• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Terlepas semakin pesatnya pertumbuhan pasar bisnis property dan real

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Terlepas semakin pesatnya pertumbuhan pasar bisnis property dan real"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pertumbuhan jumlah penduduk menyebabkan kebutuhan tempat tinggal, perkantoran, pusat perbelanjaan, taman hiburan, dan kebutuhan akan sektor

property dan real estate lainnya juga mengalami kenaikan. Selain itu, harga tanah

tidaklah ditentukan oleh pasar, tetapi oleh orang yang memiliki tanah. Akhir-akhir

ini property dan real estate tumbuh dengan pesat. Hal ini dapat dilihat dari

banyaknya pembangunan rumah dan toko (ruko), apartemen, pusat perbelanjaan, pusat perkantoran, dan perumahan.

Maraknya pembangunan ini menandakan bahwa terdapat pasar yang cukup besar bagi sektor property dan real estate di Indonesia. Hal ini merupakan

informasi yang positif bagi para investor, yang kemudian meresponnya dengan membeli saham perusahaan property dan real estate di pasar modal.

Terlepas semakin pesatnya pertumbuhan pasar bisnis property dan real

estate. Tentunya disana akan selalu ada Risiko. Semakin besar risiko semakin

besar pula pengembalian yang diperoleh. Risiko dapat diartikan sebagai kemungkinan terjadinya kejadian yang menyebabkan kerugian (Kountur, 2006). Namun, bagaimana reaksi perusahaan dalam menghadapi risiko yang ada merupakan suatu hal yang sangat penting. Reaksi perusahaan terhadap risiko tersebut dapat berupa menghindari, mencegah, mengurangi, atau mengalihkan risiko ke pihak lain. Namun demikian, mengelola risiko merupakan salah satu cara yang baik dalam menghadapi risiko.

(2)

Menghadapi risiko yang ada, perusahaan harus memiliki kemampuan dalam mengelola risiko dengan baik agar mengurangi kerugian. Salah satu tindakan dalam mengelola risiko adalah melakukan manajemen risiko. Menurut Kountur (2006) manajemen risiko yang baik dapat memberikan manfaat bagi perusahaan yaitu diantaranya mencegah terjadinya risiko dan mengurangi akibat yang ditimbulkannya yaitu kerugian. Salah satu aspek penting dalam perusahaan yang melakukan manajemen risiko adalah pengungkapan risiko.

Pengungkapan risiko merupakan bagian dari perusahaan dalam melakukan manajemen risiko. Perubahan dalam lingkungan bisnis saat ini membuat perusahaan-perusahaan lebih mengandalkan pada instrumen-instrumen keuangan dan transaksi-transaksi internasional yang meningkatkan pentingnya pengungkapan risiko perusahaan, khususnya pada perusahaan-perusahaan non keuangan (Dobler, 2008). Perusahaan-perusahaan berusaha untuk memenuhi kebutuhan dari pengguna informasi akuntansi untuk mengungkapan informasi secara lebih mengenai risiko-risiko yang berbeda yang dihadapi dan keberlanjutan operasionalnya. Pengguna informasi akuntansi tersebut dalam hal ini adalah perusahaan, investor, kreditur dan lain-lain. Menurut ICAEW 1997, dalam Abraham dan Cox, 2007 informasi mengenai risiko dapat memberikan manfaat bagi pengguna informasi akuntansi. Bagi perusahaan, informasi mengenai risiko dapat membantu untuk mengelola perubahan, menurunkan biaya modal dan pedoman mengenai alur bisnis di masa mendatang. Bagi investor, informasi mengenai risiko dapat membantu dalam menentukan profil risiko perusahaan, estimasi nilai pasar dan ketepatan perkiraan harga sekuritas.

(3)

Selanjutnya, bagi kreditur, informasi mengenai risiko dapat membantu dalam menentukan keputusan kredit yang diberikan kepada perusahaan.

