• Tidak ada hasil yang ditemukan

*Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi ** Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "*Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi ** Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

32

ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN TARIF SECTIO CAESAREA

BERDASARKAN PERHITUNGAN RUMAH SAKIT DENGAN PERHITUNGAN

MENGGUNAKAN ACTIVITY BASED COSTING BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO

Pricilia Novriyanti Tanakotta*, S.L.H.V. Joyce Lapian*, Wulan P. J. Kaunang**

*Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi

** Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

ABSTRAK

Perkembangan usaha di Indonesia dalam dekade terakhir ini sangat berkembang. Akibat dari berkembangnya usaha tersebut adalah naiknya persaingan bisnis antar perusahaan. Setiap perusahaan harus memiliki strategi dan inovasi supaya tidak tenggelam dalam arus bisnis. Kini strategi dalam usaha tidak hanya di kembangkan oleh perusahaan profit. Perusahaan nonprofit juga semakin berkembang dan terus berinovasi dalam jasa pelayanannya. Dengan adanya hal tersebut, terjadi pula persaingan untuk mengambil kepercayaan pelanggan. Akhirnya rumah sakit pun berlomba-lomba memberikan jasa terbaik untuk mendapat kepercayaan pelanggan atau pasien rumah sakit. Penelitian ini adalah jenis penelitian komparatif yaitu suatu penelitian yang bersifat membandingkan. Penelitian ini membandingkan harga pokok tarif ruang rawat inap pasien yang telah digunakan di RSUP Prof. DR. R. D. Kandou dengan harga pokok tarif ruang rawat inap dengan metode Activity Based Costing. penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou belum bisa menggunakan metode Activity Based Costing dalam perhitungan tarif Sectio Caesarea dikarenakan rumah sakit tersebut belum memiliki fasilitas yang memadai untuk dilakukan pembagian sistem perhitungan Activity Based Costing. Tetapi ada elemen-elemen tertentu sudah memakai sistem perhitungan Activity Based Costing. Tetapi disini peneliti mencoba mengkaji perhitungan rawat inap tiap kelas bahwa di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado selama ini dalam menentukan tarif jasa rawat inap menggunakan metode tradisional (unit cost). Tarif untuk setiap kelas berdasarkan unit cost, yaitu untuk Kelas VIP sebesar Rp. 550.000,-, Kelas I sebesar Rp. 375.000,-, Kelas II sebesar Rp. 350.000,-, dan untuk Kelas III sebesar Rp. 300.000,-. Penentuan tarif tersebut oleh pihak rumah sakit mempunyai pertimbangan survey harga pasar (tarif pesaing) dan keadaan sosial masyarakat, sedangkan hasil perhitungan tarif jasa rawat inap dengan menggunakan metode ABC diperoleh hasil untuk Kelas VIP sebesar Rp. 179.484,-, Kelas I sebesar Rp. 106.500,-, Kelas II sebesar Rp. 81.000,-, dan Kelas III sebesar Rp. 63.000,-, sehingga perbandingan tarif jasa rawat inap dengan menggunakan metode tradisional dan metode ABC dapat diketahui bahwa dengan menggunakan metode Activity Based Costing memberikan hasil yang sudah sesuai untuk Kelas VIP dan Kelas I, II dan III untuk dibandingkan dengan metode tradisional.

ABSTRACT

Business development in Indonesia in the last decade is very developed. As a result of the development of these businesses is the rise of business competition between companies. Every company must have a strategy and innovation so as not to drown in the business flow. Now the strategy in the business is not only developed by the profit company. Nonprofit companies are also growing and continue to innovate in their services. With this, there is also competition to take customer trust. Finally, hospitals were competing to provide the best service to gain the trust of customers or hospital patients. This research is a kind of comparative research that is a comparative research. This study compares the cost of patient room inpatient tariff that has been used in RSUP Prof. DR. R. D. Kandou with the cost price of inpatient room with Activity Based Costing method. This study uses a quantitative approach. The results of this study indicate that the RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou has not been able to use Activity Based Costing method in Sectio Caesarea tariff calculation because the hospital does not have sufficient facilities for division of calculation system Activity Based Costing. But there are certain elements already using Activity Based Costing calculation system. But here the researcher tried to study the inpatient calculation of each class that in RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado has been in determining the tariff of inpatient services using the traditional method (unit cost). Tariff for each class based on unit cost, namely for VIP Class of Rp. 550.000, -, Class I Rp. 375.000, -, Class II of Rp. 350.000, -, and for Class III Rp. 300.000, -. The tariff determination by the hospital has consideration of market price survey (Competitor's tariff) and social condition of society, while the result of tariff calculation of inpatient service by using ABC method obtained result for VIP Class equal to Rp. 179.484, -, Class I of Rp. 106.500, -, Class II of Rp. 81.000, -, and Class III of Rp. 63.000, -, so the comparison of inpatient service tariff using traditional

(2)

33

method and ABC method can be seen that using Activity Based Costing method gives the result that is suitable for Class VIP and Class I, II and III to compare with traditional method.

