MOTIVASI ORANG BERKUMPUL DI COFFEE SHOP
SEBUAH STUDI DESKRIPTIF
S k r i p s i
Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh :
Ardianto
NIM : 019114036
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
“U nthinkably Good Things Will Come...Even L ate I n The Game, I t
Such A Surprise...”
Ter ima Kasih pada-NYA at as segala ber kat kar unia yang
melimpah set iap har i lewat kedua or angt ua t er cint a :
Bp. Ber nar dus Ar ie Set iawan
dan I bu Mar ia Ther esia Milasar i Mulya Tr isna
ser t a adik t er cint a Adr ianus Rachmant o.
Kepada para sahabat dan kerabat yang telah mengisi episode hidupku
selama menempuh masa studi.
Terutama kepada Fransiska Putri Alfani : together.
Dan kepada Rocky von Emperor,
our beloved Pitbull and always be
...
yang telah meninggalkanku tepat saat karya ini akan
diajukan.
You’ll be make it to the heaven boy
...
Plenty of
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul "Motivasi Orang
Berkumpul di Coffee Shop, Sebuah Studi Deskriptif merupakan karya yang tidak pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan
Tinggi manapun sebelumnya, dan sepanjang pengetahuan saya di dalamnya juga
tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis dan diterbitkan oleh
orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam skripsi ini dan disebutkan
dalam daftar pustaka.
Yogyakarta, 15 Mei 2009
vi
MOTIVASI ORANG BERKUMPUL DI
COFFEE SHOP
SEBUAH STUDI DESKRIPTIF
Ardianto
019114036
Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2009
ABSTRAK
Motivasi adalah suatu proses psikologi yang menghasilkan suatu intensitas, arah, dan ketekunan individual dalam usaha untuk mencapai satu tujuan. Coffee shop adalah tempat yang menjual kopi sebagai minuman utama, baik itu kopi murni yang berasal dari bermacam jenis dan daerah, maupun kopi yang telah diolah padukan dengan bahan lain, serta tambahan menu minuman dan makanan kecil. Kehadiran coffee shop telah marak di Yogyakarta, dan masing-masing menawarkan keunikannya masing-masing-masing-masing. Maka daripada itu tidak jarang orang-orang berkunjung terutama anak muda dan menjadi tren diantara mereka. Penelitian ini bermaksud untuk mengungkap motivasi apa yang mendasari mereka datang ke coffee shop lewat teori hirarki motivasi dari Abraham Maslow.
Data diperoleh dengan pemberian angket kepada 91 responden di 3 coffee shop ternama yang ada di Yogyakarta. Validitas dan reliabilitasnya telah diujikan dengan menggunakan metode try out terpakai kepada 30 responden dan data penelitian dianalisis dengan menggunakan metode statistik deskriptif dengan program SPSS. 10 for windows.
Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa sebanyak 91 responden (100%) memilih ke coffee shop karena aspek safety needs dengan total deskriptif tanggapan sebesar 53,8%.
vii
MOTIVATION OF PEOPLE SPENDING TIME IN
COFFEE SHOP
DESCRIPTIVE STUDY
Ardianto
019114036
Faculty of Psychology
Sanata Dharma University
Yogyakarta
2009
ABSTRACT
Motivation is a psychological process resulting an intensity, direction, and personal achievement as the efforts to reach a goal. Coffee shop is a place that sales coffee as a main menu, either numerous originating coffee from different variety and areas or coffee that has been mixed with other ingredients, and also other drinks and snack menus. The existence of coffee shop has already been in a grown number in Yogyakarta, and each of them has shown their own uniqueness. That’s the reason lots of people frequently visit coffee shops especially teenagers and has become a trend among them. This research is aimed to reveal what motivation triggering people who spend their time in coffee shop according Maslow’s Hierarchical Theory.
The data was acquired by giving questionnaire to 91 respondents at 3 leading coffee shops in Yogyakarta. The validity and reliability has been tested by using try-out method through 30 respondents and the research data was analyzed by using statistical description method with SPSS. 10 for windows program.
The result of this research describes that all the 91 research subjects (100%), prefer going to coffee shop due to the safety needs aspect with the total description response 53,8%.
viii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA DLMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata
Dharma:
Nama : ARDIANTO
NIM : 019114036
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : MOTIVASI
ORANG BERKUMPUL DI COFFEE SHOP, SEBUAH STUD1 DESKRIPTIF. Dengan ini saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma
hak untuk menyimpan, mengalihkan dalarn bentuk media lain, mengelolanya
dalam bentuk pangkalan data dan mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa periu meminta ijin dari saya maupun memberi royalti kepada saya selama
tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 15 Mei 2009
Yang menyatakan
ix
KATA PENGANTAR
Penulis selama masa kuliah dan terutama saat masa penyusunan skripsi
ingin berterima kasih kepada beberapa pihak di bawah ini yang telah membantu
sehingga terselesaikannya penelitian ini.
1. Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat karunia yang melimpah setiap hari.
Selalu yakin bahwa segala perkara dapat kutanggung dalam Dia yang
memberikan kekuatan (Filipi 4 : 13).
2. Orangtua dan keluarga yang selalu memberikan dukungan dan motivasi.
3. Para staf struktural di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma ;
Dekan (Bp. Eddy Suhartanto, S. Psi., M. Si.), Kepala Program Studi (Ibu
Sylvia Carolina, S. Psi., M. Si.), Pembimbing Akademik (Bp. Siswo
Widyatmoko, S. Psi., M. Si. dan Ibu Sylvia Carolina, S. Psi., M. Si.),
Pembimbing Skripsi (Bp. Minto Istono, S. Psi., M. Si.)
4. Seluruh dosen Fakultas Psikologi yang telah memberikan perhatian berupa
ilmu, perhatian dan juga teguran selama saya mengenyam pendidikan
disini.
5. Staf administrasi Fakultas Psikologi (Mas Gandung dan Mba Nanik) yang
selalu mengagumi kepangan rambut saya. Dynamic Duo Laboran
Psikologi (Mas Muji - Mas Donny). Dan juga Bpk. Giyono yang bagi saya
selalu menjadi panutan karena keramahan dan senyum yang selalu tulus
x
6. Teman-teman angkatan 2001 yang sangat berkenan (Adi, Pati, Kris, Eko,
Oho, Adri, Lala, Nana, Celly, Tyo, Merlin, Ella, Silva), dan lainnya …
7. Teman-teman kepengurusan Badan Eksekutif Mahasiswa periode 2002 –
2003. Dan juga rekan-rekan Badan Pengawas Mahasiswa 2002 – 2003.
Sangat ironis pada masanya dahulu Psikologi dipimpin oleh seorang
Gubernur yang “Djayus”, tapi bersama kita bisa melewatinya bukan .
Terima kasih atas dukungannya…Dengan tawa, kita bisa merubah dunia
yang muram menjadi ceria kembali !
8. Teman-teman Steering Committee dan Organizing Committee di AKSI
2004 dan EKM Kotabaru 2005. Terima kasih atas kesanggupannya
mengejawantahkan sebuah idealisme ke dalam bentuk realitas yang
spektakuler.
9. Teman-teman “Psychology Department” dan juga Komunitas Friends
yang telah membantu beberapa proyek training, outbound dan seminar.
10. Seluruh manajemen, kru, dan juga keluarga besar “deket Rumah”, Library,
Bookstrore, Coffeeshop. Terima kasih atas segala bentuk pembelajaran
secara nyata dalam dunia industri. Atas sebuah filosofi kopi yang memberi
rasa dan aroma dalam episode hidup saya.
11. Dedicated mostly to Wilford von Joscelind The Golden Retriever and
Rocky von Emperor The Pitbull (In Memoriam)… Thanks for your loyalty
boys ; Both of you are really really really make my days bright ! Sit,
xi
12. Fräansiskäa Putri Alfaäni atas kesediaannya membangun mimpi
bersama...te amore !
13. Egha Nindya Parnaritasari Digitalina Simbolon alias pipi…Sampai
bertemu di Eropa, Natalia Adityasari atas kebersamaannya lewat SMS
yang rutin setiap hari, Caroline Mariana si gigi kelinci…Someday ?,
Agnes Wardhana (Esti) for unforgettable Easter ’07…really made with
passion, Retriantina Marhendra my Pandora Box, Maria Aurelia
Elleonora, Emma Diah Nindita.
14. Frans “Fabo” Sumbayak atas puluhan karya Cornrows nya yang terukir di
rambut ini. Really miss that hair style ‘bro, make it again at my wedding
day next.
