• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

9 A. Teori Signaling

Menurut Jama’an (2008) Signaling Theory mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain. Teori sinyal menjelaskan bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh manajer untuk mengurangi asimetri informasi. Manajer memberikan informasi melalui laporan keuangan bahwa mereka menerapkan kebijakan akuntansi konservatisme yang menghasilkan laba yang lebih berkualitas karena prinsip ini mencegah perusahaan melakukan tindakan membesar-besarkan laba dan membantu pengguna laporan keuangan dengan menyajikan laba dan aktiva yang tidak overstate.

Teori signal juga dapat membantu pihak perusahaan (agent), pemilik (prinsipal), dan pihak luar perusahaan mengurangi asimetri informasi dengan menghasilkan kualitas atau integritas informasi laporan keuangan. Untuk

(2)

memastikan pihak-pihak yang berkepentingan meyakini keandalan informasi keuangan yang disampaikan pihak perusahaan (agent), perlu mendapatkan opini dari pihak lain yang bebas memberikan pendapat tentang laporan keuangan (Jama’an, 2008)

B. Teori Auditing

1. Pengertian Auditing

Menurut Sukrisno (20012:4), auditing adalah :

Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.

Menurut Mulyadi (2009:9) mendefinisikan auditing adalah : Suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara tingkat pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan serta penyampaian hasil-hasil kepada pemakai yang berkepentingan.

Auditing merupakan proses yang sistematik yaitu berupa suatu rangkaian langkah atau prosedur yang logis, berkerangka dan terorganisasi. Auditing dilaksanakan dengan suatu urutan langkah yang direncanakan, terorganisasi dan bertujuan. Proses sistematik tersebut ditujukan untuk memperoleh bukti yang mendasari pernyataan yang dibuat oleh individu atau badan usaha, serta untuk mengevaluasi tanpa memihak atau berprasangka terhadap bukti-bukti

(3)

tersebut. Pernyataan mengenai kegiatan dan kejadian ekonomi maksudnya adalah hasil proses akuntansi. Pengumpulan bukti mengenai pernyataan dan evaluasi terhadap hasil pengumpulan bukti tersebut dimaksudkan untuk menentukan kesesuaian pernyataan tersebut dengan kinerja yang telah ditetapkan.

Mulyadi (2009) mengemukakan orang atau sekelompok orang yang melaksanakan audit dapat dikelompokkan menjadi 3 golongan antara lain adalah sebagai berikut :

a. Auditor Independen

Auditor independen adalah auditor profesional yang menyediakan jasanya kepada masyarakat umum, terutama dalam bidang atas laporan keuangan yang dibuat oleh kliennya. Audit tersebut terutama ditujukan untuk memenuhi kebutuhan para pemakai informasi keuangan seperti : kreditur, investor, dan instansi pemerintahan (terutama instansi pajak).

b. Auditor Pemerintahan

Auditor pemerintahan adalah auditor profesional yang bekerja di instansi pemerintah yang tugas pokoknya melakukan audit atas pertanggung jawaban keuangan yang disajikan oleh unit-unit organisasi atau entitas pemerintah atau pertanggung jawaban keuangan yang ditujukan kepada pemerintah.

c. Auditor Intern

Auditor intern adalah audiotr yang bekerja dalam perusahaan (perusahaan negara maupun perusahaan swasta) yang tugas pokoknya adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan efisiensi dan efektifitas prosedur kegiatan organisasi, serta menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi.

(4)

2. Standar Auditing

Auditor harus berpedoman pada Standar Profesional Akuntan Publik yang ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia. Standar ini disebut sebagai Pernyataan Standar Auditing (PSA). Standar tersebut digunakan auditor sebagai pedoman pelaksanaan audit atas laporan keuangan klien. Standar Profesional Akuntan Publik 2011, Standar Auditing seksi 150, menjelaskan mengenai standar auditing yang terdiri dari :

a. Standar umum

1) Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.

2) Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.

3) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.

b. Standar Pekerjaan Lapangan

1) Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian internal harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang harus dilakukan.

