KORELASI ANTARA KARAKTER GURU MATEMATIKA DENGAN MINAT BELAJAR SISWA SMKN 54 JAKARTA PUSAT
PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh :
Ortolana Yosefina Rensa NIM : 091414018
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
KORELASI ANTARA KARAKTER GURU MATEMATIKA DENGAN
MINAT BELAJAR SISWA SMKN 54 JAKARTA PUSAT
PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh :
Ortolana Yosefina Rensa
NIM : 091414018
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
vii ABSTRAK
Ortolana Yosefina Rensa, 2013. Korelasi Antara Karakter Guru Matematika Dengan Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara karakter guru matematika dengan minat belajar siswa kelas X dan XI jurusan Teknik Kendaraan Ringan (TKR) dan Teknik Pendingin dan Tata Udara (TPTU) SMKN 54 Jakarta Pusat pada mata pelajaran matematika, serta karakter guru matematika seperti apa yang mereka idamkan berdasarkan 4 macam penggolongan dasar karakter manusia.
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan metode analisis data campuran (kualitatif dan kuantitaif). Subjek penelitian ini adalah 3 guru matematika serta 5 kelas X dan 4 kelas XI yang diampu oleh ketiga guru tersebut. Pengambilan data dilakukan dengan cara observasi terhadap aktivitas guru di sekolah, pengisian kuesioner karakter guru matematika dan minat belajar siswa oleh guru matematika dan siswa, pengisian kuesioner karakter guru matematika idamanku oleh siswa, dan wawancara terhadap guru dan siswa tentang pendapat mereka mengenai karakter guru dan minat belajar siswa.
Hasil penelitian menunjukan bahwa : 1) ada korelasi antara karakter guru matematika dengan minat belajar siswanya walaupun nilai koefisien korelasinya rendah. Bentuk korelasinya adalah korelasi linear positif. 2) adanya korelasi tersebut dikarenakan kesadaran guru dalam menjalankan perannya sebagai tenaga guru profesional sekaligus sebagai faktor pendukung dalam membangun minat belajar siswa terhadap pelajaran matematika. 3) karakter guru matematika idaman siswa SMKN 54 Jakarta Pusat adalah yang karakter dominannya tipe Flegmatik.
viii ABSTRACT
Ortolana Yosefina Rensa, 2013. Correlation Between Mathematics Teacher Character With Student Interest In Math Lesson. Mathematics Education Program, Department of Mathematics and Natural Sciences, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.
This research was aimed to find out the correlation between the character of mathematics teacher with student interest in class X and XI Light Vehicle Engineering Department (TKR) and Cooling Engineering and Air System (TPTU) 54 SMKN in Central Jakarta in mathematics , and mathematics teacher character like what they desire based on 4 kinds of basic classification of human character.
Research conducted a qualitative descriptive study with mixed methods of data analysis (qualitative and quantitative). The subjects on this research were 3 math teacher and 9 classes of teaching by the three teachers. Data were collected by observation of the activities of teachers in school, math teacher character and interest in student learning questionnaires by math teacher and students, the character of mathematics teacher of my dreams questionnaires by students, and interviews with teachers and students about their opinions on the teachers character and interests of student learning.
The results showed that: 1) there is a correlation between the character of mathematics teacher with their students' learning interest although the low value of the correlation coefficient. Form of the correlation is positive linear correlation. 2) there is correlation because of teachers conscious to perform their stations as a professional teacher and also as one of determinant to build up student interest in math lesson. 3) character math teacher's dream student SMK 54 Central Jakarta is the dominant character type Flegmatik.
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan bimbingannya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Korelasi Antara Karakter Guru Matematika Dengan Minat Belajar Siswa SMKN 54 Jakarta Pusat pada Mata Pelajaran Matematika”.
Salah satu tujuan dari penyusunan skripsi adalah sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika. Namun lebih daripada itu, penulis sendiri memperoleh banyak manfaat dari kegiatan tersebut yakni penulis pada akhirnya mengetahui seperti apa korelasi antara karakter guru matematika dengan minat belajar siswanya. Dalam skripsi ini penulis mengambil sampel guru matematika dan siswa di SMKN 54 Jakarta Pusat. Walaupun ruang lingkup penelitiannya masih cukup sempit untuk membuat kesimpulan yang bersifat generalisasi, namun penulis ingin mengungkap fakta lain di lapangan pendidikan bahwa karakter seorang guru pun memberikan dampak bagi perkembangan minat siswanya terhadap mata pelajaran tersebut.
Mengingat bahwa ada banyak pihak yang terlibat dalam membantu penyelenggaraan dan penyelesaian skripsi ini, maka dengan rendah hati dan hati penuh syukur ingin mengucapkan limpah terima kasih kepada:
1. Bapak Dominikus Arif Budi Prasetyo, S.Si., M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik sekaligus Dosen Pembimbing Skripsi yang sudah meluangkan waktu dan pikiran untuk membimbing penulis selama menyusun skripsi. 2. Bapak Dr. M. Andy Rudhito, S.Pd selaku Kaprodi Matematika.
x
4. Pihak SMKN 54 Jakarta Pusat yang dengan tangan terbuka menerima penulis selama melaksanakan penelitian di sana, teristimewa ucapan terima kasih kepada Bapak Kelapa Sekolah SMKN 54 Jakarta Pusat, Bapak Suwondo, Ibu Dyah, Ibu Ari, dan seluruh siswa kelas X dan kelas XI SMKN 54.
5. Orang tua dan kedua adikku yang telah banyak mendukung dan menguatkan penulis dalam setiap pekerjaan dan tantangan selama belajar.
6. Sahabat-sahabat penulis: Ety, Cepin, Arnie, Siska, Iput, Sangkin, Angel, dan Arek yang selalu ada dalam setiap moment bersama. Terima kasih sobat untuk setiap senyuman dan air mata yang kita alami bersama.
7. Semua teman-teman PMAT ’09 untuk semua pengalaman belajar, kebersamaan, dan kekeluargaan yang boleh kita alami bersama. Tetap berjuang teman-teman, semoga kita dapat menjadi agen-agen pembaharu pendidikan yang berkualitas.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menjadi inspirasi bagi pembaca. Terima kasih dan selamat membaca.
