• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bagan 3.2 Tahap Pengembangan yang Telah Dimodifikasi

1. Potensi dan masalah

Potensi ditemukan berdasarkan hasil wawancara dan pengamtana pada sumber-sumber yang relevan. Selanjutnya maka dapat ditentukan hal-hal yang menyimpang dan kemudian dijadikan masalah.

Potensi dan masalah Revisi desain Desain produk Pengumpu lan data Validasi desain Implementasi pada sampel terbatas

2. Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan dengan studi literature dari sumber-sumber yang relevan dan digunakan sebagai referensi pemecahan masalah.

3. Desain produk

Desain produk yang disusun berupa perangkat pembelajaran. Isi dari perangkat pembelajaran yang disusun adalah silabus, RPP, LKS, bahan ajar dan evaluasi.

4. Validasi desain

Desain produk tersebut akan divalidasi dengan teknikexpert judgementdan uji keterbacaan. Jumlah validator yang akan melakukan validasi expert judgement berjumlah empat orang. Validator berasal dari ahli matematika dan guru bidang studi.

Uji keterbacaan dilakukan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap bahasa yang digunakan dalam LKS.

5. Revisi desain

Revisi desain dilakukan setelah adanya hasil validasi dan uji keterbacaan. Hal ini bertujuan untuk memperbaiki kesalahan berdasar hasil validasi. Setelah revisi selesai maka jadilah produk prototype yang siap dilakukan uji coba.

6. Implementasi pada sampel terbatas

Implementasi pada sampel terbatas ditambahkan agar lebih meyakinkan lagi bahwa produkprototypelayak untuk diujicobakan.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi untuk penelitian ini belum dapat ditentukan, sehingga sampel penelitian juga belum dapat ditentukan. Populasi dan sampel belum ditentukan karena pelaksanaan penelitian hanya sampai validasi desain. Tetapi, di akhir validasi dilakukanlah implementasi terhadap produk prototype. Tujuan dari implementasi adalah untuk meyakinkan bahwa produk yang disusun dapat diterapkan di sekolah dasar. Implementasi dilakukan di SD Kanisius Kalasan Yogyakarta tahun pelajaran 2011/2012. Kelas yang dipilih adalah kelas IVB dengan jumlah 36 siswa (11 siswa dan 25 siswi).

D. Pengumpulan data dan Instrumen Penelitian

1. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif didapatkan dari hasil validasi perangkat pembelajaran. Data kualitatif didapatkan dari hasil wawancara dan pengamatan langsung di kelas.

2. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara, instrumen pengamatan dan instrumen validasi. Pedoman wawancara digunakan untuk menemukan masalah yang ada.

Instrumen pengamatan disusun berdasarkan karakteristik intertwining.

Instrumen ini akan digunakan dalam menemukan masalah dan pengamatan selama implementasi pembelajaran. Instrumen validasi adalah pedoman

penilaian yang digunakan untuk mengetahui tingkat validasi perangkat pembelajaran. Para validator akan menggunakan instrumen validasi ini dalam memvalidasi perangkat pembelajaran.

E. Analisis Data

Peneliti menganalisis data dengan menggunakan analisis kuantitatif dan kualitatif. Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis hasil validasi perangkat pembelajaran. Analisis kualitatif digunakan untuk menganalis hasil wawancara dan pengamatan di kelas.

Analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui tingkat validitasnya. Penentuan kriteria mengacu dan mengadaptasi dari kriteria penilaian dari disertasi Fatimah (2011).

Tabel 3.1 Tabel tingkat validasi menurut disertasi Fatimah Angka Interval skor rata-rata Kategori

4 3,25 < M ≤ 4,00 Sangat baik 3 2,50 < M ≤ 3,25 Baik

2 1,75 < M ≤ 2,50 Kurang baik 1 0,00 < M ≤ 1,75 Tidak baik

Keterangan :

M : Rata-rata aspek yang dinilai

Rata-rata aspek yang dinilai ditentukan dari jumlah penilaian secara keseluruhan. Contohnya nilai rata-rata (M) untuk silabus didapat dari jumlah nilai validasi yang didapatkan dari semua validator kemudian dibagi jumlah validator.

