• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BANGUN RUANG YANG MENCAKUP INTERTWINING DENGAN PENDEKATAN PMRI DI KELAS IVB SD KANISIUS KALASAN TAHUN PELAJARAN 20112012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BANGUN RUANG YANG MENCAKUP INTERTWINING DENGAN PENDEKATAN PMRI DI KELAS IVB SD KANISIUS KALASAN TAHUN PELAJARAN 20112012"

Copied!
235
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BANGUN

RUANG YANG MENCAKUP

INTERTWINING

DENGAN

PENDEKATAN PMRI DI KELAS IVB

SD KANISIUS KALASAN

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Antonius Kris Aditya

NIM : 081134007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

ii

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BANGUN

RUANG YANG MENCAKUP

INTERTWINING

DENGAN

PENDEKATAN PMRI DI KELAS IVB

SD KANISIUS KALASAN

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Antonius Kris Aditya

NIM : 081134007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Di Atas Langit Masih Ada Langit

Dengan tulus kupersembahkan skripsi ini kepada kedua orang

tua

dan

keluargaku

sebagai

wujud

salah

satu

(6)
(7)
(8)

viii

ABSTRAK

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BANGUN RUANG YANG MENCAKUPINTERTWININGDENGAN PENDEKATAN PMRI DI KELAS IVB SD KANISIUS KALASAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Antonius Kris Aditya Universitas Sanata Dharma

2012

Penelitian ini untuk mengembangkan perangkat pembelajaran yang

mencakup penggunaan intertwining pada materi geometri bangun ruang dengan pendekatan PMRI di kelas IVB SD Kanisius Kalasan semester 2 tahun

pelajaran 2011/2012. Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian dan

Pengembangan atau Reseacrh and Development. Prosedur yang digunakan

dalam pengembangan adalah potensi dan masalah, pengumpulan data, disain

produk, validasi, revisi disain dan implementasi pada sampel terbatas.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan pengamatan

langsung di kelas. Data pengamatan tersebut kemudian dianalisis untuk

menghasilkan kebutuhan siswanya. Kebutuhan siswa ini digunakan sebagai

referensi penyusunan perangkat pembelajaran.. Isi dari perangkat

pembelajaran adalah silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, lembar

kegiatan siswa, bahan ajar dan evaluasi. Setelah perangkat pembelajaran

selesai disusun, maka selanjutnya dilakukan tahap implementasi. Tahap ini

bertujuan untuk menyakinkan bahwa perangkat yang telah disusun layak

untuk diuji cobakan. Implementasi dilakukan di kelas IVB SD Kanisius

Kalasan. Hasil dari implementasi menunjukkan bahwa lima karakteristik

PMRI dapat terlihat serta membantu guru dan siswa dalam pembelajaran.

Pengembangan dilakukan dengan cara analisis data dan penyusunan

perangkat pembelajaran.. Hasil dari pengembangan tersebut adalah perangkat

pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang telah disusun mencakup

intertwiningdalam pembelajarannya.

(9)

ABSTRACT

Development of solid geometry learning instrument which includes intertwining withPMRIapproach in class IVB at SD Kanisius Kalasan,

academic year 2011/2012

Antonius Kris Aditya Universitas Sanata Dharma

2012

This research was aimed to develop learning instrument which included the use of intertwining in geometry solids with PMRI approach in second semester of class 4B at SD Kanisius Kalasan academic year 2011/2012. Types of research which used were Research and development. Procedures which used in development were potential and problem, data collection, product design, validation, revision design, and implementation in limited sample.

Data collection was done by interviewing and observing the class directly. The observational data was then analyzed for obtaining the students’ need. The result of the student’s need was used as a reference of learning instrument arrangement. Contents of the instrument were syllabus, lesson plan, student worksheet, material and evaluation. After finishing the learning instrument arrangement, furthermore the researcher did the implementation phase. It was aimed to ensure that the instrument which had been arranged was suitable to be tested. Implementation was done in the class 4B SD Kanisius Kalasan. Results of the implementation showed that five characteristics of PMRI could be seen. Moreover, it also helped the teacher and student in teaching.

The development was done by analyzing data and arranging the learning instrument. As a result of the development was learning instrument. Learning instrument which had been arranged included intertwining in its learning.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan

karuniaNya sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun

untuk memperoleh gelas sarjana pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan khususnya Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

Selama menulis skripsi ini ada berbagai suka duka dan tantangan yang harus

penulis hadapi. Namun, karena kuasaa dan campur tangan Tuhan yang senatiasa

menaungi penulis dan keterlibatan pihak-pihak yang membantu maka hal itu dapat

teratasi.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada semua

pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dalam bentuk

apapun, kepada :

1. Bapak Rohandi, Ph. D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan

Universitas Sanata Dharma.

2. Romo G. Ari Nugrahanta, SJ., SS., BST., M.A., selaku ketua Program Studi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

3. Ibu Dra. Haniek S. Pratini, M.Pd, selaku dosen pembimbing I, yang telah

memberikan saran, kritik, dorongan, semangat, tenaga dan pikiran untuk

membimbing dan mengarahkan penulis dalam meneylesaikan skripsi.

4. Ibu Veronika Fitri R, M.Pd, selaku dosen pembimbing II yang telah

memberikan dukungan dan bimbingan selama penulisan skripsi.

5. Ibu P. Agustin Ria Dewi, S.Pd, selaku Kepala Sekolah SD Kanisius Kalasan

yang telah memberikan ijin keapda penulis untuk melakukan implementasi di

kelas IVB SD Kanisius Kalasan.

6. Ibu M. Indarti Rustamti, S.Pd, selaku guru kelas IVB SD Kanisius Wirobrajan,

yang telah memberikan waktu, dan masukan-masukan yang bermanfaat bagi

penulis.

7. Siswa kelas IVB SD Kanisius Kalasan yang telah bersedia menjadi subjek

(11)
(12)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN.. ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vii

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR TABEL DAN BAGAN... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Pengembangan ... 4

D. Batasan Istilah ... 4

E. Spesifikasi Produk ... 5

F. Pentingnya Pengembangan ... 7

G. Kontribusi Hasil Pengembangan ... 7

BAB II LANDASAN TEORI ... 9

A. Penelitian yang Relevan ... 9

B. Kajian Teori ... 11

1. Perangkat pembelajaran… ... 11

2. Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) ... 14

3. Intertwiningdalam PMRI ... 18

(13)

C. Kerangka Berpikir ... 28

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

A. Jenis Penelitian ... 30

B. Desain dan Prosedur Penelitian ... 33

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 36

D. Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 36

E. Analisis Data ... 37

F. Jadwal Penelitian... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………... 40

A. Paparan dan Data Hasil Analisis Kebutuhan…... 40

B. Paparan Desain Pengembangan... 46

C. Paparan Hasil Implementasi Produk pada Sampel Terbatas.. ... 53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 88

A. Kesimpulan... 88

B. Saran.. ... 90

DAFTAR PUSTAKA ... 91

(14)

xiv

Daftar Tabel dan Bagan

Daftar Tabel

Tabel 2.1 Peningkatan Pada Proses Pembelajaran... 9

Tabel 2.2 Peningkatan Pada Peranan Guru... 10

Tabel 2.3 Peningkatan Aktivitas Siswa... 10

Tabel 2.4 Gambar Bangun Ruang Menurut Mark, Hiatt dan Neufeld... 20

Tabel 3.1 Tingkat validasi menurut Disertasi Fatimah.. ... 37

Tabel 3.2 Jadwal Penelitian ... 39

Tabel 4.1 Hasil Tingkat Validasi ... 51

Tabel 4.2 Hasil PengamatanIntertwining... 63

Tabel 4.3 Rangkuman TranskipIntertwining... 79

Daftar bagan Bagan 2.1Intertwiningantar topik.. ... 19

Bagan 3.1 Desain Pengembangan menurut Sugiyono.. ... 31

(15)

Daftar gambar

Gambar 2.1 Bagian-bagian Bangun Ruang oleh Mustaqim dan Astuty.... 21

Gambar 2.2 Balok oleh Mustaqim dan Astuty... 22

Gambar 2.3 Kubus oleh Mustaqim dan Astuty... 24

Gambar 2.4 Jaring-jaring Balok menurut Mustaqim dan Astuty... 26

Gambar 2.5 Jaring-jaring Kubus menurut Mustaqim dan Astuty... 26

Gambar 2.6 Persegi Panjang menurut Mustoha... 27

Gambar 2.7 Persegi menurut Mustoha... 28

Gambar 4.1 Guru Menggabungkan Balok dan Kubus... 57

Gambar 4.2 Guru Memberikan Penegasan ... 58

Gambar 4.3 Siswa Mengemukakan Pendapat... 59

Gambar 4.4 Siswa Menjawab Pertanyaan Guru ... 61

Gambar 4.5 Guru MelakukanIntertwiningPembelajaran ... 62

Gambar 4.6 Pembelajaran yang Menggabungkan Balok dan Kubus... 67

Gambar 4.7 Guru Menggunakan Media Bangun Datar (kertas)... 71

Gambar 4.8 Guru Membilang ... 73

Gambar 4.9 Siswa Menyimak Cerita ... 76

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Hasil Wawancara dan Obseravasi ... 94

Silabus... 101

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 106

Lembar Kegiatan Siswa ... 155

Bahan Ajar ... 162

Evaluasi... 177

Kisi-kisi Soal Evaluasi ... 178

Hasil Validasi Perangkat ... 180

Olah Data Validasi ... 192

Hasil Uji Keterbacaan ... 194

Transkipintertwiningsaat implementasi ... 202

Lembar Kegiatan Siswa saat Implementasi ... 212

Surat Ijin Penelitian dan Surat Keterangan Telah Penelitian... 219

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan mata pelajaran yang sudah dikenal oleh siswa

sejak taman kanak-kanak. Oleh sebab itu matematika sudah tidak asing lagi

bagi siswa sekolah dasar (SD). Kurikulum SD juga memasukkannya sebagai

mata pelajaran yang wajib untuk kelas satu sampai kelas enam. Namun

matematika tetaplah menjadi “momok” bagi siswa. Hal ini karena matematika

masih memiliki kesan sebagai mata pelajaran yang berisi materi abstrak dan

rumus-rumus.