xi DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... vi
ABSTRAK ... vii
B.Identifikasi Masalah ... 5
C.Pembatasan Masalah ... 5
D.Rumusan Masalah ... 6
2.Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar ... 10
B.Profesi Guru ... 19
1.Pengertian ... 19
2.Kode Etik Guru ... 20
3.Empat Kompetensi dasar guru profesional ... 20
xii
C.Perkembangan Minat Siswa ... 23
1.Kedudukan siswa ... 23
2.Perkembangan minat ... 26
D.Karakter Manusia ... 29
1.Pengertian karakter ... 29
2.Macam-macam karakter ... 29
3.Faktor-faktor yang membentuk karakter seseorang ... 34
4.Karakteristik kepribadian guru ... 36
F.Kerangka Berpikir ... 40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 41
A.Jenis Penelitian ... 41
B.Tempat dan Waktu Penelitian ... 41
C.Subjek dan Objek Penelitian ... 42
D.Populasi dan Sampel ... 45
E.Bentuk Data ... 46
F.Metode Pengumpulan Data ... 47
G.Instrumen Penelitian ... 49
H.Teknik Keabsahan Instrumen ... 53
I.Prosedur Pelaksanaan Penelitian di Lapangan ... 55
J.Metode Analisis Data ... 57
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA ... 62
A.Hasil Penelitian dan Analisis Data... 62
B.Keterbatasan Penelitian ... 87
BAB V PENUTUP ... 88
A.Kesimpulan ... 88
B.Saran ... 90
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1.Kekuatan dan kelemahan dari 4 macam karakter manusia ... 31
Tabel 2.2.Tipe dan watak manusia menurut Hippocrates ... 35
Tabel 3.1.Rincian pembagian kelas untuk mata pelajaran matematika di SMKN 54 Jakarta Pusat tahun ajaran 2012/2013 ... 42
Tabel 3.2.Rincian sampel guru-siswa yang diambil ... 44
Tabel 3.3.Kisi-kisi Observasi ... 49
Tabel 3.4.Kisi-kisi kuesioner karakter guru matematikaku ... 50
Tabel 3.5.Kisi-kisi kuesioner minat belajar siswa terhadap mata pelajaran matematika ... 51
Tabel 3.6.Kisi-kisi kuesioner karakter guru matematika idamanku ... 51
Tabel 3.7.Instrumen validasi observasi, kuesioner, dan wawancara ... 54
Tabel 3.8.Rekap data hasil observasi ... 57
Tabel 3.9.Kriteria predikat hasil observasi ... 58
Tabel 3.10.Rekap data hasil kuesioner karakter guru matematika dan minat belajar siswa ... 59
Tabel 3.11.Tabel konversi besar korelasi ... 60
Tabel 3.12.Rekap data hasil kuesioner karakter guru matematika idamanku .. 60
Tabel 3.13.Kriteria predikat DCM ... 61
Tabel 4.1.Jadwal kegiatan penelitian di SMKN 54 Jakarta Pusat ... 62
Tabel 4.2.Rekap data uji coba kuesioner karakter guru matematika ... 64
xiv
Tabel 4.4.Rekap data hasil kuesioner karakter guru matematika dengan minat belajar siswa M1 ... 68 Tabel 4.5.Rekap data hasil kuesioner karakter guru matematika dengan minat
belajar siswa M2 ... 71 Tabel 4.6.Rekap data hasil kuesioner karakter guru matematika dengan minat
belajar siswa M3 ... 74 Tabel 4.7.Rekapan hasil observasi terhadap subjek penelitian ... 78 Tabel 4.8.Data rekapan hasil kuesioner karakter guru matematika idaman siswa
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Surat permohonan ijin penelitian di SMKN 54 Jakarta Pusat Surat balasan dari SMKN 54 Jakarta Pusat
Instrumen observasi aktivitas guru Kuesioner karakter guru matematika Kuesioner minat belajar siswa
Kuesioner guru matematika idamanku Validitas instrumen penelitian
Rekapan hasil uji validitas butir dan reliabilitas kuesioner karakter guru matematika
Rekapan hasil uji validitas butir dan reliabilitas kuesioner minat belajar siswa Rekapan hasil pengisian kuesioner karakter guru matematika dan minat belajar siswa
Rekapan hasil pengisian kuesioner karakter guru matematika idamanku Contoh hasil observasi aktivitas guru
1 BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Belajar merupakan istilah yang tak asing dalam kehidupan manusia
khususnya dalam setiap usaha pendidikan. Proses belajar terjadi karena ada
interaksi antara individu dengan lingkungannya. Menurut Robert Gagne dalam
bukunya The Conditions of Learning 1977 (Nini Subini dkk, 2012:84), belajar
merupakan sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah
laku, yang keadaannya berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi
belajar dan sesudah melakukan tindakan yang serupa itu. Perubahan yang
dimaksud terjadi akibat adanya suatu pengalaman atau latihan, bukan
merupakan perubahan serta merta akibat refleks yang bersifat naluriah.
Sementara itu, istilah belajar berkaitan erat dengan istilah
pembelajaran. Pada dasarnya, proses pembelajaran merupakan upaya
mengkondisikan lingkungan agar terjadi kegiatan belajar. Di dalam konteks
dunia pendidikan, kegiatan pembelajaran erat kaitannya dengan guru sebagai
salah satu mediator pembelajaran. Guru memegang peran penting dalam setiap
kegiatan pembelajaran di kelas. Walaupun tidak sepenuhnya guru menjadi
pusat pembelajaran, namun guru memiliki andil dalam mengelola
pembelajaran yang akan berlangsung. Sehingga model guru menjadi tolak
Berdasarkan pengalaman saya ketika sekolah, ketika saya
melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL), ketika berdiskusi dengan
saudara yang juga masih sekolah, dan ketika membaca beberapa buku bacaan,
saya menemukan bahwa tidak sedikit komentar yang didengungkan oleh para
siswa ketika di sekolah seperti “Malas ah, gurunya ga enak” atau ungkapan
lain “I hate the subject because i hate the teacher”. Mendengar pernyataan
seperti itu membuat saya berpikir bahwa seberapa kuat pengaruh sosok seorang
guru terhadap minat belajar siswanya.
Pada suatu kesempatan saya melakukan observasi di salah satu
sekolah di Jakarta. Kenyataannya, di sekolah tersebut minat belajar siswanya
sangat dipengaruhi oleh karakter gurunya. Hal ini disebabkan oleh faktor
lingkungan tempat tinggal rata-rata siswa kurang mendukung siswa tersebut
untuk belajar. Berdasarkan keterangan beberapa guru, 80% siswa di sekolah
tersebut berasal dari kelas ekonomi menengah ke bawah. Hal ini menyebabkan
kurangnya kesadaran akan pentingnya belajar baik dari orang tua maupun
siswa ketika sudah berada di luar lingkungan sekolah.
Berdasarkan fakta di atas, bagi sekolah tersebut karakter seorang guru
menjadi salah satu faktor yang penting untuk membangkitkan minat belajar
siswanya. Selain itu, berdasarkan latar belakang sosial siswa, guru menjadi
sosok panutan utama dan motivator bagi mereka untuk belajar. Apa yang
diperbuat oleh gurunya menjadi dasar bagi cara belajar mereka terhadap
Dalam bukunya Pendidikan Karakter, Zainal Aqib menuliskan bahwa
karakter adalah kualitas atau kekuatan mental atau moral, akhlak atau budi
pekerti individu yang berupa kepribadian khusus yang membedakannya dengan
individu lain. Sedangkan, karakter pendidik adalah kualitas mental atau
kekuatan moral, akhlak atau budi pekerti pendidik yang merupakan
kepribadian khusus yang harus melekat pada pendidik. Seorang guru dikatakan
berkarakter (Zainal, 2011:79) jika ia memiliki nilai dan keyakinan yang
dilandasi hakikat dan tujuan pendidikan serta digunakan sebagai kekuatan
moral dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik.
Hipocrates (Patty dkk, 1982:155), mengemukakan bahwa karakter
manusia dibedakan atas 4 tipe yaitu : tipe Sanguinis (gembira, optimis), tipe
Flegmatik (tenang, berhati dingin), tipe Melankolik (pemurung), tipe Kolerik
(pemarah). Kemudian dalam teori-teori psikologis lebih lanjut, Forence Litteur,
penulis buku laris “Personality Plus” menguraikan keempat sifat dasar atau
karakter manusia tersebut beserta kelebihan dan kelemahannya (Pustaka Nilna,
25 Februari 2013). Ia menambahkan pula bahwa tidak ada tipe yang paling
baik, karena semuanya baik. Oleh karena itu, apapun karakter seorang guru
bukanlah sesuatu yang buruk, tetapi sejauh mana seorang guru mengolah
karakternya tersebut dalam kaitannya sebagai seorang pendidik yang kompeten
dan profesional.
Selama ini tidak banyak penelitian mengenai pengaruh dari karakter
guru terhadap minat belajar siswanya. Dikatakan pengaruh dari karakter guru
minat belajar siswa terhadap mata pelajaran yang bersangkutan. Selain metode
pembelajaran yang menarik, biasanya hal sederhana yang menarik minat siswa
untuk belajar adalah sosok guru yang sesuai dengan pandangan mereka. Oleh
karena itu, saya tertarik untuk meneliti korelasi antara karakter guru
matematika dengan minat belajar siswanya.
Dalam penelitian ini saya memilih sampel dari siswa SMKN 54
Jakarta Pusat. Pada dasarnya saya memilih siswa SMK karena pada usia ini
siswa berada pada masa-masa labil, ingin dipahami, dan mulai jenuh dengan
kegiatan belajar mengajar di kelas. Selain itu, pada jenjang ini pola pikir siswa
kebanyakan bersifat subjektif. Begitupun dengan belajar, mereka akan bersikap
subjektif dalam memilih pelajaran apa dan siapa guru yang mereka sukai. Di
lain pihak, berdasarkan latar belakang sosial mereka (berdasarkan hasil
observasi) guru merupakan tokoh yang paling berperan sebagai motivator
mereka dalam belajar. Oleh karena itu, hal pertama yang menjadi daya tarik
mereka untuk belajar adalah karakter guru yang membimbing mereka.
