• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ni Made Candra Kusuma Dewi, I Nyoman Sudiana, Gede Artawan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Ni Made Candra Kusuma Dewi, I Nyoman Sudiana, Gede Artawan"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGALAMAN BERBANTUAN MEDIA GRAFIS

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS

PUISI SISWA KELAS VIII.A SMP DHARMA WIWEKA

DENPASAR

Ni Made Candra Kusuma Dewi, I Nyoman Sudiana, Gede Artawan

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas Bahasa dan Seni

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail:

{candra.dewiie67@gmail.com

,

nyoman.sudiana@pasca.undiksha.ac.id

,

gartawan@yahoo.com

}@undiksha.ac.id

Abstrak

Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan (1) mendeskripsikan langkah-langkah yang ditempuh dalam penerapan model pembelajaran melalui pengalaman berbantuan media grafis dalam pembelajaran menulis puisi, (2) mendeskripsikan peningkatan hasil belajar menulis puisi siswa kelas VIII.A SMP Dharma Wiweka Denpasar dengan menerapkan model pembelajaran melalui pengalaman berbantuan media grafis, (3) mendeskripsikan respons siswa terhadap penerapan model pembelajaran melalui pengalaman berbantuan media grafis dalam pembelajaran menulis puisi. Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas VIII.A SMP Dharma Wiweka Denpasar yang berjumlah 44 orang. Objek penelitian ini adalah langkah-langkah, peningkatan hasil, dan respons siswa dalam penerapan model pembelajaran melalui pengalaman berbantuan media grafis dalam pembelajaran menulis puisi. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi, tes, dan angket/kuesioner. Data dianalisis menggunakan teknik deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, (1) langkah-langkah pembelajaran dalam penelitian ini dititikberatkan pada tiga hal, yaitu pemberian contoh puisi, membuat puisi berdasarkan pengalaman, dan menyunting puisi; (2) penerapan model pembelajaran melalui pengalaman berbantuan media grafis mampu meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa kelas VIII.A SMP Dharma Wiweka Denpasar. Hal ini dapat dilihat dalam perbandingan skor rata-rata klasikal, yakni skor rata-rata sebelum tindakan adalah 67,31. Pada siklus I, skor meningkat menjadi 74,65, dan meningkat lagi pada siklus II menjadi 80,02; (3) siswa memberikan respons sangat positif terhadap penerapan model pembelajaran melalui pengalaman berbantuan media grafis dalam menulis puisi. Berdasarkan hasil penelitian ini, guru disarankan untuk menggunakan model pembelajaran melalui pengalaman berbantuan media grafis sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan kemampuan menulis, khususnya dalam hal menulis puisi.

Kata kuci: model pembelajaran melalui pengalaman, media grafis, menulis puisi

Abstract

This Classroom Action research aims (1) to describe the steps in applying the experiential learning models assisted by graphics media in learning to write poetry, (2) to describe an increase in learning outcomes of students poetry writing in VIII.A class, SMP Wiweka Dharma Denpasar by applying experiential learning models assisted by graphics media, (3) to describe the students response toward the application of experiential learning models assisted by graphics media in learning to write poetry. The subject of this study were the teachers and students of VIII.A Class in SMP Wiweka Dharma Denpasar which are 44 people in total. The object of this research is

(2)

2

the steps of increasing the outcome and the response of students in applying the

experiential learning models assisted by graphics media in learning to write poetry. The data collection methods used in this study were observation method, tests, and questionnaires. The data were analyzed by using descriptive quantitative and descriptive qualitative techniques. The results showed that, (1) the learning steps in this study focused on three things: giving sample of poems, writing poems based on experience, and editing poetry; (2) the application of experiential learning models assisted by graphics media can improve students' ability to write poetry in VIII.A class in SMP Wiweka Dharma Denpasar . It can be seen from the comparison between the average of classical scores, which the average score before the action was 67.31. In the first cycle, the score increased to 74.65, and increased again in the second cycle becomes 80.02; (3) students responded very positively to the application of the experiential learning models assisted by graphics media in writing poetry. Based on these results, teachers are suggested to use the experiential learning models assisted by graphics media as an alternative to improve writing skills, especially in terms of writing poetry.

Keywords: experiential learning models, graphic media, writing poetry

PENDAHULUAN

Sumber daya manusia yang berkualitas bergantung pada berbagai faktor, salah satunya pendidikan. Pendidikan adalah suatu usaha sadar yang mempunyai tujuan pasti dalam pembelajaran. Sebagai usaha sadar hakikat pendidikan mengacu pada usaha untuk meningkatkan sumber daya manusia lebih baik. Dengan melihat begitu pentingnya pendidikan, dapat dikatakan bahwa pendidikan merupakan kebutuhan setiap insan sepanjang hayatnya tanpa mengenal batas dan waktu. Tanpa pendidikan manusia tidak dapat berkembang dan tidak dapat bersaing pada akhirnya tidak mustahil akan menjadi terbelakang.

