• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PANTUN SISWA KELAS X ATG SMALB BUDI MULYA KANDAT KEDIRI MELALUI TEKNIK TGT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PANTUN SISWA KELAS X ATG SMALB BUDI MULYA KANDAT KEDIRI MELALUI TEKNIK TGT"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PANTUN SISWA KELAS X ATG SMALB BUDI MULYA KANDAT KEDIRI

MELALUI TEKNIK TGT

Niswatus Syarifah

Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia

Abstrak: Anak tunagrahita sulit untuk mengikuti program pendidikan disekolah biasa secara klasikal, karena anak tunagrahita adalah Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Sekarang ini sudah banyak sekolah inklusi yang menampung anak berkebutuhan khusus, walaupun pembelajaran ABK berbeda dengan anak normal, tetapi mereka juga berhak hidup dengan anak normal dan berhak untuk mendapatkan pengajaran Bahasa Indonesia bagi ATG ringan khususnya dalam materi membaca pantun kelas X. Bahasa Indonesia merupakan pelajaran yang dianggap sulit sehingga mudah dilupakan, karena dalam membaca pantun sebagian besar menghafal dan hal tersebut merupakan kelemahan yang tertinggi bagi ATG.Agar bahasa Indonesia tidak dianggap sulit bagi ATG ringan, maka guru harus mempunyai kreatifitas dalam menciptakan suasana belajar yang menarik dan dapat memotifasi ATG ringan dalam meningkatkan hasil belajarnya, yaitu melalui pembelajaran yang ada permainan berkelompok dengan menerapkan pembelajaran kooperatif model Tim Game Turnamen. Tujuan dari pembelajaran tersebut untuk meningkatkan hasil belajar membaca pantun di SMALB Budi Mulya Kandat, khususnya kelas X dan keaktifan siswa Tunagrahita ringan. Harapan dari teknik TGT adalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan menambah semangat belajar siswa serta menambah wawasan bagi guru dalam memilih bentuk atau model pembelajaran disekolah.

Kata kunci :ABK, membaca pantun, teknik TGT Guru merupakan faktor yang penting

dalam proses belajar/pemudahan belajar. Dalam usaha pemudahan ini guru memerlukan cara-cara tertentu.Guru yang baik pada umumnya selalu berusaha menggunakan metode mengajar yang paling efektif dan memakai media yang terbaik, sehingga komunikasi antara guru dan siswa terjalin dengan baik.Pembelajaran yang interaktif, inspiratif, efektif, termotifasi dan menyenangkan pada era sekarang ini mutlak diberikan oleh semua pelaku pendidikan. Hal ini merupakan peraturan pemerintah No. 19 pasal 19

ayat 1 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Demikian juga dalam konteks pembelajaran bahasa Indonesia. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya sastra manusia Indonesia.

Metode guru dalam menyampaikan materi pelajaran sangat mempengaruhi kelancaran proses belajar mengajar dan

(2)

minat anak terhadap materi yang diajarkan. Ketidakcocokan pemilihan metode mengajar guru dapat menjadikan anak jenuh dalam mengikuti proses belajar mengajar, yang pada akhirnya mempengaruhi hasil belajar anak. Menyampaikan materi pelajaran dengan cara yang menarik perhatian siswa, dapat membangkitkan semangat dan motivasi anak dalam belajar.

Salah satu strategi pembelajaran adalah menggunakan pembelajaran kooperatif. Dalam Pembelajaran kooperatif anak dapat bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil dan saling membantu serta berdiskusi bersama-sama dalam menyelesaikan kegiatan belajar. Menurut Slavin, (2008:9) pembelajaran kooperatif dapat dilakukan dengan kelompok-kelompok kecil beranggotan 3-5 siswa dengan kemampuan yang heterogen, sehingga anak dilatih untuk bekerjasama dengan temannya secara baik.

Anak tunagrahita mempunyai masalah pada perkembangan mentalnya dan berhubungan dengan tingkat intelegensinya yang tergolong kurang jika dibandingkan dengan anak normal pada umumnya. Menurut Delphie, (2006:15) anak tunagrahita adalah anak yang mengalami keterbelakangan mental dan secara umum anak tunagrahita mempunyai tingkat kemampuan intelektual dibawah rata-rata, mengalami hambatan terhada perilaku adaptif selama masa perkembangan hidupnya dari usia 0 hingga 18 tahun. Perkembangan fungsi intelektual anak tunagrahita yang rendah dan disertai dengan perilaku adaptif yang rendah akan berakibat langsung terhadap kehidupannya sehari-hari, sehingga banyak mengalami kesulitan. Masalah yang dihadapi anak tunagrahita diantaranya adalah masalah belajar.

Anak tunagrahita sulit untuk mengikuti program pendidikan disekolah biasa secara klasikal, karena anak tunagrahita adalah Anak

Berkebutuhan Khusus (ABK).Sekarang ini sudah banyak sekolah inklusi yang menampung anak berkebutuhan khusus, walaupun pembelajaran ABK berbeda dengan anak normal, tetapi mereka juga berhak hidup dengan anak normal dan berhak untuk mendapatkan pengajaran. Anak tunagrahita masih mampu dididik berbagai keterampilan karena masih memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan. Anak tunagrahita dalam menerima materi hendaknya dalam kondisi yang baik dan ada motivasi untuk anak untuk merasa mampu dalam menerima materi, dalam menjelaskan kepada ATG harus melalui metode yang menyenangkan bagi mereka, karena ciri dari ATG cepat bosan dan malas berpikir.

