IMPLEMENTASI CLASSROOM MANAGEMENT
UNTUK MEWUJUDKAN SUASANA KELAS AKTIF
PADA PROSES PEMBELAJARAN PAI BAGI SISWA
SMP ISLAM AL-AZHAR 18 SALATIGA TAHUN 2015
SKRIPSI
Diajukan untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.)s
Oleh
SITI ZULAIKHA
NIM 111 11 133
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”
PERSEMBAHAN
Yang terkasih dan tak kan tergantikan, ibu bapak ku,
Para guru dan pendidiK,
Teman-taman mahasiswa seperjuanganku.
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang merupakan tugas dan syarat yang wajib dipenuhi guna memperoleh gelar kesarjanaan Pendidikan Guru Agama Islam IAIN Salatiga.
Shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada jujungan kita, Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa risalah islam yang penuh dengan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu-ilmu keislaman. Sehingga dapat menjadi bekal hidup kita di dunia dan akhirat kelak.
Suatu kebanggaan tersendiri penulis dapat menyeleseikan skripsi ini, karena bagi penulis penyusunan skripsi ini merupakan tugas yang tidak ringan. Penulis sadar banyak hambatan dalam menusun skripsi ini, dikarenakan keterbatasan kemampuan penulis sendiri. Kalaupun akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan, itu karena dukungan dari beberapa pihak yang membantu penulis dalam menyusun skripsi ini.
Untuk itu, penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya dalam menyusun skripsi ini, khususnya kepada:
1. Bapak Dr. Rahmad Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Kajur PAI IAIN Salatiga.
4. Ibu Dra. Sri Suparwi, M.A. selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan sumbangan pikiran terbaiknya selama masa bimbingan sampai selesenyai penulisan skripsi ini.
6. Bapak Adam Widiyanto, S.Si. selaku kepala sekolah SMP ISLAM AL-AZHAR 18 Salatiga yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di sekolah yang beliau pimpin.
7. Ibu Inayatul Wakidah, M.Pd. dan Ibu Nur Milatul Jannah, S.Pd.I. selaku guru PAI di SMP ISLAM AL-AZHAR 18 Salatiga yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membentu penulis memperoleh informasi.
Atas jasa mereka penulis hanya dapat memohonkan doa semoga amal kebaikan mereka mendapat balasan yang lebih baik serta mendapat kesuksesan di dunia maupun di akhirat.
Dalam hal ini penulis juga mengharap kritik dan saran dari pembaca yang dapat membangun demi menyempurnakan skripsi ini. Dan akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.
Salatiga, 12 September 2015
Penulis
ABSTRAK
Zulaikha, Siti. 2015. Implementasi Classroom Manajemen untuk Mewujudkan Suasana Kelas Aktif pada Proses Pembelajaran PAI bagi Siswa SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga Tahun 2015. Skripsi. Jurusan Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan. Progarm Studi Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Dra. Sri Suparwi, M.A.
Kata Kunci: Implementasi Classroom Management, Suasana Kelas Aktif dan Pembelajaran PAI.
Kurangnya pemahaman guru PAI tentang Classroom Management dan masih sedikitnya guru PAI yang menerapkan Classroom Management serta jarangnya metode pembelajaran aktif yang dipakai dalam mengajar menyebabkan kelas tidak kondusif dan proses pembelajaran tidak berjalan dengan efektif. Hal tersebut membuat siswa merasa bosan saat mengikuti proses pembelajaran akibatnya tujuan pembelajaran tidak tercapai dengan maksimal.
Penelitian ini bertujuan untuk menjawab masalah ICM di SMP Islam A-Azhar 18 Salatiga tahun 2015 yaitu: (1) bagaimana pemahaman guru PAI tentang
ICM di SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga tahun 2015?, (2) bagaimana cara guru PAI dalam melaksanakan ICM di SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga tahun 2015?, (3) apa kesulitan/hambatan guru PAI dalam melaksanakan ICM di SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga tahun 2015?, (4) bagaimana solusi atas masalah pelaksanaan
ICM di SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga tahun 2015?. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi wawancara, observasi dan dokumentasi. Data yang diperoleh dari ketiga teknik tersebut ditafsirkan dan dianalisis. Keabsahan data diuji dengan teknik triangulasi dan tenik ketekunan pengamatan.
DAFTAR ISI
SAMPUL JUDUL... i
LEMBAR BERLOGO... ii
JUDUL... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING... iv
HALAMAN PENGESAHAN... v
DEKLARASI KEASLIAN TULISAN... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN... vii
KATA PENGANTAR... viii
ABSTRAK... x
DAFTAR ISI... xi
DAFTAR TABEL... xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Fokus Penelitian... 6
C. Tujuan Penelitian... 6
D. Manfaat Penelitian... 7
E. Penegasan Istilah... 8
F. Metode Penelitian... 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Classroom Management... 20
B. Suasana Kelas Aktif... 32
C. Pembelajaran PAI... 38
D. Clasroom Management untuk Mewujudkan Suasana Kelas Aktif pada Proses Pembelajaran PAI... 52
BAB III HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 68
1. Sejarah Singkat Berdirinya SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga... 68
2. Profil SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga... 68
3. Subjek Penelitian... 80
B. Paparan Data Temuan Peneliti... 81
1. Pemahaman Guru tentang Classroom Management... 81
2. Pelaksanaan Classroom Management... 87
3. Kesulitan/Hambatan dalam Pelaksanaan Classroom Management... 90
4. Solusi atas Masalah dalam Pelaksanaan Classroom Management... 93
BAB IV PEMBAHASAN A. Pemahaman Guru tentang Classroom Management... 97
B. Pelaksanaan Classroom Management... 100
C. Kesulitan/Hambatan dalam Pelaksanaan Classroom Management.. 104
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan... 111
B. Saran... 113
DAFTAR PUSTAKA... 115
LAMPIRAN-LAMPIRAN... 155
BAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Pernyataan yang mendorong siswa berfikir dan berproduksi... 34
Tabel 2.2 Contoh umpan balik yang tidak memvonis... 37
Tabel 3.1 Jumlah guru/pegawai... 71
Tabel 3.2 Data peserta didik... 71
Tabel 3.3 Lulusan empat tahun terakhir... 74
Tabel 3.4 Sarana-prasarana sekolah... 76
Tabel 3.5 Anggaran sekolah... 78
BAB I
PEBDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manajemen kelas merupakan salah satu faktor penunjang keberhasilan proses belajar mengajar, dikatakan demikian karena menajemen kelas mengatur, menciptakan dan mempertahankan suasana kelas secara optimal supaya kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan efektif. Sebagai seorang guru baik guru yang telah berpengalaman maupun guru pemula harus senantiasa memperhatikan bagaimana cara mengelola kelas dengan baik agar pembelajaran dapat berjalan efektif dan tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Artinya: “Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan."
Selain masalah manajemen kelas (classroom management) masalah pengajaran (instruktional problem) juga ikut menunjang proses belajar mengajar yang kondusif. Pengajaran dan manajemen adalah dua kegiatan yang saling berkait, keduanya diyakini mempunyai implikasi dalam pencapaian hasil pembelajaran dalam arti tercapainya tujuan-tujuan pengajaran akan sangat tergantung pada masalah manajemen kelas. Namun keduanya memiliki tujuan yang berbeda, pengajaran mencakup semua kegiatan yang secara langsung dimaksudkan untuk mencapai tujuan-tujuan khusus pengajaran (menentukan entry behavior siswa,
kelompok yang produktif, dan sebagainya) (T. Raka Joni, 1989) dalam Mulyadi (2009: 2).
Mengingat pentingnya manajemen kelas dalam proses pembelajaran guru perlu mengoptimalkan pelaksaan manajemen kelas sebelum memulai pengajaran. Guru harus mempunyai planning bagaimana mengelola kelas agar siswa merasa nyaman saat mengikuti kegiatan balajar mengajar. Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru bahwa dalam kegiatan belajar mengajar siswa membutuhkan suasana yang wajar tanpa tekanan, siswa membutuhkan suasana yang merangsang keaktifan dalam mengikuti pembelajaran. Yang tidak kalah penting siswa membutuhkan kesempatan untuk berkomunikasi baik dengan guru, teman maupun dengan lingkungannya. Suasana tersebut dapat tercapai apabila guru memiliki keterampilan yang baik dalam mengelola kelas.
pengajaran yang tidak monoton dan dapat menumbuhkan keaktifan siswa, serta menggunakan media pengajaran yang menarik.