Analisis kualitatif yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Data analisis didapatkan dari pengamatan dengan menggunakan instrumen pengamatan intertwining. Selain menggunakan intrumen pengamatan, analisis didapatkan dari hasil transkip pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis, maka didapatkan kebutuhan siswa dan penggunaanintertwining.

F. Jadwal Kegiatan Penelitian

Tabel 3.2 Jadwal penelitian

No Kegiatan Bulan Novem ber Desem ber Januari Febru ari

Maret April Mei Juni Juli

1 Penyusunan proposal 2 Wawancara,

Pengurusan ijin, Observasi pra uji implementasi sampel terbatas 3 Penyusunan perangkat pembelajan 4 Uji implementasi sampel terbatas 5 Pengolahan data 6 Penyusunan laporan 7 Ujian skripsi, Revisi, Pembuatan artikel

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Paparan dan Analisis Data Hasil Analisis Kebutuhan

Pada sub bab ini akan dipaparkan penelitian pengembangan tahap potensi dan masalah, dan pengumpulan data. Tahap potensi dan masalah dilakukan dengan cara wawancara dan pengamatan, sedangkan pengumpulan data dilakukan dengan analisis kebutuhan.

Penelitian dimulai dengan melakukan wawancara dan pengamatan kepada guru dan siswa kelas IVB SD Kanisius Kalasan. Wawancara dilakukan tanggal 12 januari 2012 dan pengamatan dilakukan 9, 16, 23 Februari 2012.

Wawancara dilakukan dengan narasumber guru bidang studi matematika kelas IVB SD Kanisius Kalasan. Hasil dari wawancara menyebutkan bahwa pembelajaran masih menerapkan pembelajaran konvensional, siswa tidak aktif, diskusi jarang dilakukan dalam pembelajaran, pembelajaran jarang menggunakan media, dan belum pernah menggunakan PMRI. Kesimpulan dari wawancara adalah pembelajaran masih bersifat konvensional dan siswa dapat dikatakan masih melakukan pembelajaran yang berpusat kepada guru.

Pengamatan di kelas dilakukan tiga kali oleh peneliti sesuai tanggal di atas. Peneliti melakukan pengamatan berdasarkan lima karakteristik PMRI sebagai panduan. Berikut ini merupakan ringkasan dari hasil pengamatan di kelas.

Penggunaan konteks dalam pembelajaran jarang dilakukan oleh guru. Permainan juga tidak pernah dilakukan oleh guru dengan alasan tidak ada waktu untuk bermain. Alat peraga yang digunakan guru hanya sebatas gambar. Gambar tersebut berupa sketsa atau gambar cetak. Pembelajaran dilakukan tanpa mengaitkan masalah kontekstual dengan materi yang sedang dipelajari.

Penggunaan model oleh guru selama pembelajaran dapat dikatakan kurang. Guru tidak pernah membimbing siswa untuk menggunakan strategi informal ke strategi formal dalam menghadapi pemecahan masalah. Siswa hanya menggunakan kalimat matematika saat melakukan pemecahan masalah.

Pemanfaatan kontribusi siswa yang dilakukan guru dapat dikatakan kurang. Kontribusi siswa hanya terjadi saat guru menunjuk siswa untuk mengemukakan pendapat. Siswa berpendapat hanya saat diminta oleh guru, jika tidak diminta siswa hanya diam mendengarkan guru berbicara. Siswa tidak pernah melakukan variasi strategi dalam pemecahan masalah.

Interaktivitas pembelajaran yang dilakukan guru menurut peneliti dapat dikatakan kurang. Kurangnya interaktivitas terlihat dari guru yang lebih dominan dalam menyampaikan pembelajaran. Diskusi kelompok tidak pernah dilakukan oleh guru dalam pelaksanaan pembelajarannya. Guru juga tidak pernah melakukan tanya jawab kepada siswa, karena setelah selesai menjelaskan materi siswa diminta mengerjakan soal yang ada di buku paket.

