• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN MOTIVASI KERJA DENGAN KINERJA PEGAWAI DI PROGRAM STUDI KEBIDANAN METRO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN MOTIVASI KERJA DENGAN KINERJA PEGAWAI DI PROGRAM STUDI KEBIDANAN METRO"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN MOTIVASI KERJA DENGAN KINERJA PEGAWAI DI

PROGRAM STUDI KEBIDANAN METRO

Yuliawati1)Septi Widiyanti2)

1) 2)

Program Studi Kebidanan Metro Poltekkes Kemenkes Tanjung Karang Email: bu_yully@yahoo.com

Abstrak : Kehidupan suatu organisasi secara mendasar sangat ditentukan oleh manusia dan segenap sumber

daya serta berbagai karakteristiknya, termasuk motivasi dan kinerja yang dimilikinya. Kedua komponen ini sangat berkaitan dalam diri pegawai saat melaksanakan tugas sehari-hari. Kinerja pegawai tidak lepas dari motivasi, sebagai pendorong seseorang melakukan kegiatan-kegiatannya guna mencapai tujuan yang ditentukan. Hasil wawancara pendahuluan : diketahui kinerja pegawai prodi Kebidanan Metro belum optimal dan hasil pra survay masih kurangnya motivasi kerja pegawai. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan motivasi kerja dengan kinerja pegawai pada program studi kebidanan Metro Tahun 2012. Desain penelitian ini survey analitik dengan rancangan cross sectional. Populasinya seluruh pegawai program studi kebidanan Metro yaitu 39 orang sekaligus menjadi sampel penelitian (total sampling). Data dikumpulkan melalui wawancara menggunakan kuesioner lalu dianalisis univariat untuk mengetahui proporsi dan bivariat dengan analisis korelasi product

moment. Hasil penelitian ditemukan dari 39 pegawai di Prodi Kebidanan Metro Tahun 2012 ternyata Kinerja

pegawai 82,08 % termasuk katagori sangat baik, motivasi kerja sebesar 79,56 % termasuk katagori baik, ada hubungan bermakna antara motivasi kerja dengan kinerja pegawai, sifat hubungan keduanya positif dan kekuatan hubungan kategori tinggi, maka disimpulkan ada hubungan bermakna antara motivasi kerja dengan kinerja pegawai pada Prodi Kebidanan Metro. Saran kepada Prodi Kebidanan Metro agar mempertahankan dan meningkatkan kerja sama tim yang sudah ada dan meningkatkan kebutuhan akan prestasi pegawai sehingga akan mendorong pegawai mengembangkan kreativitas dan mengerahkan semua kemampuan serta energi yang dimilikinya demi mencapai prestasi kerja yang maksimal (p-value =0 ,000; r.xy=0,715)

Kata kunci : Motivasi Kerja, Kinerja

Suatu organisasi pada dasarnya merupakan wadah dan proses kerja dari sekelompok orang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, Permasalahan mengenai sumber daya manusia masih menjadi sorotan dan tumpuhan bagi organisasi baik pemerintahan maupun perusahaan untuk tetap dapat bertahan di era globalisasi. Sumber daya manusia mempunyai peran utama dalam setiap kegiatan organisasi atau perusahaan, walaupun didukung dengan sarana dan prasarana serta sumber dana yang memadai, tetapi tanpa dukungan sumber daya manusia yang handal maka kegiatan organisasi tidak akan berjalan baik (Hasibuan, 1998)

Manusial sebagai penggerak suatu organisasi dengan menghubungkan segenap tenaga, pikiran, bakat, kreativitas dan berupaya demi keberlangsungan kehidupan organisasi tersebut karena dapat memberikan manfaat yang besar sekali bila penggunaan tenaga manusia secara tepat guna. Sumber daya manusia yang dimiliki organisasi memiliki berbagai karakteristik, termasuk motivasi dan kinerja yang dimilikinya. Kedua komponen tersebut sangat berkaitan saat melaksanakan tugas sehari-hari. (Mangkunegara, 2001)