Kegiatan belajar mengajar akan berlangsung kondusif apabila guru memiliki pemahaman dalam menjalankan manajemen kelas dengan baik, akan tercipta suasana kelas yang nyaman, akan tercipta keaktifan para siswa dalam belajar dan tercipta timbal balik antara guru dengan siswa dan antara siswa satu dengan siswa yang lain. Yang paling penting dan diharapkan oleh para guru dan pihak sekolah adalah dapat tercapainya tujuan-tujuan pembelajaran yang dapat dilihat dari pemahaman materi dan prestasi belajar yang ditunjukkan oleh siswa.
Pemahaman guru yang kurang dalam menjalankan manajemen kelas dan pembelajaran akan mengakibatkan kegiatan belajar mengajar tidak berjalan dengan efektif. Siswa merasa tidak nyaman berlama-lama berada di ruang kelas, siswa terlihat pasif saat proses pengajaran berlangsung, hal itu akan menyebabkan siswa merasa jenuh dan bosan. Apabila hal itu terjadi siswa tidak akan memperhatikan penjelasan dari guru dan akan menyibukkan diri dengan kegiatan yang dapat menghilangkan kejenuhannya di kelas dengan cara mengobrol dengan teman sebangku.
mengelola kelas dengan efektif dan mengelola pengajaran dengan aktif agar tercapai tujuan-tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Sangat disayangkan sampai sekarang masih banyak kita jumpai sekolah-sekolah yang belum melaksanakan manajemen kelas dengan baik. Masih banyak pula guru-guru yang dalam pelaksanaan pengajaran belum bisa menghidupkan suasana kelas, khususnya pengajaran PAI. Guru PAI masih sering menggunakan metode yang monoton dalam mengajar tanpa membubuhi kegiatan yang memacu keaktifan siswa. Misalnya metode ceramah, siswa hanya dituntut untuk mendengarkan penjelasan guru yang menyebabkan siswa merasa bosan. Dengan demikian siswa tidak akan memperhatikan materi yang disampaikan oleh guru akibatnya tujuan pembelajaran tidak dapat tercapai.
Kalaupun ada sekolah yang telah menerapkan manajemen kelas, itu hanya sebagian kecil dari guru-guru yang ada di sekolah tersebut. Hal itu disebabkan kurangnya pemahaman guru tentang pentingnya manajemen kelas dalam pencapaian prestasi siswa serta pencapaian keberhasilan pembelajaran.
PADA PROSES PEMBELAJARAN PAI BAGI SISWA SMP ISLAM
A-AZHAR 18 SALATIGA TAHUN 2015.
B. Fokus Penelitian
Fokus penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pemahaman guru tentang classroom management untuk
mewujudkan suasana kelas aktif pada proses pembelajaran PAI bagi siswa SMP ISLAM AL-AZHAR 18 Salatiga tahun 2015?
2. Bagaimana cara guru dalam melaksanakan classroom management
untuk mewujudkan suasana kelas aktif pada proses pembelajaran PAI bagi siswa SMP ISLAM AL-AZHAR 18 Salatiga tahun 2015?
3. Apa kesulitan/hambatan guru dalam pelaksanaan classroom management untuk mewujudkan suasana kelas aktif pada proses pembelajaran PAI bagi siswa SMP ISLAM AL-AZHAR 18 Salatiga tahun 2015?
4. Bagaimana solusinya dalam pelaksanaan classroom management
untuk mewujudkan suasana kelas aktif pada proses pembelajaran PAI bagi siswa SMP ISLAM AL-AZHAR 18 Salatiga tahun 2015?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
2. Mengetahui cara guru dalam melaksanakan classroom manajement
untuk mewujudkan suasana kelas aktif pada proses pembelajaran PAI bagi siswa di SMP ISLAM AL-AZHAR 18 Salatiga tahun 2015. 3. Mengetahui kesulitan/hambatan guru dalam pelaksanaan classroom
management untuk mewujudkan suasana kelas aktif pada proses pembelajaran PAI bagi siswa SMP ISLAM AL-AZHAR 18 Salatiga tahun 2015.
4. Mengetahui solusinya dalam pelaksanaan classroom management
untuk mewujudkan suasana kelas aktif pada proses pembelajaran PAI bagi siswa SMP ISLAM AL-AZHAR 18 Salatiga tahun 2015.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Teoritis
Sebagai pengembangan disiplin ilmu, berupa penyajian informasi ilmiah dalam classroom management untuk mewujudkan suasana kelas aktif pada proses pembelajaran PAI bagi siswa SMP ISLAM AL-AZHAR 18 Salatiga tahun 2015, mulai dari pemahaman guru mengenai clasroom management, cara pelaksanaan, kesulitan/hambatan, dan solusi dalam pelaksanaannya.
2. Praktis
manajemen kelas dan menumbuhkan kesadaran betapa pentingnya manajemen kelas bagi pencapaian tujuan pembelajaran.
E. Penegasan Istilah
Untuk menghindari adanya kemungkinan penafsiran yang salah tentang istilah yang digunakan dalam judul skripsi penelitian ini, maka perlu dikemukakan batasan dan penjelasan judul sebagai berikut:
1. Implementasi/penerapan
Menurut para ahli implementasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci. http://el-kawaqi.blogspot.com/2012/12/pengertian-implementasi-menurut-para ahli.html.
2. Classroom/kelas
Kelas menurut Hamalik dalam Martinis (2009: 34) adalah sekelompok orang yang melakukan kegiatan belajar bersama yang mendapat pengajaran dari guru.
3. Management/pengelolaan
Adalah sebagai proses merencanakan, mengorganisasi, memimpin dan mengendalikan upaya organisasi dengan segala aspeknya agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien (Martinis, 2009: 2). 4. Susana aktif
bentuk repressentasi yang tepat, dan menggunakan semua itu untuk memecahkan masalah saat proses pembelajaran (Lif Khoiru Ahmadi & Sofan Amri, 2011: 30).
5. Pembelajaran PAI
Menurut Asep Jihad & Abdul Haris, (2008: 11) dalam Martinis (2009: 123) pembelajaran merupakan suatu proses yang terdiri dari kombinasi dua aspek yaitu belajar (tertuju kepada apa yang harus dilakukan siswa) dan mengajar (berorientasi pada aspek yang harus dilakukan oleh guru sebagai pemberi pelajaran).
Pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses komunikasi antara peserta didik dengan pendidik serta antar peserta didik dalam rangka perubahan sikap. Dalam penelitian ini proses pembelajaran yang dimaksud yaitu pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang meliputi semua standar materi yaitu (Al-Qur’an, keimanan, akhlak, fiqih/ibadah dan tarikh), dam materi lain yang relevan dan dianggap menunjang pembelajaran PAI (Depag (2004) dalam Abdul Majid, 2008: 134).
6. Implementasi classroom management untuk mewujudkan suasana kelas yang aktif pada proses pembelajaran PAI
Pendidikan Agama Islam dapat berjalan efektif sehingga tercapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Untuk mendapatkan pemahaman yang substantif terhadap permasalahan implementasi classroom management di SMP ISLAM AL-AZHAR 18 Salatiga, maka jenis penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata kata tertulis /lisan dari orang-orang & perilaku yg diamati. Penelitian ini menuntut peneliti agar secara fisik mendatangi orang, kelompok, masyarakat, setting, tempat (field) agar dapat merekam fenomena yang sebenarnya dalam setting alamiah.
Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus, studi kasus adalah suatu penelitian kualitatif yang berusaha menemukan makna, menyelidiki proses, dan memperoleh pengertian dan pemahaman yang mendalam dari individu, kelompok, atau situasi (Emzir, 2011: 20). Studi kasus bertujuan untuk melengkapi deskripsi detail yang kaya tentang situasi, untuk menangkap kompleksitas penuh dan keunikan dari informasi kasus tersebut.
2. Kehadiran Peneliti
Adapun tujuan peneliti di lapangan yaitu untuk mengamati secara langsung keadaan, kegiatan, dan venomena yang berlangsung sehingga peneliti memperoleh data-data yang valid dan objektif terhadap apa yang diteliti.
Jadi dalam penelitian ini, instrumen penelitian adalah peneliti itu sendiri, sedangkan instrumen-instrumen yang lain merupakan pendukung/pelengkap. Maksudnya, data sangat bergantung pada validitas peneliti dalam melakukan pengamatan dan eksplorasi lansung ke lokasi penelitian (Afifuddin & Saebandi, 2009: 125).
