• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III ANALISA PENDEKATAN PROGRAM ARSITEKTUR 3.1. Analisa Pendekatan Arsitektur 3.1.1 Analisa Konteks Lingkungan - 10.11.0114 Anggie Dwipaleksani BAB III

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB III ANALISA PENDEKATAN PROGRAM ARSITEKTUR 3.1. Analisa Pendekatan Arsitektur 3.1.1 Analisa Konteks Lingkungan - 10.11.0114 Anggie Dwipaleksani BAB III"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

ANALISA PENDEKATAN PROGRAM ARSITEKTUR

3.1. Analisa Pendekatan Arsitektur

3.1.1 Analisa Konteks Lingkungan

Lokasi untuk projek agrowisata mangrove berada di Kecamatan Pekalongan Utara. Secara administratif, Kota Pekalongan terbagi menjadi 4 Kecamatan yakni Kecamatan Pekalongan Barat, Pekalongan Utara, Pekalongan Timur dan Pekalongan Selatan. Luas wilayah Kota Pekalongan tercatat seluas 4.525 Ha, atau sekitar 0,14% dari luas Provinsi Jawa Tengah (Luas Jawa Tengah 3.254.000 Ha).

Berdasarkan data dari stasiun Meteorologi dan Geofisika Kota Pekalongan, curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari (844mm) dan terendah pada bulan Agustus (0mm). Jumlah hari hujan banyak terjadi pada bulan Januari sebanyak 23 hari, sedangkan jumlah hari hujan paling sedikit terjadi pada bulan Agustus sebanyak 0 hari.

(2)

dataran rendah landai, kawasan pesisir dengan ketinggian kurang lebih 1 meter dpl. Secara geografis Kecamatan Pekalongan Utara berada pada kawasan pesisir yang dibatasi oleh:

Sebelah Utara : Laut Jawa

Sebelah Timur : Kabupaten Batang

Sebelah Selatan : Kecamatan Pekalongan Selatan Sebelah Barat : Kabupaten Pekalongan

Gambar.3.1 Peta Kontur Kota Pekalongan

(3)

Tabel 3.1 Permasalahan dan Potensi Kel. Krapyak Lor

Sumber : Analisa Pribadi

Analisa tapak kawasan Agrowisata Mangrove di Pekalongan, sebagai berikut : a. Alternative pertama adalah Kelurahan Krapyak Lor

 Strength (Kekuatan) : agrowisata mangrove dapat menjadi obyek wisata

pesisir pantai yang menarik karena melibatkan pengunjung dan warga..

 Weakness (Kelemahan) : kerusakan hutan mangrove yang

memprihatinkan serta kurangnya peran serta masyarakat dalam melestarikan mangrove.

PERMASALAHAN POTENSI

Kelurahan Krapyak Lor

Belum direncanakan kegiatan yang dapat menarik minat

warga sekitar.

 Daya tarik wisatawan

Hutan Mangrove

Kerusakan hutan mangrove yang memprihatinkan, perlu adanya pengawasan apabila

dijadikan wisata.

 Mangrove dapat menjaga pesisir pantai dan ekosistem laut.

 Menjadi obyek wisata

Pembibitan Mangrove

Belum ada pengolahan lahan untuk pembibitan mangrove

 Menjadi tujuan wisata utama dalam agrowisata.

 Meningkatkan perekonomian warga dalam penjualan bibit.

Tambak

Pengolahan lahan untuk pembudidayaan belum

maksimal

(4)

 Oportunities (Kesempatan) : agrowisata mangrove dapat menjadi objek

wisata daerah pesisir yang sekaligus dapat menjaga pesisir pantai dari abrasi.

 Threatness (Ancaman) : pengetahuan dan kesadaran masyarakat sekitar

yang masih kurang tentang mangrove.

Sumber : Analisa Pribadi

PERMASALAHAN POTENSI

Kelurahan Degayu

Belum direncanakan kegiatan yang dapat menarik minat

warga sekitar.

 Daya tarik wisatawan.

Hutan Mangrove

Kerusakan hutan mangrove yang memprihatinkan, perlu adanya pengawasan apabila

dijadikan obyek wisata.

 Mangrove dapat menjaga pesisir pantai dan ekosistem laut.

 Menjadi obyek wisata

Pembibitan Mangrove

 Pengolahan lahan untuk pembibitan mangrove

 Kurangnya minat masyarakat

 Menjadi tujuan wisata utama dalam agrowisata.

 Meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar dengan penjualan bibit .

Tambak Pengolahan lahan untuk pembudidayaan

Menjadi salah satu fasilitas penunjang dalam agrowisata.

(5)

b. Alternative kedua adalah Kelurahan Degayu

 Strength (Kekuatan) : peran mangrove untuk menjaga ekosistem pesisir

laut dan agrowisata mangrove dapat menjadi obyek wisata pesisir pantai yang menarik.

 Weakness (Kelemahan) : kerusakan hutan mangrove yang

memprihatinkan serta kurangnya peran serta masyarakat dalam melestarikan mangrove, pengelolaan lahan yang belum maksimal.

 Oportunities (Kesempatan) : agrowisata mangrove dapat menjadi objek

wisata daerah pesisir yang sekaligus dapat menjaga pesisir pantai dari abrasi, pengelolaan lahan yang maksimal dapat meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar selain penjualan bibit mangrove.

 Threatness (Ancaman) : pengetahuan dan kesadaran masyarakat sekitar

yang masih kurang tentang mangrove.

Akses menuju lokasi mudah dicapai. Hal ini dikarenakan kawasan wisata Pantai Slamaran. Selain itu area lokasi dengan dengan permukiman penduduk sehingga masyarakat dengan mudah terlibat langsung dalam mendukung wisata alam di kawasan tersebut.

Analisa pemilihan tapak

Beberapa kriteria dalam pemilihan tapak - Pantai berpotensi abrasi.

(6)

- Lokasi tapak memiliki aksesibilitas yang mudah dicapai baik menggunakan transportasi pribadi maupun transportasi umum.

- Pada lokasi tapak sudah terdapat utilitas kota yang memadai. - Pengelolaan lahan untuk Pembibitan mangrove.

- Iklim mikro pada lokasi tapak tergolong baik.

- Memiliki luas area lahan yang menampung semua fasilitas yang akan direncanakan pada Agrowisata Mangrove.