Tidak adanya pengaitan materi menyebabkan materi yang dipelajari seperti materi yang berdiri sendiri.

Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan yang telah dilakukan, maka peneliti dapat menyimpulkan kebutuhan di kelas IVB SD Kanisius Kalasan. Berikut kebutuhannya:

1. Penggunaan konteks dibutuhkan dalam penyampaian materi pembelajaran. 2. Penggunaan model dibutuhkan dalam penyampaian materi pembelajaran. 3. Siswa butuh kesempatan untuk berkontribusi selama pembelajaran

berlangsung.

4. Interaktivitas dibutuhkan dalam proses pembelajaran.

5. Pemanfaatan intertwining dibutuhkan dalam penyampaian materi pembelajaran.

Kelima kebutuhan tersebut perlu dilakukan analisis, tujuannya agar kebutuhan dapat ditemukan solusinya dengan efektif. Analisis dilakukan menggunakan berdasarkan literatur yang ada. Hal ini dilakukan agar tepat sasaran dalam menmukan solusinya. Berikut analisisnya :

1. Penggunaan konteks dibutuhkan dalam penyampaian materi

pembelajaran.

Pembelajaran dimulai dengan siswa membuka buku paket pelajaran. Guru memulai pembelajaran dengan menjelaskan materi yang ada di buku paket. Ketika penjelasan, banyak siswa yang kurang memahaminya. Hal tersebut mengakibatkan siswa banyak mengalami kebingungan sehingga membuat guru harus mengulang penjelasannya

kembali. Siswa menjadi bingung karena materi yang dipelajari tidak pernah ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Permasalahan ini membuat siswa kurang memperhatikan terhadap pembelajaran.

Berdasarkan fakta di atas, permasalahan terletak pada guru tidak menggunakan kontekstual dalam pembelajaran. Sebaiknya guru menggunakan pembelajaran kontekstual dalam pembelajarannya. Pembelajaran kontekstual akan lebih menyenangkan siswa karena siswa belajar berkaitan dengan masalah yang dihadapi sehari-hari. Masalah kontekstual dapat juga membantu siswa dalam membangun pemahaman materi.

2. Penggunaan model dibutuhkan dalam penyampaian materi

pembelajaran.

Guru menyampaikan pembelajaran secara monoton yaitu dengan cara memberikan teori kepada siswa. Materi disampaikan langsung ke inti pembelajaran. Saat pemecahan masalah, guru mengajarkan siswa hanya dengan cara formal. Siswa kemudian mengikuti cara yang diberikan guru, sehingga satu kelas memiliki cara pemecahan yang sama.

Berdasarkan data di atas, permasalahan terletak pada guru yang tidak melakukan pemodelan dalam menjelaskan materi. Padahal pemodelan diperlukan agar siswa dapat memecahkan masalah dengan mudah. Sebaiknya guru membimbing siswa melakukan pemecahan secara

informal. Pemecahan secara informal bertujuan agar siswa mampu memecahkan masalah dengan strategi mereka sendiri.

3. Siswa butuh kesempatan untuk berkontribusi selama pembelajaran

berlangsung.

Pembelajaran dilakukan dengan guru sebagai sumber ilmu. Siswa diberikan materi sesuai apa yang guru ungkapkan. Gagasan dari siswa jarang terlihat ketika pembelajaran berlangsung. Variasi strategi tidak pernah dilakukan siswa selama pembelajaran.

Berdasarkan fakta di atas, permasalahan terletak pada guru kurang memberi kesempatan siswa untuk berkontribusi dalam pembelajaran. Sebaiknya guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpendapat. Ketika siswa berpendapat maka akan terjadi banyaknya gagasan selama pembelajaran. Gagasan yang ada akan menambah beragam pengetahuan bagi siswa. Selain gagasan, variasi pemecahan masalah akan banyak muncul sehingga siswa mudah dalam pembelajaran.