Piaget dalam Komalasari (2010: 20) berpendapat bahwa ciri pokok

perkembangan pada operasional konkret (umur 7 atau 8-11 atau 12 tahun)

adalah anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis, dan

ditandai dengan adanya revisable dan kekekalan. Anak telah memiliki kecakapan berpikir logis, akan tetapi hanya dengan benda-benda yang bersifat

konkret.

Pendapat yang dikemukakan ahli tersebut mengungkapkan bahwa anak

usia SD (7-12 tahun) masih memerlukan media yang bersifat konkret dalam

pembelajaran. Hal ini berbanding terbalik dengan beberapa materi matematika

yang bersifat abstrak.

Materi yang bersifat abstrak dalam matematika merupakan

(18)

materi abstrak harus dibayangkan dahulu sebelum mempelajarinya. Padahal

ketika membayangkan tentunya tidak semua siswa memiliki gambaran yang

sama. Misalnya ketika membayangkan kubus, siswa A mampu

membayangkan kubus berbentuk kotak dan permukaannya berbentuk persegi

sedangkan siswa B membayangkan kotak dan permukaannya berbentuk

persegi panjang. Kesalahan persepsi ini diakibatkan karena tidak adanya

media pembelajaran yang menjembatani materi agar dapat dilihat secara

visual.

Penggunaan media realistik dalam penyampaian materi abstrak dapat

menghindari kesalahan persepsi. Kesalahan persepsi dapat dihindari karena

siswa dapat melihat langsung secara visual dengan indera mereka. Selain itu,

media realistik dapat dijadikan sebagai sarana untuk memusatkan perhatian

siswa. Hal ini terjadi karena siswa lebih senang jika belajar menggunakan

benda yang dijadikan pusat perhatian sehingga mereka tertarik.

Selain materi yang bersifat abstrak, masalah juga ditemukan dalam

pemahaman konsep. Pemahaman konsep sangat diperlukan dengan alasan

permasalahan matematika tidak selalu monoton, tetapi akan terus berkembang.

Contohnya bangun ruang tidak selalu berbentuk kubus dan balok melainkan

memiliki bentuk yang lainnya. Oleh sebab itu diperlukan suatu dukungan yang

bersifat membantu dalam memahami konsep agar dapat dengan mudah

membedakan masing-masing bangun ruang.

(19)

penggunaan topik-topik yang relevan dalam upaya membangun pemahaman

suatu konsep. Konsep yang dibangun dengan cara ini dapat dengan mudah

dipahami siswa. Hal ini akan bermanfaat saat siswa menghadapi permasalahan

matematika yang lebih kompleks.

Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka dapat diketahui bahwa

pembelajaran yang realistik dan intertwining diperlukan dalam pembelajaran matematika SD. Oleh sebab itu peneliti akan mengembangkan perangkat

pembelajaran yang mencakup intertwining dengan pendekatan PMRI. Alasannya karena dengan menggunakan pembelajaran realistik dapat

menjembatani materi yang bersifat abstrak. Penggunaan intertwining bertujuan untuk memudahkan siswa dalam memahami konsep. Konsep akan

lebih mudah dipahami karena penyampaiannya memanfaat topik-topik yang

relevan. Pendekatan PMRI dipilih karena memiliki karakteristik yang

mendukungintertwining.

B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian

ini adalah :

1. Apa sajakah produk pengembangan perangkat pembelajaran bangun

(20)

2. Bagaimana pengembangan perangkat pembelajaran bangun ruang yang

mencakup intertwining dengan pendekatan PMRI di kelas IVB SD Kanisius Kalasan tahun pelajaran 2011/2012?

C. Tujuan Pengembangan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan pengembangan penelitian

ini adalah :

1. Mengetahui produk pengembangan perangkat pembelajaran bangun ruang

yang mencakup intertwining dengan pendekatan PMRI di kelas IVB SD Kanisius Kalasan tahun pelajaran 2011/2012.

2. Untuk mengembangkan perangkat pembelajaran bangun ruang yang

mencakup intertwining dengan pendekatan PMRI di kelas IVB SD Kanisius Kalasan tahun pelajaran 2011/2012.

D. Batasan Istilah

Batasan istilah diperlukan agar tidak terjadinya kesalahpahaman. Berikut

batasan istilah pada penelitian ini :

1. Perangkat pembelajaran

Pengertian perangkat pembelajaran menurut peneliti adalah perangkat

yang digunakan selama pembelajaran. Perangkat tersebut berisi silabus,

RPP, LKS, bahan ajar dan evaluasi. Perangkat pembelajaran berguna

untuk merencanakan pembelajaran agar berlangsung secara efektif dan

(21)

2. PMRI

PMRI merupakan salah satu pendekatan matematika yang

menonjolkan penggunaan masalah sehari-hari dalam pembelajarannya.

PMRI memiliki 5 karakteristik yang menjadi ke-khasannya. Karakterisitik

tersebut adalah : penggunaan konteks, penggunaan model, pemanfaatan

kontribusi siswa, interaktivitas dan keterkaitan(intertwining). 3. Intertwining

Intertwining merupakan salah satu karakteristik yang ada dalam PMRI. Pengertian dari intertwining adalah penggabungan dari dua topik atau lebih untuk membangun pemahaman suatu konsep.

4. Bangun ruang

Bangun ruang adalah bangun yang memiliki volume atau isi

dengan dibatasi oleh bangun datar. Bangun datar yang membatasi disebut

sisi, sedangkan garis yang merupakan berhimpitnya dua bangun datar

disebut rusuk dan titik bertemunya tiga atau lebih rusuk disebut titik sudut.

E. Spesifikasi Produk

Arifin (2011: 127) menyatakan bahwa produk pendidikan mengandung

tiga pengertian pokok. Pertama, produk tersebut tidak hanya meliputi

perangkat keras. Kedua, produk tersebut dapat berarti produk baru atau

(22)

Produk dalam penelitian ini berupa perangkat pembelajaran. Perangkat

pembelajaran tersebut terdiri dari: silabus, RPP, LKS, bahan ajar, dan

evaluasi. Berikut ini merupakan pemaparan perangkat pembelajaran.

1. Silabus

Silabus adalah rencana pembelajaran dari suatu mata pelajaran. Silabus

berisi standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, kegiatan

pembelajaran, indikator, peniliaian, dan sumber dan media belajar.

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RPP merupakan perencanaan dari langkah-langkah pembelajaran agar

efektif dan efisien. Isi dari RPP adalah standar kompetensi, kompetensi

dasar, indikator pembelajaran, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran,

pendekatan dan metode pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran,

media dan sumber belajar, dan penilaian.

3. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

LKS adalah pedoman bagi siswa untuk memecahkan masalah. Hal ini

bertujuan untuk membantu siswa dalam memahami topik yang sedang

dipelajari. LKS berisi kegiatan belajar sebagai panduan pemecahan

masalah dan refleksi untuk mengetahu perasaan siswa selama pemecahan

masalah.

4. Bahan ajar

Bahan ajar merupakan materi yang akan disampaikan kepada siswa.

(23)

silabus. Bahan ajar bersumber dari buku paket serta buku-buku lain yang

relevan.

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengetahui

pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari. Pengukurannya

menggunakan nilai hasil evaluasi dengan memperhatikan nilai ketuntasan

minimal.

F. Pentingnya Pengembangan

Pengembangan ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran matematika. Siswa akan dibantu dalam memahami materi yang

abstrak dengan menggunakan media pembelajaran yang konkret. Selain materi

yang abstrak, siswa akan dibantu dalam memahami konsep untuk menghadapi

permasalahan yang lebih kompleks. Hal ini sesuai dengan pendekatan PMRI

yang menggunakan media konkret sertaintertwiningdalam pembelajarannya.

G. Kontribusi Hasil Pengembangan

1. Bagi peneliti

Peneliti memperoleh pengalaman berharga dapat menerapkan pendekatan

PMRI dalam pokok bahasan geometri bangun ruang.

2. Bagi siswa

(24)

3. Bagi guru

Guru dapat memanfaatkan pendekatan PMRI sebagai referensi

pembelajaran matematika untuk topik yang lain.

