• Tidak ada hasil yang ditemukan

Skripsi Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Skripsi Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

MOTIVASI ORANG BERKUMPUL DI COFFEE SHOP

SEBUAH STUDI DESKRIPTIF

S k r i p s i

Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh :

Ardianto

NIM : 019114036

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

“U nthinkably Good Things Will Come...Even L ate I n The Game, I t

Such A Surprise...”

Ter ima Kasih pada-NYA at as segala ber kat kar unia yang

melimpah set iap har i lewat kedua or angt ua t er cint a :

Bp. Ber nar dus Ar ie Set iawan

dan I bu Mar ia Ther esia Milasar i Mulya Tr isna

ser t a adik t er cint a Adr ianus Rachmant o.

Kepada para sahabat dan kerabat yang telah mengisi episode hidupku

selama menempuh masa studi.

Terutama kepada Fransiska Putri Alfani : together.

Dan kepada Rocky von Emperor,

our beloved Pitbull and always be

...

yang telah meninggalkanku tepat saat karya ini akan

diajukan.

You’ll be make it to the heaven boy

...

Plenty of

(5)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul "Motivasi Orang

Berkumpul di Coffee Shop, Sebuah Studi Deskriptif merupakan karya yang tidak pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan

Tinggi manapun sebelumnya, dan sepanjang pengetahuan saya di dalamnya juga

tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis dan diterbitkan oleh

orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam skripsi ini dan disebutkan

dalam daftar pustaka.

Yogyakarta, 15 Mei 2009

(6)

vi

MOTIVASI ORANG BERKUMPUL DI

COFFEE SHOP

SEBUAH STUDI DESKRIPTIF

Ardianto

019114036

Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

2009

ABSTRAK

Motivasi adalah suatu proses psikologi yang menghasilkan suatu intensitas, arah, dan ketekunan individual dalam usaha untuk mencapai satu tujuan. Coffee shop adalah tempat yang menjual kopi sebagai minuman utama, baik itu kopi murni yang berasal dari bermacam jenis dan daerah, maupun kopi yang telah diolah padukan dengan bahan lain, serta tambahan menu minuman dan makanan kecil. Kehadiran coffee shop telah marak di Yogyakarta, dan masing-masing menawarkan keunikannya masing-masing-masing-masing. Maka daripada itu tidak jarang orang-orang berkunjung terutama anak muda dan menjadi tren diantara mereka. Penelitian ini bermaksud untuk mengungkap motivasi apa yang mendasari mereka datang ke coffee shop lewat teori hirarki motivasi dari Abraham Maslow.

Data diperoleh dengan pemberian angket kepada 91 responden di 3 coffee shop ternama yang ada di Yogyakarta. Validitas dan reliabilitasnya telah diujikan dengan menggunakan metode try out terpakai kepada 30 responden dan data penelitian dianalisis dengan menggunakan metode statistik deskriptif dengan program SPSS. 10 for windows.

Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa sebanyak 91 responden (100%) memilih ke coffee shop karena aspek safety needs dengan total deskriptif tanggapan sebesar 53,8%.

(7)

vii

MOTIVATION OF PEOPLE SPENDING TIME IN

COFFEE SHOP

DESCRIPTIVE STUDY

Ardianto

019114036

Faculty of Psychology

Sanata Dharma University

Yogyakarta

2009

ABSTRACT

Motivation is a psychological process resulting an intensity, direction, and personal achievement as the efforts to reach a goal. Coffee shop is a place that sales coffee as a main menu, either numerous originating coffee from different variety and areas or coffee that has been mixed with other ingredients, and also other drinks and snack menus. The existence of coffee shop has already been in a grown number in Yogyakarta, and each of them has shown their own uniqueness. That’s the reason lots of people frequently visit coffee shops especially teenagers and has become a trend among them. This research is aimed to reveal what motivation triggering people who spend their time in coffee shop according Maslow’s Hierarchical Theory.

The data was acquired by giving questionnaire to 91 respondents at 3 leading coffee shops in Yogyakarta. The validity and reliability has been tested by using try-out method through 30 respondents and the research data was analyzed by using statistical description method with SPSS. 10 for windows program.

The result of this research describes that all the 91 research subjects (100%), prefer going to coffee shop due to the safety needs aspect with the total description response 53,8%.

(8)

viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

KARYA DLMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata

Dharma:

Nama : ARDIANTO

NIM : 019114036

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : MOTIVASI

ORANG BERKUMPUL DI COFFEE SHOP, SEBUAH STUD1 DESKRIPTIF. Dengan ini saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma

hak untuk menyimpan, mengalihkan dalarn bentuk media lain, mengelolanya

dalam bentuk pangkalan data dan mendistribusikan secara terbatas, dan

mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis

tanpa periu meminta ijin dari saya maupun memberi royalti kepada saya selama

tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 15 Mei 2009

Yang menyatakan

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Penulis selama masa kuliah dan terutama saat masa penyusunan skripsi

ingin berterima kasih kepada beberapa pihak di bawah ini yang telah membantu

sehingga terselesaikannya penelitian ini.

1. Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat karunia yang melimpah setiap hari.

Selalu yakin bahwa segala perkara dapat kutanggung dalam Dia yang

memberikan kekuatan (Filipi 4 : 13).

2. Orangtua dan keluarga yang selalu memberikan dukungan dan motivasi.

3. Para staf struktural di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma ;

Dekan (Bp. Eddy Suhartanto, S. Psi., M. Si.), Kepala Program Studi (Ibu

Sylvia Carolina, S. Psi., M. Si.), Pembimbing Akademik (Bp. Siswo

Widyatmoko, S. Psi., M. Si. dan Ibu Sylvia Carolina, S. Psi., M. Si.),

Pembimbing Skripsi (Bp. Minto Istono, S. Psi., M. Si.)

4. Seluruh dosen Fakultas Psikologi yang telah memberikan perhatian berupa

ilmu, perhatian dan juga teguran selama saya mengenyam pendidikan

disini.

5. Staf administrasi Fakultas Psikologi (Mas Gandung dan Mba Nanik) yang

selalu mengagumi kepangan rambut saya. Dynamic Duo Laboran

Psikologi (Mas Muji - Mas Donny). Dan juga Bpk. Giyono yang bagi saya

selalu menjadi panutan karena keramahan dan senyum yang selalu tulus

(10)

x

6. Teman-teman angkatan 2001 yang sangat berkenan (Adi, Pati, Kris, Eko,

Oho, Adri, Lala, Nana, Celly, Tyo, Merlin, Ella, Silva), dan lainnya …

7. Teman-teman kepengurusan Badan Eksekutif Mahasiswa periode 2002 –

2003. Dan juga rekan-rekan Badan Pengawas Mahasiswa 2002 – 2003.

Sangat ironis pada masanya dahulu Psikologi dipimpin oleh seorang

Gubernur yang “Djayus”, tapi bersama kita bisa melewatinya bukan .

Terima kasih atas dukungannya…Dengan tawa, kita bisa merubah dunia

yang muram menjadi ceria kembali !

8. Teman-teman Steering Committee dan Organizing Committee di AKSI

2004 dan EKM Kotabaru 2005. Terima kasih atas kesanggupannya

mengejawantahkan sebuah idealisme ke dalam bentuk realitas yang

spektakuler.

9. Teman-teman “Psychology Department” dan juga Komunitas Friends

yang telah membantu beberapa proyek training, outbound dan seminar.

10. Seluruh manajemen, kru, dan juga keluarga besar “deket Rumah”, Library,

Bookstrore, Coffeeshop. Terima kasih atas segala bentuk pembelajaran

secara nyata dalam dunia industri. Atas sebuah filosofi kopi yang memberi

rasa dan aroma dalam episode hidup saya.

11. Dedicated mostly to Wilford von Joscelind The Golden Retriever and

Rocky von Emperor The Pitbull (In Memoriam)… Thanks for your loyalty

boys ; Both of you are really really really make my days bright ! Sit,

(11)

xi

12. Fräansiskäa Putri Alfaäni atas kesediaannya membangun mimpi

bersama...te amore !

13. Egha Nindya Parnaritasari Digitalina Simbolon alias pipi…Sampai

bertemu di Eropa, Natalia Adityasari atas kebersamaannya lewat SMS

yang rutin setiap hari, Caroline Mariana si gigi kelinci…Someday ?,

Agnes Wardhana (Esti) for unforgettable Easter ’07…really made with

passion, Retriantina Marhendra my Pandora Box, Maria Aurelia

Elleonora, Emma Diah Nindita.

14. Frans “Fabo” Sumbayak atas puluhan karya Cornrows nya yang terukir di

rambut ini. Really miss that hair style ‘bro, make it again at my wedding

day next.