Dengan demikian, perlunya mengetahui korelasi antara karakter guru
matematika dengan minat belajar siswa kelas X dan kelas XI jurusan Teknik
Kendaraan Ringan (TKR) dan Teknik Pendingin dan Tata Udara (TPTU)
SMKN 54 Jakarta Pusat pada mata pelajaran matematika agar guru mampu
memotivasi siswa secara maksimal untuk belajar sehingga pada akhirnya
B.Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dalam penelitian ini antara lain:
• belajar merupakan unsur penting dalam pendidikan
• pembelajaran merupakan upaya mengkondisikan lingkungan agar terjadi
kegiatan belajar
• guru memegang peranan penting dalam proses pembelajaran
• faktor lingkungan tempat tinggal siswa kurang mendukung siswa untuk
belajar
• guru menjadi sosok panutan dan motivator bagi siswa
• pola pikir subjektif siswa sebagai seorang remaja untuk menilai dan
memilih guru seperti apa atau pelajaran apa yang disukainya
C.Pembatasan Masalah
Agar penelitian tidak meluas dan dapat terarah sesuai tujuan penelitian,
maka permasalahan dibatasi pada:
1. menganalisis tipe/karakter guru matematika SMKN 54 Jakarta Pusat
yang menjadi model penelitian dan mencari korelasinya dengan minat
belajar siswa kelas X dan XI jurusan Teknik Kendaraan Ringan (TKR)
dan Teknik Pendingin dan Tata Udara (TPTU) SMKN 54 Jakarta Pusat
pada mata pelajaran matematika.
2. menganalisis tipe/karakter guru seperti apa yang diidamkan oleh siswa
siswa kelas X dan XI jurusan Teknik Kendaraan Ringan (TKR) dan
D.Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. apakah ada korelasi antara karakter guru matematika dengan minat
belajar siswa kelas X dan kelas XI jurusan Teknik Kendaraan Ringan
(TKR) dan Teknik Pendingin dan Tata Udara (TPTU) SMKN 54 Jakarta
Pusat pada mata pelajaran matematika?
2. karakter guru matematika seperti apakah yang diidamkan oleh siswa
kelas X dan kelas XI jurusan Teknik Kendaraan Ringan (TKR) dan
Teknik Pendingin dan Tata Udara (TPTU) SMKN 54 Jakarta Pusat?
E.Tujuan
Tujuan umum:
1. mengetahui korelasi antara karakter guru matematika dengan minat
belajar siswa kelas X dan XI jurusan Teknik Kendaraan Ringan (TKR)
dan Teknik Pendingin dan Tata Udara (TPTU) SMKN 54 Jakarta Pusat
pada mata pelajaran matematika.
2. menganalisis karakter guru matematika seperti apa yang diidamkan oleh
siswa kelas X dan kelas XI jurusan Teknik Kendaraan Ringan (TKR)
dan Teknik Pendingin dan Tata Udara (TPTU) SMKN 54 Jakarta Pusat
Tujuan khusus:
1. mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa untuk
2. mengetahui peran guru sebagai tenaga pendidik profesional
3. mengetahui tipe-tipe/karakter dasar manusia
F.Batasan istilah
1. Karakter
Karakter adalah kualitas atau kekuatan mental atau moral,
akhlak atau budi pekerti individu yang berupa kepribadian khusus yang
membedakannya dengan individu lain (Zainal, 2011:78).
2. Minat
Minat adalah suatu kecenderungan yang agak menetap dalam
diri peserta didik dimana ia merasa tertarik pada suatu hal dan merasa
gembira bersama hal tersebut (Masidjo, 2006:25).
3. Belajar
Belajar merupakan sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam
perubahan tingkah laku, yang keadaannya berbeda dari sebelum individu
berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan yang
serupa itu. Perubahan tersebut terjadi akibat adanya suatu pengalaman
atau latihan. Berbeda dengan perubahan serta merta akibat refleks atau
perilaku yang bersifat naluriah (Nini subini dkk, 2012:84).
4. Remaja
Pada hakekatnya, masa remaja merupakan masa menemukan
diri, meneliti sikap hidup yang lama dan mencoba-coba yang baru untuk
G.Manfaat
Karena penelitian tentang mencari korelasi antara karakter guru
matematika dengan minat belajar siswa SMK pada mata pelajaran matematika
baru pertama kali dibuat maka ada banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh,
antara lain:
1. dapat mengetahui korelasi antara karakter guru matematika dengan minat
belajar siswa kelas X dan XI SMKN 54 Jakarta Pusat;
2. dapat mengetahui karakter guru matematika seperti apa yang diidamkan
oleh siswa SMK (usia 15 – 18 tahun) dilihat dari segi pandang remaja
tersebut;
3. sebagai bahan/referensi bagi calon guru matematika dan guru matematika
untuk mengetahui korelasi antara karakter guru dengan minat belajar
siswa terhadap mata pelajaran matematika;
4. sebagai acuan dan referensi bagi penelitian-penelitian selanjutnya yang
9 BAB II
KAJIAN TEORI
A.Belajar
1. Pengertian
Menurut seorang ahli pendidikan, Dimyati Mahmud (Nini Subini dkk,
2012:83) bahwa belajar adalah suatu perubahan dalam diri seseorang yang
terjadi karena pengalaman. Dalam hal ini juga ditekankan pada pentingnya
perubahan tingkah laku, baik yang dapat diamati secara langsung maupun
tidak.
Pengertian lain, menurut Oemar Hamalik (Nini Subini dkk, 2012:84)
adalah bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang
dinyatakan dalam cara-cara berperilaku yang baru berkat pengalaman dan
latihan.
Robert Gagne dalam bukunya The Conditions of Learning 1977 (Nini
Subini dkk, 2012:84), mengemukakan bahwa belajar merupakan sejenis
perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku, yang
keadaannya berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi belajar dan
sesudah melakukan tindakan yang serupa itu. Perubahan terjadi akibat
adanya suatu pengalaman atau latihan. Berbeda dengan perubahan
2. Faktor –faktor yang mempengaruhi proses belajar
Banyak hal yang mempengaruhi proses belajar seseorang, baik dari
dalam (internal), luar (eksternal), maupun faktor kecenderungan belajar.
a. Faktor internal
Yang dimaksudkan dengan faktor internal adalah faktor yang ada di
dalam diri individu yang sedang melakukan belajar (Nini Subini dkk,
2012:85).
1) Kesehatan dan cacat tubuh
Kesehatan merupakan salah satu hal penting menentukan
aktivitas sehari-hari termasuk belajar. Kondisi fisik yang sehat dan
bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar
seseorang, begitu pun sebaliknya.
2) Intelegensi
Intelegensi merupakan kemampuan umum seseorang dalam
menyesuaikan diri, belajar, atau berpikir abstrak. Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Heller, Monks, dan Passow (Nini
Subini dkk, 2012:86) menyatakan bahwa orang-orang yang memiliki
intelegensi tinggi belum tentu tidak memiliki gangguan dalam
belajar.
3) Minat dan bakat
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Nini Subini dkk,
2012:87) disebutkan minat adalah kecenderungan hati yang tinggi
memperhatikan, menerima dan melakukan sesuatu tanpa ada yang
menyuruh dan sesuatu itu dinilai penting atau berguna bagi dirinya.
Minat juga sangat mempengaruhi hasil belajar seseorang. Minat
yang tinggi dapat menuntun anak untuk belajar lebih baik lagi. Oleh
karena itu, dalam konteks belajar di kelas, seorang guru atau
pendidik lainnya perlu membangkitkan minat anak didik agar
tertarik terhadap materi pelajaran yang akan dipelajarinya.
4) Kematangan (kesiapan)
Kematangan merupakan suatu tingkat atau fase dalam
pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk
melaksanakan kecakapan baru. Dalam belajar, kematangan atau
kesiapan sangat menentukan keberhasilan setiap usaha belajar.
5) Motivasi
Motivasi (Nini Subini dkk, 2012:88) adalah dorongan yang
timbul dalam diri seseorang yang entah disadari atau tidak untuk
melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu.
Berdasarkan sumbernya, motivasi dibagi menjadi dua, yaitu
motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah
semua faktor yang berasal dari dalam diri individu dan memberikan
dorongan untuk melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi ekstrinsik
adalah faktor yang datang dari luar diri individu tetapi memberi
pengaruh terhadap kemauan untuk belajar, seperti pujian,
6) Kelelahan
Kelelahan yang dialami siswa dapat menyebabkan siswa
tidak bisa belajar secara optimal. Kelelahan dalam beraktivitas dapat
mengakibatkan menurunnya kekuatan fisik dan melemahnya kondisi
psikis.