4. Bagi sekolah

Sekolah dapat memanfaatkan laporan penelitian sebagai tambahan koleksi

perpustakan. Selain itu juga dapat menjadi bahan bacaan oleh warga

(25)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Penelitian yang Relevan

Pada bagian ini akan dipaparkan hasil penelitian yang relevan. Penelitian yang

relevan ini akan digunakan segagai referensi dalam melakukan penelitian.

1. Penelitian yang dilakukan Yansen Marpaung, Hongki Julie, St.

Suwarsono, Sugiman, Atmini Dhoruri, Winarno dan Pujiati dalam

Suryanto (2010:204). Penelitian tersebut berjudul “Pengkajian Proses

Pembelajaran Matematika dan Dampaknya pada Siswa di Beberapa SD di

Yogyakarta”

Hasil penelitian tersebut berupa beberapa temuan terkait perbandingan

pengaruh penggunaan pendekatan Non-PMRI dengan PMRI, yaitu :

a). Proses Pembelajaran

Tabel 2.1 Peningkatan pada proses pembelajaran

Non-PMRI PMRI

- Pembelajaran masih bersifat tradisional yaitu guru mentransfer

pengetahuan ke pikiran siswa dan siswa

menerimanya secara pasif. - Proses pembelajaran

masih berpusat kepada guru.

- Guru menjelaskan konsep atau algoritma

penyelesaian masalah, siswa mendengarkan dan

- Pembelajaran sudah berpusat pada siswa.

- Pembelajaran lebih

(26)

b). Peranan guru

Tabel 2.2 Peningkatan pada peranan guru

Non-PMRI PMRI

Guru berperan aktif sebagai pentransfer ilmu, bahkan jika siswa mengalami kesulitan guru mengambil alih untuk

menyelesaikannya.

Guru sebagai pembimbing, motivator, yang

memfasilitasi siswa berbagai media (alat peraga) yang dapat dipakai siswa dalam membantu memahami masalah.

c). Siswa

Tabel 2.3 Peningkatan aktivitas siswa

Non-PMRI PMRI

- Siswa tidak biasa

menjelaskan idenya pada teman atau guru, tetapi sekedar menjawab pertanyaan guru. - Siswa belum berani

berbeda. pendapat terutama dengan guru. - Dalam menyelesaikan

masalah khususnya masalah non-rutin siswa masih berpikir algoritmis, belum terlihat kreatif. - Siswa-siswa lebih unggul

dalam mengerjakan soal pilihan unggul.

- Siswa sudah terbiasa menjelaskan idenya pada guru dan teman, bediskusi dalam kelompo, berbeda pendapat.

- Siswa berusaha menemukan. strategi dalam mengatasi masalah non-rutin, walaupun dalam pelaksanaanya belum tepat sehingga produk yang mereka capai tidak betul - Siswa-siswa lebih unggu

dalam mengerjakan soal non-rutin.

- Siswa lebih percaya diri dan proses pembelajaran lebih inteaktif.

Penelitian di atas bagi peneliti relevan karena dapat memberikan

gambaran bahwa penggunaan PMRI berpengaruh positif kepada

guru,siswa, dan pembelajarannya. Diharapkan hasil dari penelitian ini

(27)

2. Penelitian yang dilakukan oleh Fajrussathi dalam Suryanto (2010:

188-189). Penelitian tersebut berjudul “Meningkatkan Kemampuan Siswa

dalam Memecahkan Masalah melalui Pendekatan Pendidikan Matematika

Realistik Indonesia pada Pembelajaran Matematika Pokok Bahasan

Perkalian di Kelas IIIB SDIT Sultan Agung Yogyakarta. Hasil dari

peneltian tersebut menunjukkan bahwa setelah diterapkannya pendekatan

PMRI yang dilaksanakan sesuai dengan lima karakteritik dapat

meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah.

Penelitian tersebut relevan karena dapat dilihat bahwa penggunaan

pendekatan PMRI yang dilaksanakan sesuai lima karakteristiknya

termasuk intertwining dapat meningkatkan siswa dalam memecahkan masalah. Hal ini sejalan dengan permasalahan matematika pada jenjang

berikutnya yang lebih kompleks. Berdasarkan hal itu maka peneliti

memanfaatkan penelitian tersebut sebagai referensi dari penyusunan

perangkat pembelajaran.

B. Kajian Teori

1. Perangkat Pembelajaran

Trianto (2010: 96) mengemukakan bahwa perangkat pembelajaran

adalah perangkat yang dipergunakan dalam proses pembelajaran. Ibrahim

dalam Trianto (2010: 96) mengemukakan bahwa perangkat pembelajaran

(28)

Kegiatana Siswa (LKS), Instrumen Evaluasi atau Tes Hasil Belajar (THB),

serta media pembelajaran.

Suhadi dalam Rusdi (2008) mengemukakan bahwa perangkat

pembelajaran adalah sejumlah bahan, alat, media, petunjuk dan pedoman

yang akan digunakan dalam proses pembelajaran.

Pengertian perangkat pembelajaran menurut peneliti adalah

perangkat yang digunakan selama pembelajaran. Perangkat tersebut berisi

silabus, RPP, LKS, bahan ajar dan evaluasi. Perangkat pembelajaran

berguna untuk merencanakan pembelajaran agar berlangsung efektif dan

efisien. Perangkat pembelajaran terdiri dari:

a) Silabus

Trianto (2010: 96) berpendapat bahwa silabus adalah rencana

pembelajaran pada suatu mata pelajaran atau tema tertentu yang

mencakup standar kompetensi, materi pokok/pembelajaran, kegiatan

pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian,

penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.

Isi dari silabus adalah tema mata pelajaran, standar kompetensi,

kompetensi dasar, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran,

indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber

(29)

b) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Trianto (2010: 108) mengemukakan bahwa RPP merupakan

rencana yang menggambarkan manajemen pembelajaran untuk

mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi

yang ada dalam silabus. Isi dari rencana pelaksanaan pembelajaran

adalah identitas mata pelajaran, standar kompetensi, kompetensi dasar,

indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar,

alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian

hasil belajar, dan sumber belajar (Mendiknas, No.41 2007).

c) Bahan ajar

Bahan ajar merupakan materi yang akan diajarkan kepada siswa.

Penyusunan bahan ajar bersumber dari buku paket ataupun buku-buku

yang relevan dengan topik yang akan dipelajari. Selain materi, bahan

ajar juga meliputi media yang akan digunakan dalam pembelajaran.

Penggunaan media bertujuan agar memudahkan guru dalam

penyampaian materi.

d) Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

Trianto (2010: 111) mengemukakan bahwa LKS adalah panduan

siswa untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan.

Penyusunan LKS berdasarkan rencana pelaksanaan yang telah dibuat

(30)

e) Evaluasi

Evaluasi merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengetahui

ketercapaian tujuan pembelajaran. Soal evaluasi disusun berdasarkan

materi yang telah diberikan kepada siswa.

2. Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)

a. Sejarah PMRI

Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) merupakan

salah pendekatan pembelajaran yang diadaptasi dari Realistic Mathematics Education (RME). Penambahan “Indonesia” tersebut bertujuan untuk menyesuaikan RME dengan kondisi dan budaya

Indonesia.

RME sendiri lahir di Belanda atas prakarsa seorang ahli yang

bernama Freduenthal. Freudental dalam Suryanto (2010: 14)

mengemukakan bahwa matematika diajarkan sebaiknya dengan

mengaitkannya dengan realitas sejalan dengan pengalaman siswa, serta

relevan dengan masyarakat. Gagasan Freudenthal inilah yang menarik

(31)

b. Prinsip PMRI

Ada 3 prinsip yang merupakan dasar teoritis PMRI menurut

Suryanto (2010:41-43), yaitu

1). Guided Reinvention and Progessive Mathematization

Prinsip Guided Re-invention (Penemuan Kembali secara Terbimbing) menekankan pada ‘penemuan kembali’ secara

terbimbing. Pembelajaran diawali dengan masalah kontekstual yang

realistik, kemudian melalui aktivitas siswa diharapkan mampu

menemukan kembali pengertian, teori, sifat-sifat ataupun lainnya.

Progressive Mathematization berarti membimbing siswa dalam berpikir matematika. Progresif dalam prinsip ini berarti matematika

terdiri dari dua langkah yaitu matematika horizontal (berawal dari

masalah konstektual dan berakhir pada matematika formal) dan

matematika vertikal (berasal dari matematika formal ke matematika

yang lebih luas dan rumit.