15. Teman-teman Gonzaga Big Family Yogyakarta, terutama penghuni N-14
(Anom, Egi, Thomas, Marwin, Dicko) dan semua angkatan 17+ (Chelly,
Ella, Rio, Okta, dll …) ; awet muda gwe bergaul sama lo pada, lulus cepet
dan berkaryalah demi kemuliaanNya yang lebih besar. Ad Maiorem Dei
Gloriam !
16. Teman-teman Mudika Maria Regina, Candi Gebang.
17. Teman-teman Komunitas Mahasiswa Keuskupan Agung Jakarta. Para
Frater Projo Jakarta yang membimbing, baik teman seangkatan maupun
adik kelas sewaktu di Gonz : teringat kebersamaan yang pernah ada
dahulu di Pejaten Barat 10 A, dan teman-teman lainnya....
18. Bongkahan bangunan, pemiliknya, terutama teman-teman penghuni di
xii
19. Djendelo Kofie and Tea, Coklat Cafe, dan Rumah Kopi sebagai sampel
penelitian.
20. Semua tempat wisata dan kuliner di Yogyakarta.
21. Seluruh komunitas pecinta anjing di Yogyakarta.
22. Sapi yang berstambom B. 4480. RH yang telah menjadi tunggangan
penulis selama di Yogyakarta
23. Rangkaian sirkuit berwujud komputer yang memungkinkan ucapan terima
kasih dan penelitian ini tertulis.
xiii
DAFTAR ISI
Halaman Judul... i
Halaman Persetujuan... ii
Halaman Pengesahan... iii
Halaman Persembahan... iv
Halaman Pernyataan Keaslian Karya... v
Abstrak... vi
Abstract... vii
Lembar Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah... viii
Kata Pengantar... ix
Daftar Isi... xiii
Daftar Tabel... xvi
Daftar Lampiran... xvii
BAB I : PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Rumusan Masalah... 4
C. Tujuan Penelitian... 4
D. Manfaat Penelitian... 5
BAB II : LANDASAN TEORI... 6
A. Pengertian antara motif dan motivasi... 6
B. Sumber – Sumber Motivasi... 9
xiv
D. Kehadiran Coffee Shop Di Masyarakat... 14
E. Sumber Motivasi Orang Ke Coffee Shop... 16
BAB : III : METODOLOGI PENELITIAN... 19
A. Identifikasi Penelitian... 19
B. Definisi Operasional... 20
C. Subjek Penelitian... 20
D. Metode dan Alat Pengumpulan Data... 21
E. Validitas dan Reabilitas... 23
1. Uji Validitas... 23
2. Daya Diskriminasi Aitem... 24
3. Estimasi Reliabilitas... 25
F. Analisis Data... 25
BAB IV : ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN... 26
A. Laporan Pengambilan Data... 26
B. Hasil Uji Coba Kuisioner... 27
1. Daya Diskriminasi Aitem... 27
2. Estimasi Reliabilitas ... 29
3. Uji Asumsi... 30
C. Identitas Responden... 31
1. Jenis Kelamin... 31
2. Usia... 31
D. Analisa Motivasi Perilaku Konsumen... 32
xv
2. Aspek Safety Needs... 34
3. Aspek Belongingness Needs... 35
4. Aspek Self Esteem Needs... 36
E. Pembahasan... 37
BAB : V KESIMPULAN DAN SARAN... 41
A. Kesimpulan... 41
B. Saran... 42
DAFTAR PUSTAKA... 44
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Alur terciptanya motivasi...8
Tabel 2. Sumber dari kebutuhan motivasi...10
Tabel 3. Blueprint jumlah aitem...22
Tabel 4. Skor aitem berdasarkan sifat aitem...23
Tabel 5. Hasil pengujian daya diskriminisi aitem...27
Tabel 6. Hasil pengujian estimasi reliabilitas...29
Tabel 7. Hasil pengujian normalitas...30
Tabel 8. Ganbaran identitas responden...31
Tabel 9. Gambaran usia responden...32
Tabel 10. Tingkatan motivasi...33
Tabel 11. Deskriptif aspek Physiological Needs...34
Tabel 12. Deskriptif aspek Safety Needs...35
Tabel 13. Deskriptif aspek Belongingness Needs...36
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Skala Motivasi Orang Berkumpul di Coffee Shop... .46
Lampiran 2 : Hasil Uji Validitas Aspek...49
Lampiran 3 : Hasil Uji Reliabilitas Aspek...53
Lampiran 4 : Identitas Responden...57
Lampiran 5 : Uji Normalitas...58
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kopi pertama kali ditemukan sekitar tahun 1300-an oleh seorang
pengembala ternak di desa Kaffa, Ethiopia, Afrika. Sejarah ditemukannya
kopi dimulai ketika seorang pengembala kambing tertidur ketika
mengembalakan kambingnya. Saat terbangun ia menyadari tingkah laku
kambingnya yang sangat lincah daripada sebelumnya, dan setelah
menyelidikinya ternyata kambingnya itu memakan biji kopi yang jatuh dari
sebuah pohon. Semenjak itu ia memperkenalkan “pohon ajaib” pada seluruh
penduduk desanya, lama kelamaan kopi dikenal sebagai minuman yang dapat
menambah stamina serta keterjagaan seseorang. Metode pengolahan kopi
jaman dahulu adalah biji kopi langsung direbus dalam air dan diminum.
Seiring perkembangan waktu dan teknologi, proses pengolahan kopi menjadi
semakin kompleks demi menghasilkan kopi yang unggul (Caswell, 2006).
Beratus tahun kemudian kopi menjadi salah satu minuman yang
digemari dan perkembangannya amat pesat hingga menjadi salah satu
komoditi alam yang utama. Pada tahun 1645 kedai kopi yang pertama dibuka
di Venice, Italia, kemudian pada tahun 1705 Belanda mendominasi industri
kopi dunia dimana produk kopi tersebut diambil dari Indonesia. Indonesia
Indonesia yang iklimnya cukup bagus yang memungkinkan tumbuhnya
tanaman kopi baik jenis Arabica maupun Robusta (Caswell, 2006).
Bisnis kedai kopi secara global diperkenalkan oleh Jerry Baldwin,
Zev Siegel, dan Gordon Bowker dengan membuka Starbucks Coffee di Seatle,
Amerika pada tahun 1971. Hingga kini, Starbucks Coffee menjadi
satu-satunya perusahaan kopi yang memiliki gerai terbanyak di seluruh dunia
(8.949 gerai) dengan perincian 6.376 gerai di Amerika dan 2.573 gerai di
negara lain (www.wikipidia.com). Hingga saat ini sahamnya telah melonjak
hingga 5000 % dan banyak dari gerainya yang juga dapat ditemui di Indonesia
(dalam Autobiografi, Metro TV, Sabtu 24 November 2007).
Sejak tahun 2002 lalu muncul kedai kopi lokal yang tersebar di tiap
kota di Indonesia. Masyarakat Yogyakarta juga menjadi salah satu yang
memanfaatkan tren munculnya coffee shop itu dimana Jazz. Co di Jalan
Gejayan tampil sebagai pioner di bidangnya. Beberapa lama kemudian setalah
Jazz. Co menutup usahanya di tahun 2004, muncul bermacam kedai kopi baru
yang terinspirasi oleh Jazz. Co. Tercatat hingga saat ini telah ada lebih dari 65
usaha serupa yang hadir di Yogyakarta dan diperkirakan akan makin
bertambah (Biro Pusat Statistik, 2007). Istilah kedai kopi sendiri kurang
familiar untuk dikenakan pada tempat seperti ini, maka pemakaian kata asing
masih lekat dalam menggambarkan tempat ini sebagai sebuah coffee shop.
Munculnya coffee shop di Yogyakarta menawarkan bermacam
konsep dan pelayanan yang membedakan satu sama lain. Tidak hanya kopi
jaringan hot spot, akses TV kabel, bermacam jenis permainan, buku bacaan,
dan sebagainya. Suasana itulah yang menjadikan coffee shop lebih dari
sekedar toko kopi yang menjual kopi, tetapi mereka juga masing-masing
berlomba menawarkan alternatif ruang publik yang bisa membuat pengunjung
menjadikan coffee shop sebagai tempat yang nyaman untuk berkumpul.
Sebuah coffee shop mampu menarik tiap individu untuk singgah
dan menikmati secangkir kopi dengan harga puluhan ribu. Mengapa hal itu
dapat terjadi ? Motivasi apakah yang mendasari orang-orang untuk datang dan
berkumpul di coffee shop ini ?