7) Perhatian dan sikap (perilaku)
Sikap (attitude) siswa yang positif, terutama pada guru dan
pelajaran yang diberikan merupakan pertanda awal yang baik bagi
proses belajar siswa. Sebaliknya, sikap negatif siswa terhadap guru
dan pelajaran yang diberikan dapat menimbulkan kesulitan belajar
siswa tersebut.
Perhatian dan sikap siswa dalam belajar dipengaruhi oleh
perasaan senang atau tidak senang baik pada performa guru,
pelajaran, atau lingkungan sekitarnya. Dengan profesionalitasnya,
seorang guru akan berusaha memberikan yang terbaik bagi anak
didiknya; berusaha mengembangkan kepribadian sebagai seorang
guru yang empatik, sabar, dan tulus.
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari lingkungan di
1) Faktor keluarga
Dalam lingkungan keluarga, hal-hal yang dapat
mempengaruhi tingkat kecerdasan atau hasil belajar pada siswa (Nini
Subini dkk, 2012:92) adalah:
a) Cara mendidik
Orang tua yang peduli dengan pendidikan akan
mendidik anaknya untuk tekun dalam mengenyam
pendidikan. Mereka akan mendukung setiap kebutuhan
anaknya untuk belajar dan akan membimbing mereka untuk
berprestasi.
b) Relasi antar anggota keluarga
Relasi dalam anggota keluarga akan menjadi acuan
kenyamanan dalam rumah tersebut. Apabila relasi antar
anggota keluarga rukun dan damai, maka akan tercipta rasa
nyaman di dalam rumah tersebut. Akibatnya anak pun akan
merasa nyaman dalam menjalankan aktivitasnya dalam
rumah termasuk belajar.
c) Suasana rumah
Suasana rumah erat kaitannya dengan poin relasi antar
anggota kelauarga. Suasana nyaman membuat anak merasa
nyaman dalam menjalankan aktivitasnya termasuk belajar.
membuat anak merasa tidak nyaman dalam menjalankan
aktivitasnya termasuk belajar.
d) Keadaan ekonomi keluarga
Keadaan ekonomi keluarga mempengaruhi proses
pemenuhan kebutuhan seseorang untuk belajar. Semakin baik
keadaan ekonomi keluarga, maka terpenuhinya kebutuhan
belajar akan semakin besar diperoleh oleh anak tersebut.
e) Pengertian orang tua
Jika seorang anak mempunyai orang tua yang mengerti
tentang minat dan bakatnya, maka mereka akan mendukung
secara objektif proses belajar anaknya.
f) Latar belakang kebudayaan
Latar belakang budaya juga mempengaruhi seperti apa
aktivitas belajar didukung di dalam keluarga. Keluarga
dengan budaya yang menjunjung tinggi makna pendidikan,
maka makin besar pula perhatian mereka bagi anak-anaknya
untuk belajar dan berprestasi.
2) Faktor sekolah
Faktor lingkungan sekolah yang dapat mempengaruhi kesulitan
belajar siswa (Nini Subini dkk, 2012:95) antara lain:
a) Guru
Di sekolah guru merupakan orang yang mendidik siswa
tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki oleh guru, dan
bagaimana cara guru tersebut mengajarkan pengetahuan
tersebut kepada siswanya turut menentukan hasil belajar yang
akan dicapai oleh siswa.
b) Metode mengajar
Metode mengajar yang digunakan oleh guru dalam
pembelajaran di kelas mendukung interaksi yang terjadi di
dalam kelas selama pembelajaran berlangsung. Semakin tepat
metode yang digunakan guru dalam menyampaikan materi,
semakin banyak pula pemahaman materi yang diserap oleh
siswanya.
c) Instrumen/fasilitas
Instrumen/fasilitas yang disediakan di sekolah tentu
merupakan sarana pendukung bagi siswa untuk
mengakomodasi kebutuhan mereka untuk belajar.
d) Kurikulum sekolah
Kurikulum sekolah yang digunakan di sekolah
merupakan jembatan bagi siswa untuk mengetahui
batasan-batasan ilmu pengetahuan yang sesuai dengan tingkatan usia
dan jenjang kelas yang sedang dijalaninya.
e) Relasi guru dengan siswa
Cara belajar siswa juga dipengaruhi oleh relasinya
dan siswa kurang baik, seperti ada jarak karena takut, tidak
akrab, siswa menjulukinya guru galak, dan sebagainya maka
akan berpengaruh pada kelancaran belajar mengajarnya.
f) Relasi antar siswa
Relasi antar siswa mempengaruhi kenyamanan siswa
untuk belajar di lingkungan sekolah. Jika relasi antar siswa
baik maka secara tidak langsung ia mendapat dukungan dari
lingkungan sosial sekitarnya untuk belajar dan berprestasi
lebih baik lagi.
g) Disiplin sekolah
Disiplin yang diterapkan di sekolah dimaksudkan agar
siswa selain belajar untuk berprestasi di bidang akademik
tetapi juga dididik untuk menjadi pribadi yang mandiri dan
berakhlak mulia.
h) Pelajaran dan waktu
Sikap siswa terhadap suatu mata pelajaran tertentu juga
mempengaruhinya untuk belajar. Hal ini dipengaruhi oleh
minat siswa tersebut terhadap mata pelajaran yang
bersangkutan. Jika ia berminat dan tertarik dengan mata
pelajaran tersebut, maka dengan sendirinya dan tanpa dipaksa
Sementara itu, pembagian waktu pelajaran yang
diterapkan hendaknya disesuaikan dengan tingkat psikologis
dan faktor kesiapan belajar siswa agar hasilnya maksimal.
i) Standar pelajaran
Standar pelajaran yang diberikan kepada siswa
harusnya disesuaikan dengan standar kemampuan rata-rata
siswa yang diajar. Apabila standar pelajaran tersebut tidak
sesuai (terlalu tinggi atau terlalu rendah) dengan kemampuan
siswa, maka pada umumnya siswa jadi malas belajar bahkan
kadang menjadi tidak berminat terhadap pelajaran tersebut.
j) Kebijakan penilaian
Kebijakan penilaian yang diterapkan oleh guru
sebaiknya bersifat objektif. Hal ini akan meningkatkan
semangat persaingan yang objektif dari para siswa untuk
belajar dan berprestasi.
k) Keadaan gedung
Keadaan gedung yang nyaman dan sejuk tentu menjadi
penunjang bagi kondisi fisik siswa untuk belajar. Apabila
keadaan gedung kelas kurang baik (sempit atau panas), maka
siswa menjadi tidak betah berada di dalam kelas. Akibatnya
l) Tugas rumah
Tugas rumah merupakan salah satu usaha guru untuk
memastikan siswanya tetap belajar ketika berada di rumah,
karena bukan tidak mungkin kuantitas jam belajar siswa di
rumah menjadi sangat berkurang atau bahkan tidak ada (tidak
belajar sama sekali).
3) Faktor masyarakat
Faktor lingkungan masyarakat yang dapat mempengaruhi
hasil belajar siswa antara lain: kegiatan siswa dalam masyarakat,
teman bergaul, dan bentuk kehidupan dalam masyarakat tempat
tinggalnya tersebut.
c. Faktor kecenderungan belajar
Faktor pendekatan belajar merupakan jenis upaya belajar siswa
yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk
melakukan kegiatan belajar. Ada 3 bentuk dasar pendekatan belajar
siswa (Nini Subini dkk, 2012:101), yaitu :
1) Pendekatan Achieving (pencapaian prestasi tinggi)
Pendekatan Achieving merupakan kecenderungan belajar
siswa karena adanya dorongan untuk mewujudkan ego
enhancement. Ego enhancement adalah ambisi pribadi yang
besar dalam meningkatkan prestasi keakuan dirinya dengan
2) Pendekatan Surface (permukaan atau bersifat lahiriah)
Pendekatan Surface merupakan kecenderungan belajar siswa
karena adanya dorongan dari luar (ekstrinsik), misalnya mau
belajar karena takut tidak lulus ujian sehingga dimarahi oleh
orang tua.
3) Pendekatan Deep (mendalam)
Pendekatan Deep merupakan kecenderungan belajar siswa
karena adanya dorongan dari dalam (intrinsik), misalnya mau
belajar karena tertarik dengan materi dan memang merasa
membutuhkannya.
