III-1
BAB III
ARAHAN STRATEGIS NASIONAL BIDANG CIPTA KARYA
UNTUK KOTA BONTANG
3.1.
Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Nasional ditetapkan berdasarkan Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 26 Tahun 2008 bahwa Kota Bontang sebagai Lokasi Pusat
Kegiatan Nasional (PKN) bersama Kota Samarinda sebagai Ibu Kota Provinsi
Kalimantan Timur, Kota Balikpapan, Kota Tenggarong dan Kota Tarakan dengan
Tahapan Pengembangan Revitalisasi dan Percepatan Pengembangan Kota-Kota Pusat
Pertumbuhan Nasional (Pengembangan/Peningkatan Fungsi). Pusat Kegiatan Nasional
yang dimaksud adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan
skala internasional, nasional, atau beberapa provinsi.
I.
Rencana Struktur Ruang Wilayah Nasional
Arahan sistem perkotaan nasional Kota Bontang ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan
Nasional maka untuk mendukung kegiatan tersebut sistem jaringan transportasi
nasional Kota Bontang di arahkan sebagai tahap pengembangan jaringan jalan bebas
hambatan
antar
kota
Samarinda
–
Bontang
dan
Bontang
–
Sangata
untuk
mempermudah aksesbilitas transportasi darat antar Kota Bontang terhadap kota
disekitarnya serta Arahan Pemantapan Bandar Udara Tersier sebagai aksesbilitas
transportasi udara.
II.
Rencana Pola Ruang Wilayah Nasional
Arahan Pola Ruang Wilayah Nasional untuk Kota Bontang adalah penetapan
kawasan lindung Taman Nasional Kutai dengan Tahap pengembangan Rehabilitasi
dan Pemantapan Fungsi Kawasan Lindung Nasional (Taman Nasional dan Taman
Nasional Laut). Penetapan Kawasan Budi Daya untuk Kota Bontang terdiri dari
kawasan andalan darat meliputi Kawasan Bontang
–
Samarinda
–
Tenggarong,
Balikpapan
Penajam
dan
Sekitarnya
(Bonsamtebajam)
dengan
Tahapan
Pengembangan Kawasan Andalan disektor unggulan industri, perkebunan,
pertambangan, kehutanan, perikanan dan pariwisata. Kawasan andalan laut meliputi
Bontang
–
Tarakan dan sekitarnya dengan tahapan pengembangan kawasan andalan
sektor perikanan, pertambangan dan pariwisata.
3.2.
Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah Pulau
Rencana Tata Ruang Pulau Kalimantan ditetapkan berdasarkan Peraturan Presiden
(Pepres) Nomor 3 Tahun 2012 merupakan rencana rinci yang disusun sebagai
penjabaran dari Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.
I.
Arahan Pengembangan Struktur Ruang dan Pola Ruang
Arahan pengembangan struktur ruang teridiri atas sistem perkotaan nasional
meliputi :
pengelolaan limbah industri terpadu, Kota Bontang termasuk dalam pusat industri
hilir pengolahan hasil pertambangan mineral, batubara, serta minyak dan gas bumi
di PKN Kawasan Perkotaan Balikpapan-Tenggarong-Samarinda-Bontang dan
PKN Tarakan.
b)
Pengembangan PKN dan PKW sebagai pusat industri pengolahan lanjut dan
industri jasa hasil perkebunan kelapa sawit dan karet yang berdaya saing dan
ramah lingkungan , Kota Bontang termasuk dalam pusat industri hilir pengolahan
hasil perkebunan kelapa sawit dan karet di PKN Palangkaraya, PKN Banjarmasin,
dan PKN Kawasan Perkotaan Balikpapan-Tenggarong-Samarinda-Bontang.
c)
Pengembangan PKN dan PKW sebagai pusat industri pengolahan hasil hutan
yang berdaya saing dan ramah lingkungan , Kota Bontang termasuk dalam pusat
industri hilir pengolahan hasil hutan di PKN Palangkaraya, dan PKN Kawasan
Perkotaan Balikpapan-Tenggarong-Samarinda-Bontang.
d)
Pengembangan PKN Kawasan Perkotaan
Balikpapan-Tenggarong-Samarinda-Bontang juga sebagai pengembangan pusat industri pengolahan dan industri jasa
hasil perikanan yang ramah lingkungan.
e)
Pengembangan PKN Kawasan Perkotaan
Balikpapan-Tenggarong-Samarinda-Bontang sebagai pusat pengembangan ekowisata dan wisata budaya.
f)
Pengembangan pusat kegiatan ekonomi di PKN dan PKW yang berdekatan/
menghadap badan air termasuk PKN Kawasan Perkotaan
Balikpapan-Tenggarong-Samarinda-Bontang.
g)
Penataan kawasan perkotaan yang adaptif terhadap ancaman bencana banjir dan
pengendalian perkembangan fisik untuk kelestaarian lahan pertanian pangan
berkelanjutan dan kawasan berfungsi lindung PKN Kawasan Perkotaan
Balikpapan-Tenggarong-Samarinda-Bontang.
