• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SD KANISIUS MINGGIR DENGAN MEDIA GAMBAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SD KANISIUS MINGGIR DENGAN MEDIA GAMBAR"

Copied!
256
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR IPS

SISWA KELAS IV SD KANISIUS MINGGIR DENGAN MEDIA

GAMBAR

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Eka Yusniyawati

091134038

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

Persembahan

Dengan tulus ikhlas karya ini saya persembahkan kepada:

1. Allah SWT yanng selalu memberikan rahmad, hidayah, kesehatan, serta petunjuk-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan sebaik mungkin sesuai kemampuan yang Engkau berikan.

2. Kedua orangtuaku yang selalu medoakan, memberikan motivasi, semangat, dan perhatian.

(5)

Motto

1. (Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu

diperkenankanNya bagimu, “Sungguh, Aku akan mendatangkan bala

bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut. Dan tidaklah Allah menjadikannya melainkan sebagai kabar gembira agar hatimu menjadi tenteram karenanya. Dan kemenangan itu hanyalah dari sisi Allah. Sungguh, Allah Mahaperkasa, Mahabikajsana (QS: AL-ANFAL. 9&10).

2. Ketekutan dan kesabaranlah yang dapat menyelesaikan semua hal serta semua kegiatan di awali dengan Doa, karena dengan doa ALLAH akan selalu memberikan yang terbaik untuk kita.

(6)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar referensi, sebagimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 7 Juni 2013 Penulis

(7)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEGIATAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Eka Yusniyawati

NIM : 091134038

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

“Peningkatan Minat Dan Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas IV SD Kanisius Minggir Dengan Media Gambar”

Beserta perangkat yang diperlukan. Demikian saya memberitahukan kepada

perpustakan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan

dalam bentuk media lain, mengelola dalam bentuk pangkalan data,

mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media

lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun

memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

penulis.

Demikian pernyataan in saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal 7 Juni 2013 Yang menyatakan

(8)

ABSTRAK

PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR IPS

SISWA KELAS IV SDK MINGGIR DENGAN MEDIA

GAMBAR

Eka Yusniyawati Universitas Sanata Dharma

2013

Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk 1) mengetahui peningkatan minat belajar IPS dengan media gambar pada siswa kelas IV SD Kanisius Minggir dan 2) untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar IPS dengan media gambar pada siswa kelas IV SD Kanisius Minggir.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam 1 siklus dengan 2 kali pertemuan. Setiap pertemuan dilakukan dalam waktu 3 x 40 menit. Adapun subjek penelitian adalah siswa kelas IV SD Kanisius Minggir dengan jumlah 19 siswa, yang terdiri dari 10 siswa perempuan dan 9 siswa laki-laki. Objek penelitian ini adalah peningkatan minat dan prestasi belajar IPS dengan media gambar. Peneliti mengumpulkan data dengan mengedarkan lembar kuesioner minat siswa dan mengetes siswa dalam bentuk soal objektif.

Hasil penelitian menunjukan bahwa dengan media gambar, minat, dan prestasi siswa dalam pembelajaran IPS siswa kelas IV SD Kanisius Minggir meningkat. Pada kondisi awal jumlah persentase minat belajar siswa sebesar 42, 10% setelah dilakukan tindakan siklus I minat siswa meningkat menjadi 94, 74%. Kondisi awal prestasi belajar dengan jumlah persentase siswa yang mencapai nilai KKM (65) sebesar 47, 37% setelah dilakukan tindakan siklus I prestasi belajar siswa yang mencapai nilai KKM (65) adalah 89, 47%.

(9)

ABSTRACT

IMPLEMENTING “MEDIA OF PICTURE” TO INCREAS STUDENT’S LEARNING INTEREST AND TO IMPROVE STUDENTS’S LEARNING

ACHIEVEMENT IN SOCIAL SCIENCES FOR GRADE IV STUDENT OF

CANISIUS MINGGIR ELEMENTARY SCHOOL

Eka Yusniyawati Sanata Dharma Unversity

2013

The following research of class action aims to 1) know the improvement in the interest of studying social sciences through images media on the fourth grade pupils of Kanisius Minggir elementary school and 2) to find out the improvement

on the pupils’ achievement in studying social sciences through images media.

The research is a class action research which was conducted in one cycle with a 2 time appointment. Every appointment was carried out in a time of 30 x 40 minute. As for the subject of the research was the fourth grade pupils of Kanisius Minggir Elementary School of 19 pupils, comprised of 10 female pupils and 9 male pupils. The object of the research was the interest and achivement improvement in studying social sciences through images media. The researcher

collected the data through circulating questionaire leaflets of pupils’ interest and

examined the pupils through objective questions.

The out come of the research signified that images media could improve the interest and achievement of the fourth grade students of Kanisius Minggir Elementary School in studying social sciences. In the earlier condition, the

percentage of the students’ interest was 42.10%, but after conducting the cycle 1

action, their interest boosted to 94.74%. The earlier condition of learning achievement with the percentage of the students achieving the KKM score (65) was 47.37%. However, after the cycle 1 action of learning achievement, the students could reach the KKM score (65) of 89.47%.

(10)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan berkat, rahmad,

dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “Peningkatan Minat Dan Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas IV SD

Kanisius Minggir Dengan Media Gambar” dengan lancar.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan

program studi S-1 PGSD Universitas Sanata Dharma serta dapat bermanfaat bagi

semua pihak. Dalam penulisan ini, penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi

ini tidak lepas dari kerjasam dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu

penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph. D. Selaku Dekan Fakultas Pendidikan dan Ilmu Pendidikan

2. G. Ari Nugrahanta, SJ., SS., BST., M.A. selaku Ketua Program Studi S-1

PGSD Universitas Sanata Dharma.

3. E. Catur Rismiati, S. Pd., M. A., Ed. D. selaku wakil Program Studi S-1

PGSD Universitas Sanata Dharma.

4. E. Catur Rismiati, S. Pd., M. A., Ed. D. selaku Dosen Pembimbing I yang

telah membimbing penulis dengan baik dan selalu memberikan motivasi

dalam menyelesaikan skripsi

5. Eny Winarti, Ph. D. Selaku dosen pembimbing II yang telah membimbing

penulis dengan baik dalam menyelesaikan skripsi.

6. Semua pihak dosen dan karyawan PGSD yang tidak dapat disebutkan satu

per satu

7. Semua pegawai karyawan perpustakaan USD yang telah memberikan

layanan kepada penulis dalam mendapatkan referensi.

8. Ch. Kusumastuti S, Pd. SD. Selaku kepala sekolah SDK Minggir yang

telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

9. Mg. Parinem selaku guru kelas IV SDK Minggir yang bersedia

bekerjasama dan membantu melaksanakan penullis dalam melakukan

penelitian.

10.Bapak dan ibu guru SDK Minggir yang telah membantu proses penelitian

(11)

11.Semua siswa kelas IV SDK Minggir tahun ajaran 2012/2013 yang telah

membantu penulis dalam melakukan penelitian

12.Sahabatku Laura, Dian, dan teman-teman payung yang telah memberikan

semangat dan motivasi dan dukungan dalam melaksanakan penelitian.

13.Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini yang tidak

dapat penulis sebutkan satu per satu.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih

banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik

dan saran agar penulis dapat menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata

semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Yogyakarta, 7 Juni 2013

Penyusun

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Batasan Masalah ... 9

1.3 Rumusan Masalah ... 9

1.4 Tujuan Penelitian ... 10

1.5 Manfaat Penelitian ... 10

1.6 Definisi Operasional ... 11

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teori ... 12

2.1.1 Minat ... 12

2.1.2 Prestasi Belajar ... 17

2.1.3 Pengertian Media Gambar ... 38

2.1.3 Hakikat Pendidikan IPS ... 45

(13)

2.3 Hipotesis Tindakan ... 58

3.3.2 Rencana Tindakan Setiap Siklus ... 64

3.4 Instrumen Penelitian ... 66

3.4.1 Angket ... 67

3.4.2 Wawancara ... 68

3.4.3 Soal Tes ... 70

3.5 Validitas dan Reabilitas Instrumen Penelitian ... 74

3.5.1 Validitas ... 74

3.7.1 Kriteria Keberhasilan ... 83

3.7.2 Cara Menghitung Peningkatan Minat Dan Prestasi Belajar ... 84

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 89

4.2 Pembahasan ... 101

BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN 5.1 Kesimpulan ... 112

5.2 Saran ... 113

5.3 Keterbatasan ... 114

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Peubah Dan Intrumen Penelitian... 67