Penelitian terkait diantaranya penelitian Simanungkalit (2010) di Medan hasilnya motivasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja (p-value 0,000) dan hasil penelitian Sarworini (2010) di Karanganyar, hasilnya variabel kinerja ada 62,5% termasuk kategori kurang tinggi dan variabel motivasi ada 46,9% termasuk kategori kurang tinggi. Hasil wawancara pendahuluan : diketahui kinerja pegawai prodi Kebidanan Metro belum optimal dan hasil pra survay masih kurangnya motivasi kerja pegawai

Merupakan suatu kenyataan kehidupan organsisasional, diantaranya Prodi Kebidanan Metro bahwa sumber daya manusia (SDM) memainkan peranan yang amat penting, bahkan dapat dikatakan amat menentukan, dalam usaha pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Memang benar bahwa SDM, baik secara individual maupun sebagai kelompok, tidak mungkin dapat bekerja sendirian, dalam rangka memberikan pengabdian dan sumbangsihnya kepada organisasi, terutama cara bekerja yang efisien, efektif, ekonomis dan produktif. Mengingat SDM yang ada di Institusi Program Studi Kebidanan Metro merupakan pegawai

(2)

Negeri sebagai unsur Aparatur Negara yang bertugas sebagai abdi masyarakat dan abdi

Negara harus menyelenggarakan pelayanan secara adil kepada masyarakat dengan dilandasi kesetiaan dan ketaatan kepada pancasila dan UUD 1945.

Program Studi Kebidanan Metro, saat ini didukung oleh 39 orang personil. Mengingat pentingnya tugas dan fungsi yang ada pada dalam Program Studi Kebidanan Metro, terutama dituntut mampu mengeluarkan lulusan yang berkualitas, profesional dan beriman, maka peranan usaha bersama guna mendorong seseorang untuk meningkatkan motivasi bekerja lebih baik sehingga hasil kinerjapun baik sehingga pegawai bisa bekerja efisien, efektif, ekonomis dan produktif dan mendapat kepuasan yang pada akhirnya mampu memajukan dan mengembangkan organisasi, khususnya dalam bidang pendidikan harus dapat membentuk perilaku pegawai yang baik dan dapat mengembangkan kemampuannya melalui motivasi yang tinggi sehingga dapat meningkatkan hasil kinerjanya

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap Ketua Program Studi Kebidanan Metro Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang dapat diketahui masih ada kinerja pegawai Institusi Program Studi Kebidanan Metro yang belum optimal, karena masih ada pegawai yang tidak menyelesaikan pekerjaan tepat pada waktunya, masih terdapat pegawai yang keluar masuk kantor pada jam-jam kerja untuk urusan pribadi, masih ada pegawai yang belum bisa mengoperasikan peralatan modern yang ada misalnya komputer, masih kurangnya rangsangan dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan Tupoksi dinas, kurangnya inovasi dan kreativitas melaksanakan pekerjaan, keinginan meningkatkan kinerja pribadi masih kurang dan kurangnya sarana dan prasarana yang mendukung kinerja pegawai.

Selanjutnya menurut pengamatan penulis, Program Studi Kebidanan Metro saat ini masih dijumpai kurangnya motivasi kerja dari sebagian pegawai Institusi Program Studi Kebidanan Metro, yang dapat diketahui antara lain : 15 pegawai % masuk dan pulang tidak seuai dengan jam kerja, ada 20% pegawai menyelesaikan pekerjaan tidak tepat waktu dan sikap pasif sikap pasif dalam menyelesaikan tugasnya. Berdasarkan fenomena di atas, peneliti tertarik untuk mengetahu hubungan motivasi kerja dengan kinerja pegawai pada Program Studi Kebidanan Metro Tahun 2012.