15. Teman-teman Gonzaga Big Family Yogyakarta, terutama penghuni N-14

(Anom, Egi, Thomas, Marwin, Dicko) dan semua angkatan 17+ (Chelly,

Ella, Rio, Okta, dll …) ; awet muda gwe bergaul sama lo pada, lulus cepet

dan berkaryalah demi kemuliaanNya yang lebih besar. Ad Maiorem Dei

Gloriam !

16. Teman-teman Mudika Maria Regina, Candi Gebang.

17. Teman-teman Komunitas Mahasiswa Keuskupan Agung Jakarta. Para

Frater Projo Jakarta yang membimbing, baik teman seangkatan maupun

adik kelas sewaktu di Gonz : teringat kebersamaan yang pernah ada

dahulu di Pejaten Barat 10 A, dan teman-teman lainnya....

18. Bongkahan bangunan, pemiliknya, terutama teman-teman penghuni di

(12)

xii

19. Djendelo Kofie and Tea, Coklat Cafe, dan Rumah Kopi sebagai sampel

penelitian.

20. Semua tempat wisata dan kuliner di Yogyakarta.

21. Seluruh komunitas pecinta anjing di Yogyakarta.

22. Sapi yang berstambom B. 4480. RH yang telah menjadi tunggangan

penulis selama di Yogyakarta

23. Rangkaian sirkuit berwujud komputer yang memungkinkan ucapan terima

kasih dan penelitian ini tertulis.

(13)

xiii

DAFTAR ISI

Halaman Judul... i

Halaman Persetujuan... ii

Halaman Pengesahan... iii

Halaman Persembahan... iv

Halaman Pernyataan Keaslian Karya... v

Abstrak... vi

Abstract... vii

Lembar Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah... viii

Kata Pengantar... ix

Daftar Isi... xiii

Daftar Tabel... xvi

Daftar Lampiran... xvii

BAB I : PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 4

C. Tujuan Penelitian... 4

D. Manfaat Penelitian... 5

BAB II : LANDASAN TEORI... 6

A. Pengertian antara motif dan motivasi... 6

B. Sumber – Sumber Motivasi... 9

(14)

xiv

D. Kehadiran Coffee Shop Di Masyarakat... 14

E. Sumber Motivasi Orang Ke Coffee Shop... 16

BAB : III : METODOLOGI PENELITIAN... 19

A. Identifikasi Penelitian... 19

B. Definisi Operasional... 20

C. Subjek Penelitian... 20

D. Metode dan Alat Pengumpulan Data... 21

E. Validitas dan Reabilitas... 23

1. Uji Validitas... 23

2. Daya Diskriminasi Aitem... 24

3. Estimasi Reliabilitas... 25

F. Analisis Data... 25

BAB IV : ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN... 26

A. Laporan Pengambilan Data... 26

B. Hasil Uji Coba Kuisioner... 27

1. Daya Diskriminasi Aitem... 27

2. Estimasi Reliabilitas ... 29

3. Uji Asumsi... 30

C. Identitas Responden... 31

1. Jenis Kelamin... 31

2. Usia... 31

D. Analisa Motivasi Perilaku Konsumen... 32

(15)

xv

2. Aspek Safety Needs... 34

3. Aspek Belongingness Needs... 35

4. Aspek Self Esteem Needs... 36

E. Pembahasan... 37

BAB : V KESIMPULAN DAN SARAN... 41

A. Kesimpulan... 41

B. Saran... 42

DAFTAR PUSTAKA... 44

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Alur terciptanya motivasi...8

Tabel 2. Sumber dari kebutuhan motivasi...10

Tabel 3. Blueprint jumlah aitem...22

Tabel 4. Skor aitem berdasarkan sifat aitem...23

Tabel 5. Hasil pengujian daya diskriminisi aitem...27

Tabel 6. Hasil pengujian estimasi reliabilitas...29

Tabel 7. Hasil pengujian normalitas...30

Tabel 8. Ganbaran identitas responden...31

Tabel 9. Gambaran usia responden...32

Tabel 10. Tingkatan motivasi...33

Tabel 11. Deskriptif aspek Physiological Needs...34

Tabel 12. Deskriptif aspek Safety Needs...35

Tabel 13. Deskriptif aspek Belongingness Needs...36

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Skala Motivasi Orang Berkumpul di Coffee Shop... .46

Lampiran 2 : Hasil Uji Validitas Aspek...49

Lampiran 3 : Hasil Uji Reliabilitas Aspek...53

Lampiran 4 : Identitas Responden...57

Lampiran 5 : Uji Normalitas...58

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kopi pertama kali ditemukan sekitar tahun 1300-an oleh seorang

pengembala ternak di desa Kaffa, Ethiopia, Afrika. Sejarah ditemukannya

kopi dimulai ketika seorang pengembala kambing tertidur ketika

mengembalakan kambingnya. Saat terbangun ia menyadari tingkah laku

kambingnya yang sangat lincah daripada sebelumnya, dan setelah

menyelidikinya ternyata kambingnya itu memakan biji kopi yang jatuh dari

sebuah pohon. Semenjak itu ia memperkenalkan “pohon ajaib” pada seluruh

penduduk desanya, lama kelamaan kopi dikenal sebagai minuman yang dapat

menambah stamina serta keterjagaan seseorang. Metode pengolahan kopi

jaman dahulu adalah biji kopi langsung direbus dalam air dan diminum.

Seiring perkembangan waktu dan teknologi, proses pengolahan kopi menjadi

semakin kompleks demi menghasilkan kopi yang unggul (Caswell, 2006).

Beratus tahun kemudian kopi menjadi salah satu minuman yang

digemari dan perkembangannya amat pesat hingga menjadi salah satu

komoditi alam yang utama. Pada tahun 1645 kedai kopi yang pertama dibuka

di Venice, Italia, kemudian pada tahun 1705 Belanda mendominasi industri

kopi dunia dimana produk kopi tersebut diambil dari Indonesia. Indonesia

(19)

Indonesia yang iklimnya cukup bagus yang memungkinkan tumbuhnya

tanaman kopi baik jenis Arabica maupun Robusta (Caswell, 2006).

Bisnis kedai kopi secara global diperkenalkan oleh Jerry Baldwin,

Zev Siegel, dan Gordon Bowker dengan membuka Starbucks Coffee di Seatle,

Amerika pada tahun 1971. Hingga kini, Starbucks Coffee menjadi

satu-satunya perusahaan kopi yang memiliki gerai terbanyak di seluruh dunia

(8.949 gerai) dengan perincian 6.376 gerai di Amerika dan 2.573 gerai di

negara lain (www.wikipidia.com). Hingga saat ini sahamnya telah melonjak

hingga 5000 % dan banyak dari gerainya yang juga dapat ditemui di Indonesia

(dalam Autobiografi, Metro TV, Sabtu 24 November 2007).

Sejak tahun 2002 lalu muncul kedai kopi lokal yang tersebar di tiap

kota di Indonesia. Masyarakat Yogyakarta juga menjadi salah satu yang

memanfaatkan tren munculnya coffee shop itu dimana Jazz. Co di Jalan

Gejayan tampil sebagai pioner di bidangnya. Beberapa lama kemudian setalah

Jazz. Co menutup usahanya di tahun 2004, muncul bermacam kedai kopi baru

yang terinspirasi oleh Jazz. Co. Tercatat hingga saat ini telah ada lebih dari 65

usaha serupa yang hadir di Yogyakarta dan diperkirakan akan makin

bertambah (Biro Pusat Statistik, 2007). Istilah kedai kopi sendiri kurang

familiar untuk dikenakan pada tempat seperti ini, maka pemakaian kata asing

masih lekat dalam menggambarkan tempat ini sebagai sebuah coffee shop.

Munculnya coffee shop di Yogyakarta menawarkan bermacam

konsep dan pelayanan yang membedakan satu sama lain. Tidak hanya kopi

(20)

jaringan hot spot, akses TV kabel, bermacam jenis permainan, buku bacaan,

dan sebagainya. Suasana itulah yang menjadikan coffee shop lebih dari

sekedar toko kopi yang menjual kopi, tetapi mereka juga masing-masing

berlomba menawarkan alternatif ruang publik yang bisa membuat pengunjung

menjadikan coffee shop sebagai tempat yang nyaman untuk berkumpul.

Sebuah coffee shop mampu menarik tiap individu untuk singgah

dan menikmati secangkir kopi dengan harga puluhan ribu. Mengapa hal itu

dapat terjadi ? Motivasi apakah yang mendasari orang-orang untuk datang dan

berkumpul di coffee shop ini ?