Tabel 2 Kisi-Kisi Kuesioner ... 67

Tabel 3 Kuesioner/Angket Minat ... 68

Tabel 4 Paduan Wawancara Kepada Guru ... 69

Tabel 5 Paduan Wawancara Kepada Siswa ... 70

Tabel 6 Kisi-Kisi Soal Evaluasi Seblum Validasi ... 71

Tabel 7 Kisi-Kisi Soal Evaluasi... 71

Tabel 8 Kriteria Taraf Kesukaran Suatu item... 72

Tabel 9 Kriteria Taraf Kesukaran Soal Evaluasi ... 73

Tabel 10 Rubrik Penilaian Afektif ... 74

Tabel 11 Rubrik Penilaian Psikomotorik ... 74

Tabel 12 Skor penilaian Silabus ... 76

Tabel 13 Hasil Skor Penilaian RPP ... 77

Tabel 14 Kisi-Kisi Soal Untuk Evaluasi ... 78

Tabel 15 Kualifikasi Koefisien Korelasi ... 80

Tabel 16 Bukti Reliabilitas Soal ... 80

Tabel 17 Bukti Reliabilitas Kuesioner Minat ... 80

Tabel 18 Kriteria Keberhasilan Minat Belajar Siswa ... 84

Tabel 19 Kriteria Keberhasilan Prestasi Belajar Siswa ... 84

Tabel 20 Skor Minat Siswa Pertemuan 1 Dan 2 ... 85

Tabel 21 Rumus Mengitung Minat ... 86

Tabel 22 Kriteria Penilaian Minat ... 86

Tabel 23 Persentase Minat Siswa ... 87

Tabel 24 Nilai rata-rata Seluruh Siswa ... 88

Tabel 25 Hasil Kuesioner Minat Belajar Siswa ... 94

Tabel 26 Hasil Peningkatan Minat Belajar Siswa ... 95

Tabel 27 Prestasi Belajar Siswa ... 96

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Literatur Map Penelitian Terhadulu ... 57

Gambar 2 Siklus Penelitian Tindakan Kelas Menurut Kemmis Dan Taggrat 61

Gambar 3 Peningkatan Minat Belajar Siswa ... 95

Gambar 4 Peningkatan Prestasi Belajar Siswa ... 97

Gambar 5 Hasil Diskusi Kelompok Bedug ... 106

Gambar 6 Hasil Diskusi Siswa ... 107

Gambar 7 Surat Hasil Yang Dibuat Dari Pelepah Daun Pisang ... 107

Gambar 8 Hasil Diskusi Kelompok Lontar ... 108

Gambar 9 Hasil Diskusi Kelompok Lontar ... 108

Gambar 10 Surat Hasil Yang Dibuat Kelompok Bedug ... 109

Gambar 11 Hasil Kerja Kelompok Radio ... 109

Gambar 12 Hasil Kerja Kelompok Radio ... 110

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1SURAT IZIN PENELITIAN ... 118

LAMPIRAN 2 PERANGKAT PEMBELAJARAN SEBELUM VALIDASI . 121

LAMPIRAN 3 PERANGKAT PEMBELAJARAN SETELAH VALIDASI . 136 LAMPIRAN 4 VALIDITAS DAN RELIABILITAS ... 173

LAMPIRAN 5 KUESIONER MINAT ... 183

LAMPIRAN 6 SOAL VALIDASI DAN EVALUASI ... 198

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut UU No. 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara

(dalam Arifin 2012:40).

Menurut Mayhood (dalam Supardi, 2011: 182) Pendidikan IPS

adalah “The Sosial Studies are comprissed of those aspects of history,

geography, and pilosophy which in practice are selected for instructional

purposes in school and collegs.” Menurut National Council for the Sosial

Studies (NCCS) memberikan definisi yang lebih tegas, seperti yang dikutip

Rismiati (dalam Supardi, 2011: 182), IPS sebagai “the study of political,

econimic, culturals, and environment aspects of societies in the past, present

an future”. Berdasarkan pengertian tersebut sangat jelas bahwa pendidikan

IPS menekankan peserta didik pada keterampilan dalam memecahkan

masalah mulai dari ruang lingkup diri sampai pada masalah yang kompleks.

Ilmu Pengetahuan Sosial yang disingkat IPS dalam dokumen

kurikulum merupakan salah satu nama mata pelajaran yang diberikan pada

jenjang pendidikan dasar dan menengah. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

(18)

mata pelajaran wajib sebagaimana dinyatakan dalam UU No. 20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 39. Karakteristik IPS di SD

adalah dengan mempelajarinya kehidupan sehari-hari yang langsung dapat

diamati dan dipahami siswa dan dalam pengorganisasian materi yang

dilakukan adalah mulai dari lingkungan yang terdekat terlebih dahulu

sampai pada lingkungan yang jauh yaitu mulai dari lingkungan keluarga,

sekolah, tetangga, masyarakat sekitar, kabupaten, propinsi, Indonesia dan

dunia. Fungsi mata pelajaran IPS di sekolah dasar adalah untuk

mengembangkan sikap rasional tentang gejala-gejala sosial, serta wawasan

tentang perkembangan masyarakat Indonesia dan masyarakat dunia di masa

lampau dan di masa kini (Krizi, 2011).

Berdasarkan karakteristik dan fungsi IPS di SD maka dapat

disimpulkan tujuan IPS SD adalah siswa mampu mengembangkan

pengetahuan dan keterampilan dasar yang berguna bagi dirinya dalam

kehidupan sehari-hari. IPS mampu mengembangkan pemahaman tentang

perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lalu hingga masa kini dan

memiliki rasa kebanggaan menjadi warga Indonesia serta mempunyai rasa

cinta tanah air (Krizi, 2011).

Menurut Jaromalik & Parker (dalam Sapriya, 2009: 179) tujuan IPS

adalah siswa mampu mencapai mengembangkan pengetahuan dan

keterampilan dasar yang berguna dalam kehidupan sehari-hari. Jaromalik &

Parker juga memberikan masukan dan pertimbangan bagi guru dalam

memilih aktivitas pembelajaran di kelas, antara lain kegiatan pembelajaran

(19)

mengungkapkan, memperkaya, memperluas wawasan, dan arti konsep

penting; 3) menuntut siswa berpikir kristis dan merencanakan sesuatu secara

seksama; 4) sesuai dengan kemampuan siswa; 5) waktu dan tenaga yang

dihabiskan diimbangi oleh hasil belajar yang diperoleh; dan 6) bahan-bahan

yang diperlukan tersedia.

Menurut Jaromalik & Paker (dalam Sapriya, 2009: 180) hasil

aktivitas pembelajaran dapat diperoleh dengan beberapa langkah yang

hendak dilakukan bersama antara guru dan siswa, yaitu 1) membahas tujuan

kegiatan dan alasannya; 2) merancanakan metode atau langkah-langkah

kegiatannya; 3) merencanakan cara kerja dan tata tertib kegiatan belajar; dan

4) menyediakan waktu yang cukup untuk membuat rencana pembelajaran,

tugas yang akan dilakukan siswa, dan model penilaian.

Berdasarkan kriteria dan usaha untuk memperoleh proses

pembelajaran seperti yang diungkapkan oleh Jaromalik & Paker di atas

maka sebaiknya guru dan siswa setidaknya melakukan usaha tersebut dalam

proses belajar mengajar. Di SD Kanisius Minggir pada saat peneliti

melakukan wawancara kepada guru kelas IV, langkah-langkah pembelajaran

yang diungkapkan oleh Jaromalik & Paker belum sepenuhnya dilakukan

oleh guru. Peneliti kemudian mengajukan pertanyaan selanjutnya mengenai

mata pelajaran yang dianggap paling sulit oleh siswa, menurut guru kelas IV

mata pelajaran yang paling sulit adalah mata pelajaran IPS dengan alasan

media pembelajaran yang digunakan tidak ada dan faktor ekonomi baik dari

guru maupun dari siswa. Media pembelajaran yang dianggap tidak ada oleh

(20)

pelajaran IPS, selain itu siswa masih kurang mengapersepsikan IPS dengan

baik. Media pembelajaran yang dianggap oleh guru tidak ada tersebut,

menjadi penarik perhatian peneliti untuk lebih menggali dan mencari

informasi mengenai media pembelajaran yang ada di lingkungan SD

Kanisius Minggir.