2). Didactical Phenomenology(Fenomologi Didaktis)

Prinsip ini menekankan pada pembelajaran yang bersifat mendidik

dan pentingnya masalah konstektual untuk diperkenalkan pada

siswa. Masalah konstektual yang dipilih harus mempertimbangkan

aspek pada diri siswa dan guru tidak memberi tahu, namun siswalah

(32)

3). Self Developed Model(membangun model sendiri)

Berdasarkan penggunaan masalah kontekstual maka tidak mustahil

bila mengembangkan model sendiri. Model yang dibuat oleh siswa

ini mungkin masih sederhana dan masih mirip dengan masalah

konstekstual.

c. Karakteristik PMRI

Treffers dalam Wijaya (2012: 21-23) berpendapat bahwa PMRI

memiliki 5 karakteristik khas yaitu penggunaan konteks, penggunaan

model, pemanfaatan kontribusi siswa, interaktivitas, dan intertwining. Suryanto (2010:44-45) berpendapat bahwa karakteristik PMRI terdiri

dari:

1) Penggunaan konteks

Penggunaan masalah kontekstual dalam pembelajaran dapat

diletakkan di awal, tengah, maupun akhir pembelajaran. Di awal

pembelajaran dimaksudkan untuk memungkinkan siswa

menemukan konsep, definisi, maupun pemecahan dari masalah

tersebut. Peletakan di tengah dimaksudkan untuk memantapkan

apa yang telah diperoleh oleh siswa. Peletakan di akhir

dimaksudkan untuk mengembangkan siswa dalam

mengaplikasikan apa yang telah diperolehnya.

2) Penggunaan model

Pembelajaran matematika yang abstrak terkadang membutuhkan

(33)

bermacam-macam, mulai dari benda-benda konkret, semi konkret,

maupun yang semu. Semua model tersebut selalu berhubungan

dengan masalah konkret yang dihadapi siswa.

3) Pemanfaatan kontribusi siswa

Kegiatan yang dilakukan oleh siswa juga perlu diperhatikan oleh

guru. Sumbangan berupa ide, gagasan, variasi jawaban, variasi

pemecahan masalah merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan

untuk meningkatkan pengetahuan siswa.

4) Interaktivitas

Pembelajaran matematika memerlukan pola interaksi yang

dilakukan oleh guru dan siswa, siswa dan siswa, maupun siswa dan

sarana pembelajaran. Bentuk interaksi tersebut dapat berupa

diskusi, tanya-jawab, memberi penjelasan, dan komunikasi singkat.

5) Keterkaitan

Matematika merupakan ilmu yang terstruktur. Keterkaitan antara

topik, konsep, operasi sangat kuat, sehingga memungkinkan

adanya integrasi antara topik yang satu dengan topik yang lain.

Berdasarkan pendapat ahli di atas maka PMRI menurut peneliti

adalah suatu pendekatan matematika yang menggunakan

permasalahan sehari-hari dalam pembelajarannya serta memiliki

lima karakteristik, yaitu kontekstual, pemodelan, interaktifitas,

(34)

3. Intertwiningdalam PMRI

Intertwining atau keterkaitan merupakan salah satu karaktersitik dari pendekatan PMRI. Berikut ini merupakan beberapa

pendapat tentangintertwining.

Wijaya (2010: 23) mengatakan bahwa melalui intertwining, satu topik matematika diharapkan bisa mengenalkan dan membangun lebih

dari satu konsep matematika secara bersamaan (walaupun ada konsep

yang dominan). Hal tersebut dapat memungkinkan terjadinya efisiensi

waktu dalam penyampaian beberapa topik pelajaran.

Suryanto dkk (2010: 45) berpendapat bahwa “matematika adalah suatu ilmu yang terstruktur, dengan konsistensi yang ketat. Keterkaitan antara topik, konsep, operasi dsb sangat kuat, sehingga sangat dimungkinkan adanya intergrasi antara topik-topik dsb, bahkan mungkin saja antara matematika dan bidang pengetahuan lain, untuk lebih mempertajam kebermanfaatan belajar matemtaika.”

Lutfianto (2011) mengemukakan bahwa prinsip intertwining adalah berbagai aspek atau topik dalam matematika jangan terpisah,

tetapi terjalin satu sama lain sehingga siswa dapat melihat hubungan

antar materi-materi itu secara lebih baik.

Intertwining dalam matematika dapat dilakukan antar topik matematika ataupun di luar matematika. Berikut ini adalah bagan dari

(35)

Bagan 2.1 Baganintertwiningantar topik

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas maka intertwining menurut peneliti adalah penggabungan antar topik matematika

ataupun diluar topik matematika sehingga membangun suatu konsep.

Penggabungan ini bertujuan untuk mempertajam konsep serta efisiensi

waktu.

4. Bangun Ruang

a. Pengertian Bangun Ruang

Bangun ruang merupakan salah satu materi yang dipelajari

di kelas IV SD. Berikut akan dijelaskan pengertian bangun ruang

dari beberapa ahli.

Mark, Hiatt dan Neufeld (1985: 138) berpendapat bahwa

bangun ruang merupakan himpunan titik-titik yang tidak semuanya

terletak pada satu bidang yang sama. Bangun ruang terdiri dari Intertwining

matematika

Antar topik di luar

(36)

Berikut ini gambar bangun ruang berdasarkan Mark, Hiatt dan

Neufeld (1985: 138-140).

Tabel 2.4 Gambar bangun ruang menurut Mark, Hiatt dan Neufeld.

No Nama bangun Gambar

1 Bola

2 Prisma

3 Tabung/silinder

Copeland (1967: 237)said that geometry is the mathematics of position or location in space. Pendapat tersebut berarti bahwa bangun ruang adalah bangun matematika yang memiliki isi atau

volume.

Mustaqim dan Astuty (2008: 207) menjelaskan bahwa dalam

bangun ruang dikenal istilah sisi, rusuk, dan titik sudut. Berikut ini

(37)

Gambar 2.1 Bagian-bagian bangun ruang menurut Mustaqim dan Astuty

Keterangan :

1) Sisi adalah bidang atau permukaan yang membatasi bangun

ruang.

2) Rusuk adalah garis yang merupakan pertemuan dari dua sisi

bangun ruang.

3) Titik sudut adalah titik pertemuan dari tiga buah rusuk pada

bangun ruang.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka bangun ruang

menurut peneliti bangun yang memiliki volume atau isi dengan

dibatasi oleh bangun datar. Bangun datar yang membatasi disebut

sisi, sedangkan garis yang merupakan berhimpitnya dua bangun

datar disebut rusuk dan titik bertemunya tiga atau lebih rusuk

disebut titik sudut.

Bangun ruang yang digunakan dalam penelitian ini adalah

balok dan kubus. Hal ini disesuaikan dengan Kompetensi Dasar

(KD) kelas IV semester 2 tahun pelajaran 2011/2012. Pada sub bab

di bawah ini akan dijelaskan balok dan kubus serta jaring-jaringnya Titik sudut

Rusuk

(38)

b. Balok

Balok adalah salah satu bangun ruang yang dipelajari di

kelas IV SD. Mustaqim dan Astuty (2008: 2011) mengemukakan

bahwa balok adalah benda ruang yang dibatasi tiga pasang persegi

panjang dimana setiap pasang persegi panjang saling sejajar

(berhadapan) dan berukuran sama. Balok menurut peneliti adalah

sebuah prisma yang keenam sisinya berbentuk persegi panjang,

serta sisi yang berhadapan sama luas.

Mustaqim dan Astuty (2008: 210) berpendapat bahwa sifat-sifat

balok adalah :

A B

C D

E F

G H

Gambar 2.2 Balok

1). Sisi-sisi pada balok ABCD.EFGH adalah:

- ABCD - DCGH

- ABFE - CBFG

- ADHE - EFGH

(39)

2). Rusuk-rusuk pada balok ABCD.EFGH adalah:

ܣܤ

തതതത ܣܧതതതത തതതതܧܨ ܤܥ

തതതത ܤܨതതതത ܨܩതതതത ܥܦ

തതതത ܥܩതതതത ܩܪതതതത ܦܣ

തതതത ܦܪതതതത ܪܧതതതത

Jadi, balok memiliki dua belas rusuk.

3). Titik-titik sudut pada balok ABCD.EFGH adalah :

- titik sudut A - titik sudut E

- titik sudut B - titik sudut F

- titik sudut C - titik sudut G

- titik sudut D - titik sudut H

Jadi balok memiliki delapan titik sudut.

c. Kubus

Kubus merupakan salah satu bangun ruang yang dipelajari

di kelas IV SD. Mustaqim dan Astuty (2008: 209) mengemukakan

bahwa kubus merupakan benda ruang yang dibatasi oleh enam

buar persegi yang berukuran sama luas. Kubus menurut peneliti

adalah prisma yang keenam sisinya berbentuk persegi dan luasnya

(40)

Gambar 2.3 Kubus

Mustaqim dan Astuty (2008: 208) mengemukakan bahwa

sifat-sifat kubus adalah:

1) Sisi kubus ABCD.EFGH

- ABCD - CBFG

- ABFE - EFGH

- ADHE - DCGH

Jadi, kubus memiliki enam sisi

2) Rusuk kubus ABCD.EFGH

ܣܤ

തതതത ܤܨതതതത ܪܩതതതത ܤܥ

തതതത തതതതܨܧ ܩܥതതതത ܥܦ

തതതത തതതതܧܣ ܨܩതതതത ܦܣ

തതതത ܦܪതതതത ܧܪതതതത

(41)

3) Titik sudut kubus ABCD.EFGH

- titik sudut A - titik sudut E

- titik sudut B - titik sudut F

- titik sudut C - titik sudut G

- titik sudut D - titik sudut H

Jadi, kubus memiliki delapam titik sudut.

d. Jaring-jaring Bangun Ruang

Jaring-jaring merupakan materi yang dipelajari dalam bangun

ruang setelah mengidentifikasi bangun ruang. Bangun ruang yang

ditentukan jaring-jaring pada kelas IV hanya dua, yaitu balok dan

kubus.

