• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA NY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA NY"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA NY. S DENGAN

POST OPERASI OPEN REDUCTION AND INTERNAL

FIXATION (ORIF) ATAS INDIKASI FRAKTUR

RADIUS SINISTRA 1/3 DISTAL DI RUANG

KANTHIL RSUD KARANGANYAR

DISUSUN OLEH :

RESTIA AYU SEPTIANI

NIM. P.10122

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

(2)

i

POST OPERASI OPEN REDUCTION AND INTERNAL

FIXATION (ORIF) ATAS INDIKASI FRAKTUR

RADIUS SINISTRA 1/3 DISTAL DI RUANG

KANTHIL RSUD KARANGANYAR

Karya Tulis Ilmiah

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan

DISUSUN OLEH :

RESTIA AYU SEPTIANI

NIM. P.10122

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

(3)

ii Saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Restia Ayu Septiani NIM : P.10122

Program Studi : DIII Keperawatan

Judul Karya Tulis Ilmiah : ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA NY.S DENGAN POST OPERASI OPEN REDUCTION AND INTERNAL FIXATION ATAS INDIKASI FRAKTUR RADIUS SINISTRA 1/3 DISTAL DI RUANG KANTHIL RSUD KARANG ANYAR

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut dengan ketentuan akademik yang berlaku.

Surakarta, 27 April 2013 Yang Membuat Pernyataan

Restia Ayu Septiani NIM. P. 10087

(4)

iii Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :

Nama : Restia Ayu Septiani NIM : P.10122

Program Studi : DIII Keperawatan

Judul : ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA NY.S DENGAN POST OPERASI OPEN REDUCTION AND INTERNAL FIXATION ATAS INDIKASI FRAKTUR RADIUS SINISTRA 1/3 DISTAL DI RUANG KANTHIL RSUD KARANG ANYAR

Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

Ditetapkan di : Surakarta,

Hari/ Tanggal : Sabtu, 08 Juni 2013

Pembimbing : Joko Kismanto, S.Kep., Ns ( ) NIK : 200670020

(5)

iv Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :

Nama : Restia Ayu Septiani NIM : P.10122

Program Studi : DIII Keperawatan

Judul : ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA NY.S DENGAN POST OPERASI OPEN REDUCTION AND INTERNAL FIXATION ATAS INDIKASI FRAKTUR RADIUS SINISTRA 1/3 DISTAL DI RUANG KANTHIL RSUD KARANG ANYAR

Telah diujikan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

Ditetapkan di : Surakarta

Hari/ Tanggal : Jum’at, 28 Juni 2013

DEWAN PENGUJI

Penguji I : Joko Kismanto, S.Kep.,Ns ( ) NIK : 200670020

Penguji II : Tyas Ardi Suminarsis, S.Kep.,Ns ( ) NIK : 201186080

Penguji III : Nurma Rahmawati, S.Kep.,Ns ( ) NIK : 201186076

Mengetahui,

Ketua Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

Setiyawan, S.Kep., Ns NIK. 201084050

(6)

v

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA NY.S DENGAN POST OPERASI OPEN REDUCTION AND INTERNAL FIXATION (ORIF) ATAS INDIKASI FRAKTUR RADIUS SINISTRA 1/3 DISTAL DI RUANG KANTHIL RSUD KARANGANYAR.”

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat :

1. Setiyawan, S.Kep.,Ns, selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta.

2. Erlina Windyastuti, S.Kep.,Ns, selaku Sekretaris Ketua Program Studi DIII Keperawatan, yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta.

3. Joko Kismanto, S.Kep.,Ns, selaku dosen pembimbing serta sekaligus sebagai penguji I yang telah membimbing dengan cermat, memberikan saran, kritik, serta masukan-masukan yang bermanfaat bagi penulis dan demi sempurnanya studi kasus ini.

4. Tyas Ardi Suminarsis, S.Kep.,Ns, selaku dosen penguji II yang telah memberikan saran dan kritik yang bermanfaat bagi penulis selama ujian berlangsung dan demi sempurnanya studi kasus ini.

(7)

vi

memberikan saran dan kritik yang bermanfaat bagi penulis selama ujian berlangsung dan demi sempurnanya studi kasus ini.

6. Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta, yang telah memberikan bimbingan baik berupa materi, wawasan serta ilmu yang bermanfaat dengan begitu sabar.

7. Pihak Rumah Sakit Karanganyar beserta staf keperawatan, khususnya di Ruang Khantil yang telah memberikan ijin dan kesempatan bagi penulis untuk pengambilan data guna penyelesaian studi kasus ini.

8. Kedua orang tuaku, yang selalu menjadi sumber inspirasi dan memberikan dukungan semangat untuk menyelesaikan pendidikan.

9. Saudara serta keluarga tercinta yang senantiasa memberikan dukungan dan semangat dalam setiap proses yang dilalui oleh penulis.

10.Teman-teman mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta, dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu- persatu, yang telah memberikan dukungan moral dan spiritual.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan balasan yang setimpal atas bantuan dan pengorbanan mereka kepada penulis dan melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua.

Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan. Amin.

Surakarta, 27 April 2013

(8)

vii

HALAMAN JUDUL ………...

PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME ………. LEMBAR PERSETUJUAN ……… LEMBAR PENGESAHAN ……… KATA PENGANTAR ………. DAFTAR ISI ……… DAFTAR LAMPIRAN ……… BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………... B. Tujuan Penulisan ………... C. Manfaat Penulisan ……….

BAB II LAPORAN KASUS

A. Identitas Klien ………... B. Pengkajian ………. C. Perumusan Masalah Keperawatan ……… D. Perencanaan Keperawatan ……… E. Implementasi Keperawatan ……….. F. Evaluasi Keperawatan ……….. i ii iii iv v vii ix 1 5 6 7 9 15 15 16 19

(9)

viii

A. Pembahasan ……….. B. Simpulan dan Saran ...………. Daftar Pustaka

Lampiran

Daftar Riwayat Hidup

20 33

(10)

ix

Lampiran 1 Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah Lampiran 2 Surat Keterangan Selesai Pengambilan Data Lampiran 3 Log Book Kegiatan Harian

Lampiran 4 Lembar Pendelegasian Pasien Lampiran 5 Asuhan Keperawatan

(11)

1

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Sistem tubuh yang sangat berperan terhadap fungsi pergerakan dan mobilitas seseorang adalah tulang. Masalah gangguan pada tulang akan mempengaruhi system pergerakan manusia, mulai dari bayi, anak-anak, remaja, dewasa, maupun pada lansia. Masalah system tubuh (musculoskeletal) yang sering kita temukan disekitar kita adalah fraktur atau patah tulang.

Berdasarkan data keseluruhan yang diperoleh dari rumah sakit umum daerah karanganyar pada akhir bulan April 2013 terdapat sejumlah pasien keseluruhan 22.536 pasien, didapatkan 4.608 pasien (20,45%) yang mengalami fraktur. Berdasarkan laporan periode bulan Maret sampai bulan April 2013, pasien yang dirawat di ruang kanthil RSUD Karanganyar dan sebanyak 64 pasien (7,2%) didapatkan 18 pasien atau (3,55%) yang mengalami fraktur, diantaranya 4 pasien (0,72%) mengalami Fraktur phalanx distal, 5 pasien (0,65%) mengalami fraktur clavicula, dan 9 pasien (1,37%) yang mengalami fraktur radius sinistra 1/3 distal, rata-rata berumur antara 10 tahun sampai 50 tahun.