PENDAHULUAN

Perkembangan usaha di Indonesia dalam dekade terakhir ini sangat berkembang. Akibat dari berkembangnya usaha tersebut adalah naiknya persaingan bisnis antar perusahaan. Setiap perusahaan harus memiliki strategi dan inovasi supaya tidak tenggelam dalam arus bisnis. Kini strategi dalam usaha tidak hanya di kembangkan oleh perusahaan profit. Perusahaan nonprofit juga semakin berkembang dan terus berinovasi dalam jasa pelayanannya.

Salah satu bentuk usaha nonprofit yang terus berkembang dan berinovasi adalah usaha jasa di bidang kesehatan seperti rumah sakit. Terbukti dari semakin banyaknya rumah sakit yang di bangun oleh swasta maupun pemerintah saat ini. Dengan adanya hal tersebut, terjadi pula persaingan untuk mengambil kepercayaan pelanggan. Akhirnya rumah sakit pun berlomba-lomba memberikan jasa terbaik untuk mendapat kepercayaan pelanggan atau pasien rumah sakit.

Menurut Undang-Undang no 44 (2009) Rumah sakit diselenggarakan berasaskan pancasila dan didasarkan kepada nilai kemanusiaan, etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak dan anti diskriminasi, pemerataan, perlindungan, dan keselamatan pasien, serta mempunyai faktor sosial. Bentuk fungsi tugas pelayanan dari

rumah sakit adalah penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit. Dalam memberikan jasa pelayanan tersebut, rumah sakit menggunakan perolehan pendapatan jasa salah satunya dari tarif pelayanan tindakan operasi seksio sesarea dibagian obstetri dan ginekologi.

Pelayanan terbaik merupakan salah satu tanggung jawab dari rumah sakit, maka rumah sakit dituntut untuk dapat memanfaatkan teknologi dan bidang kesehatan, bidang komunikasi, informasi, dan bidang transportasi yang dapat mendukung jasa pelayanan kesehatan sehingga rumah sakit mampu memberikan pelayanan terbaik. (Laksono, 2004).

Dalam pasal 3 Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 560/MENKES/SK/IV/2003 tentang pola tarif Rumah Sakit diperhitungkan atas dasar unit cost dari setiap jenis pelayanan dan kelas perawatan, yang perhitungannya memperhatikan kemampuan ekonomi masyarakat, standar biaya dan atau benchmarking dari rumah sakit yang tidak komersil (Gabriela,2012). Dari keputusan menteri tersebut, pemerintah maupun swasta yang mendirikan rumah sakit harus mulai sadar akan pentingnya perhitungan tarif yang

(3)

34

relevan dan sesuai dengan fasilitas yang diberikan kepada pasien.

Penentuan tarif tindakan operasi seksio sesarea di bagian obstetri dan ginekologi adalah suatu keputusan yang penting, karena dapat mempengaruhi penentuan biaya yang akurat berkenaan dengan biaya pelayanan yang diberikan. Dalam menentukan harga pokok produk, masih ada rumah sakit yang memakai sistem perhitungan akuntansi tradisional. Namun, distorsi biaya produk dapat terjadi pada sistem akuntansi biaya tradisional. (Carter,2009). Distorsi dapat menyebabkan undercost pada hasil produksi. Dalam sistem akuntansi biaya tradisional, distorsi biaya bisa terjadi dikarenakan struktur biaya yang rumit, yaitu struktur biaya yang memiliki biaya yang tidak berkaitan dengan volume dalam jumlah yang signifikan. Situasi lain yang menyebabkan distorsi biaya adalah lini produk yang beragam. (Carter,2009)

Rumah sakit merupakan salah satu perusahaan jasa yang menghasilkan keanekaragaman produk. Dimana output yang dijual lebih dari satu. Keanekaragaman produk pada rumah sakit mengakibatkan banyaknya jenis biaya dan aktivitas yang terjadi pada rumah sakit, sehingga menuntut ketepatan pembebanan biaya overhead dalam penentuan harga produk. (Fieda,2007)