B.Profesi Guru
1. Pengertian
Drs. Moh. Uzer Usman (Nuni, 2013:55) mengemukakan bahwa guru
merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai
guru.
Menurut Nuni Y. Syatra (2013:56), guru pada prisipnya merupakan
suatu profesi yang mempunyai keahlian tertentu, dimana masyarakat
mendapatkannya pada tempat yang lebih terhormat di lingkungannya,
karena dari seorang guru diharapkan masyarakat dapat memperoleh ilmu
2. Kode Etik Guru
Kode Etik Guru ditetapkan dan ditegakkan dengan maksud untuk
menjaga dan meningkatkan kehormatan dan martabat guru dalam
pelaksanaan tugas keprofesionalannya (UU RI No.14 Tahun 2005, Pasal 43
ayat 1). Kode Etik Guru berisi norma dan etika yang mengikat perilaku guru
dalam pelaksanaan tugas keprofesionalan keprofesionalannya (UU RI No.14
Tahun 2005, Pasal 43 ayat 2).
Dalam Konggres PGRI tahun 1975, organisasi Persatuan Guru
Republik Indonesia (PGRI) merumuskan Kode Etik profesi guru di
Indonesia (Adimassana, 2007:9).
3. Empat Kompetensi Dasar Guru Profesional
Pada UU RI No.14 Tahun 2005 Pasal 10 dijelaskan bahwa
kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 meliputi kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi
profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi (ayat 1).
Penjabaran lebih rinci dari 4 kompetensi sebagaimana harus dimiliki
oleh guru terdapat pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
(Permendiknas) Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi
Akademik dan Kompetensi Guru, yang isinya sebagai berikut:
a. Kompetensi Pedagogik merupakan kemampuan guru dalam
pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya
terhadap peserta didik, pengembangan kurikulum/silabus,
perancangan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang mendidik
dan dialogis, pemanfaatan teknologi pembelajaran, evaluasi hasil
belajar, serta pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya.
b. Kompetensi Kepribadian merupakan profil kepribadian yang harus
dimiliki oleh guru, yakni meliputi sifat kepribadian yang: mantab,
stabil, dewasa, arif dan bijaksana, jujur, berwibawa, berakhlak mulia,
menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat, secara objektif
mengevaluasi kinerja sendiri, serta mengembangkan diri secara
mandiri dan berkelanjutan,
c. Kompetensi Sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari
masyarakat yang sekurang-kurangnya meliputi kemampuan untuk:
berkomunikasi secara lisan, dengan tulisan, dan/atau dengan isyarat;
bergaul secara efektif dengan peserta didik, tenaga kependidikan,
pimpinan satuan pendidikan, orang tua/wali peserta didik; serta
bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan
mengindahkan norma serta sistem nilai yang berlaku.
d. Kompetensi Profesional merupakan kemampuan guru dalam
penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan
4. Peran Guru dalam Proses Belajar
a. Pengajar
Sebagai seorang pengajar, guru memberikan pengetahuan,
keterampilan, dan pengalaman lain di luar fungsi sekolah.
b. Pendidik
Peran guru sebagai pendidik (nurturer) merupakan peran yang
berkaitan dengan tugas-tugas memberi bantuan dan dorongan
(suppoter), tugas-tugas pengawasan dan pembinaan (supervisor), serta
tugas-tugas yang berkaitan dengan mendisiplinkan siswa agar siswa
tersebut menjadi patuh terhadap aturan-aturan sekolah dan norma hidup
dalam keluarga dan masyarakat.
c. Pembimbing
Sebagai pembimbing, guru harus berusaha membimbing siswa agar
dapat menemukan berbagai potensi yang dimilikinya. Selain itu, guru
juga harus mampu mengenali kesulitan siswa dan mengembangkan
setiap potensi dan minat siswa.
d. Korektor
Sebagai korektor, guru harus bisa membedakan nilai yang baik dan
buruk.
e. Fasilitator
Sebagai fasilitator, guru wajib menyediakan fasilitas yang
akan membantu terciptanya lingkungan belajar yang menyenangkan
bagi siswa.
f. Mediator
Sebagai mediator, guru hendaknya memiliki pengetahuan dan
pemahaman yang cukup tentang media pendidikan sehingga siap
menyampaikan materi kepada siswa.
g. Supervisor
Sebagai supervisor, guru harus menguasai berbagai teknik supervisi
agar dapat melakukan perbaikan terhadap situasi belajar mengajar pada
siswa.
h. Evaluator
Sebagai evaluator, guru dituntut untuk menjadi menjadi seorang yang
baik dan jujur. Penilaian yang dilakukan harus objektif berdasarkan
hasil belajar siswa.
C.Perkembangan Minat Siswa
1. Kedudukan Siswa
Kedudukan siswa dalam rentang perkembangan manusia adalah
siswa dalam taraf perkembangan masa remaja. Pada hakekatnya, masa
remaja merupakan masa menemukan diri, meneliti sikap hidup yang lama
dan mencoba-coba yang baru untuk menjadi pribadi yang dewasa. Masa
a. Masa awal remaja
Rentang usia pada masa ini adalah antara 11 atau 12 tahun
sampai dengan 15 atau 16 tahun.
Masa remaja awal merupakan masa negatif, dengan tanda-tanda
sebagai berikut: tidak tenang, kurang suka bekerja, kurang suka
bergerak, kebutuhan tidur besar, lekas lelah, suasana hati murung,
pesimistik, dan non sosial.
Remaja bersikap negatif karena bekerjanya kelenjar-kelenjar
pertumbuhan. Hal ini memungkinkan perubahan-perubahan cepat
dalam diri remaja, sehingga ia merasa ragu-ragu, malu, dan
sebagainya.
b. Masa remaja tengah
Rentang usia pada masa ini adalah 15 atau 16 tahun sampai
dengan 17 atau 18 tahun.
Setelah si remaja mengalami kesepian dalam penderitaannya
karena merasa ditelantarkan, maka langkah berikutnya mencari
teman yang dapat memahami dan menolongnya. Dari sini tumbuh
dorongan untuk mencari pedoman hidup, yang dipandang bernilai
dan pantas dijunjung tinggi. Dalam proses ini terjadi kegoncangan
batin dalam diri remaja. Langkah – langkah proses penemuan
pedoman hidup/nilai-nilai hidup adalah:
1) karena tiada pedoman, dia merindukan “sesuatu” yang
mempunyai bentuk tertentu (mengingini sesuatu, tetapi tidak
tahu apa yang diingini).
2) objek pujaan lebih jelas : pribadi-pribadi yang dipandang
mendukung nilai tertentu.
3) si remaja telah dapat menghargai nilai-nilai yang lepas dari
pendukungnya. Saat yang tepat untuk menentukan
pilihan/pendirian hidup.
c. Masa remaja akhir
Rentang usia pada masa ini adalah 17 atau 18 tahun sampai
dengan 21 tahun.
Bila si remaja dapat menentukan pendirian hidup sendiri berarti
telah tercapai masa remaja akhir.
Berdasarkan kedudukan siswa tersebut, peran guru/pendidik dalam
mengembangkan siswa adalah:
a. peran guru terutama dalam membantu siswa pada masa remaja
untuk mencapai taraf perkembangan yang optimal yang mengarah
pada pendewasaan kepribadiannya secara utuh dan normal.
b. bantuan yang dilaksanakan tersebut dilaksanakan melalui penyajian
pokok bahasan/sub pokok bahasan setiap mata pelajaran dan setiap
tingkah laku guru sebagai model/contoh/panutan, sehingga pada
diri siswa terjadi perubahan-perubahan mental yang semakin
2. Perkembangan minat
a. Pengertian minat
Minat adalah suatu kecenderungan yang agak menetap dalam
diri peserta didik dimana ia merasa tertarik pada suatu hal dan merasa
gembira bersama dengan hal tersebut (Masidjo, 2006:25).
Selain itu, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan
bahwa minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu.
Minat timbul dalam diri seseorang untuk memerhatikan, menerima,
dan melakukan sesuatu tanpa ada yang menyuruh dan sesuatu itu
dinilai penting atau berguna bagi dirinya. Dalam konteks belajar di
kelas, seorang guru atau pendidik lainnya perlu membangkitkan minat
siswa agar tertarik terhadap materi pelajaran yang akan di pelajari.