Tabel 3.3 Kriteria Alternatif Lokasi

Sumber : Analisa Pribadi

Kriteria Alternative 1 Alternative 2

Pantai 4 4

Topografi 4 4

Aksesibilitas 4 4

Utilitas kota 3 3

View 2 3

Iklim Mikro 2 2

Luas Area 2 3

(7)

Tapak yang terpilih berada di Kelurahan Degayu. Batas-batas Utara : Laut Jawa

Timur : Jalan lingkungan Selatan: Jalan lingkungan Barat :Permukiman

Berdasarkan penyusunan zonasi Kota Pekalongan, wilayah Kelurahan Degayu dapat dikelompokkan menjadi 2 kawasan yaitu kawasan konservasi seluas 9 ha, dan kawasan pemanfaatan umum seluas 328,5. Kawasan konservasi yang masuk di Kelurahan Degayu ini meliputi zona konservasi pesisir seluas 7 ha, dan kawasan polder 2 ha. Sedangkan kawasan pemanfaatan umum meliputi zona permukiman seluas 67,09 ha, tambak 19,84 ha, pertanian 222,3 ha, campuran (perdagangan dan jasa) 2,01 ha, industri 10 ha, wisata bahari 2,76 ha dan zona TPA sampah 4,5 ha.

3.1.2 Analisa Kondisi Sarana dan Prasarana

Jaringan Utilitas

 Jaringan Listrik

(8)

Jaringan Prasarana Kota

 Jalan

 Lampu Jalan

Akses menuju Degayu cukup mudah. Kondisi jalan cukup baik. Lebar jalan kurang lebih 6m.

Gambar 3.3 Jalan Sumur Pantau

Sumber: Dok. Pribadi

Prasarana di sekitar lokasi sudah dilengkapi dengan lampu jalan.

Gambar 3.4 Lampu jalan

(9)

 Drainase

 Persampahan

Prasarana di sekitar lokasi sudah dilengkapi dengan persampahan.

Gambar 3.6 Sampah

Sumber: Dok. Pribadi

Prasarana di sekitar lokasi sudah dilengkapi dengan drainase.

Gambar 3.5 drainase

(10)

3.2. Analisa Pendekatan Masing-masing Fungsi

3.2.1 Studi Aktivitas

1. Studi Aktivitas

Pengelompokkan studi aktivitas yang dilakukan di Agrowisata Mangrove, yaitu :

 Aktivitas Wisata, kelompok ativitas yang dilakukan di Agrowisata

Mangrove, seperti : menanam mangrove, berkeliling sekitar Agrowisata, mengamati proses pembibitan mangrove, melihat pameran mangrove, membaca buku tentang mangrove, menonton film tentang mangrove.

 Aktivitas Penunjang, kelompok aktivitas yang menunjang di

Agrowisata Mangrove seperti : workshop tentang mangrove, makan dan minum, membeli souvenir, beristirahat.

 Aktivitas Pengelola, kelompok aktivitas pengelolaan Agrowisata

Mangrove untuk tujuan mengatur kegiatan, administrasi, keuangan da service serta pemeliharaan sarana dan prasarana.

 Aktivitas Service, kelompok aktivitas yang berhubungan dengan

(11)

Tabel 3.4 kelompok aktivitas, pelaku dan sifatnya

Kelompok Aktivitas Aktivitas Pelaku Sifat

Aktivitas Wisata

Menanam Mangrove Pengunjung :

- Umum

- Instansi

Pengelola Semi Privat Berkeliling sekitar Agrowisata Pengunjung :

- Umum

- Instansi

Pengelola

Publik

Mengamati proses

pembibitan mangrove Pengunjung Publik

Mendapatkan penjelasan tentang mangrove

Pengunjung Publik

Melihat pameran mangrove

Pengunjung :

- Umum

- Instansi

Semi Publik

Membaca buku

tentang mangrove Pengunjung Publik

Menonton film

tentang mangrove Pengunjung Publik

Workshop tentang

mangrove Pengunjung Publik

Aktivitas Penunjang Mencari Informasi

umum tentang Agrowisata Mangrove

Pengunjung :

- Khusus

- Instansi

Semi publik

Mengadakan pertemuan dengan

(12)

pihak terkait

Membeli tiket Pengunjung :

- Khusus

- Instansi

Semi Publik

Makan dan minum Pengunjung Publik Membeli souvenir Pengunjung

Pengelola

Publik

Beristirahat /

Menginap Pengunjung Publik Pemeriksaan

kesehatan Pengunjung Publik

Mengelola dan koordinasi seluruh staff di Agrowisata Mangrove Pengelola Pengunjung Semi Publik Aktivitas Pengelola Mengatur manajemen Agrowisata Mangrove

Kepala dan Wakil Kepala Agrowisata Mangrove Privat Mengatur personalia Agrowisata Mangrove Sekretaris Bendahara Privat

Mengelola dan data area sentuh

mangrove

Bagian Personalia Privat

Mengelola dan data pembibitan Mangrove

Pengelola Bid.

Sentuh Mangrove Privat

Mengelola galeri dan Perpustakaan

Mangrove

Pengelola Bid.

Pembibitan Privat

Memberikan informasi, promosi dan publikasi Pengelola Bid. Galeri dan Perpustakaan Privat Mengelola administrasi Pengelola Bid.

(13)

Agrowisata Mangrove

Menjaga keamanan Agrowisata Mangrove

Pengelola Bid.

Administrasi Privat

Aktivitas pelayanan Umum

Penjualan tiket, souvenir

Kepala dan

Petugas Keamanan Privat

Melayani pesanan makanan, memasak, mengelola resto

Staff Pelayanan

umum Privat

Perawatan bangunan

Agrowisata Mangrove Staff resto Privat

Pemeriksaan kesehatan

Kepala dan Staff

Maintenance Privat

Membersihkan area

Agrowisata Mangrove Staff Kesehatan Privat

Wudhu Kepala dan Staff

Kebersihan Privat

Aktivitas Servis Sholat Pengunjung

Pengelola

Staff

Privat

Mandi, Bilas Pengunjung

Pengelola

Staff

Privat

BAK, BAB Pengunjung

Pengelola

Staff

Privat

Menjaga Keamanan Pengunjung

Pengelola

Staff

Privat

Menjaga Parkir Petugas Keamanan Privat

(14)

Agrowisata Mangrove

Maintenance Petugas

Kebersihan Privat

Sumber : Analisa Pribadi

2. Pola Aktivitas

a. Aktivitas Pengelola

Bagan 3.1Pola Aktivitas Pengelola Sumber : Analisa Pribadi

b. Aktivitas Wisata Datang Parkir

Drop off

Absen Bekerja Rapat

Istirahat

Absen

Pulang

Datang

Drop off Mencari informasi Parkir

Datang

Membeli tiket

Pengarahan tentang mangrove

Workshop mangrove

Melihat pameran Keliling

sekitar Agrowisata

Menonton film mangrove Aktivitas

(15)

3. Studi Jumlah Pelaku

a. Pendekatan Jumlah Pengunjung

Data jumlah pengunjung ke Obyek wisata Pekalongan tahun 2007- 2011, sebagai berikut :

Tabel 3.5 Jumlah pengunjung Obyek Wisata Kota Pekalongan

Tahun 2007-2011

Tahun Jumlah Pengunjung

2007 140.285

2008 179.316

2009 251.411

2010 215.568

2011 226.978

Sumber: Dinas Perhubungan Pariwisata dan Kebudayaan Kota Pekalongan

- Jumlah rata-rata pengunjung per hari :

(16)