Metode perhitungan yang tepat untuk berbagai rumah sakit agar tidak mengalami distorsi biaya dalam sistem

tradisional, adalah dengan menggunakan metode activity based costing. Metode tersebut sangat terekomendasi sebagai metode perhitungan tarif sewa di rumah sakit. Karena metode ini menggunakan cost driver yang berdasar pada aktivitas yang menimbulkan biaya, maka dianggap mampu mengalokasikan biaya aktifitas disetiap kamar secara tepat berdasarkan konsumsi masing-masing aktivitas. Activity based costing dapat meningkatkan ketelitian dalam perincian biaya dan ketepatan pembiayaan yang lebih akurat, serta dapat membantu perusahaan jasa dalam mengelola keunggulan kompetitif, kekuatan, kelemahan perusahaan secara efisien dengan mengukur aktifitas dan biaya aktifitas di dalam perusahaan jasa Rumah Sakit. (Hidayat,2012)

Penulis ingin menganalisa dan membandingkan metode perhitungan mana yang cocok dipakai rumah sakit, karena dalam jurnal- jurnal yang ada metode activity based costing menghasilkan tarif tindakan operasi seksio sesarea yang lebih besar dari tarif yang berlaku sebelum menggunakan metode activity based costing.

RSUP Prof. R. D. Kandou adalah rumah sakit milik pemerintah yang melayani bidang kesehatan warga di sekitar kota Manado. Dalam menghitung tarif tindakan operasi seksio sesarea dibagian Obstetri dan Ginekologi, rumah sakit ini belum memakai sistem akuntansi activity based costing. Rumah sakit ini masih memakai sistem

(4)

35

akuntansi biaya tradisional. Penentuan tarif tindakan operasi seksio sesarea dengan menggunakan metode tradisional akan menghasilkan hasil yang kurang akurat. Menurut Rudianto (2013) sistem akuntansi tradisional menekankan pada tujuan penentuan harga pokok produk yang dijual. Akibatnya, sistem ini hanya menyediakan informasi yang relatif sangat sedikit untuk mencapai keunggulan dalam persaingan global. Akuntansi tradisional juga kurang menekankan pentingnya daur hidup, sehingga menyebabkan distorsi harga pokok daur hidup produk. Sedangkan activity based costing menurut Siregar (2013) mampu memberi pengukuran profitabilitas yang lebih baik lagi. Biaya setiap aktivitas dapat dibebankan dengan lebih akurat dan terperinci ke dalam produk atau jasa sehingga hasil mudah di telusur. Selain itu, profitabilitas juga menjadi lebih mudah ditelusur. Activity based costing juga dapat membuat keputusan yang lebih baik. Informasi penggunaan aktivitas yang lebih detail menjadikan manajemen dapat menganalisis hasil dari suatu aktivitas sehingga dapat memberi dasar keputusan yang lebih akurat.

Berdasarkan latar belakang diatas, pentingnya perhitungan tarif tindakan operasi seksio sesarea membuat penulis ingin menganalisa perhitungan yang dipakai oleh rumah sakit setempat, karena ternyata masih ada rumah sakit yang belum memakai metode perhitungan activity based costing. Penulis

juga ingin mengimplementasikan metode activity based costing di RSUP Prof. R. D. Kandou. Sehingga penulis memberi judul penelitian “Analisis Perbandingan Penetapan Tarif Pelayanan Seksio Sesarea bagian Obstetri dan Ginekologi Berdasarkan Metode Activity Based Costing di RSUP Prof. R. D. Kandou Manado.

METODE

Penelitian ini adalah jenis penelitian komparatif yaitu suatu penelitian yang bersifat membandingkan. Penelitian ini membandingkan harga pokok tarif ruang rawat inap pasien yang telah digunakan di RSUP Prof. DR. R. D. Kandou dengan harga pokok tarif ruang rawat inap dengan metode Activity Based Costing. penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Tempat Penelitian

Penelitian ini direncanakan akan dilakukan di RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado.Waktu Penelitian

Pengambilan data direncanakan akan dilaksanakan pada bulan Maret s/d April 2017. Subjek dari penelitian ini adalah RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado. Objek penelitian ini adalah data-data yang berhubungan dengan metode Activity Based Costing dan metode tradisional tahun 2016. Data-data yang dimaksud seperti profil RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado, struktur organisasi, data tarif rawat SC, data jumlah pasien rawat inap, data lama hari

(5)

