• Tidak ada hasil yang ditemukan

BERITA ACARA KESEPAKATAN HASIL EVALUASI PELAKSANAAN PENILAIAN DAN PENETAPAN ANGKA KREDIT AUDITOR PADA INSPEKTORAT UTAMA SEKRETARIAT JENDERAL DPR RI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BERITA ACARA KESEPAKATAN HASIL EVALUASI PELAKSANAAN PENILAIAN DAN PENETAPAN ANGKA KREDIT AUDITOR PADA INSPEKTORAT UTAMA SEKRETARIAT JENDERAL DPR RI"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PUSAT PEMBINAAN JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR

Gedung BPKP Lantai 11 Jalan. Pramuka Nomor. 33 Jakarta 13120

Telepon (021) 85910031 Pwt 1134 E-mail: pusbinajfa@bpkp.go.id Faksimili (021) 85910209

BERITA ACARA KESEPAKATAN HASIL EVALUASI PELAKSANAAN PENILAIAN DAN PENETAPAN ANGKA KREDIT AUDITOR PADA

INSPEKTORAT UTAMA SEKRETARIAT JENDERAL DPR RI

Pada hari Jumat tanggal 8 Desember 2017 bertempat di ruang rapat Inspektorat Utama Sekretariat Jenderal DPR RI telah dilakukan pembahasan hasil evaluasi pelaksanaan kegiatan penilaian dan penetapan angka kredit Auditor periode penilaian bulan Januari 2016 dan Juli 2017 yang dihadiri Tim Evaluasi, Sekretariat Tim Penilai dan Tim Penilai Angka Kredit dengan hasil sebagai berikut :

1. Organisasi Penilaian Angka Kredit

a) Organisasi Penilaian Angka Kredit telah dibentuk oleh Sekretariat Jenderal DPR RI yang tertuang dalam Keputusan Sekretaris Jenderal Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor : 755/SEKJEN/2017 tanggal 3 April 2017 tentang Pembentukan Tim Penilai Angka Kredit Jabatan Fungsional Auditor di Lingkungan Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Tahun 2017, namun untuk Sekretariat Tim Penilai Angka Kredit Jabatan Fungsional Auditor (JFA) di lingkungan Inspektorat Utama Sekretariat Jenderal DPR RI secara formal belum dibentuk atau ditetapkan dengan Surat Keputusan tersendiri. Penunjukan Pegawai yang bertugas pada Sekretariat Tim Penilai Angka Kredit Jabatan Fungsional Auditor di lingkungan Inspektorat Utama Sekretariat Jenderal DPR RI termasuk dalam susunan keanggotaan tim penilai angka kredit.

Disamping itu masih terdapat beberapa hal yang belum sesuai dengan Peraturan Menpan Nomor: PER/220/M.PAN/7/2008 tentang Jabatan Fungsional Auditor dan Angka Kreditnya yaitu:

1. Ketua, Wakil Ketua dan Sekretaris belum merangkap menjadi anggota Tim Penilai,

(2)

2. Masa tugas Tim Penilai Angka Kredit Jabatan Fungsional Auditor adalah selama 10 (sepuluh) bulan seharusnya 3 (tiga) tahun;

3. Pejabat Pengusul seharusnya adalah Pejabat yang membidangi kepegawaian serendah-rendahnya Pejabat Struktural Eselon III, tetapi dalam SK Pejabat Pengusul ada dua orang dan merangkap sebagai Wakil Ketua dan Sekretaris.

4. Inspektur Utama seharusnya berperan sebagai Pejabat Yang Berwenang menetapkan Angka Kredit dan bukan diperankan sebagai Pengarah;

Sesuai Peraturan Bersama Kepala BPKP dan Kepala BKN Nomor: PER-1310/K/JF/2008 dalam pasal 10 ayat (1) disebutkan bahwa untuk membantu tim penilai dalam melaksanakan tugasnya, dibentuk Sekretariat Tim Penilai yang dipimpin oleh seorang Sekretaris Tim Penilai yang secara fungsional dijabat oleh pejabat yang menangani bidang kepegawaian.

Sesuai dengan Pasal 20 ayat (2) Peraturan Menpan Nomor: PER/220/M.PAN/7/2008 menyatakan bahwa susunan keanggotaan Tim Penilai Angka Kredit Auditor sebagai berikut:

1. Seorang Ketua merangkap anggota;

2. Seorang Wakil Ketua merangkap anggota;

3. Seorang sekretaris merangkap anggota;

4. Paling kurang 4 (empat) orang sebagai anggota.

Pasal 22 ayat (1) Peraturan Menpan Nomor: PER/220/M.PAN/7/2008 masa jabatan Anggota Tim Penilai Angka Kredit Auditor adalah 3 (tiga) tahun dan dapat diangkat kembali untuk masa jabatan berikutnya.

Dalam pasal 24 huruf b. Peraturan Menpan Nomor: PER/220/ M.PAN/7/2008, menyatakan usul penetapan Angka Kredit Auditor

diajukan oleh Pejabat yang membidangi kepegawaian, serendah

rendahnya eselon III kepada Inspektur Utama/Inspektur Lembaga

Pemerintah Non Departemen untuk Auditor Pelaksana pangkat Pengatur golongan ruang II/c sampai dengan Auditor Penyelia pangkat Penata

(3)

golongan ruang III/a sampai dengan Auditor Madya pangkat Pembina golongan IV/a.