Fraktur menurut Grace dan Borley (2006) adalah terputusnya kontinuitas tulang. Fraktur dapat berbentuk transversa, oblik, atau spiral. Fraktur terjadi ketika tekanan yang kuat diberikan pada tulang normal atau

(12)

tekanan yang sedang pada tulang yang terkena penyakit, misalnya osteoporosis, jatuh, terpeleset. Cedera pada tulang menimbulkan patah tulang (fraktur) dan dislokasi. Fraktur juga dapat terjadi di ujung tulang dan sendi (intra-artikuler) yang sekaligus menimbulkan dislokasi sendi (sjamsuhidajat, dkk. 2010: 1039). Menurut Hoppenfeld dan Murthy (2011: 159) menyatakan fraktur/ dislokasi adalah fraktur sepertiga distal radius dengan dislokasi articulatio radioulnaris distalis. Fraktur ini disebut sebagai fraktur “necessity” karena pada cedera ini memerlukan penanganan intervensi bedah sebagai akibat hilangnya koreksi dan hilangnya kelengkungan radius. Fraktur radius distalis dengan kerusakan articulation radioulnaris distalis

(fraktur/dislokasi).

Fraktur dapat terjadi di beberapa titik di sepanjang tulang, termasuk regio sepertiga tengah, sepertiga distal, sepertiga medial. Salah satunya fraktur radius sinistra sepertiga distal yang terbagi menjadi beberapa tipe, tipe I fraktur galeazzi terjadi pada sepertiga distal radius disertai dislokasi sendi radio-ulna distal ,tipe II fraktur colles terjadi pada tulang radius bagian

distal yang berjarak 1,5 inchi dari permukaan sendi radiocarpal dengan

deformitas keposterior (dorsal), dan tipe III fraktur smith terjadi pada pasien yang 20 tahun yang lalu pernah mengalami fraktur colles sebelumnya, tetapi pada cedera ini fragmen distal bergeser keanterior (volar) akibat jatuh pada punggung tangan. Penanganan pada fraktur radius sinistra 1/3 distal salah satunya dengan cara pembedahan atau operasi. Operasi adalah tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Prosedur pembedahan yang

(13)

dilakukan pada pasien fraktur meliputi reduksi terbuka dengan fiksasi iterna (Open Reduction and Internal Fixation/ ORIF). (Greenberg, 2007).

Salah satu gambaran klinis dari fraktur yaitu nyeri. Menurut Corwin (2009), nyeri yaitu spasme otot yang terjadi setelah patah tulang. Nyeri biasanya menyertai patah tulang traumatik dan cedera jaringan lunak. Apapun yang dialami oleh seseorang dan akan terus dirasakan oleh orang tersebut selama orang tersebut masih merasakan nyeri. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tanabe, menyebutkan bahwa 78% pasien yang masuk UGD mempunyai keluhan utama nyeri. Oleh karena itu, penanganan nyeri yang baik dan benar akan mengurangi angka kesakitan dan mungkin kematian pasien (Tanabe 1999 dalam Kartikawati, 2011).

Klasifikasi nyeri ada dua, yaitu nyeri akut dan nyeri kronis. Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan dan muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal sedemikian rupa, awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung kurang dari enam bulan, sedangkan nyeri kronis adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan dan muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal sedemikian rupa, awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat, terjadi secara konstan atau berulang tanpa akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung lebih dari enam bulan (Nanda, 2009).

(14)

Menurut Kartikawati (2011), tingkat nyeri dimulai dari 0-10 adalah sebagai berikut: skala angka 0-1: tidak nyeri (tidak merasakan nyeri), 2-3: nyeri ringan (terasa senut-senut), 4-6: nyeri sedang (terasa seperti tertusuk jarum), 7-8: nyeri berat (terasa seperti tersayat-sayat dan masih bisa tertahankan), 9-10: nyeri hebat (terasa seperti tertusuk-tusuk benda tajam sehingga tidak tertahankan). Sedangkan untuk anak menggunakan skala nyeri Faces Wong-Baker yang masing-masing wajah menggambarkan tersendiri. Wajah 0: wajah bahagia, tidak merasakan nyeri. Wajah 1: wajah yang merasakan sedikit nyeri, sedangkan wajah 2: wajah yang rasa nyerinya bertambah. Wajah 3: wajah yang nyerinya semakin bertambah. Wajah 4: wajah yang nyerinya bertambah parah dan wajah 5: wajah yang menunjukkan nyeri sangat hebat.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk mengambil studi kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan nyeri akut pada Ny.S: Post Operasi Open Reduction and Internal Fixation (ORIF) Atas Indikasi Fraktur Radius Sinistra 1/3 Distal di Ruang Kanthil RSUD Karanganyar”.

B.

Tujuan Penulisan

Ada dua tujuan yang ingin dicapai yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. 1. Tujuan Umum

Melaporkan kasus nyeri pada Ny. S dengan post operasi Open Reduction and Internal Fixation (ORIF) atas indikasi fraktur radius sinistra 1/3 Distal di ruang kanthil RSUD Karanganyar.

(15)

2. Tujuan Khusus

a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Ny. S dengan nyeri post

operasi Open Reduction and Internal Fixation (ORIF) atas indikasi

fraktur radius sinistra 1/3 distal.

b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny. S dengan nyeri post operasi Open Reduction and Internal Fixation (ORIF) atas indikasi fraktur radius sinistra 1/3 distal.

c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada Ny. S dengan nyeri post operasi Open Reduction and Internal Fixation (ORIF) atas indikasi fraktur radius sinistra 1/3 distal.

d. Penulis mampu melakukan implementasi pada Ny. S dengan nyeri

post operasi Open Reduction and Internal Fixation (ORIF) atas indikasi fraktur radius sinistra 1/3 distal.

e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada Ny. S dengan nyeri post

operasi Open Reduction and Internal Fixation (ORIF) atas indikasi

fraktur radius sinistra 1/3 distal.

f. Penulis mampu menganalisa kondisi nyeri yang terjadi pada Ny. S dengan nyeri post operasi Open Reduction and Internal Fixation (ORIF) atas indikasi fraktur radius sinistra 1/3 distal.

(16)

C.

Manfaat Penulisan 1. Bagi Penulis

Hasil penelitian ini dapat menjadi pengalaman belajar dalam meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan penulis khususnya dalam bidang penelitian.

2. Bagi Institusi

a.Bagi Rumah Sakit

Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan pemberian pelayanan kesehatan berkaitan dengan pasien post operasi Open Reduction and Internal Fixation (ORIF) atas indikasi fraktur radius sinistra 1/3 distal.

b. Bagi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan ilmu bagi institusi keperawatan khususnya keperawatan medikal bedah dalam penanganan kasus post operasi Open Reduction and Internal Fixation (ORIF) atas indikasi fraktur radius sinistra 1/3 distal.

3. Bagi Profesi atau Perawat

Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi bagi profesi tentang manajemen nyeri pada pasien post operasi Open Reduction and Internal Fixation (ORIF) atas indikasi fraktur radius sinistra 1/3 Distal.

(17)

7

BAB II

LAPORAN KASUS

Dalam bab ini menjelaskan tentang Asuhan Keperawatan yang dilakukan pada Ny. S dengan post operasi Open Reduction and Internal Fixation (ORIF) Atas Indikasi Fraktur Radius Sinistra 1/3 Distal, dilaksanakan pada tanggal 25-27 April 2013. Asuhan keperawatan ini berdasarkan dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.