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP ISLAM AL-AZHAR 18 Salatiga Tahun 2015. Subjeknya adalah guru pengampu mata pelajaran PAI. Waktu penelitian dimulai bulan Agustus sampai dengan selesai guna memperoleh data yang dibutuhkan.
4. Sumber Data
dipandang sebagai sumber data sekunder yang memperkuat permasalahan yang diteliti.
Data primer dalam penelitian ini meliputi hasil wawancara, hasil observasi dan hasil dokumentasi yang diperoleh melalui pengamatan penulis. Sedangkan data sekunder yaitu data yang diperolah/dikumpulkan peneliti (naskah dan dokumen) yang pada penelitian ini meliputi: 1) kondisi umum SMP ISLAM AL-AZHAR 18 Salatiga, 2) profil sekolah, 3) kurikulum sekolah.
5. Prosedur Pengumpulan Data a. Metode Interview
Interview/wawancara dapat didefinisikan sebagai interaksi bahasa yang berlangsung antara dua orang dalam situasi saling berhadapan salah seorang, yaitu yang melakukan wawancara meminta informasi atau ungkapan kepada orang yang diteliti yang berputar disekitar pendapat dan keyakinannya (Hasan dan Garabiyah1 dalam Emzir, 2011: 50).
Peneliti melakukan wawancara secara mendalam terhadap informan yang menjadi objek penelitian yaitu guru pengampu mata pelajaran PAI dengan menggunakan pedoman wawancara dan alat perekam. Wawancara ini bertujuan untuk memperoleh informasi yang ada hubungannya dengan persoalan yang akan diteliti, yaitu pemahaman guru mengenai implementasi classroom management,
dalam mengatasi kesulitan/hambatan tersebut untuk mewujudkan suasana kelas yang aktif pada proses pembelajaran PAI bagi siswa SMP ISLAM AL-AZHAR 18 Slatiga tahun 2015.
b. Metode Observasi
Menurut Nawawi & Martini dalam Saebani (2009: 134) observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau gejala-gajala dalam objek penelitian.
Observasi dibutuhkan untuk memahami proses terjadinya wawancara dan hasil wawancara dapat dipahami dalam konteksnya. Onservasi dilakukan terhadap subjek, perilaku subjek selama wawancara, interaksi subjek dengan peneliti, dan hal-hal yang dianggap relevan sehingga dapat menberikan data tambahan terhadap hasil wawancara (Afifuddin & Saebandi, 2009: 134).
c. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah cara pengumpulkan data dengan menjajagi buku-buku atau sumber tertulis yang memuat bagian-bagian penting dan berkaitan erat dengan penlitian (Darmawan, 2013: 164).
sumber-sumber yang dibutuhkan untuk mendapatkan informasi dalam penelitian ini diantaranya buku-buku dan beberapa literatur yang berkaitan dengan penerapan manajemen kelas, arsip sekolah, foto, dan sebagainya.
6. Analisis Data
Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang didasarkan oleh data (Afifuddin & Saebandi, 2009: 145).
a. Persiapan
Persiapan kegiatan yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu:
1) Mengenai nama dan kelengkapan interview dan benda-benda yang merupakan sumber data yang telah dikumpulkan.
2) Mengecek kelengkapan data, yakni memeriksa isi instrumen pengumpul data dan isian-asian data yang terkumpul dari sumber informasi penelitian. Termasuk didalamnya tentang tanggal pengutipan data, tanggal interview dan tanggal dilakukan observasi.
b. Penerapan
Penerapan yang digunakan adalah penerapaan yang sesuai dengan penerapan kualitatif, yakni lebih cenderung menggunakan analisa induktif yang berangkat dari khusus ke umum. Penerapan yang dimaksud ialah mengungkapkan proses pemahaman guru, mengetahui pelaksanaan guru, mengatahui kesulitan/hambatan guru dan mengetahui solusinya dalam pelaksanaan manajemen kelas untuk mewujudkan suasana kelas yang aktif pada proses pembelajaran PAI bagi siswa di SMP N 3 Salatiga tahun 2015. 7. Pengecekan Keabsahan Temuan
penelitian kualitatif adalah untuk mendeskripsikan atau memahami fenomena yang menarik perhatian dari sudut pandang partisipan.
Strategi untuk meningkatkan kredibilitas data meliputi perpanjangan pengamatan, ketekunan penelitian, triangulasi, diskusi teman sejawat, analisis kasus negatif, dan memberchecking (Emzir, 2011: 80).
Untuk menunjukkan kredibilitas dalam penelitian ini, peneliti memilih dua teknik utama yaitu:
1) Teknik triangulasi, Triangulasi adalah proses penguatan bukti dari individu-individu yang berbeda (Emzir, 2011: 82). Dalam hal ini peneliti akan membandingkan hasil temuan data dari informan (guru PAI) yang satu dengan informan yang lain di tempat dan waktu yang berbeda, ataupun membandingkan hasil temuan data dati interview dengan observasi. Hal ini akan menjamin bahwa studi akan menjadi akurat karena informasi berasal dari berbagai sumber.
2) Teknik pembahasan teman sejawat melalui diskusi, hasil analisis sementara akan selalu dikonfirmasikan dengan data atau informasi baru yang diperoleh dari sumber yang lain. Prosedur ini juga akan dilakukan dengan metode yang berbeda, misalnya observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil dari berbagai sumber data tersebut yakni data tentang implementasi classroom management
8. Tahap-tahap Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian terdapat empat tahap diantaranya: tahap sebelum ke lapangan, tahap pekerjaan lapangan, tahap analisis data, dan tahap penulisan laporan.
Dalam penelitian ini tahap-tahap yang ditempuh adalah sebagai berikut:
a. Tahap sebelum ke lapangan: meliputi kegiatan menentukan fokus, penyesuaian paradikma dengan teori, penjajakan alat peneliti, mencakup observasi lapangan dan permohonan izin kepada pihak yang dijadikan subjek penelitian, konsultasi fokus penelitian dan menyusun usulan penelitian.
b. Tahap pekarjaan lapangan: mengumpulkan bahan-bahan yang berkaitan dengan implementasi classroom management di SMP N 3 Salatiga tahun 2015. Data tersebut diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi dengan cara melihat bagaimana implementasi classroom management di SMP N 3 Salatiga tahun 2015 apakah sudah terlaksana secara maksimal, sedang/cukup atau kurang.
keabsahan data dengan cara mengecek sumber data yang didapat dan metode perolehan data sehingga data benar-benar valid sebagai dasar dan bahan untuk memberikan makna data yang merupakan proses penentuan dalam memahami konteks penelitian yang sedang diteliti.
d. Tahap penulisan laporan: merupakan kegiatan penyusunan hasil penelitian dari semua rangkaian penyusunan data sampai pemberian makna data. Kemudian melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing untuk mendapat perbaikan dan saran-saran demi kesempurnaan skripsi. kemudian hasil bimbingan tersebut ditindak lanjuti dengan penulisan skripsi yang sempurna. Langkah terakhir mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk ujian skripsi.
G. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah penyusunan skripsi, penulis mencoba membaginya menjadi V bab.
BAB I : Bab pertama merupakan pendahuluan yang di dalamnya berisi tentang: Latar Belakang Masalah, Fokus Penelitian, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Penegasan Istilah, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.
mewujudkan suasana kelas yang aktif pada proses pembelajaran PAI.
BAB III : Bab ketiga merupakan Paparan Hasil Penelitian berisi tentang classroom management, gambaran umun SMP ISLAM AL-AZHAR 18 Salatiga Tahun 2015 (letak geografis, subjek penelitian, visi dan misi, profil sekolah). BAB IV : Bab keempat merupakan Pembahasan Hasil Penelitian
berisi konsep pemahaman guru tentang implementasi
classroom management di SMP ISLAM AL-AZHAR 18 Salatiga tahun 2015, cara guru dalam melaksanakan
classroom management di SMP ISLAM AL-AZHAR 18 Salatiga tahun 2015, kesulitan/hambatan guru dalam pelaksanaan classroom management di SMP ISLAM AL-AZHAR 18 Salatiga tahun 2015, dan sosusinya dalam pelaksanaan classroom management di SMP ISLAM AL-AZHAR 18 Salatiga tahaun 2015.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Classroom Management
Setiap proses kegiatan belajar mengajar dibutuhkan pengelolaan kelas yang baik agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan efektif serta tujuan pembelajaran dapat dicapai. Dapat dikatakan pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat mutlak bagi terjadinya proses belajar mengajar yang efektif, karena apabila guru dapat mengkondisikan kelas dengan baik maka proses pembelajaran akan berjalan lancar. Tentunya guru terlebih dulu harus memahami apa yang dimaksud dengan manajemen kelas.