Pada saat peneliti melakukan observasi di kelas IV SD Kanisius

Minggir, peneliti melihat adanya lingkungan yang strategis karena sekolah

dekat dengan jalan raya, sungai, pasar, dan sebagainya. Di lingkungan

sekolah sendiri peneliti juga melihat adanya laptop, viewer, alat peraga, dan

gambar-gambar yang berkaitan dengan pembelajaran. Fasilitas laptop yang

ada belum pernah digunakan dan masih tersimpan di almari kantor guru

sehingga menjadi rusak.

Media yang ditemukan peneliti di sekolah belum digunakan oleh

guru saat belajar mengajar, hal tersebut dilihat oleh peneliti ketika

melakukan observasi di kelas IV. Media yang belum digunakan dalam

proses pembelajaran menjadi kurang meyenangkan dan prestasi belajar

siswa pun kurang baik dengan ditunjukan oleh hasil dokumentasi nilai

ulangan tengah semester siswa, dari 19 siswa yang mendapatkan nilai

melampaui Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah 47, 37%, sedangkan

yang tidak mencapai KKM 52, 63% dengan standar nilai KKM 65 pada

tahun ajaran 2012/2013. Pada tahun ajaran 2011/2012 siswa yang

mendapatkan nilai di atas KKM sejumlah 43,33% dari 30 siswa, sedangkan

yang 56,67% belum mencapai nilai KKM yang telah ditentukan yaitu 66.

(21)

dari 31 siswa, sedangkan yang 58, 06% belum mencapai nilai KKM, nilai

yang telah ditentukan pada tahun ini nilai KKM yang ditentukan, yaitu 60.

Peneliti melakukan observasi terhadap siswa kelas IV yang

berjumlah 19, yang terdiri dari 10 siswa perempuan dan 9 siswa laki-laki.

Observasi pertama dilakukan pada tanggal 24 September 2012 di kelas IV

SD K Minggir pada pukul 07.00-09.00 WIB, yang jumlah siswanya 19

siswa. Pada saat itu siswa kelihatan aktif dapat dilihat saat guru mengajukan

pertanyaan semua siswa menjawab tanpa angkat tangan atau mengacungkan

jari. Obervasi kedua dilakukan pada tanggal 06 Oktober 2012 kondisi kelas

terlihat masih sama dengan observasi yang terdahulu. Pada obeservasi

kedua ini siswa belajar tanpa menggunakan media pembelajaran, padahal

ada media yang dapat digunakan pada materi yang dipelajarinya. Siswa

kurang antusias mengikuti pelajaran, karena peneliti melihat ada beberapa

siswa yang mengeluh “Bu materinya banyak banget’e, aku ra iso bu nek kon

ngapalke okeh, aku ora seneng IPS bu.” (bu materinya banyak banget, aku

tidak bisa kalau disuruh mengahafalkan banyak, aku tidak suka IPS bu).

Ada juga siswa yang lain mengeluh seperti ini “ bu IPS kok nggak pernah

hafal to aku?”. “ Bu malas aku, kalau menghafalkan terus-terusan”. Dari

beberapa keluhan siswa, siswa yang lain ketika guru bertanya dan diajak

berdiskusi cenderung diam.

Observasi ketiga dilakukan pada tanggal 29 Januari 2013, siswa

kelihatan kurang senang dalam mengikuti pelajaran karena banyak materi

yang harus dihafalkan pada saat itu juga, selain jka guru mengajukan

(22)

dari 19 siswa. Guru sering mengajukan pertanyaan untuk semua siswa

namun, yang menjawab hanyalah 4 siswa yang sama dari awal sampai akhir

pembelajaran. Pada saat pembelajaran siswa terlihat sangat memperhatikan

penjelasan dari guru yang menggunakan meted ceramah, namun ketika

ditanya satu persatu oleh guru tidak bisa menjawab dan jika menjawab,

jawaban siswa tersebut belum tepat. Guru juga melakukan diskusi dalam

proses pembelajarannya dengan posisi tempat duduk yang sejajar dan siswa

tidak berpindah-pindah tempat duduknya. Pada saat diskusi siswa yang

terlibat dalam pembelajaran tersebut masih kurang, karena dalam kelompok

yang berani mengemukakan pendapat adalah siswa yang pintar. Siswa pada

saat diskusi kelompok perhatiannya juga masih kurang fokus terhadap

proses pembelajaran, karena ketika guru menjelaskan siswa kelihatan

memperhatikan, tetapi ketika ditanya tidak bisa menjawab dan melamun,

selain itu ada siswa yang mainan alat tulis, dan ada juga siswa yang

mengganggu temannya saat guru memberikan penjelasan.

Pada tanggal 5 Januari 2013 peneliti melakukan observasi kembali

di kelas IV SD Kanisius Minggir, saat pelajaran IPS berlangsung kondisi

siswa sangat tenang dan siswa cenderung menundukkan kepala. Guru

kemudian masuk ke materi pembelajaran, pada saat guru menjelaskan siswa

belum siap untuk belajar, hal ini terlihat dari kegiatan siswa yang belum

menyiapkan buku-buku dan alat tulis belum dikeluarkan dari tasnya. Guru

kelas berulang-ulang mengatakan “ayo buku pakete gek ditokke” (ayo

(23)

iki ki?”(ayo segera dikeluarkan, mau pelajaran tidak sekarang ini?). Saat itu

siswa kurang bersemangat dalam mengikuti pelajaran IPS.

Berdasarkan paparan observasi di atas peneliti menyimpulkan

adanya kegiatan proses belajar mengajar yang dilakukan di kelas IV SD

Kanisius Minggir mengalami perhatian dalam pembelajaran siswa masih

kurang, kemampuan siswa untuk mengembangkan diri belum nampak,

keterlibatan siswa dalam pembelajaran masih sedikit, dan siswa mengikuti

pembelajaran masih kurang antusias. Oleh karena itu peneliti menyimpulkan

bahwa minat belajar siswa di SD Kanisius Minggir masih rendah, untuk

mengetahui kemampuan minat belajar siswa maka, peneliti memberikan

angket untuk mengetahui minat belajar siswa. Hasil angket minat yang telah

diberikan peneliti kepada siswa, minat siswa SD Kanisius Minggir

menunjukkan sebesar 42, 10% atau 8 siswa.

Berdasarkan observasi dan angket tersebut peneliti dapat

menyimpulkan bahwa siswa kelas IV SD Kanisius Minggir mengalami

masalah dalam proses pembelajaran. Guru mengajarkan materi dengan

ceramah di depan kelas tanpa menggunakan media, selesai menjelaskan

guru meminta siswa menghafal materi yang baru saja dijelaskan. Jika belum

hafal maka siswa disuruh berdiri di depan kelas dan diberi pertanyaan dari

teman-temannya yang sudah hafal.

Berdasarkan masalah yang ditemukan peneliti, maka peneliti

menawarkan media pembelajaran, sebagai solusi atas permasalahan

pembelajaran di kelas IV SD Kanisius Minggir tersebut. Media

(24)

visual, dan media berbasis komputer (Arsyad, 2009: 105). Media visual

terdiri beberapa bentuk, yaitu foto, gambar, sketsa, grafik, bagan, dan chart

(Arsyad, 2009:105). Dari bentuk-bentuk media visual tersebut peneliti

menggunakan media gambar sebagai cara menanggulangi masalah tersebut.

Peneliti memilih media gambar dengan alasan bahwa, media gambar adalah

media pembelajaran yang sering digunakan oleh masyarakat umum untuk

dilihat dan dimaknai. Media ini merupakan bahasa umum, dapat dimengerti,

dan dinikmati oleh semua orang di mana-mana. Media gambar mempunyai

fungsi untuk menyampaikan pesan melalui gambar yang berkaitan dengan

indera pengelihatan. Penelitian yang terdahulu oleh Hartanto (2011)

penelitian mengusulkan bahwa media gambar dapat meningkatkan pretasi

belajar. Sedangkan penelitian yang telah dilakukan oleh Kusumadewi

(2011) menunjukkan bahwa media gambar dapat meningkatkan minat dan

pretasi belajar siswa.

Peneliti mengangkat masalah minat dan prestasi belajar siswa yang

rendah dalam mata pelajaran IPS. Peneliti akan menggunakan media

gambar untuk menyelesaiakn masalah tersebut, sehingga peneliti

mengangkat judul “Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Peningkatan Minat

dan Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas IV SD Kanisius Minggir dengan

(25)

1.2 Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang kendala pembelajaran IPS dibatasi pada

komptensi dasar 2.3 mengenal perkembangan teknologi produksi,

komunikasi, dan transportasi serta pengalaman menggunakannya,

khususnya pada materi perkembangan alat komunikasi serta pengalaman

menggunakannya.