Arahan pengembangan struktur ruang untuk sistem jaringan transportasi nasional
meliputi :
a)
Pengembangaan dan pemantapan jaringan jalan kolektor primer pada jaringan
jalan lintas Selatan Pulau Kalimantan, yang merupakan bagian dari jaaringan jalan
Trans Kalimantan yang menghubungkan Samarinda
–
Bontang
–
Sangatta
–
Simpang
Perdau
–
Muara
Wahau
–
Labanan-Tanjung
Redeb
–
Tanjung
Selor
–
Malinau
–
Mensalong
–
Simanggaris.
b)
Pengembangan jaringan jalan nasional yang menghubngkan kawasan perkotaan
nasional sebagai pusat pertumbuhan dengan pelabuhan dan bandaar udara untuk
mendukung pemasaran dan distribusi produk unggulan meliputi jaringan jalan
areri primer yang menghubungkan PKN Kawasan Perkotaan
Balikpapan-Tenggarong-Samarinda-Bontangdengan Pelabuhan Balikpapan (Kota Balikpapan),
Pelabuhan Samarinda (Kota Samarinda), Pelabuhan Tanjung Santan (Kota
Bontang), dan Bandar Udara Sepinggan (Kota Balikpapan), Bandar Udara
Samarinda Baru (Kota Samarinda), serta Bandar Udara Bontang (Kota Bontang).
c)
Pengembangan jaringan jalan bebas hambatan untuk melayani PKN sebagai pusat
III-3
d)
Pelabuhan Tanjung Santan Kota Bontang dan Bandar Udara Bontang termasuk
dalam Pengembangan jaringan jalan nasional yaitu Jaringan Jalan Lintas Selatan
Pulau Kalimantan,
e)
Pengembangan jaringan jalur kereta api untuk menghubungkan kawasan
perkotaan nasional, sentra produksi komoditas unggulan, jaringan jalan,
pelabuhan dan bandar udara meliputi; Jaringan Jalur Kereta Api Lintas Selatan
Pulau Kalimantan Bagian Timur yaitu Batas negara
–
Simanggaris
–
Malinau-Tanjung Selor-Tanung Redeb
–
Sangkulirang
–
Sangatta
–
Bontang serta
Bontang-Samarinda-Balikpapan.
f)
Pelabuhan Tanjung santan Kota Bontang termasuk dalam pengembangan akses
dan jasa kepelabuhan di sepanjng Alur Laut Kepulauan Indonesia I dan Alur Laut
Kepulauan Indonesia II dan pemanfaatan bersama pelabuhan guna kepentingan
pertahnan dan keamanan negara serta pengembangan alur pelaayaran yang
menghubungkan antar pelabuhan.
g)
Bandar Udara Kota Bontang sebagai bandar udara pengumpul dengan skala
pelayanan tersier yang terpadu dengan pengembangan Jaringan Jalan Lintas
Selatan Pulau Kalimantan dan Jaringan Jalur Kereta Api Lintas Selatan Pulau
Kalimantan Bagian Timur
.
Arahan sistem Jaringan Energi Nasional dan sistem jaringan telekomunikasi nasional,
meliputi :
a)
Pengembangan jaringan pipa transmisi minyak dan gas bumi Tanjung
Santan-Kutai Kartanegara-Bontang, jaringan distribusi Samarinda dan jaringan distribusi
Balikpapan untuk melayani PKN Kawasan Perkotaan
Balikpapan-Tenggarong-Samarinda-Bontang.
b)
Pengembangan jaringan pipa transmisi minyak dan gas bumi Kutai Timur
–
Penajam Paser Utara - Paser - Kotabaru - Tanah Bumbu - Tanah Laut, jaringan
distribusi Banjarmasin dan jaringan distribusi Balikpapan untuk melayani PKN
Kawasan Perkotaan Balikpapan - Tenggarong - Samarinda - Bontang, PKW
Tanah Grogot, dan PKW Kotabaru.