Motivasi berasal dari bahasa latin yaitu kata movere yang berarti

bergerak, dan dalam konteks psikologi motivasi dapat didefinisikan sebagai

suatu proses psikologi yang menghasilkan suatu intensitas, arah, dan

ketekunan individual dalam usaha untuk mencapai satu tujuan (McClelland,

1985). Motivasi adalah faktor yang membantu menjelaskan mengapa

seseorang berperilaku, berpikir, dan merasakan (Santrock, 1999). Motivasi

berbeda dengan perilaku dimana motivasi meliputi suatu proses psikologi

yang mencapai puncaknya pada hasrat individu dan perhatian untuk berjalan

dalam fakta (www.worldpress.com / Arifamrizal).

Pada tahun 1943, muncul aliran Humanistik yang dipelopori oleh

Abraham Maslow yang mengungkap tentang teori motivasi yang digerakan

oleh struktur hirarkial yang terkonsep hingga 5 tingkatan dan akan berakhir

pada pencapaian tujuan atau dikenal dengan Goal Setting Theory. Urut-urutan

(21)

makan, minum), Safety Needs (sandang ; rumah, tempat berteduh),

Belongingness Needs (rasa aman), Self Esteem Needs (pengakuan dari

lingkungan, harga diri). Dan hirarki kelima adalah Self Actualization dimana

seseorang memiliki daya fungsi penuh untuk berkarya, menunjukkan potensi

dan prestasinya. Ukuran aktualisasi setiap individu berbeda satu dengan yang

lainnya.

Dari dasar pemikiran tersebut, peneliti mencoba mengkaji dan

mengungkap secara jelas dasar motivasi mereka berkumpul di coffee shop

dengan acuan utama teori hirarkial Abraham Maslow.

B. Rumusan Masalah

Dengan demikian maka permasalahan yang ingin dirumuskan oleh

peneliti adalah motivasi apa yang mendorong para konsumen untuk

berkumpul di coffee shop.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah mencari tahu motivasi yang

mendasari perilaku para konsumen untuk menghabiskan waktunya berkumpul

di coffee shop. Motivasi yang ingin diketahui apakah kegiatan yang mereka

lakukan adalah sebuah kebutuhan akan kopi, mencari alternatif tempat

berkumpul yang aman dan nyaman, menikmati fasilitas yang diberikan, atau

(22)

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini meliputi :

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan referensi baru

terhadap kajian penelitian dalam Psikologi terutama yang berkaitan

dengan dasar motivasi individu dalam perilakunya menghabiskan

waktu di coffee shop.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang

alasan mayoritas orang-orang menghabiskan waktunya di coffee

(23)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian antara motif dan motivasi

Istilah motivasi berasal dari bahasa latin yaitu movere yang berarti

bergerak. Motivasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses psikologi yang

menghasilkan suatu intensitas, arah, dan ketekunan individual dalam usaha

untuk mencapai satu tujuan. Motif adalah disposisi yang stabil yang

mengorganisasikan / merencanakan hal-hal yang dikatakan / dilakukan orang

dan didasarkan pada insentif yang dibangkitkan secara emosional. Insentif

tersebut mulai wajar ketika mereka secara bawaan memberikan timbulnya

motif pada tipe yang berbeda dari emosi, yaitu emosi negatif / emosi positif.

Sifat mereka berubah secara cepat dengan adanya proses belajar yang

dilakukan oleh individu, karena motif merupakan hasil dari proses belajar atas

isyarat berpasangan dengan pengaruh / kondisi yang menghasilkan pengaruh

(McClelland, 1985).

Menurut Santrock (1999) motivasi adalah faktor yang membantu

menjelaskan mengapa seseorang berperilaku, berpikir, dan merasakan. Motif

adalah dorongan yang lebih spesifik (seperti lapar, haus, seks, prestasi) yang

menggerakkan dan mengarahkan perilaku untuk pencapaian suatu tujuan.

Motif terbagi dalam beberapa macam, misalnya jika kita lapar, maka kita akan

segera mengambil minuman dan meminumnya, atau jika kita ingin sukses

(24)

adalah suatu kondisi atau status internal (kadang-kadang diuraikan sebagai

kebutuhan, keinginan, atau kekurangan) yang mampu menggerakkan perilaku

dan memberi arah (Pettijohn, 1992).

Motivasi menjelaskan bagaimana suatu perilaku dimulai,

dikuatkan, didukung, diarahkan, hingga akhirnya berhenti, dan bagaimana

bentuk reaksi yang muncul pada organisme yang bersangkutan saat hal ini

berlangsung (Jones, 1955). Motivasi juga berkaitan dengan hubungan variabel

bebas dan tergantung yang menjelaskan arah, besar kekuatan, kestabilan pada

perilaku individu yang bersangkutan, mempertahankan secara konsisten efek

dari ketangkasan, kecakapan, dan pemahaman dari tugas, dan batasan yang

muncul dari lingkungannya (Bandura, 1997)

Tiga komponen utama dalam motif antara lain stimulus biologis,

stimulus motif, dan stimulus yang dipelajari. Dalam stimulus biologis yang

merupakan dasar psikologis seseorang, kita dapat menemukan rasa lapar,

haus, kestabilan suhu, dan seks yang akan menggerakan kita untuk bertindak.

Dalam stimulus motif itu sendiri kita dapat menemukan panca indera, rasa

keingintahuan, kenyamanan, dan kompetisi yang merupakan bagian yang telah

tercipta akibat interaksi dengan lingkungan sekitar. Dalam stimulus yang

dipelajari, kita dapat menemukan pencapaian karir, kekuasaan, dan hubungan

dengan lingkungan yang tercapai lewat faktor belajar dan fokus pada

pengalaman sosial (Pettijohn, 1992).

Komponen-komponen penting dalam motivasi antara lain

(25)

perilaku yang muncul, hasil akhir yang berupa pencapaian tujuan, dan

beberapa timbal balik dari lingkungan. Seseorang akan berusaha keras

mencari perilaku alternatif yang ada untuk mendapatkan tujuan yang

diinginkan secara sempurna dan menghindari suatu kegagalan (Atkinson,

1974).

Motif dan motivasi tidak dapat dipisahkan, dimana motif menjadi

dasar penggerak, dan selanjutnya motivasi itu sendiri adalah faktor yang

menguraikan dan menjelaskan mengapa kita berpikir dan bertindak untuk

mencapai tujuan yang diinginkan. Berikut adalah alur terciptanya motivasi :

(26)

B. Sumber-sumber motivasi

Penjelasan mengenai sumber motivasi dapat digolongkan menjadi

dua ; karena faktor instrinsik (keadaan dinamika diri), dan faktor ekstrinsik

(keadaan lingkungan). Malone (1981) menjelaskan bahwa motivasi instrinsik

ditimbulkan oleh tiga hal yaitu tantangan, fantasi dan rasa keingintahuan.

Faktor ekstrinsik mengacu pada positif atau negatif penguatan dari lingkungan

yang mempengaruhi perilaku. Faktor instrinsik berkaitan dengan keinginan

dan kebutuhan individu dan berkaitan dengan dinamika tubuh, pikiran

(kognitif, afektif dan konatif) dan transpersonal atau spiritual individu.

Motivasi intrinsik merupakan motivasi yang berasal dari

rangsangan di dalam diri setiap individu. Ia terdiri daripada dorongan dan

minat individu untuk me-lakukan suatu aktivitas tanpa mengharap ataupun

meminta ganjaran. Motivasi ekstrinsik diwujudkan dalam bentuk rangsangan

dari luar yang bertujuan menggerakkan individu untuk melakukan suatu

aktivitas yang membawa manfaat kepada individu itu sendiri. Motivasi

ekstrinsik ini dapat dirangsang dalam bentuk-bentuk seperti pujian, insentif,

hadiah, dan nilai. Selain itu membentuk suasana dan lingkungan yang

kondusif juga dapat dikategorikan kedalam bentuk motivasi ekstrinsik (dalam

http://wangmuba.com/artikel).