1.3 Rumusan masalah

1.3.1 Bagaimana media gambar digunakan untuk meningkatkan minat belajar

IPS siswa kelas IV SD Kanisius Minggir tahun ajaran 2012/2013?

1.3.2 Bagaimana media gambar digunakan untuk meningkatkan prestasi belajar

(26)

1.4 Tujuan penelitian

1.4.1 Meningkatkan minat belajar IPS siswa kelas IV SD Kanisius Minggir

tahun ajaran 2012/2013 dengan media gambar.

1.4.2 Meningkatkan prestasi belajar IPS siswa kelas IV SD Kanisius Minggir

tahun ajaran 2012/2013 dengan media gambar.

1.5 Manfaat penelitian

1.5.1 Bagi siswa

Siswa dapat mengikuti pelajaran dengan senang hati, aktif, dan mudah

memahami materi pelajaran.

1.5.2 Bagi guru

Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk proses belajar

mengajar di kelas sehingga meningkatkan prestasi belajar siswa yang

maksimal dan siswa mengusai materi pelajaran IPS dengan media yang

digunakan peneliti.

1.5.3 Bagi peneliti

Peneliti mendapatkan pengalaman dan pengetahuan baru untuk

meningkatkan prestasi belajar dan memotivasi diri. Peneliti dapat belajar

dari hasil penelitiannya sehingga dapat meningkatkan pengetahuan serta

dapat memberikan kesabaran dan ketelitian dalam melakukan suatu

kegiatan.

1.5.4 Bagi sekolah

Meningkatkan kualitas sekolah dalam proses pembelajaran dengan

(27)

1.6 Definisi Operasional

1.6.1 Media

Media adalah perantara belajar yang digunakan oleh guru untuk

mempermudah penyampaikan materi kepada siswa agar mudah dipahami

dan dimengerti.

1.6.2 Media gambar

Media gambar adalah media yang berupa gambar-gambar yang mudah

dilihat oleh siswa dan sering digunakan.

1.6.3 Minat

Minat adalah rasa keingintahuan seseorang untuk mengerti dan memahami

suatu kegiatan.

1.6.4 Prestasi belajar

Prestasi belajar adalah perolehan skor dari hasil belajar setelah

mendapatkan materi pelajaran yang disampaikan dengan soal-soal oleh

(28)

BAB II LANDASAN TEORI

Di dalam bab ini, diuraikan landasan teori yang akan digunakan untuk

memecahkan masalah dalam penelitian ini. Pembahasan tentang teori terdiri dari

empat bagian, yaitu kajian teori, penelitian-penelitian terdahulu, kerangka

berpikir, dan hipotesis tindakan.

2.1Kajian Teori

2.1.1 Minat

2.1.1.1Pengertian minat

Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu

hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah

penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar

diri (Slameto, 2010: 180). Minat bukan bawaan sejak lahir, minat dapat

diperoleh dikemudian hari. Minat terhadap sesuatu yang baru dan

mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan

minat-minat yang lain. Secara sederhana, minat-minat (interest) berati kecenderungan

dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.

Minat (interest), yaitu keadaan yang mendasari motivasi individu,

keinginan yang berkelanjutan, dan orientasi psikologi (Munthe, 2010:29).

Menurut Reber (dalam Muhibbin, 2008: 151) minat tidak termasuk istilah

populer dalam psikologi karena ketergantungannya yang banyak pada

faktor-faktor internal, misalnya pemusatan perhatian, keingintahuan,

(29)

mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam

bidang-bidang studi tertentu. Misalnya, ada seorang siswa yang menaruh minat

pada mata pelajaran matematika, maka perhatian siswa tersebut akan

terpusat lebih banyak daripada siswa yang lainnya, karena pemusatan

perhatian yang intensif terhadap mata pelajaran matematika itulah yang

memungkinkan siswa tersebut giat belajar dan mampu mencapai prestasi

yang diinginkan. Guru berkaitan dengan ini berusaha membangkitkan

minat siswa untuk menguasai pengetahuan yang yang terkandung dalam

bidang studinya dengan cara kiat yang membangun sikap positif

(Muhibbin, 2008: 151). Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat

disimpulkan bahwa minat adalah kecenderungan tertarik pada sesuatu

yang relatif tetap untuk lebih memperhatikan dan mengingat secara

terus-menerus yang diikuti rasa senang untuk memperoleh suatu kepuasan

dalam mencapai tujuan pembelajaran.

2.1.1.2Indikator Minat

Indikator minat belajar siswa berdasarkan pengertian dan penjabaran

dari buku (Slameto, 2010) antara lain adalah adanya perhatian siswa,

adanya ketertarikan, dan adanya rasa senang. Indikator adanya perhatian

dijabarkan menjadi tiga bagian yaitu: perhatian terhadap bahan pelajaran,

memahami materi pelajaran dan menyelesaikan soal-soal pelajaran.

Ketertarikan dibedakan menjadi ketertarikan terhadap bahan pelajaran dan

untuk menyelesaikan soal-soal pelajaran. Rasa senang meliputi rasa

(30)

kemampuan menyelesaikan soal-soal (Slameto, 2010: 180). Menurut

Purnomo (2012) indikator minat dapat dilihat dari 4 aspek, yaitu: 1)

ekpresi perasaan senang; 2) perhatian dalam belajar; 3) ketertarikan pada

materi dan guru; 4) keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Berdasarkan

indikator para ahli di atas, maka dapat disimpulkan indikator minat adalah

1) perhatian dalam belajar; 2) kemauan untuk mengembangkan diri; 3)

keterlibatan siswa dalam pembelajaran; dan 4) perasaan senang.

2.1.1.3Faktor-faktor yang mempengaruhi minat

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan minat anak

menurut Frymeir (dalam Rahim, 2007) adalah pengalaman sebelumnya,

siswa yang belum pernah mendapatkan pengalaman maka tidak akan

mengembangkan minatnya terhadap sesuatu karena belum pernah

mengalaminya, pengalaman dapat mempengaruhi perkembangan minat

siswa karena dari pengalaman yang sudah ada pada diri siswa maka akan

menjadi pengaruh perkembangan siswa. Konsep tentang diri, yang

dimaksud dengan konsep tentang diri ini ialah siswa akan menolak

informasi yang dirasa mengancam dirinya, sebaliknya siswa akan

menerima jika informasi yang didapat itu dipandang berguna dan

membantu meningkatkan dirinya. Nilai-nilai, maksud dari nilai-nilai

adalah jika sebuah mata pelajaran disajikan oleh orang yang berwibawa

dan menarik perhatian siswa maka akan menimbulkan minat belajar siswa.

Mata pelajaran yang bermakna, mata pelajaran yang bermakna

(31)

minat mereka, contohnya mata pelajaran Bahasa Indonesia pada materi

dongeng, dongeng digemari anak maka anak ketika pelajaran dongeng

pasti akan selalu memperhatikan dibandingkan dengan mata pelajaran

matematika yang selalu dianggap sulit. Tingkat keterlibatan tekanan, jika

siswa merasa dirinya mempunyai beberapa tingkat pilihan dan kurang

tekanan, minat baca mereka mungkin akan lebih tinggi. Kekompleksitasan

materi pelajaran; siswa yang lebih mampu secara intelektual dan fleksibel

secara psikologis lebih tertarik kepada hal yang lebih kompleks, berbeda

dengan siswa yang intelektual dan flesksibelnya kurang, mungkin siswa

akan tertarik pada beberapa materi pelajaran saja.

Berdasarkan pendapat di atas dapat simpulkan bahwa seorang guru

harus mampu memotivasi siswa. Siswa yang mempunyai motivasi tinggi

terhadap membaca, maka akan mempunyai minat yang tinggi pula

terhadap kegiatan membaca (Rahim, 2007: 29).

2.1.1.4Ciri-ciri Siswa Berminat dalam Belajar

Menurut Slameto (2003 :58) siswa yang berminat dalam belajar

mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: siswa mempunyai kecenderungan

yang tetap untuk untuk memperhatikan dan mengenang sesuatu yang

dipelajari secara terus menerus. Ada rasa suka dan senang pada sesuatu

yang diminati. Siswa memperoleh suatu kebanggaan dan kepuasan pada

sesuatu yang diminati serta ada rasa keterikatan pada sesuatu

(32)

minatnya daripada yang lainnya yang dimanifestasikan melalui partisipasi

pada aktivitas dan kegiatan.

Minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar yang dan

mendorong belajar selanjutnya. Mengembangkan minat terhadap sesuatu

yang dimiliki siswa akan membantu siswa melihat hubungannya diri

sendiri dengan mengukur hubungan antara materi yang dipelajarinya

dengan dirinya sendiri sebagai individu. Apabila siswa menyadari bahwa

belajar merupakan suatu alat yang dapat digunakan unutk mencapai hasil

belajar dari pengalaman belajarnya maka akan membawa kemajuan pada

diri anak, kemungkinan anak akan berminat untuk mempelajarinya.

Beberapa ahli berpendapat bahwa cara meningkatkan minat secara

efektif adalah dengan menggunakan minat-minat siswa yang telah

dimilikinya. Minat dapat ditingkatkan dengan adanya dorongan dari

orangtua. Hal yang menarik perhatian siswa juga dapat meningkatkan

minat belajar siswa.

Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa minat

belajar siswa dapat dilihat dari aktivitasnya yang disenangi, ikut terlibat

dalam kegiatan pembelajaran, dan ada perhatian yang diberikan. Dengan

demikian, indikator minat dapat digunakan sebagai acuan dalam penelitian

ini adalah perasaan senang, kemauan untuk mengembangkan diri,

(33)

2.1.2 Prestasi belajar

2.1.2.1Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu proses untuk mengubah performansi yang tidak

terbatas pada keterampilan, tetapi juga meliputi fungsi-fungsi, seperti skill,

persepsi, emosi, proses berpikir, sehingga dapat menghasilkan perbaikan

performansi (Riyanto, 2009: 04). Belajar menurut Klien Learning

Principles and Aplication (dalam Semiawan, 2008: 4) adalah proses

eksperiensial (pengalaman) yang menghasilkan perubahan perilaku yang

relatif permanen dan yang tidak dapat dijelaskan dengan keadaan

sementara kedewasaan, atau tendensi alamiah.

Menurut aliran Piaget belajar adalah adaptasi yang holistik dan

bermakna yang datang dari dalam diri seseorang terhadap situasi baru,

sehingga mengalami perubahan yang relatif permanen (Semiawan, 2008:

11). Belajar didefinisikan sebagai perubahan yang diakibatkan oleh

pengalaman. Setidaknya mengalami perubahan lima macam perilaku,

yaitu perubahan pengalaman, dan dianggap sebagai faktor-faktor penyebab

dasar dalam belajar.

Berdasarkan pengertian para ahli di atas dapat disimpulkan belajar

adalah kegiatan yang dilakukan siswa untuk mencari jawaban dari

pertanyaan yang menimbulkan rasa ingin tahu dari dirinya sendiri.

Jawaban yang ditemukan harus dipertanggungjawabkan oleh siswa, belajar

menghasilkan penglaman baru, pengetahuan baru, dan kecakapan dalam

(34)

perubahan yang relatif permanen dengan adanya pengalaman baru dari

orang lain.

2.1.2.1.1 Ciri-ciri belajar

Ciri-ciri belajar antara lain, yaitu belajar adalah kegiatan yang

menghasilkan perubahan karena usaha yang dilakukan dalam kegiatan

belajar. Dalam prosesnya belajar membutuhkan waktu. Menghasilkan

pengalaman atau tingkah laku (Suyono, 2012).

2.1.2.1.2 Prinsip-prinsip Belajar

Kata prinsip berasal dari bahasa Latin yang berarti dasar (pendirian,

tindakan) atau sesuatu yang dipegang sebagai panutan yang utama Badudu

& Zain (dalam Riyanto (2009). Menurut pandangan Skiner (dalam

Dimyati, 2002: 9), belajar adalah suatu perilaku. Sedangkan menurut

Walra (dalam Riyanto, 2009) belajar adalah aktivitas atau pengalaman

yang menghasilkan perubahan pengetahuan, perilaku, dan pribadi yang

bersifat permanen.

Berdasarkan pengertian prinsip dan belajar menurut para ahli di atas,

maka dapat disimpulkan pengertian prinsip belajar adalah konsep-konsep

ataupun asas (kaidah dasar) yang harus diterapkan di dalam proses belajar

mengajar ini mengandung maksud bahwa pendidik akan dapat

melaksanakan tugasnya dengan baik apabila Anda dapat menerapkan cara

(35)

a. Prinsip belajar menurut Slameto dalam (Riyanto, 2009: 63) belajar

mempunyai prasyarat yang diperlukan, yaitu dalam belajar setiap

siswa harus diusahakan untuk partisipasi aktif, meningkatkan minat,

dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional. Belajar juga

harus menimbulkan “reinforcement” dan motivasi yang kuat pada

siswa untuk mencapai tujuan instruksional. Belajar membutuhkan

lingkungan yang menantang dimana anak dapat mengembangkan

kemampuaannya untuk bereksplorasi dan belajar efektif. Serta belajar

perlu ada interaksi siswa denga lingkungannya (Riyanto, 2009: 63).

b. Prinsip belajar menurut Gestalt (dalam Riyanto, 2009: 64) prinsip

belajar ialah 1) Belajar berdasarkan keseluruhan; orang berusaha

menghubungkan suatu materi pelajaran dengan pelajaran yang lain. 2)

Belajar adalah suatu proses perkembangann; anak-anak baru dapat

mempelajari dan merencanakan bila ia telah datang untuk menerima

bahan pelajarannya, sebagai organisme yang berkembang, kesediaan

mempelajari sesuatu tidak ditentukan oleh kematangan jiwa, batiniah,

tetapi juga perkembangan karena lingkungan dan pengalaman. 3)

Siswa sebagai organisme keseluruhan; siswa belajar intelektual,

emosional, dan jasmaniah, dan guru sebagai pengajar sekaligus

pendidik untuk membentuk pribadi siswa. 4) Terjadi transfer; belajar

yang terpenting adalah memperoleh respon yang tepat. 5) Belajar

adalah reorganisasi pengalaman; pengalaman adalah suatu interaksi

antara seseorang dengan lingkungannya. 6) Belajar harus dengan

(36)

seseorang melihat pengertian tentang sangkut paut dan

hubungan-hubungan tertentu dalam unsur yang mengandung suatu problem. 7)

Belajar lebih berhasil bila berhubungan dengan minat, keinginan, dan

tujuan siswa. 8) Hal ini terjadi bila banyak berhubungan dengan apa

yang diperlukan siswa dalam kehidupan sehari-hari. 9) Belajar

berlangsung terus-menerus; siswa harus memperoleh pengetahuan tak

hanya dari sekolah,tetapi juga luar sekolah, dalam pergaulan,

memperoleh pengalaman sendiri-sendiri, karena sekolah harus

bekerjasama dengan orangtua di rumah dan di masyarakat agar semua

turut serta membantu perkembangan siswa secara harmonis (Riyanto,

2009: 64).

c. Prinsip belajar menurut Robert H. Davies dalam (Riyanto, 2009: 65),

yaitu 1) Prinsip kemanfaatan, yaitu seorang siswa termotivasi belajar

sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya. Hubungan pelajaran dengan

pengalaman siswa untuk belajar lebih berarti terdapat tiga teknik,

yaitu menghubungkan pelajaran dengan pengalaman siswa di masa

lalu, menghubungkan keinginan dan nilai belajar pada apa yang

dipelajari, dan menghubungkan tujuan siswa pada yang dipelajari

dengan memberikan suatu pandangan dari pelajaran tersebut saat

mengabarkan kemungkinan penerapan masa depan. 2) Prinsip

prasyarat adalah seorang siswa mungkin belajar sesuatu yang baru jika

dia memilki semua prasyarat. Belajar masa lalu seorang siswa

kemungkinan merupakan faktor penentu penting bagi keberhasilan

(37)

kemampuan prasayarat menemukan kemanfaatan belajar. 3) Prinsip

percontohan adalah siswa mungkin lebih mendapatkan perilaku baru

jika dicontohkan pekerjaan dan menirukannya. 4) Prinsip komunikasi

terbuka adalah memungkinkan siswa untuk belajar apabila penyajian

dibuat dengan pesan terbuka untuk inspeksi siswa.