METODE

Penelitian ini survey analitik dengan rancangan crossecsional. Populasinya seluruh pegawai program studi kebidanan Metro berjumlah 39 orang sekaligus menjadi sampel penelitian (total sampling) atau sample jenuh. Data dikumpulkan yaitu data primer dengan cara wawancara menggunakan kuesioner, lalu dianalisis univariat dan bivariat dengan analisis

korelasi product moment. Penelitian ini

dilaksanakan di Program Studi Kebidanan Metro, dilaksanakan pada bulan Juni – Juli 2012.

HASIL

Hasil Analisis Univariat Kinerja Pegawai

Hasil analisis dari 39 responden didapatkan nilai rata – rata kinerja pegawai : 69.77 dengan nilai tertinggi 85 serta nilai terendah 60, median : 68, standar deviasi 5.274. Selanjutnya nilai katergori kinerja : rata–rata : 82,08% (katagori sangat baik), terbanyak 74,4 % katagori baik dan sangat baik ada 25,6 % dan tidak ada responden termasuk katagori tidak baik atau sangat tidak baik secara rinci kerja pegawai pada tabel berikut:

Tabel 1: Distribusi Frekwensi kinerja pegawai Skor Kriteria n % 71,4–85 Sangat Baik 10 25,6 57,8–71,3 Baik 29 74, 4 44,2–57,7 Cukup Baik 0 0 30,6–44,1 Tidak Baik 0 0 17–30,5 Sangat Tidak Baik 0 0 Jumlah 39 100

Motivasi Kerja

Hasil analisis diketahui dari 39 responden didapatkan nilai rata–rata motivasi kerja pegawai : 87.51 dengan nilai tertinggi 110 serta nilai terendah 71, median : 88, standar deviasi 8.828. Selanjutnya nilai katergori motivasi kerja : rata–rata : 79,56 % (katagori sangat baik), terbanyak yaitu 59% termasuk katagori baik dan ada10,2 % termasuk katagori cukup baik serta tidak satupun responden termasuk katagori tidak baik secara rinci motivasi kerja pegawai dapat dilihat pada tabel berikut

(3)

Tabel 2 : Distribusi Frekwensi motivasi kerja Skor Kriteria n % 92,4–110 Sangat Baik 12 30,8 74,8–92,3 Baik 23 59 57,2–74,7 Cukup Baik 4 10,2 39,6–57,1 Tidak Baik 0 0 22–39,5 Sangat Tidak Baik 0 0 Jumlah 39 100

Hasil Analisis Bivariat

Hubungan Motivasi Kerja dan Kinerja Pegawai

Analisis hubungan motivasi kerja dan kinerja pegawai untuk mengetahui ada tidaknya hubungan motivasi kerja dengan kinerja pegawai pada Prodi Kebidanan Metro digunakan rumusan koefisien korelasi, hasil analisisnya adalah:

Tabel 3: Distribusi Motivasi Kerja dan Kinerja Pegawai

Kriteria Kinerja Pegawai

Motivasi Kerja r p

0,715 0.000

Berdasarkan tabel 3 terlihat hasil nilai

p-value : 0.000, maka dapat diartikan ada

hubungan antara motivasi kerja dengan kinerja pegawai pada Prodi Kebidanan Metro, perolehan nilai koefisien korelasi r-hitung : 0,715 lebih besar dari 0 atau tidak sama dengan 0 (0,715 # 0), hal ini menunjukan motivasi kerja berhubungan positif dengan kinerja pegawai pada Prodi Kebidanan Metro. Untuk mengetahui tingkat keeratan hubungan variabel motivasi kerja (x) dan varibel kinerja pegawai (y) maka nilai r – hitung dikonsultasikan dengan tabel interprestasi, hasilnya r-hitung : 0,715 terletak diantara 0,60–0,799, berarti keeratan hubungan antara variabel motivasi kerja dengan kinerja pegawai termasuk katagori tinggi.