Menurut Solomon et al 2000. (dalam Elzahar dan Hussainey, 2012)

menunjukkan permintaan yang kuat terhadap peningkatan pengungkapan risiko dari investor untuk meningkatkan keputusan investasi mereka. Pengungkapan risiko membantu investor dalam proses pengambilan keputusan investasi dengan mengevaluasi informasi yang diungkapkan oleh suatu perusahaan dalam halnya membangun tingkatan-tingkatan risiko yang dihadapinya. Selanjutnya, Cabedo dan Tirado (2004) menyatakan bahwa keputusan-keputusan investor tersebut akan diambil berdasarkan pertimbangan atas pengembalian yang diharapkan dan risiko.

Pengungkapan risiko akan mendorong perusahaan untuk melakukan manajemen risiko yang baik, berikut dalam peningkatan terhadap akuntabilitas dari pertanggungjawaban manajemen (stewardship), perlindungan

investor dan manfaat pelaporan keuangan (ICAEW, 1997 dalam Elzahar dan Hussainey, 2012). Hal ini akan membantu pengguna laporan keuangan untuk mengidentifikasi masalah (atau peluang) manajerial yang potensial dan menilai keefektifan dalam menghadapi isu-isu tersebut (Lajili dan Zeghal, 2005). Namun, di lain pihak, perusahaan juga memperoleh manfaat dari pengungkapan risiko yaitu dapat mengurangi kemungkinan mengalami kegagalan keuangan (Beretta dan Bozzolan, 2004).

(4)

Pengungkapan manajemen risiko di beberapa negara telah diteliti untuk mengetahui sejauh mana pengungkapan manajemen risiko. Penelitian yang dilakukan Lajili dan Zegal (2005) dengan memeriksa laporan tahunan perusahaan Kanada mengungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan hanya ada 82.46 % pengungkapan manajemen risiko, ditemukan pula bahwa risiko keuangan merupakan risiko yang paling sering diungkapkan oleh perusahaan dan yang termasuk diantaranya berkaitan dengan risiko dalam mata uang asing.

Penelitian yang dilakukan oleh Barreta dan Bonzzolan (2004) meneliti mengenai kualitas pengungkapan risiko di bursa efek Italia dengan menggunakan sampel 85 perusahaan yang terdaftar dalam Bursa Efek Italia, di dalam penelitian ini di temukan bahwa perusahaan-perusahaan umumnya menghindari mengungkapkan dampak dari risiko bagi perusahaan dan juga pengaruh dari risiko bagi perusahaan baik berpengaruh secara positif maupun negatif. Penelitian lainnya oleh Linsley dan Shrives (2005) yang menemukan sebanyak 6168 jumlah kalimat pengungkapan risiko di perusahaan United Kingdom, penelitian ini mengungkapkan bahwa risiko keuangan adalah jenis yang paling sering ditemukan dalam sampel pengungkapan diikuti dengan risiko strategis dan risiko integritas. Penelitian yang dilakukan Amran et al (2009)

meneliti mengenai pengungkapan manajemen risiko dalam annual report

perusahaan di Malaysia, menemukan hubungan signifikan antara ukuran perusahaan dengan pengungkapan risiko.

(5)

Penelitian tentang pengungkapan manajemen risiko di Indonesia masih terbatas pada karakteristik pengungkapan risiko secara umum. Beberapa penelitian tentang pengungkapan risiko di Indonesia hanya membahas praktik pengungkapan secara umum seperti penelitian yang dilakukan oleh Retno Angraini (2006) yang melakukan penelitian tentang pengungkapan informasi sosial dan faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan informasi sosial dalam laporan, Anggraini menemukan variabel kepemilikan manajemen,

financial leverage, biaya politis, profitabilitas berpengaruh secara signifikan

terhadap pengungkapan informasi sosial dalam laporan keuangan tahunan. Almilia dan Retrinasari (2007) melakukan penelitian tentang analisis pengaruh karakteristik perusahaan terhadap kelengkapan pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ, Almilia menemukan rasio

leverage, rasio likuiditas, dan ukuran perusahaan dengan kelengkapan

pengungkapan wajib berpengaruh signifikan terhadap karakteristik perusahaan terhadap kelengkapan pengungkapan dalam laporan tahunan manufaktur yang terdaftar di BEJ. Sudarmadji dan Sularto (2007) meneliti tentang pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage dan tipe kepemilikkan perusahaan

terhadap luas voluntary disclosure laporan tahunan perusahaan dan

menemukan bahwa ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage dan tipe

kepemilikan perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan dengan luas

voluntary disclosure.