Motivasi berasal dari bahasa latin yaitu kata movere yang berarti
bergerak, dan dalam konteks psikologi motivasi dapat didefinisikan sebagai
suatu proses psikologi yang menghasilkan suatu intensitas, arah, dan
ketekunan individual dalam usaha untuk mencapai satu tujuan (McClelland,
1985). Motivasi adalah faktor yang membantu menjelaskan mengapa
seseorang berperilaku, berpikir, dan merasakan (Santrock, 1999). Motivasi
berbeda dengan perilaku dimana motivasi meliputi suatu proses psikologi
yang mencapai puncaknya pada hasrat individu dan perhatian untuk berjalan
dalam fakta (www.worldpress.com / Arifamrizal).
Pada tahun 1943, muncul aliran Humanistik yang dipelopori oleh
Abraham Maslow yang mengungkap tentang teori motivasi yang digerakan
oleh struktur hirarkial yang terkonsep hingga 5 tingkatan dan akan berakhir
pada pencapaian tujuan atau dikenal dengan Goal Setting Theory. Urut-urutan
makan, minum), Safety Needs (sandang ; rumah, tempat berteduh),
Belongingness Needs (rasa aman), Self Esteem Needs (pengakuan dari
lingkungan, harga diri). Dan hirarki kelima adalah Self Actualization dimana
seseorang memiliki daya fungsi penuh untuk berkarya, menunjukkan potensi
dan prestasinya. Ukuran aktualisasi setiap individu berbeda satu dengan yang
lainnya.
Dari dasar pemikiran tersebut, peneliti mencoba mengkaji dan
mengungkap secara jelas dasar motivasi mereka berkumpul di coffee shop
dengan acuan utama teori hirarkial Abraham Maslow.
B. Rumusan Masalah
Dengan demikian maka permasalahan yang ingin dirumuskan oleh
peneliti adalah motivasi apa yang mendorong para konsumen untuk
berkumpul di coffee shop.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah mencari tahu motivasi yang
mendasari perilaku para konsumen untuk menghabiskan waktunya berkumpul
di coffee shop. Motivasi yang ingin diketahui apakah kegiatan yang mereka
lakukan adalah sebuah kebutuhan akan kopi, mencari alternatif tempat
berkumpul yang aman dan nyaman, menikmati fasilitas yang diberikan, atau
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini meliputi :
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan referensi baru
terhadap kajian penelitian dalam Psikologi terutama yang berkaitan
dengan dasar motivasi individu dalam perilakunya menghabiskan
waktu di coffee shop.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang
alasan mayoritas orang-orang menghabiskan waktunya di coffee
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian antara motif dan motivasi
Istilah motivasi berasal dari bahasa latin yaitu movere yang berarti
bergerak. Motivasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses psikologi yang
menghasilkan suatu intensitas, arah, dan ketekunan individual dalam usaha
untuk mencapai satu tujuan. Motif adalah disposisi yang stabil yang
mengorganisasikan / merencanakan hal-hal yang dikatakan / dilakukan orang
dan didasarkan pada insentif yang dibangkitkan secara emosional. Insentif
tersebut mulai wajar ketika mereka secara bawaan memberikan timbulnya
motif pada tipe yang berbeda dari emosi, yaitu emosi negatif / emosi positif.
Sifat mereka berubah secara cepat dengan adanya proses belajar yang
dilakukan oleh individu, karena motif merupakan hasil dari proses belajar atas
isyarat berpasangan dengan pengaruh / kondisi yang menghasilkan pengaruh
(McClelland, 1985).
Menurut Santrock (1999) motivasi adalah faktor yang membantu
menjelaskan mengapa seseorang berperilaku, berpikir, dan merasakan. Motif
adalah dorongan yang lebih spesifik (seperti lapar, haus, seks, prestasi) yang
menggerakkan dan mengarahkan perilaku untuk pencapaian suatu tujuan.
Motif terbagi dalam beberapa macam, misalnya jika kita lapar, maka kita akan
segera mengambil minuman dan meminumnya, atau jika kita ingin sukses
adalah suatu kondisi atau status internal (kadang-kadang diuraikan sebagai
kebutuhan, keinginan, atau kekurangan) yang mampu menggerakkan perilaku
dan memberi arah (Pettijohn, 1992).
Motivasi menjelaskan bagaimana suatu perilaku dimulai,
dikuatkan, didukung, diarahkan, hingga akhirnya berhenti, dan bagaimana
bentuk reaksi yang muncul pada organisme yang bersangkutan saat hal ini
berlangsung (Jones, 1955). Motivasi juga berkaitan dengan hubungan variabel
bebas dan tergantung yang menjelaskan arah, besar kekuatan, kestabilan pada
perilaku individu yang bersangkutan, mempertahankan secara konsisten efek
dari ketangkasan, kecakapan, dan pemahaman dari tugas, dan batasan yang
muncul dari lingkungannya (Bandura, 1997)
Tiga komponen utama dalam motif antara lain stimulus biologis,
stimulus motif, dan stimulus yang dipelajari. Dalam stimulus biologis yang
merupakan dasar psikologis seseorang, kita dapat menemukan rasa lapar,
haus, kestabilan suhu, dan seks yang akan menggerakan kita untuk bertindak.
Dalam stimulus motif itu sendiri kita dapat menemukan panca indera, rasa
keingintahuan, kenyamanan, dan kompetisi yang merupakan bagian yang telah
tercipta akibat interaksi dengan lingkungan sekitar. Dalam stimulus yang
dipelajari, kita dapat menemukan pencapaian karir, kekuasaan, dan hubungan
dengan lingkungan yang tercapai lewat faktor belajar dan fokus pada
pengalaman sosial (Pettijohn, 1992).
Komponen-komponen penting dalam motivasi antara lain
perilaku yang muncul, hasil akhir yang berupa pencapaian tujuan, dan
beberapa timbal balik dari lingkungan. Seseorang akan berusaha keras
mencari perilaku alternatif yang ada untuk mendapatkan tujuan yang
diinginkan secara sempurna dan menghindari suatu kegagalan (Atkinson,
1974).
Motif dan motivasi tidak dapat dipisahkan, dimana motif menjadi
dasar penggerak, dan selanjutnya motivasi itu sendiri adalah faktor yang
menguraikan dan menjelaskan mengapa kita berpikir dan bertindak untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Berikut adalah alur terciptanya motivasi :
B. Sumber-sumber motivasi
Penjelasan mengenai sumber motivasi dapat digolongkan menjadi
dua ; karena faktor instrinsik (keadaan dinamika diri), dan faktor ekstrinsik
(keadaan lingkungan). Malone (1981) menjelaskan bahwa motivasi instrinsik
ditimbulkan oleh tiga hal yaitu tantangan, fantasi dan rasa keingintahuan.
Faktor ekstrinsik mengacu pada positif atau negatif penguatan dari lingkungan
yang mempengaruhi perilaku. Faktor instrinsik berkaitan dengan keinginan
dan kebutuhan individu dan berkaitan dengan dinamika tubuh, pikiran
(kognitif, afektif dan konatif) dan transpersonal atau spiritual individu.
Motivasi intrinsik merupakan motivasi yang berasal dari
rangsangan di dalam diri setiap individu. Ia terdiri daripada dorongan dan
minat individu untuk me-lakukan suatu aktivitas tanpa mengharap ataupun
meminta ganjaran. Motivasi ekstrinsik diwujudkan dalam bentuk rangsangan
dari luar yang bertujuan menggerakkan individu untuk melakukan suatu
aktivitas yang membawa manfaat kepada individu itu sendiri. Motivasi
ekstrinsik ini dapat dirangsang dalam bentuk-bentuk seperti pujian, insentif,
hadiah, dan nilai. Selain itu membentuk suasana dan lingkungan yang
kondusif juga dapat dikategorikan kedalam bentuk motivasi ekstrinsik (dalam
http://wangmuba.com/artikel).