Tabel 3.6 Jumlah Pengunjung

Pelaku Jumlah

Pengunjung pada hari kerja 100 -200 orang Pengunjung pada akhir pekan 200-300 orang Pengunjung pada hari libur Maksimal 500 orang Pengunjung Khusus (rombongan) 100-200 orang

Sumber : Analisa Pribadi

Tabel 3.7 Jam puncak keramaian pengunjung Pagi

Pukul 09.00-11.00

Siang Pukul 11.00-13.30

Sore Pukul 13.30-16.00

30 % 35 % 35 %

150 orang 175 orang 175 orang Sumber : Analisa Pribadi

b. Pendekatan Jumlah Pengelola

Tabel 3.8 Jumlah Pengelola

Pengelola Agrowisata Mangrove

Pelaku Jumlah

Kepala 1

Wakil Kepala 1

KaBag Adiminitrasi dan staff 1

Sekretaris 1

Bendahara 1

Personalia 3

Rumah tangga 2

Humas 3

(17)

Tabel 3.9 Jumlah Pengelola Galeri dan Perpustakaan

Bagian Galeri dan Perpustakaan

Pelaku Jumlah

Kepala 1

Wakil Kepala 1

Sekretaris 1

Bendahara 1

Staff Perpustakaan

- Resepsionis dan informasi - Staff bag. Koleksi

- Staff bag. Perawatan Buku

- Staff bag. Pengawasan

1 2 2

1 Staff Galeri

- Resepsionis dan informasi - Staff bag. Koleksi

- Staff bag. Perawatan - Staff bag. Pengawasan

1 2 2 1 Total 16

Tabel 3.10 Jumlah Pengelola sentuh mangrove dan Pembibitan

Bagian sentuh mangrove dan Pembibitan

Pelaku Jumlah

Kepala 1

Wakil Kepala 1

(18)

Bendahara 1 Staff Sentuh Mangrove

Staff pembibitan Staff logistik Karyawan

3 3 3 5

Total 18

Tabel 3.11 Jumlah Pengelola Servis dan Pelayanan Umum

Servis dan Pelayanan Umum

Pelaku Jumlah

Staff keamanan dan Maintenance

- Security

- Cleaning servis - Teknisi

6 10 4

Staff Pelayanan Umum - Resepsionis dan

informasi - Penjualan tiket - Penitipan barang

3 2 2

Staff Resto

- Manajer resto - Koki

- Waiters - Kasir

1 4 8 2 Staff klinik

(19)

- Perawat - Administrasi

1 1 Total 43 Sumber : analisis Pribadi

4. Jam Operasional

Agrowisata Mangrove memiliki jam operasional sebagai berikut : a. Wisata Mangrove

Hari : Senin - Minggu Pukul : 09.00 – 16.00 WIB Pelayanan dibuka untuk umum. b. Sentuh Mangrove dan Pembibitan

Hari : Rabu - Minggu Pukul : 09.00 – 16.00 WIB

(keterangan : sentuh mangrove/penanaman mangrove dapat dilakukan periodic sesuai dengan waktu tanam tanaman mangrove. Pengamatan pembibitan dapat dilakukan setiap hari rabu-minggu).

c. Galeri dan Perpustakaan Mangrove Hari : Selasa - Minggu

Pukul : 09.00 – 16.00 WIB

(20)

Pukul : 10.00 ; 12.00 ; 14.00 WIB d. Fasilitas Penunjang

Fasilitas Penunjang Loket, Toko Souvenir, Resto, Klinik, Homestay buka mengikuti jam operasional wisata Mangrove. Jam kegiatan Ruang Workshop (1)

Hari : Selasa - Minggu

Pukul : 10.00 ; 12.00 ; 14.00 WIB

(keterangan : Workshop memliki durasi satu jam, satu jam selanjutnya untuk istirahat).

Jam kegiatan Ruang Workshop (2) Hari : Rabu, Jumat dan Minggu Pukul : 09.00 ; 12.00 ; 14.00

(keterangan : R. workshop (2) memiliki durasi dua jam untuk belajar membatik pewarna alami dari mangrove). Jam kegiatan Ruang Pertemuan

Hari : Selasa - Minggu Pukul : 09.00 – 16.00 WIB

(Keterangan : hari senin tutup untuk jadwal maintenance). e. Jam Operasional Kantor

(21)

(kantor buka dari hari Senin sampai hari Jumat, untuk bagian pelayanan umum hari sabtu dan minggu tetap masuk).

5. Studi Fasilitas

a. Kebutuhan Ruang

Tabel 3.12 Kebutuhan Ruang Kelompok Aktivitas Wisata

Pelaku Aktivitas Kebutuhan

Ruang Waktu

Pengunjung

Melihat pameran Mangrove

Galeri Mangrove

09.00 – 16.00 WIB

Mencari dan Membaca buku

r. baca

Perpustakaan

09.00 – 16.00 WIB

Menonton film Mangrove

r. audio visual 09.00 – 16.00 WIB

Menanam bibit mangrove

Tempat sentuh mangrove Periodik Mengamati pembibitan mangrove Tempat pembibitan Periodik

Staff Galeri Memeriksa koleksi

pameran

Galeri Mangrove

Periodic

Staff Galeri Menyimpan koleksi

pameran r. penyimpanan Periodic Staff Perpustakaan Memeriksa dan menyimpan koleksi buku

r. koleksi buku Periodic

Fasilitas Penunjang

Pengunjung khusus

Workshop tentang Mangrove

r. workhop 09.00 –

16.00 WIB

Pengunjung khusus

Workshop tentang pewarna batik dari

r. workhop (2) 09.00 –

(22)

Mangrove

Pengunjung Khusus

Penjelasan tentang mangrove

r. pertemuan 09.00 –

16.00 WIB

Pengunjung

Mencari informasi tentang Agrowisata mangrove

r. informasi 09.00 –

16.00 WIB

Membeli tiket Loket 09.00 –

16.00 WIB

Membeli souvenir Toko souvenir 09.00 –

16.00 WIB

Menginap Homestay 09.00 –

16.00 WIB

Semua Pelaku Makan dan minum Resto 09.00 –

16.00 WIB

Koki Menyiapkan makan dan

minuman

Dapur Resto Harian

08.00-17.00

Semua Pelaku Pemeriksaan Kesehatan

Klinik Harian

Kelompok Service Petugas Keamanan Menjaga keamanan Agrowisata Mangrove Area Agrowisata Mangrove Harian (24 jam) Petugas keamanan Memeriksa keadaan sekitar Pos Keamanan Harian (24 jam)

Teknisi Maintenance r. ME Harian

08.00-17.00

Menyimpan alat-alat Gudang Harian

08.00-17.00

Semua Pelaku (muslim)

Wudhu Tempat wudhu Harian

Semua Pelaku (muslim)

(23)

Semua pelaku Mandi, bilas Kamar mandi Harian

Semua pelaku BAK, BAB Toilet Harian

Petugas Kebersihan

Membersihkan area wisata

Area Agrowisata Mangrove

Harian 08.00-17.00

Sumber : Analisa Pribadi

b. Hubungan Ruang Makro

Bagan 3.3 hubungan Ruang Makro

Sumber : Analisa Pribadi Plaza

Entrance

Fasilitas Service Parkir,Pos Keamanan, r. ME, Tempat wudhu, Mushola, Kamar mandi, Toilet, Area Agrowisata Mangrove

Fasilitas utama wisata Galeri, perpustakaan,

sentuh mangrove, tempat pembibitan, r.

