4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hidroakustik
4.1.1. Profil Batimetri Laut Selatan Jawa
Pada Gambar 10. terlihat profil batimetri Laut Selatan Jawa yang diperoleh dari hasil pemetaan batimetri, dimana dari gambar tersebut dapat dilihat batimetri perairan yang relatif rata dan landai.
Sumber : Diolah dari Lampiran 1
Gambar 10. Batimetri daerah penelitian
Laut Selatan Jawa termasuk dalam kategori perairan yang dangkal dengan rata-rata kedalaman sebesar 122,9 meter. Pengkategorian ini berdasarkan Nontji (1993) yang menyatakan bahwa perairan dangkal terhitung dari garis surut terendah hingga kedalaman 120-200 meter. Kedalaman tertinggi yaitu 160,24 m terletak pada posisi 8o5’24” LS dan 108o37’21”BT, sedangkan kedalaman
terendah yaitu 112,30 m terletak pada posisi 8o59’88” LS dan 108o50’38”BT. Semakin ke selatan mengarah Samudera Hindia kedalaman laut semakin dalam.
Hal ini didukung oleh hasil penelitian dari Mbay (1998) yang mengukur batimetri dari bagian utara selat sunda hingga ke arah selatan. Dikatakan bahwa semakin ke arah selatan atau ke arah Samudera Hindia kedalaman semakin bertambah.
4.1.2. Sebaran vertikal Target Strength (TS)
Dalam pendeteksian dan pendugaan stok ikan dengan menggunakan metode hidroakustik nilai rata-rata Target Strength (TS) merupakan faktor yang harus terlebih dahulu diketahui, selanjutnya dilakukan pengukuran nilai densitas ikan dari suatu perairan. Oleh karena itu dengan mengetahui sebaran nilai TS untuk setiap strata kedalaman bisa diduga ukuran ikan dalam suatu grombolan ikan. Hubungan nilai Target strength dengan nilai densitas ikan berdasarkan pada formula
V
10
(SvTS)/10 dimana nilai densitas ikan semakin besar apabila nilai TS semakin kecil dengan catatan nilai Sv tetap.TS terbesar terdapat pada strata kedalaman 110-120 m yaitu sebesar -32,95 dB dan nilai TS terkecil terdapat pada strata kedalaman 1020 m yaitu sebesar -62,78 dB. Berdasarkan persamaan Foote (1987), yaitu TS = 20 log L – 68, maka dapat diduga bahwa panjang ikan terbesar sebesar 56,56 cm dan terkecil
sebesar 1,82 cm. Nilai TS merupakan indikasi dari ukuran target yang terdeteksi, dimana semakin besar nilai TS maka ukuran target akan semakin besar dan sebaliknya.
Nilai TS di permukaan relatif lebih kecil dibandingkan dengan dilapisan kolom air yang lebih dalam. Hal ini karena pada lapisan permukaan banyak terdapat ikan-ikan pelagis berukuran kecil yang hidup untuk mencari makan, diperkirakan pada lapisan inilah plankton banyak dijumpai. Fitoplankton biasanya berkumpul di zona dengan intensitas cahaya yang masih memungkinkan terjadinya fotosintesis (Arinardi, 1996).
Sebaran nilai TS perstrata kedalaman di Laut Selatan Jawa dapat dilihat pada Gambar 11.
Sumber : Diolah dari Lampiran 6
4.1.3. Sebaran vertikal Scattering Volume (Sv)
Sebaran nilai SV rata-rata per strata kedalaman di Laut Selatan Jawa dapat dilihat pada Gambar 12.
Sumber : Diolah dari Lampiran 7
Nilai Secattering Volume terbesar terdapat pada strata kedalaman 110-120 meter yaitu sebesar -43,75 dB dan nilai Secattering Volume terkecil terdapat pada strata kedalaman 120-130 meter yaitu sebesar -65.10 dB.
Nilai Scattering Volume menunjukan nilai pantulan dari target suatu kelompok ikan yang terdeteksi. Semakin besar nilai SV maka kemungkinan pengelompokan target semakin besar dan sebaliknya. Dengan adanya
pengelompokan target, maka biomassa atau stok ikan dapat diduga besarnya.
4.1.4. Sebaran Horizontal Densitas Ikan
Nilai dan sebaran densitas ikan secara horizontal di Laut Selatan Jawa, dapat dilihat pada Gambar 11.