(6)

Kurangnya penelitian mengenai pengungkapan manajemen risiko di Indonesia dan tingginya permintaan tentang pengungkapan manajemen risiko oleh investor dan pemegang saham membuat penelitian mengenai manajemen risiko ini menarik untuk diteliti di Indonesia. Pengungkapan manajemen risiko yang akan diteliti adalah pengungkapan risiko pada laporan tahunan. Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Amran et al (2009)

dengan menggunakan objek sampel yang diambil perusahaan-perusahaan

propery dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Dampak krisis keuangan global pada tahun 2008 mengakibatkan para investor dan kreditor berhati-hati dalam menanamkan modalnya pada suatu perusahaan demi mengantisipasi risiko yang akan terjadi (Ginting, 2010). Sebelum melakukan investasi, investor akan menelaah secara teliti laporan keuangan yang dimiliki oleh suatu perusahaan untuk mengetahui kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Sebelum menanamkan dananya pada suatu perusahaan publik, investor akan menilai bagaimana manajemen perusahaan melakukan pengungkapan yang lebih luas mengenai kinerja perusahaan secara keseluruhan dalam laporan keuangan untuk meyakinkan dirinya bahwa mereka mempercayakan dananya pada keputusan investasi yang tepat. Dasar pengambilan keputusan bagi para investor, kreditor dan pengguna informasi lainnya adalah informasi yang disajikan harus dapat dipahami, dipercaya, relevan dan transparan (Rinny 2011).

(7)

Hal ini sesuai dengan tujuan laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan yaitu menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggung jawaban (Stewardship) manajemen atas penggunaan

sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Pengungkapan dalam laporan tahunan merupakan sumber informasi untuk pengambilan keputusan investasi (Susilo, 2008). Untuk itu dalam hal ini para investor dituntut untuk lebih kritis dalam menilai suatu laporan keuangan dan mengambil keputusan, karena kegiatan investasi merupakan suatu kegiatan yang mengandung risiko dan ketidakpastian.

Pengungkapan (disclosure) didefinisi-kan sebagai penyediaan sejumlah

informasi yang dibutuhkan untuk pengoperasian optimal pasar modal secara efisien (Hendriksen, 1998). Secara konseptual pengungkapan merupakan bagian integral dari pelaporan keuangan (Suwardjono, 2005). Secara teknis, pengungkapan merupakan langkah akhir dalam proses akuntansi yaitu penyajian informasi dalam bentuk seperangkat penuh statemen keuangan. Disclosure yang

luas dibutuhkan oleh para pengguna informasi khususnya investor dan kreditor, namun tidak semua informasi perusahaan diungkapkan secara detail dan transparan.

(8)

Evans (2003) dalam Soewardjono (2005) mengidentifikasi tiga tingkat pengungkapan, yaitu memadai (adequate disclosure), wajar atau etis (fair or

ethical disclosure), dan penuh (full disclosure). Tingkat ini mempunyai implikasi

terhadap apa yang harus diungkapkan. Tingkat memadai (adequate disclosure)

merupakan tingkatan minimum yang harus dipenuhi agar laporan keuangan secara keseluruhan tidak menyesatkan untuk pengambilan keputusan yang terarah. Tingkat wajar atau etis (fair or ethical disclosure) adalah tingkat

yang harus dicapai agar semua pihak mendapat perlakuan atau pelayanan informasional yang sama. Tingkat penuh (full disclosure) menuntut penyajian

secara penuh semua informasi yang berpaut dengan pengambilan keputusan yang terarah. Informasi yang penyajian rincian terlalu banyak justru akan mengaburkan informasi yang signifikan dan menimbulkan kontroversi, sehingga laporan keuangan menjadi sulit untuk dipahami, oleh karena itu pengungkapan yang tepat mengenai informasi yang penting bagi para investor dan pihak lainnya hendaknya bersifat cukup, wajar dan lengkap.

Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan perusahaan. Diantaranya adalah tingkat likuiditas, tingkat leverage, umur perusahaan, ukuran perusahaan, tingkat

profitabilitas, porsi saham public, operating profit margin, return on equity dan

status modal perusahaan (Binsar dan Lusy, 2004). Dalam penelitian ini yang akan dibahas adalah Corporate Governance dan Karakteristik Perusahaan. Karena

dalam 2 tema tersebut mempunyai variabel - variabel yang tidak konsisten terhadap hasil penelitian terdahulu.

(9)

Pengungkapan risiko merupakan salah satu bentuk dalam penerapan mekanisme corporate governance. Corporate governance adalah seperangkat

hubungan diantara manajemen, direksi, dewan komisaris, investor dan

stakeholders yang mengatur dan mengarahkan kegiatan perusahaan (Choi dan

Meek, 2011).

Pengungkapan risiko mendorong terwujudnya good corporate governance

yang diperlukan untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan. Good corporate

governance dilakukan melalui pengelolaan yang didasarkan pada asas

transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi serta kewajaran dan kesetaraan (Choi dan Meek, 2011). Perkembangan penelitian saat ini telah menimbulkan ketertarikan diantara para peneliti untuk meneliti praktik pengungkapan perusahaan di bidang pertanggungjawaban sosial dan lingkungan.

Karakteristik yang mungkin berpengaruh dan ditambahkan penelitian ini adalah tingkat profitabilitas, hal ini didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Aljifri dan Hussainey (2007) yang menemukan hubungan yang positif antara tingkat profitabilitas dengan luas pengungkapan informasi forward-looking dalam

laporan tahunan perusahaan di UAE. Semakin tinggi profit margin maka akan

semakin tinggi pengungkapannya (Almilia dan Retrinasari, 2007). Profit margin

yang tinggi akan mendorong para manajer untuk memberikan informasi yang lebih terinci, sebab mereka ingin meyakinkan investor terhadap profitabilitas perusahaan dan kompensasi terhadap manajemen (Shingvi dan Desai, 1971 dalam Almilia dan Retrinasari). Selain Profitabilitas juga terdapat ukuran perusahaan.

(10)

Ukuran perusahaan disini diartikan secara harfiah, yaitu seberapa besar suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata-rata total penjualan dan rata-rata aktiva. Ukuran perusahaan dipandang penting karena semakin besar ukuran suatu perusahaan, maka “daya jual” sebuah perusahaan akan lebih baik. Para stakeholder akan menganggap perusahaan besar akan lebih

tahan dari badai finansial. Perusahaan yang berukuran lebih besar cenderung memiliki publik demand akan informasi yang lebih tinggi dibanding dengan perusahaan yang berukuran lebih kecil (Irawan 2006). Karena para stakeholder

mengharapkan pos-pos yang ada selengkap mungkin ditampilkan.

Terdapat beberapa parameter yang dapat digunakan untuk menentukan ukuran perusahaan, seperti banyaknya jumlah pegawai yang digunakan perusahaan untuk melakukan aktivitas operasi perusahaan, nilai penjualan/pendapatan yang diperoleh perusahaan dan jumlah aktiva yang dimiliki perusahaan. Perusahaan besar yang mempunyai sumber daya yang besar akan melakukan pengungkapan yang lebih luas dan akan mampu membiayai penyediaaan informasi yang diperlukan pihak internal sekaligus untuk pihak eksternal. Sehingga tidak memerlukan tambahan biaya lagi untuk melakukan pengungkapan yang lebih luas. Dengan demikian perusahaan besar mempunyai biaya produksi informasi yang lebih rendah dari perusahaan kecil.

Pengaruh ukuran perusahaan dengan luas pengungkapan dijelaskan melalui hubungan agensi Jensen dan Meckling (1976). Dalam hubungan keagenan yang terjadi antara principle dan agency telah membebani manajer

(11)

sumber daya yang dikelola perusahaan, maka semakin besar pula aktivitas suatu usaha bisnis tersebut. Perusahaan yang berukuran besar akan mengungkapkan informasi yang lebih banyak dibanding perusahaan kecil sebagai upaya mengurangi biaya keagenan (Jensen dan Meckling, 1976) dalam (Benardi, dkk 2009). Dalam penelitian ini digunakan total aktiva sebagai proksi ukuran perusahaan, karena nilai total aktiva yang disajikan secara historis dapat mencerminkan ukuran perusahaan, dan perusahaan besar seperti perusahan manufaktur akan mendapat lebih banyak perhatian dari investor.

Oliviera, et al (2011) menilai praktik pengungkapan risiko dalam laporan

tahunan perusahaan di Portugal tahun 2005 pada sektor non keuangan. Oliviera,

et al (2011) menemukan bahwa ukuran perusahaan, sensitivitas lingkungan

dan leverage berpengaruh positif terhadap pengungkapan risiko. Sejalan

dengan Abraham dan Cox (2007), jumlah komisaris independen juga berpengaruh positif terhadap pengungkapan risiko dalam penelitian yang dilakukan oleh Oliviera, et al (2011).

Penelitian sebelumnya yang kebanyakan berfokus pada laporan tahunan seperti penelitian yang dilakukan oleh Linsley dan Shrives (2006); Hassan (2009); Amran, et al (2009); menghasilkan temuan-temuan yang berbeda

mengenai pengaruhnya terhadap pengungkapan risiko. Misalnya, pada penelitian Linsley dan Shrives (2006) menghasilkan hubungan yang signifikan antara ukuran perusahaan dan tingkat risiko lingkungan dengan luas pengungkapan risiko. Berbeda dengan Linsley dan Shrives (2006), Hassan (2009) yang menguji karakteristik spesifik perusahaan, seperti ukuran perusahaan, jenis industri dan

(12)

tingkat risiko di UEA dengan tingkat pengungkapan risiko menemukan hubungan signifikan antara tingkat risiko dan jenis industri dengan pengungkapan risiko, namun tidak menemukan hubungan yang signifikan pada ukuran perusahaan. Sebaliknya, Amran, et al (2009) yang meneliti

pengungkapan manajemen risiko dalam laporan tahunan perusahaan di Malaysia hanya ukuran perusahaan yang signifikan.

Penelitian mengenai pengungkapan risiko telah dilakukan oleh Taures (2011) yang meneliti karakteristik perusahaan pada laporan tahunan perusahaan nonkeuangan di Indonesia. Taures (2011) menemukan bahwa ukuran perusahaan dan jenis industri secara signifikan berhubungan dengan pengungkapan risiko. Selanjutnya, Anisa (2012) yang meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan manajemen risiko menemukan bahwa ukuran perusahaan dan tingkat leverage berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan risiko. Hal ini

berbeda dengan temuan yang dihasilkan oleh Taures (2011), dimana jenis industri signifikan terhadap pengungkapan risiko.

Taures (2011) dan Anisa (2012) merupakan penelitian yang mereplikasi penelitian yang dilakukan oleh Amran, et al (2009). Perbedaan penelitian dari

kedua replikasi tersebut adalah salah satunya terletak pada penambahan dan atau pengurangan dari variabel penelitian dari Amran, et al (2009). Misalnya,

Taures (2011) yang menambahkan variabel profitabilitas, sedangkan Anisa (2012) selain menambahkan variabel profitabilitas juga mengganti variabel diversifikasi produk dan diversifikasi pasar dengan variabel struktur kepemilikan publik.

(13)

Berdasarkan dari penelitian sebelumnya masih perlu diteliti lebih lanjut mengenai beberapa faktor yang mempengaruhi Pengunkapan Risiko, mengingat masih minimnya pengungkapan risiko pada sebuah perusahan, disisi lain juga masih minimnya faktor-faktor yang mempengaruhi Pengungkapan Risiko pada perusahaan property dan real estate. Terlebih lagi akhir - akhir ini semakin

meningkatnya pasar bagi bisnis property dan real estate, yang juga menuntut

pengungkapan risiko pada Laporan Tahunan perusahaan untuk mengurangi asymetri informasi perusahaan.

Maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Corporate Governance dan Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Risiko”. Studi empiris pada perusahaan Property dan Real

Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2010-2014.

Penelitian ini merupakan adaptasi dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dirk (2011). Mengenai “Investigating Pengungkapan Risiko

Practices in the European Insurance Industry”. Adapun perbedaan dari penelitian

ini dibandingkan penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut: 1. Variable independen

Penelitian sebelumnya menggunakan karakteristik perusahaan seperti ukuran perusahaan, risiko, profitability, stuktur kepemilikan, cross-listing,

home country, dan type of insurance sold. Sedangkan penelitian ini dengan

menambah Corprate Governance, dan meniadakan variable home country,

(14)

2. Sample Penelitian

Sample penelitian kali ini adalah perusahaan Property dan Real Estate

sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Dirk (2011) adalah perusahaan Asuransi.

