BAB III
ANALISA PENDEKATAN PROGRAM ARSITEKTUR
3.1. Analisa Pendekatan Arsitektur
3.1.1 Analisa Konteks Lingkungan
Lokasi untuk projek agrowisata mangrove berada di Kecamatan Pekalongan Utara. Secara administratif, Kota Pekalongan terbagi menjadi 4 Kecamatan yakni Kecamatan Pekalongan Barat, Pekalongan Utara, Pekalongan Timur dan Pekalongan Selatan. Luas wilayah Kota Pekalongan tercatat seluas 4.525 Ha, atau sekitar 0,14% dari luas Provinsi Jawa Tengah (Luas Jawa Tengah 3.254.000 Ha).
Berdasarkan data dari stasiun Meteorologi dan Geofisika Kota Pekalongan, curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari (844mm) dan terendah pada bulan Agustus (0mm). Jumlah hari hujan banyak terjadi pada bulan Januari sebanyak 23 hari, sedangkan jumlah hari hujan paling sedikit terjadi pada bulan Agustus sebanyak 0 hari.
dataran rendah landai, kawasan pesisir dengan ketinggian kurang lebih 1 meter dpl. Secara geografis Kecamatan Pekalongan Utara berada pada kawasan pesisir yang dibatasi oleh:
Sebelah Utara : Laut Jawa
Sebelah Timur : Kabupaten Batang
Sebelah Selatan : Kecamatan Pekalongan Selatan Sebelah Barat : Kabupaten Pekalongan
Gambar.3.1 Peta Kontur Kota Pekalongan
Tabel 3.1 Permasalahan dan Potensi Kel. Krapyak Lor
Sumber : Analisa Pribadi
Analisa tapak kawasan Agrowisata Mangrove di Pekalongan, sebagai berikut : a. Alternative pertama adalah Kelurahan Krapyak Lor
Strength (Kekuatan) : agrowisata mangrove dapat menjadi obyek wisata
pesisir pantai yang menarik karena melibatkan pengunjung dan warga..
Weakness (Kelemahan) : kerusakan hutan mangrove yang
memprihatinkan serta kurangnya peran serta masyarakat dalam melestarikan mangrove.
PERMASALAHAN POTENSI
Kelurahan Krapyak Lor
Belum direncanakan kegiatan yang dapat menarik minat
warga sekitar.
Daya tarik wisatawan
Hutan Mangrove
Kerusakan hutan mangrove yang memprihatinkan, perlu adanya pengawasan apabila
dijadikan wisata.
Mangrove dapat menjaga pesisir pantai dan ekosistem laut.
Menjadi obyek wisata
Pembibitan Mangrove
Belum ada pengolahan lahan untuk pembibitan mangrove
Menjadi tujuan wisata utama dalam agrowisata.
Meningkatkan perekonomian warga dalam penjualan bibit.
Tambak
Pengolahan lahan untuk pembudidayaan belum
maksimal
Oportunities (Kesempatan) : agrowisata mangrove dapat menjadi objek
wisata daerah pesisir yang sekaligus dapat menjaga pesisir pantai dari abrasi.
Threatness (Ancaman) : pengetahuan dan kesadaran masyarakat sekitar
yang masih kurang tentang mangrove.
Sumber : Analisa Pribadi
PERMASALAHAN POTENSI
Kelurahan Degayu
Belum direncanakan kegiatan yang dapat menarik minat
warga sekitar.
Daya tarik wisatawan.
Hutan Mangrove
Kerusakan hutan mangrove yang memprihatinkan, perlu adanya pengawasan apabila
dijadikan obyek wisata.
Mangrove dapat menjaga pesisir pantai dan ekosistem laut.
Menjadi obyek wisata
Pembibitan Mangrove
Pengolahan lahan untuk pembibitan mangrove
Kurangnya minat masyarakat
Menjadi tujuan wisata utama dalam agrowisata.
Meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar dengan penjualan bibit .
Tambak Pengolahan lahan untuk pembudidayaan
Menjadi salah satu fasilitas penunjang dalam agrowisata.
b. Alternative kedua adalah Kelurahan Degayu
Strength (Kekuatan) : peran mangrove untuk menjaga ekosistem pesisir
laut dan agrowisata mangrove dapat menjadi obyek wisata pesisir pantai yang menarik.
Weakness (Kelemahan) : kerusakan hutan mangrove yang
memprihatinkan serta kurangnya peran serta masyarakat dalam melestarikan mangrove, pengelolaan lahan yang belum maksimal.
Oportunities (Kesempatan) : agrowisata mangrove dapat menjadi objek
wisata daerah pesisir yang sekaligus dapat menjaga pesisir pantai dari abrasi, pengelolaan lahan yang maksimal dapat meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar selain penjualan bibit mangrove.
Threatness (Ancaman) : pengetahuan dan kesadaran masyarakat sekitar
yang masih kurang tentang mangrove.
Akses menuju lokasi mudah dicapai. Hal ini dikarenakan kawasan wisata Pantai Slamaran. Selain itu area lokasi dengan dengan permukiman penduduk sehingga masyarakat dengan mudah terlibat langsung dalam mendukung wisata alam di kawasan tersebut.
Analisa pemilihan tapak
Beberapa kriteria dalam pemilihan tapak - Pantai berpotensi abrasi.
- Lokasi tapak memiliki aksesibilitas yang mudah dicapai baik menggunakan transportasi pribadi maupun transportasi umum.
- Pada lokasi tapak sudah terdapat utilitas kota yang memadai. - Pengelolaan lahan untuk Pembibitan mangrove.
- Iklim mikro pada lokasi tapak tergolong baik.
- Memiliki luas area lahan yang menampung semua fasilitas yang akan direncanakan pada Agrowisata Mangrove.
Tabel 3.3 Kriteria Alternatif Lokasi
Sumber : Analisa Pribadi
Kriteria Alternative 1 Alternative 2
Pantai 4 4
Topografi 4 4
Aksesibilitas 4 4
Utilitas kota 3 3
View 2 3
Iklim Mikro 2 2
Luas Area 2 3
Tapak yang terpilih berada di Kelurahan Degayu. Batas-batas Utara : Laut Jawa
Timur : Jalan lingkungan Selatan: Jalan lingkungan Barat :Permukiman
Berdasarkan penyusunan zonasi Kota Pekalongan, wilayah Kelurahan Degayu dapat dikelompokkan menjadi 2 kawasan yaitu kawasan konservasi seluas 9 ha, dan kawasan pemanfaatan umum seluas 328,5. Kawasan konservasi yang masuk di Kelurahan Degayu ini meliputi zona konservasi pesisir seluas 7 ha, dan kawasan polder 2 ha. Sedangkan kawasan pemanfaatan umum meliputi zona permukiman seluas 67,09 ha, tambak 19,84 ha, pertanian 222,3 ha, campuran (perdagangan dan jasa) 2,01 ha, industri 10 ha, wisata bahari 2,76 ha dan zona TPA sampah 4,5 ha.