(Nini Subini dkk, 2012:87)
b. Faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan minat
1) Komentar dan penerimaan teman sebaya dan orang dewasa
terhadap objek minat. Makin didukung oleh komentar positif dan
diterima objek yang diminati siswa, maka semakin membantu
perkembangan minatnya.
2) Makin sadar akan kemampuan diri dan kagum terhadap objek
yang diminati siswa, maka akan semakin membantu
3) Pengalaman pertama terhadap objek minat. Peserta didik yang
lebih siap secara fisik dan mental terhadap objek minat
(merupakan pengalaman pertama) akan ikut membantu
perkembangan minat selanjutnya.
4) Suasana emosional terhadap objek minat. Suasana yang
menyenangkan tehadap objek yang diminati (peraturan tidak
kaku, sikap demokratis, dan lain-lain) akan mendorong sikap
yang lebih positif terhadap objek minat tersebut dan sebaliknya.
5) Gengsi dari objek minat. Sejak kecil siswa menemukan berbagai
objek minat yang bergengsi. Makin bergengsi objek minat itu,
akan semakin terdorong siswa untuk meminati objek tersebut.
6) Kesempatan untuk mandiri. Sikap objek minat yang lebih
menawarkan kemandirian akan dinilai lebih tinggi daripada
objek minat yang lebih mapan.
7) Kemampuan dan minat siswa. Kemampuan fisik, intelektual,
minat dan kepribadian siswa memegang peranan penting dalam
sikap siswa terhadap berbagai objek minat.
8) Harapan orang tua terhadap objek minat. Harapan orang tua
terhadap objek minat yang bergengsi, akan mempengaruhi sikap
(mendorong) siswa terhadap objek minat tersebut dan
sebaliknya. Diharapkan harapan orang tua lebih realistik dengan
c. Pentingnya minat terhadap pelajaran matematika
1) Minat menjadi sumber motivasi untuk belajar.
Siswa yang berminat terhadap mata pelajaran matematika akan
berusaha lebih keras untuk belajar dibandingkan dengan siswa
yang kurang berminat. Oleh karena itu, rangsangan
pemebelajaran yang disajikan harus diatur supaya bertepatan
dengan minat siswa.
2) Minat mempengaruhi bentuk dan intensitas aspirasi terhadap
pelajaran matematika.
Ketika siswa mulai berpikir tentang pekerjaan di masa
mendatang, ia menentukan apa yang ia ingin lakukan bila ia
dewasa. Semakin siswa yakin mengenai manfaat dari belajar
matematika, makin besar pula minatnya untuk mempelajarinya.
3) Minat menambah kegembiraan pada setiap kegiatan yang
ditekuni siswa dan meningkatkan prestasinya.
Apabila siswa berminat terhadap mata pelajaran matematika
yang ditekuni, pengalamannya akan jauh lebih menggembirakan
dari pada bila merasa bosan (lawan minat). Dengan sendirinya ia
akan senang mengerjakan latihan soal dan tekun mendalami
D.Karakter Manusia
1. Pengertian karakter
Secara harafiah, menurut Hornby dan Parnwell karakter (Zainal,
2011:78) artinya kualitas mental atau moral, kekuatan moral, nama atau
reputasi.
Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, karater adalah sifat-sifat
kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang
lain, tabiat, watak. Berkarakter, artinya mempunyai watak, mempunyai
kepribadian.
Maka Zainal (2011:78) menyimpulkan bahwa karakter adalah kualitas
atau kekuatan mental atau moral, akhlak atau budi pekerti individu yang
berupa kepribadian khusus yang membedakannya dengan individu lain.
Dengan demikian, karakter pendidik adalah kualitas mental atau kekuatan
moral, akhlak atau budi pekerti pendidik yang merupakan kepribadian
khusus yang harus melekat pada pendidik.
2. Macam – macam karakter
Hipocrates dalam Darwis (2009) menggolongkan manusia dalam
empat jenis karakter (Mulyati, April 2012) yaitu :
Sanguinis : Pembicara. Dia adalah pusat perhatian, selalu riang,
ramah, bersemangat, suka bergaul atau luwes dan suka berbicara. Segala
sesuatu yang dihadapi dianggap sangat penting hingga dilebih-lebihkan tapi
disamping tidak disiplin, tidak bisa tenang atau gelisah, tidak dapat
diandalkan dan cenderung egois.
Koleris : Pemimpi. Dia penuh dengan ide-ide, tapi tidak mau diganggu
dengan pelaksanaannya sehingga lebih suka menyuruh orang lain untuk
menjalankannya. Kemauannya yang keras, optimistik, tegas, produktif
dipadu dengan kegemaran untuk berpenampilan megah, suka formalitas dan
kebanggan diri menjadikannya seseorang yang berbakat pemimpin.
Tapi karena dia juga senang menguasai orang lain, tidak acuh, licik, bisa
sangat tidak berperasaan (sarkastis) terhadap orang dekatnya sekalipun,
menjadikan dia orang yang sangat dibenci.
Melankolis : Pelaksana. Perasaannya adalah hal yang paling utama.
Justru karena itu dia melihat sisi seni sesuatu, idealis, cermat, dan amat
perfeksionis. Kelemahannya ialah ia selalu berpikir negatif, berprasangka
buruk, yang membuatnya khawatir, dan sibuk berpikir.
Flegmatik : Penonton. Orangnya tenang, lembut, efisien, kurang
bergairah, tapi juga tidak gampang kena pengaruh. Orang-orang akan
menyangka dia tidak berminat atau tidak tertarik disebabkan oleh lamanya
dia mengambil tindakan atas sesuatu. Dia bertindak atas dasar keyakinannya
bukan atas dorongan naluri. Suka melindungi diri, tidak tegas, penakut, dan
pelit adalah kelemahannya.
Berikut diberikan rangkuman dari kekuatan dan kelemahan dari 4
Tabel 2.1. Kekuatan dan kelemahan dari 4 macam karakter manusia
Karakter Kekuatan Kelemahan Melankolis * Analitis, mendalam, dan penuh
pikiran
* Serius dan bertujuan, serta berorientasi jadwal
* Artistik, musikal dan kreatif (filsafat & puitis)
* Sensitif
* Mau mengorbankan diri dan idealis
* Standar tinggi dan perfeksionis * Senang perincian/memerinci,
tekun, serba tertib dan teratur (rapi)
* Hemat
* Melihat masalah dan mencari solusi pemecahan kreatif (sering terlalu kreatif)
* Kalau sudah mulai, dituntaskan * Berteman dengan hati-hati * Puas di belakang layar,
menghindari perhatian * Mau mendengar keluhan, setia
dan mengabdi
* Sangat memperhatikan orang lain
* Cenderung melihat masalah dari sisi negatif (murung dan tertekan)
* Mengingat yang negatif & pendendam
* Mudah merasa bersalah dan memiliki citra diri rendah * Lebih menekankan pada
cara daripada tercapainya tujuan
* Tertekan pada situasi yg tidak sempurna dan berubah-ubah
* Melewatkan banyak waktu untuk menganalisa dan merencanakan
* Standar yang terlalu tinggi sehingga sulit disenangkan * Hidup berdasarkan definisi * Sulit bersosialisasi
Karakter Kekuatan Kelemahan Flegmatik * Mudah bergaul, santai, tenang
dan teguh
* Sabar, seimbang, dan pendengar yang baik
* Tidak banyak bicara, tetapi cenderung bijaksana
* Simpatik dan baik hati (sering menyembunyikan emosi) * Kuat di bidang administrasi,
dan cenderung ingin segalanya terorganisasi
* Penengah masalah yg baik * Cenderung berusaha
menemukan cara termudah * Baik di bawah tekanan * Menyenangkan dan tidak suka