Sesuai dengan pasal 4 ayat (1) huruf c Peraturan Kepala BPKP Nomor: PER-707/K/JF/2009 dinyatakan bahwa Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit pada Lembaga Pemerintah Non Departemen untuk penilaian dan penetapan angka kredit bagi Auditor Pelaksana sampai dengan Auditor Penyelia dan Auditor Pertama sampai dengan Auditor Madya dengan pangkat Pembina, golongan ruang IV/a adalah Inspektur Utama/Inspektur LPND.

Hal ini terjadi karena kurangnya pemahaman Inspektorat Utama Sekretariat Jenderal DPR RI terhadap ketentuan yang berlaku khususnya mengenai pembentukan organisasi dan tata kerja penilaian angka kredit.

Akibatnya :

 Organisasi dan tata kerja Penilaian Angka Kredit Jabatan Fungsional Auditor tidak sesuai dengan prosedur baku penilaian dan penetapan angka kredit Auditor.

 Masa kerja anggota tim penilai menjadi tidak pasti

Terhadap hal tersebut diatas disarankan kepada Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI agar merevisi keputusan tentang Pembentukan Tim Penilai Angka Kredit Jabatan Fungsional Auditor di Lingkungan Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia sebagai berikut:

 Membentuk Sekretariat Tim Penilai yang dipimpin oleh seorang Sekretaris Tim Penilai yang secara fungsional dijabat oleh pejabat yang menangani bidang kepegawaian pada unit kerja APIP Pusat.

 Menetapkan Ketua, Wakil Ketua dan Sekretaris merangkap menjadi anggota Tim Penilai.

 Menetapkan Masa kerja jabatan anggota tim penilai selama tiga tahun sebagaimana diatur dalam Pasal 22 ayat (1);

 Menunjuk Pejabat Pengusul Angka Kredit adalah pejabat yang

membidangi kepegawaian serendah-rendahnya Eselon III

sebagaimana diatur dalam pasal 24 huruf c. Peraturan Menpan Nomor: PER/220/M.PAN/7/2008;

(4)

 Menetapkan Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit adalah Inspektur Utama/Inspektur

Tanggapan :

 Inspektorat Utama Setjen dan BK DPRRI akan membentuk Sekretariat

Tim Penilai yang terpisah dari Tim Penilai Angka Kredit (SK tersendiri) Sekretaris Tim Penilai, menjadi Ketua Sekretariat Tim Penilai

 Pembentukan Tim Penilai di Setjen dan BK DPR RI yang bukan merupakan Tusi Ittama disesuaikan dengan penggunaan anggaran (honor Tim) maka SK Tim yang diterbitkan disesuaikan setiap tahun, ditetapkan dalam DIPA.

 Inspektorat Utama Setjen dan BK DPRRI akan menetapkan Pejabat Pengusul dari Eselon III sebagaimana diatur dalam pasal 24 huruf c. Peraturan Menpan Nomor: PER/220/M.PAN/7/2008;

 Inspektorat Utama Setjen dan BK DPRRI akan menetapkan Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit adalah Inspektur Utama sesuai saran dari BPKP

SK untuk tahun 2018 dibuat terpisah menjadi 4 SK sbb: a. Pejabat Penetap Angka Kredit/Penandatangan PAK

Drs Setyanta Nugraha, M.M Inspektur Utama

b. Tim Penilai Angka Kredit

1. Ign. Bambang Rudy Anto, S.H., M.H - (Ketua/Anggota) 2. Dr. Dewi Barliana S., M.Psi., QIA - (Wakil Ketua/anggota) 3. Ulfa Nurfajar, SE., M.A.B - (Sekretaris)

4. Mulyati, S.E - Auditor Madya/Anggota

5. Enden Adipati Koma, S.E., M.A.P - Auditor Madya/Anggota 6. Lieke Tielung, S.T., MPA - Auditor Muda/Anggota

7. Susriyanto, S.T., M.M - Auditor Muda/Anggota

c. Pejabat Pengusul

1. Ety Tiyastuti, S.E., M.Si - Kabag TU Ittama

d. Sekretariat Tim Penilai

1. Ulfa Nurfajar, S.E., M.A.B - Ketua 2. Djoko Hanggoro, S.T - Anggota

(5)

3. Siti Hasnahwati, S.AP., M.A - Anggota 4. Supriyadi - Anggota

5. Haryanti - Anggota

6. Indah Tusila Wati - Anggota 7. Ana Muta’Affif - Anggota 8. Suretianto, S.Kom - Anggota

b) Pejabat Pengusul adalah Inspektur I dan Inspektur II.

Berdasarkan sampling atas 10 berkas DUPAK yang dievaluasi diketahui bahwa DUPAK tersebut ditandatangani oleh masing-masing Inspektur yaitu Inspektur I dan Inspektur II sedangkan berdasarkan Keputusan tentang Tim Penilai Angka Kredit Jabatan Fungsional Auditor (JFA) Inspektur I adalah sebagai Penanggungjawab/Penilai dan Inspektur II sebagai Ketua Tim Penilai Angka Kredit.

