PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TPS BERBANTUAN
MEDIA GAMBAR TERHADAP HASIL BELAJAR IPS
SISWA SD KELAS V
I Kadek Resmawan, Ketut Pudjawan, I Made Suarjana
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: srixdxwan@yahoo.com, ketut.pudjawan@undiksha.ac.id,
imade.suarjana@undiksha.ac.id
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPS antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Think Pair Share berbantuan media gambar dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional kelas V di SDN Gugus II Kecamatan Tejakula Kabupaten Buleleng. Jenis peneltian ini adalah penelitian eksperimen semu. Populasi penelitian ini adalah seluruh kelas V SD Negeri Gugus II Kecamatan Tejakula Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 148 siswa. Sampel penelitian ini yaitu kelas V SD Negeri 1 Les yang berjumlah 24 siswa dan siswa kelas V SD Negeri 5 Les yang berjumlah 29 siswa. Metode dalam pengumpulan data dilakukan dengan metode tes yaitu tes obyektif. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial yaitu uji-t. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPS antara siswa yang menggunakan model pembelajaran Think Pair Share dan siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional dengan thitung = 4,888 > ttabel = 2,021
adanya perbedaan yang signifikan. Berdasarkan hasil analisis data model pembelajaran
Think Pair Share berpengaruh terhadap hasil belajar dalam mata pelajaran IPS.
Kata-kata kunci: Hasil Belajar, Media Gambar, TPS
This study aims to determine the difference between IPS learning outcomes between students who follow the learning with the think pair share capital-aited image thinking with student who follow the conventional learning model class V in SD Negeri group II sub-district Tejakula district Buleleng. This type of research is a quasi-experimental research. The population of this study is the entire class V SD Negeri cluster II sub-district Tejakula sub-district Buleleng 2016/2017 school year which amounted to 148 student. The sample of this research is the class V SD Negeri 1 Les which amounted to 24 students and student of grade V SD Negeri 5 Les which amounted to 29 students. Method in collecting data is done by test method that is objective test. Data obtained in the analysis using descriptive statistical analysis techniques and inferential statistics that is t-test. The result of this study showed that there are differences in IPS learning outcomes between student using think pair share model and student using conventional learning model with tarithmetic = 4,888 > ttable = 2,021 significant difference. Based on the
data analysis of think pair share learning model influences the learning outcomes in IPS subjects.
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam suatu Negara. Melalui proses pendidikan akan menjadikan seseorang semakin memiliki makna baik bagi dirinya sendiri maupun masyarakat yang akan mengantarkannya menjadi sumber daya manusia (SDM) yang kompetitif. Kemajuan suatu Negara tidak terlepas dari kemajuan kualitas pendidikannya. Berdasarkan pentingnya peran pendidikan untuk memajukan sutau bangsa, maka peningkatan mutu pendidikan selalu di upayakan oleh Negara Indonesia.
Mutu pendidikan di Indonesia cenderung masih rendah dibandingkan negara lain, hal ini terlihat dari belum mempunyai pelajar-pelajar di Indonesia bersaing pada even-even internasioanal yang terkait di dunia pendidikan. Faktor-faktor penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia yakni meliputi faktor eksternal maupun faktor internal. Faktor eksternal meliputi lingkungan belajar, sarana dan prasarana pendukung, guru dan metode mengajar. Sedangkan faktor internal meliputi tingkat kecerdasan dan kemampuan awal siswa, motivasi dan minat siswa terhadap suatu pelajaran.
Banyak yang berpendapat bahwa persoalan yang dihadapi bangsa Indonesia di sebabkan oleh kualitas sumber daya manusia bangsa Indonesia yang masih rendah. Kualitas sumber daya manusia yang rendah, baik secara akademis maupun nonakademis menyebabkan belum seluruh masyarakat Indonesia dapat berpartisipasi menyumbangkan potensinya baik potensi fisik maupun nonfisik dalam pelaksanaan pembangunan sesuai dengan keahlian dan bidangnya masing-masing. Hanya dengan kualitas SDM yang tinggi persoalan-persoalan bangsa Indonesia setahap demi setahap dapat terselesaikan dengan baik. Untuk menilai kualitas SDM suatu bangsa secara umum dapat dilihat dari mutu pendidikan bangsa tersebut. Sejarah membuktikan bahwa kemajuan dan kejayaan suatu bangsa di dunia ditentukan oleh pembangunan di bidang pendidikan. Mereka menganggap kebodohan adalah
musuh kemajuan dan kejayaan bangsa, oleh karena itu harus diperangi dengan mengadakan revolusi pendidikan (Kunandar, 2007).
Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam menyiapkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang mampu bersaing di era global. Upaya yang tepat untuk menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan satu-satunya wadah yang dapat dipandang dan seyogianya berfungsi sebagai alat untuk membangun sumber daya manusia (SDM) yang bermutu tinggi adalah pendidikan (Trianto, 2010)
Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional pemerintah telah menyelenggarakan perbaikan-perbaikan peningkatan mutu pendidikan pada berbagai jenis dan jenjang. Namun fakta di lapangan belum menunjukan hasil yang memuaskan. Tujuan pendidikan yang ingin dicapai menentukan kurikulum dan isi pendidikan yang diberikan. Selain itu tujuan pendidikan juga dapat mempengaruhi strategi pemilihan teknik penyajian pendidikan yang dipergunakan untuk memberikan pengalaman belajar kepada anak didik di dalam mencapai tujuan pendidikan yang sudah dirumuskan (Suryosubroto, 1983).
Sementara itu Komisi tentang Pendidikan Abad ke-21 (Commission on
Education for the “21” Century),
merekomendasikan empat strategi dalam menyukseskan penidikan: Pertama learning
to learn, yaitu memuat bagaimana pelajar
mampu menggali informasi yang ada di sekitarnya dari ledakan informasi itu sendiri;
Kedua, learning to be, yaitu pelajar
diharapkan mampu beradaptasi dengan lingkungannya; Ketiga, learning to do, yaitu berupa tindakan atau aksi, untuk memunculkan ide yang berkaitan dengan sainstek; dan Keempat, learning to be
together, yaitu memuat bagaimana kita
hidup dalam masyarakat yang saling bergantung antara yang satu dengan yang lain, sehingga mampu untuk menghargai orang lain (Trianto, 2010).
Mengacu pada konsep tersebut, maka dalam situasi masyarakat yang selalu berubah tersebut, idealnya pendidikan tidak hanya berorientasi pada masa lalu dan masa kini, tetapi sudah seharusnya merupakan proses yang mengantipasi dan membicarakan masa depan. Pendidikan hendaknya melihat jauh ke depan dan memikirkan apa yang akan dihadapi peserta didik di masa yang akan datang.
Masalah utama dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini tampak dari rerata hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih sangat memprihatinkan. Prestasi ini tentunya merupakan hasil kondisi pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri, yaitu bagaimana sebenarnya belajar itu (belajar untuk belajar). Dalam arti yang lebih substansial, bahwa proses pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dalam proses berpikirnya (Trianto, 2010).
Kertih (2015:2), menyatakan bahwa “pendidikan adalah pembelajaran, yang merupakan proses intraksi manusiawi, antara peserta didik (siswa) dengan pendidik (guru) yang penuh penuh dengan ketidak pastian”. Hal ini di karenakan dalam iteraksi tersebut terkait secara komplek berbagai aspek dalam diri pribadi yang terlibat dalam proses interaksi, baik dari sisi siswa maupundari sisi guru. Dari sisi siswa interaksi memberikan jaminan bahwa bahwa prosess akan berjalan dan dapat menghasilkan oup put yang diharapkan, manakala siswa memiliki minat, motivasi, dan kemampuan untuk belajar. Teori pendidikan atau pembelajaran, mengemukakan bahwa apabila siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran, maka out put dari proses pembelajaran akan berkualitas.
Tujuan pendidikan adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab. Hal ini menunjukan bahwa dengan mendapatkan pendidikan, peserta didik diharapkan mampu mengembangkan potensi sesuai bakat dan minat mereka masing-masing sehingga mereka memilki sumber daya manusia yang berkualitas.
Salah satu mata pelajaran yang diupayakan untuk dapat membentuk SDM yang berkualitas adalah melalui mata pelajaran IPS. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga negara dunia yang cinta damai. Dengan mempelajari IPS sesuai dengan standar isi tersebut, maka peserta didik diharapkan memiliki bekal yang cukup dalam pembentukan karakter sebagai warga negara yang baik sesuai dengan harapan pemerintah. Oleh sebab itu, pembelajaran IPS sejak dini sangat penting bagi peserta didik. Pembelajaran IPS sejak dini dapat dilakukan mulai jenjang pendidikan SD. Pada jenjang pendidikan SD, pembelajaran IPS dilakukan secara terpadu. Pembelajaran tersebut dilakukan untuk menanamkan pemahaman peserta didik tentang aspek-aspek dan gejala-gejala sosial yang terjadi di masyarakat dan lingkungannya. Secara lebih jelas, pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis peserta didik terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis.