Berdasarkan penelitian yang telah kami lakukan pada SMALB Budi Mulya Kandat khususnya kelas X dapat dikatakan pembelajarannya kurang efektif, sehingga hasil belajar pantun siswa kurang meningkat. Keadaan tersebut dipengaruhi beberapa faktor, antara lain karakteristik ATG yang berbeda satu dengan yang lain, fasilitas pembelajaran yang kurang mendukung dan kurangnya tenaga ahli. Keadaan dilapangan memperlihatkan bahwa keberhasilan dalam pembelajaran yang sudah dilaksanakan kurang maksimal terutama dalam pembelajaran bahasa Indonesia (membaca pantun).

Agar belajar membaca pantun tidak dianggap sulit bagi ATG ringan, maka guru harus mempunyai kreatifitas dalam menciptakan suasana belajar yang menarik dan dapat memotifasi ATG ringan dalam meningkatkan hasil belajarnya.Dalam penelitian ini peneliti mempunyai cara yang dapat digunakan untuk memotifasi ATG ringan dalam meningkatkan hasil belajarnya, yaitu melalui pembelajaran yang ada permainan berkelompok. Penerapan pembelajaran kooperatif model TGT dalam pelaksanaannya ada dua tujuan, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.

(3)

Tujuan umum penelitan ini ialah untuk mendapatkan gambaran obyektif tentang penerapan metode TGT dalam meningkatkan kemampuan membaca pantun siswa kelas X ATG SMALB Budi Mulya Kandat.Secara khusus tujuan penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut: 1) mendeskripsikan peningkatan proses belajar membaca pantun pada siswa kelas X SMALB Budi Mulya Kandat dengan teknik TGT, 2) mendeskripsikan peningkatan hasil belajar membaca pantun siswa kelas X SMALB Budi Mulya Kandat dengan teknik TGT.

Adapun manfaat penelitian ini diharapkan berguna secara teoritis maupun praktis. Manfaat secara teoritis dapat menambah semangat belajar, keaktifan siswa tunagrahita ringan dan menambah hasanah keilmuan tentang cara meningkatkan hasil belajar membaca pantun melalui pembelajaran kooperatif teknik TGT. Sedangkan manfaat secara praktis dapat meningkatkan hasil belajar dalam membaca pantun, memotifasi ATG untuk melakukan belajar dengan permainan dan dapat digunakan sebagai wawasan bagi guru dalam memilih model pembelajaran disekolah.

METODE

Rancangan penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Rancangan PTK terpilih karena (1) penelitian pembelajaran yang berkonteks kelas dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan masalah-masalah pembelajaran membaca pantun, karena di SMALB Kandat Kediri masih mengalami kesulitan untuk membaca dan menghapal dalam mencocokkan antara sampiran dan isi, dengan bahasa yang baik dan runtut, kurang adanya latihan membaca, belum menemukan strategi pembelajaran membaca pantun secara tepat, (2) penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan hasil rata-rata kelas

masih dibawah 60 menjadi 75 atau lebih. (3) penelitian dilakukan pada konteks alamiah, ialah untuk mengkaji permasalahan pembelajaran membaca pantun yang dialami oleh siswa kelas X ATG SMALB Budi Mulya Kandat, (4) pelaksanaan penelitian ini dilakukan secara kolaboratif dengan guru lainnya selama penelitian ini berlangsung.

Penelitian ini dilaksanakan di SMALB Budi Mulya Kandat Kabupaten Kediri. Pemilihan SMALB Budi Mulya Kandat sebagai tempat penelitian didasarkan pertimbangan bahwa 1) sekolah ini merupakan tempat bekerja peneliti, 2) siswa mengalami kesulitan dalam mengikuti pembelajaran membaca pantun, sehingga perlu diadakan tindakan kelas sebagai upaya pemecahan masalah tersebut, 3) penelitian tentang membaca pantun ini belum pernah dilaksanakan sehingga hasil penelitian dapat memberikan manfaat yang berharga bagi peningkatan pembelajaran membaca pantun disekolah tersebut.

Sedang obyek penelitan adalah siswa kelas X ATG SMALB Budi Mulya Kandat yang berjumlah 9 orang. Seluruh siswa dikenai tindakan karena penelitian PTK ini merupakan penelitian yang mengikuti alur pembelajaran yang sesungguhnya. Pertimbangan pemilihan siswa kelas X sebagai subjek penelitian karena siswa kelas X ATG mengalami permasalahan dalam membaca pantun.

Kegiatan penelitian ini diawali dengan mengamati siswa ketika membaca pantun, ternyata intonasi dan pelafalannya masih kurang lancar. Kendala-kendala tersebut dapat teridentifikasi sebagai berikut: 1) siswa merasa kesulitan dalam pembelajaran membaca pantun, 2) siswa mengalami kesulitan dalam intonasi dan pelafalannya, 3) siswa merasa kurang percaya diri apabila membaca pantun sendiri didepan kelas, sehingga pelajaran bahasa indonesia, khususnya

(4)

membaca pantun merupakan beban yang kurang menyenangkan, karena membaca pantun belum menghasilkan hasil yang efektif dan kurang menarik bagi siswa, apalagi kalau melihat dari hasil nilai yang diperoleh dalam pembelajaran membaca pantun masih dibawah 60 rata-rata kelas.