Manajemen kelas berasal dari dua kata, yaitu manajemen dan kelas. manajemen dari kata management yang diterjemahkan pula menjadi pengelolaan, memiliki arti proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran. Sedangkan pengelolaan adalah proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan dan pencapaian tujuan (Mulyadi, 2009: 2).
Menurut Manulang dan Swardi dalam Martinis & Maisah (2009: 34) mengartikan manajemen sebagai seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, penyusunan, pengarahan, dan pengawasan dari pada sumber daya manusia untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
Suharsimi menyebutkan bahwa kelas berarti sekelomok siswa dalam waktu yang sama menerima pelejaran dari guru yang sama.
Menurut Mulyadi (2009: 2) manajemen kelas mengacu kepada penciptaan suasana atau kondisi kelas yang memungkinkan siswa dalam kelas tersebut untuk dapat belajar dengan efektif.
Menurut Djamarah & Zaini dalam Swardi (2008: 108) secara sederhana pengelolaan kelas berarti kegiatan pengeturan kelas untuk kepentingan pengajaran. Sedangkan menurut Mulyasa (2007: 91) pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif, dan mengendalikannya jika terjadi ganguan dalam pembelajaran (Martinis & Maisah, 2009: 34).
Sebagai pemberian dasar serta penyiapan kondisi bagi terjadinya proses belajar yang efektif, pengelolaan kelas menunjuk kepada pengaturan orang (dalam hal ini terutama peserta didik) maupun pengaturan fasilitas. Fasilitas di sini mencakup pengertian yang luas mulai dari ventilasi, penerangan, tempat duduk, sampai dengan perencanaan progam belajar mengajar yang tepat, termasuk penggunaan perangkat lunak sebagai media pembelajaran.
1. Fungsi Manajemen Kelas
Selain memberi makna penting bagi tercipta dan terpeliharanya kondisi kelas yang optimal, manajemen kelas berfungsi:
kerjasama dalam menemukan tujuan-tujuan organisasi, membantu individu agar dapat bekerjasama dengan kelompok/kelas, membantu prosedur kerja dan mengubah kondisi kelas.
b. Memelihara agar tugas itu dapat berjalan dengan lancar. 2. Tujuan Manajemen Kelas
Sedangkan tujuan manajemen kelas adalah:
a. Mewujudkan situasi dan kondisi kelas sebagai lingkungan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuan mereka semaksimal mungkin.
b. Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi pembelajaran.
c. Menyediakan dan mengatur fasilitas serta media pembelajaran yang mendukung dan memungkinkan peserta didik belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional, dan intelektual mereka dalam kelas.
d. Membina dan membimbing siswa sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya dan sifat-sifat individunya.
3. Beberapa Pendekatan dalam Manajemen Kelas
a. Pendekatan berdasarkan perubahan tingkah laku (Behavior Modivicatian Approach)
Pendekatan manajemen kelas berdasarkan perubahan tingkah laku bertolak dari sudut pandang psikologi behavioral yang mengemukakan asumsi sebagai berikut:
1) Semua tingkah laku yang baik dari yang kurang baik merupakan hasil proses belajar.
2) Dalam proses belajar terdapat proses psikologis yang fundamental berupa penguat positif (positive reinforcement), hukuman (punishment), penghapusan (extinction) dan penguat negatif (negative reinforcement) (Hadari Nawawi, 2002 dalam Mulyadi, 2009: 35).
Dalam hal ini tugas guru adalah menguasai dan menerapkan keempat proses diatas yang terbukti merupakan pengontrol tingkah laku manusia, berikut penjelasannya:
Adapun komponen-komponen yang harus dipahami dan haarus dikuasai penggunaannya oleh guru agar dapat memberikan penguat secara bijaksana adalah sebagai berikut:
(1) Penguat verbal, yaitu pemguat berupa kata-kata pujian, pengakuan, dorongan yang dipergunakan untuk menguatkan tingkah laku dan penampilan siswa.
(2) Penguat non verbal, yaitu penguat berupa mimik dan gerakan badan, penguat dengan cara mendekati, penguat dengan bentukan, penguat dengan kegiatan yang menyenangkan dan penguat berupa simbol atau benda.
b) Hukuman
Hukuman digunakan untuk mengurangi atau meniadakan tingkah laku siswa yang menyimpang. Penggunaan hukuman secara bijaksana terhadap hal-hal tertentu secara terbas dapat menimbulkan akibat yang baik secara cepat (segera), tetapi guru harus hati-hati mencatat akibat-akibat sampingan dari hukuman itu.
2004) memberi beberapa saran untuk mengurangi dan memperbaiki akibat negatif dari hukuman, saran-saran tersebut antara lain:
(1) Memberi hukuman hendaknya diketahui dengan pasti bahwa hukuman itu ada hubungannya dengan pelanggaran.
(2) Adalah lebih baik mencegah hukuman dari pada memberi hukuman.
(3) Melakukan hukuman lebih buruk dari pada memneri ganjaran kepada anak yang berkelakuan baik.
Guru harus menyadari bahwa hukuman tidak boleh diberikan dalam keadaan marah, sebagai pembalasan dendam, dan hukuman yang diberikan akan berdampak positif terhadap perubahan tingkah laku siswa.
c) Penghapusan (extinction)
Penghapusan adalah menahan (tidak lagi memberikan) ganjaran yang diharapkan akan diberikan seperti yang sudah-sudah. Hal ini akan mengakibatkan penurunan frekuensi tingkah laku yang semula mendapat penguat.
guru tidak lagi memberikan pujian seperti yang diharapkan siswa sebelumnya. Pada kesempatan berikutnya siswa menjadi malas untuk mengemukakan pendapatnya lagi. d) Penguat negatif (negative reinforcement)
Yang dimaksud penguat negatif adalah peniadaan perangsang yang tidak mengenakkan (hukuman) setelah ditampilkannya suatu tingkah laku yang mengakibatkan menurunnya frekuensi tingkah laku yang dimaksud.
Misalnya, guru selalu menegur salah satu siswa yang suka membuat gaduh suasana kelas, walaupun sudah ditegur berulang-ulang tapi siswa tersebut tetap saja gaduh. Suatu ketika siswa tersebut lebih sedikit diam dari biasanya, guru tidak menegur dan tidak berkomentar apapun, selanjutnya siswa tersebut menjadi lebih memperhatikan dan tidak berbuat gaduh lagi.
b. Pendekatan Iklim Sosio Emosional (Socio Emosional Climate Approach)
Pendekatan iklim sosio emosional dalam manajemen kelas berdasarkan pada pandangan psikologi klinis dan konseling (penyuluhan). Untuk itu terdapat dua asumsi pokok yang dipergunakan dalam manajemen kelas sebagai berikut:
guru, guru dengan siswa dan siswa dengan siswa merupakan kondisi yang memungkinkan berlangsungnya proses belajar mengajar yang efektif.
Asumsi ini mengharuskan guru kelas berusaha menyusun program kelas dan pelaksanaannya yang didasari oleh sikap saling menghargai dan saling menghormati antar personal di kelas. setiap siswa diberi kesempatan untuk ikut serta dalm kegiatan kelas sesuai dengan kemampuannya masing-masing, sehingga timbul suasana sosial emosional yang menyenangkan pada siswa dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab masing-masing.
c. Pendekatan Proses Kelompok (Group Process Approach)
Dasar dari pendekatan ini adalah psikologi sosial dan dinamika kelompok yang menmgemukakan dua asumsi sebagai berikut: 1) Pengalaman belajar sekolah berlangsung dalam konteks sosial.
Guru dalam manajemen kelas harus selalu mengutamakan keggiatan yang dapat mengikutsertakan seluruh personal di kelas, kegiatan kelas harus diarahkan pada kepentingan bersama dan sedikit mungkin kegiatan yang bersifat individual. 2) Tugas guru yang terutama dalam manajemen kelas adalah
pembinaan dan memelihara kelompok yang produktif dan efektif (T. Raka Joni, 1989 dalam Mulyadi, 2009: 55).