Kebutuhan dapat dikatakan sebagai penggerak aksi. Sebuah aksi

atau tindakan dipengaruhi oleh positif insentif, negatif insentif, atau kombinasi

dari keduanya. Tabel berikut akan menggambarkan sumber-sumber dari

(27)

Tabel 2. Sumber dari kebutuhan motivasi

Sumber Dari Kebutuhan Motivasi

behavioral/eksternal

 ditimbulkan oleh stimulus eksternal yang kemudian mempengaruhi stimulus bawaan yang saling berkaitan satu sama lain

 berisi keinginan, konsekuensi yang menyenangkan (hadiah) atau menjauhi hal-hal yang tidak

diinginkan, konsekuensi yang tidak menyenangkan

sosial

 mengimitasi model secara positif

 menjadi bagian dari suatu grup atau tokoh mulia

biologis

 memperbesar / memperkecil stimulus  panca indera (penciuman, rasa, sentuhan)  mengurangi lapar, haus, ketidaknyamanan  menjaga keseimbangan / homeostatis

kognitif

 mengolah perhatian pada sesuatu yang menarik atau mengancam

 mengembangkan makna atau pemahaman  meningkatkan / mengurangi ketidakseimbangan

kognitif, ketidakpastian

 memecahkan permasalahan atau membuat keputusan

 mencari tau sesuatu

 menghilangkan ancaman atau resiko

(28)

 meningkatkan perasaan nyaman  mengurangi perasaan tidak nyaman  meningkatkan keamanan atau mengurangi

ancaman pada diri sendiri

 mengolah level optimistik dan antusiasme

konatif

 pertemuan dengan orang lain, menciptakan sebuah tujuan akhir

 mengelola impian

 mengembangkan dan mengolah harga diri  mengambil peranan pada hidup orang lain  menghilangkan ancaman untuk meraih tujuan,

mencapai impian

 mengurangi peranan orang lain dalam kehidupan pribadi

spiritual

 memahami tujuan hidup seseorang

 menghubungkan diri pada sesuatu yang misteri

C. Beberapa pendekatan teori motivasi

Dalam memahami motivasi, terdapat 2 pendekatan klasik yang

telah dikemukakan oleh para ahli. Pertama adalah teori stimulus-respon yang

dikemukakan oleh Pavlov, Watson, Thorndike, Hull, dan Spence. Teori ini

mengungkapkan bahwa suatu stimulus dapat memancing sebuah respon, ada

suatu sebab yang membuat kita bertindak sesuatu. Kedua adalah pendekatan

yang dikemukakan oleh Hull dan Spence yang mengungkapkan bahwa

(29)

pendorongnya. Pendorong ini harus didasarkan pada kekuatan perilakunya,

bukan pada hasil akhir perilaku (Beck, 1978).

Pada tahun 1943, pakar psikologi Abraham Maslow memaparkan

teori hierarki kebutuhan dari motivasi yang hingga kini banyak digunakan

sebagai landasan teori berbagai penelitian. Moslow menyatakan bahwa

motivasi adalah sebuah fungsi dari lima kebutuhan dasar, lima kebutuhan

dasar tersebut antara lain kebutuhan akan makanan, minum, udara untuk

bertahan hidup. Kedua adalah faktor keamanan: antara lain keselamatan dan

perlindungan terhadap kerugian fisik dan emosional. Ketiga adalah cinta,

keinginan untuk dicintai dan mencintai. Mengandung kebutuhan akan kasih

sayang dan rasa memiliki. Keempat adalah penghargaan, yaitu kebutuhan

akan reputasi, kebanggaan, dan pengakuan dari orang lain. Juga mengandung

kebutuhan akan kepercayaan diri dan kekuatan. Ketika keempat tahapan itu

sudah tercapai, maka munculah apa yang dinamakan dengan aktualisasi diri,

yaitu keinginan untuk menjadi apa yang ia inginkan. Motivasi di setiap

tingkatan hirarkinya menjadi pendorong untuk memperoleh faktor-faktor

dalam masing-masing tingkatan hirarki itu (Maslow, 1971).

Maslow mengungkapkan bahwa hal diatas merupakan versi positif

yang muncul dari individu yang sehat atau berfungsi sepenuhnya. Efek

negatifnya adalah munulnya rasa harga diri yang rendah dan inferioritas yang

kompleks. Ia juga setuju dengan pendapat Adler ketika membicarakan

kebutuhan manusia dimana akan menimbulkan dampak tersendiri bagi

(30)

kebutuhan kita terpenuhi kecuali rasa penghargaan dan cinta. Maslow juga

membicarakan tentang homeostatis dimana jika keadaan tidak berlaku normal,

maka tubuh akan berusaha mengembalikannya ke keadaan normal, Sebagai

contoh jika kita kepanasan, maka tubuh lewat sensor kulit akan mendorong

otak sebagai pusat kendali untuk bergerak menyalakan kipas angin atau

mencari udara segar. Keempat tahapan sebelum aktualisasi diri dinamakan

dengan Deficit Needs atau D – Needs. Jika kita tidak memiliki sesuatunya itu,

kita mengalami defisit. Sebaliknya jika kita telah memenuhi semuanya maka

kita tidak akan merasakan kekurangan. Kesimpulannya adalah kekurangan

yang ada memotivasi untuk memenuhi kekurangannya itu.

Pendekatan lewat teori kognitif yang menerapkan bahwa dalam

meraih sesuatu tujuan, faktor belajar dan pengalaman amat berpengaruh

didalamnya. Manusia sebagai mahluk sosial tentu tak lepas dari pola hidup

lingkungannya. Albert Bandura (1997) menjelaskan tentang teori belajar

sosial dimana antara kognisi – perilaku - lingkungan menciptakan suatu

kesinambungan sendiri yang berkelanjutan prosesnya. Hal ini dikenal dengan

teori Reciprocal Determinism. Apa yang terjadi di lingkungan cenderung

diolah oleh kognisi seorang individu dan diaplikasikan lewat perilakunya.

Kehadiran coffee shop di masyarakat memancing stimulus kognitif seseorang

(31)

D. Kehadiran coffee shop dalam masyarakat

Menurut Marsum (1993) dalam bukunya “Restoran dan Berbagai

Permasalahannya”, coffee shop adalah suatu tempat atau ruangan yang

dikelola secara sederhana atau dengan manajemen terstruktur yang

memberikan pelayanan secara komersil dengan baik kepada tamunya berupa

berbagai jenis hidangan kopi dari berbagai daerah dan lainnya serta pelengkap

yang menunjang tempat tersebut. Biro Pusat Statistik Daerah Istimewa

Yogyakarta pada tahun 2007 silam setidaknya mencatat telah ada lebih dari 65

coffee shop yang hadir di Yogyakarta dan 36 diantaranya memiliki tema dan

suasana yang khas dibandingkan dengan lainnya.

Penjelasan harafiah tentang coffee shop secara singkat adalah toko

yang menjual kopi atau kedai kopi. Maka komoditi utama yang

diperdagangkan disini adalah kopi dengan tambahan beberapa menu lain

seperti teh, sari buah, dan makanan ringan seperti kentang goreng, nugget,

brownies, kue ringan dan mungkin roti. Kopi menjadi sebuah simbol hidup

karena dengan kopi, kita bisa duduk santai melepas lelah, bertukar pendapat

dalam obrolan ringan, bahkan hingga melakukan transaksi bisnis. Faktanya

adalah kopi tidak hanya menjadi minuman pelepas kantuk, namun lebih pada

sebuah ikon penggerak dalam beberapa aspek kehidupan ini (Schultz, 2003).

Kita ambil contoh kedai kopi yang ternama yaitu Starbucks Coffee.

Starbucks Coffee pertama kali dibuka pada tahun 1971 di Seattle oleh Jerry

Baldwin, Zev Siegel, dan Gordon Bowker. Howard Schultz bergabung dengan

(32)

membuka jaringan Il Giornale pada tahun 1985. Beberapa saat setelah pemilik

aslinya membeli Peet's Coffee and Tea, Starbucks dijual pada Howard yang

kemudian mengganti nama Il Giornale dengan nama Starbucks pada tahun

1987. Starbucks pertama kali membuka gerai di Vancouver dan Chicago pada

tahun 1987 sedangkan cabang pertama di luar Amerika Utara terletak di

Tokyo, Jepang yang dibuka pada tahun 1996. Sekarang, Starbucks sudah

berada di 37 negara lain (www.wikipedia.com).

Kopi, pelayanan yang memuaskan, tempat duduk yang nyaman

serta fasilitas jaringan nirkabel (hot spot) menjadikan Starbucks Coffee tempat

menyenangkan untuk dikunjungi. Hingga tahun 2007 lalu, saham Starbucks

Coffee telah melonjak hingga 5000 % di lebih dari 37 negara. Keberhasilan

lonjakan saham karena idealisme yang dibangun Howard Schultz dalam

mendirikan Starbucks sejak awal, yaitu memadukan kopi dengan pelayanan

yang diberikan, membuat pengunjung merasa dimanjakan dan menciptakan

ikatan batin diantara mereka. Hal inilah yang diakui sebagai kunci rahasia

suksesnya bisnis Starbucks Coffee di seluruh dunia (dalam Autobiografi,

Metro TV).

Penerimaan masyarakat dengan hadirnya coffee shop dalam

kehidupan mereka telah mengangkat pamor kopi sebagi komoditas utama, dan

kedainya yang menyediakan pelayanan memuaskan yang membuat mereka

senantiasa selalu berkunjung kesana. Indonesia sendiri telah memiliki gerai

yang mencapai puluhan dan terdapat hampir di setiap pusat perbelanjaan di

(33)

Starbucks Coffee di Ambarukmo Plaza pada tahun 2007 silam (Mudrajat,

Kompas Senin 27 Agustus 2007).