Berdasarkan temuan tersebut, maka disusun suatu rencana tindakan kelas untuk diterapkan dalam pembelajaran membaca pantun melalui teknik TGT. Oleh sebab itu, setelah diadakan penelitian ini nanti diharapkan 1) siswa dalam mengikuti pembelajaran membaca pantun sudah termotivasi, 2) pelajaran membaca pantun sudah bukan merupakan pelajaran yang sulit lagi, 3) siswa sudah bisa menunjukkan keberanian apabila ditunjuk untuk membaca pantun, 4) siswa sudah percaya diri dalam pembelajaran membaca pantun, 5) hasil nilai membaca pantun sudah mencapai 75 atau lebih rata-rata kelasnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil studi pendahuluan dalam penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti dan guru bersama–sama merumuskan permasalahan yang dirasakan didalam kelas. Guru dan peneliti menetapkan tindakan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi permasalahan dikelas demi peningkatan kualitas pembelajaran. Tindakan yang dipilih adalah menggunakan teknik TGT untuk meningkatkan kemampuan membaca pantun siswa. Penggunaan teknik TGT dilakukan dengan kegiatan kooperatif dan kegiatan tersebut tetap dipertahankan dengan tujuan mengembangkan aktivitas dan kratifitas belajar siswa secara berkelompok.

Untuk melaksanakan tindakan yang telah direncanakan, siswa didalam kelas dibentuk menjadi dua kelompok, karena siswa ATG SMALB Budi Mulya hanya 9 orang. Anggota kelompok ditentukan oleh peneliti/guru secara acak supaya

terbentuk kelompok yang heterogen. Setiap kelompok terdiri dari minimal satu siswa yang berkemampuan tinggi, satu atau dua siswa yang berkemampuan sedang dan satu siswa berkemampuan rendah, juga pertimbangan laki-laki dan perempuan sama. Dengan menggunakan teknik TGT diharapkan pembelajaran lebih menarik dan suasana pembelajaran lebih dinamis, sehingga kemampuan membaca pantun siswa yang sebelumnya dibawah 65 dapat meningkatkan menjadi 75 sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal yang ditentukan.

Penelitian dilakukan dengan dua tindakan yaitu tindakan siklus I sampai tindakan siklus II, dengan masing-masing tindakan ada dua kali pertemuan.Penelitian terdiri dari 1) perencanaan tindakan, 2) pelaksanaan tindakan yang berupa kegiatan pendahuluan pembelajaran, kegiatan inti pembelajaran, kegiatan penutup pembelajaran, 3) observasi tindakan dan 4) refleksi tindakan.

Tahap perencanaan dan pelaksanaan sudah dilakukan, maka dilakukan tahap observasi.Tahap observasi tindakan ini dilakukan peneliti selama berlangsungnya pembelajaran membaca pantun dengan menggunakan teknik TGT dikelas X ATG SMALB Budi Mulya Kandat Kediri. Hal-hal yang dilakukan peneliti pada saat observasi, yakni (1) mengamati dan mencatat kesesuaian antara rencana dan pelaksanaan belajar mengajar didalam kelas, (2) mengamati dan mencatat interaksi belajar mengajar yang terjadi, (3) mengamati dan mencatat langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan peneliti dalam memberi pelajaran membaca pantun dengan menggunakan teknik TGT, (4) mengamati dan mencatat hasil kegiatan belajar siswa baik dalam kelompok ataupun individu.

Keseluruhan hasil observasi dicatat dalam instrument berupa lembar observasi. Aspek yang diamati dicatat

(5)

dengan menggunakan skala afektif, yakni SB yang berarti sangat baik, B yang berarti baik, C yang berarti cukup, K yang berarti kurang, dan SK yang berarti sangat kurang.

Dalam kegiatan observasi disajikan juga hasil penilaian proses belajar maupun penilaian hasil belajar peningkatan membaca pantun siswa melalui metode TGT. Hal itu disajikan sebagai berikut.

Hasil Proses Belajar

Hasil tindakan yang berupa proses dapat dinyatakan cukup. Siswa sudah mampu mengikuti setiap aktifitas proses TGT. Baik yang melakukan pengocokan kartu kemudian membacakan pantun secara berbalas kepada anggota kelompoknya, kemudian anggota kelompok tersebut membalas isi pantun/sampiran.

Pelaksanaan penilaian meliputi keaktifan siswa, kerjasama siswa dengan kelompoknya dan komunikatif siswa dengan kelompoknya.Tetapi masih terdapat beberapa hal yang perlu ditingkatkan pada tahap ini.

Aktifitas kegiatan dalam membaca pantun melalui teknik TGT ini, sebagian besar siswa terlihat antusias, akan tetapi ditemukan sebagian siswa yang belum sepenuhnya mengikuti jalannya kegiatan tersebut, siswa tidak konsentrasi dan bingung harus melakukan apa, sehingga untuk mengatasi guru memberikan arahan dan bimbingan agar siswa lebih memperhatikan dan konsentrasi.