Kebutuhan dapat dikatakan sebagai penggerak aksi. Sebuah aksi
atau tindakan dipengaruhi oleh positif insentif, negatif insentif, atau kombinasi
dari keduanya. Tabel berikut akan menggambarkan sumber-sumber dari
Tabel 2. Sumber dari kebutuhan motivasi
Sumber Dari Kebutuhan Motivasi
behavioral/eksternal
ditimbulkan oleh stimulus eksternal yang kemudian mempengaruhi stimulus bawaan yang saling berkaitan satu sama lain
berisi keinginan, konsekuensi yang menyenangkan (hadiah) atau menjauhi hal-hal yang tidak
diinginkan, konsekuensi yang tidak menyenangkan
sosial
mengimitasi model secara positif
menjadi bagian dari suatu grup atau tokoh mulia
biologis
memperbesar / memperkecil stimulus panca indera (penciuman, rasa, sentuhan) mengurangi lapar, haus, ketidaknyamanan menjaga keseimbangan / homeostatis
kognitif
mengolah perhatian pada sesuatu yang menarik atau mengancam
mengembangkan makna atau pemahaman meningkatkan / mengurangi ketidakseimbangan
kognitif, ketidakpastian
memecahkan permasalahan atau membuat keputusan
mencari tau sesuatu
menghilangkan ancaman atau resiko
meningkatkan perasaan nyaman mengurangi perasaan tidak nyaman meningkatkan keamanan atau mengurangi
ancaman pada diri sendiri
mengolah level optimistik dan antusiasme
konatif
pertemuan dengan orang lain, menciptakan sebuah tujuan akhir
mengelola impian
mengembangkan dan mengolah harga diri mengambil peranan pada hidup orang lain menghilangkan ancaman untuk meraih tujuan,
mencapai impian
mengurangi peranan orang lain dalam kehidupan pribadi
spiritual
memahami tujuan hidup seseorang
menghubungkan diri pada sesuatu yang misteri
C. Beberapa pendekatan teori motivasi
Dalam memahami motivasi, terdapat 2 pendekatan klasik yang
telah dikemukakan oleh para ahli. Pertama adalah teori stimulus-respon yang
dikemukakan oleh Pavlov, Watson, Thorndike, Hull, dan Spence. Teori ini
mengungkapkan bahwa suatu stimulus dapat memancing sebuah respon, ada
suatu sebab yang membuat kita bertindak sesuatu. Kedua adalah pendekatan
yang dikemukakan oleh Hull dan Spence yang mengungkapkan bahwa
pendorongnya. Pendorong ini harus didasarkan pada kekuatan perilakunya,
bukan pada hasil akhir perilaku (Beck, 1978).
Pada tahun 1943, pakar psikologi Abraham Maslow memaparkan
teori hierarki kebutuhan dari motivasi yang hingga kini banyak digunakan
sebagai landasan teori berbagai penelitian. Moslow menyatakan bahwa
motivasi adalah sebuah fungsi dari lima kebutuhan dasar, lima kebutuhan
dasar tersebut antara lain kebutuhan akan makanan, minum, udara untuk
bertahan hidup. Kedua adalah faktor keamanan: antara lain keselamatan dan
perlindungan terhadap kerugian fisik dan emosional. Ketiga adalah cinta,
keinginan untuk dicintai dan mencintai. Mengandung kebutuhan akan kasih
sayang dan rasa memiliki. Keempat adalah penghargaan, yaitu kebutuhan
akan reputasi, kebanggaan, dan pengakuan dari orang lain. Juga mengandung
kebutuhan akan kepercayaan diri dan kekuatan. Ketika keempat tahapan itu
sudah tercapai, maka munculah apa yang dinamakan dengan aktualisasi diri,
yaitu keinginan untuk menjadi apa yang ia inginkan. Motivasi di setiap
tingkatan hirarkinya menjadi pendorong untuk memperoleh faktor-faktor
dalam masing-masing tingkatan hirarki itu (Maslow, 1971).
Maslow mengungkapkan bahwa hal diatas merupakan versi positif
yang muncul dari individu yang sehat atau berfungsi sepenuhnya. Efek
negatifnya adalah munulnya rasa harga diri yang rendah dan inferioritas yang
kompleks. Ia juga setuju dengan pendapat Adler ketika membicarakan
kebutuhan manusia dimana akan menimbulkan dampak tersendiri bagi
kebutuhan kita terpenuhi kecuali rasa penghargaan dan cinta. Maslow juga
membicarakan tentang homeostatis dimana jika keadaan tidak berlaku normal,
maka tubuh akan berusaha mengembalikannya ke keadaan normal, Sebagai
contoh jika kita kepanasan, maka tubuh lewat sensor kulit akan mendorong
otak sebagai pusat kendali untuk bergerak menyalakan kipas angin atau
mencari udara segar. Keempat tahapan sebelum aktualisasi diri dinamakan
dengan Deficit Needs atau D – Needs. Jika kita tidak memiliki sesuatunya itu,
kita mengalami defisit. Sebaliknya jika kita telah memenuhi semuanya maka
kita tidak akan merasakan kekurangan. Kesimpulannya adalah kekurangan
yang ada memotivasi untuk memenuhi kekurangannya itu.
Pendekatan lewat teori kognitif yang menerapkan bahwa dalam
meraih sesuatu tujuan, faktor belajar dan pengalaman amat berpengaruh
didalamnya. Manusia sebagai mahluk sosial tentu tak lepas dari pola hidup
lingkungannya. Albert Bandura (1997) menjelaskan tentang teori belajar
sosial dimana antara kognisi – perilaku - lingkungan menciptakan suatu
kesinambungan sendiri yang berkelanjutan prosesnya. Hal ini dikenal dengan
teori Reciprocal Determinism. Apa yang terjadi di lingkungan cenderung
diolah oleh kognisi seorang individu dan diaplikasikan lewat perilakunya.
Kehadiran coffee shop di masyarakat memancing stimulus kognitif seseorang
D. Kehadiran coffee shop dalam masyarakat
Menurut Marsum (1993) dalam bukunya “Restoran dan Berbagai
Permasalahannya”, coffee shop adalah suatu tempat atau ruangan yang
dikelola secara sederhana atau dengan manajemen terstruktur yang
memberikan pelayanan secara komersil dengan baik kepada tamunya berupa
berbagai jenis hidangan kopi dari berbagai daerah dan lainnya serta pelengkap
yang menunjang tempat tersebut. Biro Pusat Statistik Daerah Istimewa
Yogyakarta pada tahun 2007 silam setidaknya mencatat telah ada lebih dari 65
coffee shop yang hadir di Yogyakarta dan 36 diantaranya memiliki tema dan
suasana yang khas dibandingkan dengan lainnya.
Penjelasan harafiah tentang coffee shop secara singkat adalah toko
yang menjual kopi atau kedai kopi. Maka komoditi utama yang
diperdagangkan disini adalah kopi dengan tambahan beberapa menu lain
seperti teh, sari buah, dan makanan ringan seperti kentang goreng, nugget,
brownies, kue ringan dan mungkin roti. Kopi menjadi sebuah simbol hidup
karena dengan kopi, kita bisa duduk santai melepas lelah, bertukar pendapat
dalam obrolan ringan, bahkan hingga melakukan transaksi bisnis. Faktanya
adalah kopi tidak hanya menjadi minuman pelepas kantuk, namun lebih pada
sebuah ikon penggerak dalam beberapa aspek kehidupan ini (Schultz, 2003).
Kita ambil contoh kedai kopi yang ternama yaitu Starbucks Coffee.
Starbucks Coffee pertama kali dibuka pada tahun 1971 di Seattle oleh Jerry
Baldwin, Zev Siegel, dan Gordon Bowker. Howard Schultz bergabung dengan
membuka jaringan Il Giornale pada tahun 1985. Beberapa saat setelah pemilik
aslinya membeli Peet's Coffee and Tea, Starbucks dijual pada Howard yang
kemudian mengganti nama Il Giornale dengan nama Starbucks pada tahun
1987. Starbucks pertama kali membuka gerai di Vancouver dan Chicago pada
tahun 1987 sedangkan cabang pertama di luar Amerika Utara terletak di
Tokyo, Jepang yang dibuka pada tahun 1996. Sekarang, Starbucks sudah
berada di 37 negara lain (www.wikipedia.com).
Kopi, pelayanan yang memuaskan, tempat duduk yang nyaman
serta fasilitas jaringan nirkabel (hot spot) menjadikan Starbucks Coffee tempat
menyenangkan untuk dikunjungi. Hingga tahun 2007 lalu, saham Starbucks
Coffee telah melonjak hingga 5000 % di lebih dari 37 negara. Keberhasilan
lonjakan saham karena idealisme yang dibangun Howard Schultz dalam
mendirikan Starbucks sejak awal, yaitu memadukan kopi dengan pelayanan
yang diberikan, membuat pengunjung merasa dimanjakan dan menciptakan
ikatan batin diantara mereka. Hal inilah yang diakui sebagai kunci rahasia
suksesnya bisnis Starbucks Coffee di seluruh dunia (dalam Autobiografi,
Metro TV).