Fenomena yang menarik di Yogyakarta adalah selain gerai coffee

shop yang berasal dari luar negeri (seperti Starbucks Coffee, Oh La La,

Espresso, Black Canyon), muncul coffee shop yang dikelola oleh masyarakat

setempat. Coffee shop tersebut memiliki ciri khas dan keunikan tersendiri

yang cukup bisa menarik konsumen dan menjadi daya tarik untuk berkunjung.

Fasilitas jaringan nirkabel menjadi daya tarik yang paling utama selain menu

kopi yang disajikan. Seperti sudah disebutkan bahwa telah tercatat ada 65

coffee shop pada tahun 2007, tidak menutup kemungkinan jumlah itu akan

bertambah lagi tiap tahunnya. Munculnya banyak coffee shop di Yogyakarta

membuktikan bahwa kehadirannya amat diterima di kalangan masyarakat.

Mereka menyadari bahwa coffee shop mampu menyediakan cita rasa gaya

hidup modern.

E. Sumber motivasi orang ke coffee shop

Hirarki kebutuhan yang pertama kali dikembangkan Maslow dalam

rentang tahun 1943-1954 dan diterbitkan pertama kali di tahun 1954 lewat

bukunya “Motivation and Personality” adalah sebagai berikut :

1. Biological and Physiological needs - air, food, drink, shelter,

warmth, sex, sleep, etc.

2. Safety needs - protection from elements, security, order, law,

(34)

3. Belongingness and Love needs - work group, family, affection,

relationships, etc.

4. Esteem needs - self-esteem, achievement, mastery,

independence,

status, dominance, prestige, managerial responsibility, etc.

5. Self-Actualization needs - realizing personal potential,

fulfillment, seeking personal growth and peak experiences.

Sedangkan jika diaplikasikan dalam penelitian ini, maka

aspek-aspek yang ingin diungkap antara lain :

1.Aspek Physiological Needs dimana terpenuhinya kebutuhan akan

kondisi fisik seseorang yaitu minum. Dalam hal ini meminum kopi

menjadi kunci penilaiannya.

2. Aspek Safety Needs dimana terciptanya kebutuhan akan rasa

aman dan nyaman. Dalam hal ini bagaimana kondisi sebuah coffee

shop mampu memberikan kenyamanan dan ketenangan bagi para

pengunjungnya.

3. Aspek Belongingess Needs dimana individu merasa diterima dan

dihargai. Dalam hal ini bagaimana pemilik coffee shop menghargai

para konsumennya dengan menyediakan tempat yang nyaman

dengan segala pelayanannya ; keramahan karyawan, tempat duduk

yang nyaman, fasilitas tambahan yang diberikan (hot spot, TV

(35)

4. Aspek Self Esteem Needs dimana individu memandang ia

memiliki harga diri atau status sosial. Dalam hal ini apakah coffee

(36)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Identifikasi Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dimana ingin

mengungkapkan suatu masalah / keadaan / peristiwa sebagaimana adanya

sehingga bersifat sekedar untuk mengungkapkan fakta (Nawawi, 1985).

Penlitian ini mendeskripsikan / memberi gambaran terhadap objek yang

diteliti melalui data sampel / populasi sebagaimana adanya tanpa melakukan

analisa dan membuat kesimpulan yang belaku umum (Sugiyono, 1999).

Soemanto (1997) berpendapat bahwa tujuan penelitian ini adalah untuk

mendeskripsikan dan menginterpretasikan apa yang ada (kondisi / hubungan

yang ada, pendapatan yang sedang tumbuh, proses yang sedang berlangsung,

akibat / efek yang terjadi atau kecendrungan yang tengah berlangsung.

Ciri-ciri penelitian deskriptif menurut Nawawi (1985) adalah :

1. Memusatkan perhatian pada masalah-masalah yang ada pada saat

penelitian dilakukan (saat sekarang) atau masalah-masalah yang

bersifat aktual.

2. Menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki

sebagaimana adanya, diiringi dengan interpretasi rasional yang

(37)

B. Definisi Operasional Variabel

Motivasi adalah proses psikologi yang menghasilkan suatu

intensitas, arah, dan ketekunan individual dalam usaha untuk mencapai satu

tujuan. Berkumpul adalah aktivitas yang dilakukan oleh sekelompok orang

yang berjumlah lebih dari 2 orang yang terjadi di suatu tempat untuk

melakukan suatu kegiatan yang direncanakan.

Motivasi orang berkumpul di coffee shop adalah proses merancang,

menggerakan dan mengarahkan perilaku yang dilakukan sekelompok orang

untuk berkumpul di tempat yang dinamakan coffee shop demi tercapainya

sebuah tujuan. Tujuan yang dimaksudkan bisa berupa meminum kopi, mencari

suasana aman dan nyaman, menikmati fasilitas yang disediakan ataupun

sekedar menunjukan prestise. Motivasi orang berkumpul di coffee shop

dikatakan tinggi apabila skor aitem favorable yang diperoleh subjek tinggi.

Motivasi orang berkumpul di coffee shop dikatakan rendah apabila skor aitem

unfavorable yang diperoleh subjek tinggi.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah orang-orang yang suka mengunjungi

coffee shop dengan rentang usia antara 18 hingga 26 tahun dan tinggal di

Yogyakarta yang sedang menempuh masa belajar di Perguruan Tinggi. Coffee

Shop yang akan diambil sample nya adalah coffee shop yang ada di

(38)

Djendelo, dan Rumah Kopi. Serta beberapa random sample dari masyarakat

umum.

D. Metode dan Alat Pengumpulan Data

Skala untuk menentukan Motivasi apa yang mendasari tiap

inidividu berkumpul di coffee shop adalah skala hirarki kebutuhan yang

dikemukakan oleh Maslow (1970). Skala ini merupakan adaptasi dari skala

Likert yang terdiri dari 32 aitem dan terbagi dalam 4 kategori aspek yang

masing-masing aspek terdiri dari 8 aitem pernyataan favorable dan

unfavorable.

Pernyataan-pernyataan favorable mengungkap aspek-aspek dari

variabel secara positif, dan pernyataanunfavorable yang mengungkap

aspek-aspek dari variabel secara negatif. Pada pernyataan favorable untuk pilihan

dengan tingkatan sangat setuju dinilai 4, setuju dinilai 3, tidak setuju dinilai 2,

dan sangat tidak setuju dinilai 1. Pada pernyataan unfavorable untuk pilihan

dengan tingkatan sangat setuju dinilai 1, setuju dinilai 2, tidak setuju dinilai 3,

dan sangat tidak setuju dinilai 4.

Aspek-aspek tersebut antara lain :

a. Aspek Physiological Needs dimana terpenuhinya kebutuhan akan

kondisi fisik seseorang yaitu minum. Dalam hal ini meminum kopi

menjadi kunci penilaiannya.

b. Aspek Safety Needs dimana terciptanya kebutuhan akan rasa aman

(39)

mampu memberikan kenyamanan dan ketenangan bagi para

pengunjungnya.

c. Aspek Belongingess Needs dimana individu merasa diterima dan

dihargai. Dalam hal ini bagaimana pemilik coffee shop menghargai

para konsumennya dengan menyediakan tempat yang nyaman dengan

segala pelayanannya ; keramahan karyawan, tempat duduk yang

nyaman, fasilitas tambahan yang diberikan (hot spot, TV Kabel,

bermacam alat permainan).

d. Aspek Self Esteem Needs dimana individu memandang ia memiliki

harga diri atau status sosial. Dalam hal ini apakah coffee shop mampu

menjadikan nilai ststus sosial konsumen muncul.

Tabel 3. Blueprint jumlah aitem

No Dimensi Indikator No aitem Favorable

No aitem

Unfavorable

Jumlah

1 Physiologycal

Needs

Kebutuhan

minum

1,3,5,7 2,4,6,8 8 (25%)

2 Safety Needs Kebutuhan rasa aman

9,11,13,15 10,12,14,16 8 (25%)

3 Belongingness

Need

Kebutuhan

rasa dihargai

17,19,21,23 18,20,22,24 8 (25%)

4 Self Esteem

Needs

Kebutuhan

pengakuan sosial

(40)

Metode ini memakai try-out terpakai dimana try-out angket

berjumlah 30 buah dari total 100 angket. Sedangkan skor aitem berdasarkan

sifat aitem dapat dilihat pada tabel 4 di halaman berikut ini.

Tabel 4. Skor aitem berdasarkan sifat aitem

Sifat Aitem Favorable Unfavorable

Sangat Setuju 4 1

Setuju 3 2

Tidak Setuju 2 3

Sangat Tidak Setuju 1 4

Skor tersebut akan menggambarkan tentang motivasi orang

berkunjung ke coffee shop. Semakin tinggi nilai yang diperoleh pada tiap

aspeknya, maka akan terlihat jelas motivasi apa yang mendasari orang pergi

ke coffee shop.