Ada lima kiat jika menggunakan prinsip komunikasi terbuka

adalah a) menyatakan tujaun pada siswa Anda, b) sebutkan hubungan

dengan memberikan saran dan dorongan pada siswa, c) kapan pun jika

memungkinkan tunjukkan fakta apa yang pernah dijelaskan, d)

usahakan siswa bisa melihat dan mendengar semua sifat khusus yang

dimungkinkan ketika hal tersebut disebutkan, dan e) gunakan

pertanyaan untuk menguji komunikasi. 5) Prinsip hal baru, adalah

seorang siswa mungkin mempelajari jika perhatiannya menarik

dengan presentasi yang relatif baru. 6) Prinsip diklat aktif yang sesuai,

adalah siswa lebih aktif belajar apabila mereka mengambil bagian

latihan yang disanggupi untuk mencapai tujuan pelajaran. Tiga saran

yang membantu menyesuaikan prinsip tersebut, yaitu meminta siswa

untuk merespons dan menjawab pertanyaan; meminta siswa untuk

menyusun dan mengatur kembali informasi yang ditemukan dalam

bacaan mereka; dan membuat sarana dan suasana belajar pada

pekerjaan bila diperlukan. 7) Prinsip pembagian praktik 8) Prinsip

penghapusan; adalah seorang siswa lebih mungkin belajar apabila

instruksional segera dikeluarkan secara berangsur-angsur. Pada

(38)

dengan memberikan petunjuk dan isyarat. 9) Prinsip kondisi yang

menyenangkan dan konsekuensinya, adalah seorang siswa yang lebih

suka terus belajar jika pengajaran yang dilakukan oleh guru dianggap

sebagai suatu yang menyenangkan. Beberapa hal yang menyebabkan

siswa enggan di kelas, antara lain siswa merasa kurang tantangan

dengan sesuatu yang bervariasi, siswa adalah subjek dari kondisi yang

tidak menantang, siswa merasa frustasi karena kondisi yang tidak

menyenangkan, dan perasaan siswa yang terluka karena guru

membandingkan hasil siswa dengan siswa yang lainnya (Riyanto,

2009: 65-69).

Berdasarkan prinsip-prinsip menurut para ahli di atas, maka

prinsip belajar dapat digunakan sebagai landasan berpikir dan

motivasi dengan harapan tujuan pembelajaran tercapai. Tujuan

pembelajaran tumbuh dari proses belajar antar peserta didik dengan

pendidik yang terarah.

2.1.2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Faktor-faktor yang mempegaruhi belajar banyak jenisnya, antara

lain yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor

yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor

ekstern adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor intern, yaitu

faktor jasmaniah, faktor psikologi, dan faktor kelelahan. Faktor

jasmani terdiri dari dua faktor, yaitu faktor kesehatan dan faktor cacat

(39)

beserta bagian-bagiannya/bebas dari penyakit. Kesehatan seseorang

berpengaruh terhadap belajarnya. Proses belajar seseorang akan

terganggung jika kesehatannya terganggu, selain itu juga akan cepat

lelah, kurang semangat, mudah pusing, dan badannya lemah atau

mengalami kelainan fungsi pada alat indera. Oleh karena itu seseorang

dapat belajar dengan baik harus mengusahakan kesehatan badannya

tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan ketentuan belajar,

bekerja, istirahat, tidur, makan, olahraga, rekreasi, dan ibadah.

Cacat tubuh, cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan

kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh/badan. Misalnya,

buta, tuli, lumpuh, dan lain-lain. Keadaan cacat tubuh juga

mempengaruhi belajar siswa karena terganggu. Jika hal ini yang terjadi

maka ia hendaknya belajar pada lembaga pendidikan khusus atau

dibantu dengan alat bantu yang dapat menghindari dan mengurangi

pengaruh kecacatannya.

Faktor psikologi, faktor psikologis mempunyai 7 faktor yang

mempengaruhi belajar, yaitu: a) inteligensi, inteligensi yang

dirumuskan oleh J.P. Chaplin (dalam Slameto, 2010: 55) adalah The

ability to meet and adapt to novel situations quickly and effectively, the

ability to utilize concepts effectively, the ability to grasp relationship

and to learn quickly. Jadi, integensi adalah kecapakan yang teridiri dari

tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke

dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif,

(40)

mengetahui relasi dan mempelajari dengan cepat. b) Perhatian,

menurut Gazali (dalam Slameto, 2010: 56) perhatian adalah keaktifan

jiwa yang dipertinggi, jiwa itu semata-mata tertuju kepada suatu

objek(benda/hal) atau sekumpulan objek. c) Minat, Hilgard

merumuskan minat adalah sebagai “interst is persisting tendency to

pay attention to and enjoy some activity or content”. Minat adalah

kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang

beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan

terus menerus yang disertai dengan rasa senang, minat besar

pengaruhnya terhadap belajar, karena nilai bahan pelajaran yang

dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar

dengan sebaik-baiknya. d) Bakat atau aptitude menurut Hilgrad (dalam

Slameto, 2010: 57) adalah “the capacity to learn” dengan perkataan

lain bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan baru akan

terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih.

e) Motif, menurut Drever (dalam Slameto, 2010: 58) adalah “Motive is

effective-conative factor which operates in determining the direction of

an individual’s behaviour to words an end or goal, consioustly

apprehender or uncosioustly”. Jadi motivasi erat hubungannya dengan

tujuan yang akan dicapai. Tujuan disadari atau tidak, akan tetapi untuk

mencapai tujuan perlu berbuat, penyebab berbuat adalah motif sendiri

sebagai pendorong/daya penggerak. f) Kematangan, kematangan

adalah suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan seseorang, dimana

(41)

Kematangan belum berarti anak dapat melaksanakan kegiatan secara

terus-menerus, untuk itu diperlukan latihan-latihan dan pelajaran. g)

Kesiapan atau readiness menurut Drever (dalam Slameto, 2010: 59)

adalah Preparadness to respond or react. Kesiapan adalah kesediaan

untuk memberikan respons atau beraksi. Kesiapan perlu diperhatikan

dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan dirinya sudah ada

kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik.

Faktor kelelahan, faktor kelelahan dapat dibedakan menjadi dua,

yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani

terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan

untuk membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani terjadi karena

kekacauan subtansi sisa pembakaran di dalam tubuh, sehingga darah

tidak/kurang lancar pada bagian-bagian tertentu.

Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan

kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu

hilang. Kelelahan ini sangat terasa pada bagian kepala dengan

pusing-pusing sehingga sulit berkonsentrasi (Slameto, 2010: 59).

Berdasarkan faktor-faktor jasmani, psikologis, dan kelelahan

mempengaruhi belajar siswa karena jika kondisi tubuhnya kurang

sehat, lelah, atau mengalami cacat maka siswa akan menjadi malas

untuk belajar. Bagi anak yang cacat perlu perhatian penuh terhadap

dirinya sendiri dan ada oranga lain yang dapat memberikan bantuan

(42)

Faktor ekstern ada 3, yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Faktor ekstern yang pertama adalah faktor keluarga, siswa yang belajar

akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orangtua

mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan

keadaan ekonomi keluarga. Cara orang tua mendidik anak berpengaruh

besar terhadap belajar anaknya. Wirowidjojo (dalam Slameto, 2010:

61) menyatakan bahwa: keluarga adalah lembaga pendidikan yang

pertama dan utama. Keluarga yang sehat artinya untuk pendidikan

dalam ukuran kecil, tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan

dalam ukuran besar, yaitu pendidikan bangsa, negara, dan dunia.

Pernyataan di atas dapat dipahami betapa pentingnya pendidikan

anaknya. Cara orangtua mendidik anak-anaknya akan berpengaruh

terhadap belajarnya. Orangtua yang kurang/tidak memperhatikan

pendidikan anaknya, misalnya mereka acuh tak acauh terhadap belajar

anaknya. Orangtua terlalu memanjakan anaknya adalah cara mendidik

yang tidak baik karena jika hal ini teerjadi secara terus menerus maka

belajar anak akan menjadi kacau (Slameto, 2010: 61).

Relasi antar anggota keluarga yang terpenting adalah relasi

orangtua dengan anaknya. Selain itu relasi anak dengan saudaranya

atau dengan anggota keluarga yang lain pun turut membantu belajar

anak. Wujud relasi misalnya apakah hubungan itu penuh kasih sayang

dan pengertian, ataukah diliputi kebencian dan sebagainya. Relasi

antar anggota keluarga erat kaitannya dengan cara orangtua mendidik

(43)

terhambat, belajarnya terganggu, dan dapat menimbulkan

masalah-masalah psikologis lainnya. Demi kelancaran belajar serta keberhasilan

anak, perlu diusahankan relasi yang baik di dalam keluarga anak

tersebut. Hubungan yang baik adalah hubungan yang penuh pengertian

dan kasih sayang, disertai dengan bimbingan dan bila perlu

hukuman-hukuman untuk mensukseskan belajar anak (Slameto, 2010: 62).