Penerimaan masyarakat dengan hadirnya coffee shop dalam
kehidupan mereka telah mengangkat pamor kopi sebagi komoditas utama, dan
kedainya yang menyediakan pelayanan memuaskan yang membuat mereka
senantiasa selalu berkunjung kesana. Indonesia sendiri telah memiliki gerai
yang mencapai puluhan dan terdapat hampir di setiap pusat perbelanjaan di
Starbucks Coffee di Ambarukmo Plaza pada tahun 2007 silam (Mudrajat,
Kompas Senin 27 Agustus 2007).
Fenomena yang menarik di Yogyakarta adalah selain gerai coffee
shop yang berasal dari luar negeri (seperti Starbucks Coffee, Oh La La,
Espresso, Black Canyon), muncul coffee shop yang dikelola oleh masyarakat
setempat. Coffee shop tersebut memiliki ciri khas dan keunikan tersendiri
yang cukup bisa menarik konsumen dan menjadi daya tarik untuk berkunjung.
Fasilitas jaringan nirkabel menjadi daya tarik yang paling utama selain menu
kopi yang disajikan. Seperti sudah disebutkan bahwa telah tercatat ada 65
coffee shop pada tahun 2007, tidak menutup kemungkinan jumlah itu akan
bertambah lagi tiap tahunnya. Munculnya banyak coffee shop di Yogyakarta
membuktikan bahwa kehadirannya amat diterima di kalangan masyarakat.
Mereka menyadari bahwa coffee shop mampu menyediakan cita rasa gaya
hidup modern.
E. Sumber motivasi orang ke coffee shop
Hirarki kebutuhan yang pertama kali dikembangkan Maslow dalam
rentang tahun 1943-1954 dan diterbitkan pertama kali di tahun 1954 lewat
bukunya “Motivation and Personality” adalah sebagai berikut :
1. Biological and Physiological needs - air, food, drink, shelter,
warmth, sex, sleep, etc.
2. Safety needs - protection from elements, security, order, law,
3. Belongingness and Love needs - work group, family, affection,
relationships, etc.
4. Esteem needs - self-esteem, achievement, mastery,
independence,
status, dominance, prestige, managerial responsibility, etc.
5. Self-Actualization needs - realizing personal potential,
fulfillment, seeking personal growth and peak experiences.
Sedangkan jika diaplikasikan dalam penelitian ini, maka
aspek-aspek yang ingin diungkap antara lain :
1.Aspek Physiological Needs dimana terpenuhinya kebutuhan akan
kondisi fisik seseorang yaitu minum. Dalam hal ini meminum kopi
menjadi kunci penilaiannya.
2. Aspek Safety Needs dimana terciptanya kebutuhan akan rasa
aman dan nyaman. Dalam hal ini bagaimana kondisi sebuah coffee
shop mampu memberikan kenyamanan dan ketenangan bagi para
pengunjungnya.
3. Aspek Belongingess Needs dimana individu merasa diterima dan
dihargai. Dalam hal ini bagaimana pemilik coffee shop menghargai
para konsumennya dengan menyediakan tempat yang nyaman
dengan segala pelayanannya ; keramahan karyawan, tempat duduk
yang nyaman, fasilitas tambahan yang diberikan (hot spot, TV
4. Aspek Self Esteem Needs dimana individu memandang ia
memiliki harga diri atau status sosial. Dalam hal ini apakah coffee
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Identifikasi Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dimana ingin
mengungkapkan suatu masalah / keadaan / peristiwa sebagaimana adanya
sehingga bersifat sekedar untuk mengungkapkan fakta (Nawawi, 1985).
Penlitian ini mendeskripsikan / memberi gambaran terhadap objek yang
diteliti melalui data sampel / populasi sebagaimana adanya tanpa melakukan
analisa dan membuat kesimpulan yang belaku umum (Sugiyono, 1999).
Soemanto (1997) berpendapat bahwa tujuan penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan dan menginterpretasikan apa yang ada (kondisi / hubungan
yang ada, pendapatan yang sedang tumbuh, proses yang sedang berlangsung,
akibat / efek yang terjadi atau kecendrungan yang tengah berlangsung.
Ciri-ciri penelitian deskriptif menurut Nawawi (1985) adalah :
1. Memusatkan perhatian pada masalah-masalah yang ada pada saat
penelitian dilakukan (saat sekarang) atau masalah-masalah yang
bersifat aktual.
2. Menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki
sebagaimana adanya, diiringi dengan interpretasi rasional yang
B. Definisi Operasional Variabel
Motivasi adalah proses psikologi yang menghasilkan suatu
intensitas, arah, dan ketekunan individual dalam usaha untuk mencapai satu
tujuan. Berkumpul adalah aktivitas yang dilakukan oleh sekelompok orang
yang berjumlah lebih dari 2 orang yang terjadi di suatu tempat untuk
melakukan suatu kegiatan yang direncanakan.
Motivasi orang berkumpul di coffee shop adalah proses merancang,
menggerakan dan mengarahkan perilaku yang dilakukan sekelompok orang
untuk berkumpul di tempat yang dinamakan coffee shop demi tercapainya
sebuah tujuan. Tujuan yang dimaksudkan bisa berupa meminum kopi, mencari
suasana aman dan nyaman, menikmati fasilitas yang disediakan ataupun
sekedar menunjukan prestise. Motivasi orang berkumpul di coffee shop
dikatakan tinggi apabila skor aitem favorable yang diperoleh subjek tinggi.
Motivasi orang berkumpul di coffee shop dikatakan rendah apabila skor aitem
unfavorable yang diperoleh subjek tinggi.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah orang-orang yang suka mengunjungi
coffee shop dengan rentang usia antara 18 hingga 26 tahun dan tinggal di
Yogyakarta yang sedang menempuh masa belajar di Perguruan Tinggi. Coffee
Shop yang akan diambil sample nya adalah coffee shop yang ada di
Djendelo, dan Rumah Kopi. Serta beberapa random sample dari masyarakat
umum.
D. Metode dan Alat Pengumpulan Data
Skala untuk menentukan Motivasi apa yang mendasari tiap
inidividu berkumpul di coffee shop adalah skala hirarki kebutuhan yang
dikemukakan oleh Maslow (1970). Skala ini merupakan adaptasi dari skala
Likert yang terdiri dari 32 aitem dan terbagi dalam 4 kategori aspek yang
masing-masing aspek terdiri dari 8 aitem pernyataan favorable dan
unfavorable.
Pernyataan-pernyataan favorable mengungkap aspek-aspek dari
variabel secara positif, dan pernyataanunfavorable yang mengungkap
aspek-aspek dari variabel secara negatif. Pada pernyataan favorable untuk pilihan
dengan tingkatan sangat setuju dinilai 4, setuju dinilai 3, tidak setuju dinilai 2,
dan sangat tidak setuju dinilai 1. Pada pernyataan unfavorable untuk pilihan
dengan tingkatan sangat setuju dinilai 1, setuju dinilai 2, tidak setuju dinilai 3,
dan sangat tidak setuju dinilai 4.
Aspek-aspek tersebut antara lain :
a. Aspek Physiological Needs dimana terpenuhinya kebutuhan akan
kondisi fisik seseorang yaitu minum. Dalam hal ini meminum kopi
menjadi kunci penilaiannya.
b. Aspek Safety Needs dimana terciptanya kebutuhan akan rasa aman
mampu memberikan kenyamanan dan ketenangan bagi para
pengunjungnya.
c. Aspek Belongingess Needs dimana individu merasa diterima dan
dihargai. Dalam hal ini bagaimana pemilik coffee shop menghargai
para konsumennya dengan menyediakan tempat yang nyaman dengan
segala pelayanannya ; keramahan karyawan, tempat duduk yang
nyaman, fasilitas tambahan yang diberikan (hot spot, TV Kabel,
bermacam alat permainan).
d. Aspek Self Esteem Needs dimana individu memandang ia memiliki
harga diri atau status sosial. Dalam hal ini apakah coffee shop mampu
menjadikan nilai ststus sosial konsumen muncul.