E. Validitas dan Reliabilitas

1. Uji Validitas

Uji validitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah

skala penelitian yang sudah dibuat dapat menghasilkan data yang akurat sesuai

dengan tujuan penelitian (Azwar, 2001). Penelitian yang baik haruslah

(41)

digunakan. Validitas, berarti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat

ukur dalam melakukan fungsi ukurnya.

Suatu alat ukur dikatakan memiliki validitas tinggi apabila alat itu

melakukan fungsi ukurnya, dengan kata lain mengukur apa yang seharusnya

diukur (Azwar, 1997). Sisi lain dari pengertian validitas adalah aspek

kecermatan pengukuran. Suatu alat ukur yang valid tidak sekedar mampu

mengungkapkan data dengan tepat akan tetapi juga harus memberikan

gambaran yang cermat mengenai data tersebut. Cermat berarti dapat

memberikan gambaran mengenai perbedaan yang sekecil-kecilnya diantara

subjek yang satu dengan subjek yang lain.

Penelitian ini menggunakan validitas isi untuk mengukur validitas

pada alat ukur yang digunakan. Menurut Azwar (2001), validitas isi

merupakan pengujian validitas yang diperoleh dari pengujian terhadap isi tes

dengan analisis rasional atau professional judgment, yakni orang-orang yang

ahli dan profesional di bidangnya, supaya aitem yang dibuat tidak keluar dari

tujuan pengukuran yang sudah ditentukan. Pengujian isi skala dilakukan

dengan mengkonsultasikan dengan orang-orang yang lebih ahli, dalam hal ini

konsultasi aitem dilakukan dengan dosen pembimbing.

2. Daya Diskriminasi Aitem

Daya diskriminasi aitem adalah sejauh mana aitem mampu

membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan tidak

(42)

aitem menghendaki dilakukannya komputasi koefisien korelasi antara

distribusi skor aitem dengan suatu kriteria yang relevan, yaitu distribusi skor

skala itu. Komputasi ini akan menghasilkan koefisien korelasi aitem total (

r

ix)

yang dikenal pula dengan parameter daya beda aitem. Metode yang digunakan

untuk daya diskriminasi aitem adalah formula koefisien korelasi product

moment Pearson.

3. Estimasi Reliabilitas

Reliabilitas mengacu pada konsistensi atau kepercayaan hasil ukur,

yang mengandung makna kecermatan pengukuran. Jika skala penelitian

reliable, maka skala tersebut dianggap dapat dipercaya, artinya pengukuran

yang didapatkan merupakan ukuran yang benar dari sesuatu yang diukur

(Azwar, 1999). Metode yang digunakan adalah metode cronbach alpha.

Variabel dikatakan reliabel bila nilai alpha >

r

ix sebesar 0,30.

F. Analisis Data

Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode

analisis statistik deskriptif, yang meliputi penyajian tabel, penghitungan nilai

maksimum, nilai minimum, pengukuran mean, serta standar deviasi dengan

(43)

BAB IV

ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Laporan Pengambilan Data

Peneliti melakukan pengambilan data dalam rentang waktu 2

minggu, minus libur Natal dan Tahun Baru (24 Desember – 4 Januari). Angket

mulai disebar terhitung dari Desember minggu ketiga (22 Desember 2008)

hingga Januari minggu kedua (12 Januari 2009). Target penyebaran angket

adalah 3 coffee shop yang ada di daerah Yogyakarta, antara lain : Coklat Cafe

(Teuku Cik Ditiro), Djendelo Kofie and Tea (Toga Mas, Gejayan), dan Rumah

Kopi (Jalan Kaliurang). Selain itu angket juga disebar kepada beberapa relasi

peneliti yang benar-benar pecinta kopi, dan beberapa disebar secara umum.

Jumlah angket yang disebar peneliti sebanyak 100 buah dengan

prosentase sebagai berikut : coffee shop = 50 angket (50 %), pecinta kopi = 30

angket (30 %), umum = 20 angket (20 %). Alasan penyebaran seperti ini

adalah guna mendapatkan hasil data yang objektif. 80 % responden dipilih

berdasarkan hakekat penelitian peneliti yaitu seputar coffee shop dan kopi,

sedangkan 20 % dipilih berdasarkan opini publik secara netral tanpa ada

perlakuan terdahulu yang mempengaruhi.

Dari 100 buah angket yang tersebar, 9 diantaranya dinyatakan

hilang saat melakukan pengambilan data di coffee shop. Total angket yang

(44)

dijadikan try out sebanyak 30 angket. Pengolahan angket menggunakan

program SPSS versi 10.

B. Hasil Uji Coba Kuesioner

Uji ini digunakan untuk menguji apakah kuesioner yang digunakan

dalam penelitian ini layak digunakan atau tidak. Uji coba kuesioner meliputi:

1. Daya Diskriminasi Aitem

Daya diskriminasi aitem adalah sejauh mana aitem mampu

membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan tidak

memiliki atribut yang diukur (Azwar, 1999). Menurut Azwar, kriteria

pemilihan aitem berdasarkan koefisien korelasi aitem total (

r

ix) menggunakan

batasan

r

ix ≥ 0,30.

Tabel 5. Hasil pengujian daya diskriminasi aitem

Variabel Item rix Kesimpulan

Aspek Physiological

(45)

Aspek Safety Needs 9 10 11 12 13 14 15 16 0,821 0,623 0,408 0,445 0,601 0,839 0,800 0,763 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid

Aspek Belongingess

Needs 17 18 19 20 21 22 23 24 0,658 0,455 0,438 0,820 0,602 0,597 0,565 0,658 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid

Aspek Self Esteem

(46)

Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa seluruh aitem pertanyaan

baik pada aspek physiological needs, aspek safety needs, aspek belongingess

needs maupun aspek self esteem needs memiliki nilai

r

ix yang lebih besar dari

0,30. Hal ini berarti seluruh item pertanyaan pada kuesioner tersebut adalah

valid atau dapat mengukur variabel-variabel penelitian ini.

2. Estimasi Reliabilitas

Sementara itu estimasi reliabilitas digunakan untuk mengukur

konsisten tidaknya kuesioner mengukur variabel penelitian. Metode yang

digunakan adalah metode cronbach alpha. Variabel dikatakan reliabel bila

nilai alpha >

r

ix sebesar 0,30. Hasil pengujian reliabilitas terhadap aspek

physiological needs, aspek safety needs, aspek belongingess needs maupun

aspek self esteem needs dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 6. Hasil pengujian estimasi reliabilitas

Variabel alpha Kesimpulan

Aspek Physiological Needs 0,7263 Reliabel

Aspek Safety Needs 0,8128 Reliabel Aspek Belongingess Needs 0,7427 Reliabel

Aspek Self Esteem Needs 0,6543 Reliabel

Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa nilai alpha untuk aspek

physiological needs sebesar 0,7263; aspek safety needs sebesar 0,8128; aspek

(47)

0,6543. Keempat variabel tersebut memiliki nilai alpha >

r

ix 0,30. Hal ini

berarti keempat variabel tersebut reliabel atau andal.

3. Uji Asumsi

Syarat utama suatu analisis data adalah data yang dimiliki

mempunyai distribusi normal. Untuk itu dilakukan uji normalitas data

menggunakan uji Kolmogorov Smirnov (K~S). Jika nilai sig. K~S > 0,05 ( =

5%) maka dapat disimpulkan data berdistribusi normal. Hasil pengujian

normalitas ini dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini.

Tabel 7. Hasil pengujian normalitas

Aspek Motivasi Sig. K~S Nilai Batas Kesimpulan

Aspek Physiological Needs 0,272 0,05 Normal

Aspek Safety Needs 0,348 0,05 Normal

Aspek Belongingess Needs 0,439 0,05 Normal

Aspek Self Esteem Needs 0,085 0,05 Normal

Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui bahwa nilai sig. K~S aspek

physiological needs sebesar 0,272; aspek safety needs sebesar 0,348; aspek

belongingess needs sebesar 0,439 dan aspek self esteem needs sebesar 0,085.

Oleh karena keempat aspek motivasi tersebut memiliki nilai sig. K~S lebih

(48)

C. Identitas Responden

Subjek penelitian ini adalah orang-orang yang suka mengunjungi

coffee shop dengan rentang usia antara 18 hingga 26 tahun dan tinggal di

Yogyakarta yang sedang menempuh masa belajar. Jumlah responden yang

diperoleh sebanyak 91 orang dengan karakteristik sebagai berikut.

1. Jenis Kelamin

Gambaran identitas responden berdasarkan jenis kelaminnya

sebagai berikut.

Tabel 8. Gambaran identitas responden

Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

Laki-laki 30 33,0

Perempuan 61 67,0

Total 91 100,0

Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden adalah

perempuan yaitu sebanyak 61 orang (67,0%). Sedangkan banyaknya

responden laki-laki sebanyak 30 orang (33,0%). Dari data tersebut

diindikasikan bahwa sebagian besar remaja yang suka mengunjungi coffee

shop adalah perempuan.