Rumah dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian-kejadian

yang sering terjadi di dalam keluarga di mana anak berada dan belajar.

Rumah merupakan faktor yang penting. Rumah yang suasananya

gaduh dan semrawut tidak akan memberi ketenangan kepada anak

yang belajar, agar anak dapat belajar dengan baik perlu diciptakan

suasana rumah yang tenang dan tentram. Suasana rumah yang tenang

dan tentram anak akan menjadi betah tinggal di rumah dan anak juga

dapat belajar dengan baik (Slameto, 2010: 63).

Faktor keadaan ekonomi keluarga sangat erat hubungannya

dengan belajar anak karena anak yang sedang belajar harus terpenuhi

kebutuhan pokoknya, misalnya papan sandang pangan dan fasilitas

belajar. Fasilitas belajar hanya dapat dipenuhi oleh keluarga cukup

uang. Jika anak hidup dalam keluarga yang miskin, kebutuhan pokok

kurang terpenuhi, akibanya anak terganggu sehingga belajarnya pun

terganggu. Akibat lainnya anak menjdai minder dengan

teman-temannya hal ini pasti akan menggangu belajar anak. Bahkan anak

mencari nafkah untuk membantu orangtuanya padahal anak belum

(44)

kemungkinan anak yang serba kekurangan dan menderita ekonomi ini

menjadi cambuk baginya untuk belajar giat dan akhirnya sukses.

Sebaliknya keluarga kaya raya, orangtuanya sering memanjakan anak.

Anak hanya bersenag-senang dan berfoya-foya, akibatnya anak kurang

memusatkan perhatiannya untuk belajar. Hal tersebut dapat

menggangu belajar anak (Slameto, 2010: 64).

Pengertian orangtua juga mempengaruhi belajar anak, karena

saat belajar anak perlu dorongan dan pengertian dari orangtua. Bila

anak sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas di rumah,

karena akan melemahkan semangat belajar anak (Slameto, 2010: 64).

Latar belakang kebudayaan, tingkat pendidikan atau kebiasaan di

dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu kepada

anak ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, agar mendorong

semangat anak untuk belajar (Slameto, 2010:64).

Faktor ekstern yang kedua adalah faktor sekolah yang meliputi

metode mangajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa

dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, standar pelajaran di atas

ukuran, waktu sekolah, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas

rumah. Metode mengajar adalah suatu cara/jalan yang harus dilalui di

dalam mengajar. Mengajar menurut Ulih Bukit Karo-Karo (2010)

adalah menyajikan bahan pelajaran oleh orang kepada orang lain agar

orang lain itu menerima, menguasai, dan mengembangkannya. Dalam

(45)

proses belajar menerima, mengusai, dan mengembangkan maka belajar

harus setepat-tepatnya dan efektif serta efisien.

Berdasarkan uraian di atas jelas metode mengajar

mempengaruhi belajar. Metode mengajar guru yang baik

mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Guru mengajar

biasa menggunakan metode cermah, sehingga siswa menjadi bosan,

mengantuk, pasif, dan hanya mencatat. Guru progresif berani mencoba

metode-metode baru yang membantu meningkatkan motivasi siswa

untuk belajar , agar belajar siswa dapat dengan baik maka metode

mengajar harus diusahakan setepat, efisien, dan efektif (Slameto, 2010:

65).

Kurikulum merupakan sebagian besar yang menyajikan bahan

pelajaran agar siswa menerima, menguasai, dan mengembangkan

bahan pelajaran yang mempengaruhi belajar siswa. Kurikulum yang

kurang baik dapat berpengaruh tidak baik terhadap belajar siswa,

misalnya kurikulum yang terlalu padat, di atas kemampuan siswa,

tidak sesuai dengan bakat, minat, dan perhatian siswa. Guru perlu

mendalami siswa dengan baik untuk menyusun rancangan yang detail

agar dapat melayani siswa belajar secara individual (Slameto, 2010:

65). Relasi guru dengan siswa, cara belajar siswa dipengaruhi oleh

relasinya dengan gurunya. Relasi guru dengan siswa yag baik, siswa

akan menyukai gurunya dan juga mata pelajaran yang diberikan

sehingga siswa mempelajari sebaik-baiknya. Hal tersebut juga

(46)

belajar akibatnya pelajaran tidak maju. Dalam proses belajar mengajar

perlu ada interaksi yang akrab antara guru dan siswa untuk

berpartisipasi aktif dalam belajar (Slameto, 2010: 66).

Relasi siswa dengan siswa, misalnya siswa yang mempunyai

tingkah laku yang kurang menyenangkan teman ini, mempunyai rasa

rendah diri atau sedang mengalami tekanan-tekanan batin, maka akan

diasingkan dari kelompok. Oleh karena itu guru yang kurang

mendekati siswa dan kurang bijaksana, tidak akan melihat bahwa di

dalam kelas ada grup yang saling bersaing tidak sehat. Maka di dalam

kelas perlu diciptakan relasi yang baik antar siswa karena agar dapat

memberikan pengaruh yang positif terhadap belajar siswa (Slameto,

2010: 66). Disiplin sekolah, kedisiplinan sekolah erat hubungannya

dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan belajar. Kedisiplinan

sekolah mencakup seluruh warga sekolah baik guru dalam mengajar,

pegawai dalam mengerjakan tugas, dan kepala sekolah dalam

mengelolah seluruh staf beserta siswa-siswanya dan tim bimbingan

konseling (BK) dalam pelayanan siswa. Dengan demikian agar siswa

dapat belajar lebih maju, siswa harus disiplin dalam belajar naik di

sekolah, di rumah, dan di perpustakaan. Siswa disiplin, guru beserta

staf juga harus disiplin (Slameto, 2010: 67).

Alat pelajaran, alat pelajaran erat hubungannya dengan cara

belajar siswa, karena alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu

mengajar yang lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan

(47)

mudah menerima pelajaran atau mengusainya maka belajarnya akan

menjadi lebih giat dan lebih maju. Kenyataan saat ini banyaknya

tuntutan yang masuk sekolah, maka memerlukan alat-alat yang

membantu lancarnya belajar siswa dalam jumlah besar. Misalnya,

buku-buku perpustakaan, laboratorium atau media-media lain.

Kenyataannya banyakan sekolah belum memiliki media dalam jumlah

maupun kualitasnya untuk mendukung proses pembelajaran di sekolah

(Slameto, 2010:67).

Standar pelajaran di atas ukuran ini merupakan faktor belajar

dari sekolah, karena guru yang berpendirian untuk mempertahankan

wibawanya, perlu memberi pelajaran di atas ukuran standar. Akibatnya

siswa merasa kurang mampu dan takut kepada guru. Guru dalam

menuntut penguasaan materi harus sesuai dengan kemampuan siswa

masing-masing, yang penting tujuan yang telah dirumuskan dapat

tercapai (Slameto, 2010:68). Waktu sekolah ialah waktu terjadinya

proses belajar mengajar di sekolah, waktu itu dapat pagi, siang,

sore/malam hari. Waktu yang baik untuk sekolah adalah pagi hari

karena pikiran masih segar dan jasmani dalam kondisi yang baik. Jika

siswa bersekolah pada waktu kondisi yang badan yang lemah,

misalnya pada sianga hari bersekolah, maka akan mengalami kesulitan

berkonsentrasi dan berpikir pada kondisi badan yang lemah tadi. Jadi,

memilih waktu sekolah yang tepat akan memberi pengaruh positif

(48)

Keadaan gedung, dengan jumlah siswa yang banyak serta variasi

karakteristik masing-masing siswa menuntut keadaan gedung yang

dewasa ini harus memadai di dalam setiap kelas karena ruang kelas

yang kurang nyaman tidak memadai proses belajar siswa (Slameto,

2010: 69). Metode belajar, banyak siswa yang melaksanakan cara

belajar yang salah. Guru perlu perlu melakukan pembinaan dan siswa

cara belajar yang tepat efektif pula hasil belajarnya. Belajar harus

teratur, karena kadang siswa belajar terus menerus karena besok akan

ada tes. Dengan demikian maka siswa kurang beristirahat dan dapat

menyebabkan sakit. Maka belajar perlu dilakukan secara tertatur setiap

hari dengan pembagian waktu yang tepat dan istirahat yang cukup

untuk meningkatkan hasil belajar (Slameto, 2010: 69).