Audio visual,

Fasilitas Penunjang r. workshop, r. pertemuan, r. informasi, Loket, Toko

souvenir, Homestay,

Resto, Dapur Resto,

(24)

c. Besaran Ruang

Tabel 3.13 Besaran Ruang Fasilitas Bagian Pengelola

Ruang Perabot Luas Luas

+sirkulasi Sumber R. Kerja Kepala (1

orang)

Meja/kursi kerja 3,1 x 3,3 Rak buku 0,5 x 1,2 Sofa 1,9 x 3,0

10,23

0,6

5,7

16,5 m2 + flow 50%

= 24,8 m2

Human dimention and interior space

R. wakil Kepala (1 orang)

Meja/kursi kerja 3,1 x 3,3 Rak buku 0,5 x 1,2 Sofa 1,9 x 3,0

10,23

0,6

5,7

16,5 m2 + flow 50%

= 24,8 m2

R. Ka.Bag (5 orang)

Meja/kursi kerja 3,1 x 3,3 Rak buku 0,5 x 1,2 Sofa 1,9 x 3,0

51,15

3

28,5

82,65 m2 + flow

40%

=115,7 m2

R. Staf Administrasi - Sekretariat - Personalia - Keuangan - Humas

- Rumah Tangga (10 orang)

Meja/kursi kerja

1,9 x 2,1 39,9

3

42,9 m2 + flow 30%

(25)

Rak buku 0,5 x 1,2 R. Staff Galeri dan

Perpustakaan (10 orang)

Meja/kursi kerja 1,9 x 2,1 Rak buku 0,5 x 1,2

39,9

3

42,9 m2 + flow 30%

= 55,8 m2

R. staff bagian Sentuh mangrove dan Pembibitan (10 orang)

Meja/kursi kerja 1,9 x 2,1 Rak buku 0,5 x 1,2

39,9

3

42,9 m2 + flow 30%

= 55,8 m2

R. Staff Pelayanan Umum (6 orang)

Meja/kursi kerja 1,9 x 2,1 Rak buku 0,5 x 1,2

23,94

3,6

27,54 m2 + flow

30% = 35,8 m2

R. Staf Teknik & Maintenance (4 orang)

Meja/kursi kerja 1,9 x 2,1 Rak buku 0,5 x 1,2

23,94

3,6

27,54 m2 + flow

30% = 35,8 m2

R. Rapat (20 orang) Meja 1,5 x 3,0 Kursi 0,6 x 0,65

90 7,8

97,8 m2 + flow

50% =146,7 m2

R. Arsip Meja 0,6 x 1,2 Kursi 0,5 x 0,6 Rak 0,5 x 1,2

1,44

0,6

3,6

5,64 m2 + flow 30%

= 7,3 m2

R. Tunggu Sofa 1,9 x 3,0 Meja informasi

5,7

9,3 m2 + flow

(26)

1,8 x 2,0 3,6 = 14,0 m2

Luas Fasilitas Pengelola 572,3m2 Sumber : Analisa Pribadi

Tabel 3.14 Besaran Ruang Bagian Penunjang Fasilitas Bagian Penunjang

Ruang Perabot Luas Luas

+sirkulasi Sumber Lobby

(100 orang)

Kursi 0,5 x 0,6 Area berdiri 2,0 m2/org

30

200

230 m2 + flow 50% = 345 m2

Human dimention and interior space R. Informasi Meja informasi

1,8 x 2,0 3,6

3,6 m2 + flow 50%

= 5,4 m2

Loket

Loket tiket

1,8 x 2,0 3,6

3,6 m2 + flow 100%

= 7,2 m2

R. Workshop (2) (@50 orang)

Meja 0,6 x 1,2 Kursi 0,45 x 0,45

72

100

172 m2 + flow 25% =215 m2

R. Pertemuan

(100 orang) 2 m2 / org 2 m2 / org

200 m2 + flow 50% = 300 m2

Resto

(15 staff, 100 pegunjung)

Meja makan 1,0 x 1,0 Kursi makan 0,45 x 0,45 Meja Kasir 0,75 x 2 Kursi Kasir d=0,30

112 m2 39,6 m2

3 m2 0,72 m2

158,7 m2 + flow 50% = 238,05 m2

AP

(27)

vending machine

0,75 x 1,5 3,375 m

2 HD

Toko Souvenir (100 pengunjung. 4 staf)

Pengunjung 1 m2 /org Rak display 0,6 x 15 Meja display 0,8 x 15 Meja kasir 0,75 x 2,00 Kursi kasir d=0,30 Mesin kasir

110 m2

18 m2 12 m2 9 m2

1,08 m2

150,08 m2 + flow 50% = 225,12 m2

SB SB

HD AP

Homestay 8 kamar 3m x 4m

96 m2 96 m2 AP

Total 1431,77 m2

Tabel 3.15 Besaran Ruang Galeri Bagian Galeri

Ruang Perabot Luas Luas

+sirkulasi Sumber R. Pamer Ekosistem Mangrove Panel (5) 2,0x2,0 Pengunjung 1,5 m2 /org

20 m2

225 m2

245 m2 + flow 50% = 367,5 m2

DA SB R. Pameran Tanaman Mangrove Panel (20) 1,0x2,0 Pengunjung 1,5 m2 /org

40 m2

225 m2

265 m2 + flow 50% = 397,5 m2

DA SB R. Pameran Binatang endemic Mangrove Panel (15) 1,0x1,0 Pengunjung

15 m2

2

240 m2 + flow 50%

= 360 m2

(28)

1,5 m2 /org SB R. Audio Visual

(60 orang)

Kursi 0,65 x 1,05

122,85 m2

122,85 m2 + flow 40% = 172 m2

SB

Gudang 5m x 5m 25 m2 25 m2 AP

Total 1322 m2

Tabel 3.16 Besaran Ruang Perpustakaan Bagian Perpustakaan

Ruang Perabot Luas Luas

+sirkulasi Sumber Hall (20 orang) Pengunjung

1,5 m2 /org

30 m2 AP

R. Petugas (5 orang)

Meja/kursi kerja 1,5 x 1,5

11,25 m2 11,25 m 2

+ flow 30% = 15 m2

DA

SB

R. Baca (50 orang)

baca 1,8 x 2,0 20 Rak buku 0,5 x 1,2 Loker 0,6 x 1,8

180 m2

12 m2

2,16 m2

197,16 m2 + flow 50% = 194,16 m2

DA

SB

R. Koleksi Buku (25 rak buku)

Rak buku

0,4 x 1,2 12 m2

12 m2 + flow 50%

= 18 m2

HD

R. Komputer (10 orang)

Meja/kursi kerja 1,5 x 1,5

22,5 m2 22,5 m2 + flow 30% = 29,25 m2

(29)