4. Interaktivitas dibutuhkan dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran yang dilakukan di kelas IVB SD Kanisius Kalasan mata pelajaran matematika masih konvensional. Guru lebih dominan dalam melakukan pembelajaran sedangkan siswa hanya duduk untuk mendengarkan. Kesempatan siswa untuk berdiskusi tidak pernah ada, karena siswa dikondisikan hanya untuk berkomunikasi dengan guru saja.

Guru juga tidak pernah melakukan diskusi selama pembelajaran berlangsung

Berdasarkan fakta-fakta di atas, permasalahan terletak dari guru yang terlalu dominan. Guru yang dominan menyebabkan siswa hanya diam selama pembelajaran. Sebaiknya permasalahan tersebut di atasi dengan guru memulai mengajak siswa aktif dalam pembelajaran. Siswa dapat diajak diskusi kelompok saat pembelajaran berlangsung. Diskusi kelompok bertujuan agar adanya interaksi siswa satu dengan yang lain. Hasil interaksi ini dapat membantu membangun pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari.

5. Pemanfaatan intertwining (pengaitan) dibutuhkan dalam penyampaian materi pembelajaran.

Guru menjelaskan materi hanya berdasakan buku paket. Buku paket merupakan acuan utama materi selama pembelajaran berlangsung. Guru tidak menggunakan topik lain saat pembelajaran. Topik yang dipelajari hari itu seolah-olah merupakan topik yang baru dan berdiri sendiri. Hal ini membuat siswa tidak pernah membuka topik sebelumnya. Topik sebelumnya tersebut dapat membantu siswa dalam memhami materi yang disampaikan.

Berdasarkan fakta di atas, maka guru tidak melakukan intertwining

landasan topik sebelumnya. Hal ini akan mempersulit siswa bahkan akan memerlukan tambahan waktu untuk melakukan pengulangan materi. Mengacu kepada analisis kebutuhan di atas, maka akan disusun perangkat pembelajaran yang mengakomodasi kelima kebutuhan tersebut termasuk

intertwining. Pendekatan yang digunakan dalam penyusunan perangkat pembelajaran adalah PMRI.

B. Paparan Desain Pengembangan

Pada sub bab ini akan dipaparkan tahapan pengembangan yang telah dilakukan. Tahap pengembangan dilakukan dengan penyusunan desain produk, validasi desain, dan revisi desain. Implementasi dilakukan untuk lebih meyakinkan peneliti bahwa desain prototype layak untuk diujicobakan. Berikut pemaparannya :

1. Desain produk

Perangkat pembelajaran yang disusun terdiri dari silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan Siswa (LKS), bahan ajar dan evaluasi. Penyusunan perangkat pembelajaran berdasarkan kebutuhan yang dipaparkan pada sub bab di atas. Berikut pemaparannya: a. Silabus

Silabus disusun oleh peneliti berdasarkan KTSP dengan format sesuai BSNP. Isi dari format BSNP adalah identitas sekolah, standar kompetensi, komptensi dasar, materi pokok, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, sumber dan media belajar. Format dari BSNP

tersebut kemudian digunakan dalam penyusunan silabus ini. Silabus disusun berdasarkan kompetensi dasar (8.1) Menentukan sifat-sifat bangun ruang sederhana dan (8.2) Menentukan jaring-jaring balok dan kubus.

Penyusunan silabus disesuaikan dengan intertwining, hal ini terlihat dari kegiatan pembelajaran dengan indikator. Kegiatan pembelajaran akan menggunakan cerita “Paijo dan Kotak Ajaib” agar dapat mengidentifikasi sesuai dengan indikatornya. Cerita “Paijo dan Kotak Ajaib” menceritakan kisah seorang laki-laki yang menemukan kotak ajaib. Kotak ajaib yang ditemukan berisi benda-benda berbentuk bangun ruang. Benda-benda tersebut akan dimanfaatkan siswa untuk mengidentifikasi bangun ruang.