menyinggung perasaan * Rasa humor yg tajam
* Senang melihat dan mengawasi * Berbelaskasihan dan peduli * Mudah diajak rukun dan damai
* Kurang antusias, terutama
* Terlalu pemalu dan pendiam * Humor kering dan mengejek
(Sarkatis)
* Kurang berorientasi pada tujuan
* Sulit bergerak dan kurang memotivasi diri
* Lebih suka sebagai penonton daripada terlibat
* Tidak senang didesak-desak * Menunda-nunda /
menggantungkan masalah Sanguinis * Suka bicara
* Secara fisik memegang pendengar, emosional dan demonstratif
* Antusias dan ekspresif
* Ceria dan penuh rasa ingin tahu * Hidup di masa sekarang * Mudah berubah (banyak
kegiatan / keinginan) * Berhati tulus dan
Karakter Kekuatan Kelemahan kanakan
* Senang kumpul dan berkumpul (untuk bertemu dan bicara) * Umumnya hebat di permukaan * Mudah berteman dan menyukai
orang lain
* Senang dengan pujian dan ingin menjadi perhatian
* Menyenangkan dan dicemburui orang lain
* Mudah memaafkan (dan tidak menyimpan dendam)
* Mengambil inisiatif / menghindar dari hal-hal atau keadaan yang membosankan * Menyukai hal-hal yang spontan
termasuk hal-hal yang sepele * RKP (Rentang Konsentrasi
Pendek)
* Dalam bekerja lebih suka bicara dan melupakan kewajiban (awalnya saja antusias)
* Mudah berubah-ubah * Susah datang tepat waktu
jam kantor Koleris * Senang memimpin, membuat
keputusan, dinamis dan aktif * Sangat memerlukan perubahan
dan harus mengoreksi kesalahan
* Tidak sabar dan cepat marah (kasar dan tidak taktis) * Senang memerintah * Terlalu bergairah dan
Karakter Kekuatan Kelemahan * Berkemauan keras dan pasti
untuk mencapai sasaran/ target * Bebas dan mandiri
* Berani menghadapi tantangan dan masalah
* “Hari ini harus lebih baik dari kemarin, hari esok harus lebih baik dari hari ini” adalah motonya
* Mencari pemecahan praktis dan bergerak cepat
* Terdorong oleh tantangan dan tantangan
* Tidak begitu perlu teman * Mau memimpin dan
mengorganisasi
* Biasanya benar dan punya visi ke depan
* Unggul dalam keadaan darurat
* Menyukai kontroversi dan pertengkaran
* Terlalu kaku dan kuat/keras * Tidak menyukai air mata
dan emosi tidak simpatik * Tidak suka yang sepele dan
bertele-tele / terlalu rinci * Workaholics (kerja adalah
“tuhan”-nya)
* Amat sulit mengaku salah dan meminta maaf
* Mungkin selalu benar tetapi tidak populer
3. Faktor – faktor yang membentuk karakter seseorang
Hippocrates (400 SM) menganalisa unsur – unsur pokok yang ada di
dalam tubuh manusia seperti darah empedu hitam, empedu kuning dan
dalam kadar yang lebih banyak daripada yang lainnya, maka sifat atau
watak individu itu adalah perwujudan dari sifat unsur yang dominan
tersebut. Hal ini dilakukan Hippocrates mengacu pada penyelidikan tertua
tentang karakter yang dilakukan oleh Empedocles (450 SM), yang
menyatakan bahwa perwujudan sifat-sifat unsur alam tercemin dalam watak
manusia, yaitu ada yang mencerminkan sifat-sifat udara (hangat dan
lembab), tanah (dingin dan kering), api (panas dan kering), dan air (dingin
dan lembab) itu dalam diri dan tingkah lakunya. (Patty dkk, 1982:154)
Bila kita ikhtisiarkan pokok pikiran Hippocrates dalam suatu skema,
maka kita akan melihat sifat dari tiap-tiap tipe manusia menurut unsur yang
dominan dalam dirinya sebagai berikut:
Tabel 2.2. Tipe dan watak manusia menurut Hippocrates
(Patty dkk, 1982:155)
Tipe Krakteristik Disebabkan oleh pengaruh proses Sanguinis Cepat, periang, tidak stabil Darah
Koleris Mudah marah Empedu kuning Melankolis Pesimis, pemurung Empedu hitam Flegmatis Lamban, tidak mudah tergerak Lendir
Dalam perkembangan selanjutnya, pada tahun 1982, V. Campbell dan
R. Obligasi (Eko, 15 Agustus 2011) mengusulkan faktor utama dalam
mempengaruhi karakter dan perkembangan moral adalah:
a. faktor keturunan,
c. pemodelan oleh orang dewasa yang lebih tua penting bagi remaja,
d. pengaruh teman sebaya,
e. lingkungan fisik dan sosial secara umum,
f. media komunikasi,
g. apa yang diajarkan di sekolah-sekolah dan lembaga lain, dan
h. situasi spesifik dan peran yang menimbulkan perilaku yang sesuai.
4. Karakteristik kepribadian guru
Karakteristik kepribadian yang berkaitan dengan keberhasilan guru
(skripsi Lilis Fitriyani, 2008) adalah:
a. Fleksibilitas kognitif guru
Fleksibilitas kognitif merupakan kemampuan berpikir yang
diikuti dengan tindakan secara simultan (terjadi pada waktu yang
bersamaan) dan memadai dalam situasi tertentu. Dalam proses belajar
mengajar fleksibilitas kognitif guru terdiri atas 3 dimensi, yaitu:
1) Karakteristik kognitif pribadi guru
Profil seorang guru yang luwes digambarkan sebagai berikut:
a) menunjukan keterbukaan dalam perencanaan kegiatan
belajar mengajar
b) menjadikan materi pelajaran berguna bagi kehidupan nyata
siswa
c) mempertimbangkan berbagai alternatif cara
d) mampu merencanakan sesuatu dalam keadaan mendesak
e) dapat mengunakan humor secara proporsional dalam
menciptakan situasi proses belajar mengajar yang menarik
2) Sikap kognitif guru terhadap siswa
Profil seorang guru yang luwea digambarkan sebagai berikut:
a) menunjukan perilaku demokratis dan tenggang rasa kepada
semua siswa
b) responsif terhadap kelas (mau melihat, mendengar, dan
merespon masalah disiplin, kesulitan belajar, dan lain-lain)
c) memandang siswa sebagai patner dalam proses belajar
mengajar
d) menilai siswa berdasarkan faktor-faktor yang memadai
e) berkesinambungan dalam menggunakan ganjaran dan
hukuman sesuai dengan penampilan siswa
3) Sikap kognitif guru terhadap materi dan metode mengajar
Profil guru yang luwes digambarkan sebagai berikut:
a) menyusun dan menyajikan materi yang sesuai dengan
kebutuhan siswa
b) menggunakan macam-macam metode yang relevan secara
kreatif sesuai dengan sifat materi
c) luwes dalam melaksanakan rencana dan selalu berusaha
d) pendekatan pengajarannya lebih problematik, sehingga
siswa terdorong untuk berpikir
b. Keterbukaan psikologis guru
Guru yang terbuka secara psikologis biasanya ditandai dengan
kesediaannya yang relatif tinggi untuk mengkomunikasikan dirinya
dengan faktor-faktor ekstern antara lain siswa, teman sejawat, dan
lingkungan pendidikan tempatnya bekerja. Dia mau menerima kritik
dengan ikhlas dan memiliki empati, yakni respon afektif terhadap
pengalaman emosional dan perasaan tertentu orang lain.
Keterbukaan psikologis sangat penting bagi guru mengingat
posisinya sebagai panutan siswa. Keterbukaan psikologis merupakan
prakondisi atau prasyarat penting yang perlu dimiliki guru untuk
memahami pikiran dan perasaan orang lain, dan diperlukan untuk
menciptakan suasana hubungan antar pribadi guru dan siswa yang
harmonis, sehingga mendorong siswa untuk mengembangkan dirinya
secara bebas dan tanpa ganjalan.