Dalam dunia pendidikan, pengajaran berarti suatu proses pengelolaan lingkungan di dalam kelas sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar atau memungkinkan siswa merespons sesuatu yang disampaikan oleh guru. Pengajaran lebih menekankan pada usaha pemindahan pengetahuan, kecakapan, dan pembinaan keterampilan terhadap peserta didik. Pengajaran bahasa Indonesia diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi. Hal ini terkait dengan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi. Secara umum, dalam bahasa Indonesia ada empat keterampilan yang hubungannya sangat erat satu sama lainnya dan perlu dikuasai untuk dapat berkomunikasi. Keempat keterampilan tersebut meliputi menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Dari

empat keterampilan tersebut, keterampilan menulis sangat penting diperhatikan dalam pembelajaran bahasa Indonesia di setiap sekolah. Tarigan (1994 : 56) menegaskan bahwa keterampilan menulis tidak secara otomatis dikuasai oleh siswa, akan tetapi harus melalui pelatihan dan praktik yang banyak dan teratur.

Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang patut dikuasai oleh siswa. Hal tersebut dikarenakan menulis dapat membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan berbahasa, baik untuk komunikasi atau pun untuk menyerap pengetahuan yang dipelajarinya. Lasa Hs (2005:12) menyatakan bahwa menulis merupakan seni mengekspresikan ide atau perasaan melalui tulisan, seperti halnya pelukis yang menuangkan ide atau perasaannya ke dalam bentuk lukisan. Hal itu juga tercermin dalam pandangan Hakim (2005:15) mengatakan bahwa menulis merupakan upaya mengekspresikan apa yang dilihat, dialami, dirasakan, dan dipikirkan ke dalam bahasa tulis. Ada beberapa jenis keterampilan menulis dalam mata pelajaran bahasa Indonesia, salah satunya adalah keterampilan menulis puisi. Puisi merupakan pemikiran manusia secara konkret dan artistik dalam bahasa emosional serta berirama. Untuk mencapai keartistikan dan keemosionalan puisi, penyair menggunakan sarana kiasan, citraan-citraan, dan bahasanya penuh perasaan, serta berirama seperti

(3)

3

musik. Pengajaran menulis puisi tidak

terlepas dari pengajaran sastra secara umum. Pengajaran sastra, khususnya menulis puisi bertujuan untuk memberikan kepekaan sastra kepada pembacanya dan memberikan pegangan kepada siswa untuk mampu mengenal dan menilai secara kritis peristiwa yang dialaminya. Pengajaran menulis puisi dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap cara berpikir seseorang mengenai hidup, mengenai baik buruk dan benar salah. Antara (1985:1) menyatakan bahwa pengajaran puisi mempunyai tujuan membina apresiasi puisi dan mengembangkan kearifan untuk menangkap isyarat-isyarat kehidupan yang tercermin dalam karya puisi tersebut. Dalam menulis puisi bisa dibantu dengan menggunakan beberapa media, salah satunya adalah media grafis (gambar/foto, sketsa, diagram, bagan/chart, grafik, kartun, poster, peta dan globe, papan flanel/flannel board). Media merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kegiatan proses belajar mengajar karena aneka ragamnya media dengan berbagai karakter dan kegunaan serta fungsinya. Senada dengan Gagne dalam S. Arief (2003: 6) mengatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan murid yang dapat merangsangnya untuk dapat belajar. Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan intruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran, atau mengandung maksud-maksud pengajaran, maka media itu disebut media pembelajaran.

Salah satu media grafis yang dapat digunakan dalam pembelajaran, khususnya puisi adalah media gambar atau foto. Hanya saja penggunaan gambar haruslah disesuaikan dengan tingkatan, kondisi, dan situasi anak sehingga pembelajaran dengan menggunakan media gambar bisa efektif. Hal tersebut akan menambah kreativitas siswa dan memperkaya pengalaman serta memperbaiki kekurangjelasan, yang pada akhirnya tujuan pembelajaran bisa tercapai dengan baik. Gambar dapat dipelajari secara individual tetapi bisa juga

dipelajari dalam kelompok kecil ataupun besar bahkan gambar bisa juga digunakan dengan cara display, yaitu gambar-gambar ditempel pada papan bulletin atau flanel, berguna untuk mengajar, menjadikan ruangan menarik, mendorong motivasi, minat, perhatian, dan menambah pengetahuan siswa (Hamalik 1989).

Sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang sudah ditetapkan jelas mengisyaratkan agar siswa memiliki kemampuan yang memadai dalam menulis puisi. Namun, pengajaran menulis puisi tampaknya cukup sulit diajarkan dibandingkan dengan karya sastra yang lain. Kesulitan tersebut terlihat pada saat peneliti melakukan observasi awal di kelas VIII.A SMP Dharma Wiweka Denpasar, ternyata kemampuan menulis puisi siswa di kelas tersebut masih kurang. Kurangnya kemampuan siswa dalam menulis puisi di kelas VIII.A disebabkan oleh tidak tepatnya strategi yang digunakan guru dalam mengajar. Selama melakukan aktivitas mengajar di kelas, guru biasanya menerapkan strategi pembelajaran yang kurang inovatif, sehingga siswa cenderung bosan dan kurang berminat memperhatikan materi yang disampaikan. Dalam menyampaikan materi pelajaran, guru cenderung menggunakan metode ceramah, dan juga terlihat guru dalam mengajar tidak mempergunakan media. Selain itu proses pembelajaran masih didominasi oleh guru (teacher center) dan juga guru kurang menghubungkan materi dengan kehidupan sehari-hari. Tampak siswa terlihat bosan dan aktivitas siswa dalam pembelajaran kurang aktif. Berdasarkan observasi awal peneliti yang dilakukan melalui wawancara dengan salah seorang guru bahasa Indonesia di kelas VIII.A SMP Dharma Wiweka Denpasar, yaitu Putri Dhiya Ayuni, S.Pd., diperoleh informasi bahwa selama ini kemampuan siswa belajar sastra masih tergolong kurang, terutama pada saat menulis puisi. Pada umumnya, kesulitan yang dihadapi pertama oleh siswa adalah apa yang mesti mereka tulis ketika mereka mengawali untuk menulis puisi, menentukan apa yang harus mereka pilih dahulu, dan bagaimana cara untuk