Dalam pasal 24 huruf b. usul penetapan Angka Kredit Auditor diajukan

oleh Pejabat yang membidangi kepegawaian, serendah rendahnya

eselon III kepada Inspektur Kementerian Negara untuk Auditor Pelaksana pangkat Pengatur golongan ruang II/c sampai dengan Auditor Penyelia pangkat Penata Tingkat I golongan ruang III/d dan Auditor Pertama pangkat Penata Muda golongan ruang III/a sampai dengan Auditor Madya pangkat Pembina golongan IV/a.

Hal ini terjadi karena kurangnya pemahaman terhadap ketentuan yang berlaku.

Akibatnya dapat memperlambat proses penilaian angka kredit dan lemahnya pengendalian intern atas penilaian angka kredit karena tidak adanya pemisahan fungsi antara Pejabat Pengusul dengan Tim Penilai.

Terhadap hal tersebut disarankan kepada Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI agar menunjuk Pejabat yang membidangi kepegawaian, serendah rendahnya eselon III sebagai Pejabat Pengusul.

Tanggapan :

Inspektorat Utama Setjen dan BK DPR RI akan mengadakan Bimtek mengenai tata cara Penyampaian DUPAK kepada seluruh Auditor yang Akan dilaksanakan pada bulan Januari 2018, agar Auditor paham tata cara /

(6)

prosedur pengajuan DUPAK dan yang berhak menandatangani DUPAK adalah Pejabat Pengusul, bukan Inspektur.

Menurut PERKA BPKP nomor : 707/k/JF/2009, Bab I, pasal 1, angka 3. Pejabat Pengusul/Angka Kredit adalah pejabat di bidang kepegawaian atau

pejabat yang melakukan fungsi pengelolaan kepegawaian yang

menandatangani usulan penetapan angka kredit auditor untuk disampaikan kepada pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit

2. Ketaatan Penyampaian DUPAK

1) Penyampaian DUPAK per semester

Berdasarkan data DUPAK yang disampaikan dan jumlah PAK yang terbit, Auditor yang menyampaikan DUPAK untuk penilaian bulan Januari 2017 adalah sebagai berikut :

No Jabatan Jumlah

Auditor

Auditor yang menyampaikan DUPAK Jumlah % 1 Auditor Madya 2 2 100 2 Auditor Muda 4 4 100 3 Auditor Pertama 1 1 100 Jumlah 7 7 100

Sedangkan untuk penilaian bulan Juli 2017 Auditor yang menyampaikan DUPAK adalah sebagai berikut :

No Jabatan Jumlah

Auditor

Auditor yang menyampaikan DUPAK Jumlah % 1 Auditor Madya 2 2 100 2 Auditor Muda 4 4 100 3 Auditor Pertama 3 3 100 Jumlah 9 9 100

2) Waktu Penyampaian DUPAK oleh Auditor

 Berdasarkan hasil sampling terhadap 5 DUPAK periode penilaian bulan Januari 2017 diketahui bahwa dari 5 auditor yang menyampaikan DUPAK terdapat 1 auditor ( 20,00 %) yang terlambat menyampaikan DUPAK.

(7)

 Berdasarkan hasil sampling terhadap 5 DUPAK periode penilaian bulan Juli 2017 diketahui bahwa auditor telah menyampaikan DUPAK tepat waktu.

Hal ini belum sesuai dengan Peraturan Kepala BPKP Nomor: PER-503/K/JF/2010 tanggal 13 Juli 2010 tentang Prosedur Kegiatan Baku Penilaian dan Penetapan Angka Kredit Auditor, Lamp.I bab II huruf E angka 2.b disebutkan untuk penilaian dan penetapan angka kredit reguler, auditor wajib menyampaikan DUPAK kepada Pejabat Pengusul paling lambat pada:

a). Tanggal 5 Juli (minggu I bulan Juli) untuk penilaian dan penetapan angka kredit yang akan dinilai pada bulan Juli. Usulan ini berisikan kegiatan auditor yang telah selesai dari tanggal 1 Januari sampai dengan 30 Juni tahun berjalan.

b). Tanggal 5 Januari (minggu I bulan Januari) untuk penilaian dan penetapan angka kredit yang akan dinilai pada bulan Januari. Usulan ini berisikan kegiatan auditor yang telah selesai dari tanggal 1 Juli sampai dengan 31 Desember tahun berjalan.

Selanjutnya dalam Lampiran I Romawi II huruf E point 3. b. Peraturan Kepala BPKP Nomor: PER-503/K/JF/2010 bahwa Pejabat Pengusul wajib menyampaikan berkas DUPAK Auditor kepada Pejabat Yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit melalui sekretariat tim penilai angka kredit untuk penilaian dan Penetapan Angka Kredit reguler selambat-lambatnya tanggal 20 Juli untuk penilaian bulan Juli dan tanggal 20 Januari untuk penilaian bulan Januari.

Hal ini terjadi karena kurangnya pemahaman auditor terhadap ketentuan yang berlaku.