36

pasien, tarif konsumsi tiap kelas, data penggunan listrik, data luas bangunan RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado tiap kelas, data fasilitas rawat inap, daftar tarif ruang rawat inap yang digunakan rumah sakit yang akan dijadikan sebagai bahan perbandingan dengan metode dalam penelitian ini.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Setiap rumah sakit baik rumah sakit swasta maupun rumah sakit pemerintah wajib menetapkan tarif sebagaimana amanat Peraturan Menteri Kesehatan dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Tarif adalah sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan kegiatan pelayanan kesehatan di rumah sakit yang dibebankan kepada masyarakat sebagai imbalan atas jasa yang di terimanya (Depkes RI, 2001). Penentuan tarif rumah sakit harus memperhitungkan kemampuan ekonomi masyarakat umum. Perhitungan dalam penentuan tarif jasa rawat inap dilakukan dengan cara menjumlahkan biaya tetap dan biaya variabel dibagi dengan jumlah hari rawat inap. Penentuan tarif dari pihak RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado mengkategorikan biaya-biaya menjadi 2 (dua) macam, yaitu :

a. Biaya tetap

Biaya-biaya yang termasuk ke dalam kategori biaya tetap disini adalah biaya administrasi, biaya depresiasi gedung dan depresiasi fasilitas

b. Biaya variabel

Biaya variabel adalah biaya operasional unit rawat inap yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan produksi yang bersifat habis pakai atau waktu relatif singkat. Biaya yang termasuk biaya variabel adalah biaya perawat, biaya konsumsi, biaya listrik dan air, biaya laundry, dan biaya kebersihan.

Activity Based Costing system adalah sistem akuntansi biaya yang terdiri atas 2 (dua) tahap yaitu pertama melacak biaya pada berbagai aktivitas dan kemudian ke berbagai produk. Mulyadi (2007) berpendapat bahwa perhitungan biaya berdasarkan aktivitas adalah penentuan harga pokok produk atau jasa secara cermat bagi keputusan manajemen dengan mengukur secara cermat konsumsi sumber daya dalam setiap aktivitas yang digunakan untuk menghasilkan produk atau jasa.

Hasil penelitian yang sesuai bahwa perhitungan tarif jasa rawat inap dengan Activity Based Costing system pada RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado telah mengalokasikan biaya-biaya berdasarkan aktivitas yang ada di unit rawat inap. Masing-masing aktivitas mempunyai cost driver yang menjadi pemicu dari setiap biaya yang timbul. Manfaat yang diperoleh dari perhitungan tarif jasa rawat inap dengan Activity Based Costing system di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado adalah menyajikan biaya jasa rawat inap yang lebih akurat, sehingga dapat menetapkan harga pokok rawat inap yang

(6)

37

lebih baik. Selain itu, biaya-biaya yang ada di unit rawat inap juga lebih terperinci dalam perhitungan tarifnya. Hal tersebut dapat membantu pihak manajemen rumah sakit dalam pengambilan keputusan yang lebih baik untuk penentuan tarif jasa rawat inap.

Manfaat tersebut mengacu pada pendapat Garisson, dkk., (2006) yaitu metode perhitungan biaya yang dirancang untuk menyediakan informasi biaya bagi manajer dalam mengambil keputusan strategis dan keputusan lainnya yang mungkin akan mempengaruhi kapasitas dan biaya tetap, sehingga metode Activity Based Costing merupakan sistem akuntansi biaya yang menyediakan informasi biaya (cost) produk atau jasa secara akurat, dan informasi yang diperoleh tersebut dapat digunakan sebagai dasar yang dapat diandalkan dalam penetapan kebijakan harga jual produk atau jasa.

Hasil penelitian bahwa di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado selama ini dalam menentukan tarif jasa rawat inap menggunakan metode tradisional (unit cost). Tarif untuk setiap kelas berdasarkan unit cost, yaitu untuk Kelas VIP sebesar Rp. 550.000,-, Kelas I sebesar Rp. 375.000,-, Kelas II sebesar Rp. 350.000,-, dan untuk Kelas III sebesar Rp. 300.000,-. Penentuan tarif tersebut oleh pihak rumah sakit mempunyai pertimbangan survey harga pasar (tarif pesaing) dan keadaan sosial masyarakat, sedangkan hasil perhitungan tarif jasa rawat inap dengan menggunakan metode ABC

diperoleh hasil untuk Kelas VIP sebesar Rp. 179.484,-, Kelas I sebesar Rp. 106.500,-, Kelas II sebesar Rp. 81.000,-, dan Kelas III sebesar Rp. 63.000,-, sehingga perbandingan tarif jasa rawat inap dengan menggunakan metode tradisional dan metode ABC dapat diketahui bahwa dengan menggunakan metode Activity Based Costing memberikan hasil yang sudah sesuai untuk Kelas VIP dan Kelas I, II dan III untuk dibandingkan dengan metode tradisional.