A. Identitas Klien

Hasil pengkajian pada tanggal 25-27 April 2013 jam 08.00 WIB, pada kasus ini diperoleh dengan cara auto anamnesa dan allo anamnesa, mengadakan pengamatan atau observasi langsung, pemeriksaan fisik, menelaah catatan medis dan catatan perawat. Dari data pengkajian tersebut didapat hasil identitas klien, bahwa klien bernama Ny. S, umur 73 tahun, agama islam, pendidikan tidak sekolah, pekerjaan wiraswasta, alamat Jl. Keprabon RT 02 RW 04 Karang Pandan, Karanganyar. Tanggal masuk rumah sakit 24 April 2013 jam 12.08 WIB, dokter yang merawat dr. H, klien dirawat diruang Kanthil, dokter mendiagnosa bahwa Ny. S menderita Fraktur Radius Sinistra, yang bertanggung jawab Tn. S, umur 44 tahun, pendidikan tidak sekolah, pekerjaan wiraswasta, alamat Jl. Keprabon RT 02 RW 04 Karang Pandan, Karanganyar, hubungan dengan klien sebagai Saudara.

(18)

B. Pengkajian

1. Riwayat Kesehatan

Hasil pengkajian, keluhan utama klien mengeluh nyeri di pergelangan tangan kiri, pada riwayat kesehatan sekarang sebelum masuk Rumah Sakit, pada hari kamis 17 April 2013 klien mengalami kecelakaan yaitu jatuh terpeleset saat mengambil beras jatah (raskin) ditempat kelurahan Karang Pandan dekat rumahnya. Klien lalu dibawa kerumah dan dipanggilkan tukang urut. Klien merasa sudah 6 hari masih merasakan nyeri, bengkak pada pergelangan tangan kiri dan merasakan nyeri yang hebat. Pada tanggal 24 April 2013 jam 10.00 WIB oleh keluarga klien dibawa ke UGD RSUD Karanganyar untuk diperiksa, dokter jaga menganjurkan klien dilakukan pemeriksaan rontgen. Klien langsung melakukan pemeriksaan rontgen, dari hasil pemeriksaan Rontgen yang hasilnya bahwa klien mengalami fraktur radius sinistra 1/3 distal.

Dari hasil pemeriksaan tersebut dokter menganjurkan klien untuk dirawat inap dan dilakukan operasi, di UGD klien mendapat terapi berupa infuse RL 20 tetes per menit, ketoprofen 50 mg/ 8 jam, gentamicin 80 mg/ 12 jam, cefotaxime 1g/ 12 jam. Kemudian dokter menyarankan klien untuk dirawat inap, dihari yang sama klien dipindah di bangsal Kanthil agar mendapat perawatan lebih lanjut. Pada tanggal 25 April 2013 jam 08.00 WIB dilakukan operasi Open Reduction and Internal Fixation (ORIF) atas indikasi fraktur radius sinistra 1/3 distal. Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 25 April 2013 jam 10.00 WIB post operasi klien mengeluh nyeri pada pergelangan tangan sebelah kiri, nyeri dirasakan karena post operasi,

(19)

nyeri dirasakan seperti tertusuk jarum, skala nyeri 6, nyeri timbul saat digerakkan, ekspresi wajah meringis, gelisah dan menahan nyeri, tekanan darah: 140/90 mmHg, Nadi: 76 kali per menit, pernafasan: 18 kali per menit, Suhu: 370C, ekstremitas kanan atas (tangan kanan) terpasang infus RL 20 tetes per menit, ekstremitas kiri atas (tangan kiri) pada pergelangan tangan terdapat luka bekas operasi dan dipasang elastis perban.

Hasil pengkajian riwayat kesehatan dahulu, bahwa klien mengatakan belum pernah dirawat di Rumah Sakit dan belum pernah di operasi. Klien mengatakan tidak mempunyai alergi makanan dan obat. Pada riwayat kesehatan keluarga, dalam keluarga klien tidak mempunyai penyakit

Diabetes Militus, Jantung, Asma dan Hipertensi. Pada riwayat kesehatan lingkungan, sekitar rumah klien bersih dan ventilasi udara di dalam rumah cukup.

2. Pola Fungsional Kesehatan

Pengkajian pola fungsional kesehatan menurut Gordon, Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan, klien merupakan pekerja keras dan sangat peka terhadap kesehatannya. Bila sakit klien dan keluarga lebih sering dibawa kepuskesmas atau rumah sakit.

Pola Nutrisi dan metabolik, sebelum sakit klien mengatakan makan 3 kali sehari dengan menu nasi, sayur, lauk, buah, minum teh atau air putih 7-8 gelas (1750 cc – 2000 cc) sehari dan terkadang minum susu. Selama sakit klien mengatakan nafsu makan sedikit berkurang tetapi mencoba dengan memakan menu diit rumah sakit sedikit demi sedikit sehingga dapat menghabiskan 1 porsi diit rumah sakit dengan menu nasi, sayur,

(20)

lauk, buah, minum teh atau air putih 5-6 gelas (1250 cc - 1500 cc) sehari selama dirumah sakit.

Pola eliminasi, sebelum sakit klien BAB 1 kali sehari dengan konsistensi lembek berwarna kuning, tidak ada darah dan berbau khas. BAK 5-7 kali sehari berwarna kuning jernih dan berbau khas. Selama sakit klien mengatakan 2 hari belum BAB dan BAK 5-7 kali sehari dengan warna kuning jernih, tidak ada darah dan berbau khas.

Pola istirahat tidur, sebelum sakit klien mengatakan tidur kurang lebih 6-8 jam sehari, dari jam 21.00-05.00 WIB dengan nyenyak. Selama sakit klien mengatakan tidak bisa tidur dengan nyenyak karena nyeri yang dirasakan, tidur kurang lebih 4 jam sehari.

Pola aktivitas latihan ditemukan data: sebelum sakit klien mengatakan dapat melakukan aktifitas secara mandiri. Selama sakit klien mengatakan aktivitas dibantu dengan keluarga, untuk makan dan minum, mobilitas ditempat tidur klien dapat melakukannya secara mandiri.

Pola kognitif perseptual, sebelum sakit klien mengatakan penglihatan, pendengaran, dan bicara jelas. Selama sakit penglihatan, pendengaran, dan bicara masih jelas, tidak ada gangguan. Klien mengatakan nyeri pada pergelangan tangan sebelah kiri, nyeri karena post operasi, nyeri dirasakan seperti tertusuk jarum, skala nyeri 6, timbul saat tangan digerakkan.

Pola persepsi konsep diri, Gambaran diri: klien mengatakan selalu bersyukur dengan keadaan tubuhnya yang dulu dan sekarang, klien tidak malu dengan luka bekas operasi. Identitas diri: Klien mengatakan seorang

(21)

perempuan yang sudah menikah dan seorang pekerja keras untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Ideal diri: klien berharap cepat sembuh, dapat melakukan aktifitas sehari-hari dan menyadari bahwa apa yang menjadi rencana manusia tidak selalu sama dengan rencana Tuhan. Peran: klien mengatakan bekerja keras demi mencukupi kebutuhannya sehari-hari. Harga diri: klien berhubungan baik dengan keluarga dan anggota keluarga selalu mencintai klien, bila ada masalah klien dapat mengambil keputusan secara musyawarah antar anggota keluarga. Pola hubungan dan peran, sebelum sakit klien mengatakan dapat bersosialisasi dan berkomunikasi dengan orang lain serta lingkungan sektar. Selama sakit klien mengatakan tidak mampu bersosialisasi dengan lingkungan seperti biasanya.

Pola seksual dan reproduksi, sebelum dan selama sakit klien mengatakan tidak mempunyai kelainan seksual dan sudah menikah.

Pola mekanisme koping, sebelum dan selama sakit klien mengatakan senang dengan kehidupan yang dijalaninya, tidak banyak menerima masalah yang membuat stress serta mampu mengendalikan stres.

Pola nilai dan keyakinan, sebelum dan selama sakit klien mengatakan beragama islam dan masih mampu menjalankan sembahyang sholat serta dapat dilakukannya secara mandiri tanpa dibantu oleh orang lain.