Kinerja guru adalah penampilan guru dalam melaksanakan
tugasnya membimbing siswa dalam belajar agar berjalan dengan
efektif dan efisien. Ruseffendi, yang diungkapkan kembali oleh Hadi,
menyebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan
belajar siswa yang berkaitan dengan kinerja guru, antara lain:
1) Kemampuan (kompetensi) guru, terbagi menjadi beberapa aspek
a) kemampuan menguasai materi pelajaran
b) mampu menjalankan dan mengelola pelaksanaan berbagai
sistem penyampaian pelajaran
c) kemampuan mengelola kelas
d) kemampuan menggunakan media dan sumber pengajaran
e) kemampuan menguasai landasan-landasan kependidikan
f) kemampuan mengelola interaksi belajar mengajar
g) kemampuan mengukur keberhasilan siswa belajar dan
mampu mengevaluasi program pembelajaran
2) Kemampuan guru dalam menciptakan suasana belajar, terbagi
menjadi beberapa aspek sebagai berikut:
a) kemampauan melibatkan siswa secara aktif dalam proses
belajar mengajar
b) kemampuan menarik minat dan perhatian siswa
c) kemampuan memotivasi siswa
d) kemampuan membimbing secara individual
e) kemampuan menggunakan alat peraga
3) Kepribadian guru
Siswa tidak hanya belajar melalui buku bacaan atau apa yang
diungkapkan oleh guru saja, melainkan juga melalui
contoh-contoh yang baik dari sikap, tingkah laku, dan perbuatan
a) memiliki kepribadian sebagai pendidik dan sebagai manusia
model bangsanya
b) guru selalu menunjukan hubungan yang baik dengan murid,
guru lain, kepala sekolah, dan personal lainnya
c) kepemimpinan yang baik dapat tumbuh dalam diri anak didik
bila guru mampu menunjukan bahwa ia mampu menjadi
pemimpin yang baik.
E.Kerangka Berpikir
Guru merupakan salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi minat
belajar siswa. Perasaan senang atau tidak senang terhadap performa guru
matematikanya mempengaruhi minat siswa tersebut untuk mempelajari
matematika. Semakin erat hubungan kognitif dan psikologis antara guru
dengan siswanya maka semakin tinggi pula korelasi antara karakter guru
matematika dengan minat belajar siswanya tersebut. Jika kesukaan siswa
terhadap guru matematikanya diimbangi dengan meningkatnya minat siswa
tersebut untuk belajar matematika, maka dapat dikatakan hubungan tersebut
merupakan korelasi positif. Di lain pihak, jika kesukaan siswa terhadap guru
matematikanya tidak diimbangi dengan meningkatnya minat belajar siswa
41
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A.Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang dihitung secara kuantitatif. Penelitian deskriptif kualitatif ini digunakan untuk mendeskripsikan korelasi antara karakter guru matematika dengan minat belajar siswa kelas X dan kelas XI jurusan Teknik Kendaraan Ringan (TKR) dan Teknik Pendingin dan Tata Udara (TPTU) SMKN 54 Jakarta Pusat pada mata pelajaran matematika.
B.Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di SDN Sumur Batu 03 (lokasi sementara kelas X) dan SDN Sumur Batu 04 (lokasi sementara kelas XI) yang berada di kompleks SDN Sumur Batu, Jalan Sumur Batu Utara – Kemayoran – Jakarta Pusat.
Lokasi sebenarnya SMKN 54 berada di Jalan Bendungan Jago No.53 Serdang – Kemayoran – Jakarta Pusat.
2. Waktu Penelitian
Namun sebelumnya terlebih dahulu peneliti telah melakukan observasi pada sekolah tersebut. Observasi sekolah dilaksanakan pada tanggal 2 April - 5 April 2013. Tujuan observasi awal adalah untuk mengetahui situasi dan gambaran awal tentang kondisi lingkungan dan warga sekolah tersebut.
C.Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah guru matematika dan siswa SMKN 54 Jakarta Pusat kelas X dan kelas XI jurusan Teknik Kendaraan Ringan (TKR) dan Teknik Pendingin dan Tata Udara (TPTU).
Guru matematika yang ditugaskan di sekolah tersebut berjumlah 4 orang. Satu orang mengampu pada 6 rombongan belajar kelas XII, dan 3 orangnya lainnya masing –masing ada yang mengampu di 7 rombongan belajar kelas X, 5 rombongan belajar kelas XI, dan 5 rombongan belajar yang terdiri dari 2 kelas X dan 1 kelas XI. Rincian pembagian kelas tersebut sebagai berikut:
Tabel 3.1. Rincian pembagian kelas untuk mata pelajaran matematika di SMKN 54 Jakarta Pusat tahun ajaran 2012/2013
No. Nama Guru Kelas X Kelas XI Kelas XII 1. Ibu Maria Anastasia - - • TKR 1
No. Nama Guru Kelas X Kelas XI Kelas XII
Karena penelitian ini dilaksanakan setelah UN, maka yang menjadi subjek penelitian adalah 3 guru matematika yang mengampu di kelas X dan kelas XI. Ketiga guru tersebut terdiri dari seorang bapak dan seorang ibu yang sudah berstatus PNS (pengalaman mengajar mereka sudah lebih dari 20 tahun), serta seorang ibu yang masih berstatus sebagai tenaga honorer dfi sekolah tersebut namun sudah memiliki pengalaman 5 tahun mengajar.
humor yang proporsional juga menjadikan suasana dalam kelas menjadi lebih ringan. Walaupun demikian, masih banyak juga siswa yang kurang antusias karena konsep pikiran mereka yang sudah mengultimatum matematika sebagai mata pelajaran yang sulit, bahkan ada yang menilai bahwa matematika merupakan pelajaran yang tidak penting. Oleh karena itu, selain menghadirkan pembelajaran yang menyenangkan di dalam kelas, tiap guru di sekolah tersebut termasuk guru-guru matematika juga melakukan pendekatan personal terhadap siswa-siswanya di sekolah.
Sementara itu, sampel siswa yang akan diteliti berasal dari tiap rombongan belajar kelas X (5 rombongan belajar) dan kelas XI (4 rombongan belajar). Sampel diambil secara acak yang dipilih dari 3 kelas yang mewakili tiap guru yang akan diteliti. Rincian sampel yang diambil adalah sebagai berikut:
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru-guru dan observasi di sekolah tersebut, diperoleh informasi bahwa rata-rata siswa di sekolah tersebut memiliki motivasi belajar yang cukup rendah. Hal ini dipengaruhi oleh faktor lingkungan tempat tinggal mereka yang kurang mendukung untuk proses belajar. Selain itu, dilihat dari latar belakang sosial siswa yang berasal dari kelas ekonomi menengah ke bawah, rata-rata siswa masih memiliki tingkat kesadaran pendidikan yang rendah. Selain fasilitas menjadi tempat belajar bagi mereka, sekolah juga merupakan tempat bagi mereka untuk mencari sosok/tokoh motivator dan teladan bagi mereka untuk belajar. Jadi mereka tidak hanya mencari pengetahuan semata di sekolah tetapi juga tokoh motivator dan teladan bagi mereka untuk mereka contoh atau tiru.
2. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah karakter guru matematika dan minat belajar siswa SMKN 54 Jakarta Pusat kelas X dan XI jurusan Teknik Kendaraan Ringan (TKR) dan Teknik Pendingin dan Tata Udara (TPTU) .
D.Populasi dan Sampel
1. Populasi
2. Sampel
Sampel yang menjadi fokus penelitian adalah 3 orang guru matematika yang mengajar di kelas X dan XI SMKN 54 Jakarta Pusat dan sampel siswa dari tiap rombongan belajar kelas X dan kelas XI jurusan Teknik Kendaraan Ringan (TKR) dan Teknik Pendingin dan Tata Udara (TPTU) SMKN 54 Jakarta Pusat.
E.Bentuk Data
1. Rekaman tindakan kelas
Rekaman tindakan kelas merupakan hasil observasi kegiatan guru di kelas. Rekaman tindakan kelas berupa video hasil kegiatan belajar di kelas dan daftar cek hasil observasi.
2. Rekaman wawancara
Rekaman wawancara merupakan hasil wawancara dengan beberapa siswa dan guru matematika.
3. Penilaian karakter guru
Penilaian karakter guru merupakan hasil dari pengumpulan data berdasarkan hasil pengisisan kuesioner.
4. Penilaian minat belajar siswa
5. Tipe karakter guru yang diidamkan siswa
Tipe karakter guru yang diidamkan siswa merupakan hasil analisis data berdasarkan hasil pengisian kuesioner karakter guru idamanku.
F.Metode Pengumpulan Data
Adapun metode pengumpulan data yang akan dilakukan antara lain: 1. Observasi
Menurut Gall dkk (2003 : 254), observasi merupakan salah satu metode pengumpulan data dengan cara mengamati perilaku dan lingkungan (sosial dan atau material) individu yang sedang diamati. Kemudian Anna Djumhana (1983:201) juga mengingatkan, bahwa observasi juga harus dilakukan secara sistematis dan bertujuan, artinya dalam melakukan observasi observer tidak bisa melakukan hanya secara tiba-tiba dan tanpa perencanaan yang jelas. (Anwar, 2012:85)