Ketika dilakukan wawancara dengan beberapa guru yang mengajar mata pelajaran IPS di kelas V SD di gugus II pada tanggal 18 Januari 2017 diperoleh informasi tentang kesulitan yaitu: 1) minat siswa terhadap mata pelajaran IPS masih kurang, 2) aktivitas siswa dalam proses pembelajaran masih rendah. Siswa yang aktif dalam pembelajaran hanyalah siswa yang pintar, sedangkan siswa yang memiliki kemampuan kurang hanya menjadi pendengar dan penonton pasif, menunggu perintah dan penjelasan guru selama proses pembelajaran berlangsung, 3) kurangnya keberanian siswa untuk mengemukakan pendapat pada saat guru memberikan pertanyaan.
Setelah selesai melakukan wawancara dilanjutkan observasi pada proses pembelajaran IPS yang berlangsung di kelas V di beberapa SD gugus II. Menunjukkan bahwa masih kurang perhatian guru terhadap pentingnya penerapan model-model pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar. Hal ini ditunjukkan oleh kenyataan para guru mengajar hanya berdasarkan buku-buku pegangan yang ada dan hanya mengandalkan ceramah saja sehingga suasana proses pembelajaran kurang menyenangkan dirasakan oleh siswa serta proses pembelajaran masih bersifat satu arah yaitu berpusat pada guru saja. Selain itu masih terlihat bahwa aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS belum optimal, dan terlihat beberapa siswa masih bermain-main saat pelajaran, dan bahkan ada yang hanya diam saja mendengarkan penjelasan dari guru. Hal ini membawa akibat pada rendahnya hasil belajar siswa kelas V dalam mata pelajaran IPS. Hasil penilaian dalam pembelajaran IPS yang dilakukan oleh guru juga masih tergolong rendah. Hal ini terlihat dari banyaknya siswa yang belum mampu untuk memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) dalam mata pelajaran IPS.
Salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan dalam pembelajaran tersebut adalah dengan menggunakan Model think pair share ini merupakan salah satu bagian dari pembelajaran aktif yaitu proses belajar menuju proses yang diselaraskan berdasarkan pengembangan keterampilan pemecahan masalah dan kemampuan berfikir kritis. Model pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair
Share ini model kerja kelompoknya
mengajak berpikir-berpasangan-berbagi yang dikembangkan oleh Spencer Kangan dan Frank Lyman merupakan jenis pembelajaraan kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa (Hasbullah, 2014). Azizah (2008) Tipe
Think Pair Share memiliki prosedur yang
secara eksplisit memberikan siswa lebih banyak waktu untuk berpikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain. Selain itu Tipe Think Pair Share ini relatif sederhana, tudak menyita waktu dalam mengatur tempat duduk dimana siswa dikelompokkan
secara berpasangan sehingga dapat mengaktifkan proses diskusi dalam pembelajaran kooperatif.
Model pembelajaran think pair share
sangat berpengaruh dalam kemampuan berfikir kreatif siswa. Dapat pula membantu siswa dalam mengaitkan materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan memotivasi siswa untuk menghubungkan antara pengetahuan yang sudah dimilikinya dengan kehidupan mereka sehari-hari. Dengan menerapkan model pembelajaran think pair share, maka dapat mengusahakan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa dan meningkatkan kualitas pembelajaran IPS di sekolah dasar dapat tercapai. Selain penggunaan model pembelajaran tang tepat dan sesuai dengaan karakteristik siswa, guru juga perlu memperhatikan media yang ada disekitar lingkungan siswa untuk menunjang proses pembelajaran yang lebih maksimal dalam pembelajaran dan dapat memperbaiki penerapan kurikulum saat ini dan meningkatkan pemahaman serta menciptakan suasana belajar yang kondusif.