Gudang 5m x 5m 25 m2 25 m2 AP

Total 311,41 m2

Tabel 3.17 Besaran Ruang Pembibitan Bagian Pembibitan

Ruang Perabot Luas Luas Sumber

Area Pembibitan Bedengan 25 X 50 1250 m2 SB

Area Penjualan Bedengan 15 x 20 300 m2 AP Gudang Alat Alat-alat

pertanian

4 x 4

16 m2 AP

Total 1566 m2

Tabel 3.18 Besaran Ruang Service dan Maintenance Bagian Service dan Maintenance

Ruang Perabot Luas Luas

+sirkulasi Sumber Mushola

(25 orang)

Ibadah 0,7 x 1,4cm

24,5 m2 24,5 m 2

+ flow 30% = 31,85 m2

AP

T. Wudhu

10 kran 0,9 x 1,2 10,8 m2

10,8 m2 + flow 30% = 14,04 m2

DA

SB Toilet

(10 orang)

Closet 0,65 x 0,55 Urinoir 0,4 x 0,5 Washtaffel 3,28 x 0,57

3,57 m2

2 m2

9,35 m2

14,95 m2 + flow 50% = 22,38 m2

(30)

Kamar mandi , bilas

(10 ) 1,5 x 2,0 30 m

2

30 m2 + flow 40%

= 42 m2

Janitor 1,0 x 1,5 1,5 m2 1,5 m2 AP

Gudang Barang 25 m2 25 m2 AP

Pantry Kitchen set 2,0 x 1,8 Meja 0,75 x 1,2 Kursi 0,45 x 0,45

3,6 m2

3,6 m2 1,62 m2

30 m2 + flow 30% = 11,46 m2

AP

R. Genset Genset 50 m2/ ruang

50 m2 TSS

R. Panel Listrik Panel Listrik 6m2/ ruang

30 m2 Asumsi

R. pompa Pompa 20m2/ ruang

20 m2 UB

R. Tandon Air Tandon Asumsi

R. sampah 12m2/

ruang

48m2 Asumsi

Total 296,23 m2

Sumber : Analisa Pribadi

d. Ruang Outdoor/Indoor

Tabel 3.19 Kebutuhan Ruang Outdoor/Indoor

Outdoor Indoor

Tempat Parkir Galeri Mangrove Sentuh mangrove dan Pembibitan Perpustakaan

(31)

R. workshop R. pertemuan Resto Mushola Homestay Klinik Toilet Sumber : analisa Pribadi

e. Studi Ruang Khusus

Studi Ruang Khusus adalah Galeri Mangrove Bagian Galeri

Ruang Perabot Luas Luas

+sirkulasi Sumber R. Pamer Ekosistem Mangrove Panel (5) 2,0x2,0 Pengunjung 1,5 m2 /org

20 m2

225 m2

245 m2 + flow 50% = 367,5 m2

DA SB R. Pameran Tanaman Mangrove Panel (20) 1,0x2,0 Pengunjung 1,5 m2 /org

40 m2

225 m2

265 m2 + flow 50% = 397,5 m2

DA SB R. Pameran Binatang endemic Mangrove Panel (15) 1,0x1,0 Pengunjung 1,5 m2 /org

15 m2

225 m2

240 m2 + flow 50%

= 360 m2

DA

SB R. Audio Visual

(60 orang)

Kursi 0,65 x 1,05

122,85 m2

122,85 m2 + flow 40%

(32)

= 172 m2

Gudang 5m x 5m 25 m2 25 m2

Total 1322 m2

Gambar 3.7 R. Pameran Tanaman Mangrove

(33)

Sumber : Dok. Pribadi

f. Kebutuhan Luas Bangunan dan Lahan

Tabel 3.20 Kebutuhan Luas Bangunan

Fasilitas Luas

Pengelola 572,3 m2

Penunjang 1431,77 m2

Galeri Mangrove 1322 m2

Perpustakaan Mangrove 311,41 m2

Pembibitan Mangrove 1566 m2

Servis 296,23 m2

Luas Keseluruhan 5499,71 m2

Studi Kebutuhan Ruang Parkir

(34)

Jumlah seluruh karyawan 87 orang

Asumsi perhitungan dalam penggunaan transportasi sebagai berikut : 35% menggunakan mobil = 35% x 587 = 205

30% menggunakan motor = 30% x 587 = 176 20% menggunakan bus = 20% x 587 = 117 15% menggunakan trasnportasi umum = 15% x 587 = 88

 Jumlah mobil

Asumsi tiap mobil dapat mengangkut 4 orang

Menurut Data Arsitek ukuran ideal parkir mobil 5m x 3m = 15m2 Luas area parkir mobil = 205 : 4 = 51,25 ~ 51 mobil

= 51 mobil x 15 m2 = 765 m2  Jumlah motor

Asumsi tiap mobil dapat mengangkut 2 orang

Menurut Data Arsitek ukuran ideal parkir motor 2m x 1m = 2m2 Luas area parkir motor = 176 : 2 = 88 motor

= 88 motor x 2 m2 = 176 m2  Jumlah bus

Asumsi tiap bus dapat mengangkut 50 orang

Menurut Data Arsitek ukuran ideal parkir bus 12m x 3m = 36m2 Luas area parkir bus = 117 : 50 = 2,34 ~ 3 bus

(35)

Sirkulasi 100% = 2098 m2

Luas Keseluruhan = L. Bangunan + L. area parkir = 5499,71 m2 + 2098 m2

= 7597,71 m2

Berdasarkan peraturan daerah terkait tat ruang, ketentuan untuk KOefisisen Dasar Bangunan (KDB) adalah 50% san Koefisien Lantai Bangunan (KLB) adalah 2.

KDH min 10%

 Luas lahan yang dibutuhkan

KLB = Luas keseluruhan Luas Lahan

Luas Lahan = Luas Keseluruhan KLB

Luas lahan = 7597,71 m2 2

= 3798,86 m2

 Luas Lantai Dasar yang dapat dibangun

(36)

Luas lantai dasar = 50% x 3798,86 m2 = 1899,43 m2

 KDH = 40% x Luas Lahan

= 40% x 7597,71 m2 = 3039,08 m2

 Luas total lahan yang dibutuhkan

L. total lahan = Luas Lahan + KDH

= 7597,71 m2 + 3039,08 m2 = 10636,79 m2

3.2.2 Analisa Pendekatan Sistem Bangunan

3.2.2.1 Studi SIstem struktur dan Enclosure

a. Sistem Struktur

1. Struktur Bawah

Alternative sistem struktur yang dapat digunakan untuk lahan daerah pesisir pantai sebagai berikut :

 Sistem Struktur Apung

merupakan sistem konstruksi yang tidak melekat/ menempel pada permukaan tanah melainkan bertumpu pada suatu sistem pengapung di atas permukaan air.