Akibatnya dapat mengakibatkan penerbitan PAK terlambat.

Terhadap hal tersebut di atas disarankan kepada Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI agar memerintahkan kepada auditor untuk dapat mengumpulkan DUPAK setiap semester secara tertib dan tepat waktu.

Tanggapan :

Untuk Memberikan Pemahaman kepada Auditor, maka Inspektur Utama akan mengadakan Bimtek yang akan dilaksanakan pada bulan Januari 2018

(8)

untuk seluruh Auditor mengenai tata cara Penyampaian DUPAK , agar Auditor paham tata cara / prosedur pengajuan DUPAK melalui Sekretariat Tim Penilai Inspektorat Utama Setjen dan BK DPR RI, dan mengeluarkan Surat Edaran tentang Jadwal menyampaikan DUPAK 1 (satu) bulan sebelum tanggal 5 Januari (minggu 1 bulan Januari ) untuk Semester II dan tanggal 5 Juli (minggu 1 bulan Juli) untuk Semester I.

Surat Edaran pengumpulan DUPAK telah disiapkan Sekretariat Tim Penilai

3. Kegiatan Pejabat Pengusul Angka Kredit

Berdasarkan hasil penelitian atas berkas DUPAK yang di sampling yaitu sebanyak 20 berkas pada periode penilaian bulan Juli 2015 dan bulan Januari 2016 masih terdapat hal yang perlu diperbaiki yaitu terdapat tiga berkas usulan angka kredit yang tidak disertai lembar DUPAK yang ditandatangani oleh Pejabat Pengusul, namun DUPAK tersebut dinilai oleh Tim Penilai Angka Kredit dan telah diterbitkan PAK atas DUPAK tersebut.

Menurut pasal 3 Peraturan Kepala BPKP Nomor:PER-707/K/JF/2009 dinyatakan bahwa tugas Pejabat Pengusul Angka Kredit sebagai berikut:

1) Menerima DUPAK dan dokumen pendukungnya dari Auditor dan meneliti kelengkapan dokumen pendukungnya tersebut.

2) Menandatangani DUPAK yang diajukan oleh Auditor.

3) Mengingatkan Auditor untuk menyampaikan DUPAK setiap semester.

4) Menyampaikan DUPAK kepada Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit melalui Sekretariat Tim Penilai.

Hal ini terjadi karena kurangnya pemahaman terhadap ketentuan yang berlaku.

Akibatnya adanya penerbitan PAK yang tidak didasari oleh DUPAK (usulan).

Terhadap hal tersebut disarankan kepada Inspektur Utama agar

menginstruksikan Pejabat Pengusul untuk menandatangani setiap DUPAK yang diajukan oleh Auditor.

Tanggapan :

Inspektorat Utama Setjen dan BK DPRRI akan mengadakan Bimtek kepada Tim Penilai, Sekretariat Tim Penilai dan Pejabat Pengusul tentang Penilaian

(9)

tujuannya agar Tim memahami peraturan/ketentuan pengajuan DUPAK. Khususnya Tim Sekretariat dan Pejabat Pengusul dalam melaksanakan tugasnya sesuai Peraturan antara lain :

1. Pejabat Pengusul menandatangani DUPAK yang diajukan Auditor.

2. Menerima DUPAK dan dokumen pendukungnya dari Auditor dan meneliti kelengkapan dokumen pendukungnya tersebut.

3. Menyampaikan DUPAK kepada Pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit melalui Sekretariat Tim Penilai

4. Kegiatan Sekretariat Tim Penilai Angka Kredit

Sekretariat Tim Penilai Angka Kredit belum sepenuhnya melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai dengan ketentuan yaitu

a. Belum membuat routing slip penilaian angka kredit.

b. Buku Agenda Sekretariat Tim Penilai untuk mencatat tanggal penerimaan berkas DUPAK, nomor serta tanggal PAK

c. Belum membuat daftar kelengkapan dokumen angka kredit auditor.

d. Belum membuat kartu angka kredit Auditor.

Sesuai ketentuan yang dinyatakan dalam

a) Pasal 12 ayat (4) dan (5) Peraturan Kepala BPKP

Nomor:PER-707/K/JF/2009 di atur tentang tugas dan fungsi dari Sekretariat Tim Penilai sebagai berikut:

1. memberikan bantuan teknis dan administratif untuk kelancaran pelaksanaan tugas Tim Penilai dan Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka kredit;

2. mengadministrasikan DUPAK Auditor;

3. meneliti kelengkapan dan kebenaran berkas-berkas yang disyaratkan dalam DUPAK;

4. menyiapkan bahan yang diperlukan untuk penilaian dan penetapan angka kredit;

5. menyiapkan undangan rapat dan penyelenggaraan rapat Tim Penilai; 6. menyiapkan konsep berita acara hasil penilaian Tim Penilai;

(10)

8. menyampaikan PAK dari Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit kepada Pimpinan APIP yang bersangkutan;

9. memantau perolehan angka kredit Auditor selama periode tertentu untuk mengetahui apakah seorang Auditor telah memenuhi persyaratan angka kredit kumulatif minimal untuk kenaikan jabatan/pangkat atau pembebasan sementara;