Sumber : Diolah dari lampiran 3
Gambar 13. Sebaran horizontal densitas ikan
Dari gambar sebaran horizontal densitas ikan diatas, dapat dilihat bahwa densitas ikan menyebar merata sekitar 0,588 ikan / m3. Berdasarkan Gambar 13 dapat dilihat bahwa densitas ikan terbesar yaitu 0,599 ikan / m3 terletak pada posisi 8o4’95” LS dan 108o38’23”BT, sedangkan densitas ikan terendah yaitu
0,584 ikan / m3 terletak pada posisi 8o2’90” LS dan 108o38’11”BT. Nilai densitas ikan relatif lebih tinggi pada daerah lepas pantai, hal ini diduga karena pada daerah pantai faktor oseanografi di Laut Selatan Jawa yang memiliki karakteristik ombak yang besar dan pergerakan arus yang cepat tidak memungkinkan untuk ikan hidup. Sedangkan daerah lepas pantai memiliki karakteristik laut yang relatif tenang. Menurut Laevastu dan Hela (1970), faktor lingkungan seperti faktor fisik, kimia dan biologi merupakan salah satu faktor yang penting dalam perubahan sebaran dan kelimpahan ikan.
4.1.5. Sebaran Vertikal Densitas Ikan
Nilai dan sebaran densitas ikan pada umumnya diperoleh nilai yang tidak begitu jauh berbeda pada setiap posisi dan strata kedalaman yang sama. Berikut grafik sebaran nilai densitas pada setiap strata kedalaman (Gambar:14).
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 Strata Kedalaman D e n s ita s I k a n ( ik a n / m ^ 3 ) densitas ikan densitas ikan 4,515 1,665 0,855 0,518 0,348 0,249 0,187 0,146 0,117 0,095 0,081 0,030 0,013 0,002 0,001 10 - 20 20 - 30 30 - 40 40 - 50 50 - 60 60 - 70 70 - 80 80 - 90 90 - 100 100 - 110 110 - 120 120 - 130 130 - 140 140 - 150 150 - 160
Sumber : Diolah dari Lampiran 4
Gambar 14. Nilai sebaran rata-rata densitas ikan perstrata kedalaman
Gambar 14. memperlihatkan bahwa dengan bertambahnya kedalaman nilai densitas ikan semakin kecil. Kedalaman perairan mempengaruhi tingkah laku
ikan pada suatu perairan. Densitas ikan rata-rata terbesar terdapat pada strata kedalaman 10-20 m yaitu sebesar 4,5146 ikan / m3. Untuk densitas ikan rata-rata terkecil terdapat pada kedalaman 150-160 m yaitu sebesar 0.0011 ikan / m3. Densitas ikan rata-rata secara vertikal memperlihatkan kecenderungan
melimpahnya ikan pada lapisan permukaan, pada lapisan ini diduga merupakan ikan-ikan pelagis kecil, hal ini berkaitan dengan ketersediaan makanan berupa plankton, pada lapisan permukaan plankton banyak ditemukan karena lapisan permukaan merupakan lapisan yang ideal bagi plankton untuk melangsungkan kegiatan fotosintesis untuk melangsungkan hidupnya. Pada lapisan permukaan penetrasi sinar matahari cukup tinggi sehingga proses fotosintesis juga dapat berlangsung sempurna.
Tiap spesies ikan mempunyai toleransi yang berbeda terhadap faktor fisika dan kimia perairan seperti tekanan, suhu dan salinitas sehingga akan
mempengaruhi pengelompokan ikan dan jenis ikan disuatu perairan. Faktor suhu, salinitas dan ketersediaan plankton sebagai makanan merupakan faktor pembatas bagi organisme ekosistem perairan yang menentukan nilai dan sebaran densitas ikan.
4.1.6. Panjang Ikan
Panjang ikan adalah salah satu faktor yang dapat diperoleh dari hasil
perhitungan nilai TS menurut persamaan 39 (Foote,1987), dimana target tunggal ikan yang mendominasi di area penelitian yaitu ikan berukuran kecil dan
diasumsikan memiliki gelembung renang tertutup. Gambar 13,diperoleh dari hasil pengolahan integration selection kawanan ikan pada echogram. Dari hasil perhitungan tersebut dapat diperkirakan panjang ikan yang berada diperairan tersebut. Setelah itu data tersebut dapat digunakan untuk penentuan jenis ikan, tentunya diperlukan penelitian lanjutan untuk verifikasi data tersebut.
0 10 20 30 40 50 60 70 Koordinat pa nj ang ik an (c m ) panjang ikan 53,102042 11,859381 15,403537 49,041701 31,545684 31,903696 43,404898 62,680647 14,69331 22,821452 20,07284 8˚ 2΄21˝ ; 108˚41΄39˝ 8˚ 5΄42˝ ; 108˚40΄57˝ 8˚ 5΄42˝ ; 108˚41΄15˝ 8˚ 5΄38˝ ; 108˚41΄17˝ 8˚ 5΄34˝ ; 108˚41΄12˝ 8˚ 5΄28˝ ; 108˚41΄13˝ 8˚ 5΄13˝ ; 108˚41΄25˝ 8˚ 5΄12˝ ; 108˚41΄31˝ 8˚ 5΄14˝ ; 108˚41΄10˝ 8˚ 5΄11˝ ; 108˚41΄40˝ 8˚ 5΄16˝ ; 108˚41΄30˝
Diolah menggunakan persamaan 39 (Foote,1987)
Sumber : Diolah dari lampiran 2
Gambar 15. Estimasi panjang ikan berdasarkan data hidroakustik Dari Gambar 15. diatas diperoleh nilai panjang ikan terbesar yaitu 62,68 cm pada posisi 8˚ 5΄12˝ LS dan108˚41΄31˝BT, sedangkan nilai panjang ikan terkecil adalah 11,85 cm pada posisi 8˚ 5΄42˝ LS dan 108˚40΄57˝BT. Pada kenyataanya penggunaan rumus Foote (1987) dengan menggunakan sampel pada wilayah subtropis kurang tepat diaplikasikan karena ukuran dan bentuk tubuh ikan-ikan pada wilayah tropis seperti Indonesia memiliki bentuk tubuh yang pipih
dibandingkan dengan wilayah subtropis. Untuk jenis ikan, wilayah tropis memiliki jenis yang beragam bila dibandingkan dengan ikan di wilayah subtropis.
4.1.7. Hamburan Balik Dasar Perairan
Berdasarkan hasil pengolahan data di Laut Selatan Jawa menggunakan Echoview 3.5, pengklasifikasian tipe substrat dasar perairan dapat dilihat dari
nilai hasil analisis pantulan pertama (E1) yang berkisar antara -30,06 dB sampai -20,41 dB. Gambar 14, menggambarkan sebaran nilai pantulan pertama (E1)
dari dasar perairan dimana pada daerah sepanjang pantai memiliki nilai pantulan yang besar.
108.65 108.7 108.75 108.8 108.85 -8.05 -8 Bujur L i n t a n g
Sumber : Diolah dari lampiran 5
Gambar 16. Sebaran nilai backscattering volume E1 dasar Laut Selatan Jawa
Daerah pantai memiliki pantulan yang kecil hal ini disebabkan karena daerah pantai merupakan perairan dangkal yang didominasi oleh tipe substrat pasir berlumpur. Hasil ini didukung oleh penelitian sebelumnya Manik et al (2006) menyatakan daerah tersebut didominasi oleh pasir berlumpur. Banyaknya
lumpur pada wilayah ini diduga dipengaruhi oleh banyaknya masukan dari sungai yang membawa partikel lumpur dari darat, akibatnya pada daerah ini hampir sebagian besar didominasi oleh tipe substrat pasir berlumpur. Semakin ke arah laut nilai backscattering volume dasar perairan (E1) semakin besar berkisar antara -26,5 dB sampai -22 dB. Hal ini disebabkan pada daerah yang lokasinya berada jauh dari pantai sebagian besar tipe substratnya berupa fraksi pasir dimana fraksi ini mendapat pengaruh masukan dari darat sangat kecil.
Gambar 17. menggambarkan distribusi nilai pantulan kedua (E2) dari dasar perairan. Hasil analisis data menunjukkan bahwa nilai E2 ini berkisar antara -63,57 dB sampai dengan -34,86 dB. Pada daerah sepanjang pantai nilai E2 terlihat sangat kecil dibandingkan dengan nilai E2 yang berada jauh dari pantai. Ini menunjukkan bahwa semakin ke arah pantai tipe substratnya semakin
memberikan hamburan yang lemah dikarenakan tipe substratnya berupa pasir berlumpur, sedangkan kearah laut lepas nilai hamburan semakin kuat hal ini diduga pada daerah ini banyak terdapat fraksi pasir. Hal ini didukung oleh penelitian sebelumnya (Manik et al, 2006).
Bujur L i n t a n g 108.64 108.66 108.68 108.7 108.72 108.74 108.76 108.78 108.8 108.82 108.84 108.86 -8.08 -8.06 -8.04 -8.02 -8
Sumber : Diolah dari lampiran 8
Gambar 17. Sebaran nilai backscattering volume E2 di Laut Selatan Jawa
Hasil diatas dapat dilihat bahwa fraksi pasir berlumpur memiliki nilai pantulan E1 (kekasaran) berkisar antara -30,06 dB sampai -20,41 dB dengan nilai rata-rata dari backscattering volume dasar perairan sebesar -24,69 dB. Nilai E2 (kekerasan) nilai pantulan dasar perairan berkisar antara -63,57 dB sampai dengan -34,86 dB dengan nilai rata-rata dari backscatteringvolume E2 sebesar -52,73 dB.
4.2. Sistem Informasi
4.2.1. Perancangan Basis Data
Dalam perancangan basis data harus benar-benar dimengerti mengenai sistem informasi yang akan dibuat. Informasi di dalam basis data diklasifikasikan dengan membuat tabel. Menurut fungsinya tabel-tabel tersebut dibagi menjadi dua kategori, yaitu tabel penyimpanan data statis hidroakustik dan tabel data dinamis berupa penyimpanan data hasil penelitian hidroakustik. Kategori tabel data statis hidroakustik terdiri atas Formula yang digunakan, informasi terkini, informasi umum tentang website, link instansi terkait dan kontak website.
Kategori tabel data dinamis terdiri atas data registrasi anggota, data umum lokasi penelitian beserta abstrak, metode, gambar sebaran, pembahasan dan data mentah hasil penelitian.
Tabel tersebut kemudian akan ditampilkan di dalam sistem informasi. Konsep relational database ditandai dengan pengunaan kunci utama (Primary key) dan kunci tamu (Foregin key) pada tabel-tabel yang ada. Primary key adalah field untuk mengidentifikasikan baris secara unik yang berfungsi untuk mempermudah pengaturan dan perbaikan data pada tabel induk, sedangkan foregin key adalah kunci pada tabel anak yang terhubung dengan primary key pada tabel induk (Yung, 2003). Setelah key didapatkan maka dibuatkan relasi antar tabel.
Deskripsi mengenai tabel-tabel yang digunakan untuk menyimpan informasi data hidroakustik dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel-tabel yang ada akan
Tabel 2. Deskripsi tabel data dan struktur basis data hidroakustik
No Nama Tabel Nama Field Tipe Data Keterangan
1 Abstrak
id_abstrak Tinyint (5) Primary key abstrak Text Deskripsi mengenai
data olahan
2 Deskripsi_umum
id_data Tinyint (5) Primary key id_abstrak Tinyint (5) Foreign key tabel
abstrak observer Varchar (50) Nama peneliti lokasi observasi Varchar (50) Lokasi penelitian tanggal observasi Varchar (20) Waktu penelitian
3 Target_Strength
id_ts Tinyint (5) Primary key id_analisis Tinyint (5) Foreign key data
observasi
id_data Tinyint (5) Foreign key deskripsi umum
pembahasan Text Pembahasan TS
4 Scattering_Volume
id_sv Tinyint (5) Primary key id_analisis Tinyint (5) Foreign key data
observasi
id_data Tinyint (5) Foreign key deskripsi umum
pembahasan Text Pembahasan Sv
5 Densitas_Ikan
id_densitas Tinyint (5) Primary key id_analisis Tinyint (5) Foreign key data
observasi
id_data Tinyint (5) Foreign key deskripsi umum
pembahasan Text Pembahasan Densitas Ikan
6 Panjang_Ikan
id_panjang Tinyint (5) Primary key id_analisis Tinyint (5) Foreign key data
observasi
id_data Tinyint (5) Foreign key deskripsi umum
pembahasan Text Pembahasan Panjang Ikan
7 E1_E2
id_e12 Tinyint (5) Primary key id_analisis Tinyint (5) Foreign key data
observasi
id_data Tinyint (5) Foreign key deskripsi umum
pembahasan Text Pembahasan E1&E2
8 Batimetri
id_batimetri Tinyint (5) Primary key id_analisis Tinyint (5) Foreign key data
observasi
id_data Tinyint (5) Foreign key deskripsi umum
Tabel 2. Lanjutan
9 Data_Observasi
id_analisis Tinyint (5) Primary key
id_data Tinyint (5) Foreign key deskripsi umum
metode_analisa Text Metode yang digunakan
gambar_sebaran Varchar (50) File gambar olahan pembahasan Text Pembahasan 10 Berita_Terkini id Tinyint (5) Primary key
isi Text Tanggal upload
11 Artikel_Jurnal_terkini
id Tinyint (5) Primary key tanggal Varchar (20) Tanggal upload judul Varchar
(100) Judul / artikel / jurnal isi Text Abstrak artikel / jurnal
12 Download_test
id Tinyint (5) Primary key name Varchar(50) Nama file yang
disimpan
link Varchar(50) Penghubung dengan folder penyimpanan
Relasi antar tabel dapat dibedakan menjadi:
1. One to one yaitu relasi yang menghubungkan satu record suatu tabel hanya ke satu record ke tabel lainya.
2. One to many atau many to one, relasi ini menghubungkan satu record pada suatu tabel ke banyak record pada tabel lain atau sebaliknya. 3. Many to many, relasi ini menghubungkan banyak record pada suatu tabel
ke banyak record di tabel lain.
Jika tabel-tabel diatas diberikan relasi antar tabel maka akan diperoleh gambar seperti Gambar 17.
Target Strength Id_ts Id_anaisis Id_data pembahasan Scattering Volume Id_sv Id_analisis Id_data pembahasan Densitas Id_densitas Id_analisis Id_data pembahasan Batimetri Id_batimetri Id_analisis Id_data pembahasan E1 dan E2 Id_e12 Id_analisis Id_data pembahasan
Analisis Data Hidroakustik Id_analisis ts Deskripsi Umum Id_data observer Id_abstrak Lokasi_observasi Metode_analisis Tanggal_observasi Abstrak Id_abstrak abstrak Panjang Ikan Id_panjang Id_analisis Id_data pembahasan sv densitas Panjang_ikan e1_e2 batimetri
Gambar 18. Diagram relasi antar tabel basis data hidroakustik
Gambar 18, dapat dilihat hubungan relasi antar tabel pada sistem informasi hidroakustik adalah hubungan relasi one to one, one to many atau many to one. Antar tabel dihubungkan oleh suatu kata kunci atau yang sering disebut Primary key
4.2.2. Perancangan Hierarki Halaman Web
Sistem informasi data hidroakustik merupakan sistem perangkat lunak berbasis interaktif dan melibatkan dua pihak. Dengan demikian maka perlu diadakanya otoritasasi keamanan dalam website ini. Dengan adanya otorisasi tersebut diharapkan data mentah yang dimasukan tidak akan terbongkar dan akan tersimpan dengan baik dalam basis data yang tersedia.
Website sistem informasi hidroakustik ini memiliki 2 tingkat keamanan yaitu tingkat administrator utama dan administrator tingkat kedua atau sering disebut dengan istilah user. Hak yang diberikan pada administrator utama yaitu
diberikan akses tanpa batas untuk mengedit seluruh halaman situs, termasuk dapat merubah data mentah yang dimasukan oleh user. Keseluruhan hak akses tersebut dapat dilakukan dengan terhubung dua arah terhadap basis data yang tersedia.
Administrator tingkat kedua tentu saja memiliki hak akses yang sangat berbeda dengan administrator utama. Dalam hal ini administrator tingkat kedua hanya bisa mengupload data penelitian berupa data mentah, gambar sebaran beserta keterangan dan pembahasanya. Keseluruhan data tersebut akan ditampilkan sebagai data publikasi sistem informasi hidroakustik. Pembedaan tersebut dapat dilihat dari halaman yang akan tampilan setelah melakukan Log in, pembedaan ini dilakukan dengan cara penginisialisasian pada program. Berikut adalah gambar halaman Log in sistem informasi hidroakustik (Gambar 18).
Gambar 19. Halaman Log in sistem informasi hidroakustik
4.2.3. Tampilan Sistem Informasi
Tampilan sistem informasi hidroakustik dirancang sedemikian hingga memudahkan pengguna dalam mencari maupun memasukan data yang diinginkan. Bagian atas dan bawah merupakan tampilan blok header (Gambar
20) dan footer (Gambar 21), sedangkan bagian kiri merupakan data tampilan menu dan bagian tengah merupakan tampilan data modul atau isi data. Hasil informasi dari bagian blok kiri (Gambar 22) tersebut yang akan ditampilkan di blok bagian tengah atau blok utama.
Pada sistem informasi hidroakustik ini disediakan juga Menu Pop Up (Gambar 20) yang berfungsi untuk mempermudah pengguna untuk memasuki suatu halaman tertentu. Menu Pop Up yang disediakan dalam sistem informasi hidroakustik ini antara lain formula, target strength, scattering volume, densitas ikan, panjang ikan, batimetri, nilai kekasaran (E1) dan kekerasan (E2). Pada sistem informasi ini juga disertai dengan content Search yang berfungsi mencari informasi sesuai kata kunci yang diberikan. Berikut adalah gambar tampilan-tampilan yang berada pada sistem informasi hidroakustik:
Gambar 20. Tampilan blok Header dan Menu Pop Up
Gambar 22. Tampilan blok kiri sistem informasi hidroakustik
4.2.4. Halaman Input Data
Halaman input dan output data dibagi menjadi dua bagian yaitu halaman input statis dan halaman input dinamis, sama halnya dengan output yang akan ditampilkan dalam dua halaman yang berbeda. Halaman-halaman inilah yang nantinya akan ditampilkan pada pengunjung situs umum hanya halaman output saja, sehingga kerahasiaan dan validasi data dapat terjaga. Keseluruhan modul dan blok dalam perancanganya tanpa menggunakan sistem basis data, tetapi nantinya dapat dirubah dengan cara memasukan file-file yang telah dibuat kedalam modul dan blok tersebut. Halaman input statis meliputi formula, halaman utama, link instansi terkait, kontak, berita terkini dan artikel / jurnal terbaru. Halaman input dinamis meliputi data hidroakustik , daftar user dan buku tamu. Dalam pengelolaannya input data dilakukan oleh administrator utama dan administrator kedua. Administrator utama memiliki hak akses untuk melakukan input pada semua bagian sistem informasi baik statis maupun dinamis.
Sedangkan administrator kedua memiliki akses untuk melakukan input data publikasi sekaligus dengan data mentah penelitian yang akan dipublikasikan. Input data dilakukan dengan cara mengisi form yang telah disediakan oleh administrator utama. Data hidroakustik yang telah masuk dapat diperbaiki apabila ada perbaikan dilain waktu.
4.2.4.1. Input Data Hidroakustik
Dalam sistem informasi ini data hidroakustik yaitu meliputi data target strength, scattering volume, densitas ikan, panjang ikan, batimetri, nilai
kekasaran (E1) dan kekerasan (E2). Secara umum data ini meliputi posisi dan nilai data hidroakustik, tetapi untuk posisi dibedakan menjadi posisi lintang dan bujur. Untuk data hidroakustik hendaknya diolah dalam bentuk satuan yang umum digunakan. Dalam sistem informasi hidroakustik data mentah bisa di
upload, dalam bentuk .csv (comma separated variabel). Data mentah pada sistem informasi ini tidak ditampilkan tetapi disajikan dalam bentuk file-file yang bisa didownload. Data hidroakustik yang ditampilkan pada sistem informasi ini yaitu deskripsi umum, gambar sebaran dan pembahasan. Deskripsi umum ini meliputi pendahuluan, abstrak, nama observer, lokasi penelitian dan metode analisis yang digunakan. Input data hidroakustik bisa dilakukan oleh
administrator utama ataupun administrator kedua. Untuk administrator tingkat kedua proses input data dapat dilakukan setelah melakukan sign-in ke dalam situs ini. Jika digambarkan dalam diagram alir proses yang terjadi di dalam sistem (Gambar 24).
Gambar 24. Diagram input data hidroakustik
4.2.4.2. Input Data Artikel / Jurnal
Artikel atau jurnal yang dibuat banyak diketahui orang dan terpublikasikan secara luas. Sistem informasi hidroakustik memberikan sarana untuk publikasi hasil penelitian atau riset tersebut secara mudah. Pemasukan data yaitu dengan cara mengisi form-form yang telah disediakan administrator utama. Data artikel / jurnal yaitu dalam jenis .pdf (portabel document format). Untuk informasi artikel /
Persiapan data dalam format .csv
Mulai Upload data hidroakustik Baca Hasil Input
Simpan Data Selesai Tidak Ya Format Benar ?
jurnal terbaru pada halaman website itu secara otomatis berganti berdasarkan variabel waktu penginputan data. Berikut diagram alir proses pemasukan data kedalam sistem informasi (Gambar 25).
Gambar 25. Diagram input artikel / jurnal 4.2.4.3. Input Institusi Terkait
Dalam pengembangan teknologi kelautan tentunya banyak instansi-instansi yang terkait didalamnya baik departemen ataupun instansi non departemen yang memiliki tujuan sama yaitu pengembangan teknologi dunia kelautan, khususnya di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sistem informasi ini memfasilitasi publikasi dari institusi tersebut. Halaman ini sepenuhnya dikelola oleh
administrator utama. Langkah pertama adalah dengan menulis instansi-instansi yang terkait beserta link ke situs institusi terkait. Penulisan link tersebut adalah dengan menuliskan variabel <a href ”http://alamat_situs”>nama institusi</a href >, sehingga nama data institusi yang tertera dapat langsung terhubung dengan situs yang bersangkutan (Gambar 26).
Gambar 26. Diagram input institusi terkait
Mulai Input Artikel / Jurnal Pengisian
Benar ?
Tidak
Ya
Selesai Simpan Data
Mulai Input Institusi
terkait Pengisian Benar ? Tidak Ya Selesai Simpan Data
4.2.4.4. Input Formula
Data formula yang digunakan dalam pengolahan merupakan data yang dikelola oleh administrator utama. Formula dalam sistem informasi ini merupakan pengertian dan rumus-rumus dasar yang digunakan dalam
pengolahan data hidroakustik seperti rumus mencari target strength, scattering volume, densitas ikan dan panjang ikan. Data formula dimasukan bertujuan untuk menyamakan jenis data input yang akan dimasukan dalam sistem informasi. Berikut adalah tahapan proses pemasukan data dalam sistem informasi (Gambar 27)
Gambar 27. Input data formula
4.2.4.5. Input Kontak
Pemasukan data kontak dalam sistem dilakukan oleh administrator utama. Data kontak berisi tentang biodata atau alamat yang bisa dihubungi terkait
dengan pengelolaan sistem informasi hidroakustik ini. Informasi yang dimasukan dalam sistem adalah nama administrator utama dan alamat yang bisa dihubungi (Gambar 28).
Gambar 28. Input data kontak
Mulai Input Formula Pengisian
Benar ?
Tidak
Ya
Selesai Simpan Data
Mulai Input Kontak Pengisian
Benar ?
Tidak
Ya
Selesai Simpan Data
4.2.4.6. Registrasi Anggota
Registrasi dilakukan bagi administrator tingkat kedua. Administrator tingkat kedua memiliki hak akses dalam sistem informasi yaitu dapat memasukan hasil penelitian atau riset yang telah dilakukan, baik data hasil olahan maupun data mentah penelitian. Mekanisme menjadi anggota sistem informasi hidroakustik yaitu dengan cara mengisi seluruh form yang telah tersedia, setelah menekan tombol daftar secara otomatis terdaftar sebagai administrator tingkat kedua.
Gambar 29. Diagram input registrasi anggota
4.2.4.7. Input Download
Data download diperoleh dari proses pemasukan data oleh administrator utama ataupun administrator tingkat dua. Data-data yang bisa didownload nantinya akan disajikan dalam halaman khusus tersendiri yaitu halaman download. Data yang tersedia pada halaman informasi dan bisa didownload yaitu data dengan jenis .csv, .JPEG, .GIF, .pdf. Berikut diagram alir proses pemasukan data yang bisa di download (Gambar 30).
Mulai Isi form pendaftaran Pengisian
Benar ? Tidak Ya Selesai Simpan Data Administrator E-mail user
Gambar 30. Diagram input download
4.2.5. Halaman Output Data
Halaman output data dibedakan menjadi dua bagian yaitu output data statis dan output data dinamis. Output data statis yaitu data formula, halaman utama, link instansi terkait, kontak, berita terkini dan artikel / jurnal terbaru. Output data dinamis terdiri atas output dari data publikasi penelitian yang selalu bertambah seiring dengan pertambahan jumlah member dan memasukan data.
4.2.5.1. Output informasi umum data hidroakustik
Informasi umum mengenai data hidroakustik yang ditampilkan antara lain formula yang digunakan untuk mengolah data hidroakustik, berita terkini, dan artikel/jurnal yang telah di upload. Output ini akan terus berkembang seiring dengan pertambahan member pada situs (Gambar 31).
Mulai
Alternatif Data
Pilih dataset Tampilkan Data?
Hasil
tampilan data Selesai Tidak
Ya
Gambar 31. Diagram output data umum sistem informasi hidroakustik
Mulai Isi data download Pengisian
Benar ?
Tidak
Ya
Selesai Simpan Data
4.2.5.2. Output data publikasi penelitian
Data publikasi penelitian merupakan hasil utama dari rancang bagun sistem informasi berbasis website ini. Hasil penelitian itu sendiri merupakan hasil dari pemasukan data oleh administrator utama ataupun administrator tingkat kedua. Hasil penelitian tersebut ditampilkan dalam bentuk halaman-halaman pada website dengan cara memilih content yang telah disediakan pada menu pop up atau dengan menekan tombol dibagian header. Dalam prosesnya content atau tombol diberikan link kehalaman yang dikehendaki oleh pengguna situs. Cara lain untuk mencari publikasi penelitian dapat dilakukan dengan cara menuliskan nama peneliti yang diinginkan dalam form search, maka data publikasi dari peneliti tersebut akan segera tampil (Gambar 32).
Ya Mulai Pilih alternatif data Alternatif Menu Pop Up Alternatif Search Alternatif Seluruh publikasi
Cari data publikasi Pilih content Cari Data? Cari Data? ti d a k tid a k Tampilakan data publikasi Selesai Ya
4.2.5.3. Hasil tampilan output data
Keseluruhan output data yang diperoleh akan ditampilkan dalam satu halaman situs yang telah dibagi dalam beberapa modul atau blok yang tersusun dalam Gambar 19. Mengenai blok menu dan isi modul yang akan ditampilkan disesuaikan dengan menu dataset yang dipilih. Dalam setiap tampilan data akan memiliki menu dataset yang berbeda yang disesuaikan dengan sistem basis data yang dimiliki oleh modul tersebut. Modul statis meliputi halaman formula,
halaman utama, link instansi terkait, kontak, informasi terkini, halaman artikel / jurnal terbaru dan halaman data hasil olahan serta pembahasanya oleh administrator utama. Modul dinamis meliputi data hidroakustik,halaman download, halaman artikel / jurnal,daftar user dan buku tamu. Untuk modul statis informasi terkini, halaman artikel / jurnal terbaru dan halaman utama dapat dilihat pada Gambar 22 dan 23, untuk halaman formula,link instansi terkait, kontak, dan halaman data hasil olahan serta pembahasanya dapat dilihat pada Gambar 33, 34, 35 dan 36.
Sedangkan modul dinamis dapat dilihat pada Gambar 36,37,38,39,40 dan 41. Untuk modul data hidroakustik pada umumnya bentuk sama, yang
membedakan adalah data yang dimasukan dalam sistem informasi. Perbedaan tersebut antara lain gambar sebaran, pembahasan dan raw data yang dimasukan kedalam system informasi hidroakustik ini.
Gambar 33. Tampilan informasi statis ( Formula )
Gambar 37. Tampilan informasi Dinamis ( Target Strength )
Untuk tampilan Scattering volume, Densitas ikan, Panjang ikan, Batimetri, serta kekerasan (E1) dan kekasaran (E2) pada umumnya sama dengan tampilan ini.
4.2.6. Kelebihan dan Kekurangan Sistem Informasi Hidroakustik
Sistem informasi hidroakustik ini dibuat berbasis website dan sebagai database data penelitian akustik. Informasi tentang akustik akan lebih cepat didapat dan mudah memperolehnya dimanapun selama didaerah tersebut terdapat jaringan internet. Proses pengelolaannya bisa dilakukan dimana saja asalkan terdapat fasilitas untuk mengakses internet. Point – point pada peta lokasi penelitian dapat memberikan informasi hidroakustik pada lokasi tersebut jika point ditekan. Keunggulan lainnya dari sistem informasi hidroakustik adalah menyediakan informasi berita terkini didunia kelautan dan menyediakan artikel / jurnal kelautan, sehingga dapat dijadikan sarana dalam mencari informasi tentang dunia kelautan khususnya dalam bidang teknik deteksi dengan menggunakan gelombang suara. Keunggulan lain dari sistem informasi
hidroakustik ini merupakan sebagai fasilitas untuk para peneliti, khususnya para peneliti akustik untuk mempublikasikan hasil penelitianya secara luas. Fasilitas lainya yang dapat dinikmati adalah telah disediakanya halaman untuk
mendownload data, baik data mentah maupun data olahan termasuk didalamnya gambar-gambar sebaran.
Sistem ini juga masih terdapat banyak kelemahan yaitu halaman website termasuk pengaturanya hanya bisa dilakukan oleh administrator, user hanya diberikan akses untuk mengupload informasi dan data yang dimilikinya. Hal lain yang menjadi kekurangan sistem informasi ini yaitu data yang dimasukan merupakan data hasil olahan