Kegiatan kedua adalah membalas pantun sesuai dengan sampiran, pada kegiatan ini dijalankan siswa, namun masih banyak kendala yang mengakibatkan belum dapat berjalan dengan lancar, terutama pada penerimaan siswa dalam membalas pantun.Hal ini disebabkan pengarahan yang kurang maksimal, bimbingan belum dapat berjalan dengan baik.

Aktifitas setelah membalas pantun pada anggota kelompok dilempar/dilanjutkan ke anggota yang lain. Pada kegiatan ini keaktifan siswa, kerjasama dan komunikatif siswa sudah mulai tampak. Namun sebagian siswa masih masih mengalami kendala yang mengakibatkan alokasi waktu yang tersedia kurang karena sebagian siswa yang kurang lancar dalam membaca pantun. Hal ini sangat dimaklumi karena salah satu ciri ATG adalah IQ dibawah rata-rata.

Bedasarkan hasil penilaian, partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran pada tahap tindakan siklus I meningkat dari hasil pratindakan, yaitu siswa tuntas belajar sebelumnya hanya 3 orang, setelah tahap tindakan siklus I siswa yang tuntas belajar sebanyak 6 orang, dengan rata-rata kelas 66,66 Penilaian Hasil Belajar Siklus I

Tindakan yang berupa hasil pembelajaran dalam tahap pelaksanaan ini juga mengacu pada indikator setiap tahap pembelajaran, indikator yang digunakan pada tahap pelaksanaan ini meliputi: (1) siswa dapat membaca pantun dengan lancar, (2) siswa dapat membaca pantun dengan lafal yang tepat, (3) siswa dapat membaca pantun dengan intonasi yang tepat.

Pada kegiatan pelaksanaan metode TGT dalam pembelajaran membaca pantun, dilaksanakan oleh seluruh siswa yang dibagi dua kelompok. Namun kegiatan masih dimanfaatkan siswa untuk bermain, terkadang ada juga yang tidak mengetahui sama sekali (masih bingung) karena hal tersebut salah satu ciri dari ATG.

Pada kegiatan membaca pantun, sebagian siswa melakukan dengan bahasa yang kurang lancar, pelafalan yang belum tepat dan intonasi yang kadang tepat kadang kurang.Tetapi ada juga sebagian siswa yang membaca pantun dengan baik, mulai dari

(6)

kelancaran bahasa, intonasi dan pelafalannya.

Kegiatan terakhir adalah meneruskan bacaan pantun kepada anggota lainnya dan siswa yang menerima meneruskan pantun tersebut dengan antusias melakukannya.Begitu seterusnya sampai selesai.

Berdasarkan analaisis data, dengan menggunakan teknik TGT dalam meningkatkan kemampuan membaca pantun siswa kelas X ATG SMALB Budi Mulya Kandat diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 66 atau ada 6 siswa dari 9 siswa yang sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama, secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai > 75 hanya sebesar 6 orang siswa, lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 90. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa bingung dan sulit mengerti dengan apa yang dimaksudkan sehingga guru dengan menerapkan teknik TGT dengan lebih bervariasi. Refleksi Siklus I

Refleksi dilaksanakan setelah selesai pelaksanaan tindakan pembelajaran siklus I. kegiatan ini dilakukan secara kolaboratif bersama guru lainnya. Selain itu, kegiatan ini juga dilakukan dengan memperhatikan respon yang disampaikan siswa saat melempar bacaan pantun diakhir tindakan siklus I. Refleksi diarahkan pada: 1) kegiatan pendahuluan pembelajaran, 2) kegiatan inti pembelajaran, 3) kegiatan penutup pembelajaran

Refleksi pada siklus I guru memberi motivasi dalam kegiatan pembelajaran. Motivasi disampaikan guru berupa himbauan tentang: (1) semua pekerjaan apabila dikerjakan dengan sungguh-sungguh semua pasti dapat mengerjakan, 2) mengikuti petunjuk yang disampaikan guru, (3) mengharapkan siswa untuk melakukan

semaksimal mungkin, (4) hasil yang terbaik akan mendapatkan hadiah. Pada pelaksanaan siklus I, hal tersebut dapat diatasi dengan pengarahan yang lebih tegas dan juga dengan mengefektifkan kerja masing-masing kelompok, sehingga siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dapat bekerja secara efektif dan efisien.

Berdasarkan hasil refleksi seluruh tindakan pada siklus I ternyata masih ditemui hal yang perlu mendapat perhatian dan perbaikan.Perbaikan tersebut perlu dilakukan pada setiap tahap kegiatan. Oleh karena itu dirancang kegiatan tindakan siklus II sebagai perbaikan dan penyempurnaan dari tindakan siklus I. pelaksanaan tindakan siklus II direncanakan dua kali pertemuan dengan alokasi waktu setiap pertemuan ada dua jam pelajaran, seperti halnya dengan siklus I. penelitian tindakan membaca pantun pada siklus II dilakukan secara kolaboratif dengan guru yang lain.

Hasil belajar yang akan dicapai masih sama dengan siklus I. perbaikan yang dilakukan yaitu pada langkah-langkah pembelajaran yang ada rencana pembelajaran. Perbaikan langkah-langkah pembelajaran dilengkapi perincian alokasi waktu tiap langkah kegiatan agar pelaksanaannya lebih efektif. Pada siklus I perincian ini belum dicantumkan sehingga pelaksanaan kegiatan belum berjalan dengan lancar.

