• Tidak ada hasil yang ditemukan

First , the more frequent land conflicts and disputes occurring in most parts of

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "First , the more frequent land conflicts and disputes occurring in most parts of"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

First

, the more frequent land conflicts and

disputes

occurring

in

most

parts

of

Indonesia. These land disputes can involve

various parties both among/between certain

governmental institution and the people,

between people and institutions and the

people,

between

people

and

investors,

among/between governmental institution,or

among the people themselves. The disputes

can also take place in almost all sectors;

industries,tourism, mining, forestry, etc.

(3)

Second, land ownership and land tenure are concentrated in the hands of a small group of people. In rural areas this concentration of land tenure can be seen from the results of agricultural censuses of the last few decades. The agriculture census of 1993 shows that 69% of agricultural landwas under the control of 16% of rural households while 31% of agricultural land is controlled by small and landless farmers, which contribute to 84% of rural households. On the other hand, in the last three decades, the average size of land tenure of agricultural household’s is decreasing, namely from 1.05 hectare in 1983 to 0.74 hectare in 1993, and this number is predicted to be falling sharply in agriculture census in 2003.

(4)

Third,

the weak legal guarantee over land can

be seen through the lack of protection of

people’s

rights over land, especially the poor

group. In the last couple of years there have

been processes of land takeover, including

the ulayat land controlled by a certain

indigenous group, or various needs without

sufficient protection.

(5)

Istilah

land reform

mempunyai arti yang sangat luas. Di dalam artikelnya

Toward a Theory of Land Reform

,

Michael Lipton

menunjukkan, jika kita

mencoba untuk membuat definisi land reform maka akan menimbulkan

tiga masalah yaitu:

They may be insufficient

and an insufficient definition of land reform

permits something not correctly or normally counted as land reform to

slip in.

Definitions may be more than sufficient

A more than sufficient

definition of land reform excludes something correctly or normally

counted as land reform.

(6)

H. Beers

:

(7)

Karena pengertiannya luas,

land reform

diartikan

berbeda-beda menurut pengertian tertentu yang

berlainan pada setiap disiplin. Tetapi Russel King

menunjukkan

bahwa

pada

umumnya

perbedaan

pengertian dan definisi menyoroti 2 pengertian secara

umum:

a.

Land reform is invariably a more or less direct, publicly controlled

change in the existing character of land ownership.

(8)

Dalam kasus-kasus tanah land reform, dikenal

dengan

agrarian

reform

sekedar

untuk

memberikan pengertian perubahan dalam

gambaran secara menyeluruh.

Sebaliknya, beberapa fihak menerjemahkan

land reform secara sempit dan tradisional yaitu

sebagai alat untuk mengadakan penyediaan

tanah bagi penggarap , yang biasanya dikenal

sebagai redistribusi tanah atau dianggap

(9)

1. Menurut PBB agrarian reform mencakup hal sebagai berikut :

2. Land tenure, the legal customary system under which land is owned;

3. The redistribution of ownership of farm property between large estate and peasant farms of various sizes;

4. Land tenancy, the system under which land is operated its product divided between operator and owner;

5. The organisation of credit, production and marketing; 6. The mechanism through which agriculture is financed;

7. The burdens imposed on rural population by government in the form of taxation;

(10)

Land Reform secara luas di Indonesia adalah berupa Agrarian Reform

(“Panca Program”), yaitu:

1.

Pelaksanaan pembaharuan hukum agraria, melalui unifikasi hukum

yang berkonsepsi nasional dan pemberian jaminan kepastian hukum;

2.

Penghapusan terhadap segala macam hak-hak asing dan

konsesi-konsesi kolonial atas tanah;

3.

Diakhirinya kekuasaan para tuan tanah dan para feodal atas tanah

yang telah banyak melakukan pemerasan terhadap rakyat melalui

penguasaan tanah secara berangsur-angsur;

4.

Perombakan mengenai pemilikan dan penguasaan tanah serta

berbagai hubungan-hubungan hukum yang berkaitan dengan

pengusahaan

atas

tanah

dalam

mewujudkan

pemerataan

kemakmuran dan keadilan;

5.

Perencanaan persediaan, peruntukan bumi, air dan kekayaan alam

(11)

merupakan tindakan-tindakan dalam rangka Agrarian

Reform Indonesia,

melakukan

perombakan

mengenai

pemilikan

dan

penguasaan tanah serta berbagai hubungan-hubungan

hukum yang berkaitan dengan pengusahaan atas tanah

(termuat dalam butir 4 diatas).

Selanjutnya dalam pengkajian ini istilah Land Reform akan

(12)

Dewan Pertimbangan Agung-RI

dalam usulnya tentang

“Perombakan

hak tanah dan

penggunaan tanah menyatakan, bahwa land reform

bertujuan:

“agar

masyarakat adil dan makmur dapat

terselenggara dan khususnya taraf hidup tani meninggi dan

taraf hidup seluruh rakyat jelata

meningkat”

.