2) Pekerjaan harus direncanakan sebaik–baiknya dan jika digunakan assisten harus disupervisi dengan semestinya. 3) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui

(5)

sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.

c. Standar Pelaporan

1) Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

2) Laporan audit harus menunjukkan keadaan yang didalamnya prinsip akuntansi tidak secara konsisten diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dalam hubungannya dengan prinsip akuntansi yang ditetapkan dalam periode sebelumnya.

3) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan audit.

4) Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa penyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan maka alasannya harus dinyatakan. Dalam semua hal yang mana auditor dihubungkan dengan laporan keuangan, laporan auditor harus memuat tanggung jawab yang dipikulnya.

3. Jenis Audit

Amin (2008;9) menyatakan audit dibedakan menjadi tiga jenis yaitu : a. Audit Laporan keuangan (financial statement audit)

Audit laporan keuangan adalah penilaian apakah laporan keuangan yang disusun dengan criteria yang ditetapkan, seperti prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.

b. Audit Operasional (operational audit)

Audit operasional adalah audit yang dilakukan terhadap kegiatan operasi perusahaan untuk menilai efisiensi, efektifitas dan ekonomis operasi perusahaan. Hasil audit operasional akan digunakan oleh pihak manajemen perusahaan.

(6)

c. Audit ketaatan (compliance audit)

Audit ketaatan adalah audit yang dimaksudkan untuk menilai apakah prosedur tertentu, aturan, regulasi yang ditetapkan oleh otorisasi lebih tinggi ditaati dan diikuti.

C. Motivasi

Menurut Sadili Samsudin (2009), motivasi adalah proses memengaruhi atau mendorong dari luar terhadap seseorang atau kelompok kerja agar mereka mau melaksanakan sesuatu yang telah ditetapkan.

Sedangkan menurut Rivai (2005) menyatakan, motivasi adalah serangkaian sikap dan nilai-nilai yang mempengaruhi individu untuk mencapai hal yang spesifik sesuai dengan tujuan individu. Sikap dan nilai tersebut merupakan suatu yang invisible yang memberikan kekuatan untuk mendorong individu untuk bertingkah laku dalam mencapai tujuan.

Pengertian motivasi menurut Fred Luthan (2006) dalam Rahmatunisa (2013;31) adalah proses yang dimulai dengan defisiensi fisiologis yang menggerakan prilaku atau dorongan yang ditujukan untuk tujuan intensif. Auditor yang memiliki motivasi yang baik akan mempunyai semangat juang yang tinggi untuk meraih tujuan dan memenuhi standar, mampu menggunakan nilai-nilai kelompok dalam pengambilan keputusan serta tidak takut gagal dan memandang kegagalan sebagai situasi yang dapat dikendalikan ketimbang sebagai kekurangan pribadi (Goldman,1974 dalam Rahmatunisa, 2013;31).

(7)

Motivasi sebagai proses psikologis dalam diri seseorang akan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Sutrisno (2009), Faktor-faktor tersebut dapat dibedakan atas faktor intern dan faktor ekstern, yaitu:

1. Faktor Dalam (Intern)

a. Keinginan untuk dapat hidup

Manusia mau mengerjakan apa saja asal hasilnya dapat memenuhi kebutuhan untuk makan. Keinginan untuk dapat hidup meliputi kebutuhan untuk;

1) Memperoleh kompensasi yang memadai

2) Pekerjaan yang tetap walaupun penghasilan tidak begitu memadai

3) Kondisi kerja yang aman dan nyaman b. Keinginan untuk dapat memiliki

Keinginan untuk dapat memiliki benda dapat mendorong seseorang untuk mau melakukan pekerjaan. Hal ini banyak kita alami dalam kehidupan kita sehari-hari, bahwa keinginan yang keras untuk dapat memiliki itu dapat mendorong orang untuk mau bekerja.

c. Keinginan untuk memperoleh penghargaan

Seseorang mau bekerja disebabkan adanya keinginan untuk diakui, dihormati oleh orang lain.

d. Keinginan untuk memperoleh pengakuan

Bila kita perinci, maka keinginan untuk memperoleh pengakuan itu dapat meliputi hal-hal;

1) Adanya penghargaan terhadap prestasi

2) Adanya hubungan kerja yang harmonis dan kompak 3) Pimpinan yang adil dan bijaksana

4) Perusahaan tempat bekerja dihargai oleh masyarakat e. Keinginan untuk berkuasa

Keinginan untuk berkuasa akan mendorong seseorang untuk bekerja. Kadang-kadang keinginan untuk berkuasa ini dipenuhi dengan cara-cara tidak terpuji, namun cara-cara-cara-cara yang dilakukannya itu masih termasuk bekerja juga.