Hasil perhitungan harga pokok jasa rawat inap pasien sesungguhnya dapat diketahui dengan menggunakan sistem Activity Based Costing. Hal tersebut dikarenakan dalam perhitungan harga pokok jasa rawat inap pasien dilakukan dengan cara penelusuran ke aktivitas-aktivitas yang mengkonsumsi sumber daya pada jasa rawat inap. Aktivitas-aktivitas yang mengonsumsi sumber daya pada jasa rawat inap di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado adalah aktivitas perawatan pasien, konsumsi pasien, Laundry, kebersihan, penggunaan tenaga listrik, penggunaan air, jasa administrasi, penyusutan bangunan, dan penyusutan fasilitas. Pada kenyataannya aktivitas-aktivitas yang mengkonsumsi sumber daya pada jasa rawat inap di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado sebagian besar terdapat perbedaan pada masing-masing kelasnya, misalnya perbedaan pada konsumsi, fasilitas yang tersedia, perawatan dokter, penyusutan gedung, listrik dan kebersihan. Hal tersebut

(7)

38

yang menjadi dasar perbedaan pembebanan biaya pada masing-masing kelas.

Rumah sakit dalam memberikan pelayanan atau perawatan untuk pasien pada semua ruang kelas umumnya adalah sama. Pihak manajemen rumah sakit menempatkan dokter umum maupun dokter spesialis tanpa membedakan kelas tetapi disesuaikan dengan kebutuhan atau permintaan pasien sehingga pasien dapat memilih dokter yang diinginkan untuk mendiagnosis penyakitnya. Sebenarnya aktivitas pelayanan yang diberikan oleh dokter kepada pasien pada Rumah Sakit Umum Pusat Prof. Dr. R. D. Kandou adalah sama tanpa memandang keadaan pasien dari kelas mana mereka berasal, akan tetapi terdapat sedikit perbedaan dalam penanganan dokter terhadap pasien, misalnya pada pasien kelas III dokter kunjung umumnya akan lebih singkat daripada dokter kunjung pada kelas VIP. Dokter melakukan tugasnya sesuai dengan keahlian yang dimilikinya, mulai dari kesiapan dalam menangani keluhan pasien, pengecekan kondisi pasien tepat waktu sesuai dengan jadwal kunjung dan selalu menjaga kesopanan serta keramahan dalam memberikan pelayanan kepada pasien. Aktivitas perawatan yang diberikan oleh perawat kepada semua pasien juga sama. Rata-rata perawat yang bertugas telah berpengalaman dalam melayani pasien, para perawat dapat lebih cekatan, lebih responsif dalam menangani pasien, lebih sabar dan ramah terhadap pasien, lebih mengetahui

keluhan atau sesuatu yang dibutuhkan oleh pasien. Biaya aktivitas untuk perawatan pasien yang di anggarkan dalam satu tahun sebesar Rp 2.035.883.000, jika dihitung berdasarkan tarif per unit cost driver maka rata-rata per hari/pasien menghabiskan biaya perawatan sebesar Rp 186.078. Angka ini jauh diatas biaya tarif yang telah ditetapkan rumah sakit berdasarkan PERDA, yaitu untuk kelas VIP Rp 350.000, kelas I Rp 235.000, kelas II Rp 125.000 dan kelas III Rp 95.000. Dari hasil perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam menentukan biaya perawatan pasien per hari RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou masih berada dibawah biaya yang sebenarnya. Untuk itu diharapkan kepada pihak manajemen rumah sakit untuk segera memperbaharui biaya perawatan pasien agar tidak mengakibatkan kerugian dan pembebanan biaya yang tinggi kepada penyedia layanan.

Aktivitas Laundry meliputi kegiatan untuk menyediakan linen bersih kepada pasien rawat inap seperti seprei, sarung bantal, guling dan lain-lain. Aktivitas ini hampir sama di masing-masing kelas perawatan. Untuk biaya laundry yang dianggarkan dalam satu tahun sebesar Rp 94.032.000, jika dihitung berdasarkan tarif per unit cost driver maka rata-rata biaya laundry per hari/pasien menghabiskan biaya sebesar Rp 8.591. Angka ini berbeda dengan biaya yang ditentukan sesuai tarif yang ditetapkan RSUP. Prof, Dr. R.D. Kandou, yaitu untuk

(8)

39

kelas VIP Rp 8.000, kelas I Rp 5.500, kelas II Rp 3.000 dan kelas III Rp 1.500. Dari hasil perhitungan ini dapat disimpulkan bahwa dalam menentukan biaya laundry per pasien/hari RSUP Prof. Dr R.D. Kandou masih berada dibawah biaya yang sebenarnya. Untuk itu diharapkan kepada pihak manajemen rumah sakit untuk segera memperbaharui biaya laundry pasien agar tidak mengakibatkan kerugian dan pembebanan biaya yang tinggi kepada penyedia layanan.