(4)

e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha

Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014

4

4

mendapatkan inspirasi agar bisa

menciptakan bait-bait puisi yang menarik. Walaupun guru sudah berperan langsung dalam proses pengajarannya, misalnya memberikan contoh pemilihan kata yang baik, namun siswa masih saja mengalami kesulitan sehingga puisi yang dihasilkan tersebut kurang menarik, bahkan ada yang sampai menyimpang dari tema yang ditentukan.

Dengan strategi pembelajaran seperti itu, jelas aktivitas belajar-mengajar kurang memadai karena tidak adanya variasi yang dilakukan guru saat mengajar. Diterapkannya metode pengajaran tersebut, juga menyebabkan siswa kurang bergairah dalam mengikuti proses belajar-mengajar. Kebiasaan itu menyebabkan siswa tidak mampu menghasilkan tulisan dengan baik. Padahal, kemampuan menulis puisi penting dikuasai oleh siswa. Dikatakan demikian, karena dengan menulis puisi siswa dapat mengungkapkan pikiran dan perasaan mereka. Hal ini didasari oleh pendapat Waluyo (2007:25) bahwa puisi itu adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan kekuatan bahasa, struktur fisik, dan struktur batinnya.

Hambatan-hambatan yang terjadi dalam proses belajar-mengajar di kelas tersebut berdampak pada hasil yang diperoleh siswa. Hal tersebut ditunjukkan oleh skor rata-rata yang diperoleh oleh siswa kelas VIII.A, yang hanya mencapai 67 dan masih jauh dari kriteria ketuntasan minimal (KKM) yakni 75. Dari rata-rata yang dicapai siswa, dapat diketahui jumlah siswa yang tuntas hanya 15 orang (32,5%) dari jumlah siswa dan sisanya 29 orang (69,04%) tergolong masih belum tuntas. Keadaan demikian jika dibiarkan terus menerus, kemungkinan besar hasil belajar mata pelajaran bahasa Indonesia khususnya dalam menulis puisi tidak akan tercapai sesuai dengan yang diharapkan, sehingga perlu dicarikan jalan keluar agar permasalahan yang dialami tidak berlarut-larut, yang bisa mengakibatkan kegagalan siswa dalam proses pembelajaran.

Bertolak dari masalah tersebut, perlu diupayakan penerapan model pembelajaran yang dapat mendukung siswa untuk berperan lebih aktif dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kemampuan siswa terutama menulis puisi. Model pembelajaran tersebut adalah model pembelajaran melalui pengalaman. Model pembelajaran melalui pengalaman cocok untuk diterapkan karena model ini adalah suatu proses belajar mengajar yang mengaitkan siswa untuk membangun pengetahuan dan keterampilan melalui pengalaman secara langsung (Kolb,1984:32). Model pembelajaran melalui pengalaman mendefinisikan belajar sebagai suatu proses mengkontruksi pengetahuan melalui transformasi pengalaman. Model pembelajaran melalui pengalaman merupakan model pembelajaran yang diharapkan dapat menciptakan proses belajar yang lebih bermakna (Hamalik, 1989:212). Cara ini mengarahkan para siswa untuk mendapatkan pengalaman lebih banyak melalui keterlibatan secara aktif dan personal, dibandingkan bila mereka hanya membaca suatu materi atau konsep. Dengan demikian, belajar berdasarkan pengalaman lebih terpusat pada pengalaman belajar siswa yang bersifat terbuka dan siswa mampu membimbing dirinya sendiri.

Selain mengembangkan model-model atau pendekatan, dalam pembelajaran menulis puisi juga diperlukan adanya media. Salah satu media pembelajaran adalah media grafis. Media grafis adalah suatu media visual yang menggunakan titik-titik, garis-garis, gambar-gambar, tulisan, atau simbol visual yang lain dengan maksud untuk mengikhtisar, menggambarkan, dan merangkum suatu ide, data atau kejadian (Tegeh, 2008:75). Dengan media grafis kita dapat mengatasi batasan ruang dan waktu. Hal ini dikarenakan tidak semua benda, objek, atau peristiwa dapat dibawa ke kelas, dan tidak selalu bisa anak-anak dibawa ke objek atau peristiwa tersebut. Dengan begitu, keberadaan media grafis dapat membantu siswa agar lebih mudah memahami konsep yang dijelaskan.

(5)

5

Beberapa penelitian sejenis yang pernah

dilakukan sebelumnya terkait dengan meningkatkan kemampuan menulis puisi sebagai berikut. Penelitian pertama dilakukan oleh Desak Putu Muliartini pada tahun 2009 yang berjudul “Implementasi Media Sipitu dalam Meningkatkan Keterampilan Menulis Puisi Siswa Kelas X 1 SMP Negeri 2 Banjar”. Sedangkan penelitian lain yang berbicara mengenai kemampuan menulis puisi adalah Putu Henty Pramadewi Senet pada tahun 2008 dengan judul “Pemanfaatan Media Lingkungan Sekolah untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi Siswa kelas X 2 SMA Laboratorium Undiksha Singaraja”.

Berdasarkan pengamatan tentang penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya, peneliti belum menemukan penelitian mengenai penerapan model pembelajaran melalui pengalaman berbantuan media grafis dalam pembelajaran menulis puisi. Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian “Penerapan Model Pembelajaran Melalui Pengalaman Berbantuan Media Grafis untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas VIII.A SMP Dharma Wiweka Denpasar”.

Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini membahas tentang (1) langkah-langkah yang ditempuh dalam menerapkan model pembelajaran melalui pengalaman berbantuan media grafis sebagai upaya meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa kelas VIII.A SMP Dharma Wiweka Denpasar, (2) peningkatan hasil belajar siswa hingga tercapainya tingkat ketuntasan hasil belajar siswa pada kegiatan menulis puisi dengan penerapan model pembelajaran melalui pengalaman berbantuan media grafis di kelas VIII.A SMP Dharma Wiweka Denpasar, dan (3) respons siswa kelas VIII.A SMP Dharma Wiweka Denpasar terhadap penerapan model pembelajaran melalui pengalaman berbantuan media grafis sebagai upaya meningkatkan kemampuan menulis puisi. Sejalan dengan masalah itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) langkah-langkah yang tepat dalam penerapan model pembelajaran melalui pengalaman berbantuan media grafis dalam pembelajaran menulis puisi siswa kelas

VIII.A Dharma Wiweka Denpasar, (2) peningkatan hasil belajar menulis puisi siswa kelas VIII.A SMP Dharma Wiweka Denpasar dengan menerapkan model pembelajaran melalui pengalaman berbantuan media grafis, (3) respons siswa kelas VIII.A SMP Dharma Wiweka Denpasar terhadap penerapan model pembelajaran melalui pengalaman berbantuan media grafis dalam pembelajaran menulis puisi. Penelitian ini dapat memberikan dua manfaat, yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis. Secara teoretis penelitian ini bermanfaat untuk mengeksistensikan keberadaan teori-teori yang berkaitan dengan penelitian ini. Selain itu, penelitian ini dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, khususnya penggunaan model pembelajaran melalui pengalaman untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis puisi. Secara praktis hasil penelitian ini akan dapat memberikan manfaat bagi siswa, guru, dan peneliti lain. Bagi siswa, penelitian ini dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat membuka wawasan guru bahasa Indonesia dan menjadi pedoman pada pengajaran menulis puisi di sekolah sehingga mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis puisi. Sedangkan, bagi peneliti lain, penelitian ini dapat dijadikan pedoman, informasi, atau bandingan untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan keterampilan menulis puisi.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan ran-cangan penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam multisiklus. Dalam pe-nelitian tindakan kelas ini dilaksanakan sebanyak dua siklus dengan masing-masing siklus terdiri atas beberapa siklus. Kegiatan setiap siklus meliputi refleksi awal, perencanaan tindakan, pelaksaan tindakan, observasi/evaluasi, dan refleksi. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII.A yang berjumlah 44 orang dan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas VIII.A SMP Dharma Wiweka Denpasar. Objek proses dalam penelitian ini adalah kegiatan dan respons

(6)

e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha

Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014

6

6

siswa dalam menggunakan model

pembelajaran melalui pengalaman saat menulis puisi. Sedangkan objek produk dalam penelitian ini adalah adanya perbedaan hasil belajar siswa dengan memberikan model pembelajaran melalui pengalaman berbantuan media grafis dalam menulis puisi. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi, metode tes, dan metode angket/kuesioner. Metode observasi digunakan untuk mengetahui kegiatan guru dan siswa dalam langkah-langkah pembelajaran menulis puisi dengan menerapkan model pembelajaran berbantuan media grafis. Metode tes digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menulis puisi. Metode angket/kuesioner digunakan untuk mengetahui respons siswa terhadap model pembelajaran melalui pengalaman berbantuan media grafis dalam pembelajaran menulis puisi. Penelitian ini menggunakan instrumen sebagai alat untuk mendukung penggunaan model pembelajaran tersebut. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes praktik menulis puisi, lembar observasi aktivitas belajar mengajar, dan lembar angket/kuesioner respons siswa.

Setelah data terkumpul, dianalisis dengan menggunakan teknik deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Teknik deskriptif kualitatif digunakan untuk menganalisis data dengan cara meng-interpretasikan data yang diperoleh dengan menggunakan kata-kata. Teknik deskriptif kuantitatif digunakan untuk menganalisis data dengan cara meng-interpretasikan data yang diperoleh dengan menggunakan angka-angka. Dalam penelitian ini, data hasil tes menulis puisi dianalisis menggunakan analisis data deskripstif kualitatif dan kuantitatif, langkah-langkah pembelajaran menulis puisi dengan penerapan model pembelajaran melalui pengalaman berbantuan media grafis dianalisis menggunakan analisisis data deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Data respons siswa dianalisis dengan teknik deskriptif kuantitatif dan kualitatif.

Kriteria keberhasilan yang diguna-kan sebagai patodiguna-kan dalam mengakhiri

penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, standar keterampilan menulis puisi adalah 75% siswa mampu memeroleh nilai 75-100, yaitu sesuai dengan standar ketuntasan minimal pela-jaran bahasa Indonesia yang ditetapkan di SMP Dharma Wiweka Denpasar. Kedua, kriteria respons siswa terhadap penerapan model pembelajaran melalui pengalaman berbantuan media grafis sebagai upaya meningkatkan kemampuan menulis puisi dianggap berhasil apabila 85% dari jumlah siswa memberikan respons positif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ada tiga temuan penting pada penelitian ini, yaitu (1) langkah-langkah yang digunakan dalam penerapan model pembelajaran melalui pengalaman berbantuan media grafis menitikberatkan pada (a) pemberian contoh puisi yang berisikan gaya bahasa, imajinasi, dan diksi; (b) siswa belajar membuat puisi berdasarkan pengalaman yang pernah dialaminya dan memperhatikan gaya bahasa, imajinasi, dan diksi; dan (c) menukarkan tugas dengan teman sebangku dan menyunting puisi dengan fokus gaya bahasa, imajinasi, dan diksi berdasarkan pedoman penilaian, (2) penerapan model pembelajaran melalui pengalaman berbantuan media grafis mampu meningkatkan kemampuan menulis puisi (rata-rata skor 80,02), dan (3) respons siswa terhadap penerapan model pembelajaran melalui pengalaman berbantuan media grafis dalam pembelajaran menulis puisi tergolong sangat positif.

Dalam penelitian ini ditemukan bahwa langkah-langkah pembelajaran yang tepat dalam penerapan model pembelajaran melalui pengalaman berbantuan media grafis untuk meningkatkan kemampuan menulis puisi kelas VIII.A SMP Dharma Wiweka Denpasar dititikberatkan pada (1) pemberian contoh puisi yang berisikan gaya bahasa, imajinasi, dan diksi. Berdasarkan refleksi siklus I, diketahui bahwa kelemahan siswa terletak pada saat menulis puisi, beberapa siswa kurang memperhatikan unsur diksi, gaya bahasa, dan imajinasi dalam pilihan kata-katanya, namun penggunaannya masih kurang

(7)

7

tepat. Sehingga, kalimat yang ditulis siswa

tidak sesuai dengan maksud yang disampaikan. Bahkan ada siswa yang menulis kalimat seperti kalimat berita yang di dalamnya tidak terdapat kata-kata yang mencirikan unsur gaya bahasa dan imajinasi. Rustiyah (1994) mengatakan bahwa, dalam pelaksanaan pembelajaran kadang-kadang kita menemukan banyak hambatan, salah satunya adalah kita belum mampu menggunakan media pembelajaran dengan tepat. Oleh karena itu, guru mengambil sikap untuk memberikan contoh puisi yang berisikan gaya bahasa, imajinasi, dan diksi yang ditempelkan pada papan buletin. Tujuan mengambil sikap tersebut adalah untuk menjelaskan secara rinci mengenai cara penulisan puisi dan juga memberikan penegasan bahwa kata-kata yang digunakan dalam menulis puisi harus indah dan enak dibaca. Adanya media yaitu contoh puisi akan memudahkan siswa dalam belajar khususnya menulis puisi. Jadi, dengan adanya contoh yang berisikan gaya bahasa, imajinasi, dan diksi akan mampu memberikan gambaran pada siswa untuk menciptakan kata-kata dan daya imajinasi siswa dalam menulis puisi. Sehingga, hasil penulisan puisi siswa menjadi lebih baik dari sebelumnya.; (2) siswa belajar membuat puisi berdasarkan pengalaman yang pernah dialaminya dan memperhatikan gaya bahasa, imajinasi, dan diksi. Dengan dilakukan refleksi siklus I diketahui juga bahwa ada beberapa siswa yang masih sulit dalam memulai tulisan. Kebanyakan siswa hanya menulis puisi seperti bercerita serta pemilihan kata-kata masih sederhana. Oleh karena itu, guru dapat mengambil tindakan untuk menugaskan siswa untuk membuat puisi berdasarkan pengalaman yang dimiliki dan memperhatikan gaya bahasa, imajinasi, dan diksi. Hal ini mampu memberikan gambaran pada siswa untuk menciptakan kata-kata dan daya imajinasi siswa dalam menulis puisi. Sehingga, hasil penulisan puisi siswa menjadi lebih baik dari sebelumnya.; (3) menukarkan tugas dengan teman sebangku dan menyunting puisi dengan fokus gaya bahasa, imajinasi, dan diksi berdasarkan pedoman penilaian. Dengan dilakukan refleksi siklus

I diketahui siswa ada yang memperhatikan dan ada juga yang tidak memperhatikan penjelasan guru. Akibat dari hal tersebut, siswa tidak tahu kelemahan puisi yang mereka buat untuk membuat puisi selanjutnya. Oleh karena itu, guru mengambil sikap untuk menugaskan siswa menukarkan tugas dan menyunting puisi dengan teman sebangku. Kegiatan ini dilakukan agar siswa mengetahui kelemahan puisi yang mereka buat dan dapat membuat puisi lebih baik dari sebelumnya.

Temuan kedua, penerapan model pembelajaran melalui pengalaman berbantuan media grafis membantu meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa kelas VIII.A SMP Dharma Wiweka Denpasar. Jika dibandingkan dengan hasil yang diperoleh sebelum menggunakan model pembelajaran melalui pengalaman berbantuan media grafis terjadi peningkatan hingga memenuhi KKM yang telah ditentukan. Pernyataan ini diperkuat dari perbandingan hasil tes menulis puisi yang diperoleh siswa sebelum dilakukan tindakan, pelaksanaan siklus I, sampai pelaksanaan tindakan siklus II.

Pelaksanaan Skor rata-rata kelas Kategori Pratindakan Siklus I Siklus II 67,31 74,65 80,02 Cukup Cukup Baik

Peningkatan skor ini membuktikan bahwa penerapan model pembelajaran melalui pengalaman dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Kolb (1984:41) bahwa model pembelajaran melalui pengalaman adalah suatu model proses belajar mengajar yang mengaktifkan siswa untuk membangun pengetahuan dan keterampilan melalui pengalamannya secara langsung. Pembelajaran melalui pengalaman menekankan pada keinginan kuat dari dalam diri siswa untuk berhasil dalam belajarnya. Motivasi ini didasarkan pula pada tujuan yang ingin dicapai dan model belajar yang dipilih. Keinginan untuk berhasil tersebut dapat meningkatakan tanggung jawab siswa terhadap perilaku

(8)

e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha

Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014

8

8

belajarnya dan mereka akan merasa

dapat mengontrol perilaku tersebut. Model pembelajaran melalui pengalaman memberi kesempatan kepada siswa untuk memutuskan pengalaman apa yang menjadi fokus mereka, keterampilan-keterampilan apa yang mereka ingin kembangkan, dan bagaimana cara mereka membuat konsep dari pengalaman yang mereka alami tersebut. Dengan demikian, jelas bahwa penerapan model pembelajaran melalui pengalaman dapat menumbuhkan motivasi belajar dan mengembangkan pengalamannya dalam proses pembelajaran.

Model pembelajaran melalui pengalaman menjadi lebih efektif apabila didukung media pembelajaran yang tepat. Selain itu, dengan bantuan media akan memudahkan proses pembelajaran yang berlangsung. Hamalik (2005:20) mengemukakan bahwa media pembelajaran dapat membangkitkan minat yang baru, motivasi dan rangsangan belajar, bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap siswa. Pendapat tersebut ditambahkian oleh Ibrahim (dalam Arsyad, 2004:47) yang mengatakan bahwa media pembelajaran dapat membangkitkan rasa senang dan gembira bagi siswa dan mempengaruhi semangat belajarnya, membantu memantapkan pengetahuan pada benak siswa dan menghidupkan suasana pembelajaran. Dengan demikian, jelas bahwa media pembelajaran memiliki peran dan fungsi yang tinggi dalam memengaruhi hasil maupun proses pembelajaran karena dengan memanfaatkan media, pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar. Media pembelajaran juga menjadikan siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, mendengarkan, mendemonstrasikan dan lainnya.

Media grafis adalah media visual yang menyajikan fakta, ide atau gagasan melalui penyajian kata-kata, kalimat, angka-angka, dan simbol/gambar. Grafis biasanya digunakan untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, dan

mengilustrasikan fakta-fakta sehingga menarik dan diingat orang. Fungsi dari media grafis adalah menarik perhatian, memperjelas sajian pelajaran, dan mengilustrasikan suatu fakta atau konsep yang mudah terlupakan jika hanya dilakukan melalui penjelasan verbal. Media grafis berfungsi menyalurkan pesan dari sumber ke penerima. Saluran yang dipakain menyangkut indera penglihatan. Pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi visual. Beranjak dari hal tersebut, peneliti memilih menggunakan media ini karena penggunaan media grafis memudahkan peneliti dalam pemberian contoh. Dengan pemberian media grafis, siswa akan termotivasi untuk memunculkan ide-idenya dalam menggunakan gaya bahasa dan imajinasi dalam menulis puisi. Media grafis akan mampu memberikan gambaran pada siswa untuk menciptakan kata-kata dan daya imajinasi siswa dalam menulis puisi. Sehingga, hasil penulisan puisi siswa menjadi lebih baik dari sebelumnya. Demikian pula dalam proses pembelajaran menulis. Proses pembelajaran menulis dengan bantuan media, ternyata lebih melibatkan siswa dalam belajar. Siswa lebih banyak beraktivitas, berkreatifitas, mencermati media sesuai dengan ide-idenya, dan aktif bertanya kepada guru. Dengan memanfaatkan media pembelajaran dalam suatu kelas, potensi siswa akan menjadi termotivasi dan termanfaatkan. Proses pembelajaran menulis puisi dengan memanfaatkan media grafis mampu meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa di kelas VIII.A SMP Dharma Wiweka Denpasar. Hal ini terlihat dari adanya peningkatan skor penulisan puisi siswa dan dari siklus I ke siklus II. Dengan media grafis ini, ternyata siswa menjadi termotivasi untuk mengungkapkan ide-idenya , lebih kreatif dalam menggunakan gaya bahasa dan imajinasi, lebih banyak berkreativitas, dan aktif dalam proses belajar mengajar di kelas.

Penelitian ini mendukung temuan yang dilakukan oleh Putu Henty Pramadewi Senet pada tahun 2008 yang berjudul “Pemanfaatan Media Lingkungan Sekolah untuk Meningkatkan Kemampuan

(9)

9

Menulis Puisi Siswa Kelas X.2 SMA

Laboratorium Undiksha Singaraja”. Temuan dari penelitian ini adalah kemampuan menulis puisi siswa ditingkatkan melalui pemanfaatan lingkungan sekolah dalam menulis puisi. Dikonsepkan dengan media lingkungan sekolah, siswa dapat mengenal langsung benda secara konkret tanpa perlu mengira-ngira sehingga siswa dapat bebas mencari tema dan mudah melukiskan imajinasinya saat menulis puisi. Begitu juga penggunaan media grafis yang memfokuskan siswa untuk memproduksi kata sebanyak-banyaknya kemudian menggunakan gaya bahasa dan membangkitkan imajinasi dalam penulisan puisinya. Dengan memberikan rangsangan pada otak siswa dan memotivasi siswa sehingga akan timbul penulisan puisi yang berbeda dan tentunya lebih baik dari penulisan puisi sebelumnya. Dengan perlakuan tersebut, siswa akan mampu memunculkan ide-ide baru dan mampu memilih kata-kata yang tepat sesuai dengan inspirasi yang didapatkan ketika melihat media grafis yang diterapkan oleh guru, sehingga puisi yang dihasilkan menjadi lebih menarik. Penelitian tersebut sama-sama menggunakan media sebagai suatu alat yang digunakan untuk meningkatkan hasil belajar menulis puisi siswa, akan tetapi media yang digunakan peneliti berbeda dengan penelitian tersebut. Penelitian tersebut menggunakan media lingkungan sekolah, tetapi peneliti menggunakan media grafis.

Temuan selanjutnya mengacu pada hasil angket, baik pada siklus I dan II menunjukkan bahwa siswa dapat menimbulkan respons positif pada siswa dalam menulis puisi. Siswa sangat senang melakukan kegiatan menulis puisi dengan penerapan model pembelajaran melalui pengalaman berbantuan media grafis. Penggunaan model dan media pembelajaran harus memperhitungkan tingkat pemahaman dan tingkat kemampuan berpikir siswa. Djamarah dan Aswan Zain (1995:146) mengatakan bahwa pada usia tertentu siswa mempunyai cara berpikir, imajinasi, dan kebutuhan tertentu dalam belajarnya. Hal

ini juga terkait dengan pemilihan model pembelajaran dan media yang tepat dalam pembelajaran menulis puisi. Oleh karena itu, pemilihan model dan media pembelajaran harus sesuai dengan karakteristik siswa. Untuk menyesuaikan model dan media pembelajaran dengan karakteristik siswa, guru harus mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Biasanya siswa senang belajarnya dikaitkan dengan pengalaman mereka. Selain itu, dengan dibantu media grafis siswa menjadi lebih bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran.

Mengacu dari hasil angket/kuesioner yang diberikan, siswa ternyata memberikan respons sangat positif terhadap penerapan model pembelajaran melalui pengalaman berbantuan media grafis dalam pembelajaran menulis puisi di kelas. Mereka memberikan respons sangat positif terhadap model pembelajaran melalui pengalaman berbantuan media grafis, karena mereka merasa terbantu dalam pembuatan puisi dengan menggunakan gaya bahasa, imajinasi, dan diksi. Tentunya ini dikarenakan oleh model dan media pembelajaran mampu merangsang otak siswa dan memotivasinya untuk belajar. Agus Suprijono (2010:46) menyatakan bahwa model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun di luar kelas. Selain itu, Gagne (dalam Sadiman, 2005:6) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan pembahasan di atas, ada beberapa hal yang menjadi simpulan dalam penelitian ini. Pertama, langkah-langkah yang ditempuh dalam menerap-kan model pembelajaran melalui pengalaman berbantuan media grafis sebagai upaya meningkatkan kemampuan menulis puisi. Ada beberapa langkah yang harus diikuti agar menulis puisi siswa bisa meningkat dan mencapai ketuntasan, yaitu pemberian contoh puisi yang berisikan gaya bahasa, imajinasi, dan diksi, siswa belajar membuat puisi

(10)

e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha

Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014

10

10

berdasarkan pengalaman yang pernah

dialaminya dan memperhatikan gaya bahasa, imajinasi, dan diksi, dan menukarkan tugas dengan teman sebangku dan menyunting puisi dengan fokus gaya bahasa, imajinasi, dan diksi berdasarkan pedoman penilaian. Kedua, penerapan model pembelajaran melalui pengalaman berbantuan media grafis dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa kelas VIII.A SMP Dharma Wiweka Denpasar. Hal tersebut dapat dilihat dari adanya peningkatan hasil dari sebelum dilakukan penelitian. Nilai rata-rata siswa sebelum dilakukan tindakan adalah 67,31 (cukup). Nilai rata-rata siswa pada siklus I adalah 74,65 (cukup) dan nilai rata-rata pada siklus II adalah 80,02 (baik). Jumlah peningkatan nilai rata-rata dari sebelum diberikan tindakan sampai ke siklus II adalah 12,71. Ketiga, penerapan model pembelajaran melalui pengalaman berbantuan media grafis untuk meningkatkan kemampuan mrnulis puisi mendapat respons sangat positif dari siswa kelas VIII.A SMP Dharma Wiweka Denpasar. Siswa mengaku senang terhadap penerapan pembelaran kooperatif teknik keliling kelompok dengan media foto jurnalistik dalam pembelajaran pengemukakan pendapat secara lisan. Hal ini dapat dilihat dari hasil angket/kuesioner siswa yang menunjuikkan sikap sangat positif dan positif.

Berdasarkan simpulan di atas, beberapa saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut. (1) guru bahasa Indonesia hendaknya menggunakan model pembelajaran melalui pengalaman berbantuan media grafis sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan kemampuan menulis khususnya dalam hal kemampuan menulis puisi; (2) siswa hendaknya terus memotivasi dan mengasah kemampuan dirinya dalam pembelajaran menulis puisi untuk membiasakan diri menulis dari pengalaman dan pengamatan sehari-hari; (3) peneliti lain diharapkan dapat melakukan penelitian sejenis mengenai penerapan model pembelajaran melalui pengalaman berbantuan media grafis untuk meningkatkan kemampuan menulis

puisi siswa dari aspek yang dianggap penting untuk dikaji.

DAFTAR PUSTAKA

Antara, I G. P. 1986. Dasar-dasar Anatomi

Sastra. Buku Ajar (tidak diterbitkan)

Singaraja : Undiksha.

Arsyad, A. 2004. Media

Pembelajaran.Grafindo Persada:

Jakarta.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Hakim, M. Arief. 2005. Kiat Menulis Artikel

di Media dari Pemula Sampai Mahir.

Bandung: Nuansa Cendekia.

Hamalik, Oemar. 1989. Teknik

Pengukuran dan Evaluasi Pendidikan.

Bandung: Penerbit Mandar Maju Indrakusuma.

Kolb, David A. 1984. Experiential Learning: experience as the source of

learning and development. Universitas

Michigan: Prentice-Hall.

Lasa, HS. 2005. Manajemen

Perpustakaan. Yogyakarta: Gama

Media.

Muliantini, Desak Putu. 2009. Implementasi Metode Sipitu dalam Meningkatkan Keterampilan Menulis Puisi Siswa Kelas X I SMA Negeri 2 Banjar. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni.

Rustiyah, N.K. 1994. Strategi Belajar

Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.

Sadiman, Arif. 2003. Media Pendidikan,

Pengertian, Pengembangan dan

Pemanfaatannya. Jakarta: PT. Raja

(11)

11

Senet, Putu Henty Pramadewi. 2008.

Pemanfaatan Media Lingkungan Sekolah untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Siswa Kelas X 2 SMA Laboratorium Undiksha Singaraja. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni.

Suprijono, Agus.2010. Cooperative Learning. Surabaya : Pustaka Pelajar. Tarigan, Henry Guntur. 1994. Menulis

sebagai Suatu Keterampilan

Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Tegeh, I Made. 2008. Media Pengajaran. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

Waluyo, Herman. J. 2007. Naskah,

Pementasan, dan Pengajarannya.

Surakarta: Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) dan UPT Penerbitan dan Percetakan UNS (UNS Press).

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan gambar 10 diatas dilihat bahwa air minum yang diproduksi dengan reverse osmosis lebih untung dibandingkan dengan air minum yang dimasak, terlihat pada

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan penulisan laporan skripsi dengan judul “Perilaku Lentur

Metode yang digunakan metode rancangan konvensional dengan penerapan metode 5S, yaitu Seiri (pemilihan) diterapkan pada ruang mekanik yaitu meletakkan peralatan

MARNO GINANTO SLEMAN 31-12-1944 Perempuan Janda/Duda (C.Mati) Kepala

Perlakuan kombinasi antara variasi media dan jenis bakteri dengan nilai absorbansi tertinggi pada hari ketiga adalah kombinasi antara Bacillus subtilis dengan

Judul Penelitian : Gambaran Histopatologi Tumor Phyllodes Dengan Pulasan Van Gieson Di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Dan Rumah Sakit

Program Daerah Pemberdayaan Masyarakat Kecamatan dan Kelurahan yang selanjutnya disingkat PDPM Kecamatan dan Kelurahan adalah kegiatan pembangunan infrastruktur

Dengan perubahan ini, MAIPARK dalam menjalankan usahanya yaitu menerima sesi risiko gempabumi, tsunami dan letusan gunung berapi (risiko bencana gempa bumi)