10. memberikan laporan kepada Tim Penilai perihal:

a) Auditor yang tidak dapat memperoleh angka kredit kumulatif minimal yang dipersyaratkan untuk kenaikan jabatan/pangkat pada waktunya;

b) Kemungkinan dapat diangkat kembali seorang Auditor, yang sebelumnya dibebaskan sementara dari jabatan, karena yang bersangkutan telah memenuhi jumlah angka kredit kumulatif minimal yang ditentukan.

b) Sesuai Lampiran I Romawi III Huruf D Peraturan Kepala BPKP Nomor: PER-503/K/JF/2010 menyatakan bahwa Dokumen dalam Penilaian Angka Kredit yang diselenggarakan oleh Sekretariat Tim Penilai:

1) Buku Agenda Sekretariat Tim Penilai untuk mencatat tanggal penerimaan berkas DUPAK, nomor serta tanggal PAK.

2) Routing Slip Penilaian Angka Kredit merupakan lembar pencatat tahapan yang dilaksanakan dalam penilaian angka kredit yang direkatkan pada Berkas DUPAK.

3) Daftar Kelengkapan Dokumen Angka Kredit merupakan lembar pengujian kelengkapan berkas DUPAK

4) Kartu Angka Kredit Auditor, merupakan kartu mengenai perolehan angka kredit untuk masing-masing Auditor.

Hal ini disebabkan Sekretariat Tim Penilai belum sepenuhnya memahami dan melaksanakan ketentuan yang berlaku.

Akibatnya alur, waktu penilaian angka kredit dan pemantauan perolehan angka kredit auditor tidak terlaksana dengan baik.

Terhadap hal tersebut disarankan kepada Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI agar menginstruksikan sekretariat tim penilai untuk

(11)

dokumen angka kredit, membuat kartu angka kredit setiap auditor yang dapat digunakan sebagai dasar monitoring perolehan angka kredit auditor.

Tanggapan :

Inspektorat Utama Setjen dan BK DPR RI akan mengadakan Bimtek pada bulan Januari 2018 kepada Tim Penilai, Sekretariat Tim Penilai dan Pejabat Pengusul tentang membuat:

- Routing slip Penilaian Angka Kredit

- Buku Agenda Sekretariat Tim Penilai untuk mencatat tanggal penerimaan berkas DUPAK nomor serta tanggal PAK

- Membuat daftar kelengkapan dokumen angka kredit

- Membuat kartu angka Kredit

5. Kegiatan Tim Penilai Angka Kredit

Berdasarkan hasil penelitian atas 10 berkas DUPAK yang di sampling pada periode penilaian bulan Januari 2017 dan Juli 2017 terdapat hasil penilaian yang kurang tepat yang dilakukan oleh Tim Penilai Angka Kredit yaitu dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Administrasi Penilaian Angka Kredit

Tim Penilai Angka Kredit belum sepenuhnya melaksanakan tugas dan fungsinya yaitu Tim Penilai I dan Tim Penilai II melakukan penilaian angka kredit secara bersama-sama yang dituangkan dalam Lembar Perhitungan Angka Kredit (LPAK) yang sama untuk setiap DUPAK.

Sesuai pasal 15 ayat (3) huruf d. Perka BPKP Nomor 707/K/JF/2009 menyatakan bahwa setiap DUPAK dinilai oleh dua orang anggota dan

setelah masing-masing anggota melakukan penilaian hasilnya

disampaikan kepada Ketua Tim Penilai. Apabila angka kredit yang diberikan oleh dua orang penilai tidak sama, maka pemberian angka kredit dilakukan dalam rapat pleno Tim Penilai.

Kondisi tersebut disebabkan Tim Penilai belum sepenuhnya memahami dan melaksanakan ketentuan yang berlaku.

Hal ini mengakibatkan hasil penilaian angka kredit menjadi kurang obyektif.

(12)

Disarankan kepada Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI agar menginstruksikan Tim Penilai I dan Tim Penilai II masing-masing melaksanakan penilaian terhadap setiap DUPAK dan membuat lembar perhitungan angka kredit sendiri-sendiri untuk setiap DUPAK yang dinilai angka kreditnya.

b. Kegiatan Penilaian Angka Kredit a) Unsur Pengawasan

1) Salah memperhitungkan satuan angka kredit

Terdapat kegiatan pengawasan yang salah memperhitungkan satuan angka kredit yaitu auditor pertama (naik jabatan ke auditor muda terhitung mulai tanggal 1 November 2016) melaksanakan kegiatan pengawasan di bulan Agustus 2016, seharusnya diberikan angka kredit 0,01 per jam pengawasan tetapi oleh Tim Penilai sudah diberikan nilai satuan angka kredit auditor muda yaitu 0,02 per jam pengawasan.

2) Berkas pendukung/norma hasil tidak lengkap

Terdapat kegiatan pengawasan yang tidak dilengkapi dengan dokumen pendukung seperti tidak dilengkapi surat tugas dan norma hasil /laporan hasil kegiatan namun tetap diberikan nilai angka kredit oleh Tim Penilai, antara lain untuk kegiatan RDK, tidak dilengkapi laporan hasil kegiatan tetapi Tim Penilai tetap memberikan angka kredit.