Ada 3 macam jenis yang mempengaruhi struktur terapung ini:

(37)

2. Dorongan akibat angin yang terjadi terhadap bagian struktur terapung diatas garis air

3. Dorongan akibat ombak/gelombang air Ada 3 macam system penambatan : 1. Sistem Pile

Keunggulan Sistem Piles :

 Sistem piles merupakan struktur

terapung yang mempunyai keunggulan banguan akan lebih stabil terhadap angin dan gelombang.

 Tingkat pergerakan lebih rendah.

Kerugian :

 Biayanya lebih mahal

 Lebih tidak flexible, kurang cocok terhadap daerah yang

berbatu - batu ataupun berpasir 2. Sistem Rantai/Jangkar

Sistem rantai/jangkar adalah perangkat penambat struktur terapung yang kedasar perairan, didanau, laut, sungai sehingga objek tidak berpindah tempat

Gambar 3.9 Sistem Pile

(38)

yang di sebabkan hembusan angin. Jangkar dihubungkan dengan rantai sehingga dapat tersangkut di dasar perairan.  Lebih flexible terhadap gelombang dan angin dari kondisi

dasar laut yang berbatu dan berpasir.  Lebih ekonomis.

Kerugian :

1. Lebih mudah gampang goyah jika ada pergerakan arus atau 2. Tingkat pergerakan lebih tinggi

3. Sistem Skrup (Baut)

Sistem skrup merupakan struktur pemancang dengan meggunakan patok besi berulir yang

di tancapkan kedasar danau/laut dengan cara penyetelan dari atas permukaan air.

 Lebih ekonomis dan lebih flexible

dari gelombang dan angin. Kerugian:

 Bangunan akan mudah goyah bila ada pergerakan arus juga

angin.

 Tingkat pergerakan lebih tinggi.

(sumber:b-foam.com, 2012)

Gambar 3.11 Sistem skrup

(39)

 Sistem Struktur Panggung

Menurut Josep Prijotomo (1998) pilihan mengangkat bangunan di atas permukaan tanah bukanlah sekedar mengatasi banjir, menghindari kelembaban atau menghindari binatang buas, melainkan mengandung intensi menjaga ekologis bumi agar tidak rusak oleh pondasi. Selain itu semakin banyak tanah yang tertutup oleh bangunan akan membuat tanah sukar menyerap air. Hal itu terlihat, bahwa serangan banjir setiap tahun tidak terhindarkan karena semakin banyak tanah yang tertutup oleh bangunan-bangunan baru membuat air semakin sukar terserap oleh tanah.

Konstruksi rumah panggung harus ringan, maka dari itu, biasanya menggunakan konstruksi kayu dengan pondasi umpak, karena selain lebih ringan dari konstruksi beton, juga sudah teruji kekuatannya mengingat dari dulu nenek moyang kita sudah menggunakan bahan ini sebagai bahan pembuat rumah. Sambungan ditiap pertemuan kayu biasanya juga menggunakan kayu. Hal ini berguna apabila bangunan terkena gempa. Sambungan yang terbuat dari kayu bersifat lentur sehingga memungkinkan bangunan bergerak mengikuti arah gempa. Hal ini akan membuat konstruksi terhindar dari patahan struktur. Tapi sebenarnya rumah panggung bisa dibuat dari bahan apa saja selain kayu, misal bambu dan beton.

(40)

1. Terhindar dari banjir tentunya, karena ketinggian rumah panggung jauh lebih tinggi dari lingkungan sekitar.

2. Konstruksi rumah panggung diciptakan supaya bangunan

memungkinkan bergerak jika terkena gempa, agar bangunan tidak rusak atau rubuh.

3. Kolong rumah panggung menjadi area resapan air yang optimal. Bisa dibuat sumur biopori atau menanam rumput-rumputan agar lingkungan kita tampak lebih hijau.

4. Penyesuaian suhu di dalam rumah cepat berubah karena tidak langsung bersentuhan dengan tanah atau beton sehingga sirkulasi udara lebih bagus.

5. Pada rumah panggung zona privat dan publik terpisah secara tegas.

(sumber : Rudi Dewanto, 2012). Struktur untuk Bangunan Penunjang

Kriteria Struktur Bangunan1:

- Strength :kekuatan struktur bangunan didalam memikul beban.

- Stability : struktur bangunan harus saling mendukung sehingga dapat berdiri dengan stabil.

- Serviceability :struktur bangunan dapat melayani kegiatan didalamnya.

1

(41)

- Safety : keamanan struktur terhadap beban-beban.

Sistem struktur untuk bangunan penunjang di Agrowisata Mangrove sebagai berikut :

 Pondasi Sumuran

Pondasi Sumuran digunakan apabila daya dukung tanah cenderung rendah, memiliki kadar air yang tergolong tinggi, dan apabila tanah keras berada di kedalaman minimal 4-5 meter.

2. Struktur Tengah

Beberapa alternative struktur dinding yang ada diantaranya :  Struktur Rangka

Struktur yang berupa kolom – kolom pembentuk ruang dan sebagai penerima beban bangunan.

Kelebihan struktur rangka :

- Ruang yang tercipta lebih fleksibel. - Pelaksanaan lebih cepat

- Pondasi yang digunakan dapat menggunakan pondasi titik atau setempat.

Kelemahan Struktur rangka :

- beban dipusatkan pada titik – titik penghubung.

(42)

3. Struktur Atas

Struktur atas bangunan ialah struktur yang berfungsi sebagai pelingkup bangunan yang melindungi bangunan dari iklim dan cuaca seperti hujan dan panas matahari.

 Atap

Atap Bangunan

Beberapa alternatif Struktur atap ialah : - Struktur rangka kayu

Struktur atap kayu merupakan struktur yang sering digunakan untuk bangunan – bangunan tradisional. Karakteristik struktur atap rangka kayu diantaranya :

o Memiliki berat yang rendah o Memiliki maksimal bentang ±12m o Memiliki muai dan susut

o Ruangan dibawah atap dapat digunakan o Resiko gangguan rayap

- Struktur Rangka Baja

o Memerlukan coating untuk mengurangi resiko berkarat. o Tahan rayap.

o Beban konstruksi menjadi lebih berat. - Beton Bertulang

(43)

o Waktu pengerjaan lebih lama o Tahan api.

b. Sistem Enclosure

1. Sistem Penutup Lantai  Keramik granit tile

Keramik memiliki berbagai macam corak dan warna, disisi lain mudah dalam pemasangan dan perawatan.

