• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH TINGKAT KESEHATAN, TINGKAT PENDIDIKAN DAN INVESTASI TERHADAP KEMISKINAN DI KOTA PADANG JURNAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH TINGKAT KESEHATAN, TINGKAT PENDIDIKAN DAN INVESTASI TERHADAP KEMISKINAN DI KOTA PADANG JURNAL"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH TINGKAT KESEHATAN, TINGKAT PENDIDIKAN DAN INVESTASI TERHADAP KEMISKINAN DI KOTA PADANG

JURNAL

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar sarjana pendidikan (strata 1)

DORA LISNAWATI 11090286

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDDIKAN (STKIP PGRI) SUMATERA BARAT

PADANG 2017

(2)
(3)

PENDAHULUAN

Sebagian besar masyarakat di dunia hidup dalam kemiskinan. Kemiskinan menjadi sebuah realita yang ada di tengah-tengah masyarakat baik bagi negara maju terlebih lagi bagi negara berkembang. Menurut Bank Dunia, pada tahun 2010, 12,5% penduduk Asia Timur dan Pasifik hidup dibawah garis kemiskinan. Pada saat ini seluruh negara anggota PBB bersama-sama memerangi kemiskinan melaui program MDGs (Millenium Development Goals) yang dimulai pada tahun 2000 dan berakhir pada tahun 2015. Program MDGs memiliki delapan target, termasuk didalamnya mengurangi separuh jumlah masyarakat miskin.

Kemiskinan merupakan suatu masalah fenomenal sepanjang sejarah Negara Indonesia sebagai suatu Negara kesatuan. Tidak ada persoalan yang lebih besar selain persoalan kemiskinan. Dengan persoalan kemiskinan ini yang telah menyebabkan jutaan anak-anak yang tidak dapat mengenyam pendidikan yang berkualitas, kesulitan dalam membiayi kesehatan, kurangnya perhatian pemerintah khusus kepada masyarakat miskin, semakin meningkatnya jumlah pengangguran yang disebabkan karena lapangan pekerjaan semakin minim, karena kurangnya pembangunan dan investasi diberbagai sektor, serta kurangnya jaminan sosial oleh pemerintah terhadap perlindungan masyarakat miskin yang menyebabkan jutaan rakyat yang kekurangan dalam memenuhi kebutuhan sandang, pangan, papan secara terbatas.

Pada masa kepemimpinan SBY (Susilo Bambang Yudoyono) pemerintah Indonesia juga meluncurkan program penanggulangan kemiskinan seperti BLT (Bantuan Langsung Tunai), KUR (Kredit Usaha Rakyat), pengembangan UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah), PNPM Mandiri (Program Pemberdayaan Masyarakat), wajib sekolah Sembilan tahun dan masih banyak program-program lainnya.

Dengan adanya bantuan BLT tersebut diharapkan dapat membantu masyarakat yang tidak mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari, ataupun kebutuhan lainya.Program KUR dapat membantu masyarakat dalam mengembangkan usahanya sehingga dari usaha tadi mereka mampu memenuhi kebutuhannya, dan dari usaha yang dibuka dapat juga membuka

lowongan pekerjaan sehingga pengangguran berkurang dan kemiskina menurun. Kemudian program pemerintah tentang wajib sekolah sembilan tahun, dengan pendidikan yang tinggi maka akan membuka peluang untuk seseorang mendapatkan pekerjaan yang layak sehingga gaji yang diterimapun akan tinggi yang kemudian akan mampu memenuhi segala kebutuhannya dan dapat keluar dari kemiskinan.

Meskipun pemerintah telah meluncurkan berbagai program untuk mengentaskan kemiskinan akan tetapi belum mampu mengetaskan masyarakat Indonesia dari jurang kemiskinan yang semakin hari semakin menyiksa dan menganiaya. Oleh karena itu, upaya pengentasan kemiskinan harus dilakukan secara komprehensif, mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat, dan dilaksanakan secara terpadu.Dan keadaan ini seharusnya menjadi sebuah evaluasi diri bagi pemerintah untuk dapat terus merencanakan serta mengambil sebuah kebijakan yang dapat membawa Indonesia keluar dari jurang kemiskinan. Namun penulis tidak memungkiri bahwa penanggulangan masalah kemiskinan sudah serius, bahkan merupakan salah satu prioritas akan tetapi hasilnya belum cukup memuaskan.