Marsigit (2009: 178) mengemukakan bahwa jaring-jaring suatu

bangun raung adalah suatu pola gambar dimensi duan yang dapat

digunakan untuk membentuk suatu bangun ruang. Hal ini juga

didukung oleh Sulardi (2007: 209) mengemukanan bahwa jika

suatu bangun ruang digunting kemudian dibuka sehingga menjadi

bangun datar, maka terbentuklah jaring-jaring bangun ruang.

Mustaqim dan Astuty (2008: 214) mengemukakan bahwa

jaring-jaring balok adalah gabungan dari beberapa persegi

(42)

D C

Gambar 2.4 Jaring-jaring balok menurut Mustaqim dan Astuty

Mustaqim dan Astuty (2008: 214) mengemukakan bahwa

jaring-jaring kubus adalah gabungan beberapa persegi.

F

Gambar 2.5 Jaring-jaring kubus menurut Mustaqim dan Astuty

Jaring-jaring menurut peneliti adalah gabungan dari satu

atau lebih bangun datar yang berjumlah sesuai dengan sisi bangun

(43)

yang digunakan dalam jaring-jaring balok dan kubus. Bangun datar

yang dijelaskan adalah persegi dan persegi panjang.

1) Persegi panjang

A B

D C

Gambar 2.6 Persegi panjang menurut Mustoha

Mustoha (2008: 183) berpendapat bahwa persegi panjang

ABCD tersebut sisi panjang AD dan BC keduanya sama

panjang, sisi lebar yaitu AB dan DC keduanya sama panjang.

Berdasarkan pemaparan di atas maka persegi panjang

adalah segiempat yang sisi saling berhadapannya sama

panjang, salah satu pasang sisinya lebih panjang serta keempat

sudutnya siku-siku.

2) Persegi

Mustoha (2008: 182) mengemukakan bahwa persegi adalah

segi empat yang keempat sisinya sama panjang dan keempat

(44)

A B

D C

Gambar 2.7 Persegi menurut Mustoha

Persegi ABCD memiliki keempat sisi yang sama panjang,

yaitu AB = BC=CD=DA, keempat sudutnya ,merupakan

siku-siku.

C. Kerangka Berpikir

Mata pelajaran matematika masih menjadi hal yang menakutkan bagi

siswa SD. Permasalahan ini dikarenakan matematika mempelajari hal yang

abstrak. Padahal siswa SD masih dalam masa pembelajaran yang konkret.

Materi yang abstrak dapat menimbulkan kesalahan persepsi bagi siswa SD.

Selain materi yang abstrak, pemahaman konsep dapat dikatakan kurang

dilakukan oleh siswa. Hal ini didukung dari banyaknya siswa mengalami

kesulitan jika menghadapi permasalahan non rutin ataupun topik yang lebih

kompleks. Kesulitan yang dialami siswa disebabkan kurangnya pemahaman

konsep yang mendalam. Konsep yang ditanamkan guru tidak memanfaatkan

topik-topik lain dalam pelaksanaannya. Inilah yang menyebabkan penggunaan

intertwiningtidak ada dalam pembelajaran.

Pendekatan PMRI menggunakan benda konkret dan masalah sehari-hari

(45)

karena dapat menjembatani materi matematika yang abstrak. Selain itu, PMRI

memiliki lima karakter, salah satunya adalah intertwining. Intertwining dapat membantu siswa dalam penanaman konsep materi. Konsep materi akan

disampaikan kepada siswa dengan bantuan topik-topik lain yang relevan,

sehingga dapat dipahami secara mudah dan mendalam.

Berdasarkan masalah di atas, maka peneliti akan melakukan

pengembangan perangkat pembelajaran matematika dengan topik balok dan

kubus. Pengembangan yang akan dilakukan mencakup penggunaan

intertwining dengan pendekatan PMRI. Topik balok dan kubus akan disampaikan dengan melibatkan masalah sehari-hari. Selain itu, intertwining akan digunakan dalam meyampaikan materi. Hal ini dapat memudahkan siswa

dalam memahami balok dan kubus. Diharapkan dari pengembangan tersebut

(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian pengembangan atau

Research and Development (R&D). Berikut ini pendapat beberapa ahli

mengenai metode penelitian dan pengembangan.

Sukmadinata (2008: 164) mengemukakan bahwa metode penelitian dan

pengembangan merupakan suatu proses atau langkah-langkah dalam

mengembangkan produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada.

Pendapat tersebut sejalan dengan Sugiyono (2010: 407) menyatakan bahwa

metode penelitian dan pengembangan yang digunakan untuk menghasilkan

produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut.

Metode penelitian dan pengembangan memiliki tahap dalam

pelaksanaannya. Berikut adalah desain tahapan penelitian pengembangan

(47)

Bagan 3.1 Desain penelitian pengembangan menurut Sugiyono

Peneliti memilih referensi desain penelitian pengembangan di atas karena

lebih relevan dengan perencanaannya. Hal ini didasarkan waktu yang dimiliki

oleh peneliti serta tahapannya lebih mudah untuk dipahami dan dilakukan.

Prosedur penelitian pengembangan

1. Potensi dan masalah

Potensi adalah segala sesuatu yang bila didayagunakan akan memiliki nilai

tambah. Masalah adalah penyimpangan antara yang diharapkan dengan

yang terjadi. Data tentang potensi dan masalah tidak harus dicari sendiri, Potensi dan

masalah

Pengum-pulan data

Validasi desain Desain

produk

Revisi produk

Ujicoba produk

Revisi produk Ujicoba pemakaian

Revisi desain

(48)

tetapi bisa berdasarkan laporan penelitian orang lain, atau dokumentasi

laporan kegiatan dari perorangan atau instansi tertentu yang masih baru.

2. Pengumpulan data

Setelah potensi dan masalah dapat ditunjukkan secara faktual maka

selanjutnya adalah pengumpulan informasi terkait hal yang dibutuhkan.

Hal ini terkait akan perencanaan produk tertentu yang diharapkan dapat

mengatasi masalah tersebut.

3. Desain produk

Merumuskan produk apa yang akan digunakan guna menunjang tujuan

dari penelitian.

4. Validasi desain

Merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah rancangan produk,

dalam hal ini metode mengajar baru secara rasional alan lebih efektif dari

yang lama atau tidak.

5. Revisi desain

Setelah desain produk, divalidasi melalui diskusi dengan pakar dan para

ahli lainnya, maka akan dapat diketahui kelemahannya. Tujuannya untuk

memperbaiki kekurangan tersebut sehingga layak untuk dilakukan ujicoba

produk.

6. Ujicoba produk

Desain produk seperti metode mengajar baru dapat langsung diuji coba

setelah divalidasi dan revisi

(49)

7. Revisi produk

Pengujian efektivitas metode mengajar baru, jika menghasilkan gradasi

yang kurang dari ketuntasan maka diperlukan revisi dan diujicobakan lagi

ke kelas yang lebih luas. Tetapi jika sudah mencapai gradasi maka

langsung diujicobakan ke kelas yang lebih luas

8. Ujicoba pemakaian

Produk yang berupa metode mengajar baru tersebut diterapkan dalam

lingkup pendidikan yang lebih luas.

9. Revisi produk

Revisi dilakukan apabila dalam pemakaian dalam lembaga pendidikan

yang lebih luas terdapat kekurangan dan kelemahan

10. Produksi massal

Apabila produk berupa metode mengajar baru tersebut telah dinyatakan

efektif dalam beberapa kali pengujian, maka metode pengajaran baru

tersebut dapat diterapkan pada setiap lembaga pendidikan.

B. Desain dan Prosedur Penelitian

Berdasarkan desain penelitian pengembangan di atas, maka penelitian ini

akan menggunakannya. Tetapi dalam pelaksanaannya akan dilakukan

modifikasi desain tahapan pengembangan. Desain penelitian pengembangan

hanya akan sampai pada tahap kelima yaitu revisi desain dan ditambahkan

(50)

a. Membutuhkan waktu yang lama jika melakukan penelitian pengembangan

secara keseluruhan karena ujicoba dilakukan di semester yang sama tetapi

ditahun selanjutnya.

b. Lingkup yang dibutuhkan (SD) akan sangat luas jika melakukan penelitian

dan pengembangan secara penuh.

Berikut ini desain penelitian pengembangan yang telah dimodifikasi dan

penambahan tahap implementasi pada sampel terbatas:

Bagan 3.2 Tahap pengembangan yang telah dimodifikasi

Keterangan tahap pengembangan yang telah dimodifikasi:

1. Potensi dan masalah

Potensi ditemukan berdasarkan hasil wawancara dan pengamtana pada

sumber-sumber yang relevan. Selanjutnya maka dapat ditentukan hal-hal

yang menyimpang dan kemudian dijadikan masalah. Potensi

dan masalah

Revisi desain

Desain produk Pengumpu

lan data

Validasi desain Implementasi

(51)

2. Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan dengan studi literature dari sumber-sumber

yang relevan dan digunakan sebagai referensi pemecahan masalah.