(8)

2. Faktor Luar (Ekstern) a. Kondisi lingkungan kerja

Lingkungan pekerjaan adalah keseluruhan sarana dan prasarana kerja yang ada di sekitar karyawan yang sedang melakukan pekerjaan yang dapat memengaruhi pelaksanaan pekerjaan.

b. Kompensasi yang memadai

Kompensasi merupakan sumber penghasilan utama bagi para karyawan untuk menghidupi diri beserta keluarga. Kompensasi yang memadai merupakan alat motivasi yang paling ampuh bagi perusahaan untuk mendorong para karyawan bekerja dengan baik.

c. Supervise yang baik

Fungsi supervise dalam suatu pekerjaan adalah memberikan pengarahan, membimbing kerja para karyawan, agar dapat melaksanakan kerja dengan baik tanpa membuat kesalahan.

d. Adanya jaminan pekerjaan

Setiap orang akan mau bekerja mati-matian mengorbankan apa yang ada pada dirinya untuk perusahaan, kalau yang bersangkutan merasa ada jaminan karier yang jelas dalam melakukan pekerjaan.

e. Status dan tanggung jawab

Status atau kedudukan dalam jabatan tertentu merupakan dambaan setiap karyawan dalam bekerja. Mereka bukan hanya mengharapkan kompensasi semata, tetapi pada satu masa mereka juga berharap akan dapat kesempatan menduduki jabatan dalam suatu perusahaan. Dengan menduduki jabatan, orang merasa dirinya akan dipercaya, diberi tanggung jawab, dan wewenang yang besar untu melakukan kegiatan-kegiatan.

f. Peraturan yang fleksibel

Bagi perusahaan besar, biasanya sudah ditetapkan sistem dan prosedur kerja yang harus dipatuhi oleh seluruh karyawan. Semua ini merupakan aturan main yang mengatur hubungan kerja antara karyawan dengan perusahaan, termasuk hak dan kewajiban para karyawan, pemberian kompensasi, promosi, mutasi, dan sebagainya.

(9)

D. Etika Profesi

1. Pengertian Etika Profesi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007) etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak). Etika dalam bahasa latin “ethica” yang berarti falsa moral, yang merupakan pedoman cara bertingkat laku yang baik dari sudut budaya, susila serta agama.

Menurut Arens (2011:110), etika secara garis besar dapat didefinisikan sebagai serangkaian prinsip atau nilai moral. Setiap orang memiliki rangkaian nilai tersebut, walaupun kita memperlihatkan atau tidak memperlihatkan secara eksplisit.

Etika profesi merupakan bidang etika khusus atau terapan yang merupakan produk dari etika sosial. Kata hati atau niat biasa juga disebut karsa atau kehendak, kemauan. Dan isi dari karsa inilah yang akan direalisasikan oleh perbuatan. Dalam hal merealisasikan ini ada (4) empat variabel yang terjadi :

a. Tujuan baik, tetapi cara untuk mencapainya yang tidak baik. b. Tujuannya yang tidak baik, cara menyampainya kelihatannya

baik.

c. Tujuannya tidak baik, dan cara mencapainya juga tidak baik. d. Tujuannya baik, dan cara mencapainya juga terlihat baik.

(10)

Menurut Keraf dan Imam (1995:41-43) dalam Devia Ismiyanti (2013), etika dapat dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut:

1. Etika Umum

Etika umum berkaitan dengan bagaimana manusia mengambil keputusan etis, teori-teori etika dan prinsip-prinsip moral dasar yang menjadi pegangan bagi manusia dalam bertindak, serta tolak ukur dalam menilai baik atau buruknya suatu tindakan. Etika umum dapat dianalogikan dengan ilmu pengetahuan, yang membahas mengenai pengertian umum dan teori-teori.