Kemiskinan yang terjadi dalam suatu Negara khususnya Indonesia tepatnya di kota Padang memang perlu dilihat sebagai suatu masalah yang sangat serius, karena saat ini kemiskinan membuat banyak masyarakat di kota Padang mengalami kesusahan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Kemiskinan di kota Padang merupakan salah satu penyakit dalam ekonomi, sehingga harus disembuhkan atau paling tidak dikurangi. Berdasarkan data dari BPS Sumbar (2012), kota Padang paling banyak jumlah penduduk miskinnya yaitu sebesar 50. 658 KK, disusul Pesisir selatan sebesar 39. 515 KK dan Agam sebesar 37. 894 KK. Data itu merupakan pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS). Tabel 1 berikut ini akan menyajikan data jumlah penduduk miskin,tingkat kesehatan yang diukur dengan angka usia harapan hidup, tingkat pendidikanyang diukur dengan masyarakat yang tamatan SMP dan investasi pada lima tahun terakir di kota Padang berdasarkan informasi yang di dapat dari Badan Pusat Statistik (BPS) kota Padang :

(4)

Tabel 1: Data Kemiskinan,Kesehatan (AHH), Pendidikan (APS Tamatan SMP) dan investasi Kota Padang No. Tahun Penduduk Miskin (Ribuan) Angka Usia Harapan Hidup (Tahun) Masyarakat Tamatan SMP (Ribuan) Investasi (%) 1. 2010 52.80 73,17 6.167 45,31 2. 2011 50.90 73,17 5.932 20,51 3. 2012 45.90 73,18 9.239 20,44 4. 2013 44.20 73,14 9.239 23,98 5. 2014 44.70 73,14 7.927 25,34

Sumber: BPS Kota Padang Tahun 2017

Dari tabel 1 diatas terlihat bahwa penduduk miskin di kota Padang pada tahun 2010 sebanyak 52,80 ribu jiwa dengan angka usia harapan hidup 73,17 yang cukup tinggi dan masyarakat yang tamat SMP pada tahun 2010 sebanyak 6.167 orang dengan investasi yang didapat kota Padang sebesar 45,31%. Jika dibandingkan dengan tahun 2011 jumlah penduduk miskin kota Padang sebesar 50,90 dan angka usia harapan hidup 73,17 bertambah dari tahun sebelumnya dengan masyarakat yang lulus di SMP sebanyak 5.932 oran sedangkan investasi kota sebesar 20,51%.

Pada tahun 2012 jumlah penduduk miskin kota Padang sebanyak 45,90 ribu jiwa dengan angka usia harapan hidup 73,18 dan masyarakat yang lulus SMP sebanyak 9.239 orang sedangkan investasi pada tahun 2012 sebesar 20,44% jika dibandingkan dengan tahun 2013 jumlah penduduk miskin kota Padang pada tahun ini sebanyak 44,20 dengan angka usia harapan hidup masyarakat sebesar 73,18 dan masyarakat yang tamat SMP sebanyak 9.239 dan investasi sebesar 23,98%.

Selanjutnya pada tahun terakir yaitu 2014 jumlah penduduk miskin sebanyak 44,70 ribu jiwa dengan angka usia harapan hidup masyarakat sebesar 73,14 dan jumlah masyarakat SMP pada tahun 2014 sebesar 7.927 orang. Sedangkan investasi sebesar 25,34%. Kemiskinan diduga dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya, tingkat kesehatan, tingkat pendidikan dan investasi.

Masalah ini timbul karena diduga terdapat pengaruh antara tingkat kesehatan, tingkat pendidikan dan investasi terhadap kemiskinan di kota Padang.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah asosiatif. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Siregar (2013:15) bahwa “penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua varibel atau lebih. Penelitian ini termasuk penelitian asosiatif karena bertujuan untuk mengetahui pengaruh atau hubungan antar dua variabel atau lebih yaitu pengaruh tingkat kesehatan, tingkat pendidikan dan jumlah investasi terhadap kemiskinan kota Padang.

Penelitian ini dilakukan di Badan Pusat Statisitik Sumbar jalan Khatib Sulaiman No. 48 Padang pada bulan Desember 2016, jenis data yaitu data sekunder yang diambil dari Badan Pusat Statistik Provinsi Sumbar.