3. Desain produk

Desain produk yang disusun berupa perangkat pembelajaran. Isi dari

perangkat pembelajaran yang disusun adalah silabus, RPP, LKS, bahan ajar

dan evaluasi.

4. Validasi desain

Desain produk tersebut akan divalidasi dengan teknikexpert judgementdan uji keterbacaan. Jumlah validator yang akan melakukan validasi expert judgement berjumlah empat orang. Validator berasal dari ahli matematika dan guru bidang studi.

Uji keterbacaan dilakukan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa

terhadap bahasa yang digunakan dalam LKS.

5. Revisi desain

Revisi desain dilakukan setelah adanya hasil validasi dan uji keterbacaan.

Hal ini bertujuan untuk memperbaiki kesalahan berdasar hasil validasi.

Setelah revisi selesai maka jadilah produk prototype yang siap dilakukan uji coba.

6. Implementasi pada sampel terbatas

Implementasi pada sampel terbatas ditambahkan agar lebih meyakinkan

(52)

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi untuk penelitian ini belum dapat ditentukan, sehingga sampel

penelitian juga belum dapat ditentukan. Populasi dan sampel belum ditentukan

karena pelaksanaan penelitian hanya sampai validasi desain. Tetapi, di akhir

validasi dilakukanlah implementasi terhadap produk prototype. Tujuan dari implementasi adalah untuk meyakinkan bahwa produk yang disusun dapat

diterapkan di sekolah dasar. Implementasi dilakukan di SD Kanisius Kalasan

Yogyakarta tahun pelajaran 2011/2012. Kelas yang dipilih adalah kelas IVB

dengan jumlah 36 siswa (11 siswa dan 25 siswi).

D. Pengumpulan data dan Instrumen Penelitian

1. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Data

kuantitatif didapatkan dari hasil validasi perangkat pembelajaran. Data

kualitatif didapatkan dari hasil wawancara dan pengamatan langsung di

kelas.

2. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman

wawancara, instrumen pengamatan dan instrumen validasi. Pedoman

wawancara digunakan untuk menemukan masalah yang ada.

Instrumen pengamatan disusun berdasarkan karakteristik intertwining. Instrumen ini akan digunakan dalam menemukan masalah dan pengamatan

(53)

penilaian yang digunakan untuk mengetahui tingkat validasi perangkat

pembelajaran. Para validator akan menggunakan instrumen validasi ini

dalam memvalidasi perangkat pembelajaran.

E. Analisis Data

Peneliti menganalisis data dengan menggunakan analisis kuantitatif dan

kualitatif. Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis hasil validasi

perangkat pembelajaran. Analisis kualitatif digunakan untuk menganalis hasil

wawancara dan pengamatan di kelas.

Analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui tingkat validitasnya.

Penentuan kriteria mengacu dan mengadaptasi dari kriteria penilaian dari

disertasi Fatimah (2011).

Tabel 3.1 Tabel tingkat validasi menurut disertasi Fatimah Angka Interval skor rata-rata Kategori

4 3,25 < M ≤ 4,00 Sangat baik

3 2,50 < M ≤ 3,25 Baik

2 1,75 < M ≤ 2,50 Kurang baik

1 0,00 < M ≤ 1,75 Tidak baik

Keterangan :

M : Rata-rata aspek yang dinilai

Rata-rata aspek yang dinilai ditentukan dari jumlah penilaian secara

keseluruhan. Contohnya nilai rata-rata (M) untuk silabus didapat dari jumlah nilai

(54)

Analisis kualitatif yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Data

analisis didapatkan dari pengamatan dengan menggunakan instrumen

pengamatan intertwining. Selain menggunakan intrumen pengamatan, analisis didapatkan dari hasil transkip pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis, maka

(55)

F. Jadwal Kegiatan Penelitian

Tabel 3.2 Jadwal penelitian

No Kegiatan Bulan

Novem

ber

Desem

ber

Januari Febru

ari

Maret April Mei Juni Juli

1 Penyusunan

proposal

2 Wawancara,

Pengurusan ijin,

Observasi pra uji

implementasi

sampel terbatas

3 Penyusunan

perangkat

pembelajan

4 Uji implementasi

sampel terbatas

5 Pengolahan data

6 Penyusunan

laporan

7 Ujian skripsi,

Revisi,

Pembuatan

(56)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Paparan dan Analisis Data Hasil Analisis Kebutuhan

Pada sub bab ini akan dipaparkan penelitian pengembangan tahap potensi

dan masalah, dan pengumpulan data. Tahap potensi dan masalah dilakukan

dengan cara wawancara dan pengamatan, sedangkan pengumpulan data

dilakukan dengan analisis kebutuhan.

Penelitian dimulai dengan melakukan wawancara dan pengamatan kepada

guru dan siswa kelas IVB SD Kanisius Kalasan. Wawancara dilakukan

tanggal 12 januari 2012 dan pengamatan dilakukan 9, 16, 23 Februari 2012.

Wawancara dilakukan dengan narasumber guru bidang studi matematika

kelas IVB SD Kanisius Kalasan. Hasil dari wawancara menyebutkan bahwa

pembelajaran masih menerapkan pembelajaran konvensional, siswa tidak

aktif, diskusi jarang dilakukan dalam pembelajaran, pembelajaran jarang

menggunakan media, dan belum pernah menggunakan PMRI. Kesimpulan

dari wawancara adalah pembelajaran masih bersifat konvensional dan siswa

dapat dikatakan masih melakukan pembelajaran yang berpusat kepada guru.

Pengamatan di kelas dilakukan tiga kali oleh peneliti sesuai tanggal di

atas. Peneliti melakukan pengamatan berdasarkan lima karakteristik PMRI

sebagai panduan. Berikut ini merupakan ringkasan dari hasil pengamatan di

(57)

Penggunaan konteks dalam pembelajaran jarang dilakukan oleh guru.

Permainan juga tidak pernah dilakukan oleh guru dengan alasan tidak ada

waktu untuk bermain. Alat peraga yang digunakan guru hanya sebatas

gambar. Gambar tersebut berupa sketsa atau gambar cetak. Pembelajaran

dilakukan tanpa mengaitkan masalah kontekstual dengan materi yang sedang

dipelajari.

Penggunaan model oleh guru selama pembelajaran dapat dikatakan

kurang. Guru tidak pernah membimbing siswa untuk menggunakan strategi

informal ke strategi formal dalam menghadapi pemecahan masalah. Siswa

hanya menggunakan kalimat matematika saat melakukan pemecahan masalah.

Pemanfaatan kontribusi siswa yang dilakukan guru dapat dikatakan

kurang. Kontribusi siswa hanya terjadi saat guru menunjuk siswa untuk

mengemukakan pendapat. Siswa berpendapat hanya saat diminta oleh guru,

jika tidak diminta siswa hanya diam mendengarkan guru berbicara. Siswa

tidak pernah melakukan variasi strategi dalam pemecahan masalah.

Interaktivitas pembelajaran yang dilakukan guru menurut peneliti dapat

dikatakan kurang. Kurangnya interaktivitas terlihat dari guru yang lebih

dominan dalam menyampaikan pembelajaran. Diskusi kelompok tidak pernah

dilakukan oleh guru dalam pelaksanaan pembelajarannya. Guru juga tidak

pernah melakukan tanya jawab kepada siswa, karena setelah selesai

menjelaskan materi siswa diminta mengerjakan soal yang ada di buku paket.

(58)

Tidak adanya pengaitan materi menyebabkan materi yang dipelajari seperti

materi yang berdiri sendiri.

Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan yang telah dilakukan, maka

peneliti dapat menyimpulkan kebutuhan di kelas IVB SD Kanisius Kalasan.

Berikut kebutuhannya:

1. Penggunaan konteks dibutuhkan dalam penyampaian materi pembelajaran.

2. Penggunaan model dibutuhkan dalam penyampaian materi pembelajaran.

3. Siswa butuh kesempatan untuk berkontribusi selama pembelajaran

berlangsung.

4. Interaktivitas dibutuhkan dalam proses pembelajaran.

5. Pemanfaatan intertwining dibutuhkan dalam penyampaian materi

pembelajaran.

Kelima kebutuhan tersebut perlu dilakukan analisis, tujuannya agar

kebutuhan dapat ditemukan solusinya dengan efektif. Analisis dilakukan

menggunakan berdasarkan literatur yang ada. Hal ini dilakukan agar tepat

sasaran dalam menmukan solusinya. Berikut analisisnya :

1. Penggunaan konteks dibutuhkan dalam penyampaian materi

pembelajaran.

Pembelajaran dimulai dengan siswa membuka buku paket

pelajaran. Guru memulai pembelajaran dengan menjelaskan materi yang

ada di buku paket. Ketika penjelasan, banyak siswa yang kurang

memahaminya. Hal tersebut mengakibatkan siswa banyak mengalami

(59)

kembali. Siswa menjadi bingung karena materi yang dipelajari tidak

pernah ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Permasalahan ini membuat

siswa kurang memperhatikan terhadap pembelajaran.