Tabel 3. Blueprint jumlah aitem
No Dimensi Indikator No aitem Favorable
No aitem
Unfavorable
Jumlah
1 Physiologycal
Needs
Kebutuhan
minum
1,3,5,7 2,4,6,8 8 (25%)
2 Safety Needs Kebutuhan rasa aman
9,11,13,15 10,12,14,16 8 (25%)
3 Belongingness
Need
Kebutuhan
rasa dihargai
17,19,21,23 18,20,22,24 8 (25%)
4 Self Esteem
Needs
Kebutuhan
pengakuan sosial
Metode ini memakai try-out terpakai dimana try-out angket
berjumlah 30 buah dari total 100 angket. Sedangkan skor aitem berdasarkan
sifat aitem dapat dilihat pada tabel 4 di halaman berikut ini.
Tabel 4. Skor aitem berdasarkan sifat aitem
Sifat Aitem Favorable Unfavorable
Sangat Setuju 4 1
Setuju 3 2
Tidak Setuju 2 3
Sangat Tidak Setuju 1 4
Skor tersebut akan menggambarkan tentang motivasi orang
berkunjung ke coffee shop. Semakin tinggi nilai yang diperoleh pada tiap
aspeknya, maka akan terlihat jelas motivasi apa yang mendasari orang pergi
ke coffee shop.
E. Validitas dan Reliabilitas
1. Uji Validitas
Uji validitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah
skala penelitian yang sudah dibuat dapat menghasilkan data yang akurat sesuai
dengan tujuan penelitian (Azwar, 2001). Penelitian yang baik haruslah
digunakan. Validitas, berarti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat
ukur dalam melakukan fungsi ukurnya.
Suatu alat ukur dikatakan memiliki validitas tinggi apabila alat itu
melakukan fungsi ukurnya, dengan kata lain mengukur apa yang seharusnya
diukur (Azwar, 1997). Sisi lain dari pengertian validitas adalah aspek
kecermatan pengukuran. Suatu alat ukur yang valid tidak sekedar mampu
mengungkapkan data dengan tepat akan tetapi juga harus memberikan
gambaran yang cermat mengenai data tersebut. Cermat berarti dapat
memberikan gambaran mengenai perbedaan yang sekecil-kecilnya diantara
subjek yang satu dengan subjek yang lain.
Penelitian ini menggunakan validitas isi untuk mengukur validitas
pada alat ukur yang digunakan. Menurut Azwar (2001), validitas isi
merupakan pengujian validitas yang diperoleh dari pengujian terhadap isi tes
dengan analisis rasional atau professional judgment, yakni orang-orang yang
ahli dan profesional di bidangnya, supaya aitem yang dibuat tidak keluar dari
tujuan pengukuran yang sudah ditentukan. Pengujian isi skala dilakukan
dengan mengkonsultasikan dengan orang-orang yang lebih ahli, dalam hal ini
konsultasi aitem dilakukan dengan dosen pembimbing.
2. Daya Diskriminasi Aitem
Daya diskriminasi aitem adalah sejauh mana aitem mampu
membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan tidak
aitem menghendaki dilakukannya komputasi koefisien korelasi antara
distribusi skor aitem dengan suatu kriteria yang relevan, yaitu distribusi skor
skala itu. Komputasi ini akan menghasilkan koefisien korelasi aitem total (
r
ix)yang dikenal pula dengan parameter daya beda aitem. Metode yang digunakan
untuk daya diskriminasi aitem adalah formula koefisien korelasi product
moment Pearson.
3. Estimasi Reliabilitas
Reliabilitas mengacu pada konsistensi atau kepercayaan hasil ukur,
yang mengandung makna kecermatan pengukuran. Jika skala penelitian
reliable, maka skala tersebut dianggap dapat dipercaya, artinya pengukuran
yang didapatkan merupakan ukuran yang benar dari sesuatu yang diukur
(Azwar, 1999). Metode yang digunakan adalah metode cronbach alpha.
Variabel dikatakan reliabel bila nilai alpha >
r
ix sebesar 0,30.F. Analisis Data
Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode
analisis statistik deskriptif, yang meliputi penyajian tabel, penghitungan nilai
maksimum, nilai minimum, pengukuran mean, serta standar deviasi dengan
BAB IV
ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Laporan Pengambilan Data
Peneliti melakukan pengambilan data dalam rentang waktu 2
minggu, minus libur Natal dan Tahun Baru (24 Desember – 4 Januari). Angket
mulai disebar terhitung dari Desember minggu ketiga (22 Desember 2008)
hingga Januari minggu kedua (12 Januari 2009). Target penyebaran angket
adalah 3 coffee shop yang ada di daerah Yogyakarta, antara lain : Coklat Cafe
(Teuku Cik Ditiro), Djendelo Kofie and Tea (Toga Mas, Gejayan), dan Rumah
Kopi (Jalan Kaliurang). Selain itu angket juga disebar kepada beberapa relasi
peneliti yang benar-benar pecinta kopi, dan beberapa disebar secara umum.
Jumlah angket yang disebar peneliti sebanyak 100 buah dengan
prosentase sebagai berikut : coffee shop = 50 angket (50 %), pecinta kopi = 30
angket (30 %), umum = 20 angket (20 %). Alasan penyebaran seperti ini
adalah guna mendapatkan hasil data yang objektif. 80 % responden dipilih
berdasarkan hakekat penelitian peneliti yaitu seputar coffee shop dan kopi,
sedangkan 20 % dipilih berdasarkan opini publik secara netral tanpa ada
perlakuan terdahulu yang mempengaruhi.
Dari 100 buah angket yang tersebar, 9 diantaranya dinyatakan
hilang saat melakukan pengambilan data di coffee shop. Total angket yang
dijadikan try out sebanyak 30 angket. Pengolahan angket menggunakan
program SPSS versi 10.
B. Hasil Uji Coba Kuesioner
Uji ini digunakan untuk menguji apakah kuesioner yang digunakan
dalam penelitian ini layak digunakan atau tidak. Uji coba kuesioner meliputi:
1. Daya Diskriminasi Aitem
Daya diskriminasi aitem adalah sejauh mana aitem mampu
membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan tidak
memiliki atribut yang diukur (Azwar, 1999). Menurut Azwar, kriteria
pemilihan aitem berdasarkan koefisien korelasi aitem total (
r
ix) menggunakanbatasan
r
ix ≥ 0,30.Tabel 5. Hasil pengujian daya diskriminasi aitem
Variabel Item rix Kesimpulan
Aspek Physiological
Aspek Safety Needs 9 10 11 12 13 14 15 16 0,821 0,623 0,408 0,445 0,601 0,839 0,800 0,763 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Aspek Belongingess
Needs 17 18 19 20 21 22 23 24 0,658 0,455 0,438 0,820 0,602 0,597 0,565 0,658 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Aspek Self Esteem
Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa seluruh aitem pertanyaan
baik pada aspek physiological needs, aspek safety needs, aspek belongingess
needs maupun aspek self esteem needs memiliki nilai
r
ix yang lebih besar dari0,30. Hal ini berarti seluruh item pertanyaan pada kuesioner tersebut adalah
valid atau dapat mengukur variabel-variabel penelitian ini.
2. Estimasi Reliabilitas
Sementara itu estimasi reliabilitas digunakan untuk mengukur
konsisten tidaknya kuesioner mengukur variabel penelitian. Metode yang
digunakan adalah metode cronbach alpha. Variabel dikatakan reliabel bila
nilai alpha >
r
ix sebesar 0,30. Hasil pengujian reliabilitas terhadap aspekphysiological needs, aspek safety needs, aspek belongingess needs maupun
aspek self esteem needs dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 6. Hasil pengujian estimasi reliabilitas
Variabel alpha Kesimpulan
Aspek Physiological Needs 0,7263 Reliabel
Aspek Safety Needs 0,8128 Reliabel Aspek Belongingess Needs 0,7427 Reliabel
Aspek Self Esteem Needs 0,6543 Reliabel
Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa nilai alpha untuk aspek
physiological needs sebesar 0,7263; aspek safety needs sebesar 0,8128; aspek
0,6543. Keempat variabel tersebut memiliki nilai alpha >
r
ix 0,30. Hal iniberarti keempat variabel tersebut reliabel atau andal.
3. Uji Asumsi
Syarat utama suatu analisis data adalah data yang dimiliki
mempunyai distribusi normal. Untuk itu dilakukan uji normalitas data
menggunakan uji Kolmogorov Smirnov (K~S). Jika nilai sig. K~S > 0,05 ( =
5%) maka dapat disimpulkan data berdistribusi normal. Hasil pengujian
normalitas ini dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini.