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) disusun berdasarkan silabus yang sudah dipaparkan di atas. RPP yang disusun berisi identitas sekolah, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator pembelajaran, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, pendekatan dan metode pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, media dan sumber belajar, dan penilaian.

Penggunaan intertwining terlihat pada kegiatan pembelajarannya. Proses pembelajarannya dikaitkan dengan penerapan dari sikap disiplin dan menyimak cerita. Hal ini bertujuan agar siswa dapat

c. Lembar Kegiatan Siswa

Lembar Kegiatan Siswa (LKS) disusun berdasarkan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat. Isi dari LKS adalah kegiatan belajar siswa dan refleksi pembelajaran.

Penggunaan intertwining terlihat dari pertanyaan yang terdapat pada kegiatan belajar. Pertanyaan tersebut disusun agar dapat menuntun siswa dalam menemukan pengertian jaring-jaring. Penemuan pengertian jaring-jaring menggunakan bangun datar, seperti yang telah ditekankan dari awal pembelajaran. Hal ini bertujuan untuk memudahkan siswa dalam memahami jaring-jaring.

Refleksi dapat ditemukan pada setiap LKS. Refleksi disertakan dalam LKS bertujuan untuk mengetahui perasaan siswa terhadap pembelajaran yang berlangsung. Hasil dari refleksi digunakan sebagai evaluasi pembelajaran.

d. Bahan ajar

Bahan ajar bersumber dari buku paket dan buku pembelajaran yang relevan. Materi bahan ajar mencakup kompetensi dasar yang ada dalam silabus.

Intertwining akan dilakukan dengan tiga topik yaitu balok dengan kubus, bangun datar dan membilang. Maksud dari intertwining balok dengan kubus adalah pembelajaran topik balok akan disampaikan dalam satu kali pertemuan bersamaa dengan topik kubus. Hal ini dilakukan karena balok dan kubus memiliki sifat-sifat yang sama tetapi

bentuknya berbeda. Tujuannya agar dapat menghemat waktu yang digunakan dan siswa dapat melihat langsung persamaan dan perbedaan dari dua topik tersebut.

Intertwining dengan bangun datar digunakan untuk memudahkan siswa dalam membangun konsep bangun ruang dan jaring-jaring. Bangun datar digunakan untuk memulai perkenalan siswa dengan bangun ruang. Hal ini dilakukan karena bangun ruang memiliki sisi yang berbentuk bangun datar. Jaring-jaring sendiri merupakan gabungan dari bangun datar. Berdasarkan hal itu, sangatlah relevan jika bangun datar digunakan dalam penyampaian bangun ruang.

Intertwining dengan membilang bertujuan untuk memperjelas jawaban dari siswa. Hal ini dilakukan karena guru akan melakukan tanya jawab dalam penyampaian materi, maka dipilihlah membilang untuk membantu siswa.

Sebagai media, peneliti membuat dan mencari alat peraga. Alat peraga yang dibuat adalah bangun ruang kubus dan balok. Alat peraga ini akan digunakan untuk mengidentifikasi balok dan kubus serta jaring-jaring balok dan kubus. Alat peraga yang dicari adalah benda-benda yang berbentuk bangun ruang. Benda-benda-benda tersebut akan digunakan untuk memudahkan siswa dalam mengenalkan bangun ruang.

e. Evaluasi

Evaluasi disusun untuk mengetahui pencapaian siswa terhadap pembelajaran yang telah dilakukan. Soal yang disusun untuk evaluasi seputar mengidentifikasi balok dan kubus dan jaring-jaring balok dan kubus. Intertwining dalam evaluasi dapat ditemukan saat siswa membandingkan sifat-sifat dan jaring-jaring serta balok dan kubus.