Hasil pelaksanaan tindakan pada siklus II, berupa penilaian proses, dan penilaian hasil belajar, adapun hasilnya sebagai berikut:

Hasil Tindakan Berupa Proses

Hasil tindakan yang berupa proses dapat dinyatakan berhasil. Siswa sudah mampu mengikuti setiap aktivitas proses turnamen membaca pantun.Masing-masing kelompok melakukan pembelajaran membaca pantun dengan tertib dan sesuai petunjuk guru.

(7)

Pelaksanaan meliputi kerjasama dalam kelompok, keaktifan siswa, komunikatif siswa dalam kelompok.Walaupun masih terdapat beberapa hal yang masih perlu disempurnakan pada tahap ini tetapi secara klasikal sudah berhasil.

Aktivitas kegiatan teknik TGT, semua siswa terlihat antusias dan semangat dalam mengikuti turnamen ini, baik yang mendapat giliran membaca pantun maupun siswa yang menyaksikan jalannya turnamen.Siswa tidak ada lagi yang diam dan bingung.Semua kelompok memanfaatkan waktu yang diberikandengan sebaik-baiknya.

Berdasarkan penilaian, partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran rata-rata tahap tindakan pada siklus II pertemuan pertama mencapai 8,6 (95%) dan pertemuan kedua pada siklus II mencapai 8,9 (98%). Dengan demikian partisipasi siswa pada siklus II pertemuan pertama dan pertemuan kedua mengalami kenaikan 3%.

Hasil Tindakan

Hasil tindakan yang berupa penilaian hasil dalam tahap pelaksanaan ini juga mengacu pada indikator setiap tahap pembelajaran, indikator yang digunakan pada tahap pelakasanaan ini meliputi: (1) siswa dapat membaca pantun dengan lancar, (2) siswa membaca pantun dengan lafal yang tepat dan (3) siswa dapat membaca pantun dengan intonasi yang tepat.

Pada kegiatan melaksanakan teknik TGT, kegiatan tersebut sudah dilaksanakan oleh seluruh siswa.Siswa sudah mengikuti langkah-langkah TGT dengan baik.Siswa telah memamfaatkan waktu yang tersedia dengan sebaik-baiknya.Siswa sudah dapat memainkan peran sesuai dengan perannya masing-masing.Tidak ada lagi siswa yang bingung.

Pada kegiatan melaksanakan teknik TGT semua siswa telah melaksanakan kegiatan tersebut dengan baik.Membaca

pantun dengan dengan lafal dan intonasi yang jelas dan tepat.

Kegiatan terakhir dari tahap ini adalah guru memberikan reward kepada kelompok yang menang dalam turnamen. Pada kegiatan ini siswa antusias dalam melakukan turnamen.Semua peserta turnamen sudah memanfaatkan hasil kerja. Berdasarkan penilaian, dapat diambil simpulan sebagai berikut.

No Uraian Hasil

Siklus 11 1 Nilai rata-rata tugas

siswa

92 2 Jumlah siswa yang tuntas

belajar

9 3 Persentase ketuntasan

belajar

100%

Berdasarkan Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menggunakan teknik TGT dalam meningkatkan kemampuan membaca pantun siswa kelas X ATG SMALB Budi Mulya Kandat diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 92 dan ketuntasan belajar mencapai 100% atau ada 9 siswa dari 9 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus II secara klasikal siswa telah mengalami peningkatan yang lebih baik dari pada siklus I.

Observasi

Tahap observasi tindakan ini dilakukan peneliti selama berlangsungnya pembelajaran membaca pantun dengan menggunakan teknik TGT pada siswa kelas X ATG SMALB Budi Mulya Kandat Kabupaten Kediri. Hal-hal yang dilakukan peneliti pada saat observasi, yakni (1) mengamati dan mencatat kesesuaian antara rencana dan pelaksanaan belajar mengajar di dalam kelas, (2) mengamati dan mencatat interaksi belajar mengajar yang terjadi, (3) mengamati dan mencatat

(8)

langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru dalam membelajarkan membaca pantun dengan menggunakan teknik TGT, dan (4) mengamati dan mencatat kegiatan belajar siswa baik dalam kelompok maupun individual.

Pada akhir pertemuan 1 tahap siklus II, guru memberikan tugas kepada setiap siswa dalam kelompok untuk melakukan latihan membaca pantun sesuai peran

masing-masing dalam

kelompok.Tindakan yang dilakukan peneliti setelah pembelajaran berlangsung yaitu menganalisis penilaian kemampuan membaca pantun oleh siswa. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tugas dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan dengan menggunakan teknik TGT.

Refleksi

Pada akhir tindakan setiap tahap pembelajaran, dilakukan kegiatan refleksi. Dalam kegiatan ini, peneliti dan guru kelas lain mendiskusikan dan membahas secara kritis dan seksama hasil-hasil pengamatan maupun data penunjang lainnya yang berkaitan dengan pembelajaran yang dilakukan. Hal-hal yang dibahas dan didiskusikan, yaitu 1) tindakan yang telah dilakukan, 2) perbedaan antara perencanaan dan pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan, 3) kendala-kendala yang ditemui dalam pelaksanaan pembelajaran membaca pantun dan menemui solusinya, 4) melakukan interpretasi, pelaksanaan dan penyimpulan data yang diperoleh.

Refleksi dalam penelitian tindakan kelas adalah upaya untuk menilai apakah pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan berhasil atau tidak dikaitkan dengan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan sebelumnya.Berdasarkan hasil refleksi seluruh tindakan pada siklus II dapat disimpulkan bahwa

tindakan penerapan membaca pantun telah dapat memperbaiki pembelajaran membaca pantun siswa kelas X ATG SMALB Budi Mulya Kandat Kabupaten Kediri. Oleh karena itu tidak diperlukan lagi tindakan siklus selanjutnya. Dari hasil keseluruhan kegiatan pembelajaran pada siklus 1 dan II serta hasil pengamatan tercatat bahwa terdapat peningkatan keterampilan membaca pantun. Pada keterampilan proses ada peningkatan nilai dari rata-rata 60 naik menjadi 65 ini berarti ada peningkatan dari hasil proses. Demikian juga pada penilaian keterampilan secara individual tentang keterampilan membaca pantun dari rata-rata awal 65 pada siklus satu naik menjadi 75 dan pada siklus dua naik lagi menjadi 78 sehingga setiap ada perbaikan dari pembelajaran maka hasilnyapun akan naik. Oleh karena itu penelitian ini hanya dilakukan dua siklus karena telah mencapai hasil yang baik.

Hasil rata-rata dalam pembelajaran peningkatan kemampuan membaca pantun siswa pada Siklus I diperoleh nilai proses pada pertemuan pertama 60 dan pertemuan kedua 65 menghasilkan nilai rata-rata 62,5. Hal ini masih berada dibawah KKM sebesar 75 (75%).Oleh sebab itu karena berada dibawah KKM, maka penelitian dinyatakan meningkat belum maksimal. Sehingga perlu diadakan penelitian pada Siklus yang ke II dan pada Siklus II diperoleh data kemampuan membaca pantun menunjukkan nilai proses pada pertemuan pertama 70 dan pertemuan kedua 75, diperoleh rata-rata 77,5. Hal ini sudah berada di atas KKM sebesar 75 >- (75%). Oleh sebab itu karena berada di atas KKM, maka penelitian dinyatakan meningkat sudah maksimal (berhasil).Sehingga tidak perlu diadakan penelitianpada siklus berikutnya. Kemampuan yang telah disebutkan di atas sudah termasuk aktivitas siswa selama proses tindakan dalam teknik TGT. Dimana siswa dalam pembelajaran ini berusaha untuk tampil

(9)

dengan sebaik-baiknya sesuai dengan peran masing-masing peserta kelompok.

Tujuan utama penelitian tindakan kelas ini sebagaimana telah disebutkan dalam tujuan penelitian pada pendahuluan, adalah mendeskripsikan peningkatan proses belajar membaca pantun dan peningkatan hasil belajar membaca pantun siswa kelas X ATG SMALB Budi Mulya Kandat Kediri. PTK dilakukan karena pembelajaran di SMALB Kandat Kediri masih mengalami kesulitan untuk membaca dan menghapal dalam mencocokkan antara sampiran dan isi, dengan bahasa yang baik dan runtut, kurang adanya latihan membaca, belum menemukan strategi pembelajaran membaca pantun secara tepat, dan penelitian ini dilakukan untuk mengubah keadaan, kenyataan, karena pembelajaran membaca pantun di SMALB Budi Mulya Kandat baik proses maupun hasil rata-rata kelas masih dibawah 60% dan hasil setelah dilakukan PTK dengan dua siklus pembelajaran membaca pantun di SMALB Budi Mulya Kandat terbukti naik dari rata-rata kelas yang sebelumnya dibawah 60 menjadi 75-80. Hal ini tentunya sangat membantu siswa, terutama dalam proses membaca pantun ataupun hasil belajar siswa meningkat.

Adapun dalam penelitian yang penulis lakukan, terdapat beberapa temuan sebagai berikut. Keberhasilan guru dalam melaksanakan tugasnya ditentukan banyak faktor, salah satunya adalah persiapan yang direncanakan sebelum guru tersebut berdiri di depan kelas. Dengan pembelajaran peningkatan kemampuan membaca pantun melalui teknik TGT guru tnembuat rencana pelaksanaan pembelajaran yang didalamnya mencakup: (1) kompetensi dasar (2) indikator (3) hasil/pengalaman belaiar (4) alokasi waktu (5) materi pokok (6) evaluasi (7) jenis bentuk tes, dan(8) alat/media/sarana pembelajaran yang

ingin dicapai. Pada draf deskripsi pada mata pelajaran bahasa Indonesia Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Kompetensi dasar yang ingin dicapai adalah membaca pantun dengan lafal dan intonasi yang tepat.Indikator yang ingin dicapai adalah (1) siswa dapat membaca pantun dengan lancar, (2) siswa dapat membaca pantun dengan lafal yang tepat, (3) siswa dapat membaca pantun dengan intonasi yang tepat.Tujuan yang ingin dicapai adalah (I) siswa dapat membaca pantun dengan lafal dan intonasi yang tepat.Pencapaian kompetensi dasar, hasil belajar, indikator tersebut dalam penelitian membaca pantun dengan teknik TGT pada pelaksanaannya dilakukan tahap pembelajaran.

Dengan demikian data kita simpulkan bahwa kompetensi merupakan indikator yang menunjukkan kepada perbuatan yang bisa lakukan, dan sebagai konsep yang mencakup aspek-aspek pengetahuan, keterampilan nilai dan sikap serta tahap tahap pelaksanaannya secara utuh. Penelitian ini karena acuannya menggunakan kurikulum berbasis kompetensi maka dalam pelaksanaanya siswa diberi tugas-tugas yang berkaitan dengan kompetensi yang ingin dicapai.Kompetensi yang ingin dicapai dirancang pada setiap pembelajaran yaitu pada tahap penentuan materi membaca pantun, tahap latihan teknik TGT dan pelaksanaan teknik TGT.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan teknik TGT siswa tertarik agar dapat membaca pantun dengan lafal dan intonasi yang tepat.Hal ini tampak pada keantusiasan dalam rnengikuti pembelajaran yang dilakukan pada kegiatan membaca pantun dengan menggunakan teknik TGT. Motivasi membaca terlihat setiap siswa aktif membahas materi tentang membaca pantun.

Kesulitan yang dialami rata-rata mengenai kemampuan membaca pantun.

(10)

Hal ini dijelaskan dalam kegiatan membaca pantun, Kegiatan guru hanya membimbing siswanya untuk membaca pantun melalui teknik TGT, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan memfokuskan pada kemerdekaan kompetensi-kornpetensi tertentu oleh peserta didik, Dengan bantuan teknik TGT pada penelitian ini siswa diarahkan untuk menguasai kompetensi tertentu. Kompetensi yang diperoleh adalah dapat membaca pantun dengan lafal dan intonasi yang tepat.

Dalam pelaksanaan penelitian, diketahui bahwa siswa telah berhasil melakukan membaca pantun dengan teknik TGT. Keberhasilan yang ditunjukkan siswa dilakukan mulai menentukan pembentukan kelompok untuk teknik TGT.

Dalam kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Luar Biasa tujuan pembelajaran sudah dijabarkan pada indikator yang ada pada Kurikulum Satuan Pendidikan Luar Biasa.

Dalam mencapai tujuan pembelajaran acuannya adalah indikator yang akan dicapai berdasarkan kompetensi dasar yang tercantum dalam kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah membaca pantun, sedangkan indikator yang digunakan sesuai dengan yang tercantum dalam kurikulum tersebut adalah siswa membaca pantun dengan lancar, siswa membaca pantun dengan lafal yang tepat, siswa membaca pantun dengan intonasi yang tepat.

Dalam pelaksanaan pengajaran, guru diharapkan mampu menerapkan dalam pengajaran dengan menggunakan teknik-teknik pengajaran yang sejalan dengan metode-metode yang ditentukan dalam kurikulum. Karena semua unsur tersebut satu sama lain saling terkait yang diwujudkan dalam tindakan pengajaran dikelas. Dalam penelitian ini peran guru dapat dilihat dalam tahap-tahap pembelajaran yang dilakukan dalam kemampuan membaca pantun dengan menggunakan teknik TGT.

Tindakan yang dilakukan guru dalam kegiatan pendahuluan pembelajaran, inti pembelajaran dan penutup pembelajaran.

Tujuan yang ingin dicapai adalah siswa dapat membaca pantun dengan lafal dan intonasi yang tepat.

Kegiatan yang laksanakan siswa dalam membaca pantun melalui teknik TGT, siswa berhasil dalam membaca pantun melalui teknik TGT. Sehingga pada kegiatan proses belajar siswa dalam membaca pantun melalui teknik TGT dengan beberapa tahapannya.

Agar proses belajar dapat berlangsung secara efektif, semua faktor eksternal harus diperhatikan oleh setiap guru. Dalam kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan pada membaca pantun melalui teknik TGT, dimulai dari perencanaan tindakan dengan perangkat pembelajaran disusun dan dipersiapkan. Adapun perangkat pembelajaran meliputi silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, catatan observasi, catatan refleksi, catatan lapangan pedoman penilaian, membaca pantun baik penilaian proses belajar dan penilaian hasil belajar. Kesemuanya itu disusun sebagai sarat terjadinya interaksi belajar mangajar yang optimal.

Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan diakhiri dengan menutup pembelajaran dengan mengadakan refleksi. Apakah tujuan yang ingin dicapai sudah berhasil atau belum hal ini dilaksanakan pada akhir agar dapat melakukan kegiatan pada pembelajaran berikutnya akan lebih baik.

Sesuai perencanaan tindakan yang akan dilakukan dalam pembelajaran, peningkatan kemampuan membaca pantun dengan menggunakan teknik TGT. Metode tersebut antara lain metode ceramah, Tanya jawab penugasan dan demontrasi. Metode ceramah digunakan guru pada waktu penyampaian tujuan yang ingin dicapai. Guru menjelaskan ketika siswa mengemukakan pertanyaan. Pada

(11)

penutup guru menyampaikan kekurangan dan kelebihan pelaksanaan pembelajaran.

Metode diskusi pada penelitian ini digunakan pada penentuan salah satu topik membaca pantun.Kegiatan menentukan salah satu topik membaca pantun dapat memberikan masukan tentang membaca pantun melalui teknik TGT

Dalam penelitian peningkatan kemampuan membaca pantun melalui teknik TGT menunjukkan bahwa sarana yang dipakai dalam pembelajaran adalah: (1) ruang kelas yang dilaksanakan didalam kelas X ATG SMALB Budi Mulya Kandat Kabupaten Kediri. (2) menggunakan beberapa kartu pantun dengan warna yang berbeda. Kartu yang sudah dibagi oleh guru dikocok oleh siswa dan diteruskan oleh anggota kelompoknya.Pada kegiatan ini pola berfikir siswa mengarah pada cara-cara atau proses menjalankan teknik TGT dengan baik dan sempurna.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama dua siklus, berdasarkan seluruh pembahasan dan analisis, maka dapat disimpulkan: 1) dengan menggunakan teknik TGT proses pembelajaran membaca pantun siswa kelas X ATG mengalami peningkatan 2) dengan teknik TGT hasil kemampuan membaca pantun meningkat.

Pembelajaran dengan menggunakan teknik TGT memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I ( 65 ) dan siklus II ( 75 ).

Penerapan teknik TGT mempunyai pengaruh positif, yaitu meningkatkan motivasi siswa, meningkatkan percaya diri, dengan ditunjukkan rata-rata kelas naik.

Saran

Bagi guru Bahasa Indonesia khususnya guru ABK SMALB penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan peningkatan kemampuan membaca, terutama pembelajaran membaca pantun melalui teknik TGT. Bagi siswa kelas X ATG SMALB Budi Mulya diharapkan untuk membiasakan diri dalammengikuti pembelajaran menanamkan keaktifan, komunikatif, kerjasama dan keantusiasan karena dengan keaktifan, komunikatif, kerjasama dan keantusiasan motivasi secara sendirinya akan tertanam pada diri siswa. Dengan adanya motivasi yang berasal dari siswa itu sendiri, semangat dalam belajar, terutama pembelajaran membaca akan muncul dengan sendirinya. Bagi penyusun bahan ajar materi pembelajaran bahasa Indonesia kelas X ATG SMALB terutama dalam pembelajaran membaca agar memasukkan bahan ajar yang siswa dapat melakukan sendiri, dengan siswa terlibat langsung maka pengalaman belajar siswa akan berlangsung lebih lama.

Bagi penyusun kurikulum penelitian ini dapat dijadikan acuan alternatif dalam penyusunan kurikulum, terutama penggunaan teknik TGT yang digunakan dalam kompetensi yang ingin dicapai. Terutama di Pendidikan ABK masih mengalami kesulitan tindakan apa yang dilakukan untuk pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum yang ada.Bagi penelitian lain temuan penelitian ini dapat digunakan sebagai kajian awal untuk menemukan strategi pembelajaran dalam pembelajaran membaca pantun yang lebih efektif, sehingga pembelajaran membaca pantun yang selama ini ditingkat SLB hanya berupa teori-teori dapat diubah menjadi pembelajaran yang aktif kreatif dan menyenangkan, Oleh karena itu perlu

(12)

diadakan kajian berikutnya untuk memperkuat penelitian yang ada.

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, Suharsimi. 2006. Dasar Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksa

Departemen Pendidikan Nasional.Standar 2006 Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Jakarta. Direktur Pembinaan Sekolah Luar Biasa.

Delphie, Bandi. 2006.Pembelajaran Anak Tunagrahita.Bandung:PT Refika Aditama

Slavin,R.E. 2008. Cooperative Learning Theory Reseach and Practice. Bandung: Nusa Media.

Wiraatmaja, Rochiati, 2006. Metode Penilaian Tindakan Kelas. Bandung:Remaja Rosda Jaya Paizaluddin, Ermalinda. 2013.

Penelitian Tindakan

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian untuk reksa dana pendapatan tetap menunjukkan bahwa kinerja masa lalu, size, MER berpengaruh signifikan terhadap aliran dana ( fund flow )

Hasil dari ayakan (bubuk cangkang kerang darah) sebanyak 100 gram diproses melalui 3 tahapan yaitu deproteinasi, demineralisasi dan deasetilasi sehingga didapatkan

organisasi Ikhwanul Muslimin å. Di sela-sela masa itu, ia juga banyak membaca majalah Al-Manar yang diterbitkan oleh Muhammad Rasyid Ridha, salah seorang tokoh

Pelaksanaan pengukuran dan pengujian hasil hutan berupa kayu bulat jati dilaksanakan oleh tenaga teknis pengukuran dan pengujian yang mempunyai kualifikasi sebagai Tenaga

Pada dewasa muda yang menjalani long-distance relationship ini, ketika mereka sudah mengenal dan memahami pasangan dengan kata lain terdapat intimacy di dalam hubungan maka

• Kegiatan Teknologi Modifikasi Cuaca ditangani oleh Satgas Siaga Darurat Bencana Asap Akibat Kebakaran Hutan dan Lahan Prov. OKI, Ogan Ilir, Muara Enim, Banyuasin, Musi

Langkah yang diperlukan terkait penataan kapasitas kelembagaan adalah perbaikan manajemen kelembagaan diantaranya struktur kelembagaan, pola kepemimpinan, dan

Banyak masalah yang timbul akibat perilaku adiksi pada mahasiswa seperti mengalami penurunan prestasi, antisocial, membolos, bahkan banyak menghabiskan uang demi kepuasannya