Gambar 3.12 Lantai Granit

(Sumber : http://areaperbedaan.blogspot.co.id diakses 20 agustus 2016)

 Parquette Kayu

(44)

Gambar 3.13Lantai Parquette Kayu

(Sumber : www.lantaikayu.asia diakses 20 agustus 2016)

2. Sistem Penutup Dinding

 Batu bata merah dipalikasikan pada dinding. Perbedaan warna yang

unik membuat dinding lebih terlihat indah. Pengeksposan batu bata merah ini bertujuan untuk menimbulkan nuansa alami/natural, tegas, dan sejuk.

Keuntungannya:

1. terbuat dari tanah liat yang dibakar sampai berwarna kemerah merahan.

2. memiliki daya kuat tekan.

3. Mempunyai ukuran, kuat tekan dan daya serap air yang dipersyaratkan.

Gambar 3.14 dinding batu bata ekspos

(45)

 Selain batu bata ekspos, material dinding yang dipakai adalah batu

kali. Dibeberapa bagian bangunan ada yang menggunakan jenis dinding ini. Dinding yang dipasangi oleh batu kali memiliki Keuntungannya:

1. Bersifat kuat.

2. Memiliki sudut yang berbeda-beda.

3. Berwarna abu-abu, atau kecoklat-coklatan.

Gambar 3.15 dinding batu kali

(Sumber : irma ramadhania, 2013 diakses 20 agustus 2016)

 Bata

Salah satu alternative material Dinding menggunakan material Bata sebagai material utama pelingkup bangunan. Batu Bata merupakan material utama yang sering digunakan pada masa lampau. Semakin berkembangnya jaman, batu bata tak hanya digunakan sebagai bahan dinding biasa melainkan juga digunakan sebagai material dinding yang dibentuk dinamis sehingga memiliki elemen estetis. Material ini memiliki karakteristik sebagai berikut:

 Keunggulan

(46)

kebakaran.

 Kelemahan

- Sulit untuk membuat pasangan material batu bata yang rapi.

- Proses pemasangan memakan waktu yang cukup lama.  Bata Ringan

Bata Ringan memiliki berat yang ringan dikarenakan adanya gelembung udara di dalam materialnya. Bata ringan juga memiliki sifat meredam kebisingan yang lebih baik dari pada bata biasa. Bata ringan juga merupakan material yang tahan api, namun dalam pemasangan, bata ringan memiliki proses yang lebih cepat dibandingkan bata biasa.

3. Sistem Penutup Atap  Langit-langit

PVC,

Plafon penutup PVC memiliki karakteristik :

- Mudah dalam proses pemasangan dan perawatan. - Mampu meredam panas.

- Tidak menyalurkan api jika terjadi kebakaran. - Anti rayap

 Penutup Atap

(47)

Penutup atap yang terbuat dari kepingan tipis kayu ulin (eusideroxylon zwageri) ini umur kerjanya tergantung keadaan lingkungan, kualitas kayu besi yang digunakan, dan besarnya sudut atap. Penutup atap jenis ini bisa bertahan antara 25 tahun hingga selamanya. Bentuknya yang unik cocok untuk rumah rumah bergaya country dan yang menyatu dengan alam.

Kelebihan :

- Bentuknya unik

- Mudah didapatkan di pasaran - Harganya relative murah

- Kekuatannya 20-50 tahun (sesuai dengan lingkungannya)

Kekurangan :

Gambar 3.16 Atap Sirap Kayu

(48)

- Jika tidak di proteksi maka air akan cepat menyerap - Rentan terhadap rayap

- Serat-serat kayunya terkadang dimakan oleh burung - Kurang kuat terhadap terpaan angin

- Terkadang berlumut

- Tidak diproduksi perlembar sehingga dalam pemasangannya dibutuhkan waktu yang lama. 2. Genteng Tanah Liat Tradisional

Material ini banyak dipergunakan pada rumah umumnya. Gentang terbuat dari tanah liat yang dipress dan dibakar. Kekuatannya cukup. Genteng tanah liat membutuhkan rangka untuk pemasangannya. Genteng dipasang pada atap miring. Genteng menerapkan sistem pemasangan inter-locking atau saling mengunci dan mengikat.

(49)

Gambar 3.17 Genteng Tanah Liat

(Sumber : sigitwijionoarchitects.blogspot.co.id diakses 9 september 2016)

Kelebihan Genteng Tanah Liat Tradisional : - kekuatannya cukup

- mudah didapatkan di pasaran - harganya relative terjangkau - kedap air

- anti rayap

Kekurangan Genteng tanah liat tradisional : - Mudah ditumbuhi jamur dan lumut - Mudah retak

- Dalam pemasangannya membutuhkan waktu yang lebih banyak karena bentuknya yang dicetak satu persatu. - Tidak cocok untuk bangunan didaerah yang bersalju 3. Atap Ijuk

(50)

Gambar 3.18 Atap Ijuk

(Sumber : sigitwijionoarchitects.blogspot.co.id diakses 9 september 2016)

Kelebihan

- Memiliki kesan alami

- Bisa memberikan efek sejuk di sekitar bangunan Kekurangan

- Atap jenis ini adalah sulit dalam penggantian dan rawan bocor pada saat hujan turun

- Pengaplikasian: Gazebo atau di rumah-rumah tradisional.

3.2.2.2 Studi sistem Utilitas

1. Jaringan Listrik

(51)

Gambar 3.19 Genset

Sumber : www.chibi-cyber.com diakses 9 september 2016 2. Sistem Pencahayaan

pencahayaan alami diterapkan dengan memanfaatkan sinar matahari tak langsung dengan cara pengoptimalan bukaan–bukaan pada bangunan.

Gambar 3.20 pencahayaan alami

Sumber : architectaria.com diakses 23 agustus 2016)

(52)

lampu jenis LED. Kedua jenis lampu ini lebih menghemat energy jika dibandingkan dengan jenis lampu lain.

3. Sistem Penghawaan

Penghawaan alami dilakukan dengan menerapkan system cross ventilation pada ruangan, selain juga pengoptimalan bukaan – bukaan pada bangunan.

Penghawaan buatan tetap diperlukan di ruangan yang membutuhkan standar kenyamanan thermal yang lebih tinggi atau ruangan–ruangan yang terletak jauh di tengah bangunan. Penghawaan buatan menggunakan system AC split.

4. Sistem air Bersih

Sumber utama dari jaringan air akan menggunakan sumber dari PDAM. System pendistribusian air menggunakan sistem Down Feed Distribution atau Up Feed Distribution.

Sistem Down Feed Distribution merupakan sistem pendistribusian air menggunakan Reservoir yang ditempatkan di atas bangunan atau harus menggunakan menara.

Sistem Up Feed Distribution ialah jaringan pendistribusian air

menggunakan reservoir dengan pompa air yang akan berperan untuk mendistribusikan air ke seluruh bangunan.

5. Sistem Air Kotor

(53)

 Jaringan air kotor limbah cair dan padat

 Jaringan air hujan

Jaringan air kotor limbah padat atau cair akan melalui pengolahan dan proses penguraian lebih dulu sebelum diresapkan kembali kedalam tanah. Limbah ini cenderung berasal dari hasil limbah dapur cuci dan Toilet.