3) Kesalahan perhitungan HP

Terdapat kegiatan pengawasan yang salah dalam memperhitungkan jumlah hari penugasan yaitu untuk hari libur (sabtu dan minggu) tim penilai tetap memperhitungkannya dalam jumlah hari penugasan (HP) sehingga tetap diberikan angka kredit.

4) Salah Jumlah Jam Pengawasan

Terdapat kegiatan pengawasan yang salah dalam menghitung jumlah jam pengawasan yaitu seharusnya perhitungan jam kerja

(13)

efektif untuk satu hari adalah 6,5 jam per hari tetapi tim penilai menghitung kurang/lebih dari 6,5 jam.

5) ST Bersamaan Waktu

Terdapat kegiatan pengawasan yang bersamaan waktunya dengan kegiatan pengawasan lainnya (tumpang tindih) tetapi tim penilai tetap memperhitungkan 6,5 jam per hari untuk setiap penugasan seharusnya untuk penugasan yang tumpang tindih tersebut jumlah jam kerja efektif per hari secara keseluruhan yang dapat dinilai/diberikan angka kredit dibatasi maksimal 7,5 Jam. Disamping itu terdapat kegiatan pengawasan yang bersamaan waktunya dengan kegiatan pengembangan profesi antara lain bersamaan dengan pelaksanaan FGD, bimtek, sosialisasi, benchmarking tetapi tim penilai tetap memperhitungkan 6,5 jam seharusnya perhitungan jam kerja untuk kegiatan pengawasan pada hari yang bersamaan dengan kegiatan FGD, bimtek atau sosialisasi tersebut diberikan sisa jam kerja sebesar 4,5 jam dan untuk kegiatan pengawasan yang bersamaan dengan kegiatan benchmarking sudah tidak diberikan sisa jam kerja pengawasan.

6) Koreksi Lainnya

Terdapat kegiatan pengawasan yang diajukan 2 (dua) kali tetapi Tim Penilai tetap memberikan angka kredit, selain itu terdapat kegiatan RDK dalam rangka penetapan angka kredit JFA oleh tim penilai diberikan angka kredit seharusnya untuk kegiatan tersebut tidak diberikan angka kredit karena sudah dinilai di unsur penunjang berdasarkan jumlah DUPAK yang telah terbit PAK nya.

7) Kesalahan perhitungan matematis

Tim Penilai salah dalam melakukan perhitungan matematis di sub unsur pengawasan sehingga nilai angka kredit yang diberikan menjadi lebih kecil dari yang seharusnya.

b) Unsur Pengembangan Profesi

(14)

Terdapat kegiatan pengembangan profesi yang salah memperhitungkan satuan angka kredit antara lain untuk kegiatan mengikuti bimbingan teknis, sosialisasi atau forum seharusnya diberikan angka kredit 0,10 per kegiatan tetapi oleh Tim Penilai diberikan angka kredit yaitu 0,25 per kegiatan.

2) Kesalahan pengelompokan

Terdapat kegiatan dalam sub unsur pengembangan profesi yang seharusnya disetarakan dengan kegiatan pengawasan lainnya sehingga masuk dalam kategori sub unsur pengawasan antara lain mengikuti rapat evaluasi SAKIP, menyusun pedoman operasional pengawasan intern, Penyusunan TOR dalam rangka peningkatan kompetensi Auditor dan Kapabilitas APIP, mengikuti evaluasi Pelaksanaan Anggaran K/L tetapi oleh Tim Penilai diberikan angka kredit di sub unsur pengembangan profesi.

3) Berkas pendukung/norma hasil tidak lengkap

Terdapat kegiatan mengikuti Program Pelatihan Mandiri (PPM), sosialisasi, atau bimbingan teknis yang tidak dilengkapi dengan dokumen pendukung yaitu daftar hadir dan kegiatan mengikuti workshop yang tidak dilengkapi dengan sertifikat namun untuk kegiatan tersebut tetap diberikan nilai angka kredit oleh Tim Penilai.

4) Koreksi Lainnya

Terdapat kegiatan sebagai peserta bimbingan teknis seharusnya Tim Penilai memberikan angka kreditnya dua kegiatan karena daftar hadir dan notulen untuk kegiatan tersebut ada dua tetapi oleh Tim Penilai untuk kegiatan tersebut hanya diberikan angka kredit satu kegiatan.

5) Kesalahan Perhitungan Matematis

Tim Penilai salah dalam melakukan perhitungan matematis di sub unsur pengembangan profesi sehingga nilai angka kredit yang diberikan menjadi lebih kecil dari yang seharusnya.

c) Unsur Penunjang

(15)

Terdapat kegiatan sebagai anggota IIA namun tidak dilengkapi dengan daftar hadir rapat sebagai bukti keaktifan sebagai anggota IIA tetapi diberikan angka kredit oleh Tim Penilai di unsur penunjang.

2) Kesalahan pengelompokan

Terdapat kegiatan dalam unsur penunjang yang seharusnya dinilai di sub unsur pengembangan profesi antara lain mengikuti bimbingan teknis tetapi oleh Tim Penilai diberikan angka kredit di unsur penunjang.