c)
Pengembangan jaringan pipa transmisi dan distribusi minyak dan gas bumi untuk
melayani kawasan andalan jaringan pipa transmisi minyak dan gas bumi Tanjung
Santan-Kutai Kartanegara-Bontang, jaringan distribusi Samarinda dan jaringan
distribusi Balikpapan untuk melayani Kawasan Andalan Bonsamtebajam dan
Sekitarnya, serta jaringan pipa transmisi minyak dan gas bumi Kutai - Penajam
Paser Utara - Paser - Kotabaru - Tanah Bumbu - Tanah Laut, jaringan distribusi
Banjarmasin dan jaringan distribusi Balikpapan untuk melayani Kawasan Andalan
Bonsamtebajam dan Sekitarnya serta Kawasan Andalan Batulicin.
d)
Pengemabangan pembangkit listrik berbasis energi baru berupa PLTMG Kota
Bontang.
Arahan sistem jaringan sumber daya air meliputi :
a)
Pendayagunaan sumber air berbasis Wilayah Sungai Mahakam yang melayani
PKN Kawasan Perkotaan Balikpapan-Tenggarong-Samarinda-Bontang, PKW
Sendawar dan Kawasan Andalan Bonsamtebajam dan Sekitarnya.
b)
Pemeliharaan dan pengembangan bendungan beserta waduknya untuk
mempertahankan daya tampung air yaitu Waduk Manggar Kota Balikpapan,
Waduk Benaga Kota Samarinda, dan Waduk Wain Kota Balikpapan yang
melayani PKN Kawsan Perkotaan Balikpapan-Tenggarong-Samarinda-Bontang
dan kawasan Andalan Bonsamtebajam.
II.
Arahan Pengembangan Pola Ruang
Arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya di Kota Bontang
yaitu :
a)
pengembangan jaringan drainase yang terintegrasi dengan sungai kawasan
perkotaan yang rawan banjir,
b)
pengendalian perkembangan kegiatan budi daya terbangun pada kawasan bencana
alam geologi, Kota Bontang termasuk dalam kawasan rawan gerakan tanah dan
kawasan rawan tsunami di pesisir timur.
c)
Penyelenggaraan upaya mitigasi dan adaptasi bencana melalui penetapan lokasi
dan jalur evakuasi bencana, pembangunan prasarana dan sarana pemantauan
bencana serta penetapan standar bangunan gedung.
d)
Pengembangan prasarana yang ramah lingkungan sebagai pendukung koridor
ekosistem bekantan, abon, gajah dan orang utan di kawasan Cagar Alam Muara
Kaman Sedulang (Kabupaten Kutai Kartanegara), Cagar Alam Padang Luwai
(Kabupaten Kutai Barat) dan Taman Nasional Kutai (Kabupaten Kutai Timur,
Kabupaten Kutai Kartanegara, dan Kota Bontang).
3.3.
Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi ditetapkan melalui Peraturan Daerah
Provinsi dan beberapa arahan harus diperhatikan dalam penyusunan RPI2-JM
Kabupaten/Kota.
3.3.1.
Arahan Pengembangan Pola Ruang
A.
Arahan Pengembangan Kawasan Lindung
III-5
1.
Kawasan hutan lindung
2.
Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya;
3.
Kawasan perlindungan setempat;
4.
Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya; dan
5.
Kawasan lindung geologi.
Tabel 3.1
Arahan Kawasan Lindung di Provinsi Kalimantan Timur
No Kawasan
Lindung Kriteria Arahan
1. Hutan Lindung
a. Hutan Lindung
Kawasan hutan dengan faktor kemiringan lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan yang jumlah hasil perkalian bobotnya sama dengan 175 (seratus tujuh puluh lima) atau lebih
Mencegah alih fungsi lahan hutan lindung menjadi kawasan budidaya.
Membatasi tumbuhnya kegiatan perkotaan di kawasan sekitar hutan lindung untuk mencegah alih fungsi lahan.
Mengatur mengenai masyarakat hukum adat dalam pengelolaan kawasan hutan untuk menghindari konflik pemanfaatan kawasan hutan.
Melakukan rehabilitasi dan konservasi kawasan lindung. Kawasan hutan yang
mempunyai kemiringan lereng paling sedikit 40% (empat puluh persen)
Melakukan rehabilitasi dan konservasi kawasan lindung. Secara bertahap melakukan
pemulihan kawasan lindung. Membangun kerjasama
pengawasan pengelolaan hutan lindung antara pemerintah dan masyarakat.
Kawasan hutan yang
mempunyai ketinggian paling sedikit 2.000 (dua ribu) meter di atas permukaan laut.
Menyusun aturan pemanfaatan jasa lingkungan bagi kawasan lindung hutan.