Guru harus mampu mmembentuk dan mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Proses belajar dalam kelompok harus dilaksanakan secara efektif agar hasilnya lebih baik dari pada siswa belajar sendiri-sendiri.
Adapun pandangan Richard A. Schmuck dan Patricia A. Schmuck berhubungan dengan pendekatan proses kelompok ada enem unsur yang mmenyangkut manajemen kelas yaitu: a) Harapan, b) Kepemimpinan, c) Kemenarikan, d) Norma, e) komunikasi, f) keeratan.
4. Faktor-Faktor Penghambat Manajemen Kelas
a. Faktor guru
Dalam manajemen kelas, guru pun dapat merupakan faktor penghambat dalam melaksanakan penciptaan suasana yang menguntungkan dalam proses belajar mengajar. Faktor penghambat yang datang dari guru dapat berupa:
1) Tipe kepemimpinan guru yang otoriter
Tipe kepemimpinan guru dalam mengelola proses belajar mengajar yang otoriter dan kurang demokratis akan menumbuhkan sikap agresif atau pasif dari murid-murid.
2) Format belajar mengajar yang monoton
Format balajar mengajar yang monoton akan menimbulkan kebosanan bagi siswa, format belajar yang tidak bervariasi dapat menyebabkan para siswa bosan, kecewa, frustasi dan hal ini merupakan sumber pelanggaran disiplin. Karena dalam situasi tersebut para siswa akan mengalihkan rasa bosan dengan kegiatan-kegiatan yang negatif seperti melawak dalam kelas.
Sebaliknya, format belajar yang bervariasi merupakan kunci manajemen kelas untuk menghindari kejenuhan serta pengulangan-pengulangan aktivitas yang menyebabkan menurunnya kegiatan belajar dan tingkah laku positif siswa.
3) Kepribadian guru
emosional yang menyenangkan dalam proses belajar mengajar. Sekiap yang bertentangan dengan kepribadian tersebut akan menimbulkan masalah manajemen bagi siswa.
4) Terbatasnya kesempatan guru untuk memahami tingkah laku
siswa dan latar belakangnya
Hal ini dapat disebabkan karena kurangnya usaha guru dengan sengaja memahami siswa dan latar belakangnya, mungkin karena tidak tahu caranya ataupun karena beban mengajar guru yanh di luar batas kemampuannya yang wajar.
5) Terbatasnya pengetahuan guru tentang masalah manajemen
dan pendekatan manajemen baik yang sifatnya teoritis maupun
pengalaman praktis
Untuk mengatasi masalah ini, salah satu cara yabg disarankan adalah mendiskusikan masalah ini dengan para kolega, diharapkan dengan cara ini dapat membantu mereka dalam meningkatkan keterampilan manajemen proses belajar mengajar.
b. Faktor siswa
Setiap siswa harus mengetahui hak-hak dan kewajibannya sebagai anggota kelas dan menghormati hak-hak siswa lain. Kekurangsadaran siswa dalam memenuhi tugas dan hak-haknya sebagai anggota satu kelas atau satu sekolah dapat menjadi faktor masalah manajemen kelas. Pembiasaan yang baik di sekolah dalam bentuk tata tertib sekolah yang disetujui dan diterima bersama oleh sekolah dan siswa penuh kesadaran akan membawa siswa menjadi tertib.
c. Faktor keluarga
Keluarga merupakan pendidik yang pertama yang mempengaruhi tingkah laku dan kepribadian anak. Pada masa sebelum sekolah orang tua lah yang menjadi pendidik. Segala bentuk perilaku siswa di kelas merupakan cerminan bagaiman perilakunya di rumah. Dari itu dibutuhkan kerjasama antara keluarga dan pihak sekolah dalam mengatasi perilaku siswa agar terdapat keselarasan antara situasi dan tuntutan dalam lingkungan keluarga dengan situasi dan tuntutan di kelas atau sekolah.
d. Faktor fasilitas
Jika antara semua itu tidak berjalan dengan sinkron maka akan menimbulkan masalah dalam manajemen kelas.
B. Suasana Kelas Aktif
Suasana kelas yang aktif ditunjukkan dari bagaimana aktivitas siswa di dalam kelas saat mengikuti pembelajaran. Sebagai seorang pendidik tentu mengharapkan terciptanya suasana kelas yang hidup saat proses pembelajaran, terlihat dari adanya interaksi antara pendidik dengan siswa dan antara siswa satu dengan yang lain. Dapat dibayangkan apabila saat proses pembelajaran tidak ada interaksi/aktivitas yang bararti di dalam kelas, siswa hanya duduk dan mendengarkan guru berbicara di depan kelas tentu hal tersebut sangat membosankan. Sebaliknya, apabila tercipta suasana yang aktif dalam kelas saat proses pembelajaran maka siswa akan merasa senang dan rileks dalam mengikuti proses pembelajaran tersebut.
Pada saat kegiatan belajar itu aktif, siswa melakukan sebagian besar pekerjaan yang harus dilakukan. Mereka menggunakan otak mereka, mempelajari gagasan-gagasan, memecahkan berbagai masalah dan menerapkan apa yang mereka pelajari.
Perlunya diadakan kegiatan belajar yang aktif untuk mempelajari sesuatu dengan baik. Belajar aktif membantu untuk mendengarkannya, melihatnya, mengajukan pertanyaan tentang pelajaran tertentu dan mendiskusikannya dengan yang lain.
Proses belajar dapat dikatakan aktif apabila mengandung hal-hal di bawah ini:
1. Komitmen (keterlekatan pada tugas), berarti materi, metode, dan strategi pembelajaran bermanfaat untuk siswa, sesuai dengan kebutuhan siswa (relevant).
2. Tanggung jawab, merupakan suatu proses belajar yang memberi wewenang pada siswa untuk kritis, guru lebih banyak mendengar dari pada bicara, menghormat ide-ide siswa, memberi pilihan dan memberi kesempatan pada siswa untuk memutuskan sendiri.
3. Motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik, dengan lebih mengembangkan motivasi intrinsik siswa agar proses belajar yang ditekuninya muncul berdasarkan minat dan inisiatif sendiri bukan karena dorongan lingkungan atau orang lain. Motivasi belajar siswa akan meningkat karena ditunjang oleh pendekatan belajar yang dilakukan guru lebih dipusatkan kepada siswa.
mendemonstrasikan kinerja sebagai hasil belajar. Dalam pengelolaan kegiatan pembelajaran guru juga perlu memiliki kemampuan merancang pertanyaan produktif dan mampu menyajikan pertanyaan sehingga memungkinkan semua siswa terlibat baik secara mental maupun secara fisik.
Sedikitnya ada empat strategi yang perlu dikuasai guru dalam pengelolaan kegiatan pembelajaran dalam memacu keaktifan siswa yaitu:
a. Tersedianya pertanyaan yang mendorong siswa berfikir dan berproduksi.
Salah satu tujuan mengajar adalah mengembangkan potensi siswa untuk berfikir, melalui proses bertanya akan merangsang siswa menggunakan gagasan sendiri dalam menjawabnya. Jenis pertanyaan yang dimaksud antara lain pertanyaan produktif, terbuka, dan imajinatif.
Di bawah ini merupakan contoh pertanyaan yang dapat merangsang berfikir anak:
Terbuka Pertanyaan yang memiliki lebih dari satu jawaban
Mengapa Nabi
benar. saat berada di Gua Hira?
Produktif Pertanyaan yang hanya dapat dijawab melalui pengamatan, percobaan, atau penyelidikan.
Bagaimanakah cara bertayyamum yang benar itu?
Imajinatif Interpretatif pertanyaan yang jawabannya di luar benda/gambar/kejadian yang diamati.
Diperlihatkan anak yang sedang memandangi gambar Ka’bah kemudian
guru mengajukan pertanyaan. Apa yang sedang dipikirkan anak tersebut? (maka jawaban siswa akan bervariasi).
Selain siswa yang bertanya, guru juga perlu mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa. Hal itu dapat menumbuhkan motivasi, menarik perhatian dan mengkondisikan siswa.
Di bawah ini merupakan manfaat pertanyaan yang diajukan guru, diantaranya:
2) Terjadi interaksi yang seimbang antara guru dengan siswa: pertanyaan dapat menjadikan siswa merasa tertantang, ini yang disebut dengan kompetisi untuk mendapatkan informasi/pengetahuan.
3) Mengajukan pertanyaan dapat mencapai tiga tujuan moral dan edukasi, yaitu: kogmitif, emosi dan kinetik.