2. Etika Khusus

Etika khusus adalah penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang kehidupan yang khusus. Etika khusus dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Etika individual

Menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap dirinya sendiri.

b. Etika sosial

Berkaitan dengan kewajiban, sikap dan pola perilaku manusia dengan manusia lainnya salah satu bagian dari etika sosial adalah etika profesi, termasuk etika profesi akuntan.

2. Prinsip Etika Profesi

Prinsip etika profesi dalam Kode Etik IAI (Ikatan Akuntansi Indonesia) menurut Standar Profesional Akuntan Publik adalah sebagai berikut :

1) Tanggung Jawab Profesional.

Dalam melaksanakan tanggung-jawabnya sebagai profesional setiap anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukan. 2) Kepentingan Publik.

Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme.

(11)

3) Integritas.

Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.

4) Objektifitas.

Setiap anggota harus menjaga objektivitasnya dan bebas dari

benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban

profesionalnya.

5) Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional.

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan kehati-hatian, kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai

kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan

keterampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa profesional yang kompeten berdasarkan perkembangan praktik, legislasi dan teknik yang paling mutakhir.

6) Kerahasiaan.

Setiap anggota harus, menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk mengungkapkannya.

7) Perilaku Profesional.

Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.

8) Standar Teknis.

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas.

(12)

Etika profesi akuntan di Indonesia diatur dalam Kode Etik Akuntan Indonesia. Kode etik ini mengikat para anggota IAI di satu sisi dan dapat dipergunakan oleh akuntan lainnya yang bukan atau belum menjadi anggota IAI di sisi lainnya. Kode Etik Profesi Akuntan Publik (sebelumnya disebut Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik) adalah aturan etika yang harus diterapkan oleh anggota institut Akuntan Publik Indonesia atau IAPI (sebelumnya Ikatan Akuntan Indonesia-Kompertemen Akuntan Publik atau IAI-KAP) dan staf profesional (baik yang anggota IAPI maupun yang bukan anggota IAPI) yang bekerja pada satu Kantor Akuntan Publik (Diakses di www.wikipedia.com tanggal 17 Februari 2014).

E. Tingkat Keahlian Auditor

Definisi keahlian sampai saat ini masih belum terdapat definisi yang tepat. Menurut Websiter’s ninth New Collegiate Dictionary (1983) dalam Murtanto & Gudono (1999) mendefinisikan keahlian (expretise) adalah keterampilan dari seorang yang ahli. Ahli (experise) didefinisikan sebagai seseorang yang memiliki tingkat keterampilan tertentu atau pengetahuan yang tinggi dalam subjek tertentu yang diperoleh dari pengalaman atau pelatihan.

Praptomo (2002) auditor harus memiliki keahlian yang diperlukan dalam tugasnya, keahlian ini meliputi keahlian mengenai audit yang mencakup antara lain : merencanakan program kerja pemeriksaan, menyusun

(13)

program kerja pemeriksaan, melaksanakan program kerja pemeriksaan, menyusun kertas kerja pemeriksaan, menyusun berita pemeriksaan, dan laporan hasil pemeriksaan.

Keahlian merupakan unsur penting yang harus dimiliki oleh seorang auditor independen untuk bekerja sebagai tenaga professional menurut Nadia (2010). Sifat-sifat profesional adalah :

1) Kondisi-kondisi kesempurnaan teknik yang dimiliki seseorang melalui latihan dan belajar selama bertahun-tahun yang berguna untuk mengembangkan teknik tersebut.

2) Keinginan untuk mencapai profesional sejati harus mempunyai sifat yang jelas dan pengalaman yang luas.

3) Jasa yang diberikan klien harus diperoleh dengan cara-cara yang profesional yang diperoleh dengan belajar, latihan, pengalaman dan penyempurnaan keahlian auditing.

F. Kualitas Audit

Kualitas hasil pemeriksaan adalah probabilitas dimana seseorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya. Kantor Akuntan Publik (KAP) yang besar akan berusaha untuk menyajikan kualitas hasil audit yang lebih besar dibandingkan dengan KAP yang kecil (Sukriah, 2009).