3. Pemeriksaan Fisik

Pengkajian pemeriksaan fisik didapatkan data bahwa keadaan umum klien baik, kesadaran compos mentis, penilaian Glasgow Coma Skale

(22)

(GCS) adalah E4V5M6 dengan ketentuan mata membuka spontan, verbal

berorientasi atau dapat berkomunikasi dengan baik, motorik dengan perintah. Pemeriksaan tanda vital didapatkan hasil pengukuran tekanan darah: 140/90 mmHg, nadi: 76 kali per menit, pernafasan: 18 kali per menit, suhu: 37oC.

Bentuk kepala mesochepal, rambut berwarna putih lurus, kulit kepala bersih. Mata simetris kanan kiri, konjungtiva tidak anemis, sklera putih, pupil isokor. Hidung simetris kanan kiri, tidak ada sekret, tidak ada

polip. Mulut mukosa bibir lembab, tidak ada gigi berlubang, tidak sariawan. Telinga simetris kanan kiri, tidak ada serumen. Leher tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.

Pemeriksaan dada (paru-paru), inspeksi : dada simetris, palpasi vocal fremitus sama kanan dan kiri, perkusi sonor auskultasi vesikuler. Dada (jantung) : inspeksi ictus cordis tidak tampak, palpasi ictus cordis teraba, perkusi pekak, auskultasi bunyi jantung I, II murni tidak ada bising.

Pemeriksaan abdomen: inspeksi bentuk datar, tidak terdapat bekas luka, auskultasi bising usus 4 kali per menit, perkusi thympani, palpasi

tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran hati.

Pada genetalia tidak ada kelainan, tidak terpasang kateter. Pada kulit turgor kulit baik, warna kulit sawo matang. Ekstremitas kanan atas (tangan kanan) terpasang infus RL 20 tetes per menit. Ekstremitas kiri atas (tangan kiri) pada pergelangan tangan terdapat luka bekas operasi dan dipasang

(23)

4. Hasil Pemeriksaan Penunjang dan Laboratorium

Hasil pemeriksaan laboraturium didapatkan pada tanggal 23 April 2013 yaitu hemoglobin 12,7 g/dl (11,7-16,2 g/dl), hematrokit 36,6 % (35-45 %), eritrosit 4,42 Juta/mm3 (4,1-5,1 Juta/mm3), lekosit 5,100/mm3

(4,400-11,300/mm3), trombosit 218,000 U/L (150,000-450,000 U/L), basofil 0,4% (0-2%), eosinofil 3,5% (0-4%), neutrofil 44,7% (55-80%), limfosit 42,7% (22-44%), monosit 8,7% (0-7%), MCV 93,7 fL (80-96 fL), MCH 31,7 pg (28-33 pg), MCHC 33,8% (32-36%), golongan darah A/ Rh

(+), masa pendarahan BT 02’00” menit (1’-3’’ menit), masa pembekuan CT 03’30” menit (2’-8’’ menit), HbsAg kualitatif negatif, glukosa darah sewaktu 109 mg/dl (70-150 mg/dl),UREA 35,6 mg/dl (10-50 mg/dl), creatinine 0,95 mg/dl (0.5-0,9 mg/dl), SGOT 34,8 U/L (0,31 U/L), SGPT

19,2 U/L (0,32 U/L).

Hasil pemeriksaan Rontgen tanggal 24 April 2013, jenis pemeriksaan: radius, hasil pemeriksaan: gambaran fraktur komplit os radius sinistra 1/3 distal, tidak tampak dislokasi pergelangan sendi radio sinistra. Hasil pemeriksaan Rontgen tanggal 25 April 2013, jenis pemeriksaan: radius, hasil pemeriksaan: foto radius kiri tampak post operasi Open Reduction and Internal Fixation (ORIF) fraktur radius sinistra 1/3 distal. Program terapi yang didapatkan klien pada tanggal 25 April 2013, yaitu ketoprofen 50 mg/ 8 jam, gentamicin 80 mg/ 12 jam,

cefotaxime 1 g/ 12 jam, oxtercid 2 x 750 mg/ 12 jam, infuse RL 20 tetes per menit.

(24)

C. Daftar Perumusan Masalah

Diagnosa keperawatan utama adalah nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (post operasi fraktur), ditandai dengan respon subyektif klien: klien mengatakan nyeri pada pergelangan tangan sebelah kiri, nyeri karena post operasi, nyeri dirasakan seperti tertusuk jarum, skala nyeri 6, nyeri timbul saat digerakkan, respon obyektif: ekspresi wajah meringis, gelisah, dan menahan nyeri, tekanan darah: 140/90 mmHg, nadi: 76 kali per menit, pernafasan: 18 kali per menit, suhu: 370C.

D. Perencanaan

Tujuan yang dibuat penulis adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri berkurang atau hilang dengan kriteria hasil: ekspresi wajah rileks, tenang, skala nyeri 1, Tanda vital dalam batas normal (tekanan darah: 120/80 mmHg, nadi: 60-100 kali per menit, pernafasan: 16-24 kali per menit, suhu: 36-370C).

Intervensi atau rencana yang akan dilakukan yaitu pantau karakteristik nyeri (PQRST), Provoking incident (P), Quality of Pain (Q), Region (R), Severity of Pain (S), Time (T), dengan rasional untuk mengidentifikasi skala nyeri dan ketidaknyamanan; monitor tanda vital, dengan rasional memberikan gambaran lengkap mengenai sistem kardiovaskuler; berikan posisi yang nyaman, dengan rasional untuk meningkatkan kenyamanan dan mengurangi rasa nyeri; ajarkan teknik relaksasi atau distraksi, dengan rasional melepaskan tegangan emosional dan otot; kolaborasi dengan dokter untuk pemberian

(25)

E. Implementasi

Tindakan yang dilakukan tanggal 25 April 2013 jam 10.05 WIB mengkaji keluhan utama klien dan didapatkan hasil data subjektif klien mengatakan nyeri pada bekas operasi, Provocate = nyeri akibat post operasi,

Quality = nyeri yang dirasakan seperti tertusuk jarum, Regio = pergelangan tangan sebelah kiri, Scale = skala nyeri wajah 6, Time = hilang timbul saat digerakkan dan respon objektif post operasi klien tampak meringis menahan nyeri. Pada jam 10.15 WIB memonitor tanda vital dan keadaan umum, dengan respon subjektif klien mengatakan bersedia dilakukan pengukuran tekanan darah, respon obyektif: tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 76 kali per menit, pernafasan 18 kali per menit, suhu 370C. Pada jam 10.20 WIB mengajarkan teknik relaksasi (nafas dalam), respon subyektif: klien mengatakan mau diajarkan teknik nafas dalam, respon obyektif: klien tampak belajar teknik relaksasi. Pada jam 10.30 WIB memberikan posisi yang nyaman (tiduran dan menyokong ekstermitas yang berluka), respon subyektif: klien mengatakan posisi tiduran sudah nyaman tetapi masih nyeri, respon obyektif: pasien terlihat tiduran dan nampak meringis. Pada jam 12.30 WIB memberikan terapi injeksi analgetik (Ketoprofen 50 mg/ 8 jam), respon subyektif: klien mengatakan bersedia disuntik, respon obyektif: injeksi masuk dan tidak terjadi alergi.

Implementasi yang dilakukan tanggal 26 April 2013 jam 07.30 WIB memantau karakteristik nyeri Provoking incident (P), Quality of Pain (Q), Region (R), Severity of Pain (S), Time (T), respon subyektif: klien mengatakan nyeri pada bekas operasi, Provocate = nyeri akibat post operasi,

(26)

Quality = nyeri yang dirasakan seperti tertusuk jarum, Regio = pergelangan tangan sebelah kiri, Scale = skala nyeri wajah 5, Time = hilang timbul saat digerakkan , respon objektif post op hari pertama klien tampak menahan nyeri, sedikit bertenaga, bengkak didaerah fraktur tampak berkurang, terpasang elastis perban pada daerah post operasi hari pertama Open Reduction and Internal Fixation (ORIF). Pada jam 08.00 WIB memonitor tanda vital dan keadaan umum, dengan respon subjektif klien mengatakan badan terasa lemah, klien bersedia dilakukan pengukuran tekanan darah, dan respon objektif Ny. S post operasi hari pertama, klien tampak hanya tiduran, tekanan darah: 140/90 mmHg, nadi: 80 kali per menit, pernafasan: 22 kali per menit, suhu: 360C. Pada jam 08.20 WIB mengajarkan teknik relaksasi (nafas dalam), respon subyektif: klien mengatakan mau diajarkan teknik nafas dalam, respon obyektif: klien tampak belajar teknik relaksasi. Pada jam 09.30 WIB memberikan terapi injeksi analgetik (Ketoprofen 50 mg/ 8 jam), respon subyektif: klien mengatakan bersedia disuntik, respon obyektif: injeksi masuk dan tidak terjadi alergi. Pada jam 09.40 WIB memberikan posisi yang nyaman pada pasien (posisi supinasi atau tidur terlentang), respon subyektif: klien mengatakan posisi sudah nyaman dan nyeri sudah sedikit berkurang, respon obyektif: klien tampak lebih nyaman dan rileks.

Pada tanggal 27 April 2013 jam 07.30 WIB memantau karakteristik nyeri (PQRST), Provoking incident (P), Quality of Pain (Q), Region (R), Severity of Pain (S), Time (T), respon subyektif: klien mengatakan nyeri berkurang, Provocate (P) = nyeri akibat post operasi, Quality (Q) = nyeri yang dirasakan seperti senut-senut, Regio (R) = pergelangan tangan sebelah

(27)

kiri, Scale (S) = skala nyeri wajah 3, Time (T) = hilang timbul saat digerakkan, respon obyektif: klien tampak lebih bertenaga, sudah tidak menahan nyeri, bengkak didaerah fraktur tampak berkurang, terpasang elastis perban pada daerah post operasi hari kedua Open Reduction and Internal Fixation (ORIF). Pada jam 08.00 WIB memonitor tanda vital, respon subyektif: klien mengatakan bersedia dilakukan pengukuran tekanan darah, respon obyektif: tekanan darah: 130/90 mmHg, nadi: 84 kali per menit, pernafasan: 20 kali per menit, suhu: 360C. Pada jam 09.30 WIB memberikan terapi injeksi analgetik (Ketoprofen 50 mg/ 8 jam), respon subyektif: klien bersedia disuntik, respon obyektif: injeksi masuk dan tidak terjadi alergi. Pada jam 09.40 WIB memberikan posisi yang nyaman, respon subyektif: klien mengatakan nyaman dengan posisi terlentang, respon obyektif: posisi klien supine atau tiduran,klien tampak lebih nyaman dan rileks.

F. Evaluasi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, hasil evaluasi dilakukan pada hari Kamis, 25 April 2013 jam 14.00 WIB, dengan menggunakan metode SOAP, Subyektif (S), Obyektif (O), Assessment (A), Planning (P), didapatkan hasil evaluasi dengan data subjektif klien mengatakan nyeri pada bekas operasi, Provocate = nyeri akibat post operasi, Quality = nyeri yang dirasakan seperti tertusuk jarum, Regio = pergelangan tangan sebelah kiri,

Scale = skala nyeri wajah 6, Time = hilang timbul saat digerakkan dan respon objektif post operasi klien tampak meringis menahan nyeri, tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 76 kali per menit, pernafasan 18 kali per menit, suhu

(28)

370C, Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa masalah keperawatan nyeri belum teratasi sehingga intervensi dilanjutkan yaitu observasi keadaan umum klien, kaji ulang tingkat nyeri klien (PQRST), Provoking incident (P), Quality of Pain (Q), Region (R), Severity of Pain (S), Time (T), monitor tanda-tanda vital, anjurkan teknik relaksasi dan lanjutkan program terapi sesuai advis dokter (ketoprofen 50 mg/ 8 jam, gentamicin 80 mg/ 12 jam, cefotaxime 1 g/ 12 jam, oxtercid 2 x 750 mg/ 12 jam).

Hasil evaluasi yang dilakukan pada tanggal 26 April 2013 jam 14.30 WIB, yang hasilnya: Provocate (P) = nyeri akibat post operasi, Quality(Q) = nyeri yang dirasakan seperti tertusuk jarum, Regio (R) = pergelangan tangan sebelah kiri, Scale (S) = skala nyeri wajah 5, Time (T) = hilang timbul saat digerakkan, ekspresi wajah menahan nyeri, sedikit bertenaga, bengkak didaerah fraktur tampak berkurang, terpasang elastis perban pada daerah post operasi hari pertama Open Reduction and Internal Fixation (ORIF) hari pertama. Tekanan darah: 140/90 mmHg, nadi: 80 kali per menit, pernafasan: 22 kali per menit, suhu: 360C, masalah nyeri belum teratasi, intervensi dilanjutkan: pantau karakteristik nyeri, beri posisi supinasi, anjurkan untuk melakukan teknik relaksasi jika nyeri timbul, lanjutkan terapi dokter (ketoprofen 50 mg/ 8 jam, gentamicin 80 mg/ 12 jam, cefotaxime 1 g/ 12 jam, oxtercid 2 x 750 mg/ 12 jam).

Hasil evaluasi yang dilakukan pada tanggal 27 April 2013 jam 14.00 WIB yang hasilnya: Provocate (P) = nyeri akibat post operasi, Quality (Q) = nyeri yang dirasakan seperti senut-senut, Regio (R) = pergelangan tangan sebelah kiri, Scale (S) = skala nyeri wajah 3, Time (T) = hilang timbul saat

(29)

digerakkan, ekspresi wajah rileks, tampak lebih bertenaga, sudah tidak menahan nyeri, nyeri berkurang, bengkak didaerah fraktur tampak berkurang, terpasang elastis perban pada daerah post operasi hari kedua Open Reduction and Internal Fixation (ORIF). Tekanan darah: 130/90 mmHg, nadi: 84 kali per menit, pernafasan: 20 kali per menit, suhu: 360C, masalah teratasi sebagian, intervensi dilanjutkan: pantau karakteristik nyeri, beri posisi supinasi, anjurkan untuk melakukan teknik relaksasi jika nyeri timbul, lanjutkan terapi dokter (ketoprofen 50 mg/ 8 jam, gentamicin 80 mg/ 12 jam,

(30)

20

BAB III

PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

Pada bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan teori dan tindakan proses asuhan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 25-27 April 2013 di ruang Kanthil RSUD Karanganyar, yang meliputi: pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi. Disamping itu, juga akan dikemukakan faktor terkait Nyeri Akut maupun hambatan dalam memberikan Asuhan Keperawatan pada Ny. S, yang akan diuraikan sesuai dengan tahap proses keperawatan.

A. Pembahasan

Dalam pengumpulan data penulis menggunakan metode wawancara, pengamatan (observasi), pemeriksaan fisik dan dokumentasi pelayanan kesehatan. Selama pengkajian, penulis mendapatkan data subyektif dan obyektif. Data subyektif adalah persepsi klien tentang masalah kesehatan yang dialaminya. Data obyektif adalah pengamatan atau pengukuran yang dibuat oleh penulis (Potter dan Perry, 2005).

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan, untuk itu diperlukan kecermatan dan ketelitian dalam menangani masalah-masalah klien sehingga dapat menentukan tindakan

(31)

keperawatan yang tepat (Muttaqin, 2008). Hasil pengkajian klien mengeluh nyeri pada pergelangan tangan sebelah kiri, nyeri dirasakan seperti tertusuk jarum, skala nyeri 6, nyeri timbul saat digerakkan, ekspresi wajah meringis, gelisah.