Berdasarkan fakta di atas, permasalahan terletak pada guru tidak

menggunakan kontekstual dalam pembelajaran. Sebaiknya guru

menggunakan pembelajaran kontekstual dalam pembelajarannya.

Pembelajaran kontekstual akan lebih menyenangkan siswa karena siswa

belajar berkaitan dengan masalah yang dihadapi sehari-hari. Masalah

kontekstual dapat juga membantu siswa dalam membangun pemahaman

materi.

2. Penggunaan model dibutuhkan dalam penyampaian materi

pembelajaran.

Guru menyampaikan pembelajaran secara monoton yaitu dengan

cara memberikan teori kepada siswa. Materi disampaikan langsung ke inti

pembelajaran. Saat pemecahan masalah, guru mengajarkan siswa hanya

dengan cara formal. Siswa kemudian mengikuti cara yang diberikan guru,

sehingga satu kelas memiliki cara pemecahan yang sama.

Berdasarkan data di atas, permasalahan terletak pada guru yang

tidak melakukan pemodelan dalam menjelaskan materi. Padahal

pemodelan diperlukan agar siswa dapat memecahkan masalah dengan

(60)

informal. Pemecahan secara informal bertujuan agar siswa mampu

memecahkan masalah dengan strategi mereka sendiri.

3. Siswa butuh kesempatan untuk berkontribusi selama pembelajaran

berlangsung.

Pembelajaran dilakukan dengan guru sebagai sumber ilmu. Siswa

diberikan materi sesuai apa yang guru ungkapkan. Gagasan dari siswa

jarang terlihat ketika pembelajaran berlangsung. Variasi strategi tidak

pernah dilakukan siswa selama pembelajaran.

Berdasarkan fakta di atas, permasalahan terletak pada guru kurang

memberi kesempatan siswa untuk berkontribusi dalam pembelajaran.

Sebaiknya guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpendapat.

Ketika siswa berpendapat maka akan terjadi banyaknya gagasan selama

pembelajaran. Gagasan yang ada akan menambah beragam pengetahuan

bagi siswa. Selain gagasan, variasi pemecahan masalah akan banyak

muncul sehingga siswa mudah dalam pembelajaran.

4. Interaktivitas dibutuhkan dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran yang dilakukan di kelas IVB SD Kanisius Kalasan

mata pelajaran matematika masih konvensional. Guru lebih dominan

dalam melakukan pembelajaran sedangkan siswa hanya duduk untuk

mendengarkan. Kesempatan siswa untuk berdiskusi tidak pernah ada,

(61)

Guru juga tidak pernah melakukan diskusi selama pembelajaran

berlangsung

Berdasarkan fakta-fakta di atas, permasalahan terletak dari guru

yang terlalu dominan. Guru yang dominan menyebabkan siswa hanya

diam selama pembelajaran. Sebaiknya permasalahan tersebut di atasi

dengan guru memulai mengajak siswa aktif dalam pembelajaran. Siswa

dapat diajak diskusi kelompok saat pembelajaran berlangsung. Diskusi

kelompok bertujuan agar adanya interaksi siswa satu dengan yang lain.

Hasil interaksi ini dapat membantu membangun pemahaman siswa

terhadap materi yang dipelajari.

5. Pemanfaatan intertwining (pengaitan) dibutuhkan dalam

penyampaian materi pembelajaran.

Guru menjelaskan materi hanya berdasakan buku paket. Buku paket

merupakan acuan utama materi selama pembelajaran berlangsung. Guru

tidak menggunakan topik lain saat pembelajaran. Topik yang dipelajari

hari itu seolah-olah merupakan topik yang baru dan berdiri sendiri. Hal ini

membuat siswa tidak pernah membuka topik sebelumnya. Topik

sebelumnya tersebut dapat membantu siswa dalam memhami materi yang

disampaikan.

(62)

landasan topik sebelumnya. Hal ini akan mempersulit siswa bahkan akan

memerlukan tambahan waktu untuk melakukan pengulangan materi.

Mengacu kepada analisis kebutuhan di atas, maka akan disusun perangkat

pembelajaran yang mengakomodasi kelima kebutuhan tersebut termasuk

intertwining. Pendekatan yang digunakan dalam penyusunan perangkat pembelajaran adalah PMRI.

B. Paparan Desain Pengembangan

Pada sub bab ini akan dipaparkan tahapan pengembangan yang telah

dilakukan. Tahap pengembangan dilakukan dengan penyusunan desain

produk, validasi desain, dan revisi desain. Implementasi dilakukan untuk lebih

meyakinkan peneliti bahwa desain prototype layak untuk diujicobakan. Berikut pemaparannya :

1. Desain produk

Perangkat pembelajaran yang disusun terdiri dari silabus, Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan Siswa (LKS), bahan

ajar dan evaluasi. Penyusunan perangkat pembelajaran berdasarkan

kebutuhan yang dipaparkan pada sub bab di atas. Berikut pemaparannya:

a. Silabus

Silabus disusun oleh peneliti berdasarkan KTSP dengan format

sesuai BSNP. Isi dari format BSNP adalah identitas sekolah, standar

kompetensi, komptensi dasar, materi pokok, kegiatan pembelajaran,

(63)

tersebut kemudian digunakan dalam penyusunan silabus ini. Silabus

disusun berdasarkan kompetensi dasar (8.1) Menentukan sifat-sifat

bangun ruang sederhana dan (8.2) Menentukan jaring-jaring balok dan

kubus.

Penyusunan silabus disesuaikan dengan intertwining, hal ini terlihat dari kegiatan pembelajaran dengan indikator. Kegiatan

pembelajaran akan menggunakan cerita “Paijo dan Kotak Ajaib” agar

dapat mengidentifikasi sesuai dengan indikatornya. Cerita “Paijo dan

Kotak Ajaib” menceritakan kisah seorang laki-laki yang menemukan

kotak ajaib. Kotak ajaib yang ditemukan berisi benda-benda berbentuk

bangun ruang. Benda-benda tersebut akan dimanfaatkan siswa untuk

mengidentifikasi bangun ruang.

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) disusun berdasarkan

silabus yang sudah dipaparkan di atas. RPP yang disusun berisi

identitas sekolah, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator

pembelajaran, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, pendekatan

dan metode pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, media dan

sumber belajar, dan penilaian.

Penggunaan intertwining terlihat pada kegiatan pembelajarannya. Proses pembelajarannya dikaitkan dengan penerapan dari sikap

(64)

c. Lembar Kegiatan Siswa

Lembar Kegiatan Siswa (LKS) disusun berdasarkan rencana

pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat. Isi dari LKS adalah

kegiatan belajar siswa dan refleksi pembelajaran.

Penggunaan intertwining terlihat dari pertanyaan yang terdapat pada kegiatan belajar. Pertanyaan tersebut disusun agar dapat

menuntun siswa dalam menemukan pengertian jaring-jaring.

Penemuan pengertian jaring-jaring menggunakan bangun datar, seperti

yang telah ditekankan dari awal pembelajaran. Hal ini bertujuan untuk

memudahkan siswa dalam memahami jaring-jaring.

Refleksi dapat ditemukan pada setiap LKS. Refleksi disertakan

dalam LKS bertujuan untuk mengetahui perasaan siswa terhadap

pembelajaran yang berlangsung. Hasil dari refleksi digunakan sebagai

evaluasi pembelajaran.

d. Bahan ajar

Bahan ajar bersumber dari buku paket dan buku pembelajaran yang

relevan. Materi bahan ajar mencakup kompetensi dasar yang ada

dalam silabus.

Intertwining akan dilakukan dengan tiga topik yaitu balok dengan kubus, bangun datar dan membilang. Maksud dari intertwining balok dengan kubus adalah pembelajaran topik balok akan disampaikan

dalam satu kali pertemuan bersamaa dengan topik kubus. Hal ini

(65)

bentuknya berbeda. Tujuannya agar dapat menghemat waktu yang

digunakan dan siswa dapat melihat langsung persamaan dan perbedaan

dari dua topik tersebut.

Intertwining dengan bangun datar digunakan untuk memudahkan siswa dalam membangun konsep bangun ruang dan jaring-jaring.

Bangun datar digunakan untuk memulai perkenalan siswa dengan

bangun ruang. Hal ini dilakukan karena bangun ruang memiliki sisi

yang berbentuk bangun datar. Jaring-jaring sendiri merupakan

gabungan dari bangun datar. Berdasarkan hal itu, sangatlah relevan

jika bangun datar digunakan dalam penyampaian bangun ruang.

Intertwining dengan membilang bertujuan untuk memperjelas jawaban dari siswa. Hal ini dilakukan karena guru akan melakukan

tanya jawab dalam penyampaian materi, maka dipilihlah membilang

untuk membantu siswa.