Pengertian Kualitas Audit menurut Golman, Barlev dan Simamora (2006:12) dalam Nurmayanti (2013) yaitu: “Kualitas audit adalah seberapa audit merupakan segala kemungkinan (probability) dimana auditor pada saat

(14)

mengaudit laporan keuangan klien dapat menemukan pelanggaran yang terjadi dalam sistem akuntansi klien dan melaporkannya dalam laporan keuangan dimana dalam melaksanakan tugasnya tersebut auditor berpedoman pada standar auditing dan kode etik akuntan publik yang relevan”.

Faktor yang mempengaruhi kualitas audit menurut Abdul Halim (2008) adalah :

1. Independensi

Independensi adalah sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan atau dipengaruhi oleh pihak lain dan tidak tergantung pada orang lain. Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang objektif tidak memihak dalam diri auditor dalam memberikan dan merumuskan pendapatnya (judgment).

2. Kompetensi

Bedards (1986) dalam Sri Lastanti (2005:88) mengartikan kompetensi sebagai seseorang yang memiliki pengetahuan dan keterampilan prosedural yang luas yang ditunjukkan dalam pengalaman audit. Dalam standar pengauditan, khususnya standar umum disebutkan bahwa dalam menghasilkan kualitas audit, auditor harus memiliki keahlian dan pelatihan dalam melaksanakan audit dan penyusunan laporannya.

Fungsi Audit sebagai proses untuk mengurangi ketidakselarasan informasi yang terdapat antara manajer dan para pemegang saham dengan menggunakan pihak luar untuk memberikan pengesahan terhadap laporan keuangan. Para pengguna laporan keuangan terutama para pemegang saham akan mengambil keputusan berdasarkan pada laporan yang telah dibuat oleh auditor. Hal ini berarti auditor mempunyai peranan penting dalam pengesahan laporan keuangan suatu perusahaan.

(15)

Oleh karena itu auditor harus menghasilkan audit yang berkualitas sehingga dapat mengurangi ketidakselarasan yang terjadi antara pihak manajemen dan pemilik. Moizer (1986) dalam Rahmatunisa Zahra (2013) menyatakan bahwa pengukuran kualitas proses audit terpusat pada kinerja yang dilakukan auditor dan kepatuhan pada standar yang telah digariskan.

G. Penelitian Terdahulu

Sebagai acuan penelitian ini, dapat dilihat dari penelitian-penelitian terdahulu yang pernah dilakukan antara lain :

Devia Ismiyanti (2013) meneliti tentang Pengaruh Karakteristik Personal Auditor, Skeptisisme Profesional, Tingkat Keahlian Auditor dan Etika Profesi terhadap Kualitas Audit. Sampel yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan kriteria tertentu. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan adanya pengaruh yang signifikan antara karakteristik personal, skeptisisme personal, tingkat keahlian, etika profesi terhadap kualitas audit.

Rahmatunisa Zahra (2013) meneliti tentang Pengaruh Komitmen, Indepedensi dan Motivasi terhadap Kualitas Audit. Pada penelitian tersebut mengambil sampel dengan teknik pengambilan purposive sampling karena pengambilan sampel anggota menggunakan pertimbangan tertentu. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan adanya pengaruh yang signifikan antara komitmen, indepedensi dan motivasi terhadap kualitas audit.

(16)

Erna Sri Rahayu (2013) meneliti tentang Pengaruh Etika Profesi, Image Professional Auditor dan Pengalaman Audit terhadap Kualitas Audit. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah Random Sampling, yaitu teknik penentuan sampel secara acak, dimana sampel dipilih secara acak dari jumlah populasi yang telah ditentukan. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa adanya pengaruh yang signifikan antara etika profesi, image professional auditor, pengalaman audit terhadap kualitas audit.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Hasil

1 Devia Ismiyanti ( 2013 ) Pengaruh Karakteristik Personal Auditor, Skeptisisme Profesional, Tingkat Keahlian Auditor dan Etika Profesi Terhadap Kualitas Audit (Studi kasus di kantor akuntan publik Jakarta Selatan dan Jakarta Barat)

1. adanya pengaruh yang signifikan

antara karakteristik personal auditor terhadap kualitas audit.