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis induktif yang terdiri dari uji ramsey, uji like lihood, uji stasioneritas, uji normalitas, uji multikolonialitas, uji heteroskedastisitas, uji autokorelasi dan regresi linear berganda. HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat pada uji regresi linier berganda yang telah dioleh dengan menggunakan program Eviews sebagai berikut:

Tabel 2: Hasil Uji Regresi Linier Berganda

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. Tingkat Kesehatan -3.897339 0.929905 4.191115 0.0015 Tingkat Pendidikan -0.573340 0.140609 -4.077555 0.0018 Investasi -0.036559 0.078420 -2.466193 0.0402 C -3.316526 1.754727 -1.890053 0.0854

(5)

Berdasarkan hasil yang terdapat pada Tabel 14di atas, maka dapat dirumuskan persamaan regresi linear berganda sebagai berikut: LogY= -3,3165 + -3,897 log X1 +-0,573 log X2 + -0,036 log X3.

Dari model persamaan regresi linear berganda di atas dapat diketahui bahwa nilai konstanta sebesar -3,3165 yang berarti bahwa tanpa adanya pengaruh dari variabeltingkat kesehatan, tingkat pendidikan dan investasi, kemiskinan di kota Padangtelah mencapai -3,165.

Koefisien regresi tingkat kesehatan sebesar -3,897. Hal ini berarti adanya pengaruhnegatiftingkat kesehatan terhadap kemiskinan di kota Padang, apabila tingkat kesehatan meningkat sebesar satu persen maka kemiskinanakan menurun sebesar -3,897 persen dengan asumsi variabel lain tidak mengalami perubahan atau konstan.

Koefisien regresi tingkat pendidikan sebesar -0,573. Hal ini berarti adanya pengaruh negatif tingkat kesehatan terhadap kemiskinan di kota Padang, apabila tingkat kesehatan meningkat sebesar satu persen maka kemiskinan akan menurun sebesar -0,573persen dengan asumsi variabel lain tidak mengalami perubahan atau konstan.

Koefisien regresi investasi sebesar -0,036. Hal ini berarti adanya pengaruh negatif investasi terhadap kemiskinan, apabila investasimeningkat sebesar satu persen maka kemiskinan akan menurun sebesar -0,036persen dengan asumsi variabel lain tidak mengalami perubahan atau konstan.

PEMBAHASAN

1. Pengaruh Tingkat Kesehatan, Terhadap Kemiskinan di Kota Padang

Berdasarkan hasil olahan data dikatakan bahwa tingkat kesehatan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan. Hal ini dapat dilihat nilai koefisien regresi tingkat kesehatan sebesar –3,897 dan nilai thitung sebesar 4,191 < ttabel sebesar 1,79588 sedangkan nilai signifikan 0,00 <0,05, berarti Ha diterima dan H0 ditolak dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh antara tingkat kesehatan terhadap kemiskinan di kota Padang. Dengan asumsi variabel lain tidak mengalami perubahan.

Dengan besarnya angka usia harapan hidup penduduk kota padang maka akan

mengurangi tingkat kemiskinan, karena seseorang harus bekerja dengan kondisi yang sehat untuk pemenuhan kehidupan sehari-hari. Dengan kondisi tubuh yang sehat dan jauh dari penyakit maka kesempatan untuk bekerja lebih besar. Akan tetapi pada kenyataannya masyarakat yang sehat tidak juga bisa bekerja dan tidak memiliki pengaruh untuk mengurangi kemiskinan.

Lincolin (2001:58) menjelaskan intervensi untuk memperbaiki kesehatan dari pemerintah juga merupakan suatu alat kebijakan penting untuk mengurangi kemiskinan. Salah satu faktor yang mendasari kebijakan ini adalah perbaikan kesehatan akan meningkatkan produktivitas golongan miskin. Kesehatan yang lebih baik akan meningkatkan daya kerja, mengurangi hari tidak bekerja dan menaikkan output energi. Lebih lanjut Tjiptoherijanto (Yuhendri, 2008:3) menjelaskan, pembangunan kesehatan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan mengurangi kemiskinan. Jadi tingkat kesehatan berkorelasi positif terhadap tingkat kemiskinan karena dengan terjaganya kesehatan dengan baik, maka produktivitas kerja akan tinggi sehingga mampu mendapatkan upah atau bayaran yang lebih tinggi pula sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidup dan dapat memacu pertumbuhan ekonomi yang cepat yang terhindari dari kemiskinan.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hermanto Siregar dan Dwi Wahyuniarti, 2008 tentang Faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan di Jawa Tengah berdasarkan data BPS, dan juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Harry faisal (2013) tentang pengaruh tingkat pendidikan, kesehatan terhadap produktivitas dan jumlah penduduk miskin di provinsi Kalimantan Barat diperoleh hasil terdapat pengaruh pendidikan terhadap kemiskinan di Indonesia.