4) Pertanyaan dapat lebih menonjolkan informasi/pengetahuan ynag lebih menarik.
5) Pengejaran langsung sekaligus cepat dalam mendapatkan pengetahuan: dapat membuat rangsangan bagi siswa, sehingga siswa begitu antusias untuk mengetahui jawabannya sebelum meninggalkan kelas.
b. Menyediakan umpan balik yang bermakna.
Umpan balik adalah respon/reaksi guru terhadap perilaku siswa. Apa yang dilakukan guru ketika siswa bertanya, ketika siswa berpendapat, ketika siswa menunjukkan hasil kerja, ketika siswa membuat kesalahan.
Tabel 2.2 Contoh umpan balik yang tidak memvonis
Perilaku Siswa Umpan Balik dari Guru
Bertanya:”pak, apakah berbohong
itu membatalkan puasa?”
Bertanya balik:“menurut ananda
bagaimana?”
Memberi pendapat:”berbohong
tidak membatalkan puasa?”
Bertanya:”mengapa ananda
berpendapat seperti itu? coba jelaskan!”.
Beragumentasi “Argumen ananda sangat logis, bagaimana pendapat teman-teman ananda?”
c. Belajar secara kelompok.
Salah satu cara mengaktifkan siswa adalah melalui belajar kelompok, melalui belajar kelompok siswa akan terlatih untuk mengemukakan pendapat terhadap persoalan yang didiskusikan. Selain itu siswa akan terlatih terampil bekerjasama dan mandiri dalam mengembangkan pemikiran untuk memecahkan suatu masalah.
d. Menyediakan penilaian yang memberi peluang semua siswa mampu melakukan unjuk perbuatan.
kepada siswa agar pengetahuan, kemampuan, dan sikap mereka lebih berkembang. Oleh karena itu penilaian sebaiknya dilakukan secara alami dalam konteks guru mengajar dan siswa belajar, tidak diadakan secara khusus dalam waktu yang khusus terpisah dari kegiatan belajar mengajar, seperti tes.
C. Pembelajaran Pai
Belajar pada hakikatnya adalah suatu aktivitas yang mengharapkan perubahan tingkah laku pada individu yang belajar. Menurut Jihad & Haris dalam Martinis (2009: 123) pembelajaran merupakan suatu proses yang terdiri dari kombinasi dua aspek yaitu belajar (tertuju kepada apa yang harus dilakukan siswa) dan mengajar (berorientasi pada aspek yang harus dilakukan oleh guru sebagai pemberi pelajaran). Dengan kata lain pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses komunikasi antara peserta didik dengan pendidik serta antar peserta didik dalam rangka perubahan sikap.
Belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti: bahan yang dipelajari, instrumen, lingkungan dan kondisi individu siswa. Sedangkan mengajar pada hakikatnya adalah membantu siswa memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berfikir, sarana untuk mengekspresikan dirinya dan cara-cara belajar bagaimana belajar (Jayce, Weil dan Shire, dalam Abdul Majid (2008: 225).
belajar sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Untuk itu guru melakukan bernagai upaya mulai dari penyususnan rencana pelajaran, menggunakan srategi belajar mengajar yang relevan, dan sebagainya. Namun demikian, kenyataan menunjukkan bahwa setelah kegiatan belajar mengajar berakhir masih saja ada murid yang tidak menguasai materi pelajaran dengan baik sebagimana tercermin dalam nilai atau hasil belajar.
Hal itu terjadi khususnya pada pembelajaran PAI. Pelajaran PAI tidak sesederhana dalam proses penyampaiannya, tetapi lebih jauh dari itu, fungsi dan peran PAI sampai pada pembentukan akhlak karimah dan kepribadian seutuhnya (kaffah). Maka pembelajaran PAI memerlukan model-model pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan isi dan hasil yang diharapkan. Dan perlu diperhatikan pula prinsip-prinsip yang menyokong pembelajaran PAI.
1. Prinsip-Prinsip Pembelajaran
Telah disampaikan bahwa fungsi dan peran PAI adalah membentuk akhlak karimah dan kepribadian yang utuh. Dibawah ini terdapat beberapa prinsip yang dapat dijadikan pelajaran dari tindakan Rasulullah dalam menanamkan rasa keimanan dan akhlak terhadap anak, yaitu:
b. Fokus: perkataan Rasulullah ringkas, langsung pada inti pembicaraan tanpa ada kata yang memalingkan dari ucapannya, sehingga mudah dipahami. Seorang guru dalam memberi penjelasan materi hendaknya menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan tidak berbelit-belit.
c. Pembicaraannya tidak terlalu cepat sehingga dapat memberikan waktu yang cukup kepada anak untuk menguasainya.
d. Repetisi: senantiasa melakukan tiga kali pengulangan pada kalimat-kalimatnya supaya dapat diingat atau dihafal.
e. Analogi langsung: menggunakan perumpamaan langsung untuk mengasah otak dalam menggerakkan potensi pemikiran atau timbul kesadaran untuk merenung atau tafakkur.
f. Memperhatikan tiga tujuan moral, yaitu: kognitif, emosional dan kinetik.
g. Menumbuhkan kreativitas anak: dengan cara mengajukan pertanyaan kemudian mendapat jawaban dari anak yang ditanyai. h. Memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan anak secara
psikologis, sehingga dapat mengatasi dan memahami perilaku anak.
i. Aplikasi: Rasulallah langsung memberikan pekerjaan kepada anak yang berbakat.
k. Teladan: Rasulallah senantiasa mencontohkan mengenai perbuatan yang diajarkan (satu kata antara ucapan dan perbuatan yang dilandasi dengan niat yang tulus karena Allah).
Sementara itu prinsip-prinsip kegiatan belajar mengajar yang lain, yaitu: Berpusat pada anak didik, belajar dengan melakukan, mengembangkan kemampuan sosial, mengembangkan keingintahuan dan imajinasi, dan mengembangkan kreativitas dan keterampilan memecahkan masalah.
2. Prosedur Pembelajaran
Pemahaman terhadap pendekatan, metode dan teknik pembelajaran tidak dapat diabaikan dalam proses pembelajaran. Pendekatan dapat diartikan sebagai seperangkat asumsi berkenaan dengan hakikat dan belajar mengajar agama islam, metode adalah rencana menyeluruh tentang penyajian materi ajar secara sistematis dan berdasarkan pendekatan yang ditentukan, sedangkan teknik adalah kegiatan sepesifik yang diimplementasikan dalam kelas sesuai dengan metode dan pendekatan yang dipilih.
diorientasikan pada pembiasaan, pelatihan, dan perenungan yang dibantu oleh seorang guru/pembimbing.
1) Pendekatan
Menurut Talkhah (2004) dalam Abdul Majid, 2008: 133) ada beberapa pendekatan yang perlu mendapat kajian lebih lanjut berkaitan dengan pembelajaran agama islam, diantaranya:
a) Pendekatan Psikologis (psychological approach)
Berdasarkan aspek psikologis manusia, meliputi aspek
rasional/intelektual: mendorong manusia untuk berfikir ciptaan Tuhan di langit dan di bumi, emosional: untuk merasakan adanya Kekuasaan Tertinggi yang gaib sebagai pengendali jalannya alam dan kehidupan , ingatan: untuk difungsikan ke dalam kegiatan menghayati dan mengamalkan nilai-nilai agama yang diturunkan-Nya.
b) Pendekatan sosio-kultural (socio-cultural)
Melihat dimensi manusia tidak saja sebagai individu melainkan juga seabagai makhluk sosial yang mampu mengembangkan sistem budaya dan kebudayaan yang berguna bagi kesejahteraan dan kebahagiaan hidupnya.
Sedangkan Depag (2004) menyajikan konsep pendekatan terpadu dalam pembelajarn agama Islam yang meliputi:
b) Pengalaman, mempraktekkan dan merasakan hasil-hasil pengamalan ibadah dalam kehidupan.
c) Pembinaan, membiasakan sikap dan perilaku baik yang sesuai dengan ajaran islam dan budaya bangsa dalam menghadapi kehidupan.
d) Rasional, memahami dan membedakan berbagai bahan ajar dalam standar materi serta kaitannya dengan perilaku yang baik dengan perilaku yang buruk.
e) Emosional, menghayati perilaku yang sesuai dengan ajaran agama dan budaya bangsa.
f) Fungsional, menyajikan bentuk semua standar materi (Al-Qur’an, keimanan, akhlak, fiqih/ibadah dan tarikh), dari segi
manfaatnya bagi peseta didik.
g) Keteladanan, menjadikan figur guru agama dan non agama serta petugas sekolah lainnya maupun orangtua peserta didik sebagai cerminan manusia berkepribadian agama.