Sesuai ketentuan yang berlaku sebagaimana disebutkan pada

a) Pasal 4 ayat (1) Peraturan Kepala BPKP Nomor: 707/K/JF/2009 menyatakan bahwa angka kredit bagi Auditor diperoleh apabila yang

bersangkutan melaksanakan butir-butir kegiatan sebagaimana

diuraikan dalam Lampiran I dan Lampiran II Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: PER/220/M.PAN/7/2008 dengan ketentuan sebagai berikut:

1) angka kredit pendidikan sekolah dihitung berdasarkan ijazah yang diperoleh.

2) angka kredit pendidikan dan pelatihan (diklat) atau memperoleh Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan (STTPP) atau sertifikat dihitung berdasarkan jumlah jam diklat atau satuan

hasil.Lampiran Peraturan Kepala BPKP Nomor:PER-

708/K/JF/2009 point F tentang Jenis, kriteria kumulatif, bukti fisik dan pemberian angka kredit kegiatan Penunjang Pengawasan. 3) angka kredit sub unsur pengawasan dihitung dengan cara

mengalikan realisasi jam kerja produktif dan/atau jam lembur penugasan dengan satuan angka kredit.

4) angka kredit sub unsur pengembangan profesi dihitung

berdasarkan jumlah satuan hasil atau jumlah jam diklat dikalikan dengan satuan angka kredit.

5) angka kredit unsur penunjang dihitung berdasarkan jumlah satuan hasil atau jumlah jam diklat dikalikan dengan satuan angka kredit.

Ayat (2) menyatakan bahwa Angka kredit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diakui apabila memenuhi kriteria:

(16)

1) keabsahan pelaksanaan kegiatan meliputi kewenangan pemberi tugas serta kebenaran pelaksanaan dan penyelesaian kegiatan; 2) kelengkapan dokumen penugasan dan dokumen hasil;

3) Dan ketepatan waktu pengajuan.

b) Surat Edaran Ketua Tim Penilai Angka Kredit Pusat Nomor: SE-01/D4/JF/2015 tanggal 16 April 2015 tentang penegasan penetapan jam kerja efektif per hari untuk penilaian dan penetapan angka kredit 1) Angka 1 huruf b menyatakan bahwa apabila terdapat penugasan

kegiatan pengawasan yang bersamaan waktunya (tumpang tindih) dengan satu atau lebih penugasan kegiatan pengawasan lainnya, maka jumlah jam kerja efektif per hari secara keseluruhan yang dapat dinilai/diberikan angka kredit dibatasi maksimal 7,5 Jam bagi Unit APIP yang menerapkan 5 hari kerja dalam 1 minggu dan maksimal 6,25 jam agi Unit APIP yang menerapkan 6 hari kerja dalam 1 minggu. Hal ini sesuai dengan Surat Edaran Menteri

Negara Pendayagunaan Aparatur Negara nomor: 222/M.

AN/8/2001 tanggal 31 Agustus 2001 perihal mentaati jam kerja yang menetapkan bahwa jumlah jam kerja dalam 1 minggu tidak boleh lebih dan tidai< boleh kurang dari 37 jam 30 menit dalam satu minggu. Kelebihan jam kerja efektif selama 1 jam (bagi APIP yang menerapkan 5 hari kerja perminggu) dan 45 menit per hari (bagi APIP yang menerapkan 6 hari kerja perminggu) diperhitungkan sebagai jam lembur, namun tidak diperlukan surat keterangan lembur.

2) Angka 2 huruf b menyatakan bahwa apabila dalam satu hari penugasan kegiatan pengawasan bersamaan waktu dengan 1 kegiatan PKS, maka perhitungan jam kerja untuk penugasan kegiatan pengawasan pada hari yang bersamaan dengan kegiatan PKS tersebut masih diberikan sisa jam kerja sebesar 4,5 jam untuk unit APIP yang menerapkan 5 hari kerja jam efektif diperhitungkan 7,5 jam per hari dan jam PKS diperhitungkan selama 3 jam per kegiatan PKS)

(17)

Akibatnya perolehan angka kredit dari setiap Auditor menjadi tidak akurat (menjadi terlalu tinggi atau terlalu rendah) dari yang seharusnya.

Disarankan kepada Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI agar Mengintruksikan kepada Tim Penilai Angka Kredit auditor untuk melaksanakan penilaian angka kredit auditor sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Tanggapan :

Inspektorat Utama Setjen dan BK DPRRI akan mengadakan Bimtek pada bulan Januari 2018 kepada Tim Penilai, Sekretariat Tim Penilai dan Pejabat Pengusul tentang tugas-tugasnya dan memahami dalam melaksanakan penilaian angka kredit sesuai dengan Peraturan/ketentuan yang berlaku dengan memperhatikan Unsur-unsur Penilaian Angka Kredit

6. Kegiatan Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit

Secara keseluruhan kegiatan Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit (PBM-AK) telah dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.