Jaringan air kotor yang berasal dari hujan dapat digunakan ulang dengan sistem rainharvesting. Hasilnya akan ditampung lebih dulu kedalam bak penampungan baru kemudian dapat digunakan untuk keperluan – keperluan sekunder yang tidak membutuhkan air bersih seperti menyiram tanaman, mencuci dan dan lain – lain.

6. Sistem Keselamatan

Penanggulangan Kebakaran - Pencegahan Aktif

 Alat Peringatan Dini/Detektor  Hidran dan Selang Kebakaran  Sprinkler

(54)

Gambar 3.21 Alat peringatan dini/detektor Gambar 3. 22.hidran dan selang kebakaran

Gambar 3.23 Sprinkler Gambar 3.24 Pasokan air

7. Sistem Keamanan

Pengamanan menggunakan kamera CCTV (Closed Circuit Television) di sudut-sudut ruangan.

Gambar 3.25. Kamera CCTV (Sumber: www.google.com)

8. Penangkal Petir

(55)

 Sistem penangkal petir terdiri dari:  Tiang Penangkal Petir

 Pemotong Arus Petir/Lightning Arrester  Penghantar Arus Petir/Lightning Conductors  Terminal Hubung/Connectors/Fasteners  Sistem Pengebumian/Grounding System  Sistem Penangkal Petir

 Sistem Thomas

Sistem ini memiliki jangkauan perlindungan bangunan yang lebih luas, dengan tiang penangkap petir dan sistem pengebumiannya.

Gambar 3.26. Penangkal petir dan pengbumian system Thomas (Sumber : Jimmy S. Juwana, Panduan Sistem Bangunan Tinggi)

 Sistem Prevectron

(56)

Gambar 3.27. Penangkal petir system prevectron

(Sumber : Jimmy S. Juwana, Panduan Sistem Bangunan Tinggi)  Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam merencanakan dan

memasang sistem penangkal petir,  Keamanan secara teknis

 Penampang hantaran-hantaran pengebumian  Ketahanan mekanis

 Ketahanan terhadap korosi

 Bentuk dan ukuran bangunan yang dilindungi  Faktor ekonomi

3.2.3 Studi Pemanfaatan Teknologi

 Solar Panel

Solar energy merupakan unit yang mampu mengubah radiasi sinar matahari menjadi sebuah energy listrik melalui efek photovoltaic. Energy yang diterima akan disalurkan kedalam jaringan melalui inverter yang sistemnya berdiri sendiri, seedangkan baterai diperlukan untuk menyimpan energi cadangan. Alat yang berfungsi mengubah energi dari sinar matahari menjadi energi listrik dengan efek photovoltaic, energi listrik dimasukkan kedalam jaringan listrik

(57)

menggunakan inverter dalam sistem yang berdiri sendiri, baterai digunakan untuk menyimpan energi cadangan.

Gambar 3.28 Solar Panel

(Sumber : tenagamatahari.wordpress.com diakses 1 september 2016)

Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan karena karateristik dari panel surya, yaitu :

- Panel surya memerlukan sinar matahari, sehingga harus menempatkan panel surya di tempat yang mendapat sinar matahari tidak terhalangi objek

- Panel surya menghasilkan listrik arus searah DC seperti pada beberapa perangkat, yaitu : lampu penerangan berbasis LED (Light Emiting Diode). Kamera CCTV, wifi (wireless fidelity)

Keunggulan Panel Surya :

(58)

karena panel surya tidak memancarkan gas rumah kaca yang berbahaya seperti karbon dioksida.

- Panel surya memanfaatkan energi matahari

- Panel surya mudah dipasang dan memiliki biaya pemeliharaan yang rendah

- Masa pakainya mencapai 25 – 30 tahun Kelemahan panel surya :

- Panel surya relatif mahal

- Jika tidak terpasang dengan baik akan terjadi over-heating pada panel surya

 Rain Harvestingsting

Rain harvesting merupakan teknologi yang digunakan untuk memanen air hujan sehingga dapat digunakan sebagai salah satu sumber air bersih. Menurut Abdullah et al (2009), air hujan merupakan sumber air yang sangat penting terutama di daerah yang tidak terdapat sistem penyediaan air bersih maupun kualitas permukaan air tanah yang rendah serta tidak tersedia air tanah. Menurut UNEP (2001), kenguntungan dari penggunaan air hujan sebagai salah satu alternatif sumber air bersih yaitu :

 Meminimalisasi dampak lingkungan

(59)

 Mengatasi kondisi darurat, khususnya ketika terjadi bencana

alam

 Sebagai cadangan air bersih, sehingga tidak bergantung pada

sumber air bersih

 Salah satu upaya konservasi

 Merupakan teknologi yang mudah dan fleksibel dan dapat

dibangun sesuai dengan kebutuhan

Gambar 3.29 Rain Harvesting

(Sumber :www.watercache.com diakses 8 September 2016 )

 Gray Water Treatment

(60)

tempat cuci. Kandungan bahan organik air limbah terdiri dari protein (40-60%), karbohidrat (25-50%), lemak atau minyak (10%), urea, ahan organik (kesadahan, klorida, nitrogen, fosfor dalam bentuk P2O5, dan belerang), gas (pembusukan gas hidrofen sulfia, pembusukan gas metana), potasium dalam bentuk K2O, karbon, dan kalsium. (Ain Khurun, Yoshita dkk. 2010)

Gambar 3.30 Grey water treatment

Gambar

Tabel 3.2 Permasalahan dan potensi Kelurahan Degayu
Gambar 3.3 Jalan Sumur Pantau
Gambar 3.5 drainase
Tabel 3.4 kelompok aktivitas, pelaku dan sifatnya
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan tabel usulan program dari setiap kegiatan, maka dapat disusun sebuah tabel ringkas rencana program dan investasi bidang Cipta Karya yaitu dalam bentuk

Pembangunan Saluran Drainase Lingkungan (2014) Ibu Kota Kec.. Pembangunan Saluran Drainase Lingkungan (2014) Ibu

Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya.Syukur Alhamdulillah dengan izin Allah SWT, skripsi yang berjudul

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman konsep materi kubus dan balok siswa kelas VIII E SMP Negeri 1 Purwareja Klampok melalui model pembelajaran

Pada tahap ini dilakukan perhitungan kecepatan air yang bisa dipompa oleh piston untuk masing-masing variasi ukuran tabung karena untuk. setiap ukuran tabung

Curah hujan efektif untuk padi adalah 70% dari curah hujan tengah bulanan yang terlampaui 80% dari waktu dalam periode tersebut yang dapat dihitung melalui

Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan konsentrasi inhibitor korosi kerak dan inhibitor antimikroba terhadap

Dari hasil kesimpulan di atas, desain Cathodic Protection yang digunakan pada Eh-well Platform milik PHEONWJ adalah menggunakan sistem ICCP karena instalasinya yang lebih mudah