2) Metode
Berbagai pendekatan yang dipergunakan dalam pembelajaran agama Islam harus dijabarkan ke dalam metode pembelajaran PAI yang bersifat prosedural yang turut menentukan sukses tidaknya pencapaian tujuan pendidikan agama Islam.
sangat mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya, dan Dia-lah yang sangat mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”
Berikut ini merupakan beberapa metode yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran.
a) Metode ceramah
Metode ceramah merupakan cara menyampaikan materi ilmu pengetahuan dan agama kepada siswa, hendaknya ceramah mudah diterima, isinya mudah dipahamiserta mampu menstimulasi siswa untuk melakukan hal-hal yang baik dan benar dari isi ceramah yang disampaikan.
Ceramah yang disampaikan hendaknya mempunyai bobot, logis, fsih dan jelas, sehingga siswa cepat memahami, mengerti dan menerima apa yang disampaikan guru.
(1) Menciptakan landasan pemikiran siswa melalui produk ceramah yaitu bahan siswa sehingga siswa dapat belajar melalui bahan tulisan tersebut.
(2) Menyajikan garis-garis besar isi pelajaran dan permasalahan yang terdapat dalam isi pelajaran.
(3) Merangsang peserta didik untuk belajar mandiri dan menumbuhkan rasa ingin tahu melalui pemerkayaan belajar.
(4) Memperkenalkan hal-hal baru dan memberikan penjelasan secara gamblang.
(5) Sebagai langkah awal untuk metode yang lain dalam upaya menjelaskan prosedur yang harus ditempuh siswa.
b) Metode tanya jawab
Metode tanya jawab adalah mengajukan pertanyaan kepada peserta didik bermaksud untuk merangsang berfikir dan membimbing dalam mencapai kebenaran. Proses tanya jawab terjadi apabila ada ketidak tahuan atas ketidak pahaman akan sesuatu peristiwa, dalam proses belajar mengajar tanya jawab dijadikan salah satu metode untuk menyampaikan materi pelajaran dengan cara guru bertanya kepada peserta didik atau peserta didik bertanya pada guru.
(1) Mengecek dan mengetahui sampai sejauhmana kemampuan siswa menguasai pelajaran.
(2) Memeberi kesempatan pada siswa untuk mengajukan pertanyaan kepada guru tentang sesuatu masalah yang belum dipahaminya.
(3) Memotivasi dan menimbulkan kompetisi belajar.
(4) Melatih siswa untuk berfikir dan berbicara secara sistematis berdasarkan pemikiran yang orisinil.
c) Metode diskusi
Diskusi pada dasarnya ialah tukar-menukar informasi, pendapat, dan pengalaman untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu (Nana Sudjana, 2002 dalam Abdul Majid, 2008: 142).
Metode diskusi bertujuan untuk:
(1) Melatih siswa mengembangkan keterampilan bertanya, berkomunikasi, menafsirkan dan menyimpulkan bahasan. (2) Melatih dan membentuk kestabilan sosio-emosional.
(3) Mengembangkan kemampuan berfikir sendiri dalam memecahkan masalah sehingga tumbuh konsep diri yang lebih positif.
(5) Melatih siswa untuk berani berpendapat tentang sesuatu masalah (Mulyani Sumantri, 1999: 1455 dalam Abdul Majid, 2008: 142).
d) Metode kisah
Al-Qur’an dan al-hadis banyak meredaksikan kisah untuk menyampaikan pesan-pesannya. Seperti kisah malikat, para Nabi, umat terkemuka pada zaman dahulu dan senagainya. Dalam kisah itu tersimpan nilai-nilai religius dan pedagogis yang memungkinkan siswa mampu meresapinya, apalagi menyampaikan kisah-kisah tersebut dilakukan dengan cara yang menyentuh hati dan perasaan.
Menurut al-Nahwawi dalam A. Tafsir (2004: 140) (Abdul Majid, 2008: 144). Metode kisah ini amat penting karena: (1) Kisah selalu memikat karena mengundang pembaca atau
pendengar untuk mengikuti peristiwanya, merenungkan maknanya, selanjutnya makna-makna itu akan menimbulkan kesan dalam hati.
(3) Kisah Qurani dan Nabawi memdidik rasa keimanan dengan cara:
(a) Membangkitkan berbagai perasaan seperti kauf, rida dan cinta.
(b) Mengarahkan seluruh perasaan sehingga bertumpu pada suatu puncak yaitu kesimpulan kisah.
(c) Melibatkan pembaca/pendengar ke dalam kisah itu sehingga ia terlibat secara emosional.
e) Metode Suri Teladan
Uswah al-hasanah, yaitu metode yang dapat diartikan sebagai "keteladanan yang baik.” Dengan adanya teladan yang
baik itu, maka akan menumbuhkab hasrat bagi orang lain untuk meniru atau mengikutinya. Dan memang sebenarnyalah bahwa dengan adanya contoh ucapan, perbuatan dan contoh tingkah laku yang baik dalam hal apapun, maka hal itu merupakan suatu amaliyah yang paling penting dan paling berkesan, baik bagi pendidikan anak maupun dalam kehidupan dan pergaulan sehari-hari.
f) Metode Hikmah dan Mau’izah Hasanah
diperlukan penjelasan yang rasioanal, keterangan yang tegas dan apa yang dikemukakan dengan dasar atau alasan yang benar beserta bukti yang nyata. Untuk mewujudkan hikmah, maka dibutuhkan dua hal yaitu adanya akal dan ilmu. Sedangkan al-mau’izah al-hasanah adalah mengingatkan dengan cara yang baik.
Tentu masih banyak lagi metode-metode lain yang dapat di praktekkan dalam pembelajaran PAI yang menunjang tercapainya tujuan-tujuan pembelajaran PAI sebagai pembentuk akhlak karimah siswa.
3) Teknik
Berbagai metode yang telah dikemukakan selanjutnya perlu dikembangkan secara rinci ke dalam teknik atau prosedur pembelajaran.
Dibaawah ini dijabarkan prosedur penggunaan teknik-teknik pembelajaran yang berorientasi pada nilai sebagaimana diuraikan Muhaimin (2004: 176-179) dalam Abdul Majid (2008: 161-164) sebagai berikut:
a) Teknik indoktrinasi
nilai yang ditanamkannya masuk kepada anak tanpa melalui pertimbangan rasional yang mapan, (3) tahap penanaman doktrin, pada saat penanaman doktrin hanya dikenal adanya satu nilai kebenaran yang disajikan.
b) Teknik moral reasoning
Teknik ini dilakukan dengan jalan: (1) penyajian dilema moral, guru menyajikan problematik nilai yang bersifat kontradiktif melalui observasi, koran, dll, (2) pembagian kelompok diskusi, siswa dibagi ke dalam kelompok kecil untuk mendiskusikan hasil pengamatan terhadap dilema moral tersebut, (3) diskusi kelas, mengklarifikasi nila, membuat alternatif dan konsekuensinya, (4) menggorganisasi nilai-nilai terpilih dalam diri siswa melalui pendapat siswa.
c) Teknik meramalkan konsekuensi
d) Teknik klarifikasi
Merupakan salah satu cara untuk membantu siswa dalam menentukan nilai-nilai yang akan dipilihnya. Dapat ditempuh melalui tiga tahap, yaitu: (1) tahap pemberian contoh, guru memperkenalkan pada siswa nilai-nilai yang baik kemudian memberikan contoh penerapannya, (2) tahap mengenal kelebihan dan kekurangan nilai, siswa dapat memilih nilai-nilai yang ia setujui dan yang dianggap paling baik dan benar, (3) tahap mengorgenisasikan tata nilai pada diri siswa, siswa dapat mengorganisasikan sistem nilai tersebut dalam dirinya dan menjadikan nilai itu sebagai dari pribadinya.
e) Teknik internalisasi
D. Classroom Management untuk Mewujudkan Suasana Kelas Aktif
pada Proses Pembelajaran Pai
Agar dalam pelaksanaan pengelolaan kelas dapat mewujudkan suasana kelas yang aktif pada proses pembelajaran, khususnya pembelajaran PAI maka guru harus memahami hal-hal di bawah ini: 1. Prinsip Pengelolaan Kelas
Di bawah ini merupakan beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pengelolaan kelas diantaranya: (1) kehangatan dan keantusiasan, (2) tantangan, (3) bervariasi, (4) luwes, (5) penekanan pada hal-hal positif, dan (6) penanaman disiplin diri.