2. Pengaruh Tingkat PendidikanTerhadap Kemiskinan di Kota Padang

Berdasarkan hasil olahan data dikatakan bahwa tingkat pendidikan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan. Hal ini dapat dilihat nilai koefisien regresi pendidikan sebesar -0,573 dan nilai thitung sebesar -4,077 < ttabel sebesar 1,79588 sedangkan nilai signifikan 0,00 < 0,05, berarti Ha diterima dan

(6)

H0 ditolak dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh antara tingkat pendidikan terhadap kemiskinan di kota Padang. Dengan asumsi variabel lain tidak mengalami perubahan.

Pendidikan menjadi hal yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari karena dengan pendidikan yang tinggi akan memberikan pemahaman mengenai kondisi ekonomi keluarga dan lebih besar lagi kondisi perekonomian negara serta meningkatkan wawasan.

Menurut Elmubarok (2009:3) menyatakan Pendidikan adalah merupakan usaha atau proses yang ditunjuk untuk membina kualitas sumber daya manusia seutuhnya agar ia dapat melakukan perannya dalam kehidupan secara fungsional dan optimal. Dengan demikian pendidikan menolong ditengah-tengah kehidupan manusia. Sedangkan menurut Damin (2003: 25) pendidikan pada intinya merupakan proses penyiapan subjek didik menuju manusia masa depan yang bertanggung jawab. Kata “bertanggung jawab” menggandung makna bahwa subjek didik dipersiapkan untuk menjadi manusia yang berani berbuat dan berani bertanggung jawab atas perbuatanya.

Penyebab kemiskinan menurut Todaro dan Smith (2006:430) menyatakan bahwa pendidikan merupakan tujuan pembangunan yang mendasar. Yang mana pendidikan memainkan peran kunci dalam membentuk kemampuan sebuah negara dalam menyerap teknologi modern dan untuk mengembangkan kapasitas agar tercipta pertumbuhan serta pembangunan yang berkelanjutan.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh oleh Harry faisal (2013) tentang pengaruh tingkat pendidikan, kesehatan terhadap produktivitas dan jumlah penduduk miskin di provinsi Kalimantan Barat diperoleh hasil terdapat pengaruh pendidikan terhadap kemiskinan di Indonesia dan juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hermanto Siregar dan Dwi Wahyuniarti, 2008 tentang Faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan di Jawa Tengah diperoleh hasil terhdapat pengaruh kesehatan terhadap kemiskinan.

3. Pengaruh Investasi Terhadap Kemiskinan di Kota Padang

Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa investasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan. Hal ini dapat dilihat nilai koefisien regresi investasi sebesar -0,036 dan nilai thitung sebesar -2,466 < ttabel sebesar 1,79588 sedangkan nilai signifikan 0,04 < 0,05, berarti Ha diterima dan H0 ditolak dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh antara investasi terhadap kemiskinan di kota Padang. Dengan asumsi variabel lain tidak mengalami perubahan.

Samuelson, 2003 dalam Sulaksono (2015:17) mengatakan Investasi sebagai pengeluaran-pengeluaran untuk membeli barang-barang modal dan peralatan - peralatan produksi dengan tujuan untuk mengganti dan terutama menambah barang-barang modal yang akan digunakan untuk memproduksikan barang dan jasa. Investasi mengarah pada perubahan keseseluruhan permintaan dan mempengaruhi siklus bisnis. Investasi merupakan akumulasi modal yang bisa meningkatkan output potensial negara dan mengembangkan pertumbuhan ekonomi jangka panjang.

Investasi sebagai pengeluaran atau pembelanjaan perusahaan untuk membeli barang-barang produksi, untuk menambah kemampuan memproduksi barang dan jasa yang yang berasal dari investasi dalam negeri maupun inestasi asing. Penigkatan investasi akan mendorong peningkatan volume produksi yang selanjutnya akan meningkatkan kesempatan kerja yang produktif sehingga akan meningkatkan pendapatan perkapita.