2. Usia

Gambaran identitas responden berdasarkan usianya dapat dilihat

(49)

Tabel 9. Gambaran usia responden

Usia (Tahun) Jumlah Persentase (%)

21 41 45,1

22 18 19,8

23 10 11,0

24 9 9,9

25 9 9,9

26 4 4,4

Total 91 100,0

Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden berusia

21 tahun yaitu sebanyak 41 orang (45,1%). Sedangkan banyaknya responden

terkecil berusia 26 tahun yaitu sebanyak 4 orang (4,4%). Dari data tersebut

diindikasikan bahwa sebagian besar remaja usia belajar yang suka

mengunjungi coffee shop adalah usia 21 tahun dan semakin tua kategori umur

konsumen, frekuensi konsumennya semakin kecil / sedikit.

D. Analisa Motivasi Perilaku Konsumen

Motivasi merupakan proses psikologi yang menghasilkan suatu

intensitas, arah, dan ketekunan individual dalam usaha untuk mencapai satu

tujuan. Dalam mengetahui besarnya motivasi responden berkumpul di coffee

shop, terlebih dahulu dibuat kategori tanggapan responden terhadap aspek

motivasi berdasarkan skor totalnya. Untuk keperluan perhitungan kategori,

(50)

Skor minimum teoritik = 1  8 = 8

Skor maksimum teoritik = 4  8 = 32

Range = skor maksimum – skor minimum = 32 – 8 = 24

Standar Deviasi:

4 6 24 6

Range

  

Rata-rata:

 = 8  2,5 = 20

Perhitungan kategorinya dapat dilihat pada Tabel 10 berikut ini.

Tabel 10. Tingkatan Motivasi

Rumus Interval Interval Nilai Kategori X < (- 1,0 ) X < 16 Rendah (- 1,0 ) < X < ( + 1,0 ) 16 < X < 24 Sedang ( + 1,0 ) < X 24 < X Tinggi

Sedangkan kategori tangapan responden untuk indikator negatif

dibuat sebaliknya.

Skala yang digunakan untuk mengukur motivasi yang mendasari

tiap inidividu berkumpul di coffee shop adalah skala hirarki kebutuhan

yang dikemukakan oleh Maslow (1970) yang meliputi :

1. Aspek Physiological Needs

Aspek Physiological Needs merupakan terpenuhinya kebutuhan

(51)

menjadi kunci penilaiannya. Hasil penelitian disajikan pada Tabel 11 di bawah

ini.

Tabel 11. Deskriptif AspekPhysiological Needs Responden

Kategori Jumlah (Orang)

Persentase (%)

Rendah 9 9,9

Sedang 73 80,2

Tinggi 9 9,9

Jumlah 91 100,0

Berdasarkan Tabel 11 di atas, dapat diketahui bahwa sebagian

besar responden memiliki kebutuhan akan aspek Physiological Needs yang

sedang yaitu ada 73 orang (80,2%). Sedangkan jumlah responden yang

membutuhkan aspek Physiological Needs yang tinggi maupun rendah

masing-masing ada 9 orang (9,9%). Hasil tersebut mengindikasikan bahwa sebagian

besar orang-orang yang suka berkumpul di coffee shop cukup termotivasi

untuk meminum kopi disana, akan tetapi kadar motivasinya masuk dalam

kategorisasi sedang.

2. Aspek Safety Needs

Aspek Safety Needs merupakan terciptanya kebutuhan akan rasa

aman dan nyaman. Dalam hal ini bagaimana kondisi sebuah coffee shop

mampu memberikan kenyamanan dan ketenangan bagi para pengunjungnya.

(52)

Tabel 12.. Deskriptif Aspek Safety Needs Responden

Kategori Jumlah (Orang)

Persentase (%)

Rendah -

-Sedang 42 46,2

Tinggi 49 53,8

Jumlah 91 100,0

Berdasarkan Tabel 12 di atas, dapat diketahui bahwa sebagian

besar responden membutuhkan aspek Safety Needs yang tinggi yaitu ada 49

orang (53,8%). Sedangkan jumlah responden yang membutuhkan aspek Safety

Needs yang sedang ada 42 orang (46,2%). Hasil tersebut mengindikasikan

bahwa sebagian besar orang-orang yang suka berkumpul di coffee shop sangat

termotivasi karena faktor keamanan dan kenyamanan yang ada di coffee shop,

dan kadar motivasinya masuk dalam kategori tinggi.

3. Aspek Belongingess Needs

Aspek Belongingess Needs merupakan penghargaan terhadap

individu dengan adanya rasa penerimaan terhadapnya. Dalam hal ini

bagaimana pemilik coffee shop menghargai para konsumennya dengan

menyediakan tempat yang nyaman dengan segala pelayanannya seperti

keramahan karyawan, tempat duduk yang nyaman, fasilitas tambahan yang

diberikan (hot spot, TV kabel, bermacam alat permainan). Hasil penelitian

(53)

Tabel 13. Deskriptif Aspek Belongingess Needs Responden

Kategori Jumlah (Orang)

Persentase (%)

Rendah -

-Sedang 47 51,6

Tinggi 44 48,4

Jumlah 91 100,0

Berdasarkan Tabel 13 di atas, dapat diketahui bahwa sebagian

besar responden membutuhkan aspek Belongingess Needs yang sedang yaitu

ada 47 orang (51,6%). Sedangkan jumlah responden yang membutuhkan

aspek Belongingess Needs yang tinggi ada 44 orang (48,4%). Hasil tersebut

mengindikasikan bahwa sebagian besar orang-orang yang suka berkumpul di

coffee shop cukup termotivasi atas aspek pelayanan dan fasilitas yang

diberikan oleh coffee shop, dan kadar motivasinya masuk dalam kategori

sedang.

4. Aspek Self Esteem Needs

Aspek Self Esteem Needs merupakan individu memandang ia

memiliki harga diri atau status sosial. Dalam hal ini apakah coffee shop

mampu menjadikan nilai status sosial konsumen muncul. Hasil penelitian

(54)

Tabel 14. Deskriptif Aspek Self Esteem Needs Responden

Kategori Jumlah (Orang)

Persentase (%)

Rendah 5 5,5

Sedang 84 92,3

Tinggi 2 2,2

Jumlah 91 100,0

Berdasarkan Tabel 14 di atas, dapat diketahui bahwa sebagian

besar responden membutuhkan aspek Self Esteem Needs yang sedang yaitu

ada 84 orang (92,3%). Sedangkan jumlah responden yang membutuhkan

aspek Self Esteem Needs yang rendah ada 5 orang (5,5%) dan yang memiliki

aspek Self Esteem Needs yang tinggi ada 2 orang (2,2%). Hasil tersebut

mengindikasikan bahwa sebagian besar orang-orang yang suka mengunjungi

coffee shop memandang bahwa aspek Self Esteem Needs bukan dasar motivasi

mereka berkumpul di coffee shop, dan kadar motivasinya masuk dalam

kategori rendah.

E. Pembahasan

Berdasarkan analisis motivasi perilaku konsumen berkumpul di

Coffee Shop dengan skala hirarki kebutuhan yang dikemukakan oleh Maslow

(1970) maka dapat diketahui aspek yang dominan memotivasi konsumen

berkumpul di coffee shop yaitu aspek Safety Needs. Hal ini terlihat dari hasil

penelitian bahwa jumlah responden yang membutuhkan aspek Safety Needs

yang tinggi lebih banyak dibandingkan dengan jumlah responden yang

(55)

responden yang membutuhkan aspek Safety Needs yang tinggi ada 49 orang

(53,8%). Sedangkan jumlah responden yang membutuhkan aspek Safety

Needs yang sedang ada 42 orang (46,2%). Hasil tersebut mengindikasikan

bahwa sebagian besar orang-orang yang suka berkumpul coffee shop

memandang bahwa coffee shop dapat menyediakan aspek Safety Needs yang

memadai. Meraka melihat bagaimana kondisi sebuah coffee shop mampu

memberikan kenyamanan dan ketenangan bagi para pengunjungnya dibanding

tempat lain.

Aspek Safety Needs adalah aspek yang paling dominan

mempengaruhi motivasi konsumen berkumpul di coffee shop. Sebab

kebutuhan akan rasa aman dan nyaman dinilai merupakan kebutuhan dasar

konsumen daripada kebutuhan minum kopi. Hal ini terlihat dari tanggapan

responden berdasarkan angket dimana sebagian besar indikator aspek

kenyamanan dan keamanan di coffee shop dinyatakan positif. Misalnya tidak

adanya minuman keras beralkohol di coffee shop yang cenderung bisa

membuat mabuk dan tak jarang memicu keributan. Sementara dari segi

kenyamanan, mereka menilai coffee shop biasa memasang musik yang enak

didengar. Desain ruangan juga cukup nyaman dengan tempat duduk yang enak

sehingga konsumen bisa relax dan bersantai di coffee shop.