Tugas rumah merupakan bagian dari faktor belajar sekolah,

karena waktu belajar terutama adalah di sekolah, disamping untuk

belajar waktu di rumah biarlah digunakan untuk kegiatan-kegiatan

lain. Guru diharapkan tidak terlalu banyak memberikan tugas yang

harus dikerjakan di rumah, sehingga anak tidak mempunyai waktu lagi

untuk kegiatan yang lain (Slameto, 2010: 69).

Faktor belajar ekstern yang ketiga adalah masyarakat.

Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap

belajar siswa. Pengaruh terjadi karena siswa dalam masyarakat.

Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan

(49)

terlalu banyak maka belajarnya akan terganggu lebih-lebih jika kurang

bijaksana dalam mengatur waktu.

Media masa yang saat ini berkembang semakin banyak beredar

di masyarakat akan memberikaan pengaruh baik terhadap siswa

maupun belajarnya. Maka siswa harus mendapatkan bimbingan dan

kontrol yang cukup bijaksana dari pihak orangtua dan pendidik baik

dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Teman bergaul akan berpengaruh pada jiwa anak daripada yang

kita duga. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik, begitu

juga sebaliknya teman yang bergaulnya jelek pasti akan mempengaruhi

sifat yang buruk juga. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka

perlu diusahakan agar siswa memilki teman bergaul yang baik-baik

dan pembinaan pergaulan yang baik serta pengawasan dari orangtua

dan pendidik harus cukup bijaksana (jangan terlalu ketat tetapi juga

jangan terlalu lengah). Bentuk kehidupan masyarakat juga berpengaruh

terhadap belajar siswa. Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang

tidak terpelajar, penjudi, pencuri, dan mempunyai kebiasaan yang

tidak baik akan berpengaruh jelek kepada siswa yang ada dilingkungan

tersebut. Akibatnya belajar anak terganggu bahkan kehilangan

semangat belajar karena perhatiannya yang semula terpusat kepada

belajar menjadi terpusat pada perbuatan-perbuatan orang yang ada di

lingkungan sekitar. Oleh karena itu perlu untuk mengusahakan

(50)

terhadap anak/siswa sehingga dapat belajar dengan sebaik-baiknya

(Slameto, 2010: 70-71).

2.1.2.2Prestasi Belajar

Prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie. Kemudian

dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti “hasil usaha”. Istilah “prestasi belajar” (achievement) berbeda dengan “hasil belajar”

(learning outcome). Prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan

aspek pengetahuan, sedangkan hasil belajar meliputi aspek pembentukan

watak peserta didik. Prestasi belajar merupakan suatu masalah yang

bersifat perenial dalam sejarah kehidupan manusia, karena sepanjang

rentang kehidupan manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan

kemampuan masing-masing (Arifin, 2009:12).

Fungsi utama prestasi antara lain adalah 1) Prestasi belajar sebagai

indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai peserta

didik. 2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasaan hasrat ingin tahu.

Para ahli psikologi biasa menyebut hal ini sebagai “tendensi keingintahuan

(couriosity) dan merupakan kebutuhan umum manusia”. 3) Prestasi belajar

sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. Asumsinya adalah

prestasi belajar dijadikan dorongan bagi peserta didik dalam meningkatkan

ilmu pengetahuan dan teknologi, dan berperan sebagai umpan balik dalam

meningkatkan mutu pendidikan. 4) Prestasi belajar sebagai indikator intern

dan ekstern dari suatu institusi pendidikan. Indikator intern dalam arti

(51)

pendidikan. Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan relevan dengan

kebutuhan masyarakat dan anak didik. Indikator ekstern adalah tingkat

rendahnya prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan

peserta didik di masyarakat. Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan

relevan pula dengan kebutuhan masyarakat. 5) Prestasi belajar dapat

dijadikan indikator daya serap (kecerdasan) peserta didik. Dalam proses

pembelajaran peserta didik menjadi fokus utama yang harus diperhatikan,

karena perserta didiklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi

pelajaran (Arifin, 2009: 13).

Berdasarkan lima fungsi utama prestasi belajar dapat ditarik

kesimpulan, yaitu prestasi sebagai indikator keberhasilan belajar siswa

dalam bidang studi tertentu, selain itu sebagai kualitas institusi pendidikan.

Bagi guru prestasi belajar bermanfaat sebagai umpan balik dalam

pelaksanaan proses pembelajaran sehingga dapat menentukan apakah perlu

melakukan diagnosis, penempatan, atau bimbingan terhadap peserta didik.

Prestasi merupakan pencapaian atau hasil yang telah dicapai yang

memerlukan suatu kecakapan/keahlian dalam tugas-tugas akademis

maupun non akademis Chaplin (dalam Supardan, 2011: 476).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2002:895),

prestasi berarti hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan atau

dikerjakan). Prestasi merupakan suatu pencapaian atau hasil yang telah

dicapai yang memerlukan suatu keahlian dalam bidang akademis maupun

non akademis (Sapardi, 2011: 167). Faktor-faktor yang mempengaruhi

(52)

1. Pemenuhan Kebutuhan Psikologis

Secara umum kebutuhan anak dalam perkembangannya

memerlukan kebutuhan primer, pangan (makan), sandang (pakaian),

dan perumahan serta kasih sayang, perhatian, penghargaan terhadap

dirinya dan peluang mengaktualisasikan dirinya. Pemenuhan

kebutuhan tersebut tergantung lingkungannya berinteraksi dengan

dirinya. Pemenuhan kebutuhan dapat dipengruhi oleh orgamisme

alamiah oleh sifat-sifat dan ciri-ciri unik pembawaan dari lahir.

Organisme juga ditentukan oleh cara-cara lingkungan berinteraksi

dengan individu, yaitu dengan pendekatan yang bersifat memberikan

kasih sayang, perhatian, dan peluang untuk mengaktualisasi.

Kewajiban sekolah sebaik memberikan bekal yang mencukupi

kebutuhan untuk masa depan anak didik. Sekolah mengembangkan

potensi anak bergantung pada pendidikan bersumber dari pergaulan

antara orangtua dan anak, bagaimana tugas tersebut diwujudkan. Jadi,

pergaulan tersebut adalah suatu lapangan yang memungkinkan

kesiapan anak untuk merubah menjadi suatu pendidikan dimana

mendidik dilandasi nilai moral tertentu dan mengacu perwujudan

potensi bakat tertentu yang dimiliki oleh anak, yang kini menjadi

tuntutan kebutuhan psikologi.

2. Inteligensi, Emosi, dan Motivasi

Prestasi belajar dipengaruhi oleh kemampuan intelektual yang

bersifat kognitif, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor

Gambar

gambar mempermudah pembelajaran dan menarik serta mendorong siswa
gambar Media Minat dan prestasi belajar
Gambar 2. Siklus Penelitian Tindakan Kelas Menurut Kemmis dan
tabel 2. Tabel 2: Kisi-Kisi Kuesioner Minat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pentransferan energi dari stator ke rotor dari satu motor induksi adalah besaran induksi elektromagnetik, karenanya motor induksi dapat dianggap sebagai transformator dengan

Dalam sistem Toyota, kita perlu melihat aliran produksi secara terbalik; dengan kata lain, orang dari suatu proses tertentu pergi ke proses terdahulu untuk mengambil unit

Persediaan Bahan Baku yang dilakukan pada PT.Semen Padang. telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan

2) Actual Product atau a) perilaku tertentu yang kita promosikan, seperti sikat gigi 2 x per hari,penggunaan pasta gigi dan sikat gigi sudah benar seperti yang disarankan

Hipotesis yang terjawab yaitu H1 (Individual yang memiliki regulasi diri yang tinggi akan mengurangi perilaku cyberloafing dibandingkan dengan individual yang

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keselamatan kerja karyawan pada PT PLN (Persero) Area Malang sudah sangat baik yang berdampak pada motivasi kerja,

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kemampuan reaktor fluidisasi tiga fase dalam meningkatkan kandungan DO dan menurunkan kandungan organik yaitu COD dan mempelajari

Dengan demikian, melalui proses pendidikan yang memanusiakan manusia melalui pembinaan kemampuan berfikir ilmiah, sentuhan hati yang beretika, dan pengembangan kejernihan jiwa