuskan penelitian agar tidak menimbulkan kesalahpahaman konsep yang dipakai dalam penelitian ini. Maka batasan-batasan konsep yang akan diberikan yaitu :

(9)

1. Persepsi yaitu suatu proses yang dilakukan individu untuk memilih, mengatur dan menafsirkan respon yang didapat dari sekeliling individu tersebut. Yang menjadi persepsi masyarakat dalam penelitian ini yaitu persepsi lansia terhadap pelayanan kesehatan posyandu usila di Kecamatan Aek Ledong pasca pemekaran kecamatan.

2. Lansia adalah kelompok masyarakat yang telah berusia lanjut yang membutuhkan perhatian khusus dalam merawat kesehatan dirinya. Kelompok masyarakat ini yaitu kelompok yang berusia pada kelompok usia menjelang lanjut usia atau pra lanjut usia ( 45 -54 tahun ), kelompok lanjut usia (55 -64 tahun), kelompok lanjut usia tua ( >65 tahun ) dan kelompok lanjut usia denganresiko tinggi ( lebih dari 70 tahun ).

3. Partisipasi yaitu suatu bentuk aktualisasi diri dari kesediaannya dan kemauannya baik secara sukarela maupun tidak dalam keterlibatan dan pelibatan masyarakat dalam suatu program. Dalam hal ini, partisipasi yang dimaksud yaitu partisipasi lansia dalam pelaksanaan program pelayanan kesehatan posyandu usila yaitu dalam bentuk keterlibatan lansia dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan posyandu usila di Kecamatan Aek Ledong. 4. Pelayanan kesehatan merupakan suatu bentuk pelayanan yang ditujukan

dalam bentuk peningkatan pada kesehatan masyarakat, pencegahan agar masyarakat tidak mengalami sakit dan pengobatan bagi masyarakat yang mengalami sakit. Bentuk dari pelayanan kesehatan yang ada pada penelitian ini yaitu dalam bentuk posyandu. Pelayanan kesehatan posyandu dalam penelitian ini yaitu pelayanan kesehatan posyandu yang ditujukan kepada para

(10)

lansia atau yang diberi nama dengan posyandu usila. Bentuk dari pelayanan kesehatan posyandu usila ini yaitu upaya pelayanan kesehatan posyandu dalam bentuk pelayanan promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif dan rujukan. 5. Posyandu Usila merupakan salah satu bentuk program pelayanan kesehatan

yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup lansia agar mencapai masa tua yang sehat, bahagia, berdaya guna dan produktif. Posyandu Usila yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu Posyandu Usila Yang berada di Kecamatan Aek Ledong Kabupaten Asahan.

6. Pemekaran kecamatan yaitu pembentukan kecamatan baru dengan cara mengembangkannya dari kecamatan yang telah ada dengan tujuan untuk mempercepat pembangunan daerah serta meningkatkan kualitas masyarakatnya. Dalam hal ini, salah satu pembangunan yang dilakukan pemerintah yaitu melakukan peningkatan terhadap pelayanan kesehatan terhadap masyarakatnya khususnya para lansia melalui pelayanan kesehatan posyandu usila.

7. Otonomi Daerah yaitu hak, wewenang dan kewajiban yang diberikan kepada suatu daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat guna meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat dan mempercepat pembangunan daerah di berbagai aspek. Dalam penelitian ini pembangunan yang dilakukan yaitu pembangunan kesehatan terhadap masyarakat Kecamatan Aek Ledong.

(11)

1.6. Definisi Operasional dan Operasional Variabel 1.6.1. Definisi Operasional

Operasional merupakan penggambaran prosedur untuk memasukkan unit-unit ke dalam kategori-kategori. Definisi operasional merupakan gambaran teliti mengenai prosedur yang diperlukan untuk memasukkan unit-unit analisis ke dalam kategori-kategori tertentu dari tiap-tiap variabel ( Prasetyo dan Lina, 2005 : 90 ).

1.6.2. Operasional Variabel A. Variabel Bebas

Adapun yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah pelayanan kesehatan posyandu usila dengan indikatornya :

1. Ketersediaan fasilitas fisik di posyandu usila. 2. Ketersediaan fasilitas obat di posyandu usila. 3. Ketersediaan paramedis di posyandu usila.

4. Keterlibatan pemerintah dan lembaga dalam posyandu usila 5. Adanya kejelasan informasi tentang adanya posyandu usila.

6. Adanya kejelasan terhadap prosedur yang dilakukan di dalam posyandu usila. B. Variabel Terikat

Adapun yang menjadi variabel terikat dalam penelitian ini adalah persepsi lansia dengan indikatornya :

1. Pengetahuan lansia tentang adanya program posyandu usila. 2. Keikutsertaan lansia dalam program.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan mempertimbangkan seluruh karakter yang dipelajari maka secara berturut-turut Arjuna, Pena Boto, DT-6, Lokal Lendang Ree, Lokal Rempek, dan Lokal Tumbu adalah genotipe

Melakukan rapat koordinasi dengan perawat wilayah (menentukan jadwal kegiatan) Perawat dan dokter gigi Presensi rapat koordinasi, ATK, undangan 60 menit Jadwal kegiatan,

Penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisis pengaruh beberapa faktor terhadap produktivitas kerja karyawan (Studi pada: LPK Istibank di Surakarta). Dengan variabel

Pada jalur utama Margonda, banyak terdapat bangunan baru yang memiliki fungsi komersial memposisikan diri pada bagian depan dari suatu kapling (tanpa ada GSB atau GSB=0), dengan

Karena untuk perusahaan besar setara PT Shopee International Indonesia pun tidak luput dari kelemahan pengendalian internal yang dapat menjadi peluang untuk

bahwa untuk menciptakan tertib administrasi penyelenggaraan organisasi kemasyarakatan yang didirikan oleh warga negara asing di Indonesia sebagaimana dimaksud dalam huruf a

Metode laihan ladder drill merupakan metode latihan yang memiliki unsur keseimbangan, daya tahan otot, kekuatan, kecepatan kaki dan koordinasi yang sangat

Organisasi dapat berkembang luas dengan segala kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan dengan menggunakan sumber daya manusia yang