Mankiw, 2003 dalam Sulaksono (2015:17) investasi pada hakekatnya merupakan awal kegiatan pembangunan ekonomi. Investasi dapat dilakukan oleh swasta, pemerintah atau kerjasama antara pemerintah dan swasta. Investasi merupakan suatu cara yang dapat dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan untuk jangka panjang dapat menaikan standar hidup masyarakatnya.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Arios Jonaidi, 2012 tentang Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan Di Indonesia diperoleh hasil terdapat pengaruh investasi terhadap kemiskinan di Indonesia.

(7)

4. Pengaruh Tingkat Kesehatan, Tingkat Pendidikan dan Investasi Secara Bersama-sama Terhadap Kemskinan di Kota Padang

Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa Secara stimultan tingkat kesehatan, tingkat pendidikan dan investasi berpengaruh terhadap kemiskinan. Hal ini dapat dilihat nilai Fhitung 16,37850 > Ftabel 3,89 dan nilai signifikan 0,000 < 0,05. Hal ini berarti H0 ditolak dan Ha diterima, Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tingkat kesehatan, tingkat pendidikan dan investasi secara stimultan berpengaruh terhadap kemiskinan di kota Padang.

Berdasarkan nilai koefisien detereminasi sebesar 0,817 yang artinya 81,7% perubahan pada variabel dependen (kemiskinan) dapat dijelaskan oleh variabel independen (tingkat kesehatan, tingkat pendidikan dan investasi) sedangkan sisanya sebesar 18,3% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak termasuk kedalam penelitian ini.

Menurut Badan Pusat Statistik (2014:120) kemiskinan dipandang sebagai ketidak mampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang di ukur dari sisi pengeluaran. Jadi penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan di bawah garis kemiskinan. Garis kemiskinan merupakan penjumlahan dari Garis Kemiskinan Makanan (GMK) dengan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM), BPS (2015:5).

Menurut Tambunan (2001:99) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kemiskinan baik secara langsung maupun tidak langsung adalah tingkat dan laju pertumbuhan output (atau produktivitas tenaga kerja), tingkat upah neto, distribusi pendapatan, kesempatan kerja (termasuk jenis pekerjaan yang tersedia), tingkat inflasi, pajak dan subsidi, investasi, alokasi serta kualitas sumber daya alam, ketersedian fasilitas umum, (seperti pendidikan dasar, kesehatan, informasi, transportasi, listrik,air, dan lokasi permukiman), penggunaan teknologi, jenis pendidikan, kondisi fisik dan alam suatu wilayah, etos kerja dan motivasi pekerja, kultural/budaya atau tradisi hingga politik dan bencan alam, peperangan dan pertumbuhan ekonomi.

KESIMPULAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh yang negatif dan signifikan antara variabel tingkat kesehatan terhadap kemiskinan di kota Padang dengan nilai koefisien regresi tingkat kesehatan sebesar -3,897 dan nilai thitung sebesar 4,191 > ttabel sebesar 1,79588 sedangkan nilai signifikan 0,00 < 0,05, berarti Ha diterima dan H0 ditolak dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh antara tingkat pendidikan terhadap kemiskinan di kota Padang. 2. Terdapat pengaruh yang negatif dan

signifikan antara variabel tingkat pendidikan terhadap kemiskinan di kota Padang dengan nilai koefisien regresi tingkat pendidikan sebesar -0,573 dan nilai thitung sebesar -4,077 > ttabel sebesar 1,79588 sedangkan nilai signifikan 0,00 < 0,05, berarti Ha diterima dan H0ditolak dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh antara tingkat pendidikan terhadap kemiskinan di kota Padang.

3. Terdapat pengaruh yang negatif dan signifikan antara variabel investasi terhadap kemiskinan. Hal ini dibuktikan dengan nilai koefisien regresi investasi -0,036 dan nilai thitung sebesar -2,466 > ttabel sebesar 1,79588 sedangkan nilai signifikan 0,04 < 0,05, berarti Ha diterima dan H0 ditolak dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh antara investasi terhadap kemiskinan di Indonesia.