7. Penggunaan Jam Produktif dalam Satu Tahun

Berdasarkan hasil evaluasi terhadap 10 PAK yang terbit pada penilaian bulan Januari 2017 dan Juli 2017 rata-rata penggunaan jam produktif untuk setiap jenjang Auditor dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Rata-rata penggunaan jam produktif dalam satu tahun sebanyak 847,60 jam produktif,

2. Penyebaran penggunaan jam produktif belum merata pada semua jenjang Auditor untuk kenaikan pangkat normal empat tahun.

3. Penggunaan jam produktif tertinggi pada jenjang Auditor Madya yaitu 1.020 jam dan terendah pada Auditor Muda sebanyak 507,50 jam.

Rincian penggunaan jam produktif dapat diuraikan di bawah ini:

No Jenjang Auditor Jumlah Jam Prod Jumlah Auditor

Kebutuhan Jam Produktif Rata-rata Teren-dah Jam Normal Tertinggi 1 2 3 4 5=3:4 6 7 1 Madya 2.030,50 2 1.015,25 1.010,50 1.250 1.020,00

(18)

2 Muda 1.420,00 2 710,00 507,50 1.250 912,50

3 Pertama 787,50 1 787,50 787,50 1.250 787,50

Total 4.238,00 5 847,60 507,50 1.250 1.020,00

Tanggapan :

Inspektorat Utama Setjen dan BK DPRRI akan mengadakan Bimtek pada bulan Januari 2018 kepada Tim Penilai, Sekretariat Tim Penilai dan Pejabat Pengusul tentang tugas-tugasnya dan memahami dalam melaksanakan penilaian angka kredit sesuai dengan Peraturan/ketentuan yang berlaku dengan memperhatikan Unsur-unsur Penilaian Angka Kredit

8) Perkembangan Tingkat Perolehan Angka Kredit

Berdasarkan hasil evaluasi terhadap 10 PAK yang terbit pada penilaian bulan Januari 2017 dan Juli 2017, perolehan angka kredit rata-rata dalam satu tahun untuk setiap jenjang auditor dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Perolehan angka kredit secara kumulatif, tidak semua jenjang auditor memadai untuk kenaikan pangkat normal dalam dalam jangka waktu empat tahun kecuali untuk jenjang auditor pertama.

2. Persentase perolehan total angka kredit dibandingkan dengan kebutuhan normal berkisar 60,726% sampai dengan 108,61%.

3. Rata-rata perolehan pengembangan profesi per jenjang berkisar antara 170,67% sampai dengan 920,% dari kebutuhan normal.

Rincian perolehan angka kredit dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:

No Auditor Pendd. dan Latihan Penga- wasan P Prof Penun - jang Total Kebutuhan AK Normal per Tahun Persentase per Tahun

Jenjang Jumlah Total P

Prof Total P Prof

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 = 8/9 x 100% 12 = 6/10 x100% 1 Madya 2 0 21,597 6,400 1,565 29,562 37,5 3,75 78,83% 170,67% 2 Muda 2 0 8,4615 4,575 2,145 15,181 25,0 2,00 60,726 % 228,75% 3 Pertama 1 0 5,435 6,900 1,332 13,577 12,50 0,75 108,61 % 920%

(19)

Tanggapan

Inspektorat Utama Setjen dan BK DPR RI akan mengadakan Bimtek yang dilaksanakan pada bulan Januari 2018 kepada Tim Penilai, Sekretariat Tim Penilai dan Pejabat Pengusul dalam melaksanakan penilaian angka kredit sesuai dengan Peraturan/ketentuan yang berlaku.

Demikian kami sampaikan simpulan sementara hasil evaluasi penilaian dan penetapan angka kredit auditor di lingkungan Inspektorat Utama Sekretariat Jenderal DPR RI.

Tanggapan atas simpulan ini kami harapkan dapat disampaikan kepada Tim Evaluasi Penilaian Angka Kredit Pusbin JFA dalam waktu yang tidak terlalu lama.

Atas perhatian Bapak, kami ucapkan terima kasih.

Jakarta, 8 Desember 2017

Inspektur Utama Tim Evaluasi Angka Kredit

Sekretariat Jenderal DPR RI

Adiyanto Suhadril

Reh Tyas Dwihartatik Anita Trisia

Sutedjo

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

[r]

Dimensi ini menunjukkan adanya kesadaran atas keragaman pemikiran (ideas) dan pelaksanaanya.. dapat ditemui dalam masyarakat manusia di muka bumi ini,

Hal ini masih jauh lebih baik dibanding kualitas efek visual sinetron Saur Sepuh atau Angling Dharma di Stasiun TV Indosiar yang nampak sangat tidak realistik, palsu, dan

As shown in Table 1, a-galactosidase synthesis was induced remarkably well by the addition of soybean carbohydrate in the submerged culture method.. Addition of

Perihal : Undangan Pembuktian Kualifikasi Paket Belanja modal pengadaan konstruksi lanjutan pembangunan jalan poros Tebing Tinggi tinggi - pendopo.. Dengan ini

Molekul obat mula-mula berikatan dengan mukosa lambung atau usus, kemudian obat mencapai lapisan yang lebih dalam dari membran sel tapi belum sampai ke pembuluh darah..