3.1.2 Analisa Kondisi Sarana dan Prasarana
Jaringan Utilitas
Jaringan Listrik
Jaringan Prasarana Kota
Jalan
Lampu Jalan
Akses menuju Degayu cukup mudah. Kondisi jalan cukup baik. Lebar jalan kurang lebih 6m.
Gambar 3.3 Jalan Sumur Pantau
Sumber: Dok. Pribadi
Prasarana di sekitar lokasi sudah dilengkapi dengan lampu jalan.
Gambar 3.4 Lampu jalan
Drainase
Persampahan
Prasarana di sekitar lokasi sudah dilengkapi dengan persampahan.
Gambar 3.6 Sampah
Sumber: Dok. Pribadi
Prasarana di sekitar lokasi sudah dilengkapi dengan drainase.
Gambar 3.5 drainase
3.2. Analisa Pendekatan Masing-masing Fungsi
3.2.1 Studi Aktivitas
1. Studi Aktivitas
Pengelompokkan studi aktivitas yang dilakukan di Agrowisata Mangrove, yaitu :
Aktivitas Wisata, kelompok ativitas yang dilakukan di Agrowisata
Mangrove, seperti : menanam mangrove, berkeliling sekitar Agrowisata, mengamati proses pembibitan mangrove, melihat pameran mangrove, membaca buku tentang mangrove, menonton film tentang mangrove.
Aktivitas Penunjang, kelompok aktivitas yang menunjang di
Agrowisata Mangrove seperti : workshop tentang mangrove, makan dan minum, membeli souvenir, beristirahat.
Aktivitas Pengelola, kelompok aktivitas pengelolaan Agrowisata
Mangrove untuk tujuan mengatur kegiatan, administrasi, keuangan da service serta pemeliharaan sarana dan prasarana.
Aktivitas Service, kelompok aktivitas yang berhubungan dengan
Tabel 3.4 kelompok aktivitas, pelaku dan sifatnya
Kelompok Aktivitas Aktivitas Pelaku Sifat
Aktivitas Wisata
Menanam Mangrove Pengunjung :
- Umum
- Instansi
Pengelola Semi Privat Berkeliling sekitar Agrowisata Pengunjung :
- Umum
- Instansi
Pengelola
Publik
Mengamati proses
pembibitan mangrove Pengunjung Publik
Mendapatkan penjelasan tentang mangrove
Pengunjung Publik
Melihat pameran mangrove
Pengunjung :
- Umum
- Instansi
Semi Publik
Membaca buku
tentang mangrove Pengunjung Publik
Menonton film
tentang mangrove Pengunjung Publik
Workshop tentang
mangrove Pengunjung Publik
Aktivitas Penunjang Mencari Informasi
umum tentang Agrowisata Mangrove
Pengunjung :
- Khusus
- Instansi
Semi publik
Mengadakan pertemuan dengan
pihak terkait
Membeli tiket Pengunjung :
- Khusus
- Instansi
Semi Publik
Makan dan minum Pengunjung Publik Membeli souvenir Pengunjung
Pengelola
Publik
Beristirahat /
Menginap Pengunjung Publik Pemeriksaan
kesehatan Pengunjung Publik
Mengelola dan koordinasi seluruh staff di Agrowisata Mangrove Pengelola Pengunjung Semi Publik Aktivitas Pengelola Mengatur manajemen Agrowisata Mangrove
Kepala dan Wakil Kepala Agrowisata Mangrove Privat Mengatur personalia Agrowisata Mangrove Sekretaris Bendahara Privat
Mengelola dan data area sentuh
mangrove
Bagian Personalia Privat
Mengelola dan data pembibitan Mangrove
Pengelola Bid.
Sentuh Mangrove Privat
Mengelola galeri dan Perpustakaan
Mangrove
Pengelola Bid.
Pembibitan Privat
Memberikan informasi, promosi dan publikasi Pengelola Bid. Galeri dan Perpustakaan Privat Mengelola administrasi Pengelola Bid.
Agrowisata Mangrove
Menjaga keamanan Agrowisata Mangrove
Pengelola Bid.
Administrasi Privat
Aktivitas pelayanan Umum
Penjualan tiket, souvenir
Kepala dan
Petugas Keamanan Privat
Melayani pesanan makanan, memasak, mengelola resto
Staff Pelayanan
umum Privat
Perawatan bangunan
Agrowisata Mangrove Staff resto Privat
Pemeriksaan kesehatan
Kepala dan Staff
Maintenance Privat
Membersihkan area
Agrowisata Mangrove Staff Kesehatan Privat
Wudhu Kepala dan Staff
Kebersihan Privat
Aktivitas Servis Sholat Pengunjung
Pengelola
Staff
Privat
Mandi, Bilas Pengunjung
Pengelola
Staff
Privat
BAK, BAB Pengunjung
Pengelola
Staff
Privat
Menjaga Keamanan Pengunjung
Pengelola
Staff
Privat
Menjaga Parkir Petugas Keamanan Privat
Agrowisata Mangrove
Maintenance Petugas
Kebersihan Privat
Sumber : Analisa Pribadi
2. Pola Aktivitas
a. Aktivitas Pengelola
Bagan 3.1Pola Aktivitas Pengelola Sumber : Analisa Pribadi
b. Aktivitas Wisata Datang Parkir
Drop off
Absen Bekerja Rapat
Istirahat
Absen
Pulang
Datang
Drop off Mencari informasi Parkir
Datang
Membeli tiket
Pengarahan tentang mangrove
Workshop mangrove
Melihat pameran Keliling
sekitar Agrowisata
Menonton film mangrove Aktivitas
3. Studi Jumlah Pelaku
a. Pendekatan Jumlah Pengunjung
Data jumlah pengunjung ke Obyek wisata Pekalongan tahun 2007- 2011, sebagai berikut :
Tabel 3.5 Jumlah pengunjung Obyek Wisata Kota Pekalongan
Tahun 2007-2011
Tahun Jumlah Pengunjung
2007 140.285
2008 179.316
2009 251.411
2010 215.568
2011 226.978
Sumber: Dinas Perhubungan Pariwisata dan Kebudayaan Kota Pekalongan
- Jumlah rata-rata pengunjung per hari :
Tabel 3.6 Jumlah Pengunjung
Pelaku Jumlah
Pengunjung pada hari kerja 100 -200 orang Pengunjung pada akhir pekan 200-300 orang Pengunjung pada hari libur Maksimal 500 orang Pengunjung Khusus (rombongan) 100-200 orang
Sumber : Analisa Pribadi
Tabel 3.7 Jam puncak keramaian pengunjung Pagi