4. Secara stimultan tingkat kesehatan, tingkat pendidikan dan investasi berpengaruh terhadap kemiskinan. Hal ini dapat dilihat nilai Fhitung 16,37850 > Ftabel 3,89 dan nilai signifikan 0,000 < 0,05. Hal ini berarti H0 ditolak dan Ha diterima, Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tingkat kesehatan, tingkat pendidikan dan investasi secara stimultan berpengaruh terhadap kemiskinan di kota Padang. Sedangkan nilai koefisien detereminasi sebesar 0,817 yang artinya 81,7% perubahan pada variabel dependen (kemiskinan) dapat dijelaskan oleh variabel independen (tingkat kesehatan, tingkat pendidikan dan investasi) sedangkan sisanya sebesar 18,3%

(8)

dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak termasuk kedalam penelitian ini

B. Saran

Berdasarkan hasil dari penelitian, Penulis mengemukakan saran yang diharapkan dapat bermanfaat dalam penurunan angka kemiskinan di kota Padang.

1. Variabel tingkat Kesehatan. Diharapkan kepada pemerintah agar dapat memberikan jaminan kesehatan kepada masyarakat dengan cara memberikan pengobatan gratis dan memberikan bantuan kesehatan lainnya guna meningkatkan angka usia harapan hidup di kota Padang. Karena dengan meningkatnya angka usia harapan hidup maka produktifitas masyarakat juga akan meningkat dan dapat mengurangi angka kemiskinan.

2. Variabel Tingkat Pendidikan. Disarankan kepada pemerintah untuk dapat membuat

kurikulum pendidikan yang sejalan dengan yang dharapkan agar makin banyak nya masyarakat yang berpendidikan tinggi lulusan perguruan tinggi yang kedepannya bermanfaat bagi negara dan dapat mengurangi angka kemiskinan

3. Variabel Investasi, disarankan kepada pemerintah Indonesia agar selalu meningkatkan pendapatan perkapita dengan cara meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan sumber daya alam, jika sumber daya alam dikelola oleh sumber daya manusia yang berkualitas dan dapat menarik minat para investor dalam negeri maupun luar negri untuk melakukan investasi di Indonesia dan di kota Padang, maka angka kemiskinan bisa dikurangi di kota Padang.

DAFTAR PUSTAKA

Arios, Jonaidi. 2012. Analisis Pertmbuhan Ekonomi dan Kemisknan di Indoesia. Jurnal Kajian Ekonomi Vol.1 Damin, Sudarmawan. 2003. Media Komunikasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Elmubarok, Zain. 2009. Membumikan Pendidikan Nilai. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Mankiw, N.Gregory (2000). Teori Makro Ekonomi. Jakarta: Erlangga.

Siregar, Syopian. 2013. Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Tambunan, Tulus. 2002. Teori Ekonomi Mikro. Bandung: Pustaka Ramadhan

Todaro, M.P. dan Smith, S.C 2006. Pembangunan Ekonomi Jilid Satu Edisi Kesembilan. Jakarta. Erlangga

Yuhendri. 2008. (Enterprenhip) Perspektif Kondisi Bangsa Indonesia. Yogyakarta: Erlagga

(9)

PENGARUH TINGKAT KESEHATAN, TINGKAT PENDIDIKAN DAN INVESTASI

TERHADAP KEMISKINAN DI KOTA PADANG

Oleh

,

1)

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP-PGRI Sumbar 2 3)

Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP-PGRI Sumbar doralisnawati@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis 1) pengaruh tingkat kesehatan secara parsial terhadap kemiskinan, 2) pengaruh tingkat pendidikan secara parsial terhadap kemiskinan, 3) pengaruh investasi secara parsial terhadap kemiskinan. 4) pengaruh tingkat kesehatan, tingkat pendidikan dan investasi secara bersama-sama berpengaruh terhadap kemiskinan di kota Padang. Jenis penelitian ini adalah penelitian asosiatif. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk“Time Series” periode tahun 2001-2015. Sumber data diperoleh dari Badan Pusat Statisitk (BPS) Sumatera Barat dengan melihat pengaruh tingkat kesehatan, tingkat pendidikan dan investasi berpengaruh terhadap kemiskinan di kota Padang dengan digunakan uji t dan uji F. Hasil analisis data menunjukan bahwa (1) tingkat kesehatan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan dengan koefesien -3,897 nilai ini signifikan terhadap thitung 4,191> ttabel 1.79588; (2) tingkat pendidikan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan dengan koefesien -0,573 nilai ini signifikan terhadap thitung -4,077> ttabel 1.79588; (3) investasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan dengan koefesien -0,036 nilai ini signifikan terhadap thitung -2,466> ttabel 1.79588 ;(4) tingkat kesehatan, tingkat pendidikan dan investasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan di kota Padang dengan Fhitung 16,37850> Ftabel 3,89. Besarnya pengaruh tingkat kesehatan, tingkat pendidikan dan investasi terhadap kemiskinan yaitu 81,7% dan sisanya 18,3% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukan dalam penelitian ini.