Selanjutnya untuk mengetahui pengaruh antara motivasi kerja dengan kinerja pegawai digunakan rumus koefisien penentu,

hasilnya diketahui motivasi kerja berpengaruh sebesar 51,12 % terhadap kinerja pegawai pada Prodi Kebidanan Metro, sedangkan 48,88 % dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti pada penelitian ini.

PEMBAHASAN Kinerja Pegawai

Hasil analisis diketahui kinerja pegawai di Prodi Kebidanan Metro nilai rata–ratanya 69.77, sedangkan nilai katagori rata–ratanya adalah 82,08 % (katagori sangat baik). Hasil penelitian yang sama dilakukan Sarworini (2010) di Karanganyar, hasilnya 62,5% masuk kategori kurang tinggi, 21,9% masuk kategori cukup tinggi, 9,4% masuk dalam kategori tinggi dan sisanya 6,3% masuk dalam kategori tidak tinggi.

Menurut Robbins (1996) kinerja pegawai dalam organisasi dikatakan berkinerja baik, jika organisasi tersebut dapat mencapai tujuan-tujuannya dan pelaksanaannya adalah melalui trasformasi input menjadi output dengan biaya paling rendah. Kinerja yang baik mengimplikasikan adanya efektifitas dan efisiensi; Efektifitas adalah melaksanakan sesuatu yang benar dalam memenuhi kebutuhan organisasi, sedangkan efisiensi adalah melakukan yang benar dengan proses yang benar, sedangkan menurut Suyadi (1999), kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam organisasi, sesuai wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka mencapai tujuan oraganisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika. Dengan demikian kinerja pegawai baik apabila hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Selanjutnya bila dikaji lebih teliti ternyata jawaban responden tentang kinerja pegawai skor tertinggi yaitu sebesar 86 % pada

pernyataan “ Dalam menyelesaikan pekerjaan, saya selalu mau bekerja sama dengan rekan kerja”, sedangkan skor terendah sebesar76,4 %

pada pernyataan “Jumlah pekerjaan yang saya kerjakan, sesuai dengan imbalan yang saya dapat dalam bentuk gaji atau pun pendapatan lain yang diterima dari institusi ini.

Data di atas dapat digunakan sebagai indikator di Prodi Kebidanan Metro sudah terbina hubungan yang baik dengan rekan kerja.

(4)

Mereka akan merasa nyaman dan tidak canggung untuk berkomunikasi satu sama lain. Dengan demikian, pegawai Prodi Kebidanan Metro akan berusaha sebaik-baiknya untuk menyelesaikan apa yang menjadi pekerjaannya sehingga tujuan organisasi dapat tercapai. Pegawai yang menyenangi pekerjaannya akan berusaha menyelesaikannya sebaik mungkin.

Selain itu ada yang perlu diperhatikan tentang jumlah pekerjaan yang kerjakan, sesuai dengan imbalan yang dapat, sehingga dapat memenuhi kebutuhan pegawai, juga membuat pegawai merasa enjoy dengan pekerjaannya. Di samping itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan karena dapat membuat pegawai bekerja tidak baik. Seperti keadaan kantor atau kelas yang dinilai kurang nyaman, kurang lengkapnya sarana dan prasana yang digunakan dapat mengakibatkan terhambatnya kinerja yang mereka lakukan. Disamping itu, penghargaan yang diterima oleh pegawai dirasa masih kurang sehingga mengurangi support dalam bekerja.

Faktor kritis yang berhubungan keberhasilan jangka panjang organisasi adalah kemampuannya mengukur seberapa baik karyawan-karyawannya berkarya dan menggunakan informasi untuk memastikan pelaksanaan memenuhi standard saat ini dan meningkat sepanjang waktu. Penilaian kinerja merupakan alat yang berfaedah untuk mengevaluasi kerja para karyawan sekaligus mengembangkan dan memotivasi kalangan karyawan. Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh pegawai saat melaksanakan tugasnya sesuai tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Berdasarkan hasil temuan dapat disampaikan saran kepada Prodi Kebidanan Metro agar mempertahankan dan meningkat kan kerja sama tim yang sudah ada, selain itu guna memberikan rasa memiliki organisasi dan meningkatkan kinerja pegawai maka pihak manajemen perlu memikirkan kesejahteraan para pegawai baik berbentuk memperhatikan kenaikan pangkat atau peningkatan tunjangan kepada pegawai, bila memungkinkan.