3. Periode Penelitian

Periode Penelitian yang digunakan tahun sebelumnya lima tahun yaitu pada tahun tahun 2005 sampai dengan tahun 2009, sedangkan penelitian yang akan dilakukan peneliti kali ini empat tahun yaitu pada tahun 2010 sampai dengan 2014.

B. Perumusan Masalah

Penelitian ini meneliti bagaimana pengaruh Corporate governance pada

pengungkapan risiko, Corporate governance sendiri memakai 2 unsur sebagai

proksi yaitu Struktur Kepemilkan Publik dan Ukuran Dewan Komisaris. Selain itu, Karakteristik perusahaan yang mungkin mempengaruhi praktik pengungkapan risiko di Indonesia antara lain, tingkat profitabilitas dan ukuran perusahaan, maka masalah-masalah di dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah Struktur Kepemilikan Publik perusahaan memiliki pengaruh terhadap Pengungkapan Risiko perusahaan?

2. Apakah Ukuran Dewan Komisaris memiliki pengaruh terhadap Pengungkapan Risiko perusahaan?

3. Apakah Profitabilitas memiliki pengaruh terhadap pengungkapan risiko perusahaan?

(15)

4. Apakah Ukuran Perusahaan memiliki pengaruh dengan pengungkapan risiko perusahaan?

C. Tujuan dan Kontribusi Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Dari perumusan permasalahan di atas tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Menganalisis dan memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh antara Struktur Kepemilikan Publik dengan pengungkapan risiko perusahaan.

2. Menganalisis dan memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh antara Ukuran Dewan Komisaris, dengan pengungkapan risiko perusahaan.

3. Menganalisis dan memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh antara tingkat Profitabilitas dengan pengungkapan risiko perusahaan. 4. Menganalisis dan memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh

antara ukuran perusahaan dengan pengungkapan risiko perusahaan. 2. Kontribusi Penelitian

1. Bagi Akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam pengembangan ilmu ekonomi, khususnya bidang akuntansi. Selain itu penelitian ini juga diharapakan dapat memberikan ide dan gagasan untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pengungkapan risiko

(16)

2. Bagi Investor

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada investor maupun kreditor untuk pengambilan keputusan investasi dan kredit kepada perusahaan yang memiliki pelaporan risiko.

3. Bagi Manajemen Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pemahaman tentang pengungkapan risiko untuk membantu memperbaiki praktik pengungkapan risiko di perusahaan.

Referensi

Dokumen terkait

Dasar pengenaan pajak yang digunakan di Seoul dan Metro Manila dibuat secara terinci sesuai dengan tipe dari tiap-tiap kendaraan bermotor yang ada dikarenakan

Dengan didasarkan pada Tabel Anova atau Tabel 5 bahwa dapat dilakuka pada uji simultan yaitu produk, harga, dan promosi berpengaruh secara simultan terhadap

Oleh karena itu, dengan adanya kewajiban berlokasi di dalam kawasan industri, maka kawasan industri berperan penting dalam mendorong investasi sektor industri

Tujuan umum modul ini disusun guna mendukung pelaksanaan diklat pengembangan keprofesian berkelanjutan melalui Peningkatan Kompetensi bagi guru Sekolah Dasar Kelas Awal

Identitas visual merupakan cerminan dari suatu produk yang membedakan produk tersebut dengan produk pesaingnya, terdiri atas aspek fungsional dan emosional, kedua

Untuk mengetahui pihak – pihak yang terlibat dalam pelaksanaan tradisi perayaan mendoakan ternak sapi/kerbau (akandh path ghaia/menya) pada Etnis Punjabi di Kecamatan

Adapun populasi sebagai data utama atau subjek dalam penelitian ini yakni data yang diperoleh langsung dari BASNAZ Kota Padang yaitu.. para mustahik penerima bantuan

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik tanpa ada halangan suatu