Biaya aktivitas dalam memelihara kebersihan lingkungan rumah sakit sangat di perlukan. Dengan adanya lingkungan yang bersih, maka pasien akan merasa nyaman dan akan mempercepat proses penyembuhan. Komponen biaya kebersihan terdiri dari biaya penyediaan bahan dan alat kebersihan, biaya penyediaan sabun, dan alat pembersih, serta tenaga kerja kebersihan yang menyewa pegawai outsourcing..

Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui pula bahwa dalam perhitungan harga pokok jasa rawat inap pasien dengan sistem activity based costing menggunakan baik unit maupun non unit based cost driver. Sehingga hal ini lebih tepat untuk menentukan tarif rawat inap, karena menunjukkan konsumsi sumber daya yang sebenarnya. Selama ini Rumah Sakit Umum Pusat Prof. Dr. R. D. Kandou dalam penentuan tarifnya berdasarkan metode tradisional yang akan menimbulkan distorsi biaya dan tidak dapat

digunakan untuk menyusun strategi biaya yang mengarah pada diferensiasi produk karena tidak dapat menyajikan informasi biaya yang akurat. Hal ini menyebabkan pihak rumah sakit tidak mengetahui distribusi laba rugi dari tiap-tiap kelas yang sebenarnya. Pengetahuan atas biaya dari berbagai aktivitas utama perusahaan memungkinkan para manajer untuk memfokuskan diri pada aktivitas-aktivitas yang memberikan peluang penghematan biaya dengan menyederhanakan aktivitas, melaksanakan aktivitas yang lebih efisien atau meniadakan aktivitas yang tidak bernilai tambah, karena pendapatan dan biaya rawat inap merupakan hal terpenting pada sebuah rumah sakit. Sehingga metode activity based costing sangatlah tepat jika diterapkan pada penentuan biaya rawat inap, karena ABC menulusuri biaya berdasarkan aktivitas. Perhitungan harga pokok jasa rawat inap pasien tiap kelas rawat inap yang akurat dapat dilakukan dengan adanya metode ABC.Selain itu, rumah sakit juga dapat mengetahui kontribusi laba dari masing-masing kelas kamar, sehingga hal ini dapat memberikan informasi yang akurat bagi kebijakan manajemen dalam rangka pengembangan rumah sakit. Keuntungan lain

mengenai kemungkinan

diimplementasikannya sistem activity based costing sebagai sistem biaya alternatif di dalam perusahaan yaitu memungkinkan manajemen melakukan perbaikan secara terus-menerus terhadap semua aktivitas

(9)

40

perusahaan yang tidak bernilai tambah untuk mengurangi konsumsi biaya overhead.

Pada penerapan sistem activity based costing, akuntansi biaya yang lebih baik melaporkan angka biaya yang lebih akurat dalam mengukur seberapa besar aktivitas atau kegiatan, produk dan konsumen menggunakan sumber daya yang berbeda dari perusahaan (Mulyadi, 2003). Dalam perhitungan sistem activity based costing, menunjukkan bahwa pembebanan biaya menurut aktivitas konsumsi sumber daya diberlakukan pada masing-masing biaya ke perhitungan tarif rawat inap pasien, sehingga hal ini berpengaruh terhadap pembebanan pasien, artinya bahwa biaya yang dikeluarkan pasien lebih ringan bila dibandingkan dengan menggunakan tarif rawat inap sebelumnya. Penyajian laporan keuangan bagi pihak luar perusahaan dalam perhitungan sistem activity based costing, informasi biaya produk yang dihasilkan harus disesuaikan ke biaya produk. Dengan demikian penentuan tarif yang hanya mengacu pada persaingan tarif dengan pesaing jelas tidak dapat menyediakan fakta yang dibutuhkan oleh manajemen untuk pengelolaan terhadap operasi perusahaan. Penelitian Maretandra (2014) juga menjelaskan bahwa dengan penerapan sistem

activity based costing akan dapat

membebankan biaya produksi pada produk lebih akurat dari pembebanan dengan menggunakan sistem pembebanan biaya tradisional. Penerapan sistem activity based

costing tidak hanya pada perusahaan

manufaktur maupun perusahaan dagang, akan tetapi juga dapat diterapkan pada perusahaan jasa. Penerapan sistem activity based costing yang menghasilkan tarif rawat inap yang sesuai dengan sumber daya yang dikonsumsi oleh masing-masing kelas, maka diharapkan manajemen dapat meningkatkan mutu pelayanan khususnya dibidang pelayanan rawat inap dengan tarif kompetitif, sehingga RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou dapat terus berkembang dan tetap bertahan di tengah persaingan yang semakin ketat di era globalisasi.