Tabel 7. Hasil pengujian normalitas
Aspek Motivasi Sig. K~S Nilai Batas Kesimpulan
Aspek Physiological Needs 0,272 0,05 Normal
Aspek Safety Needs 0,348 0,05 Normal
Aspek Belongingess Needs 0,439 0,05 Normal
Aspek Self Esteem Needs 0,085 0,05 Normal
Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui bahwa nilai sig. K~S aspek
physiological needs sebesar 0,272; aspek safety needs sebesar 0,348; aspek
belongingess needs sebesar 0,439 dan aspek self esteem needs sebesar 0,085.
Oleh karena keempat aspek motivasi tersebut memiliki nilai sig. K~S lebih
C. Identitas Responden
Subjek penelitian ini adalah orang-orang yang suka mengunjungi
coffee shop dengan rentang usia antara 18 hingga 26 tahun dan tinggal di
Yogyakarta yang sedang menempuh masa belajar. Jumlah responden yang
diperoleh sebanyak 91 orang dengan karakteristik sebagai berikut.
1. Jenis Kelamin
Gambaran identitas responden berdasarkan jenis kelaminnya
sebagai berikut.
Tabel 8. Gambaran identitas responden
Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)
Laki-laki 30 33,0
Perempuan 61 67,0
Total 91 100,0
Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden adalah
perempuan yaitu sebanyak 61 orang (67,0%). Sedangkan banyaknya
responden laki-laki sebanyak 30 orang (33,0%). Dari data tersebut
diindikasikan bahwa sebagian besar remaja yang suka mengunjungi coffee
shop adalah perempuan.
2. Usia
Gambaran identitas responden berdasarkan usianya dapat dilihat
Tabel 9. Gambaran usia responden
Usia (Tahun) Jumlah Persentase (%)
21 41 45,1
22 18 19,8
23 10 11,0
24 9 9,9
25 9 9,9
26 4 4,4
Total 91 100,0
Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden berusia
21 tahun yaitu sebanyak 41 orang (45,1%). Sedangkan banyaknya responden
terkecil berusia 26 tahun yaitu sebanyak 4 orang (4,4%). Dari data tersebut
diindikasikan bahwa sebagian besar remaja usia belajar yang suka
mengunjungi coffee shop adalah usia 21 tahun dan semakin tua kategori umur
konsumen, frekuensi konsumennya semakin kecil / sedikit.
D. Analisa Motivasi Perilaku Konsumen
Motivasi merupakan proses psikologi yang menghasilkan suatu
intensitas, arah, dan ketekunan individual dalam usaha untuk mencapai satu
tujuan. Dalam mengetahui besarnya motivasi responden berkumpul di coffee
shop, terlebih dahulu dibuat kategori tanggapan responden terhadap aspek
motivasi berdasarkan skor totalnya. Untuk keperluan perhitungan kategori,
Skor minimum teoritik = 1 8 = 8
Skor maksimum teoritik = 4 8 = 32
Range = skor maksimum – skor minimum = 32 – 8 = 24
Standar Deviasi:
4 6 24 6
Range
Rata-rata:
= 8 2,5 = 20
Perhitungan kategorinya dapat dilihat pada Tabel 10 berikut ini.
Tabel 10. Tingkatan Motivasi
Rumus Interval Interval Nilai Kategori X < (- 1,0 ) X < 16 Rendah (- 1,0 ) < X < ( + 1,0 ) 16 < X < 24 Sedang ( + 1,0 ) < X 24 < X Tinggi
Sedangkan kategori tangapan responden untuk indikator negatif
dibuat sebaliknya.
Skala yang digunakan untuk mengukur motivasi yang mendasari
tiap inidividu berkumpul di coffee shop adalah skala hirarki kebutuhan
yang dikemukakan oleh Maslow (1970) yang meliputi :
1. Aspek Physiological Needs
Aspek Physiological Needs merupakan terpenuhinya kebutuhan
menjadi kunci penilaiannya. Hasil penelitian disajikan pada Tabel 11 di bawah
ini.
Tabel 11. Deskriptif AspekPhysiological Needs Responden
Kategori Jumlah (Orang)
Persentase (%)
Rendah 9 9,9
Sedang 73 80,2
Tinggi 9 9,9
Jumlah 91 100,0
Berdasarkan Tabel 11 di atas, dapat diketahui bahwa sebagian
besar responden memiliki kebutuhan akan aspek Physiological Needs yang
sedang yaitu ada 73 orang (80,2%). Sedangkan jumlah responden yang
membutuhkan aspek Physiological Needs yang tinggi maupun rendah
masing-masing ada 9 orang (9,9%). Hasil tersebut mengindikasikan bahwa sebagian
besar orang-orang yang suka berkumpul di coffee shop cukup termotivasi
untuk meminum kopi disana, akan tetapi kadar motivasinya masuk dalam
kategorisasi sedang.
2. Aspek Safety Needs
Aspek Safety Needs merupakan terciptanya kebutuhan akan rasa
aman dan nyaman. Dalam hal ini bagaimana kondisi sebuah coffee shop
mampu memberikan kenyamanan dan ketenangan bagi para pengunjungnya.
Tabel 12.. Deskriptif Aspek Safety Needs Responden
Kategori Jumlah (Orang)
Persentase (%)
Rendah -
-Sedang 42 46,2
Tinggi 49 53,8
Jumlah 91 100,0
Berdasarkan Tabel 12 di atas, dapat diketahui bahwa sebagian
besar responden membutuhkan aspek Safety Needs yang tinggi yaitu ada 49
orang (53,8%). Sedangkan jumlah responden yang membutuhkan aspek Safety
Needs yang sedang ada 42 orang (46,2%). Hasil tersebut mengindikasikan
bahwa sebagian besar orang-orang yang suka berkumpul di coffee shop sangat
termotivasi karena faktor keamanan dan kenyamanan yang ada di coffee shop,
dan kadar motivasinya masuk dalam kategori tinggi.
3. Aspek Belongingess Needs
Aspek Belongingess Needs merupakan penghargaan terhadap
individu dengan adanya rasa penerimaan terhadapnya. Dalam hal ini
bagaimana pemilik coffee shop menghargai para konsumennya dengan
menyediakan tempat yang nyaman dengan segala pelayanannya seperti
keramahan karyawan, tempat duduk yang nyaman, fasilitas tambahan yang
diberikan (hot spot, TV kabel, bermacam alat permainan). Hasil penelitian
Tabel 13. Deskriptif Aspek Belongingess Needs Responden
Kategori Jumlah (Orang)
Persentase (%)
Rendah -
-Sedang 47 51,6
Tinggi 44 48,4
Jumlah 91 100,0
Berdasarkan Tabel 13 di atas, dapat diketahui bahwa sebagian
besar responden membutuhkan aspek Belongingess Needs yang sedang yaitu
ada 47 orang (51,6%). Sedangkan jumlah responden yang membutuhkan
aspek Belongingess Needs yang tinggi ada 44 orang (48,4%). Hasil tersebut
mengindikasikan bahwa sebagian besar orang-orang yang suka berkumpul di
coffee shop cukup termotivasi atas aspek pelayanan dan fasilitas yang
diberikan oleh coffee shop, dan kadar motivasinya masuk dalam kategori
sedang.
4. Aspek Self Esteem Needs
Aspek Self Esteem Needs merupakan individu memandang ia
memiliki harga diri atau status sosial. Dalam hal ini apakah coffee shop
mampu menjadikan nilai status sosial konsumen muncul. Hasil penelitian
Tabel 14. Deskriptif Aspek Self Esteem Needs Responden
Kategori Jumlah (Orang)
Persentase (%)
Rendah 5 5,5
Sedang 84 92,3
Tinggi 2 2,2
Jumlah 91 100,0
Berdasarkan Tabel 14 di atas, dapat diketahui bahwa sebagian
besar responden membutuhkan aspek Self Esteem Needs yang sedang yaitu
ada 84 orang (92,3%). Sedangkan jumlah responden yang membutuhkan
aspek Self Esteem Needs yang rendah ada 5 orang (5,5%) dan yang memiliki
aspek Self Esteem Needs yang tinggi ada 2 orang (2,2%). Hasil tersebut
mengindikasikan bahwa sebagian besar orang-orang yang suka mengunjungi
coffee shop memandang bahwa aspek Self Esteem Needs bukan dasar motivasi
mereka berkumpul di coffee shop, dan kadar motivasinya masuk dalam
kategori rendah.