Motivasi kerja

Hasil analisis data kinerja pegawai dapat diketahui bahwa motivasi kerja pegawai di Prodi Kebidanan Metro nilai rata–ratanya 87.51, sedangkan nilai katagori rata – ratanya 79,56 % (katagori baik). Hasil penelitian yang sama dilakuakan Sarworini (2010) di Karanganyar, tingkat motivasi diketahui

sebanyak 46,9% termasuk kategori kurang tinggi, 25% termasuk kategori cukup tinggi dan 15,6% kategori tinggi serta 12,5% termasuk dalam kategori tidak tinggi.

Menurut Siagian (1995) motivasi kerja adalah proses psikologis, terjadi pada diri pekerja, membuat para pekerja melakukan kegiatan yang mempunyai arti penting bagi diri sendiri dan bagi organisasi yang memberikan rasa keberhasilan bagi para pekerja sendiri, sedangkan Mangkunegara (2001) Faktor motivasi terbentuk dari sikap karyawan dalam menghadapi situasi kerja. Motivasi seharusnya terbentuk dari awal (by plan), bukan karena keterpaksaan atau kebetulan (by accident).

Adanya motivasi, seorang pegawai akan merasa mempunyai dorongan khusus untuk menyelesaikan suatu pekerjaan menuju tercapainya efektivitas organisasi. Hal yang perlu diperhatikan, adanya motivasi yang kurang, dapat disebabkan dari kurang puasnya pegawai terhadap insentif yang diterima, kenyamanan dan kelengkapan sarana dan prasarana yang kurang mendukung dan kurang

up to date, serta belum berjalannya sistem reward dan punishment yang dapat mendorong

pegawai untuk mempunyai produktivitas yang lebih.

Akibatnya masih terlihat sikap pegawai yang lebih banyak melakukan kegiatan-kegiatan yang tidak berhubungan dengan pekerjaan kantor, terutama pada saat anggota sedang tidak ada pekerjaan atau sudah selesai mengerjakan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Motivasi yang kurang ini dapat berdampak pada pelaksanaan kegiatan organisasi. Adanya pemberian penghargaan dapat membuat pegawai memiliki keterikatan dengan organisasinya. Dengan demikian loyalitas pegawai dan perasaan memiliki organisasi dapat lebih meningkat sehingga motivasi dalam bekerja juga meningkat.

Selanjutnya bila dikaji lebih teliti ternyata jawaban responden tentang motivasi kerja skor tertinggi yaitu sebesar 90,8 % pada

pernyataan “Saya merasa puas bisa

menyelesaikan laporan-laporan dengan baik,

rapi dan tepat waktu”, sedangkan skor terendah

sebesar 65,6 % pada pernyataan “Saya merasa

yakin, kebijaksanaan yang diterapkan diinstansi tempat saya bekerja dapat mensejahterakan

bawahannya”.

Adanya data di atas, dikarenakan motivasi terbentuk dari sikap (attitude) seorang pegawai dalam menghadapi situasi kerja (situation). Motivasi merupakan kondisi yang

(5)

menggerakkan diri pegawai yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi. Motivasi dapat juga diartikan sebagai dorongan (daya penggerak) dalam individu untuk melakukan kegiatan guna mendapatkan sesuatu yang diinginkan misalnya prestasi. Hal tersebut sesuai dengan teori motivasi Prestasi (Achievement Motivation Theory) yang dikemukakan Hasibuan, (2001) bahwa pegawai mempunyai cadangan energi potensial. Bagaimana energi dilepaskan dan digunakan tergantung pada kekuatan dorongan motivasi seseorang dan situasi serta peluang yang tersedia. Energi akan dimanfaatkan oleh pegawai karena didorong oleh : Kekuatan motif dan kebutuhan dasar yang terlibat, harapan keberhasilannya, dan nilai insentif yang melekat pada tujuan di samping kebutuhan akan prestasi agar semua kemampuan serta energi yang dimilikinya demi mencapai prestasi kerja yang maksimal.