KESIMPULAN

Setelah melaksanakan penelitian dan menganalisis data yang diperoleh, maka dapat ditarik kesimpulan, yaitu :

1. Hasil perhitungan tarif rawat inap pada RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado menggunakan metode activity based costing untuk kelas VIP sebesar Rp 179.484, Kelas 1 sebesar Rp 106.300, Kelas II sebesar Rp 81.000, dan untuk kelas III sebesar Rp 63.000 Sedangkan tarif rawat inap yang telah ditentukan RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado tahun 2015 untuk kelas VIP sebesar Rp 550.000, untuk kelas 1 sebesar Rp 375.000, untuk kelas II sebesar Rp 350.000, dan untuk kelas III sebesar Rp 300.000.

(10)

41

2. Terdapat perbedaan yang signifikan pada

harga pokok tarif rawat inap RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado mengunakan metode activity based costing dengan tarif rawat inap yang telah ditentukan RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.

3. Untuk saat ini rumah sakit belum bisa mengambil manfaat dari kemungkinan diimplementasikannya sistem Activity Based Costing (ABC) dimana rumah sakit memiliki kemungkinan kerugian dan ketidak seimbangan antara pembiayaan dan pendapatan. Dilihat dari berbagai karakteristik keanekaragaman atau diversitas yang sangat besar pada produk-produk yang dihasilkan, proses produksinya, sistem Activity Based Costing (ABC), kondisi persaingan yang dimiliki oleh Rumah Sakit Umum Pusat Manado tidak memungkinkan untuk diterapkannya sistem Activity Based Costing (ABC).

SARAN

Saran yang diberikan berdasarkan hasil perhitungan harga pokok rawat inap dapat ditinjau kembali atau dilakukan pemabaruan kembali tarif untuk menggunakan metode activity based costing agar pendapatan dan pengeluaran rumah sakit memiliki keuntungan yang merata dengan dapat menghadapi ketatnya persaingan dari usaha sejenis adalah sebagai berikut:

1. RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado perlu meninjau kembali metode penetapan

tarifnya dengan mencoba menerapkan sistem perhitungan biaya metode activity based costing sebagai metode penetapan tarif jasa rawat inap agar mampu menghasilkan tarif yang lebih tepat sesuai dengan indeks kerja unit dan individu 2. Tarif yang telah ditetapkan oleh RSUP

Prof. Dr. R. D. Kandou Manado mempunyai selisih yang sangat tinggi jika dibandingkan dengan harga menggunakan metode ABC.

3. Dengan meninjau kembali dan melakukan penghematan terhadap fasilitas-fasilitas pada masing-masing kelas diharapakan akan meningkatkan pendapatan, karena pendapatan dari jasa rawat inap merupakan pendapatan terbesar sebuah rumah sakit yang merupakan faktor penentu keberlangsungan sebuah organisasi rumah sakit.

DAFTAR PUSTAKA

Alvina, Y., A. Maidin, dan B. Bahar. 2014. Biaya Tindakan Medik Sectio Caesaria Berdasarkan Activity Base Costing System di Kamar Operasi Instalasi Rawat Darurat RSUD Ampana kabupaten Tojo Una-Una. Tesis. Pascasarjana. Bagian Administrasi Rumah Sakit. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Ambariani, A.S., dan Y. Mahendradata. 2015. Kajian Penentuan Besaran Unit Cost,

(11)

42

Penyerapan Klaim INA-CBG’s, dan Kebijakan Pemanfaatan Dana Sisa dalam Monitoring Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Penelitian Kebijakan Kesehatan dan Kedokteran. Australian AID. Yogyakarta.

Aulia, S., Supriadi, D.K. sari, dan A. Mutiha. 2016. Cost Recovery rate Program jaminan Kesehatan Nasional BPJS Kesehatan. Program Vokasi Universitas Indonesia. Jurnal Akuntabilitas. Vol.8(2):111-120.