ABSTRACK

This study aims to analyze 1) the effect of the partial soundness against poverty, 2) the effect of educational level partially to poverty, 3) the effect of a partial investment to poverty. 4) the effect of the level of health, education and investment jointly effect on poverty in the city of Padang. This type of research is associative research. Data used in this research is secondary data in the form of "Time Series" 2001-2015 year period. Sources of data obtained from Statisitk Central Agency (BPS) of West Sumatra to see the effect, level of education and the investment effect on poverty in the city of Padang used t test and F test. The results of data analysis showed that (1) the soundness of a significant negative effect on poverty with a coefficient of -3.897 is significant value to thitung 4.191 > ttable 1.79588; (2) the level of education a significant negative effect on poverty with a coefficient of -0.573 is significant value to thitung -4.077 > ttabel 1.79588; (3) investing significant negative effect on poverty with the coefficient value -0.036 significant in the thitung -2.466 > ttable 1.79588; (4) the level of health, education and investment a significant negative effect on poverty in the city of Padang with Fhitung 16.37850 > Ftabel 3.89. The amount of influence, level of education and investment on poverty is 81.7% and the remaining 18.3% influenced by other factors not included in this study.

(10)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

PENGARUH TINGKAT KESEHATAN, TINGKAT PENDIDIKAN DAN INVESTASI TERHADAP KEMISKINAN DI KOTA PADANG

Oleh: Dora Lisnawati 11090286 Padang, Maret 2017 Disetujui Pembimbing 1 Pembimbing 11

(Jolianis, S.Pd, ME) (Syailendra Eka Saputra, SE, MM)

Ketua Program Studi

(11)

PENGARUH TINGKAT KESEHATAN, TINGKAT PENDIDIKAN DAN INVESTASI

TERHADAP KEMISKINAN DI KOTA PADANG

JURNAL

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan (Strata 1)

DORA LISNAWATI

11090286

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDDIKAN

(STKIP PGRI) SUMATERA BARAT

PADANG

2017

Gambar

Tabel  1:  Data  Kemiskinan,Kesehatan  (AHH),  Pendidikan  (APS  Tamatan  SMP)  dan  investasi  Kota Padang   No

Referensi

Dokumen terkait

l Termohon dianggap sudah tidak bisa menjadi isteri yang baik dan sikapnya tidak ada perubahan sejak awal pernikahan sampai sekarang, yang pada akhirnya pemohon memutuskan tidak

Pada tahap ini peneliti melakukan diskusi dengan pengamat (observer) untuk mengetahui kekurangan maupun kelebihan yang terjadi selama tindakan. Pada pertemuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara pengelolaan konflik (X 1 ) dengan komitmen organisasi (Y) guru SD Negeri di Gugus 3 Kecamatan Tampan

Kelainan yang paling banyak ditemukan saat dilakukan tindakan bedah pada pasien-pasien OMSK tipe bahaya yang telah dilakukan pemeriksaan preoperatif dengan tomografi

Di Kecamatan Kotapadang pada tahun 2006 telah terjadi beberapa kasus penyakit menular (Diare) dan kasus Gigitan Hewan Tersangka Rabies (GHTR) yang menimbulkan KLB atau dugaan

40 Edisi No.1 Mei 2020 Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, terdapat 50 toponim lokasi tinggalan arkeologi Hindu-Buddha yang mengandung temuan candi, baik berupa

Terdapat 12 atribut yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu pengalaman melakukan audit, memahami industri klien, responsif atas kebutuhan klien, taat pada

Hasil penelitian pengambilan data sekunder berupa durasi lampu lalu lintas di persimpangan Glugur pada pagi, siang dan sore hari dapat dilihat pada Tabel 1, Tabel 2