Sebagai media, peneliti membuat dan mencari alat peraga. Alat

peraga yang dibuat adalah bangun ruang kubus dan balok. Alat peraga

ini akan digunakan untuk mengidentifikasi balok dan kubus serta

jaring-jaring balok dan kubus. Alat peraga yang dicari adalah

benda-benda yang berbentuk bangun ruang. Benda-benda-benda tersebut akan

digunakan untuk memudahkan siswa dalam mengenalkan bangun

(66)

e. Evaluasi

Evaluasi disusun untuk mengetahui pencapaian siswa terhadap

pembelajaran yang telah dilakukan. Soal yang disusun untuk evaluasi

seputar mengidentifikasi balok dan kubus dan jaring-jaring balok dan

kubus. Intertwining dalam evaluasi dapat ditemukan saat siswa membandingkan sifat-sifat dan jaring-jaring serta balok dan kubus.

2. Validasi desain

Validasi dilakukan setelah penyusunan perangkat pembelajaran

selesai. Penelitian ini menggunakan validasi expert judgement oleh ahli matematika dan guru bidang studi matematika kelas IV SD Kanisius

Kalasan. Ahli matematika yang melakukan expert judgement adalah Dra. Haniek S. Pratini,M.Pd, Veronika Fitri Rianasari, M.Sc. dan E. Ayunika

Permata Sari, M.Sc. Guru yang melakukan expert judgement adalah M. Indarti Rustamti, S.Pd.

Para validator memvalidasi perangkat pembelajaran yang terdiri

dari silabus, RPP, LKS, bahan ajar dan evaluasi menggunakan instrumen

validasi. Nilai dari validasi tersebut selanjutnya dilakukan analisis

kuantitatif. Setelah dilakukan analisis kuantitatif, maka akan didapatkan

nilai rata-rata. Nilai rata-rata tersebut akan digunakan untuk menentukan

(67)

Berikut tingkat validitasnya berdasarkan nilai rata-rata.

Tabel 4.1 Hasil tingkat validasi Instrumen Rata-rata

(M)

Tingkat

validasi

Silabus 3,75 Sangat baik

RPP 3,68 Sangat baik

LKS 3,53 Sangat baik

Bahan ajar 3,55 Sangat baik

Evaluasi 3,68 Sangat baik

Berdasarkan tabel di atas maka tingkat validasi perangkat

pembelajaran menunjukkan kriteria yang sangat baik. Tetapi perangkat

pembelajaran tersebut masih memiliki beberapa kekurangan yaitu lembar

jawab kurang luas, refleksi di LKS tidak ada dan sumber materi di bahan

ajar juga tidak ada.

Sebelum dilakukan uji keterbacaan, perangkat pembelajaran

mengalami perbaikan terlebih dahulu. Perbaikan dilakukan untuk

memperbaiki kelemahan dari perangkat pembelajaran tersebut. Setelah

dilakukan perbaikan maka dilakukanlah uji keterbacaan terhadap LKS.

Tujuan uji keterbacaan adalah untuk memastikan bahwa bahasa yang

digunakan dalam LKS mudah dipahami oleh siswa.

Uji keterbacaan dilakukan di SD Negeri 2 Turi dengan bantuan

(68)

Hasil dari uji keterbacaan yaitu kurang adanya tempat untuk menggambar

jawaban siswa dan kurang terlihatnya pertanyaan kesimpulan dari tabel.

3. Revisi desain

Revisi desain yang dilakukan adalah perbaikan pasca dilakukan uji

keterbacaan. Perbaikan yang dilakukan selama revisi seperti penambahan

tempat untuk menjawab pertanyaan dan memindahkan pertanyaan

kesimpulan dari tabel agar dapat terlihat oleh siswa.

Revisi juga dilakukan dengan melihat kembali hasil perbaikan

perangkat pembelajaran yang dilakukan sebelum uji keterbacaan. Hal ini

bertujuan untuk memastikan bahwa tidak adanya kekurangan dalam

perangkat pembelajaran yang belum diperbaiki. Setelah adanya

revisi-revisi tersebut, maka perangkat pembelajaran tersebut telah menjadi

produkprototype.Produkprototypeinilah yang akan diimplementasi pada SD yang dipilih.

4. Implementasi pada sampel terbatas

Implementasi dilakukan dengan tujuan untuk meyakinkan peneliti

bahwa produk prototype layak untuk diujicobakan. Pelaksanaan implementasi dilakukan kepada guru dan siswa kelas IVB SD Kanisius

(69)

C. Paparan Hasil Implementasi Produk pada Sampel Terbatas

1. Deskripsi Implementasi Perangkat Pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran di SD Kanisius Kalasan Yogyakarta

dilaksanakan empat kali pertemuan. Waktu pelaksanaan pembelajaran

dilakukan tanggal 16 April 2012 untuk pertemuan pertama, tanggal 17

April 2012 untuk pertemuan kedua, tanggal 18 April untuk pertemuan

ketiga dan tanggal 19 untuk pertemuan keempat.

Sebelum pelaksanaan pembelajaran, peneliti dan guru mata

pelajaran kelas IVB SD Kanisius Kalasan melakukan diskusi terkait

perangkat pembelajaran. Diskusi yang dilakukan bertujuan untuk

membicarakan hal-hal yang harus dilakukan pada saat pembelajaran serta

memastikan guru paham terhadap perangkat pembelajaran.

Berikut pemaparan pelaksanaan pembelajaran

a. Pelaksanaan pembelajaran hari pertama

Pelaksanaan pembelajaran di hari pertama dimulai oleh guru dan

siswa pada pukul 07.40-09.00 WIB. Materi yang diajarkan adalah

menentukan sifat-sifat bangun ruang sederhana. Kubus dan balok

adalah bangun ruang sederhana yang dijadikan topik pada pertemuan

hari pertama.

Ringkasan dari pembelajaran dihari pertama adalah kegiatan

pembelajaran dapat dikatakan sesuai dengan RPP yang telah dibuat.

(70)

b. Pelaksanaan pembelajaran hari kedua

Pelaksanaan pembelajaran hari kedua dimulai oleh guru dan siswa

pada pukul 11.00-12.10 WIB. Pada pertemuan kedua topik yang

dipelajari siswa adalah mengidentifikasi jaring-jaring kubus.

Kesimpulan dari pelaksanaan pembelajaran hari kedua dapat

dikatakan kembali sesuai dengan RPP. Guru dapat memanfaatkan

waktu sebaik-baiknya sehingga terlaksanan sesuasi jadwal. Kendala

yang dihadapi adalah terdengarnya suara gaduh dari kelas yang

bersebelahan letaknya dengan kelas IVB.

c. Pelaksanaan pembelajaran hari ketiga

Pelaksanaan pembelajaran hari ketiga dimulai oleh guru dan siswa

pada pukul 07.00-08.10. Topik untuk hari ketiga ini adalah

menentukan jaring-jaring balok.

Kesimpulan untuk pembelajaran hari ketiga adalah pembelajaran

dapat dikatakan berjalan sesuai dengan RPP. Siswa yang kurang

memperhatikan merupakan kendala pada pembelajaran hari ketiga.

d. Pelaksanaan pembelajaran hari keempat

Pelaksanaan pembelajaran hari keempat dimulai oleh guru dan

siswa pada pukul 11.00-12.10. Pada pembelajaran keempat ini siswa

melakukan evaluasi setelah tiga hari menjalani pembelajaran.

Sebelum soal evaluasi diberikan, guru mengajak siswa mengingat

kembali materi yang tiga hari telah dipelajari. Dirasa cukup dalam

Gambar

Tabel 2.1 Peningkatan Pada Proses Pembelajaran.....................................
Tabel 2.1 Peningkatan pada proses pembelajaran
Tabel 2.3 Peningkatan aktivitas siswa
Gambar 2.1 Bagian-bagian bangun ruang menurut Mustaqim dan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pajak penghasilan terkait pos-pos yang akan direklasifikasi ke laba rugi 0 PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN TAHUN BERJALAN - NET PAJAK PENGHASILAN TERKAIT 0 TOTAL LABA KOMPREHENSIF

(i) Sekelompok pakar hukum internasional yang diundang oleh Komisi Internasional Para Ahli Hukum, Fakultas Hukum Universitas Limburg (Maastricht, Belanda) dan Institusi

Dari semua perubahan pada kedua bentuk antena ini diketahui bahwa lebar saluran catu yang disisipkan dibawah patch dan penyetelan stub pendek memegang peranan penting dalam

Setiap Pihak yang melakukan penerbitan Unit Penyertaan DIRE Syariah wajib mematuhi ketentuan Prinsip Syariah di Pasar Modal. DIRE Syariah memenuhi Prinsip Syariah di Pasar Modal

Kegiatan ini telah menghasilkan alat teknologi tepat guna (TTG) yaitu: (1) glodogan (alat untuk pewarnaan) yang dibuat dari bahan stainless steel dan (2) meja kaca untuk

Audit ketaatan adalah audit yang dilakukan untuk menilai kesesuaian antara kondisi/pelaksanaan kegiatan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kriteria yang digunakan

Hasil analisis pada bulan Maret 2009 diban- dingkan dengan Februari 2009, gas tersebut mempunyai perbedaan baik konsentrasi dan isotop karbon dari hidrokarbon serta iso- top

Pada penelitian ini, proses pengklasifikasian citra X-ray melalui proses fourier filter, wavelet haar filter, dan clahe filter untuk filtering, selanjutnya