Sementara itu aspek Belongingness Needs merupakan faktor kedua

yang mempengaruhi konsumen berkumpul di coffee shop. Aspek

Belongingess Needs merupakan penghargaan terhadap individu dimana

(56)

konsumen merasa diterima dan dihargai di coffee shop dengan pelayanan

ramah dari para karyawannya serta berbagai fasilitas yang disediakan.

Aspek lain yang cukup memotivasi konsumen untuk berkumpul di

coffee shop yaitu aspek Physiological Needs dan aspek Self Esteem Needs.

Aspek Physiological Needs lebih menitikberatkan pada terpenuhinya

kebutuhan akan minum kopi dan ternyata aspek ini kurang dapat memotivasi

konsumen karena menurut konsumen minum kopi dapat dilakukan di mana

saja, tidak harus di coffee shop. Apalagi menurut responden konsumen lebih

enak membuat kopi sendiri di rumah karena bisa sesuai dengan takaran dan

seleranya. Sebagian dari mereka juga tidak suka kopi kental dan lebih

menyukai kopi instan sehingga jika mereka pergi ke coffee shop itu bukan

hanya karena ingin meminum kopi, akan tetapi lebih kepada susana aman dan

nyaman yang mampu dihadirkan oleh coffee shop.

Sementara aspek Self Esteem Needs lebih memandang bahwa

konsumen berkumpul di coffee shop demi suatu harga diri atau status sosial.

Aspek Self Esteem Needs ini ternyata memiliki kadar paling kecil yang bisa

memotivasi konsumen untuk berkumpul di coffee shop karena tidak dapat

meningkatkan status sosial mereka. Coffee shop bukan hanya untuk kalangan

atas sehingga terkesan tidak eksklusif dan mahal, bahkan demi meningkatkan

persaingan coffee shop juga menyajikan menu dengan harga yang murah agar

dapat dijangkau oleh siapa pun terutama para mahasiswa yang kuliah di

(57)

Motivasi konsumen untuk datang ke coffee shop dapat dikatakan

sebagai pengejawantahan teori Reciprocal Determisnm dari Albert Bandura

(1997) bahwa antara lingkungan – pola pikir – perilaku saling

berkesinambungan. Kehadiran coffee shop di masyarakat menimbulkan

keingintahuan bagi mereka yang belum pernah kesana, rasa ingin tahu yang

muncul menghasilkan pola pikir tertentu dan berakhir pada perilaku

berkunjung dan berkumpul di coffee shop.

Malone (1981) menjelaskan bahwa motivasi instrinsik ditimbulkan

oleh tiga hal yaitu tantangan, fantasi dan rasa keingintahuan. Faktor ekstrinsik

mengacu pada positif atau negatif penguatan dari lingkungan yang

mempengaruhi perilaku. Kehadiran coffee shop di masyarakat tampaknya

berperan sebagai faktor ekstrinsik munculnya motivasi orang berkumpul di

(58)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis deskriptif motivasi konsumen berkumpul di

coffee shop menurut skala hirarki aspek kebutuhan yang dikemukakan oleh

Maslow (1987), maka dapat diambil kesimpulan yaitu motivasi yang

mendasari perilaku para konsumen untuk menghabiskan waktunya berkumpul

di coffee shop adalah kebutuhan adanya aspek Safety Needs sebesar 53,8 %

pada skala tinggi, 46,2 % pada skala sedang dan 0 % pada skala rendah.

Dengan demikian, kebutuhan adanya tempat yang aman dan nyaman untuk

mendiskusikan suatu hal, baik itu rapat atau bertemu kolega menjadi motivasi

utama para konsumen berkumpul di coffee shop.

Hal lain yang memperkuat motivasi para konsumen untuk

berkumpul di coffee shop adalah kebutuhan akan aspek Belongingness Needs

sebesar 51,6 % pada skala sedang, 48,4 % pada skala tinggi dan 0 % pada

skala rendah. Hal ini menunjukan kebutuhan akan fasilitas pendukung sebagai

bentuk rasa penghargaan terhadap konsumen kurang menjadi motivasi bagi

para konsumen untuk berkumpul di coffee shop.

Kebutuhan adanya aspek Physiological Needs sebesar 80,2 % pada

skala sedang, 9,9 % pada masing-masing skala tinggi dan rendah menunjukan

bahwa meminum kopi bukan menjadi alasan utama mereka berkumpul di

(59)

Kebutuhan pada aspek Self Esteem Needs sebesar 92,3% pada

skala sedang, 5,5 % pada skala rendah dan 2,2 % pada skala tinggi

menunjukan bahwa para konsumen tidak menjadikan coffee shop sebagai

tempat untuk menunjukan prestise atau harga diri.

Hasil diatas menggambarkan bahwa ternyata coffee shop yang ada

di Yogyakarta yang pada awalnya berfungsi sebagai tempat menjual kopi telah

mengalami pergesaran fungsi dimana para konsumen di Yogyakarta dalam

batas usia tertentu (21 – 26 tahun) lebih melihat coffee shop dari segi tempat

yang mampu menyediakan keamanan dan kenyamanan bagi pengunjungnya.

Fasilitas pendukung, esensi kopi itu sendiri, dan asumsi sebagai tempat

menunjukan prestise bukan menjadi motivasi utama para konsumen

berkumpul di coffee shop.

B. Saran

Dari kesimpulan di atas dapat diketahui gambaran kebutuhan dasar

konsumen berkumpul di coffee shop yaitu rasa aman dan nyaman ketika

berada di coffee shop tersebut. Oleh karena itu, sebaiknya pihak pengelola

coffee shop terutama di Yogyakarta tempat penelitian ini dilaksanakan dapat

terus memperbaiki dan meningkatkan keamanan dan kenyamanan konsumen

ketika berada di sana. Misalnya dengan tetap tidak memperbolehkan adanya

minuman keras yang dikhawatirkan dapat memicu kericuhan, musik yang

enak didengar, desain ruangan yang luas dengan tempat duduk yang nyaman.

(60)

ramah tamah yang ditunjukan oleh para karyawan dan fasilitas pendukung

lainnya seperti hot spot, TV Kabel, bermacam alat permainan. Dan terakhir,

esensi kopi itu sendiri juga perlu dipertahankan dengan menyediakan bibit

kopi unggul agar menghasilkan rasa dan aroma kopi yang nikmat karena ada

(61)

DAFTAR PUSTAKA

Alderfer, C. (1972). “Existence, relatedness, & growth”. New York: Free Press.

Ames & Ames. (1989). Research on Motivation in Education: vol 3. Goals and Cognition. San Diego: Academic Press.

Atkinson, J. W., & Birch, D. (1978). “Introduction To Motivation” (2nd Edition). New York. Van Nostrand.

Azwar, S. (1999). “Penyusunan Skala Psikologi”. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, S. (2001). “Reliabilitas dan Validitas”. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bandura, A. (1997). “Self-effic

Gambar

Tabel 1. Alur terciptanya motivasi
Tabel 2. Sumber dari kebutuhan motivasi
Tabel 3. Blueprint jumlah aitem
Tabel 4. Skor aitem berdasarkan sifat aitem
+7

Referensi

Dokumen terkait

Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Provinsi Gorontalo pada Triwulan I-2015 sebesar 95,18, yang berarti kondisi ekonomi konsumen pada Triwulan I-2015 menurun dari triwulan

Suatu ruang vektor adalah suatu himpunan objek yang dapat dijumlahkan satu sama lain dan dikalikan dengan suatu bilangan, yang masing-masing menghasilkan anggota lain

Direksi memuji reformasi penentu atas subsidi energi di tahun 2015, termasuk rencana untuk subsidi listrik sebagai sasaran subsidi yang lebih baik, dan penggunaan ruang fiskal

terasa di awal tahun 2009, yang ditunjukkan dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi Jawa Barat sebesar 4,1% (yoy) pada triwulan I-2009, melambat dibandingkan dengan triwulan

Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik

Aktualisasi diri yang terdapat dalam UKM Sepak Bola USU dapat dilihat dari kebutuhan fisiologis yang didapat oleh mahasiswa, kenyamanan berada dilingkungan

P Permanen: 2) P-O-P Temporer; dan 3) Media in store (di dalam toko). Bagi para manajer ritel penerapan Point-of-Purchase dilakukan karena keinginan untuk mencapai: 1) Hasil

Yang dimaksud dengan “kondisi krisis atau darurat penyediaan tenaga listrik” adalah kondisi dimana kapasitas penyediaan tenaga listrik tidak mencukupi kebutuhan beban di daerah