2. adanya pengaruh yang signifikan

antara skeptisisme personal terhadap kualitas audit.

3. adanya pengaruh yang signifikan

antara tingkat keahlian auditor terhadap kualitas audit.

4. adanya pengaruh yang signifikan

antara etika profesi terharap kualitas audit 2 Rahmatunisa Zahra (2013) Pengaruh Komitmen, Indepedensi dan Motivasi Terhadap Kualitas Audit (Studi kasus di KAP Jakarta Barat dan Jakarta Selatan)

1. Adanya pengaruh signifikan

antara Komitmen dengan Kualitas Audit

2. Adanya pengaruh yang signifikan

antara Indepedensi dengan Kualitas Audit

3. Adanya pengaruh signifikan

antara Motivasi dengan Kualitas Audit

3 Erna Sri Rahayu

(2013)

Pengaruh Etika Profesi,

Image Professional Auditor dan Pengalaman Audit Terhadap Kualitas Audit (Studi Kasus pada

1. Adanya pengaruh yang signifikan

antara etika profesi terhadap kualitas audit

2. Adanya pengaruh yang signifikan

(17)

Kantor Akuntan Publik di Jakarta)

terhadap kualitas audit

3. Adanya pengaruh yang signifikan

antara pengalaman audit terhadap kualitas audit 4. Lilis Ardini (2010) Pengaruh Kompetensi, Independensi, Akuntabilitas dan Motivasi Terhadap Kualitas Audit

1. Adanya pengaruh yang

signifikan antara kompetensi terhadap kualitas audit

2. Adanya pengaruh yang

signifikan independensi terhadap kualitas audit

3. Adanya pengaruh yang

signifikan antara akuntabilitas terhadap kualitas audit

4. Adanya pengaruh yang

signifikan antara motivasi terhadap kualitas audit

5. Meifa Lauso

(2013)

Pengaruh Keahlian, Independensi dan Etika Terhadap Kualitas Audit

1. Keahlian berpengaruh signifikan

terhadap kualitas audit

2. Independensi berpengaruh

signifikan terhadap kualitas audit 3. Etika berpengaruh signifikan

terhadap kualitas audit

6. Annesa Adriyani (2013) Pengaruh Keahlian, independensi, kecakapan profesional, tingkat pendidikan terhadap kualitas audit

1. Keahlian berpengaruh signifikan

terhadap kualitas audit

2. Independensi tidak berpengaruh

signifikan terhadap kualitas audit

3. Kecakapan profesional

berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit

4. Tingkat pendidikan berpengaruh

signifikan terhadap kualitas audit

7. M. Nizarul Alim

(2007)

Pengaruh kompetensi dan independensi terhadap kualitas audit dengan etika auditor sebagai variabel moderasi

1. Kompetensi berpengaruh

terhadap kualitas audit

2. Independensi berpengaruh

signifikan terhadap kualitas audit

Sumber : Peneliti

(18)

Kerangka pemikiran ini merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Adapun masalah-masalah yang dianggap penting dalam penelitian kali ini adalah pengaruh motivasi, etika profesi dan tingkat keahlian auditor terhadap kualitas audit.

Berikut ini merupakan kerangka pemikiran secara ilustrasi mengenai pengaruh karakteristik motivasi, etika profesi dan tingkat keahlian auditor terhadap kualitas audit.

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran I. Pengembangan Hipotesis Motivasi X1 Etika Profesi X2 Tingkat Keahlian Auditor X3 Kualitas Audit Y

(19)

1. Pengaruh Motivasi Terhadap Kualitas Audit

Motivasi yang diberikan bisa dibagi menjadi dua jenis motivasi yaitu motivasi positif dan motivasi negatif. Motivasi positif adalah proses untuk mempengaruhi orang lain agar menjalankan sesuatu yang kita inginkan dengan cara memberikan kemungkinan untuk mendapatkan “hadiah”. Sedangkan motivasi negatif adalah proses untuk mempengaruhi seseorang agar mau melakukan sesuatu yang kita inginkan tetapi teknik dasar yang digunakan adalah lewat kekuatan-kekuatan (Trianingsih, 2003).