2. Komponen Keterampilan Pengelolaan Kelas
Keterampilan dalam mengelola kelas memiliki komponen sebagai berikut:
a. Penciptaan dan pemeliharaan iklim pembelajaran yang optimal. 1) Menunjukkan sikap tanggap dengan cara: memandang secara
seksama, mendekati, memberikan pernyataan dan memberikan reaksi terhadap gangguan di kelas.
2) Membagi perhatian secara visual dan verbal.
3) Memusatkan perhatian kelompok dengan cara menyiapkan peserta didik dalam pembelajaran.
b. Keterampilan yang berhubungan dengan pengendalian kondisi belajar yang optimal.
1) Modifikasi perilaku.
a) Mengajarkan perilaku baru dengan contoh dan pembiasaan. b) Meningkatkan perilaku yang baik melalui penguatan. c) Mengurangi perilaku buruk dengan hukuman.
2) Pengelolaan kelompok dengan cara:
a) Peningkatan kerjasama dan keterlibatan
b) Menangani konflik dan memperkecil masalah yang timbul. 3) Menemukan dan mengatasi perilaku yang menimbulkan
masalah.
a) Pengabdian yang direncanakan. b) Campur tangan dengan isyarat. c) Mengawasi secara ketat.
d) Mengakui perasaan negatif peserta didik.
e) Mendorong peserta didik untuk mengungkapkan perasaannya.
f) Menjauhkan benda-benda yang dapat mengganggu konsentrasi.
3. Masalah-Masalah dalam Manajemen Kelas
Masalah manajemen kelas dapat dikelompokkan menjadi dua kategori besar yaitu masalah perorangan dan masalah kelompok. a. Masalah Perorangan
Masalah perorangan muncul karena dalam individu ada kebutuhan ingin diterima kelompok dan ingin mencapai harga diri. Setiap orang memiliki kebutuhan dasar untuk memiliki dan merasa dirinya berguna. Jika seseorang mencapai kegagalan dalam mengembangkan rasa memiliki dan rasa dirinya berharga maka dia akan bertingkah laku yang menyimpang.
Dalam konteks ini (Casse dalam T. Raka Joni, 1989) membedakan empat kelompok masalah manajemen kelas yang bersifat individual (Mulyadi, 2009: 12), yaitu:
1) Attention-getting behaviors (tingkah laku menarik perhatian orang lain).
2) Power-seeking behavoirs (tingkah laku mencari kekuasaan). 3) Revenge-seeking behaviors (tingkah laku menuntut balas). 4) Peragaan ketidak mampuan, yaitu dalam bentuk sama sekali
menolak untuk mencoba melakukan apaun karena yakin hanya kegagalanlah yang menjadi bagiannya.
Ada empat teknik sederhana untuk mengenali adanya masalah-masalah perorangan seperti diuraikan di atas pada diri para siswa.
seorang siswa maka kemungkinan siswa yang bersangkutan ada pada kategori Attention-getting behaviors (tingkah laku ingin menarik perhatian orang lain). Kedua, apabila guru merasa dikalahkan atau terancam maka kemungkinan siswa yang bersangkutan ada pada kategori Power-seeking behavoirs (tingkah laku mencari kekuasaan). Ketiga, jika guru merasa tersinggung atau terluka hati maka kemungkinan siswa tersebut ada pada kategori Revenge-seeking behaviors (tingkah laku menuntut balas). Keempat, jika guru merasa tidak mampu menolong lagi, hal ini merupakan tanda bahwa siswa yang bersangkutan mungkin mengalami masalah ketidak mampuan.
Guru hendaknyaa benar-benar mampu mengenal dan memahami secara tepat arah tingkah laku siswa yang mengarah ke mencari perhatian, mencari kekuasaan, menuntut bakas atau memperlihatkan ketidak mampuan agar guru mampu menangani masalah siswa secara tepat pula.
Menurut Maman Rahman (1998) dalam Mulyadi (2009: 15), bahwa dari keempat tindakan individu di atas akan mengakibatkan terbentuknya empat pola tingkah laku yang sering dijumpai pada anak usia sekolah, yaitu:
b) Pola aktif destruktif yaitu pola tingkah laku yang diwujudkan dalam bentuk membuat banyolan, suka marah, kasar dan membrontak.
c) Pola pasif kinstruktif yaitu pola yang menunjukkan kepada satu bentuk tingkah laku yang lamban dengan maksud supaya selalu dibantu dan mengharapkan perhatian.
d) Pola pasif destruktif yaiatu pola tingkah laku yang menunjukkan kemalasan dan keras kepala.
b. Masalah Kelompok
Louis V Johnson dan Mary A, bany (dalam T. Raka Joni, 1989) mengemukakan tujuh kategori masalah kelompok dalam manajemen kelas (Mulyadi, 2009: 15). Masalah-masalah yang dimaksud adalah:
1) Kelas kurang kohesif lantaran alasan jenis kelamin, suku, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya. Kurang kohesifnya kelompok dalam suatu kelas ditandai dengan adanya konflik diantara para anggota kelompok, akibatnya siswa-siswi tidak saling bantu membantu.
3) Kelas mereaksi negatif terhadap salah seorang anggotanya, misal mengejek anggota kelas yang dalam pelajaran seni suara menyanyi dengan suara sumbang.
4) Membimbing anggota kelas yang justru melanggar norma kelompok, misalnya memberi semangat kepada badut kelas. 5) Kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari tugas
yang tengah dikerjakan.
6) Semangat kerja rendah atau melakukan semacam aksi protes kepada guru karena menganggap yang diberikan kurang fair. 7) Kelas kurang mampu menyesuaikan diri dengan keadaan baru
seperti gangguan jadwal, guru kelas terpaksa diganti sementara oleh guru lain dan sebagainya.
4. Prosedur Manajemen Kelas
Untuk memiliki kemampuan manajemen kelas, guru harus memahami pengertian prosedur manajemen kelas itu sendiri. Pengertian prosedur manajemen kelas sukar dipisahkan dengan pengertian manajemen kelas, karena manajemen kelas adalah pekerjaannya sedangkan prosesdur manajemen kelas adalah langkah-langkah bagaiman pekerjaan itu dikerjakan.
kondisi optimal dan mempertahankan optimal tersebut agar proses belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien.
Dengan demikian maka prosedur manajemen kelas merupakan langkah-langkah yang harus ditempuh untuk melakukan pekerjaan manajemen kelas itu dengan baik. Hal ini mengandung pengertian bahwa langkah-langkah yang akan diambil itu harus didahului dengan suatu pertimbangan yang masak (reflection) lalu mulai merencanakan (planning) serta merumuskan langkah-langkah yang dilaksanakan (action).
Adapun prosedur manajemen kelas dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu:
a. Prosedur manajemen kelas dimensi pencegahan (preventif).
Tindakan pencegahan yaitu menyediakan kondisi baik fisik maupun sosio-emosional sehingga terasa benar oleh peserta didik rasa kenyamanan dan keamanan untuk belajar (Ahmad Rohani, 2004: 127).
Menurut Mulyani Sumantri (1999) dalam Mulyadi (2009: 20) dalam mengembangkan keterampilan manajemen siswa yang bersifat preventif, guru dapat menggunakan kemampuannya dengan cara sebagai berikut:
1) Menunjukkan sikap tanggap
perilaku peserta didik), baik perilaku yang posotif maupun perilaku negatif siswa.
2) Membagi perhatian
Guru harus mampu membagi perhatian kepada semua peserta didik, perhatian itu dapat bersifat verbal maupun visual.
3) Memusatkan perhatian kelompok
Guru harus selalu menyiagakan peserta didik dan menuntut tanggung jawab atas tugas-tugasnya.
4) Memberi petunjuk-petunjuk yang jelas
Petunujuk mengenai materi yang disampaikan, tugas yang diberikan dan perilaku-perilaku peserta didik lainnya yang berhubungan dengan pelajaran.
5) Menegur
Guru harus menegur peserta didik bila mereka menunjukkan perilaku yang menyimpang atau mengganggu. Sampaikan teguran itu dengan tegas dan jelas, hindari ejekan dan peringatan yang kasar serta menyakitkan.
6) Memberikan penguatan