E. Pembahasan
Berdasarkan analisis motivasi perilaku konsumen berkumpul di
Coffee Shop dengan skala hirarki kebutuhan yang dikemukakan oleh Maslow
(1970) maka dapat diketahui aspek yang dominan memotivasi konsumen
berkumpul di coffee shop yaitu aspek Safety Needs. Hal ini terlihat dari hasil
penelitian bahwa jumlah responden yang membutuhkan aspek Safety Needs
yang tinggi lebih banyak dibandingkan dengan jumlah responden yang
responden yang membutuhkan aspek Safety Needs yang tinggi ada 49 orang
(53,8%). Sedangkan jumlah responden yang membutuhkan aspek Safety
Needs yang sedang ada 42 orang (46,2%). Hasil tersebut mengindikasikan
bahwa sebagian besar orang-orang yang suka berkumpul coffee shop
memandang bahwa coffee shop dapat menyediakan aspek Safety Needs yang
memadai. Meraka melihat bagaimana kondisi sebuah coffee shop mampu
memberikan kenyamanan dan ketenangan bagi para pengunjungnya dibanding
tempat lain.
Aspek Safety Needs adalah aspek yang paling dominan
mempengaruhi motivasi konsumen berkumpul di coffee shop. Sebab
kebutuhan akan rasa aman dan nyaman dinilai merupakan kebutuhan dasar
konsumen daripada kebutuhan minum kopi. Hal ini terlihat dari tanggapan
responden berdasarkan angket dimana sebagian besar indikator aspek
kenyamanan dan keamanan di coffee shop dinyatakan positif. Misalnya tidak
adanya minuman keras beralkohol di coffee shop yang cenderung bisa
membuat mabuk dan tak jarang memicu keributan. Sementara dari segi
kenyamanan, mereka menilai coffee shop biasa memasang musik yang enak
didengar. Desain ruangan juga cukup nyaman dengan tempat duduk yang enak
sehingga konsumen bisa relax dan bersantai di coffee shop.
Sementara itu aspek Belongingness Needs merupakan faktor kedua
yang mempengaruhi konsumen berkumpul di coffee shop. Aspek
Belongingess Needs merupakan penghargaan terhadap individu dimana
konsumen merasa diterima dan dihargai di coffee shop dengan pelayanan
ramah dari para karyawannya serta berbagai fasilitas yang disediakan.
Aspek lain yang cukup memotivasi konsumen untuk berkumpul di
coffee shop yaitu aspek Physiological Needs dan aspek Self Esteem Needs.
Aspek Physiological Needs lebih menitikberatkan pada terpenuhinya
kebutuhan akan minum kopi dan ternyata aspek ini kurang dapat memotivasi
konsumen karena menurut konsumen minum kopi dapat dilakukan di mana
saja, tidak harus di coffee shop. Apalagi menurut responden konsumen lebih
enak membuat kopi sendiri di rumah karena bisa sesuai dengan takaran dan
seleranya. Sebagian dari mereka juga tidak suka kopi kental dan lebih
menyukai kopi instan sehingga jika mereka pergi ke coffee shop itu bukan
hanya karena ingin meminum kopi, akan tetapi lebih kepada susana aman dan
nyaman yang mampu dihadirkan oleh coffee shop.
Sementara aspek Self Esteem Needs lebih memandang bahwa
konsumen berkumpul di coffee shop demi suatu harga diri atau status sosial.
Aspek Self Esteem Needs ini ternyata memiliki kadar paling kecil yang bisa
memotivasi konsumen untuk berkumpul di coffee shop karena tidak dapat
meningkatkan status sosial mereka. Coffee shop bukan hanya untuk kalangan
atas sehingga terkesan tidak eksklusif dan mahal, bahkan demi meningkatkan
persaingan coffee shop juga menyajikan menu dengan harga yang murah agar
dapat dijangkau oleh siapa pun terutama para mahasiswa yang kuliah di
Motivasi konsumen untuk datang ke coffee shop dapat dikatakan
sebagai pengejawantahan teori Reciprocal Determisnm dari Albert Bandura
(1997) bahwa antara lingkungan – pola pikir – perilaku saling
berkesinambungan. Kehadiran coffee shop di masyarakat menimbulkan
keingintahuan bagi mereka yang belum pernah kesana, rasa ingin tahu yang
muncul menghasilkan pola pikir tertentu dan berakhir pada perilaku
berkunjung dan berkumpul di coffee shop.
Malone (1981) menjelaskan bahwa motivasi instrinsik ditimbulkan
oleh tiga hal yaitu tantangan, fantasi dan rasa keingintahuan. Faktor ekstrinsik
mengacu pada positif atau negatif penguatan dari lingkungan yang
mempengaruhi perilaku. Kehadiran coffee shop di masyarakat tampaknya
berperan sebagai faktor ekstrinsik munculnya motivasi orang berkumpul di
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis deskriptif motivasi konsumen berkumpul di
coffee shop menurut skala hirarki aspek kebutuhan yang dikemukakan oleh
Maslow (1987), maka dapat diambil kesimpulan yaitu motivasi yang
mendasari perilaku para konsumen untuk menghabiskan waktunya berkumpul
di coffee shop adalah kebutuhan adanya aspek Safety Needs sebesar 53,8 %
pada skala tinggi, 46,2 % pada skala sedang dan 0 % pada skala rendah.
Dengan demikian, kebutuhan adanya tempat yang aman dan nyaman untuk
mendiskusikan suatu hal, baik itu rapat atau bertemu kolega menjadi motivasi
utama para konsumen berkumpul di coffee shop.
Hal lain yang memperkuat motivasi para konsumen untuk
berkumpul di coffee shop adalah kebutuhan akan aspek Belongingness Needs
sebesar 51,6 % pada skala sedang, 48,4 % pada skala tinggi dan 0 % pada
skala rendah. Hal ini menunjukan kebutuhan akan fasilitas pendukung sebagai
bentuk rasa penghargaan terhadap konsumen kurang menjadi motivasi bagi
para konsumen untuk berkumpul di coffee shop.
Kebutuhan adanya aspek Physiological Needs sebesar 80,2 % pada
skala sedang, 9,9 % pada masing-masing skala tinggi dan rendah menunjukan
bahwa meminum kopi bukan menjadi alasan utama mereka berkumpul di
Kebutuhan pada aspek Self Esteem Needs sebesar 92,3% pada
skala sedang, 5,5 % pada skala rendah dan 2,2 % pada skala tinggi
menunjukan bahwa para konsumen tidak menjadikan coffee shop sebagai
tempat untuk menunjukan prestise atau harga diri.
Hasil diatas menggambarkan bahwa ternyata coffee shop yang ada
di Yogyakarta yang pada awalnya berfungsi sebagai tempat menjual kopi telah
mengalami pergesaran fungsi dimana para konsumen di Yogyakarta dalam
batas usia tertentu (21 – 26 tahun) lebih melihat coffee shop dari segi tempat
yang mampu menyediakan keamanan dan kenyamanan bagi pengunjungnya.
Fasilitas pendukung, esensi kopi itu sendiri, dan asumsi sebagai tempat
menunjukan prestise bukan menjadi motivasi utama para konsumen
berkumpul di coffee shop.
B. Saran
Dari kesimpulan di atas dapat diketahui gambaran kebutuhan dasar
konsumen berkumpul di coffee shop yaitu rasa aman dan nyaman ketika
berada di coffee shop tersebut. Oleh karena itu, sebaiknya pihak pengelola
coffee shop terutama di Yogyakarta tempat penelitian ini dilaksanakan dapat
terus memperbaiki dan meningkatkan keamanan dan kenyamanan konsumen
ketika berada di sana. Misalnya dengan tetap tidak memperbolehkan adanya
minuman keras yang dikhawatirkan dapat memicu kericuhan, musik yang
enak didengar, desain ruangan yang luas dengan tempat duduk yang nyaman.
ramah tamah yang ditunjukan oleh para karyawan dan fasilitas pendukung
lainnya seperti hot spot, TV Kabel, bermacam alat permainan. Dan terakhir,
esensi kopi itu sendiri juga perlu dipertahankan dengan menyediakan bibit
kopi unggul agar menghasilkan rasa dan aroma kopi yang nikmat karena ada
DAFTAR PUSTAKA
Alderfer, C. (1972). “Existence, relatedness, & growth”. New York: Free Press.
Ames & Ames. (1989). Research on Motivation in Education: vol 3. Goals and Cognition. San Diego: Academic Press.
Atkinson, J. W., & Birch, D. (1978). “Introduction To Motivation” (2nd Edition). New York. Van Nostrand.
Azwar, S. (1999). “Penyusunan Skala Psikologi”. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, S. (2001). “Reliabilitas dan Validitas”. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bandura, A. (1997). “Self-effic