2. Validasi desain

Validasi dilakukan setelah penyusunan perangkat pembelajaran selesai. Penelitian ini menggunakan validasi expert judgement oleh ahli matematika dan guru bidang studi matematika kelas IV SD Kanisius Kalasan. Ahli matematika yang melakukan expert judgement adalah Dra. Haniek S. Pratini,M.Pd, Veronika Fitri Rianasari, M.Sc. dan E. Ayunika Permata Sari, M.Sc. Guru yang melakukan expert judgement adalah M. Indarti Rustamti, S.Pd.

Para validator memvalidasi perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus, RPP, LKS, bahan ajar dan evaluasi menggunakan instrumen validasi. Nilai dari validasi tersebut selanjutnya dilakukan analisis kuantitatif. Setelah dilakukan analisis kuantitatif, maka akan didapatkan nilai rata-rata. Nilai rata-rata tersebut akan digunakan untuk menentukan tingkat validasinya.

Berikut tingkat validitasnya berdasarkan nilai rata-rata. Tabel 4.1 Hasil tingkat validasi

Instrumen Rata-rata (M)

Tingkat validasi

Silabus 3,75 Sangat baik

RPP 3,68 Sangat baik

LKS 3,53 Sangat baik

Bahan ajar 3,55 Sangat baik

Evaluasi 3,68 Sangat baik

Berdasarkan tabel di atas maka tingkat validasi perangkat pembelajaran menunjukkan kriteria yang sangat baik. Tetapi perangkat pembelajaran tersebut masih memiliki beberapa kekurangan yaitu lembar jawab kurang luas, refleksi di LKS tidak ada dan sumber materi di bahan ajar juga tidak ada.

Sebelum dilakukan uji keterbacaan, perangkat pembelajaran mengalami perbaikan terlebih dahulu. Perbaikan dilakukan untuk memperbaiki kelemahan dari perangkat pembelajaran tersebut. Setelah dilakukan perbaikan maka dilakukanlah uji keterbacaan terhadap LKS. Tujuan uji keterbacaan adalah untuk memastikan bahwa bahasa yang digunakan dalam LKS mudah dipahami oleh siswa.

Uji keterbacaan dilakukan di SD Negeri 2 Turi dengan bantuan enam siswa. Enam siswa tersebut terdiri dari dua siswa tergolong pandai,

Hasil dari uji keterbacaan yaitu kurang adanya tempat untuk menggambar jawaban siswa dan kurang terlihatnya pertanyaan kesimpulan dari tabel.

3. Revisi desain

Revisi desain yang dilakukan adalah perbaikan pasca dilakukan uji keterbacaan. Perbaikan yang dilakukan selama revisi seperti penambahan tempat untuk menjawab pertanyaan dan memindahkan pertanyaan kesimpulan dari tabel agar dapat terlihat oleh siswa.

Revisi juga dilakukan dengan melihat kembali hasil perbaikan perangkat pembelajaran yang dilakukan sebelum uji keterbacaan. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa tidak adanya kekurangan dalam perangkat pembelajaran yang belum diperbaiki. Setelah adanya revisi-revisi tersebut, maka perangkat pembelajaran tersebut telah menjadi produkprototype.Produkprototypeinilah yang akan diimplementasi pada SD yang dipilih.

4. Implementasi pada sampel terbatas

Implementasi dilakukan dengan tujuan untuk meyakinkan peneliti bahwa produk prototype layak untuk diujicobakan. Pelaksanaan implementasi dilakukan kepada guru dan siswa kelas IVB SD Kanisius Kalasan.

C. Paparan Hasil Implementasi Produk pada Sampel Terbatas

1. Deskripsi Implementasi Perangkat Pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran di SD Kanisius Kalasan Yogyakarta dilaksanakan empat kali pertemuan. Waktu pelaksanaan pembelajaran dilakukan tanggal 16 April 2012 untuk pertemuan pertama, tanggal 17 April 2012 untuk pertemuan kedua, tanggal 18 April untuk pertemuan ketiga dan tanggal 19 untuk pertemuan keempat.