Terkait belum optimalnya hasil belajar serta belum diterapkannya strategi pembelajaran yang tepat dalam Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas V di Gugus II Kecamatan Tejakula, maka penulis berupaya untuk menerapkan model pembelajaran think pair share sebagai salah satu alternatif pembelajaran bermakna yang bermuara pada pembelajaran yang inovatif, aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Berdasarkan kondisi tersebut maka penulis tergerak untuk melakukan penelitian dengan judul: "Pengaruh Model Pembelajaran Think Pair
Share Berbantuan Media Gambar
Terhadap Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Siswa Kelas V di Gugus II Kecamatan Tejakula Kabupaten Buleleng”.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi eksperiment). Karena tidak semua variabel yang muncul dan kondisi eksperimen dapat diatur dan dikontrol secara ketat. sampel merupakan bagian dari populasi yang secara langsung dikenai penelitian. Sejalan dengan ini,
Sudjana (dalam Agung, 2015:8) menyatakan bahwa sampel merupakan sebagian yang diambil dari populasi. Populasi adalah “totalitas semua nilai yang mungkin, hasil hitung apapun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif dari karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya”. Sudjana (dalam Agung, 2015:7).“Teknik group random
sampling adalah suatu cara pengambilan
sampel secara acak, di mana sampel diambil berdasarkan kelas bukan individu, setiap anggota populasi atau bagian dari populasi tersebut mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel” Soewarno (dalam Agung, 2014:164) Teknik
group random sampling yang digunakan
untuk menentukan kelas eksperimen dan kontrol dalam penelitian dengan cara undian. Hasil group random sampling
menentukan kelas yang akan digunakan sebagai kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pada saat analisa data, dari setiap kelompok diambil skor hasil belajar IPS siswa. Skor-skor tersebut kemudian dianalisis untuk memenuhi teknik analisis data. Informasi mengenai skor hasil belajar IPS siswa diperoleh melalui nilai UTS dari masing-masing sekolah. Sebelum dilakukan penentuan sampel penelitian, dilakukan uji kesetaraan pada semua sekolah SD yang ada di gugus II Kecamatan Sukasada Kecamatan Buleleng. Data yang digunakan dalam uji
kesetaraan adalah nilai ulangan tengah semester (UTS) ganjil mata pelajaran bahasa Indonesia kelas V. Uji kesetaraan ini menggunakan analisis Anava A.
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah metode tes, dengan menggunakan tes obyektif. Tes obyektif digunakan pada saat post-test. Data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dan statistik inferensial. Statistik deskriptif berfungsi untuk mengelompokkan data, memaparkan serta menyajikan hasil olahan. Statistik deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini yaitu mean (rata-rata), standar deviasi dan varians. Sedangkan statistik inferensial berfungsi untuk menggeneralisasikan hasil penelitian yang dilakukan pada sampel bagi populasi. Statistik inferensial ini digunakan untuk menguji hipotesis melalui uji-t yang diawali dengan analisis prasyarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi data hasil belajar penelitian meliputi, (1) Deskripsi Data Hasil Belajar
Post-test Kelompok Eksperimen, dan (2)
Deskripsi Data Hasil Belajar Post-test
Kelompok Kontrol. Rekapitulasi Hasil perhitungan data Hasil Post Test diasajikan pada tabel 1.
Tabel 1 Hasil Belajar IPS
Penelitian M Md Mo s S2 Skor Maksimal Skor Menimal R Eksperimen 21,58 22,84 24,31 4,03 16,25 27 12 21,58 Kontrol 16,3 16,1 13,5 4,16 4,03 22 11 16,3
Berdasarkan Tabel di atas, diketahui kelompok eksperimen memiliki mean= 21,58, median=22,08, dan modus= 24,31 yang berarti mean lebih kecil dari median dan median lebih kecil dari modus
(Mo>Md>M). digambarkan dalam grafik polygon membentuk kurva juling negative yang berarti sebagian besar skor cenderung tinggi. Adapun kurva disajikan pada Gambar 1. berikut
0 2 4 6 8 10 12.14 15-17 18-20 21-23 24-26 27-29 Frek ue nsi Titik Tengah
Gambar 1. Grafik Polygon Data Hasil BelajarIPS Kelompok Eksperimen Berdasarkan grafik poligon data
hasil belajar kelompok eksperimen di atas, grafik di atas adalah grafik juling negatif. Artinya, sebagian besar skor cenderung tinggi. Kecenderungan skor ini dapat dibuktikan dengan melihat frekuensi relatif pada tabel distribusi frekuensi. Frekuensi relatif skor yang berada di atas rata-rata lebih besar dibandingkan frekuensi relatif skor yang berada di bawah rata-rata.