Berdasarkan uraian di atas maka hal yang perlu diperhatikan, ketika seorang pegawai memiliki motivasi untuk berprestasi, seseorang akan melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya, namun ketika orang menganggap bahwa melaksanakan pekerjaan hanya sebagai suatu rutinitas maka mereka cenderung statis dalam bekerja, oleh karena itu perlu dipenuhi kebutuhan yang sifatnya non material yang oleh para anggota organisasi dipandang sebagai hal yang turut mempengaruhi perilakunya dan yang menjadi faktor motivasi yang perlu dipuaskan dan oleh karenanya perlu selalu mendapat perhatian oleh ketua Prodi Kebidanan Metro. Hubungan Antara Motivasi Kerja Dengan Kinerja

Hasil uji statistik nilai p-value : 0.000, maka disimpulkan ada hubungan antara motivasi kerja dengan kinerja pegawai. Selanjutnya nilai r- hitung 0,715 (0,715 # 0). Angka korelasi ini menunjukan sifat hubungan keduanya positif dan berkekuatan hubungan dalam kategori tinggi, sehingga disimpulkan ada hubungan bermakna antara motivasi kerja dengan kinerja pegawai pada Prodi Kebidanan Metro.

Hasil penelitian yang menunjukkan ada hubungan bermakna antara motivasi kerja dengan kinerja pegawai adalah penelitian yang dilakukan oleh Nasution (1999) di Institusi Akademi Keperawatan di Propinsi Jawa Tengah yaitu salah satu faktor yang berpengaruh atau berhubungan dengan kinerja adalah motivasi (r=0,997) juga penelitian I Wayan (2005) di

Institusi Akademi Keperawatan di Sorong dengan angka korelasi antara motivasi dengan kinerja sebesar 0.802.

Angka korelasi tersebut menunjukan bahwa sifat hubungan keduanya positif dan berkekuatan hubungan dalam kategori tinggi Kemampuan kerja seseorang akan mudah mencapai tingkat kinerja yang diharapkan apabila didukung oleh motivasi yang tinggi. Motivasi untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik akan muncul apabila pekerjaan yang dikerjakannya mempunyai nilai atau berarti bagi pegawai yang bersangkutan. Robbins (1996) mengatakan bahwa untuk menghasilkan produktivitas tenaga kerja yang tinggi harus ada faktor penting yaitu motivasi. motivasi dan kemampuan kerja merupakan syarat pokok yang istimewa bagi manusia yang berpengaruh terhadap tingkat dan mutu kerja, disamping lingkungan dan iklim organisasi.

Hasil kinerja pegawai dalam suatu organisasi tidak terlepas dari adanya motivasi yaitu keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan. Dorongan tersebut mempunyai kekuatan yang besar dalam penentuan sikap pegawai dalam bekerja. Jika pengaruh yang ditimbulkannya besar, maka dorongan kerja besar pula. Dalam organisasi motivasi mempunyai peranan penting karena ia menyangkut langsung pada unsur manusia dalam organisasi. Motivasi yang tepat akan mampu memajukan dan mengembangkan organisasi.

Berdasarkan analisis diatas, terlihat bahwa motivasi pegawai Prodi Kebidanan Metro berbanding lurus dengan kinerja. Semakin tinggi motivasi pegawai Prodi Kebidanan Metro semakin tinggi pula kinerjanya. Sebaliknya, semakin rendah motivasi yang dimiliki pegawai Prodi Kebidanan Metro, akan menghasilkan kinerja yang semakin rendah pula. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif antara motivasi dengan kinerja pegawai Prodi Kebidanan Metro.