Anonimous, 2009. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

Anonimous, 2014a. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Sistem Indonesian Case Base Groups (INA-CBGs).

Anonimous, 2014b. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2014 tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan Dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan.

Hamka, F. 2010. Analisis Biaya Satuan Tindakan Sectio Caesarea Paket Hemat A di Rumah Sakit X Tahun 2009. Tesis. Pascasarjana. Kajian Administrasi Rumah Sakit. Universitas Indonesia. Depok.

Kusumaningtyas, D.R.S., L. Kresnowati, dan D. Ernawati. 2013. Analisis Perbedaan Biaya Riil Rumah Sakit dengan Tarif INA-CBG’s untuk Kasus Persalinan dengan Sectio Caesaria pada Pasien Jamkesmas di RSUD Tugurejo Semarang Triwulan I Tahun 2013. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Dian Nuswantoro. Semarang.

Makkasau, K. 2008. Metode Penetapan Tarif Berdasarkan Relative Value Unit pada Unit Bedah Rumah Sakit di Provinsi Sulawesi Selatan. Tesis. Program Pascasarjana. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Muttaqien A.R.M, N.B. Noor, dan S.A. Pasinringi. 2014. Perbandingan Tarif Tindakan Operasi Berdasarkan Relative Value Unit (RVU), Indonesia Case Based Groups (INA-CBG`s) dan Tarif

Kolegium. Tesis. Pascasarjana.

Universitas Hasanuddin. Makassar. Putri, M.I. 2013. Analisis Perhitungan Tarif

Rawat Inap Rumah Sakit dengan Metode Activity Based Costing di RSUD Sunan Kalijaga Demak. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Dian Nuswantoro. Semarang.

Pribadi, F. 2016.Stategi Dalam Mengantisipasi INA-CBGs di Rumah Sakit.

(12)

43

http://firmanpribadi.staff.umy.ac.id/

Diaksespada 1 Oktober 2016.

Ratmaya, K.A. 2012. Perhitungan Biaya Kamar Operasi Menggunakan Activity Based Costing di Rumah Sakit Umum Puri Raharja. Tesis. Pascasarjana. Program Studi Kajian Administrasi Rumah Sakit. Universitas Indonesia. Jakarta.

Sari, R. P. 2014.PerbandinganBiaya Riil Tarif Paket INA-CBG’s dan Analisis Faktor yang Mempengaruhi Biaya Riil Pada Pasien Diabetes Mellitus Rawat Inap Jamkesmas di RSUP DR. Sarjito

Yogyakarta. Jurnal Spread. Vol 4 (1) : 61 – 70.

Widyastuti, A. 2013. Evaluasi Implementasi INA-CBG’s Kasus Diabetes Mellitus Pasien Jamkesmas Rawat Inap di RSUP A. Wahab Sjahranie Samarinda.Tesis Program Studi S 2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Gajah Mada.Yogyakarta.

Yulianto, R. 2013. Implementasi polatarif INA-CBG Dalam Era Jaminan Kesehatan Nasional.Nasional Casemix Center Kementerian Kesehatan RI. Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

 Premium  Solar  Pertamax  Pertamax Plus  Bio Pertamax Banyaknya kandungan CO yang dihasilkan dari tiap jenis kendaraan bermotor dengan bahan bakar yang digunakan

1 Populasi pada penelitian ini adalah seluruh mahasiswa aktif dan alumni di jurusan Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Antasari Banjarmasin angkatan

15 AMRI SHABIRIN FMIPA Pendidikan Biologi 16 Ananda Aprilia FMIPA Pendidikan Fisika 17 Andi Kurnia FMIPA Pendidikan Matematika 18 andi tri hermawan FT pendidikan

Pada Tabel 3 terlihat bahwa ransum yang tertampung dalam tempat minum untuk bentuk tempat pakan yang relatif letaknya jauh dari tempat minum dengan jenis rasum kering (Tipe I vs

Lebih lanjut, Jawaher menjelaskan bahwa apabila semua bentuk kerjasama itu dan dilakukan secara intens maka diharapkan anak-anak tunagrahita mampu secara perlahan

Persaingan dunia usaha yang semakin ketat menimbulkan tantangan bagi perusahaan untuk menjalankan perusahaannya secara berkelanjutan, yang salah satunya adalah dengan

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian adalah purposive sampling, yaitu pemilihan sekelompok subyek berdasarkan atas ciri-ciri atau sifat-sifat

Pengujian kedua menggunakan turbin aliran silang dengan busur sudu 74 o dan jumlah sudu 24 yang dibuat dari pipa dibelah, runner yang digunakan ini adalah runner yang dibuat