Sedangkan kelompok kontrol memiliki mean= 16,3, median=16,1, dan modus= 13,5 yang berarti modus lebih kecil dari median dan median lebih kecil dari mean (Mo<Md<M). digambarkan dalam grafik polygon membentuk kurva juling positif yang berarti sebagian besar skor cenderung rendah. Adapun kurva disajikan pada Gambar 2. berikut
0 1 2 3 4 5 6 7 8 11.12 13-14 15-16 17-18 19-20 21-22 Fr e ku e n si Titik Tengah
Gambar 2. Grafik Polygon Data hasil belajar IPS Kelompok Kontrol Berdasarkan Grafik poligon data
hasil belajar kelompok kontrol di atas, grafik di atas adalah grafik juling positif. Artinya, sebagian besar skor cenderung rendah. Kecenderungan skor ini dapat dibuktikan
dengan melihat frekuensi relatif pada tabel distribusi frekuensi. Frekuensi relatif skor yang berada di atas rata-rata lebih kecil dibandingkan frekuensi relatif skor yang berada di bawah rata-rata.
Mo= 24,31 Md= 22,84 M= 21,58 Md= 16,1 M= 16,3 Mo= 13,5
Sebelum melakukan uji hipotesis terlebih dahulu melaukan uji prasyarat analisis. Uji prasyarat analisis data dilakukan sebelum melaksanakan uji hipotesis. Terdapat beberapa persyaratan analisis data yang harus dipenuhi, meliputi: 1) uji normalitas, 2) uji homogenitas varians. Uji normalitas dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa sampel benar-benar berasal dari populasi yang berdistribusi normal pada dua kelompok data dalam penelitian ini, yaitu (1) Hasil belajar IPS pada kelas eksperimen, (2) Hasil belajar IPS pada kelas kontrol.
Uji normalitas sebaran data dilakukan dengan bantuan SPSS-16.0 for
windows uji statistik Kolmogorov-Smirnov
pada taraf signifikan 0,05. Uji ini dilakukan terhadap data post-test terhadap kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Apabila nilai signifikansi lebih besar daripada signifikansi (ɑ) maka sampel berasal dari populasi berdistribusi normal. Normalitas sebaran data diuji dengan teknik
Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk
menggunakan bantuan SPSS-16.0 for
windows yang diperoleh hasil seperti yang
disajikan pada tabel 2 sebagai berikut. Tabel 2. Hasil Uji Normalitas Sebaran Data dengan Teknik Kolmogorov-Smirnov
dan Shapiro-Wilk dengan Taraf Signifikansi 5%
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic Df Sig. Eks
Control
1.00 .117 24 .200* .971 24 .692
2.00 .158 29 .063 .908 29 .015
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance. Berdasarkan data pada tabel diatas, menunjukkan bahwa statistik
Kolmogorov-Smirnov memiliki angka signifiknsi lebih
besar dari 0,05. Maka dapat disimpulkan semua sebaran data hasil belajar sudah berdistribusi normal.
Uji homogenitas varians antar kelompok bertujuan untuk memeriksa kesamaan varians antar kelompok
perlakuan. Dalam penelitian ini, uji homogenitas dilakukan terhadap varians pasangan antar kelompok eksperimen dan kontrol. Uji yang digunakan adalah uji-F dengan kriteria data homogen jika Fhit < Ftab. Rekapitulasi hasil uji homogenitas varians antar kelompok eksperimen dan kontrol disajikan pada tabel 3 di bawah ini.
Tabel 3.
Hasil Uji Homogenitas Varians antar Kelompok Eksperimen dan Kontrol
Data Fhit Ftab Kesimpulan
Post Test Kelompok Eksperimen dan Kontrol 1,06 1,96 Homogen
Berdasarkan tabel di atas, diketahui Fhit hasil belajar kelompok eksperimen dan kontrol adalah 1,06, sedangkan Ftab pada dbpembilang = 23, dbpenyebut = 28, dan taraf signifikansi 5% adalah 2,02. Hal ini berarti, varians data hasil belajar IPS kelompok eksperimen dan kontrol adalah homogen.
Berdasarkan uji prasyarat analisis data, diperoleh bahwa data hasil belajar siswa kelompok eksperimen dan kontrol adalah normal dan homogen. Setelah
diperoleh hasil uji prasyarat analisis data, analisis dilanjutkan dengan pengujian hipotesis penelitian (H1) dan hipotesis nol (H0). Pengujian hipotesis tersebut dilakukan menggunakan uji-t sampel independent
(tidak berkorelasi) dengan rumus polled varians berikut.