Pukul 09.00-11.00
Siang Pukul 11.00-13.30
Sore Pukul 13.30-16.00
30 % 35 % 35 %
150 orang 175 orang 175 orang Sumber : Analisa Pribadi
b. Pendekatan Jumlah Pengelola
Tabel 3.8 Jumlah Pengelola
Pengelola Agrowisata Mangrove
Pelaku Jumlah
Kepala 1
Wakil Kepala 1
KaBag Adiminitrasi dan staff 1
Sekretaris 1
Bendahara 1
Personalia 3
Rumah tangga 2
Humas 3
Tabel 3.9 Jumlah Pengelola Galeri dan Perpustakaan
Bagian Galeri dan Perpustakaan
Pelaku Jumlah
Kepala 1
Wakil Kepala 1
Sekretaris 1
Bendahara 1
Staff Perpustakaan
- Resepsionis dan informasi - Staff bag. Koleksi
- Staff bag. Perawatan Buku
- Staff bag. Pengawasan
1 2 2
1 Staff Galeri
- Resepsionis dan informasi - Staff bag. Koleksi
- Staff bag. Perawatan - Staff bag. Pengawasan
1 2 2 1 Total 16
Tabel 3.10 Jumlah Pengelola sentuh mangrove dan Pembibitan
Bagian sentuh mangrove dan Pembibitan
Pelaku Jumlah
Kepala 1
Wakil Kepala 1
Bendahara 1 Staff Sentuh Mangrove
Staff pembibitan Staff logistik Karyawan
3 3 3 5
Total 18
Tabel 3.11 Jumlah Pengelola Servis dan Pelayanan Umum
Servis dan Pelayanan Umum
Pelaku Jumlah
Staff keamanan dan Maintenance
- Security
- Cleaning servis - Teknisi
6 10 4
Staff Pelayanan Umum - Resepsionis dan
informasi - Penjualan tiket - Penitipan barang
3 2 2
Staff Resto
- Manajer resto - Koki
- Waiters - Kasir
1 4 8 2 Staff klinik
- Perawat - Administrasi
1 1 Total 43 Sumber : analisis Pribadi
4. Jam Operasional
Agrowisata Mangrove memiliki jam operasional sebagai berikut : a. Wisata Mangrove
Hari : Senin - Minggu Pukul : 09.00 – 16.00 WIB Pelayanan dibuka untuk umum. b. Sentuh Mangrove dan Pembibitan
Hari : Rabu - Minggu Pukul : 09.00 – 16.00 WIB
(keterangan : sentuh mangrove/penanaman mangrove dapat dilakukan periodic sesuai dengan waktu tanam tanaman mangrove. Pengamatan pembibitan dapat dilakukan setiap hari rabu-minggu).
c. Galeri dan Perpustakaan Mangrove Hari : Selasa - Minggu
Pukul : 09.00 – 16.00 WIB
Pukul : 10.00 ; 12.00 ; 14.00 WIB d. Fasilitas Penunjang
Fasilitas Penunjang Loket, Toko Souvenir, Resto, Klinik, Homestay buka mengikuti jam operasional wisata Mangrove. Jam kegiatan Ruang Workshop (1)
Hari : Selasa - Minggu
Pukul : 10.00 ; 12.00 ; 14.00 WIB
(keterangan : Workshop memliki durasi satu jam, satu jam selanjutnya untuk istirahat).
Jam kegiatan Ruang Workshop (2) Hari : Rabu, Jumat dan Minggu Pukul : 09.00 ; 12.00 ; 14.00
(keterangan : R. workshop (2) memiliki durasi dua jam untuk belajar membatik pewarna alami dari mangrove). Jam kegiatan Ruang Pertemuan
Hari : Selasa - Minggu Pukul : 09.00 – 16.00 WIB
(Keterangan : hari senin tutup untuk jadwal maintenance). e. Jam Operasional Kantor
(kantor buka dari hari Senin sampai hari Jumat, untuk bagian pelayanan umum hari sabtu dan minggu tetap masuk).
5. Studi Fasilitas
a. Kebutuhan Ruang
Tabel 3.12 Kebutuhan Ruang Kelompok Aktivitas Wisata
Pelaku Aktivitas Kebutuhan
Ruang Waktu
Pengunjung
Melihat pameran Mangrove
Galeri Mangrove
09.00 – 16.00 WIB
Mencari dan Membaca buku
r. baca
Perpustakaan
09.00 – 16.00 WIB
Menonton film Mangrove
r. audio visual 09.00 – 16.00 WIB
Menanam bibit mangrove
Tempat sentuh mangrove Periodik Mengamati pembibitan mangrove Tempat pembibitan Periodik
Staff Galeri Memeriksa koleksi
pameran
Galeri Mangrove
Periodic
Staff Galeri Menyimpan koleksi
pameran r. penyimpanan Periodic Staff Perpustakaan Memeriksa dan menyimpan koleksi buku
r. koleksi buku Periodic
Fasilitas Penunjang
Pengunjung khusus
Workshop tentang Mangrove
r. workhop 09.00 –
16.00 WIB
Pengunjung khusus
Workshop tentang pewarna batik dari
r. workhop (2) 09.00 –
Mangrove
Pengunjung Khusus
Penjelasan tentang mangrove
r. pertemuan 09.00 –
16.00 WIB
Pengunjung
Mencari informasi tentang Agrowisata mangrove
r. informasi 09.00 –
16.00 WIB
Membeli tiket Loket 09.00 –
16.00 WIB
Membeli souvenir Toko souvenir 09.00 –
16.00 WIB
Menginap Homestay 09.00 –
16.00 WIB
Semua Pelaku Makan dan minum Resto 09.00 –
16.00 WIB
Koki Menyiapkan makan dan
minuman
Dapur Resto Harian
08.00-17.00
Semua Pelaku Pemeriksaan Kesehatan
Klinik Harian
Kelompok Service Petugas Keamanan Menjaga keamanan Agrowisata Mangrove Area Agrowisata Mangrove Harian (24 jam) Petugas keamanan Memeriksa keadaan sekitar Pos Keamanan Harian (24 jam)
Teknisi Maintenance r. ME Harian
08.00-17.00
Menyimpan alat-alat Gudang Harian
08.00-17.00
Semua Pelaku (muslim)
Wudhu Tempat wudhu Harian
Semua Pelaku (muslim)
Semua pelaku Mandi, bilas Kamar mandi Harian
Semua pelaku BAK, BAB Toilet Harian
Petugas Kebersihan
Membersihkan area wisata
Area Agrowisata Mangrove
Harian 08.00-17.00
Sumber : Analisa Pribadi
b. Hubungan Ruang Makro
Bagan 3.3 hubungan Ruang Makro
Sumber : Analisa Pribadi Plaza
Entrance
Fasilitas Service Parkir,Pos Keamanan, r. ME, Tempat wudhu, Mushola, Kamar mandi, Toilet, Area Agrowisata Mangrove
Fasilitas utama wisata Galeri, perpustakaan,
sentuh mangrove, tempat pembibitan, r.
Audio visual,
Fasilitas Penunjang r. workshop, r. pertemuan, r. informasi, Loket, Toko
souvenir, Homestay,
Resto, Dapur Resto,
c. Besaran Ruang
Tabel 3.13 Besaran Ruang Fasilitas Bagian Pengelola
Ruang Perabot Luas Luas
+sirkulasi Sumber R. Kerja Kepala (1
orang)
Meja/kursi kerja 3,1 x 3,3 Rak buku 0,5 x 1,2 Sofa 1,9 x 3,0
10,23
0,6
5,7
16,5 m2 + flow 50%
= 24,8 m2
Human dimention and interior space
R. wakil Kepala (1 orang)
Meja/kursi kerja 3,1 x 3,3 Rak buku 0,5 x 1,2 Sofa 1,9 x 3,0
10,23
0,6
5,7
16,5 m2 + flow 50%
= 24,8 m2
R. Ka.Bag (5 orang)
Meja/kursi kerja 3,1 x 3,3 Rak buku 0,5 x 1,2 Sofa 1,9 x 3,0
51,15
3
28,5
82,65 m2 + flow
40%
=115,7 m2
R. Staf Administrasi - Sekretariat - Personalia - Keuangan - Humas
- Rumah Tangga (10 orang)
Meja/kursi kerja
1,9 x 2,1 39,9
3
42,9 m2 + flow 30%
Rak buku 0,5 x 1,2 R. Staff Galeri dan
Perpustakaan (10 orang)
Meja/kursi kerja 1,9 x 2,1 Rak buku 0,5 x 1,2
39,9
3
42,9 m2 + flow 30%
= 55,8 m2
R. staff bagian Sentuh mangrove dan Pembibitan (10 orang)
Meja/kursi kerja 1,9 x 2,1 Rak buku 0,5 x 1,2
39,9
3
42,9 m2 + flow 30%
= 55,8 m2
R. Staff Pelayanan Umum (6 orang)
Meja/kursi kerja 1,9 x 2,1 Rak buku 0,5 x 1,2
23,94
3,6
27,54 m2 + flow
30% = 35,8 m2
R. Staf Teknik & Maintenance (4 orang)
Meja/kursi kerja 1,9 x 2,1 Rak buku 0,5 x 1,2
23,94
3,6
27,54 m2 + flow
30% = 35,8 m2
R. Rapat (20 orang) Meja 1,5 x 3,0 Kursi 0,6 x 0,65
90 7,8
97,8 m2 + flow
50% =146,7 m2
R. Arsip Meja 0,6 x 1,2 Kursi 0,5 x 0,6 Rak 0,5 x 1,2
1,44
0,6
3,6
5,64 m2 + flow 30%
= 7,3 m2
R. Tunggu Sofa 1,9 x 3,0 Meja informasi
5,7
9,3 m2 + flow
1,8 x 2,0 3,6 = 14,0 m2
Luas Fasilitas Pengelola 572,3m2 Sumber : Analisa Pribadi
Tabel 3.14 Besaran Ruang Bagian Penunjang Fasilitas Bagian Penunjang
Ruang Perabot Luas Luas
+sirkulasi Sumber Lobby
(100 orang)
Kursi 0,5 x 0,6 Area berdiri 2,0 m2/org
30
200
230 m2 + flow 50% = 345 m2
Human dimention and interior space R. Informasi Meja informasi
1,8 x 2,0 3,6
3,6 m2 + flow 50%
= 5,4 m2
Loket
Loket tiket
1,8 x 2,0 3,6
3,6 m2 + flow 100%
= 7,2 m2
R. Workshop (2) (@50 orang)
Meja 0,6 x 1,2 Kursi 0,45 x 0,45
72
100
172 m2 + flow 25% =215 m2
R. Pertemuan
(100 orang) 2 m2 / org 2 m2 / org
200 m2 + flow 50% = 300 m2
Resto
(15 staff, 100 pegunjung)
Meja makan 1,0 x 1,0 Kursi makan 0,45 x 0,45 Meja Kasir 0,75 x 2 Kursi Kasir d=0,30
112 m2 39,6 m2
3 m2 0,72 m2
158,7 m2 + flow 50% = 238,05 m2
AP
vending machine
0,75 x 1,5 3,375 m
2 HD
Toko Souvenir (100 pengunjung. 4 staf)
Pengunjung 1 m2 /org Rak display 0,6 x 15 Meja display 0,8 x 15 Meja kasir 0,75 x 2,00 Kursi kasir d=0,30 Mesin kasir
110 m2
18 m2 12 m2 9 m2
1,08 m2
150,08 m2 + flow 50% = 225,12 m2
SB SB
HD AP
Homestay 8 kamar 3m x 4m
96 m2 96 m2 AP
Total 1431,77 m2
Tabel 3.15 Besaran Ruang Galeri Bagian Galeri
Ruang Perabot Luas Luas
+sirkulasi Sumber R. Pamer Ekosistem Mangrove Panel (5) 2,0x2,0 Pengunjung 1,5 m2 /org
20 m2
225 m2
245 m2 + flow 50% = 367,5 m2
DA SB R. Pameran Tanaman Mangrove Panel (20) 1,0x2,0 Pengunjung 1,5 m2 /org
40 m2
225 m2
265 m2 + flow 50% = 397,5 m2
DA SB R. Pameran Binatang endemic Mangrove Panel (15) 1,0x1,0 Pengunjung
15 m2
2
240 m2 + flow 50%
= 360 m2
1,5 m2 /org SB R. Audio Visual
(60 orang)
Kursi 0,65 x 1,05
122,85 m2
122,85 m2 + flow 40% = 172 m2
SB
Gudang 5m x 5m 25 m2 25 m2 AP
Total 1322 m2
Tabel 3.16 Besaran Ruang Perpustakaan Bagian Perpustakaan
Ruang Perabot Luas Luas
+sirkulasi Sumber Hall (20 orang) Pengunjung
1,5 m2 /org
30 m2 AP
R. Petugas (5 orang)
Meja/kursi kerja 1,5 x 1,5
11,25 m2 11,25 m 2
+ flow 30% = 15 m2
DA
SB
R. Baca (50 orang)
baca 1,8 x 2,0 20 Rak buku 0,5 x 1,2 Loker 0,6 x 1,8
180 m2
12 m2
2,16 m2
197,16 m2 + flow 50% = 194,16 m2
DA
SB
R. Koleksi Buku (25 rak buku)
Rak buku
0,4 x 1,2 12 m2
12 m2 + flow 50%
= 18 m2
HD
R. Komputer (10 orang)
Meja/kursi kerja 1,5 x 1,5
22,5 m2 22,5 m2 + flow 30% = 29,25 m2
Gudang 5m x 5m 25 m2 25 m2 AP
Total 311,41 m2
Tabel 3.17 Besaran Ruang Pembibitan Bagian Pembibitan
Ruang Perabot Luas Luas Sumber
Area Pembibitan Bedengan 25 X 50 1250 m2 SB
Area Penjualan Bedengan 15 x 20 300 m2 AP Gudang Alat Alat-alat
pertanian
4 x 4
16 m2 AP
Total 1566 m2
Tabel 3.18 Besaran Ruang Service dan Maintenance Bagian Service dan Maintenance
Ruang Perabot Luas Luas
+sirkulasi Sumber Mushola
(25 orang)
Ibadah 0,7 x 1,4cm
24,5 m2 24,5 m 2
+ flow 30% = 31,85 m2
AP
T. Wudhu
10 kran 0,9 x 1,2 10,8 m2
10,8 m2 + flow 30% = 14,04 m2
DA
SB Toilet
(10 orang)
Closet 0,65 x 0,55 Urinoir 0,4 x 0,5 Washtaffel 3,28 x 0,57
3,57 m2
2 m2
9,35 m2
14,95 m2 + flow 50% = 22,38 m2
Kamar mandi , bilas
(10 ) 1,5 x 2,0 30 m
2
30 m2 + flow 40%
= 42 m2
Janitor 1,0 x 1,5 1,5 m2 1,5 m2 AP
Gudang Barang 25 m2 25 m2 AP
Pantry Kitchen set 2,0 x 1,8 Meja 0,75 x 1,2 Kursi 0,45 x 0,45
3,6 m2
3,6 m2 1,62 m2
30 m2 + flow 30% = 11,46 m2
AP
R. Genset Genset 50 m2/ ruang
50 m2 TSS
R. Panel Listrik Panel Listrik 6m2/ ruang
30 m2 Asumsi
R. pompa Pompa 20m2/ ruang
20 m2 UB
R. Tandon Air Tandon Asumsi
R. sampah 12m2/
ruang
48m2 Asumsi
Total 296,23 m2
Sumber : Analisa Pribadi
d. Ruang Outdoor/Indoor
Tabel 3.19 Kebutuhan Ruang Outdoor/Indoor
Outdoor Indoor
Tempat Parkir Galeri Mangrove Sentuh mangrove dan Pembibitan Perpustakaan
R. workshop R. pertemuan Resto Mushola Homestay Klinik Toilet Sumber : analisa Pribadi
e. Studi Ruang Khusus
Studi Ruang Khusus adalah Galeri Mangrove Bagian Galeri
Ruang Perabot Luas Luas
+sirkulasi Sumber R. Pamer Ekosistem Mangrove Panel (5) 2,0x2,0 Pengunjung 1,5 m2 /org
20 m2
225 m2
245 m2 + flow 50% = 367,5 m2
DA SB R. Pameran Tanaman Mangrove Panel (20) 1,0x2,0 Pengunjung 1,5 m2 /org
40 m2
225 m2
265 m2 + flow 50% = 397,5 m2
DA SB R. Pameran Binatang endemic Mangrove Panel (15) 1,0x1,0 Pengunjung 1,5 m2 /org
15 m2
225 m2
240 m2 + flow 50%
= 360 m2
DA
SB R. Audio Visual
(60 orang)
Kursi 0,65 x 1,05
122,85 m2
122,85 m2 + flow 40%
= 172 m2
Gudang 5m x 5m 25 m2 25 m2
Total 1322 m2
Gambar 3.7 R. Pameran Tanaman Mangrove
Sumber : Dok. Pribadi
f. Kebutuhan Luas Bangunan dan Lahan
Tabel 3.20 Kebutuhan Luas Bangunan
Fasilitas Luas
Pengelola 572,3 m2
Penunjang 1431,77 m2
Galeri Mangrove 1322 m2
Perpustakaan Mangrove 311,41 m2
Pembibitan Mangrove 1566 m2
Servis 296,23 m2
Luas Keseluruhan 5499,71 m2
Studi Kebutuhan Ruang Parkir
Jumlah seluruh karyawan 87 orang
Asumsi perhitungan dalam penggunaan transportasi sebagai berikut : 35% menggunakan mobil = 35% x 587 = 205
30% menggunakan motor = 30% x 587 = 176 20% menggunakan bus = 20% x 587 = 117 15% menggunakan trasnportasi umum = 15% x 587 = 88
Jumlah mobil
Asumsi tiap mobil dapat mengangkut 4 orang
Menurut Data Arsitek ukuran ideal parkir mobil 5m x 3m = 15m2 Luas area parkir mobil = 205 : 4 = 51,25 ~ 51 mobil
= 51 mobil x 15 m2 = 765 m2 Jumlah motor
Asumsi tiap mobil dapat mengangkut 2 orang
Menurut Data Arsitek ukuran ideal parkir motor 2m x 1m = 2m2 Luas area parkir motor = 176 : 2 = 88 motor
= 88 motor x 2 m2 = 176 m2 Jumlah bus
Asumsi tiap bus dapat mengangkut 50 orang
Menurut Data Arsitek ukuran ideal parkir bus 12m x 3m = 36m2 Luas area parkir bus = 117 : 50 = 2,34 ~ 3 bus
Sirkulasi 100% = 2098 m2
Luas Keseluruhan = L. Bangunan + L. area parkir = 5499,71 m2 + 2098 m2
= 7597,71 m2
Berdasarkan peraturan daerah terkait tat ruang, ketentuan untuk KOefisisen Dasar Bangunan (KDB) adalah 50% san Koefisien Lantai Bangunan (KLB) adalah 2.
KDH min 10%
Luas lahan yang dibutuhkan
KLB = Luas keseluruhan Luas Lahan
Luas Lahan = Luas Keseluruhan KLB
Luas lahan = 7597,71 m2 2
= 3798,86 m2
Luas Lantai Dasar yang dapat dibangun
Luas lantai dasar = 50% x 3798,86 m2 = 1899,43 m2
KDH = 40% x Luas Lahan
= 40% x 7597,71 m2 = 3039,08 m2
Luas total lahan yang dibutuhkan
L. total lahan = Luas Lahan + KDH
= 7597,71 m2 + 3039,08 m2 = 10636,79 m2
3.2.2 Analisa Pendekatan Sistem Bangunan
3.2.2.1 Studi SIstem struktur dan Enclosure
a. Sistem Struktur
1. Struktur Bawah
Alternative sistem struktur yang dapat digunakan untuk lahan daerah pesisir pantai sebagai berikut :
Sistem Struktur Apung
merupakan sistem konstruksi yang tidak melekat/ menempel pada permukaan tanah melainkan bertumpu pada suatu sistem pengapung di atas permukaan air.
Ada 3 macam jenis yang mempengaruhi struktur terapung ini:
2. Dorongan akibat angin yang terjadi terhadap bagian struktur terapung diatas garis air
3. Dorongan akibat ombak/gelombang air Ada 3 macam system penambatan : 1. Sistem Pile
Keunggulan Sistem Piles :
Sistem piles merupakan struktur
terapung yang mempunyai keunggulan banguan akan lebih stabil terhadap angin dan gelombang.
Tingkat pergerakan lebih rendah.
Kerugian :
Biayanya lebih mahal
Lebih tidak flexible, kurang cocok terhadap daerah yang
berbatu - batu ataupun berpasir 2. Sistem Rantai/Jangkar
Sistem rantai/jangkar adalah perangkat penambat struktur terapung yang kedasar perairan, didanau, laut, sungai sehingga objek tidak berpindah tempat
Gambar 3.9 Sistem Pile
yang di sebabkan hembusan angin. Jangkar dihubungkan dengan rantai sehingga dapat tersangkut di dasar perairan. Lebih flexible terhadap gelombang dan angin dari kondisi
dasar laut yang berbatu dan berpasir. Lebih ekonomis.
Kerugian :
1. Lebih mudah gampang goyah jika ada pergerakan arus atau 2. Tingkat pergerakan lebih tinggi
3. Sistem Skrup (Baut)
Sistem skrup merupakan struktur pemancang dengan meggunakan patok besi berulir yang
di tancapkan kedasar danau/laut dengan cara penyetelan dari atas permukaan air.
Lebih ekonomis dan lebih flexible
dari gelombang dan angin. Kerugian:
Bangunan akan mudah goyah bila ada pergerakan arus juga
angin.
Tingkat pergerakan lebih tinggi.
(sumber:b-foam.com, 2012)
Gambar 3.11 Sistem skrup
Sistem Struktur Panggung
Menurut Josep Prijotomo (1998) pilihan mengangkat bangunan di atas permukaan tanah bukanlah sekedar mengatasi banjir, menghindari kelembaban atau menghindari binatang buas, melainkan mengandung intensi menjaga ekologis bumi agar tidak rusak oleh pondasi. Selain itu semakin banyak tanah yang tertutup oleh bangunan akan membuat tanah sukar menyerap air. Hal itu terlihat, bahwa serangan banjir setiap tahun tidak terhindarkan karena semakin banyak tanah yang tertutup oleh bangunan-bangunan baru membuat air semakin sukar terserap oleh tanah.
Konstruksi rumah panggung harus ringan, maka dari itu, biasanya menggunakan konstruksi kayu dengan pondasi umpak, karena selain lebih ringan dari konstruksi beton, juga sudah teruji kekuatannya mengingat dari dulu nenek moyang kita sudah menggunakan bahan ini sebagai bahan pembuat rumah. Sambungan ditiap pertemuan kayu biasanya juga menggunakan kayu. Hal ini berguna apabila bangunan terkena gempa. Sambungan yang terbuat dari kayu bersifat lentur sehingga memungkinkan bangunan bergerak mengikuti arah gempa. Hal ini akan membuat konstruksi terhindar dari patahan struktur. Tapi sebenarnya rumah panggung bisa dibuat dari bahan apa saja selain kayu, misal bambu dan beton.
1. Terhindar dari banjir tentunya, karena ketinggian rumah panggung jauh lebih tinggi dari lingkungan sekitar.
2. Konstruksi rumah panggung diciptakan supaya bangunan
memungkinkan bergerak jika terkena gempa, agar bangunan tidak rusak atau rubuh.
3. Kolong rumah panggung menjadi area resapan air yang optimal. Bisa dibuat sumur biopori atau menanam rumput-rumputan agar lingkungan kita tampak lebih hijau.
4. Penyesuaian suhu di dalam rumah cepat berubah karena tidak langsung bersentuhan dengan tanah atau beton sehingga sirkulasi udara lebih bagus.
5. Pada rumah panggung zona privat dan publik terpisah secara tegas.
(sumber : Rudi Dewanto, 2012). Struktur untuk Bangunan Penunjang
Kriteria Struktur Bangunan1:
- Strength :kekuatan struktur bangunan didalam memikul beban.
- Stability : struktur bangunan harus saling mendukung sehingga dapat berdiri dengan stabil.
- Serviceability :struktur bangunan dapat melayani kegiatan didalamnya.
1
- Safety : keamanan struktur terhadap beban-beban.
Sistem struktur untuk bangunan penunjang di Agrowisata Mangrove sebagai berikut :
Pondasi Sumuran
Pondasi Sumuran digunakan apabila daya dukung tanah cenderung rendah, memiliki kadar air yang tergolong tinggi, dan apabila tanah keras berada di kedalaman minimal 4-5 meter.
2. Struktur Tengah
Beberapa alternative struktur dinding yang ada diantaranya : Struktur Rangka
Struktur yang berupa kolom – kolom pembentuk ruang dan sebagai penerima beban bangunan.
Kelebihan struktur rangka :
- Ruang yang tercipta lebih fleksibel. - Pelaksanaan lebih cepat
- Pondasi yang digunakan dapat menggunakan pondasi titik atau setempat.
Kelemahan Struktur rangka :
- beban dipusatkan pada titik – titik penghubung.
3. Struktur Atas
Struktur atas bangunan ialah struktur yang berfungsi sebagai pelingkup bangunan yang melindungi bangunan dari iklim dan cuaca seperti hujan dan panas matahari.
Atap
Atap Bangunan
Beberapa alternatif Struktur atap ialah : - Struktur rangka kayu
Struktur atap kayu merupakan struktur yang sering digunakan untuk bangunan – bangunan tradisional. Karakteristik struktur atap rangka kayu diantaranya :
o Memiliki berat yang rendah o Memiliki maksimal bentang ±12m o Memiliki muai dan susut
o Ruangan dibawah atap dapat digunakan o Resiko gangguan rayap
- Struktur Rangka Baja
o Memerlukan coating untuk mengurangi resiko berkarat. o Tahan rayap.
o Beban konstruksi menjadi lebih berat. - Beton Bertulang
o Waktu pengerjaan lebih lama o Tahan api.
b. Sistem Enclosure
1. Sistem Penutup Lantai Keramik granit tile
Keramik memiliki berbagai macam corak dan warna, disisi lain mudah dalam pemasangan dan perawatan.
Gambar 3.12 Lantai Granit
(Sumber : http://areaperbedaan.blogspot.co.id diakses 20 agustus 2016)
Parquette Kayu
Gambar 3.13Lantai Parquette Kayu
(Sumber : www.lantaikayu.asia diakses 20 agustus 2016)
2. Sistem Penutup Dinding
Batu bata merah dipalikasikan pada dinding. Perbedaan warna yang
unik membuat dinding lebih terlihat indah. Pengeksposan batu bata merah ini bertujuan untuk menimbulkan nuansa alami/natural, tegas, dan sejuk.
Keuntungannya:
1. terbuat dari tanah liat yang dibakar sampai berwarna kemerah merahan.
2. memiliki daya kuat tekan.
3. Mempunyai ukuran, kuat tekan dan daya serap air yang dipersyaratkan.
Gambar 3.14 dinding batu bata ekspos
Selain batu bata ekspos, material dinding yang dipakai adalah batu
kali. Dibeberapa bagian bangunan ada yang menggunakan jenis dinding ini. Dinding yang dipasangi oleh batu kali memiliki Keuntungannya:
1. Bersifat kuat.
2. Memiliki sudut yang berbeda-beda.
3. Berwarna abu-abu, atau kecoklat-coklatan.
Gambar 3.15 dinding batu kali
(Sumber : irma ramadhania, 2013 diakses 20 agustus 2016)
Bata
Salah satu alternative material Dinding menggunakan material Bata sebagai material utama pelingkup bangunan. Batu Bata merupakan material utama yang sering digunakan pada masa lampau. Semakin berkembangnya jaman, batu bata tak hanya digunakan sebagai bahan dinding biasa melainkan juga digunakan sebagai material dinding yang dibentuk dinamis sehingga memiliki elemen estetis. Material ini memiliki karakteristik sebagai berikut:
Keunggulan
kebakaran.
Kelemahan
- Sulit untuk membuat pasangan material batu bata yang rapi.
- Proses pemasangan memakan waktu yang cukup lama. Bata Ringan
Bata Ringan memiliki berat yang ringan dikarenakan adanya gelembung udara di dalam materialnya. Bata ringan juga memiliki sifat meredam kebisingan yang lebih baik dari pada bata biasa. Bata ringan juga merupakan material yang tahan api, namun dalam pemasangan, bata ringan memiliki proses yang lebih cepat dibandingkan bata biasa.
3. Sistem Penutup Atap Langit-langit
PVC,
Plafon penutup PVC memiliki karakteristik :
- Mudah dalam proses pemasangan dan perawatan. - Mampu meredam panas.
- Tidak menyalurkan api jika terjadi kebakaran. - Anti rayap
Penutup Atap
Penutup atap yang terbuat dari kepingan tipis kayu ulin (eusideroxylon zwageri) ini umur kerjanya tergantung keadaan lingkungan, kualitas kayu besi yang digunakan, dan besarnya sudut atap. Penutup atap jenis ini bisa bertahan antara 25 tahun hingga selamanya. Bentuknya yang unik cocok untuk rumah rumah bergaya country dan yang menyatu dengan alam.
Kelebihan :
- Bentuknya unik
- Mudah didapatkan di pasaran - Harganya relative murah
- Kekuatannya 20-50 tahun (sesuai dengan lingkungannya)
Kekurangan :
Gambar 3.16 Atap Sirap Kayu
- Jika tidak di proteksi maka air akan cepat menyerap - Rentan terhadap rayap
- Serat-serat kayunya terkadang dimakan oleh burung - Kurang kuat terhadap terpaan angin
- Terkadang berlumut
- Tidak diproduksi perlembar sehingga dalam pemasangannya dibutuhkan waktu yang lama. 2. Genteng Tanah Liat Tradisional
Material ini banyak dipergunakan pada rumah umumnya. Gentang terbuat dari tanah liat yang dipress dan dibakar. Kekuatannya cukup. Genteng tanah liat membutuhkan rangka untuk pemasangannya. Genteng dipasang pada atap miring. Genteng menerapkan sistem pemasangan inter-locking atau saling mengunci dan mengikat.
Gambar 3.17 Genteng Tanah Liat
(Sumber : sigitwijionoarchitects.blogspot.co.id diakses 9 september 2016)
Kelebihan Genteng Tanah Liat Tradisional : - kekuatannya cukup
- mudah didapatkan di pasaran - harganya relative terjangkau - kedap air
- anti rayap
Kekurangan Genteng tanah liat tradisional : - Mudah ditumbuhi jamur dan lumut - Mudah retak
- Dalam pemasangannya membutuhkan waktu yang lebih banyak karena bentuknya yang dicetak satu persatu. - Tidak cocok untuk bangunan didaerah yang bersalju 3. Atap Ijuk
Gambar 3.18 Atap Ijuk
(Sumber : sigitwijionoarchitects.blogspot.co.id diakses 9 september 2016)
Kelebihan
- Memiliki kesan alami
- Bisa memberikan efek sejuk di sekitar bangunan Kekurangan
- Atap jenis ini adalah sulit dalam penggantian dan rawan bocor pada saat hujan turun
- Pengaplikasian: Gazebo atau di rumah-rumah tradisional.
3.2.2.2 Studi sistem Utilitas
1. Jaringan Listrik
Gambar 3.19 Genset
Sumber : www.chibi-cyber.com diakses 9 september 2016 2. Sistem Pencahayaan
pencahayaan alami diterapkan dengan memanfaatkan sinar matahari tak langsung dengan cara pengoptimalan bukaan–bukaan pada bangunan.
Gambar 3.20 pencahayaan alami
Sumber : architectaria.com diakses 23 agustus 2016)
lampu jenis LED. Kedua jenis lampu ini lebih menghemat energy jika dibandingkan dengan jenis lampu lain.
3. Sistem Penghawaan
Penghawaan alami dilakukan dengan menerapkan system cross ventilation pada ruangan, selain juga pengoptimalan bukaan – bukaan pada bangunan.
Penghawaan buatan tetap diperlukan di ruangan yang membutuhkan standar kenyamanan thermal yang lebih tinggi atau ruangan–ruangan yang terletak jauh di tengah bangunan. Penghawaan buatan menggunakan system AC split.
4. Sistem air Bersih
Sumber utama dari jaringan air akan menggunakan sumber dari PDAM. System pendistribusian air menggunakan sistem Down Feed Distribution atau Up Feed Distribution.
Sistem Down Feed Distribution merupakan sistem pendistribusian air menggunakan Reservoir yang ditempatkan di atas bangunan atau harus menggunakan menara.
Sistem Up Feed Distribution ialah jaringan pendistribusian air
menggunakan reservoir dengan pompa air yang akan berperan untuk mendistribusikan air ke seluruh bangunan.
5. Sistem Air Kotor
Jaringan air kotor limbah cair dan padat
Jaringan air hujan
Jaringan air kotor limbah padat atau cair akan melalui pengolahan dan proses penguraian lebih dulu sebelum diresapkan kembali kedalam tanah. Limbah ini cenderung berasal dari hasil limbah dapur cuci dan Toilet.
Jaringan air kotor yang berasal dari hujan dapat digunakan ulang dengan sistem rainharvesting. Hasilnya akan ditampung lebih dulu kedalam bak penampungan baru kemudian dapat digunakan untuk keperluan – keperluan sekunder yang tidak membutuhkan air bersih seperti menyiram tanaman, mencuci dan dan lain – lain.
6. Sistem Keselamatan
Penanggulangan Kebakaran - Pencegahan Aktif
Alat Peringatan Dini/Detektor Hidran dan Selang Kebakaran Sprinkler
Gambar 3.21 Alat peringatan dini/detektor Gambar 3. 22.hidran dan selang kebakaran
Gambar 3.23 Sprinkler Gambar 3.24 Pasokan air
7. Sistem Keamanan
Pengamanan menggunakan kamera CCTV (Closed Circuit Television) di sudut-sudut ruangan.
Gambar 3.25. Kamera CCTV (Sumber: www.google.com)
8. Penangkal Petir
Sistem penangkal petir terdiri dari: Tiang Penangkal Petir
Pemotong Arus Petir/Lightning Arrester Penghantar Arus Petir/Lightning Conductors Terminal Hubung/Connectors/Fasteners Sistem Pengebumian/Grounding System Sistem Penangkal Petir
Sistem Thomas
Sistem ini memiliki jangkauan perlindungan bangunan yang lebih luas, dengan tiang penangkap petir dan sistem pengebumiannya.
Gambar 3.26. Penangkal petir dan pengbumian system Thomas (Sumber : Jimmy S. Juwana, Panduan Sistem Bangunan Tinggi)
Sistem Prevectron
Gambar 3.27. Penangkal petir system prevectron
(Sumber : Jimmy S. Juwana, Panduan Sistem Bangunan Tinggi) Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam merencanakan dan
memasang sistem penangkal petir, Keamanan secara teknis
Penampang hantaran-hantaran pengebumian Ketahanan mekanis
Ketahanan terhadap korosi
Bentuk dan ukuran bangunan yang dilindungi Faktor ekonomi
3.2.3 Studi Pemanfaatan Teknologi
Solar Panel
Solar energy merupakan unit yang mampu mengubah radiasi sinar matahari menjadi sebuah energy listrik melalui efek photovoltaic. Energy yang diterima akan disalurkan kedalam jaringan melalui inverter yang sistemnya berdiri sendiri, seedangkan baterai diperlukan untuk menyimpan energi cadangan. Alat yang berfungsi mengubah energi dari sinar matahari menjadi energi listrik dengan efek photovoltaic, energi listrik dimasukkan kedalam jaringan listrik
menggunakan inverter dalam sistem yang berdiri sendiri, baterai digunakan untuk menyimpan energi cadangan.
Gambar 3.28 Solar Panel
(Sumber : tenagamatahari.wordpress.com diakses 1 september 2016)
Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan karena karateristik dari panel surya, yaitu :
- Panel surya memerlukan sinar matahari, sehingga harus menempatkan panel surya di tempat yang mendapat sinar matahari tidak terhalangi objek
- Panel surya menghasilkan listrik arus searah DC seperti pada beberapa perangkat, yaitu : lampu penerangan berbasis LED (Light Emiting Diode). Kamera CCTV, wifi (wireless fidelity)
Keunggulan Panel Surya :
karena panel surya tidak memancarkan gas rumah kaca yang berbahaya seperti karbon dioksida.
- Panel surya memanfaatkan energi matahari
- Panel surya mudah dipasang dan memiliki biaya pemeliharaan yang rendah
- Masa pakainya mencapai 25 – 30 tahun Kelemahan panel surya :
- Panel surya relatif mahal
- Jika tidak terpasang dengan baik akan terjadi over-heating pada panel surya
Rain Harvestingsting
Rain harvesting merupakan teknologi yang digunakan untuk memanen air hujan sehingga dapat digunakan sebagai salah satu sumber air bersih. Menurut Abdullah et al (2009), air hujan merupakan sumber air yang sangat penting terutama di daerah yang tidak terdapat sistem penyediaan air bersih maupun kualitas permukaan air tanah yang rendah serta tidak tersedia air tanah. Menurut UNEP (2001), kenguntungan dari penggunaan air hujan sebagai salah satu alternatif sumber air bersih yaitu :
Meminimalisasi dampak lingkungan
Mengatasi kondisi darurat, khususnya ketika terjadi bencana
alam
Sebagai cadangan air bersih, sehingga tidak bergantung pada
sumber air bersih
Salah satu upaya konservasi
Merupakan teknologi yang mudah dan fleksibel dan dapat
dibangun sesuai dengan kebutuhan
Gambar 3.29 Rain Harvesting
(Sumber :www.watercache.com diakses 8 September 2016 )
Gray Water Treatment
tempat cuci. Kandungan bahan organik air limbah terdiri dari protein (40-60%), karbohidrat (25-50%), lemak atau minyak (10%), urea, ahan organik (kesadahan, klorida, nitrogen, fosfor dalam bentuk P2O5, dan belerang), gas (pembusukan gas hidrofen sulfia, pembusukan gas metana), potasium dalam bentuk K2O, karbon, dan kalsium. (Ain Khurun, Yoshita dkk. 2010)
Gambar 3.30 Grey water treatment