Berdasarkan hasil pengkajian pada Ny. S didapatkan klien mengeluh nyeri dan masalah keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik. Hal itu sesuai dengan teori yang ada, bahwa pada kasus

fraktur radius sinistra 1/3 distal penanganannya menggunakan Open Reduction Internal Fixation (ORIF). Open Reduction Internal Fixation

(ORIF) adalah suatu tindakan untuk melihat fraktur langsung dengan teknik pembedahan yang mencakup didalamnya pemasangan pen, sekrup untuk memobilisasi selama penyembuhan akan menimbulkan problematik salah satunya adalah nyeri (Barbara, 2006).

Pola kognitif perseptual, sebelum sakit klien mengatakan penglihatan, pendengaran, dan bicara jelas. Selama sakit penglihatan, pendengaran, dan bicara masih jelas, tidak ada gangguan. Klien mengatakan nyeri pada pergelangan tangan sebelah kiri, nyeri karena post operasi, nyeri dirasakan seperti tertusuk jarum, skala nyeri 6, timbul saat tangan digerakkan, tetapi penulis belum mencantumkan tentang gangguan penciuman dan peraba, hal itu dikarenakan tidak terkaji oleh penulis. Pada kasus fraktur, daya rabanya berkurang terutama pada bagian distal fraktur dan timbul rasa nyeri akibat fraktur, sedangkan pada indra yang lain dan kognitifnya tidak mengalami gangguan (Muttaqin, 2008).

(32)

Pada pola aktivitas latihan, penulis mencantumkan sebelum sakit klien mengatakan dapat melakukan aktifitas secara mandiri. Selama sakit klien mengatakan aktivitas dibantu dengan keluarga, untuk makan dan minum, mobilitas ditempat tidur klien dapat melakukannya secara mandiri. Hal itu disebabkan karena adanya nyeri dan gerak yang terbatas, semua bentuk aktivitas klien dapat berkurang dan klien butuh bantuan dari orang lain (Muttaqin, 2008).

Hasil pemeriksaan fisik bagian ekstremitas, penulis hanya menuliskan ekstremitas kiri bawah (tangan kiri dibagian pergelangan tangan) terdapat luka bekas operasi dan dipasang elastis perban. Penulis tidak menuliskan secara rinci bagaimana kondisi luka, panjang jahitan. Hal ini dikarenakan klien post operasi dan belum dilakukan perawatan luka. Pada pemeriksaan fisik dada (jantung), saat dipalpasi penulis hanya menuliskan ictus cordis teraba, yang seharusnya ictus cordis teraba di SIC V. Hal itu merupakan kekurangan penulis dalam pendokumentasian.

Pemeriksaan penunjang foto Rontgen dilakukan sebelum dan setelah operasi. Sebelum operasi dilakukan untuk mengetahui lokasi fraktur dan garis fraktur secara langsung serta mengetahui tempat dan tipe fraktur. Setelah operasi dilakukan untuk mengetahui ketepatan tindakan yang telah dilakukan (Barbara, 2006). Hasil pemeriksaan foto Rontgen tanggal 24 April 2013: gambaran fraktur komplit os radius sinistra 1/3 distal, tidak tampak dislokasi pergelangan sendi radio sinistra dan foto radius kiri tampak post operasi Open Reduction and Internal Fixation (ORIF) fraktur radius sinistra 1/3 distal. Hasil pemeriksaan Rontgen tanggal 25 April

(33)

2013: foto radius kiri tampak post operasi Open Reduction and Internal Fixation (ORIF) fraktur radius sinistra 1/3 distal.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan respon aktual atau potensial klien terhadap masalah kesehatan. Respon aktual dan potensial klien didapatkan dari data dasar pengkajian dan catatan medis klien, yang kesemuanya dikumpulkan selama pengkajian. Diagnosa keperawatan memberikan dasar pemilihan intervensi untuk mencapai hasil yang diharapkan (Potter dan Perry, 2005).

Diagnosa keperawatan utama yang diangkat penulis yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (post operasi fraktur). Pengertian nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan dan muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa, awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung kurang dari enam bulan (Nanda, 2009).

Penulis mengangkat diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (post operasi fraktur), karena saat dilakukan pengkajian didapatkan data subyektif klien: klien mengatakan nyeri pada pergelangan tangan sebelah kiri, nyeri karena post operasi, nyeri dirasakan seperti tertusuk jarum, skala nyeri 6, nyeri timbul saat digerakkan, respon obyektif: ekspresi wajah meringis, gelisah, menahan nyeri, dan harus

(34)

segera ditangani untuk memenuhi kebutuhan kenyamanan klien yang merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Penulis hanya mengangkat diagnosa nyeri karena merupakan diagnosa prioritas dan aktual, hal ini didasarkan pada teori hirarki Maslow. Menurut Maslow kenyamanan merupakan kebutuhan dasar yang memerlukan penanganan dengan segera agar tidak mengganggu kebutuhan yang lainnya (Nursalam, 2008).

3. Intervensi

Intervensi adalah rencana keperawatan yang akan penulis rencanakan kepada klien sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan sehingga kebutuhan klien dapat terpenuhi (Wilkinson, 2006). Dalam teori intervensi dituliskan sesuai dengan rencana dan kriteria hasil berdasarkan NIC (Nursing Intervension Clasification) dan NOC (Nursing Outcome Clasification). Intervensi keperawatan disesuaikan dengan kondisi pasien dan fasilitas yang ada, sehingga rencana tindakan dapat diselesaikan dengan Spesifik (jelas atau khusus), Measurable (dapat diukur), Achievable

(dapat diterima), Rasional dan Time (ada kriteria waktu). Selanjutnya akan diuraikan rencana keperawatan dari diagnosa yang ditegakkan (Nursalam, 2008).

Tujuan yang dibuat penulis adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri berkurang atau hilang dengan kriteria hasil: ekspresi wajah rileks, tenang, skala nyeri 1, Tanda

(35)

vital dalam batas normal (tekanan darah: 120/80 mmHg, nadi: 60-100 kali per menit, pernafasan: 16-24 kali per menit, suhu: 36-370C).

Dengan ditegakkan diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (post operasi fraktur), penulis merencanakan tindakan untuk mengatasi nyeri yang dirasakan pasien yaitu: pantau karakteristik nyeri (PQRST),Provoking incident (P), Quality of Pain (Q), Region (R), Severity of Pain (S), Time (T), dengan rasional untuk mengidentifikasi skala nyeri dan ketidaknyamanan; monitor tanda vital (Tekanan darah, nadi, pernafasan, dan suhu), dengan rasional memberikan gambaran lengkap mengenai sistem kardiovaskuler; berikan posisi yang nyaman, dengan rasional untuk meningkatkan kenyamanan dan mengurangi rasa nyeri; ajarkan teknik relaksasi atau distraksi, dengan rasional melepaskan tegangan emosional dan otot; kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik, dengan rasional untuk mengurangi nyeri.

4. Implementasi

Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan, yaitu kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan yang dilakukan dan diselesaikan. Dalam teori, implementasi dari rencana asuhan keperawatan mengikuti komponen perencanaan dari proses keperawatan (Potter dan Perry, 2005).