Kriteria pengujian adalah tolak H0 jika thit > ttab, dimana ttab diperoleh dari tabel distribusi t pada taraf signifikansi 5% dengan derajat kebebasan db = n1 + n2 –
2. Rangkuman hasil analisis uji-t ditampilkan pada tabel 4 berikut.
Tabel 4 Hasil Uji-T
Sampel Penelitian N x SD S2 db thit ttab
Kelompok
Eksperimen 24 21,58 4,03 16,25 23
4,888 2,021 Kelompok
Kontrol 29 16,3 4,16 17,36 28
Berdasarkan rangkuman hasil uji t, thit sebesar = 4,888 dan ttab = 2,021 untuk db = 23 dan 28 pada taraf signifikansi 5%. Hal ini berarti thit > ttab. Berdasarkan kriteria pengujian maka H0 ditolak H1 diterima artinya “Terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair Share dengan siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran konvensional.” Berdasarkan analisis perhitungan, rata-rata hasil belajar IPS siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Think Pair Share lebih tinggi (21,58) dibandingkan rata-rata hasil belajar IPS siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional (16,3). Hal ini berarti hasil belajar IPS siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Think
Pair Share lebih baik daripada hasil belajar
IPS siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional.
Berdasarkan penelitian tersebut, dapat diketahui bahwa kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Think Pair Share memiliki pengaruh yang berbeda secara signifikan dengan kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran konvensional. Dengan demikian, Model pembelajaran Think Pair Share dapat direkomendasikan dalam membelajarkan siswa khususnya pada kegiatan pembelajaran yang berisi muatan materi IPS selain model pembelajaran konvensional.
Kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Think
Pair Share dengan model pembelajaran
konvensional memberikan hasil belajar
yang berbeda pada siswa karena baik model pembelajaran Think Pair Share
maupun model pembelajaran konvensional berpusat pada siswa sebagai cirri khas dalam kegiatan pembelajaran kurikulum 2013, hanya saja langkah-langkah pada pembelajarannya berbeda. Selain itu, masing-masing model tersebut memiliki kelebihan dalam membelajarkan siswa.
Model pembelajaran Think Pair
Share atau berpikir berpasangan berbagi
merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Pembelajaran IPS yang dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share yaitu tahap (1) pendahuluan (kegiatan awal), tahap (2)
Think/Berpikir, tahap (3)
Pairing/Berpasangan, tahap (4)
Sharing/Berbagi, dan tahap (5) pemberian
penghargaan (kegiatan inti pada konfirmasi) dapat memberikan pengaruh pola interaksi siswa dan cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas yang memiliki prosedur ditetapkan secara eksplisit memberikan waktu lebih banyak kepada siswa untuk memikirkan secara mendalam tentang apa yang telah dijelaskan atau dialami (berpikir, menjawab, dan saling membantu sama lain) sehingga pembelajaran menjadi menyenangkan. Keaktifan siswa akan meningkat, karena kelompok yang dibentuk tidak gemuk, dan masing-masing siswa dapat dengan leluasa mengeluarkan pendapat mereka.
Hasil penelitian ini diperkuat penelitian yang dilakukan oleh Suardika (2016) yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Think Pair Share Berbasis Saintifik Terhadap Hasil Belajar IPS Kelas
IV SD Gugus Mayor Metra Tahun Ajaran 2015/2016.