Selanjutnya land reform bertujuan untuk:

“memperkuat

dan

(13)

Menteri Agraria Sadjarwo dalam pidatonya tanggal 12 September 1960 yang mengantarkan RUU Pokok Agraria di muka sidang Pleno DPR-GR menyatakan bahwa tujuan Land Reform di Indonesia adalah:

1. untuk mengadakan pembagian yang adil atas sumber penghidupan rakyat tani berupa tanah, dengan

maksud agar ada pembagian hasil yang adil pula, dengan merombak struktur pertanahan sama sekali secara revolusioner, guna merealisir keadilan sosial;

2. untuk melaksanakan prinsip “tanah untuk tani”, agar tidak terjadi lagi tanah sebagai obyek spekulasi

dan alat pemerasan;

3. untuk memperkuat dan memperluas hak milik atas tanah bagi setiap warga negara Indonesia, baik

laki-laki maupun perempuan yang berfungsi sosial. Suatu pengakuan dan perlindungan terhadap privaat bezit, yaitu hak milik sebagai hak yang terkuat, bersifat perorangan dan turun temurun, tetapi berfungsi sosial;

4. untuk mengakhiri sistem tuan tanah dan menghapuskan pemilikan dan penguasaan tanah secara

besar-besaran dengan tak terbatas, dengan menyelenggarakan batas maksimum dan batas minimum untuk tiap keluarga. Dengan demikian mengikis sistem liberalisme dan kapitalisme atas tanah dan memberikan perlindungan terhadap golongan ekonomi lemah;

5. untuk mempertinggi produksi nasional dan mendorong terselenggaranya pertanian yang intensif

(14)

Presiden Soekarno dalam Pidato JAREK (Jalannya Revolusi Kita), yaitu pidato tanggal 17 Agustus 1960, menyatakan mengenai land reform :

1. “Melaksanakan land reform berarti melaksanakan

satu bagian yang mutlak dari Revolusi Indonesia. Revolusi Indonesia tanpa land reform adalah sama saja dengan omong besar tanpa isi”.

2. Di dalamnya disitir pernyataan Perserikatan

(15)

1. Landasan Idiil: Pancasila

2. Landasan Konstitusional: Pasal 33 ayat 3 UUD 1945

3. Landasan Operasional:

4. Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) pasal 7, 10, 13, 15, 17 dan 53; 5. Undang-Undang (UU) nomor 56/Prp/1960 tentang Penetapan Luas Tanah

Pertanian;

6. UU nomor 2/1960 tentang Perjanjian Bagi Hasil Tanah Pertanian;

7. Peraturan Pemerintah (PP) nomor 224/1961 tentang Pelaksanaan Pembagian

Tanah dan Pemberian Ganti Rugi;

8. PP nomor 41/1964 tentang Perubahan dan tambahan PP nomor 224/1961; 9. PP nomor 4/1977 tentang Pemilikan Tanah Pertanian secara Guntai

(Absentee) Bagi Para Pensiunan Pegawai Negeri;

10. Peraturan Menteri Dalam Negeri (PMDN) nomor 15/1974 tentang Pedoman

Tindak Lanjut Pelaksanaan Land Reform;

11. Instruksi Presiden (Inpres) nomor 13 tahun 1980 tentang Pedoman

Pelaksanaan UU no. 2/1960;

12. Keputusan Presiden (Keppres) nomor 54/1980 tentang Kebijaksanaan

Pencetakan Sawah;

13. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) nomor 3/1991 tentang

Pengaturan Penguasaan Tanah dan Obyek Land Reform Secara Swadaya;

(16)

1.

Larangan

penguasaan

tanah

melebihi

batas

maksimum;

2.

Larangan pemilikan tanah secara guntai/absentee;

3.

Redistribusi tanah-tanah yang selebihnya dari batas

maksimum, tanah-tanah yang terkena larangan

“absentee”,

tanah bekas Swapraja dan

tanah-tanah Negara;

4.

Pengaturan soal pengembalian dan penebusan

tanah-tanah pertanian yang digadaikan;

5.

Pengaturan kembali perjanjian bagi hasil tanah

pertanian; dan

6.

Penetapan luas minimum pemilikan tanah pertanian

Referensi

Dokumen terkait

Seperti dapat kita lihat pada tabel 1.1, bahwasannya sektor industri pengolahan memberikan kontribusi cukup besar di kota Tebing Tinggi setelah sektor perdagangan,

Variabel penelitian ini meliputi (1) Pendapatan, yakni jumlah harta kekayaan awal periode ditambah keseluruhan hasil yang diperoleh selama satu periode, bukan

Objektif kajian ini adalah untuk mendokumentasikan pengetahuan tradisional tentang penggunaan serangga oleh kaum Melayu dan Orang Asli di Semenanjung Malaysia serta

Nilai kearifan lokal yang terdapat di lokasi penelitian dapat dikelompokkan kepada (a) nilai kearifan lokal yang ada sejak dahulu dan masih berkembang sampai saat

Sementara berdasarkan analisis independent t-test terhadap gain score angket, diperoleh nilai thitung>ttabel (5,544>1,994) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima,

Penggunaan faktor risiko produksi pupuk anorganik, tenaga kerja, pestisida padat, pestisida cair dan musim dapat meningkatkan risiko produksi, di lain sisi penggunaan

Hal ini karena pada peningkatan dosis larutan vitamin B kompleks yang digunakan sebagai bahan penyemprotan, embrio telur mengalami metabolisme yang lebih tinggi

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menggambarkan strategi pengadopsian konvergensi media yang dilakukan Koran Tribun dalam membangun pasar