(36)

Dalam melakukan tindakan keperawatan selama tiga hari penulis tidak mempunyai hambatan, semua rencana yang telah ditetapkan dapat dilaksanakan. Pada tindakan keperawatan diagnosa nyeri akut, tindakan yang dilakukan pada tanggal 25-27 April 2013 yaitu memantau karakteristik nyeri untuk mengidentifikasi nyeri dan ketidaknyamanan. Pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri menggunakan metode

(PQRST), Provoking incident (P), Quality of Pain (Q), Region (R), Severity of Pain (S), Time (T). Provoking incident yaitu apakah ada peristiwa yang menjadi faktor penyebab nyeri. Quality of Pain yaitu seperti apa nyeri yang dirasakan atau digambarkan pasien, misalnya: apakah nyeri bersifat tumpul, seperti terbakar, berdenyut, tajam atau menusuk. Region yaitu dimana lokasi nyeri yang harus ditunjukkan dengan tepat oleh pasien. Severity of Pain yaitu seberapa jauh nyeri yang dirasakan pasien, pengkajian nyeri dengan menggunakan skala nyeri

deskriptif. Misalnya: tidak nyeri= 0-1 (tidak merasakan nyeri), nyeri ringan= 2-3 (terasa senut-senut), nyeri sedang= 4-6 (terasa seperti tertusuk jarum), nyeri berat= 7-8 (terasa seperti tersayat-sayat dan masih bisa tertahankan), nyeri tak tertahankan= 9-10 (terasa seperti tertusuk-tusuk benda tajam sehingga tidak tertahankan). Kemudian perawat membantu pasien untuk memilih secara subyektif tingkat skala nyeri yang dirasakan pasien. Time yaitu berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah ada waktu-waktu tertentu yang menambah rasa nyeri (Kartikawati, 2011).

Memonitor tanda vital untuk memberikan gambaran lengkap mengenai kardiovaskuler. Memonitor tanda vital yaitu suatu cara untuk

(37)

mendeteksi adanya perubahan sistem tubuh dan digunakan untuk memantau perkembangan pasien. Tanda vital meliputi suhu tubuh, denyut nadi, frekuensi pernafasan, dan tekanan darah (Hidayat, 2005).

Memberikan posisi yang nyaman untuk klien. Posisi yang nyaman diberikan kepada klien untuk meningkatkan rasa nyaman, mengurangi nyeri, mengurangi stress spikis dan mempersingkat masa pemulihan kondisi setelah pembedahan. Posisi nyaman untuk klien yaitu posisi terlentang atau supine (Majid, 2011)

Mengajarkan teknik relaksasi untuk melepaskan tegangan emosional dan otot. Teknik relaksasi memberikan kontrol diri kepada individu ketika terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri (Potter, 2006). Menurut Majid (2011), teknik relaksasi sederhana terdiri atas nafas abdomen dengan frekuensi lambat, berirama. Pasien dapat memejamkan matanya dan bernafas dengan perlahan dan nyaman. Irama yang konstan dapat dipertahankan dalam menghitung dalam hati dan lambat bersama setiap inhalasi “hirup, dua, tiga” dan ekshalasi“hembuskan, dua, tiga”.

Memberikan terapi injeksi analgetikketoprofen 50 mg/ 8 jam, untuk mengurangi nyeri. Menurut Muttaqin (2005), Analgetik memblok lintasan nyeri sehingga nyeri berkurang.

5. Evaluasi

Evaluasi adalah proses keperawatan mengukur respon klien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan klien kearah pencapaian tujuan (Potter dan Perry, 2005). Penulis mengevaluasi apakah perilaku atau

(38)

respon klien mencerminkan suatu kemajuan atau kemunduran dalam diagnosa keperawatan. Pada evaluasi, penulis sudah sesuai teori yang ada yaitu sesuai SOAP (Subyektif (S), Obyektif (O), Assesment (A), Planning (P)).

Pada diagnosa nyeri akut, Setelah dilakukan tindakan keperawatan, hasil evaluasi dilakukan pada hari tanggal 25 April 2013 masalah keperawatan belum teratasi karena nyeri belum berkurang, didukung data klien dengan menggunakan metode SOAP, Subyektif (S), Obyektif (O), Assessment (A), Planning (P), didapatkan hasil evaluasi dengan data subjektif klien mengatakan nyeri pada bekas operasi, Provocate (P) = nyeri akibat post operasi Open Reduction and Internal Fixation (ORIF)

atas indikasi fraktur radius sinistra 1/3 distal, Quality (Q) = nyeri yang dirasakan seperti tertusuk jarum, Regio (R) = pergelangan tangan sebelah kiri, Scale (S) = skala nyeri wajah 6, Time (T) = hilang timbul saat digerakkan dan respon objektif post operasi hari pertama klien tampak meringis menahan sakit, tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 76 kali per menit, pernafasan 18 kali per menit, suhu 370C, untuk menindaklanjuti hal tersebut, telah diambil keputusan untuk melanjutkan intervensi yaitu, monitor tanda-tanda vital, pantau karakteristik nyeri, anjurkan teknik relaksasi, dan lanjutkan program terapi sesuai advis dokter (ketoprofen 50 mg).

Hasil evaluasi yang dilakukan pada tanggal 26 April 2013 masalah keperawatan belum teratasi karena nyeri belum berkurang, yang hasilnya:

(39)

Fixation (ORIF) atas indikasi fraktur radius sinistra 1/3 distal, Quality(Q)

= nyeri yang dirasakan seperti tertusuk jarum, Regio (R) = pergelangan tangan sebelah kiri, Scale (S) = skala nyeri wajah 5, Time (T) = hilang timbul saat digerakkan, ekspresi wajah menahan nyeri, sedikit bertenaga, bengkak didaerah fraktur tampak berkurang, terpasang elastis perban pada daerah post operasi Open Reduction and Internal Fixation (ORIF).

Tekanan darah: 140/90 mmHg, nadi: 80 kali per menit, pernafasan: 22 kali per menit, suhu: 360C, masalah nyeri belum teratasi, intervensi dilanjutkan: pantau karakteristik nyeri, beri posisi supinasi, anjurkan untuk melakukan teknik relaksasi jika nyeri timbul, lanjutkan terapi dokter (ketoprofen 50 mg).

Hasil evaluasi yang dilakukan pada tanggal 27 April 2013 masalah keperawatan teratasi sebagian, didukung dengan data klien mengatakan nyeri berkurang yang hasilnya: Provocate (P) = nyeri akibat post operasi

Open Reduction and Internal Fixation (ORIF) atas indikasi fraktur radius sinistra 1/3 distal, Quality (Q) = nyeri yang dirasakan seperti senut-senut,

Regio (R) = pergelangan tangan sebelah kiri, Scale (S) = skala nyeri wajah 3, Time (T) = hilang timbul saat digerakkan, ekspresi wajah rileks, tampak lebih bertenaga, sudah tidak menahan nyeri, nyeri berkurang, bengkak didaerah fraktur tampak berkurang, terpasang elastis perban pada daerah post operasi Open Reduction and Internal Fixation (ORIF). Tekanan darah: 130/90 mmHg, nadi: 84 kali per menit, pernafasan: 20 kali per menit, suhu: 360C, masalah teratasi sebagian, intervensi dilanjutkan: pantau karakteristik nyeri, beri posisi supinasi, anjurkan untuk melakukan

(40)

teknik relaksasi jika nyeri timbul, lanjutkan terapi dokter (ketoprofen 50 mg).

B. Simpulan dan Saran 1. Simpulan

Berdasarkan hasil study kasus pada Ny. S dalam perawatan hari pertama sejak tanggal 25 April 2013. Penulis mengambil prioritas masalah yaitu :

a. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan, untuk itu diperlukan kecermatan dan ketelitian dalam menangani masalah-masalah klien sehingga dapat menentukan tindakan keperawatan yang tepat. Pengkajian pada Ny. S didapatkan data dengan keluhan nyeri pada luka jahitan dibagian pergelangan tangan sebelah kiri, nyeri dirasakan karena post operasi, nyeri dirasakan seperti tertusuk jarum, skala nyeri 6, nyeri timbul saat digerakkan, ekspresi wajah meringis, gelisah, tekanan darah: 140/90 mmHg, Nadi: 76 kali per menit, pernafasan: 18 kali per menit, Suhu: 370C, ekstremitas kanan atas terpasang infus RL 20 tetes per menit.

b. Masalah keperawatan

Masalah keperawatan pemenuhan kebutuhan rasa nyaman yang muncul yaitu nyeri akut berhubungan Agen cedera fisik (post operasi

Open Reduction and Internal Fixation/ORIF atas indikasi radius sinistra 1/3 distal). Pengertian nyeri akut adalah pengalaman sensorik

(41)

dan emosional yang tidak menyenangkan dan muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa, awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung kurang dari enam bulan (Nanda, 2009).

c. Intervensi

Intervensi atau rencana keperawatan untuk mengatasi nyeri yaitu pantau karakteristik nyeri metode PQRST, Provoking incident (P), Quality of Pain (Q), Region (R), Severity of Pain (S), Time (T), monitor tanda-tanda vital, beri posisi nyaman, ajarkan teknik relaksasi atau distraksi, kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik.

d. Implementasi

Implementasi tindakan yang dilakukan yaitu memantau karakteristik nyeri PQRST,Provoking incident (P), Quality of Pain (Q), Region (R), Severity of Pain (S), Time (T), memonitor tanda vital, memberikan posisi nyaman, mengajarkan teknik relaksasi, memberikan terapi injeksi analgetikketoprofen 50 mg.

e. Evaluasi

Evaluasi tindakan yang telah dilaksanakan menggunakan metode

Subyektif, Obyektif, Assessment, Planning (SOAP), Subyektif (S), Obyektif (O), Assessment (A), Planning (P), pada diagnosa nyeri teratasi sebagian, karena klien masih merasakan nyeri, dengan skala nyeri 3.

(42)

f. Analisa kondisi

Analisa kondisi nyeri akut pada Ny. S dengan post operasi fraktur radius sinistra 1/3 distal dengan data, klien mengatakan nyeri berkurang yang hasilnya: Provocate (P) = nyeri akibat post operasi

Open Reduction and Internal Fixation (ORIF) atas indikasi fraktur radius sinistra 1/3 distal, Quality (Q) = nyeri yang dirasakan seperti senut-senut, Regio (R) = pergelangan tangan sebelah kiri, Scale (S) = skala nyeri wajah 3, Time (T) = hilang timbul saat digerakkan, ekspresi wajah rileks, tampak lebih bertenaga, sudah tidak menahan nyeri, nyeri berkurang, bengkak didaerah fraktur tampak berkurang, terpasang elastis perban pada daerah post operasi Open Reduction and Internal Fixation (ORIF).

2. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis memberi saran yang diharapkan bermanfaat antara lain:

a. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan dapat memberikan pelayanan kesehatan dan mempertahankan kerjasama baik antar tim kesehatan maupun dengan klien sehingga asuhan keperawatan yang diberikan dapat mendukung kesembuhan klien.

b. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan

Diharapkan bisa lebih meningkatkan pelayanan pendidikan yang lebih berkualitas dan professional sehingga dapat tercipta perawat yang

(43)

terampil, inovatif, dan professional yang mampu memberikan asuhan keperawatan.

c. Bagi Penulis

Diharapkan bisa memberikan tindakan pengelolaan selanjutnya pada pasien dengan pemenuhan rasa nyaman khususnya pada pasien post operasi Open Reduction and Internal Fixation (ORIF) atas indikasi

Fraktur Radius Sinistra 1/3 Distal.

d. Bagi Profesi atau Perawat

Diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi profesi tentang manajemen nyeri pada pasien post operasi Open Reduction and Internal Fixation (ORIF) atas indikasi fraktur radius sinistra 1/3 Distal.

(44)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, (2009-2011), Nanda Internasional; Diagnosa keperawatan: Definisi dan Klasifikasi, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.

Grace Pierce A., Neil R. Borley, (2006), At a Glance Ilmu Bedah, Edisi 3, Penerbit Erlangga.

Gruendemann Barbara J., Billie Fernsebner, (2006), Buku Ajar Keperawatan Perioperatif, Vol 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC, hal 288-300.

Hartati, T, 2008, Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Intensitas Nyeri Pada

Anak Usia Sekolah, Jurnal Kebidanan dan Keperawatan.

http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/42088796.pdf. Diakses pada tanggal 27 April 2013 jam 17.30 WIB.

Hidayat A. Aziz Alimul, Musrifatul Uliyah, (2005), Buku Saku Praktikum; Kebutuhan Dasar Manusia, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta. Hoppenfeld Stanley, Vasantha L. Murthy, (2011), Terapi dan Rehabilitasi

Fraktur, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.

Kusmarjathi, N.K, 2009, Tingkat Kecemasan Pasien Pra Operasi ORIF Dalam Jurnal

Ilmiah Keperawatan. http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/210972 76.pdf.

Diakses pada tanggal 25 April 2013 jam 19.30 WIB.

Majid Abdul, Mohammad Judha, (2011), Keperawatan Perioperatif, Penerbit Gosyen Publising, Yogyakarta.

Muttaqin Arif, (2008), Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal, Jakarta, EGC, hal 69-97.

Muttaqin Arif, Kumala Sari, (2009), Asuhan Keperawatan Perioperatif; Konsep, Proses dan Aplikasi, Penerbit Salemba Medika, Jakarta, hal 73.

N. Kartikawati Dewi, (2011), Buku Ajar Dasar-dasar Keperawatan Gawat Darurat, Penerbit Salemba Medika, Jakarta.

Nursalam, (2008), Proses dan Dokumentasi keperawatan, Edisi 2, Penerbit Salemba Medika, Jakarta.

(45)

Novayelinda, Erwin, Prawani (2011), Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan ambulasi dini pada pasien pasca operasi fraktur ekstremitas,

http://www.google.co.id/uploads/pain_management.pdf Diakses tanggal 25 April 2013 jam 18.45 WIB.

Potter & Perry (2005), Buku Ajar Fundamental Keperawatn Konsep, Proses dan Praktik, Vol 1, Edisi 4, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.

Potter Patricia A, (2006), Buku ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik, vol 2, Edisi 4, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta, hal 1502.

Sjamsuhidajat R., dkk. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.

Wilkinson. M Judith, (2006), Buku Saku; Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Peran guru sangat diharapkan untuk memberikan konseling individu bagi siswa yang belum bisa membaca untuk mendukung peran guru tersebut agar berhasil sesuai yang

The famous American author whose novel show psychological problem such as defense mechanism is Sidney Sheldon in his novel Are You Afraid of the Dark?, the eighteenth of

Guru yang berhalangan hadir karena sakit atau keperluan yang mendadak dan mendesak wajib memberitahu kepada kepala sekolah serta menyerahkan tugas kelas5. Tidak meninggalkan kelas

pedesaan sebagai pihak yang di-Lain-kan dilandasi penolakan penggunaan tipe ideal dari narasi besar modernisasi, kesediaan menggali beragam diskursus dan praktik

”Instruktur di Balai Besar Latihan Kerja Industri Surakarta sangat menguasai materi yang akan diberikan pada peserta, cara penyampaiannya pun bagus, buktinya kami

Batang bawah yang digunakan berupa tunas air (tunas orthotrop) yang diambil dari kebun entres Robusta BP 308, sedangkan batang atas yang digunakan adalah tunas

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1) Pengaruh ownership retention pemegang saham lama terhadap pengungkapan intellectual capital pada perusahaan yang

ëò λª·-· Ø¿-·´ ˶·½±¾¿ Ô¿°¿²¹¿² ß©¿´ òòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòò ëè. êò