Sebelum pelaksanaan pembelajaran, peneliti dan guru mata pelajaran kelas IVB SD Kanisius Kalasan melakukan diskusi terkait perangkat pembelajaran. Diskusi yang dilakukan bertujuan untuk membicarakan hal-hal yang harus dilakukan pada saat pembelajaran serta memastikan guru paham terhadap perangkat pembelajaran.

Berikut pemaparan pelaksanaan pembelajaran a. Pelaksanaan pembelajaran hari pertama

Pelaksanaan pembelajaran di hari pertama dimulai oleh guru dan siswa pada pukul 07.40-09.00 WIB. Materi yang diajarkan adalah menentukan sifat-sifat bangun ruang sederhana. Kubus dan balok adalah bangun ruang sederhana yang dijadikan topik pada pertemuan hari pertama.

Ringkasan dari pembelajaran dihari pertama adalah kegiatan pembelajaran dapat dikatakan sesuai dengan RPP yang telah dibuat. Kendala hanya ditemui saat guru belum terbiasa melaksanakan RPP.

b. Pelaksanaan pembelajaran hari kedua

Pelaksanaan pembelajaran hari kedua dimulai oleh guru dan siswa pada pukul 11.00-12.10 WIB. Pada pertemuan kedua topik yang dipelajari siswa adalah mengidentifikasi jaring-jaring kubus.

Kesimpulan dari pelaksanaan pembelajaran hari kedua dapat dikatakan kembali sesuai dengan RPP. Guru dapat memanfaatkan waktu sebaik-baiknya sehingga terlaksanan sesuasi jadwal. Kendala yang dihadapi adalah terdengarnya suara gaduh dari kelas yang bersebelahan letaknya dengan kelas IVB.

c. Pelaksanaan pembelajaran hari ketiga

Pelaksanaan pembelajaran hari ketiga dimulai oleh guru dan siswa pada pukul 07.00-08.10. Topik untuk hari ketiga ini adalah menentukan jaring-jaring balok.

Kesimpulan untuk pembelajaran hari ketiga adalah pembelajaran dapat dikatakan berjalan sesuai dengan RPP. Siswa yang kurang memperhatikan merupakan kendala pada pembelajaran hari ketiga. d. Pelaksanaan pembelajaran hari keempat

Pelaksanaan pembelajaran hari keempat dimulai oleh guru dan siswa pada pukul 11.00-12.10. Pada pembelajaran keempat ini siswa melakukan evaluasi setelah tiga hari menjalani pembelajaran.

Sebelum soal evaluasi diberikan, guru mengajak siswa mengingat kembali materi yang tiga hari telah dipelajari. Dirasa cukup dalam mengingat kembali materi, guru kemudian membagikan soal kepada

masing-masing siswa. Evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi mandiri, sehingga siswa tidak bekerja lagi dalam kelompok tetapi bekerja secara individu. Waktu yang diberikan dalam mengerjakan evaluasi adalah 35 menit.

Kesimpulan untuk pelaksanaan pembelajaran hari keempat adalah berjalan sesuai dengan RPP. Hal ini dikarenakan pembelajaran hari keempat merupakan waktu untuk evaluasi.

Berdasarkan dari seluruh pelaksanaan, maka pembelajaran dapat dikatakan berjalan sesuai dengan RPP. Selama pembelajaran, ternyata siswa lebih mudah paham ketika siswa mengalami langsung apa yang menjadi materi dalam pembelajaran. Siswa sangat senang ketika belajar dalam kelompok. Selain belajar secara kelompok, siswa juga senang ketika pembelajaran menggunakan alat peraga sebagai medianya. Selama implementasi berlangsung, peneliti menemui beberapa kendala. Kendala tersebut contohnya seperti terdengar suara gaduh dari kelas IIIA, terdengarnya lalu lintas pesawat terbang dan keramaian jalan raya.

Dokumen terkait