Selanjutnya hasil perhitungan rumus koefisien penentu diketahui bahwa motivasi kerja berpengaruh sebesar 51,12 % terhadap kinerja pegawai pada Prodi Kebidanan Metro, sedangkan 48,88 % dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diikutkan dalam penelitian ini.

Hasil analisis koefisien penentu pada penelitian ini hampir sama hasilnya dengan

(6)

penelitian yang dilakukan Simanungkalit (2009) yaitu ada pengaruh yang signifikan antara motivasi terhadap kinerja alumni Balai Diklat Industri Regional I Medan dengan tingkat signifikan sebesar 0,000. Koefisien determinasi (R2) variabel independen terhadap variabel dependen sebesar 59,3% dan sisanya (40,7%) dipengaruhi oleh variabel lainnya yang tidak diikutkan dalam penelitian

Berdasarkan hasil analisis di atas terlihat bahwa motivasi berpengaruh lebih dari separuhnya (51,12 %). Hal ini sesuai pendapat Buchari (1989) motivasi dan kemampuan kerja merupakan syarat pokok yang istimewa bagi manusia yang berpengaruh terhadap tingkat dan mutu kerja, disamping lingkungan dan iklim organisasi. Adanya faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap kinerja pegawai pada Prodi Kebidanan Metro sesuai yang dikemukakan oleh Handoko, (2001) bahwa kinerja pegawai dipengaruhi oleh sejumlah factor, terdiri dari motivasi, kemampuan, pengetahuan, keahlian, pendidikan, pengalaman, pelatihan, minat, kondisi-kondisi fisik dan kebutuhan fisiologis, kebutuhan social.

Selanjutnya penilaian kinerja mempunyai peranan penting dalam peningkatan motivasi ditempat kerja. Penilaian kinerja ini (performance appraisal) pada dasarnya merupakan faktor kunci guna mengembang kan suatu organisasi secara efektif dan efisien. Pegawai menginginkan dan memerlukan balikan berkenaan dengan prestasi mereka dan penilaian menyediakan kesempatan untuk memberikan balikan kepada mereka jika kinerja tidak sesuai dengan standar, maka penilaian memberikan kesempatan untuk meninjau kemajuan karyawan dan untuk menyusun rencana peningkatan kinerja. (Dessler 1992). DAFTAR PUSTAKA

Buchari Hainum, 1989. Manajemen dan Motivasi. Balai Aksara, Jakarta

Dessler, Gary, 1997. Manajemen Sumberdaya

Manusia. PT. Prenhallindo, Jakarta..

Handoko, T Hani, 2001. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.

Yogyakarta : BPFE UGM.

Hasibuan, Malayu SP 1998. Manajemen, Prngertian dan Masalah. Haji Mas

Agung, Jakrta.

I Wayan Badra, Johana. E. Prawitasari, 2005,

Hubungan Antara Stres dan Motivasi

Robbins (1996) bahwa sebuah organisasi dikatakan berkinerja baik, jika organisasi tersebut dapat mencapai tujuan-tujuannya dan pelaksanaannya adalah melalui trasformasi input menjadi output dengan biaya paling rendah. Kinerja baik mengimplikasikan adanya efektifitas dan efisiensi; Efektifitas jika melaksanakan sesuatu yang benar dalam memenuhi kebutuhan organisasi, sedangkan efisiensi jika melakukan yang benar dengan proses yang benar.

Berdasarkan penelitian bahwa motivasi kerja mempunyai pengaruh yang positif terhadap kinerja atau semakin baik kemampuan pegawai dan motivasi yang diterima pegawai, maka kinerja pegawai semakin baik pula. Oleh karena itu, disarankan kepada Ketua Prodi Kebidanan Metro untuk memperhatikan kepangkatan dan kesejahteraan pegawai termasuk upaya peningkatan ilmu pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan dan pelatihan selain menambah sarana dan prasarana proses pembelajaran berupa buku-buku dan alat-alat praktek laboratorium klinik sesuai dengan kebutuhan serta menciptakan suasana kerja yang kondusif.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 39 pegawai pada Prodi Kebidanan Metro, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Kinerja pegawai 82,08 % termasuk katagori sangat baik

2. Motivasi kerja 79,56 % termasuk katagori baik

3. Ada hubungan bermakna antara motivasi kerja dengan kinerja pegawai pada Prodi Kebidanan Metro (p-value : 0.000, r.xy = 0,715)

Notoatmodjo S, 2005, Metodologi Penelitian

Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.

Robbin, Stephen, 1996, PerilakuOrganisasi, Jakarta: Prehalindo

Robbins, Stephans. 1996, Organization Bahaviour, Seventh Edition, A Simon &

Schuster Company, Englewood Cliffs, New Jersey 07632.

Sarworini, Fithriani, 2010, Hubungan

Kemampuan & Motivasi Terhadap

Kinerja Pegawai Dinas Kependudukan, dengan Kinerja Dosen Tetap Pada Akper Sorong, Tesis

(7)

Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kabupaten Karanganyar

Mangkunegara, A. P. 2001. Manajemen Sumber

Daya Manusia. Bandung: Rosda

Nasution, S. 1999, Analisis Faktor-faktor Yang

Mempengaruhi Kinerja Dosen Pada Institusi Akademi Keperawatan Depkes RI di Propinsi Jawa Tengah, Tesis. PPS-UGM, Yogyakarta

Siagian, Sondang, 1983. Manajemen Sumber

Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara

_______________, 1995 Teori Motivasi dan

Gambar

Tabel 1: Distribusi Frekwensi kinerja pegawai Skor Kriteria n % 71,4 – 85 Sangat Baik 10 25,6 57,8 – 71,3 Baik 29 74, 4 44,2 – 57,7 Cukup Baik 0 0 30,6 – 44,1 Tidak Baik 0 0 17 – 30,5 Sangat Tidak Baik 0 0 Jumlah 39 100
Tabel 2 : Distribusi Frekwensi motivasi kerja Skor Kriteria n % 92,4 – 110 Sangat Baik 12 30,8 74,8 – 92,3 Baik 23 59 57,2 – 74,7 Cukup Baik 4 10,2 39,6 – 57,1 Tidak Baik 0 0 22 – 39,5 Sangat Tidak Baik 0 0 Jumlah 39 100

Referensi

Dokumen terkait

Andina (2005), menyatakan bahwa perlakuan buah melon dengan pelapis edibel dari pektin mampu mempertahankan umur simpan dan mutu buah melon yang lebih baik sampai pada

Dampak Kebijaksanaan Pemerintah Terhadap Komoditi Kakao ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Jurusan IImu-lImu Sosial Ekonomi

Hal tersebut dapat dilihat pada pondasi dari batu belah yang langsung diambil dari sungai, bukit, atau gunung; dinding terbuat dari bilik bambu yang dianyam atau papan

Sedangkan Tujuan dari pemikiran pembaharuan Islam Nurchalis Madjid pada intinya adalah Umat Islam mampu bersikap terbuka kepada seluruh ajaran agama dalam arti

Apabila Tertanggung didiagnosis Penyakit Infeksi dan/atau mengalami Kecelakaan, maka Penanggung akan menggantikan Biaya Wajar dan Biasa yang Diperlukan Secara Medis atas perawatan

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta.. dan Instagram bukan menjadi salah satu solusi. Diharapkan aplikasi M-Commerce berbasis Android ini dapat menjadi salah satu solusi. M-Commerce

Oleh karena itu, kembali kepada sistem khilafah Islamiyyah sebagai sistem yang diperjuangkan oleh kelompok ISIS sebenarnya adalah kemunduran politik karena pada kenyataannya

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut penelitian ini bertujuan untuk merancang dan mengimplementasikan alat yang dapat melakukan reduksi daya reaktif secara