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. Hasil belajar pengetahuan IPS kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran
Think Pair Share pada siswa kelas V SD
Gugus II Kecamatan Tejakula Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2016/2017 diperoleh rata-rata sebesar 21,58. Hasil belajar pengetahuan IPS kelompok eksperimen yang termasuk kategori sangat tinggi. Hasil belajar pengetahuan IPS kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus II Kecamatan Tejakula Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2016/2017 diperoleh rata-rata sebesar 16,3. Hasil belajar pengetahuan IPS kelompok eksperimen yang termasuk kategori sedang.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, diperoleh thit = 4,888 dan dalam taraf signifikansi 5% dengan ttab = 2,021. Dengan demikian membandingkan hasil thit dan ttab yaitu (4,888 > 2,021) dapat disimpilkan bahwa H1 diterima yang mengatakan “terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran Think Pair Share
berbantuan media gambar dengan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus II Kecamatan Tejakula Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2016/2017” dan H0 ditolak yang mengatakan “tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran Think Pair Share berbantuan media gambar dengan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus II Kecamatan Tejakula Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2016/2017”. Berdasarkan hasil perhitungan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar pengetahuan IPS antara siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran
Think Pair Share berbantuan media gambar
dengan siswa yang dibelajarkan melalui
model pembelajaran konvensional siswa Kelas V SD Gugus II Kecamatan Tejakula Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2016/2017.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa rata-rata skor hasil belajar mata pelajaran IPS kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran Think Pair Share yaitu 21,58 sedangkan rata-rata skor hasil belajar mata pelajaran IPS kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran konvensional yaitu 16,3. Hasil belajar mata pelajaran IPS kelompok eksperimen yang termasuk kategori tinggi dan hasil belajar mata pelajaran IPS kelompok kontrol yang termasuk kategori sedang.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, diperoleh thit = 4,888 dan dalam taraf signifikansi 5% dengan ttab = 2,021. Dengan demikian membandingkan hasil thit dan ttab yaitu (4,888 > 2,021) dapat disimpilkan bahwa H1 diterima yang mengatakan “terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran Think Pair Share
berbantuan media gambar dengan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus II Kecamatan Tejakula Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2016/2017” dan H0 ditolak yang mengatakan “tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran Think Pair Share berbantuan media gambar dengan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus II Kecamatan Tejakula Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2016/2017”. Berdasarkan hasil perhitungan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar pengetahuan IPS antara siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran
Think Pair Share berbantuan media gambar
dengan siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran konvensional siswa kelas V SD Gugus II Kecamatan Tejakula
Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2016/2017.
Terkait dengan uraian dan simpulan diatas, maka dapat di sampaikan beberapa saran sebagai berikut. Kepada Siswa Hendaknya siswa mengikuti proses pembelajaran yang berlangsung di kelas dengan baik dan aktif dalam setiap kegiatan dalam proses pembelajaran.
Kepada Guru menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair
Share dalam pembelajaran IPS maupun
mata pelajaran lain, sehingga siswa menjadi lebih termotivasi dan berperan aktif dalam proses pembelajaran, memilih dan menggunakan strategi mengajar yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan sesuai dengan karakter peserta didik. Dapat menciptakan suasana pembelajaran aktif inovatif kreatif dan menyenangkan dalam proses pembelajaran agar siswa selalu bersemangat dan tidak jenuh dalam pembelajaran.
Kepada Sekolah Sekolah hendaknya berupaya senantiasa meningkatkan kualitas pembelajaran sekolah dasar dengan menerapkan berbagai tipe model pembelajaran kooperatif dalam proses pembelajaran. Kepada Pihak Peneliti Lain Peneliti lain hendaknya memilih dan menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe Think
Pair Share maupun tipe model
pembelajaran kooperatif lainnya dalam upaya mengatasi atau meneliti masalah pembelajaran yang ditemukan di sekolah dasar.
DAFTAR PUSTAKA
Agung, A. A. Gede. 2014. Buku Ajar
Metodologi Penelitian Pendidikan.
Singaraja: Aditya Media Publishing. Agung, A.A. Gede. 2015. Statistik
Inferensial. Singaraja: Fakultas Ilmu
Pendidikan, UNDIKSHA.
Ayu, Dewa, dkk. (2014). “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS Berbantuan Media Lingkungan Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa kelas V SD Gugus III Gianyar”. Mimbar PGSD. Volume 2, No. 1.
Azizah, Nur. 2008. “Model pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share
Untuk Aktivitas Siswa dan Hasil Belajar Matematika Anak Tunarunggu”. Jurnal Pendidikan. Volume 4, No.1 (hlm 1-16).
Kertih, I Wayan. 2015. Perangkat
Pembelajaran PKn Perencanaan
Pengembangan. Yogyakarta: Media
Akademi.
Kunandar. 2007. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi
Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Suryosubroto. 1983. Beberapa Aspek
Dasar-dasar Kependidikan.
Yogyakarta: PT Bina Aksara.
Trianto. 2010. Mendesain Model
Pembelajaran Inovatif-Progresif.
Jakarta: Kencana.
Yusuf, Hasbullah. (2014). “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Pada Mata Pelajaran IPS di Kelas IV SDN 105270 Puji Mulio”. Jurnal
Saintech, Volume 06, No.02 (hlm.