Suatu komitmen profesional pada dasarnya merupakan persepsi berintikan loyalitas, tekad dan harapan seseorang dengan dituntun oleh sistem nilai atau norma yang akan mengarahkan orang tersebut untuk bertindak atau bekerja sesuai prosedur-prosedur tertentu dalam upaya menjalankan tugasnya dengan tingkat keberhasilan yang tinggi (Sri Lastanti, 2005). Hal ini dapat menjadikan komitmen profesional sebagai gagasan yang mendorong motivasi seseorang dalam bekerja. Motivasi merupakan sesuatu yang memulai gerakan, sesuatu yang membuat orang bertindak atau berprilaku dalam cara-cara tertentu (Trianingsih, 2003).

(20)

Kualitas audit akan tinggi apabila keinginan dan kebutuhan auditor yang menjadikan motivasi kerjanya dapat terpenuhi. Kompensasi dari organisasi berupa penghargaan (reward) sesuai profesinya, akan menimbulkan kualitas audit karena mereka merasa bahwa organisasi telah memperhatikan kebutuhan dan pengharapan kerja mereka. Dengan demikian, apabila seseorang atau auditor mempunyai komitmen, dan indepedensi maka akan mengarahkan atau menimbulkan motivasi secara profesional dengan adanya motivasi yang tinggi maka akan menambahkan kualitas audit.

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ha1 : Motivasi berpengaruh terhadap Kualitas Audit

2. Pengaruh Etika Profesi Terhadap Kualitas Audit

Etika memiliki pengaruh terhadap kualitas audit berdasarkan hasil penelitian Alim dkk (2007) membuktikan bahwa interaksi independensi dan etika auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Hal ini berarti kualitas audit didukung oleh sampai sejauh mana auditor mampu bertahan dari tekanan auditee disertai dengan perilaku etis yang dimiliki.

(21)

Sedangkan, interaksi kompetensi dan etika auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Pengaruh interaksi kompetensi dan etika auditor terhadap kualitas audit dalam penelitian ini tidak dapat diketahui karena dari hasil pengujian ternyata kedua variabel tersebut keluar dari model (Excluded Variables). Sari (2011) yang juga meneliti pengaruh etika terhadap kualitas audit membuktikan bahwa ada pengaruh yang positif dan signifikan antara etika dan kualitas audit.

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ha2 : Etika berpengaruh terhadap kualitas audit.

3. Pengaruh Tingkat Keahlian Auditor Terhadap Kualitas Audit

Jika auditor memiliki keahlian melakukan pengauditan dengan efektif, perencanaan dan koordinasi akan berpengaruh terhadap tingkat kinerja auditor. Menurut Teguh (2004) meneliti Pengaruh Keahlian dan Independensi Terhadap Kualitas Audit. Variabel independen dalam penelitian tersebut adalah keahlian dan independensi. Sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah Kualitas Audit. Hasil penelitian menunjukkan keahlian dan independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:

Referensi

Dokumen terkait

Aspek KMCSF (Hasanali) KMCSF (Mamaghani) KMCSF (Skyrme) Infrastruktur KM Abstract Soft Leadership Management support Leadership Budaya Organisasi Culture Knowledge

Oleh karena itu untuk menyikapi masalah tersebut, peneliti bersama guru mengambil tindakan yaitu mengarahkan dan membimbing siswa untuk bertanya tentang pelajaran yang dianggap

Tantangan yang ada pada mata lomba ini adalah peserta akan diberikan suatu scene film berjudul “For The Sun” yang berkaitan dengan tema besar, lalu peserta akan membuat

Grupoid merupakan sub-bab dari struktur aljabar, yaitu himpunan dengan satu operasi biner, dimana dengan grupoid tersebut akan menghasilkan subbabsubbab lain dalam struktur

The data used are secondary data, such as archives (company annual reports and government policies) that contain information about the social and environmental.

(2) Bagaimana istinbāṭ hukum ulama’ kontemporer dalam menetapkan status hukum nikah misyār?.(3) Apa yang menjadi sebab timbulnya perbedaan pendapat di kalangan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh secara parsial maupun simultan perkembangan teknologi dan sistem informasi akuntansi terhadap profesi akuntan

senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayahnya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul