• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Penelitian

Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mempunyai tujuan pendidikan sesuai dengan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab, sehingga pendidikan nasional harus mampu menjamin peningkatan mutu pendidikan dengan meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya melalui olahhati, olahpikir, olahrasa dan olahraga agar memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan global dengan tetap berpegang pada nilai-nilai agama dan kultur kepribadian bangsa Indonesia.

Tujuan pendidikan dapat diwujudkan melalui iklim pendidikan yang kondusif dan berkualitas, kendati demikian permasalahan pendidikan di Indonesia selalu dihadapkan dengan empat mata rantai yang tak terpisahkan yaitu: pemeratan, kualitas, relevansi, dan efisiensi. Keempat permasalahan tersebut yang paling dominan dan mendapat perhatian utama adalah kualitas pendidikan. Suatu realita menunjukkan bahwa secara kuantitas lembaga

(2)

mengalami kemajuan yang signifikan. Ini terbukti dari data Litbang Depdiknas tahun 2000 yang memaparkan bahwa lulusan Sekolah Menengah yang melanjutkan kependidikan jenjang berikutnya mengalami peningkatan dari sekitar 55 % (tahun 1996) menjadi 60% (tahun 1997) dan meningkat lagi menjadi sekitar 65% (tahun 1998). Peningkatan secara kuantitas tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas. Keterpurukan kualitas sumber daya manusia terbukti dari angka yang dikemukakan oleh Human Development Index (HDI) tahun 2007 yang memaparkan bahwa kualitas mutu pendidikan negara kita berada pada urutan 107, berarti kualitas pendidikan di negeri ini jauh di bawah negara-negara Asia seperti Thailand, Malaysia, Philipina, Hongkong dan Korea Selatan (Human Development Report, 2007).

Guna mengatasi kondisi tersebut sebenarnya pemerintah telah melakukan berbagai upaya diantaranya dengan ditetapkannya Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang kemudian disusul dengan aturan operasional berupa Peraturan Menteri Pendidikan Nasional masing-masing Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan. Selanjutnya dikeluarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 tahun 2006 tentang pelaksanaan Permen 22 dan 23 tahun 2006 yang lebih dikenal dengan Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Seluruh Undang-undang dan Peraturan Menteri tersebut

(3)

ditujukan sebagai penyediaan payung hukum bagi perbaikan kualitas pendidikan di Indonesia.

Sekolah Menengah Pertama (SMP) menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional merupakan salah satu pendidikan dasar yang memiliki tugas dan tanggung jawab yang sama dengan pendidikan dasar lainnya. Pendidikan dasar (SMP) sebagai salah satu tingkat atau jenjang pendidikan yang merupakan kelanjutan dari sekolah dasar (SD) mempunyai tujuan yang telah dirumuskan dalam tujuan pendidikan nasional. Tujuan Pendidikan Dasar adalah: meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, ahklah mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut (Departemen Pendidikan Nasional, 2006).

SMP sebagai lembaga pendidikan, untuk mencapai tujuan pendidikan dasar tersebut dicantumkanlah beberapa mata pelajaran yang wajib dipelajari oleh siswa salah satunya adalah mata pelajaran bahasa Indonesia. Mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang wajib diberikan disemua jenjang pendidikan mulai dari SD sampai Pergutuan Tinggi (sebagai mata kuliah MKDU) pada jurusan selain jurusan bahasa Indonesia. Pembelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:

(1) Berkomunikasi secara efektif dan efesien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis.

(2) Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa Negara.

(4)

(3) Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan.

(4) Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual serta kematangan emosional dan sosial.

(5) Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan budi pekerti serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.

(6) Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia (Sastromiharjo, 2009: 4).

Permen Diknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Komptensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah menyatakan bahwa standar komptensi lulusan untuk mata pelajaran bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:

a. Mendengarkan

Memahami wacana lisan dalam kegiatan wawancara, pelaporan, penyampaian berita radio/TV, dialog interaktif, pidato, khotbah/ceramah, dan pembacaan berbagai karya sastra berbentuk dongeng, puisi, drama, novel remaja, syair, kutipan dan sinopsis novel.

b. Berbicara

Menggunakan wacana lisan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, pengalaman, pendapat, dan komentar dalam kegiatan wawancara, presentasi pelaporan, diskusi, protokuler, dan pidato, serta dalam berbagai karya sastra berbentuk cerita pendek, novel remaja, puisi, dan drama.

(5)

c. Membaca

Menggunakan berbagai jenis membaca untuk memahami berbagai bentuk wacana tulis, dan berbagai karya sastra berbentuk puisi, cerita pendek, drama, novel remaja, antologi puisi, novel berbagai angkatan.

d. Menulis

Melakukan berbagai kegiatan menulis untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam bentuk buku harian, surat pribadi, pesan singkat, laporan, surat dinas, petunjuk, rangkuman, teks berita, slogan, poster, iklan baris, resensi, karangan, karya ilmiah sederhana, pidato, surat pembaca, dan berbagai karya sastra berbentuk pantun, dongeng, puisi, drama dan cerpen.

Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di atas diimplementasikan ke dalam empat keterampilan berbahasa yaitu keterampilan berbicara, keterampilan mendengar, keterampilan membaca dan keterampilan menulis. Keterampilan berbahasa yang masih dianggap sangat rendah di Indonesia adalah keterampilan membaca, hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Bank Dunia pada tahun 2000 menunjukkan bahwa kemampuan membaca pelajar di Indonesia berada pada urutan 26 dari 27 negara yang diteliti. Rendahnya kemampuan membaca pelajar di Indonesia dibuktikan pula oleh fakta bahwa dalam setahun di Indonesia hanya terbit 12 buku untuk satu juta penduduk pertahun. Sementara Negara-negara berkembang lainnya mampu menerbitkan 55 buku untuk satu juta penduduknya per tahun. Bahkan di negara-negara maju

(6)

mencapai 513 buku untuk setiap satu juta penduduk per tahun (Alwasilah, 2007: 58).

Membaca dari dulu hingga sekarang, merupakan salah satu aktivitas yang memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Dengan membaca, waktu dan jarak dalam berkomunikasi dapat lebih efesien dan suatu generasi dapat mengabadikan dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang dikembangkan oleh generasi sebelumnya sebagaimana pepatah yang mengatakan “ Buku adalah gudang ilmu dan membaca adalah kuncinya.” Pepatah ini menyiratkan makna luhur akan pentingnya aktivitas membaca. Terlebih dalam dunia pendidikan, proses tanspormasi ilmu banyak diperoleh melalui membaca semakin banyak membaca semakin banyak ilmu yang didapat. Keberhasilan studi seseorang akan sangat ditentukan oleh kemampuan dan kemauannya dalam membaca bahkan setelah seorang siswa menyelesaikan studinya, kemampuan dan kamauan membaca sangat mempengaruhi keluasan pandangan tentang berbagai masalah. dan bahkan kemampuan membaca menjadi ciri kemajuan suatu bangsa.

Kenyataan yang ada di kabupaten Ketapang provinsi Kalimantan Barat, menunjukkan dari hasil ujian nasional (UN) mata pelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada tiga tahun terakhir rata-rata Ujian Nasional (UN) menunjukkan hasil sebagai berikut: tahun ajaran 2006/2007 adalah 6,63, tahun ajaran 2007/2008 adalah 6,64 dan tahun ajaran 2008/2009 adalah 6,65 (Dinas Pendidikan Kabupaten Ketapang, Oktober 2009). Berbagai upaya telah dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Ketapang dan pihak-pihak sekolah namun hasil yang diperoleh peningkatan dari tahun ke tahun belum

(7)

begitu berarti. Selain itu, jika dilihat dari rata-rata nilai harian keterampilan membaca dengan tingkat KKM (Kreteria Ketuntasan Minimal) yaitu 7,00 nilai siswa berada di bawah rata-rata KKM tersebut. Hal ini dipengaruhi juga oleh kebiasaan dan pola membaca yang salah dari para pelajar itu sendiri. Berdasarkan hasil survey di lapangan kondisi di atas disebabkan oleh berbagai faktor sebagai berikut:

a. Jumlah siswa yang memasuki ruang baca sangat sedikit.

b. Minat siswa untuk membaca buku, sangat kurang hal ini diakibatkan karena sampul, kertas, dan tulisan kurang menarik minat siswa untuk membacanya. c. Dalam kegiatan membaca buku, siswa terlalu monoton pikirannya sehingga

organ yang lain tidak bergerak yang mengakibatkan siswa terlalu jenuh dan bosan untuk membaca buku.

d. Jika diberikan ulangan berupa bacaan yang dikaitkan dengan menjawab pertanyaan menunjukkan nilai yang rendah.

e. Kurang kreatifnya guru dalam memberikan materi pelajaran yang dikaitkan dengan penggunaan media pembelajan.

Prestasi kemampuan membaca siswa kurang memuaskan diasumsikan sebagai akibat dari keterbatasan sarana membaca, kurangnya motivasi dan dukungan dari lingkungan atau guru, guru kurang mengapresiasi kemampuan membaca siswa, dan pelajaran kurang menarik karena tidak menggunakan sarana dan prasarana lain selain buku, serta gaya mengajar guru yang kurang inovatif hanya terbatas pada pengajaran secara konvensional. Dari berbagai

(8)

faktor tersebut di atas bisa dikelompokkan menjadi tiga faktor utama yaitu faktor guru, faktor siswa itu sendiri dan faktor media atau sarana pendukung.

Guna memperbaiki kemampuan membaca tesebut banyak cara yang dapat dilakukan diantaranya dengan mengoptimalkan penggunaan media dalam pembelajaran. Ada empat faktor yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan hasil kemampuan membaca yaitu kualitas tenaga pengajar, waktu pelaksanaan, sarana dan prasarana serta media. Diperjelas oleh Dale dalam Latuheru (1988: 23) bahwa multimedia pembelajaran yang digunakan dengan baik dalam proses pembelajaran akan bermanfaat dalam hal; (1) perhatian anak didik terhadap materi pelajaran akan lebih tinggi, (2) anak didik mendapatkan pengalaman yang konkrit, (3) mendorong anak didik untuk berani bekerja secara mandiri, dan (4) hasil yang diperoleh anak didik sulit dilupakan.

Penggunakan media pembelajaran yang modern membuat anak akan lebih aktif belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Jonassen bahwa pembelajaran berbasis TIK (multimedia) dapat mendukung terjadinya proses belajar yang: a. Active , yaitu memungkinkan siswa terlibat aktif dikarenakan proses belajar yang

menarik dan bermakna; b. Constructive, yaitu memungkinkan siswa

menggabungkan konsep / ide baru ke dalam pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya untuk memahami makna yang selama ini ada dalam pikirannya; c. Collaborative, yaitu memungkinkan siswa dalam suatu kelompok atau masyarakat untuk saling bekerja sama, berbagi ide, saran dan pengalaman; d. Intentional, yaitu memungkinkan siswa untuk aktif dan antusias berusaha mencapai tujuan yang diinginkannya; e. Conversational, yaitu memungkinkan siswa untuk

(9)

melakukan proses sosial dan dialogis di mana siswa memperoleh keuntungan dari proses komunikasi tersebut, baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah; f. Contextualized, yaitu memungkinkan siswa untuk melakukan proses belajar pada situasi yang bermakna (real-world); dan g. Reflective, memungkinkan siswa untuk dapat menyadari apa yang telah ia pelajari serta meningkatkan sebagai bagian dari proses belajar itu sendiri (Chaeruman, 2004).

Selain itu, hasil penelitian terdahulu telah membuktikan bahwa penggunaan media atau multimedia dalam pembelajaran dapat meningkatkan keefektifan membaca siswa diantaranya: penelitian pemanfaatan media pembelajaran perangkat lunak dengan nama Software Speed Reading and Comprehension Tool (S2RCT) dalam pembelajaran kecepatan efektif membaca (KEM) dapat ditingkatkan melalui itensitas membaca dan itensitas latihan membaca cepat (Misbah, 2008) dan pengembangan media berbasis komputer pada pembelajaran membaca dapat lebih aktif dan berpusat pada siswa. Hasil eksprimen dengan desain counterbalanced menunjukkan media pembelajaran berbasis komputer terbukti efektif dalam meningkatkan kemampuan efektif membaca (Rayudin, 2006). Penelitian Jacobs dan Schade (1992) menunjukkan bahwa, daya ingat orang yang hanya membaca saja memberikan persentase terendah, yaitu 1%. Daya ingat ini dapat ditingkatkan hingga 25%-30% dengan bantuan media lain seperti televisi. Daya ingat makin meningkat dengan penggunaan media 3 demensi seperti multimedia, hingga 60%, karena

(10)

Kemampuan membaca bisa dirangsang atau dibangun dengan berbagai cara diantaranya membangun minat belajar. Media pembelajaran memiliki kapasitas yang akan membuat minat belajar akan lebih optimal dalam konteks berpikir seperti ini maka dapat dianalogikan media pembelajaran berpotensi membangun kemampuan membaca.

Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk mengembangkan pembelajaran berbasis multimedia. Penelitian tersebut difokuskan pada “Pengembangan model pembelajaran berbasis multimedia untuk meningkatkan kemampuan membaca studi pada mata pelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Pertama Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model pembelajaran berbasis multimedia sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan membaca. Dengan demikian rumusan masalah pada penelitian ini adalah “ Model pembelajaran berbasis multimedia bagaimanakah yang dapat meningkatkan kemampuan membaca pada mata pelajaran bahasa Indonesia Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat?”

(11)

C. Kerangka Berpikir

Mempermudah pelaksanaan penelitian ini, peneliti merumuskan kerangka berpikir. Kerangka berpikir menjadi acuan dan titik mula yang memberikan arahan yang jelas posisi penelitian yang dilakukan. Kerangka berpikir yang jadi acuan dalam penilitain ini dapat dilihat pada bagan berikut:

Interaksi Belajar Mengajar Interaksi Belajar Mengajar

Bagan 1.1 Kerangka Berpikir Penelitian

Bagan di atas, menggambarkan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia dapat dilihat dari dua sisi yaitu sisi ideal dan faktual. Sisi ideal berupa kajian teoritis- konseptual pembelajaran bahasa Indonesia yang sesuai dengan hakikat pembelajaran bahasa. Sisi faktual menyangkut kajian lapangan yang

Kajian Teoritis Pembelajaran Pembelajaran Bahasa Indonesia Kajian Empiris Pembelajaran Guru

Materi (Wacana) Pembelajaran Berbasis

Multimedia Materi (Wacana) Peserta Didik Keterampilan Membaca Hasil Belajar (Kemampuan Membaca)

(12)

sekolah. Kajian ini juga mengeksplorasi hasil penelitian tentang pembelajaran bahasa Indonesia yang efektif. Pendekatan pembelajaran bahasa Indonesia di SMP ini menggunakan pendekatan komunikatif pada keterampilan membaca yang pada akhirnya akan menjadi kemampuan membaca siswa.

Dalam interaksi belajar-mengajar guru memegang peranan yang utama sebagai pengendali kegiatan belajar siswa. Namun, dalam menjalankan perannya guru tidak bisa berdiri sendiri. Materi ajar tidak akan bermakna jika tidak dikemas dengan baik. Materi (wacana) ajar tidak akan diterima dengan baik oleh siswa bila tidak disajikan dengan baik. Di sinilah diperlukan media pembelajaran. Hubungan komunikasi guru dan siswa akan lebih baik jika menggunakan media dalam hal ini adalah multimedia. Pembelajaran ini menghubungkan komunikasi guru dan siswa pada pembelajaran yang berbasis multimedia.

D. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, diperlukan pembatasan permasalahan penelitian yang lebih rinci dan dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

a. Bagaimanakah situasi dan kondisi pembelajaran bahasa Indonesia di SMP Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat saat ini?

b. Bagaimanakah model pembelajaran berbasis multimedia yang dapat meningkatkan kemampuan membaca pada mata pelajaran bahasa Indonesia siswa SMP di Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat?

(13)

c. Apa saja faktor pendukung dan penghambat pengembangan model pembelajaran berbasis multimedia dalam meningkatkan kemampuan membaca pada mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat ?

d. Bagaimanakah efektivitas model pembelajaran berbasis multimedia dalam meningkatkan kemampuan membaca siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat?

E. Tujuan Penelitian. a. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah mengembangkan model pembelajaran berbasis multimedia untuk meningkatkan kemampuan membaca pada mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat.

b. Tujuan Khusus

Tujuan khusus yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah:

(1) Memperoleh gambaran kondisi pembelajaran bahasa Indonesia saat ini di SMP Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat.

(2) Memperoleh gambaran tentang model pembelajaran berbasis multimedia yang dapat meningkatkan kemampuan membaca pada mata pelajaran bahasa Indonesia siswa di SMP di Kabaupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat.

(14)

(3) Memperoleh gambaran faktor-faktor pendukung dan penghambat pengembangan model pembelajaran berbasis multimedia dalam meningkatkan kemampuan membaca pada mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat.

(4) Memperoleh gambaran tentang efektivitas model pembelajaran berbasis multimedia dalam meningkatkan kemampuan membaca pada mata pelajaran bahasa Indonesia siswa SMP di Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat setelah menggunakan multimedia.

F. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian tentang pengembangan model pembelajaran berbasis multimedia dalam meningkatkan kemampuan membaca pada pembelajaran bahasa Indonesia siswa SMP diharapkan dapat memberikan manfaat praktis sebagai berikut:

a) Bagi sekolah hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam mengembangkan program pembelajaran yang efektif, bermakna dan menyenangkan dan sebagai salah satu alternatif penggunaan media pembelajaran.

b) Bagi guru (teman sejawat) yang mengajar bahasa Indonesia penggunaan multimedia ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki kualitas proses dan hasil belajar bahasa Indonesia, khususnya pada keterampilan membaca.

c) Bagi pengelola lembaga pendidikan model pembelajaran berbasis multimedia ini dapat dijadikan inspirasi untuk mengambil kebijakan dalam mengadakan dan memanfaatkan multimedia pembelajaran dan dapat dijadikan sebagai sumber informasi bagi penyelenggara dan pengelola SMP guna

(15)

menemu-kenali kekurangan dan kelemahan pembelajaran bahasa Indonesia sehingga dapat dicarikan upaya perbaikannya.

d) Bagi peneliti selanjutnya hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk memperluas wacana maupun menjadi rujukan dalam bidang pengembangan pembelajaran berbasis multimedia pada mata pelajaran yang lain.

e) Pada kasus dan indikasi yang menyerupai SMP di wilayah yang menjadi lokasi penelitian, multimedia ini dapat dijadikan solution choice dalam menyelesaikan masalah pengembangan media pembelajaran.

G. Definisi Oprasional

Variabel dalam penelitian ini yakni:

a. Pembelajaran berbasis multimedia dalam penelitian ini adalah suatu proses di mana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan siswa turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu yang menggunakan multimedia sebagai sarana dalam pembelajaran.

b. Kemampuan membaca dalam penelitian ini adalah kecepatan membaca dan pemahaman isi (bacaan) secara keseluruhan. (Tampubolon, 2008:7). Kecepatan membaca adalah jumlah kata yang dibaca permenit, sedangkan pemahaman isi bacaan menunjukkan jawaban yang benar atas pertanyaan-pertanyaan isi bacaan yang telah dibaca. Kecepatan membaca dalam penelitian ini tidak dijadikan sebagai variable penelitian, melainkan hanya pemahaman isi bacaan yang diperoleh dari kemampuan siswa menjawab

Referensi

Dokumen terkait

Kep / 74 / XI / 2003 tanggal 11 Nopember 2003 dan yang terbaru Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia ( Perkap) Nomor 8 tahun 2015 tentang

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: Mengetahui peran e-marketing dalam memperluas jangkauan pemasaran perusahaan dan mengidentifikasi alat e- marketing yang dapat

luas. Unsur bahasa yang digunakan bervariasi.  Idea relevan dengan tema bahan rangsangan dan dihuraikan dengan jelas. *Ungkapan menarik : peribahasa, pantun, cogan kata,

Para penduduk desa yang menyadari bahwa banyak sekali monyet di sekitar desa yang bisa dijadikan uang pun mulai masuk hutan dan menangkapinya satu per

Dengan memanfaatkan teknologi augmented reality, miniature rumah yang biasa digunakan untuk memberi contoh rumah sebenarnya digantikan dengan model rumah 3D yang

Tuturan tersebut merupakan tuturan ekspresif kesakitan dan komisif ancaman dengan modus strategi perintah tidak langsung, yang mempunyai maksud agar mitra tutur

Faktor penyebab utama pada ACS adalah kurangnya aliran darah ke miokard yang terbanyak sering disebabkan aterosklerosis. Aterosklerosis ditandai dengan adanya akumulasi

Jika pelayanan angkutan umum dilakukan dengan baik dan dapat menjangkau wilayah yang luas serta memuaskan penumpang, maka pergerakan orang dapat dilayani dengan kendaraan