Mengendalikan pemungutan hasil hutan non kayu.
Pengawasan keberlanjutan kawasan hutan lindung terhadap kegiatan permukiman di kawasan permukiman.
2. Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Bagi Kawasan Bawahannya
a. Kawasan Bergambut
Kriteria kawasan lindung untuk kawasan bergambut yaitu kawasan tanah
bergambut dengan ketebalan 3 meter atau lebih yang terdapat dibagian hulu sungai dan
Mengembalikan fungsi kawasan untuk fungsi-fungsi sebagai berikut:
No Kawasan
Lindung Kriteria Arahan
rawa. ikan-ikan yang dipasarkan di dalam negeri maupun untuk ekspor.
b. Kawasan Resapan Air
Kawasan dengan curah hujan rata-rata lebih dari 1000 mm/tahun. Lapisan tanahnya berupa
pasir halus berukuran minimal 1/16 mm. Mempunyai kemampuan
meluluskan air dengan kecepatan lebih dari 1 m/hari.
Kedalaman muka air tanah lebih dari 10 m terhadap permukaan tahan setempat. Kelerengan kurang dari
15%.
Kedudukan muka air tanah dangkal lebih tinggi dari kedudukan muka air tanah dalam.
Mengendalikan kegiatan perkotaan (industri, permukiman, dan budidaya lain) yang akan mengganggu ekosistem kawasan resapan air.
Rehabilitasi dan konservasi kawasan-kawasan resapan air. Mengembalikan fungsi kawasan
resapan air dengan memindahkan kegiatan perkotaan yang berada pada kawasan resapan air.
3. Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya
a. Kawasan Suaka Alam Laut
Kawasan berupa perairan laut, perairan darat, wilayah pesisir, muara sungai, gugusan karang dan atau yang mempunyai ciri khas berupa keragaman dan/atau keunikan ekosistem
Memelihara ekosistem pesisir dan laut dengan mengendalikan kegiatan yang dapat menimbulkan pencemaran kawasan pesisir dan laut.
Mengembangkan kegiatan wisata pesisir dan laut yang bertaraf internasional untuk menarik wisatawan domestik dan asing. Mengarahkan pembangunan sarana
dan prasarana penunjang wisata di kawasan perkotaan terdekat.
Mengembangkan secara terbatas kegiatan perikanan yang dapat mengganggu ekosistem pesisir.
b. Kawasan Suaka Margasatwa
Kawasan yang ditunjuk merupakan tempat hidup dan perkembangan dari suatu jenis satwa yang perlu dilakukan upaya konservasi.
Memiliki keanekaragaman dan keunikan satwa.
Mempunyai luas yang cukup sebagai habitat jenis satwa yang bersangkutan
Perlindungan spesies penyu. Melakukan konservasi dan
rehabilitasi suaka margasatwa secara rutin.
Menjaga keanekaragaman dan keunikan satwa dengan membatasi kegiatan budidaya yang dapat mengganggu ekosistem satwa. Mengembangkan wisata suaka
III-7
No Kawasan
Lindung Kriteria Arahan
kawasan sekitarnya.
Mengarahkan tumbuhnya sarana dan prasarana wisata di kawasan perkotaan terdekat.
Mendorong keterlibatan
masyarakat lokal dalam mengelola kegiatan pariwisata.
c. Kawasan
Konservasi Pesisir dan Laut
d. Kawasan Cagar Alam
Kawasan sarat dan atau perairan yang ditunjuk mempunyai luas tertentu yang menunjang pengelolaan yang efektif dengan daerah penyangga cukup luas serta mempunyai kekhasan jenis tumbuhan, satwa atau ekosistemnya. Kondisi alam baik biota
maupun fisiknya masih asli dan tidak atau belum diganggu manusia.
Melakukan konservasi dan rehabilitas rutin untuk menjaga ekosistem dan keanekaragaman hayati.
Mendorong dan mempromosikan wisata alam bagi turis domestik dan asing.
Mengarahkan tumbuhnya sarana dan prasarana wisata di kawasan perkotaan yang dekat dengan kawasan cagar alam. Mendorong keterlibatan
masyarakat lokal dalam mengelola kegiatan pariwisata.
Mengembangkan industri kerajinan khas lokal sebagai penunjang pariwisata.
Dukungan terhadap terciptanya keseimbangan ekosistem hutan hujan tropis
e. Kawasan Pantai Berhutan Bakau / Payau
Kawasan pantai berhutan bakau adalah minimal 130 kali nilai rata-rata perbedaan air pasang tetinggi dan terendah tahunan diukur dari garis air surut terendah ke arah darat.
Mengembangkan secara terbatas kegiatan perikanan budidaya, industri dan permukiman yang menimbulkan pencemaran hutan bakau.
Melakukan rehabilitasi dan konservasi kawasan pantai berhutan bakau secara rutin. Mencegah alih fungsi lahan. f. Taman Nasional Kawasan darat dan atau
perairan yang ditunjuk relatif luas, tumbuhan dan atau satwanya memiliki sifat spesifik dan endemik serta berfungsi sebagai
perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan
Mengembangkan kegiatan pariwisata yang melibatkan masyarakat lokal.
Mengarahkan pembangunan sarana dan prasarana pariwisata di kawasan perkotaan terdekat. Mengembangkan industri kerajinan
No Kawasan
Lindung Kriteria Arahan
keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa serta pemanfaatan secara lestari sumber daya hayati dan ekosistemnya
Dikelola dengan sistem zonasi yang terdiri atas zona inti, zona pemanfaatan dan zona lain sesuai dengan keperluan.
g. Taman Hutan Raya
Kawasan yang ditunjuk mempunyai luasan tertentu, yang dapat merupakan hutan dan atau bukan kawasan hutan
Memiliki arsitektur bentang alam dan akses yang baik untuk kepentingan pariwisata
Mengembangkan kegiatan pariwisata yang melibatkan masyarakat lokal. Mengarahkan pembangunan sarana dan prasarana pariwisata di kawasan perkotaan terdekat
h. Taman Wisata Alam
Kawasan darat dan atau perairan yang ditunjuk mempunyai luas yang cukup dan lapangannya tidak membahayakan serta memiliki keadaan yang menarik dan indah, baik secara alamiah maupun buatan.
Memenuhi kebutuhan rekreasi dan atau olah raga serta mudah dijangkau. Kawasan yang terdapat
satwa buru yang
dikembangbiakkan untuk kelestarian satwa dan memungkinkan perburuan secara teratur dengan mengutamakan segi rekreasi olah raga.
Mengembangkan kegiatan pariwisata yang melibatkan masyarakat lokal.
Mengarahkan pembangunan sarana dan prasarana pariwisata di kawasan perkotaan terdekat. Mengembangkan industri kerajinan
khas lokal sebagai penunjang pariwisata.
Perlindungan ekosistem hutan hujan tropis dan spesies endemik.
i. Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan
Benda buatan manusia, bergerak atau tidak bergerak yang berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian-bagiannya atau sisa-sisanya, yang berumur sekurang-kurangnya 50 tahun atau mewakili masa gaya yang khas dan sekurang-kurangnya 50 tahun serta dianggap mempunyai nilai
Hutan pendidikan dan ilmu pengetahuan.
Memelihara dan merevitalisasi kawasan cagar budaya secara rutin dan berkelanjutan.
Mempromosikan wisata budaya dan ilmu pengetahuan baik di dalam negeri maupun mancanegara.
III-9
No Kawasan
Lindung Kriteria Arahan
penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan
kebudayaan.
Lokasi yang mengandung atau diduga mengandung benda cagar budaya.
internasional.
Membangun jaringan jalan yang memudahkan akses pada kawasan-kawasan wisata.
Mengendalikan perubahan arsitektur bangunan kawasan-kawasan budaya yang perlu dilestarikan sebagai daya tarik wisata.
4. Kawasan Rawan Bencana Alam
a. Kawasan Rawan Gerakan Tanah
Kawasan yang labil disekitar sesar dengan morfologi berlereng terjal dan rawan longsor. Daerah dengan kerentanan
tinggi untuk terkena gerakan tanah, terutama jika
kegiatan manusia menimbulkan gangguan pada lereng di kawasan ini.
Menyediakan jalan-jalan alternatif untuk evakuasi.
Menyediakan ruang-ruang yang mudah dicapai dalam keadaan bahaya untuk digunakan sebagai tempat penampungan sementara bagi korban bencana.
Melindungi kawasan-kawasan yang digunakan sebagai lokasi alat pendeteksi bencana.
Mengendalikan secara ketat pemanfaatan lahan untuk kawasan budidaya perkotaan di kawasan-kawasan rawan bencana gempa bumi.
Menyediakan sarana dan prasarana sistem peringatan dini.
b. Kawasan Rawan Banjir
Daerah yang diidentifikasi sering dan berpotensi tinggi mengalami bencana banjir.
Menyediakan jalan-jalan alternatif untuk evakuasi.
Merehabilitasi kawasan-kawasan rawan bencana yang telah dimanfaatkan untuk kegiatan permukiman dan kegiatan perkotaan.
Menyediakan ruang-ruang yang mudah dicapai dalam keadaan bahaya untuk digunakan sebagai tempat penampungan sementara bagi korban bencana.
Melindungi kawasan-kawasan yang digunakan sebagai lokasi alat pendeteksi bencana.
Menyediakan sarana dan prasarana sistem peringatan dini.
No Kawasan
Lindung Kriteria Arahan
Mengembangkan desain dan teknologi yang dapat mengurangi risiko gerakan tanah dan banjir.
5. Kawasan Perlindungan Setempat
a. Sempadan pantai Daratan sepanjang tepian pantai yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai sekurang-kurangnya 100 m dari titik pasang tertinggi ke arah darat.
Merehabilitasi kawasan sempadan pantai, sempadan sungai, waduk, situ dan mata air yang telah rusak. Mengarahkan pemanfaataan lahan
untuk kegiatan perkotaan di luar kawasan tersebut.
Mengembangkan kegiatan pertanian dan perkebunan yang dapat membantu pemeliharaan dan pemulihan kondisi kawasan. Merehabilitasi lahan kritis di
sekitar kawasan sempadan pantai, sempadan sungai, waduk/situ dan mata air.
b. Sempadan sungai Sekurang-kurangnya 5 m di sebelah luar sepanjang kaki tanggul diluar kawasan perkotaan dan 3 m di sebelah luar sepanjang kaki tanggul di dalam kawasan perkotaan.
Sekurang-kurangnya 100 m di kanan kiri sungai besar dan 50 meter di kanan-kiri sungai kecil yang tidak bertanggul diluar kawasan perkotaan.
Sekurang-kurangnya 10 m dari tepi sungai untuk yang mempunyai kedalaman tidak lebih besar dari 3 m. Sekurang-kurangnya 15 m
dari tepi sungai untuk sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 3 m sampai dengan 20 m. Sekurang-kurangnya 20 m
dari tepi sungai untuk sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 20 m. Sekurang-kurangnya 100 m
dari tepi sungai untuk sungai yang terpengaruh oleh pasang surut air laut, dan berfungsi sebagai jalur hijau.
c. Kawasan Sekitar Waduk dan Situ
III-11
No Kawasan
Lindung Kriteria Arahan
arah darat. d. Kawasan Sekitar
Mata Air
Kawasan dengan radius sekurang-kurangnya 200 m di sekitar mata air
e. Kawasan Perlindungan Plasma Nutfah Eks-situ
Merupakan areal tempat pengembangan plasma nutfah tertentu dan tidak
membahayakan.
Konservasi anggrek hutan dan jasad renik
B.
Arahan Pengembangan Kawasan Budidaya
Kawasan Budidaya mencakup Kawasan peruntukan Hutan Produksi Terbatas, Hutan
Produksi Tetap dan Hutan Rakyat, pertanian, perikanan, pertambangan, industri,
pariwisata permukiman, dan kawasan peruntukan budidaya lainya seperti kawasan
militer.
Tabel 3.2
Arahan Kawasan Budidaya di Provinsi Kalimantan Timur
No Kawasan
Budidaya Lokasi Arahan
1. Kawasan Hutan Peruntukan Produksi
Kab. Nunukan, Kab. Malinau, Kab. Bulungan, Kab. Berau, Kab. Kutai Timur, Kab. Kutai Kartanegara, Kab. Kutai Barat, Kab. Penajam Paser Utara, Kab. Paser
Seluruh kawasan telah dikelola oleh investasi Pengusahaan Hutan.
2. Kawasan
Peruntukan Hutan Rakyat
3. Kawasn Peruntukan Pertanian
Kab. Kutai Timur, Kab. Paser, Kab. Kutai Kartanegara, Kab. Berau, Kab. Penajam Paser Utara, Kab. Bulungan, Kab. Nunukan, Kab. Malinau dan Kab. Kutai Barat
Peningkatan produktivitas dan pengembangan areal penanaman padi
Kab. Kutai Kartanegara, Kab. Paser, Kab. Kutai Barat, Kab. Berau dan Kab. Bulungan
Dikembangkan sebagai persawahan beririgasi
Kab. Kutai Barat, Kab. Paser, Kab. Kutai Kartanegara, Kab. Berau, Kab. Penajam Paser Utara, Kab. Nunukan, Kab. Malinau, Kota Balikpapan, Kota Samarinda, Kota Tarakan dan Kota Bontang
Pengembangan pertanian palawija, hortikultur dan buah-buahan
Kota Samarinda, Kota Balikpapan, Kab. Kutai Timur, Kab. Kutai
No Kawasan
Budidaya Lokasi Arahan
Kartanegara, Kab. Bulungan, Kab. Berau, Kab. Nunukan, Kab. Paser dan Kab. Penajam Paser Utara
4. Kawasan Peruntukan Perkebunan
Kab. Kutai Timur,Kab. Bulungan, Kab. Berau, Kab. Kutai Barat, Kab. Paser, Kab. Malinau, Kab. Kutai
Kartanegara, Kab. Penajam Paser Utara dan Kab. Nunukan
Wilayah pengembangan budidaya perkebunan
5. Kawasan Peruntukan Peternakan
Kab. Paser, Kab. Penajam Paser Utara, Kab. Kutai Kartanegara, Kab. Kutai Timur, Kab. Kutai Barat, Kab. Berau, Kab. Bulungan dan Kab. Nunukan
Kawasan budidaya peternakan
6. Kawasan Peruntukan Perikanan
Kab. Paser, Kab. Penajam Paser Utara, Kab. Kutai Kartanegara, Kota Balikpapan, Kota Bontang, Kab. Berau, Kab. Kutai Timur, Kab. Bulungan, Kab Nunukan dan Kota Tarakan
Kawasan bududaya perikanan
Kota Balikpapan, Kota Bontang, Kota Tarakan, Kab. Berau, Kab. Bulungan, Kab. Kutai Kartanegara, Kab. Ktai Timur, Kab. Nunukan, Kab. Penajam Paser Utara, Kab. Paser dan Kab. Tana Tidung
Kawasan perikanan tangkap
Kota Balikpapan, Kota Bontang, Kota Tarakan, Kab. Berau, Kab. Bulungan, Kab. Kutai Kartanegara, Kab. Kutai Timur, Kab. Nunukan, Kab. Penajam Paser Utara, Kab. Paser dan Kab. Tana Tidung
Kawasan pengolahan ikan
7. Kawasan Peruntukan Pertambangan Mineral, Minyak dan Gas Bumi
Kab. Malinau, Kab. Nunukan, kab. Tana Tidung, Kab. Bulungan, Kab. Berau, Kab. Kutai Timur, Kab. Kutai Kertanegara, Kab. Kutai Barat, Kab. Penajam Paser Utara, Kab. Paser, Kota Tarakan, Kota Bontang, Kota Balikpapan dan kota
Samarinda
Kawasan peruntukan pertambangan mineral dan batubara
III-13
No Kawasan
Budidaya Lokasi Arahan
Tidung, Kab. Bulungan, Kab. Berau, Kab. Kutai Timur, Kab. Kutai Kertanegara, Kab. Kutai Barat, Kab. Penajam Paser Utara, Kab. Paser, Kota Tarakan, Kota Bontang, Kota Balikpapan dan Kota Samarinda
minyak dan gas bumi
8. Kawasan Peruntukan Industri
Kota Balikpapan, Kota Samarinda, Kota Bontang, Kab. Kutai Kartanegara, Kab. Kutai Timur, Kab. Penajam Paser Utara, Kab. Paser, Kab. Berau, Kab. Nunukan dan Kota Tarakan.
Sebagai kawasan industri dengan arahan untuk mendorong pengembangan industri pengolahan dan agroindustri untuk meningkatkan nilai tambah sektor-sektor produksi wilayah seperti
pertambangan, pertanian, perkebunan, perikanan, dan hasil hutan
9. Kawasan Peruntukan Pariwisata
Kab. Kutai Kartanegara, Kab. Paser, Kab. Bulungan, Kab. Berau, Kab. Malinau, Kab. Kutai Barat, Kota Samarinda dan Kota Balikpapan
Pengembangan obyek wisata alam dan budaya.
10.
Kawasan Peruntukan Permukiman
Permukiman perdesaan Pengelompokan lokasi permukiman perdesaan yang sudah ada.
Pembatasan alih fungsi sawah irigasi. Pengembangan permukiman dengan
memperhatikan kebutuhan perumahan berdasar perkembangan penduduk perdesaan untuk masa yang akan datang, kecenderungan perkembangan dan aksesibilitas.
Permukiman perkotaan Pengaturan perkembangan
pembangunan permukiman perkotaan baru.
Pengembangan permukiman perkotaan dengan memperhitungkan daya tampung perkembangan penduduk dan fasilitas atau prasarana yang
dibutuhkan.
Penyiapan permukiman perkotaan yang paling rawan terhadap bencana alam seperti banjir, gempa dan tsunami harus menyediakan tempat evakuasi pengungsi bencana alam baik berupa lapangan terbuka di tempat ketinggian ≥30 m di atas permukaan laut atau berupa bukit penyelamatan. Permukiman pada kawasan
khusus
3.3.2.
Arahan Pengembangan Struktur Ruang Terkait Keciptakaryaan
Pengembangan sistem jaringan prasarana yang mendukung pemantapan struktur ruang
diarahkan untuk peningkatan prasarana wilayah untuk melayani kebutuhan
perkembangan saat ini dan untuk mendukung pemerataan pembangunan antar wilayah
di Provinsi Kalimantan Timur dan meningkatkan keterkaitan antara wilayah
pertumbuhan dengan wilayah belakang di masa mendatang.
Sesuai dengan arahan pengembangan wilayah di Provinsi Kalimantan Timur, maka
prasarana wilayah diupayakan untuk ditingkatkan pada sentra ekonomi wilayah dan
wilayah yang kurang terjangkau. Beberapa wilayah yang memerlukan perhatian khusus
adalah: wilayah kepulauan dan wilayah yang memiliki akses yang rendah pada
wilayah-wilayah pedalaman.
A.
Pengembangan Sistem Jaringan Air Minum
Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Air Bersih Provinsi yaitu : Rencana
Pengembangan Sumber Mata Air, Saluran Air Baku, Instalasi Pengelolaan Air,
Perpipaan Air Bersih lintas Kabupaten/Kota.
Tabel 3.3
Arahan Pengembangan Prasarana Air bersih di Kalimantan Timur
No Lokasi/Wilayah
Arahan Pengembangan
Sistem Penyediaan Cara Penanganan
1 Kota besar dan sedang (Balikpapan, Tenggarong, Tarakan)
Melanjutkan sistem yang sudah ada melalui sistem BNA dengan layanan 80 l /orang/hari
Meningkatkan kapasitas produksi yang ada sesuai berkembangnya penduduk dan kegiatan.
Memperkecil tingkat kebocoran prasarana yang ada.
2 Kota kecil ukuran IKK (Ibukota Kecamatan) (Sangata, Nunukan, Sangkulirang, Muara Wihau, Penajam, Barong Tongkok, Tanjung – Redeb)
Pengambilan sumber air sebagian besar air tanah dan sungai
Melanjutkan sistem penyediaan yang sudah ada melalui sistem IKK dengan layanan 40 l /orang/hari -Menerapkan sistem IKK bagi kota-kota yang tumbuh pesat, terutama kota-kota yang berfungsi sebagai mediator perkembangan wilayah
Operasi dan pemeliharaan prasarana yang ada Pembangunan baru
melalui kerjasama dengan pemerintah pusat
3 Pusat-pusat Desa (Long Iram, Long Nawang, Kota Bangun Melak, Malinau, Tanjung Palas : sistem
Untuk desa-desa pusat pertumbuhan dapat menyediakan sistem IKK yang disederhanakan
Pembangunan baru sistem IKK sederhana
III-15
No Lokasi/Wilayah
Arahan Pengembangan
Sistem Penyediaan Cara Penanganan
perpipaan sederhana); dan (desa-desa lain untuk sistem non perpipaan)
Pengambilan sumber air untuk desa-desa
pegunungan melalui mata air, desa dataran rendah melalui air tanah, desa-desa di pinggiran sungai dengan pengolahan air sungai
bersih pedesaanmelalui sistem non perpipaan
3.4.
Arahan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Indonesia
(MP3EI)/Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Indonesia (MP3EI) merupakan
arahan strategis dalam percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia
untuk periode 15 (lima belas) tahun terhitung sejak tahun 2011 sampai dengan tahun
2025 dalam rangka pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
2005
–
2025 dan telah ditetapkan melalui Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011.
Arahan pengembangan MP3EI difokuskan pada Kawasan Perharian Investasi (KPI)
sebagai salah satu kegiatan ekonomiatau sentra produksi yang terikat dan terhubung.
Berdasarkan Penetapan lokasi arahan Perpres Nomor 32 Tahun 2011 Kota Bontang
termasuk dalam koridor Ekonomi (KE) Kalimantan yang dijadikan sebagai pusat
produksi dan pengolahan hasil tambang dan lumbung energi nasional.
Tabel 3.4
Penetapan Lokasi KSN, PKSN, PKN, KPI MP3EI dan KEK di Kota Bontang
KSNPKN PKSN KPI MP3EI KEK
KSN Sudut
Kepentingan
Status Hukum
1 2 3 4 5 6 7
- - -
Kawasan Perkotaan Balikpapan - Tenggarong - Samarinda - Bontang - Tarakan