125 BAB VI
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
6.1 Kesimpulan
Pada bagian ini peneliti menyimpulkan temuan riset sebagaimana telah dijabarkan dalam pembahasan di atas, sekaligus membuat analisa kenapa demikian (Why Analysis). Analisa peneliti terhadap kesimpulan temuan riset mengacu pada observasi dan literatur, dalam rangka menjelaskannya secara deduktif.
6.1.1. Temuan penelitian yang telah disampaikan dalam pembahasan hasil riset di atas mengindikasikan masih lemahnya tingkat partisipasi sekolah yang telah memiliki fasilitas TIK dan terkoneksi dengan Jardiknas dalam konteks pemanfaatan fasilitas tersebut untuk mendukung dan memfasilitasi kegiatan belajar mengajar. Kenapa demikian? Berbagai faktor bisa mempengaruhi tingkat partisipasi, misalnya:
b. kompetensi dari segi kemampuan teoretis maupun keterampilan, c. persepsi tentang manfaat TIK,
126 e. dan ada atau tidaknya pemberian insentif dari pemerintah khusus pada aspek implementasi kebijakan pemanfaatan TIK dan Jardiknas10.
f. kualitas infrastruktur dan dukungan teknis, g. tingkat kompetensi dan kepercayaan guru, h. alokasi waktu dan pendanaan,
i. serta persoalan di tingkatan perencanaan.
Observasi peneliti menemukan masalah:
a. infrastruktur dan kurangnya waktu sebagai faktor penghambat penggunaan TIK dalam proses belajar mengajar.
b. aspek kurikulum juga bisa berpengaruh, terutama dalam kaitannya dengan pengetahuan, antusiasme, kompetensi dan pengalaman guru.
c. ketersediaan dan aksesibilitas tenaga profesional memiliki peran penting pula dalam upaya mengembangkan kemampuan, keterampilan, dan kepercayaan diri guru dalam penggunaan TIK.
d. sikap dan persepsi guru tentang manfaat TIK juga penting karena itu merupakan motivator dasarnya.
10 ICT in Schools: Promoting The Quality of Learning, Department of Education and Science,
127 6.1.2. Dalam kaitannya dengan sebaran sekolah, riset menunjukkan bahwa sekolah dalam kategori aktif dalam memanfaatkan Jardiknas bertempat di pusat kota, hal ini mengindikasikan bahwa :
a. dukungan transportasi yang lancar,
b. koneksi BTS yang dekat sehingga memiliki kecepatan dan kestabilannya ,
c. kelancaran dalam mendapatkan informasi d. dekat dengan pemerintahan
e. ketertarikan calon siswa untuk mendaftar sekolah di wilayah perkotaan yang memberi kontribusi positif terhadap tingkat kelulusan.
6.1.3. Temuan ini selaras dengan hasil observasi peneliti bahwa sekolah SMK dan SMA yang aktif memanfaatkan akses Jardiknas memiliki :
a. jurusan Teknologi Informasi (SMK) b. muatan Lokal Teknologi Informasi
c. Pelajaran KKPI (Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi)
Dengan demikian bisa dikatakan bahwa temuan riset juga menampilkan indikasi adanya pengaruh eksistensi jurusan (SMK), atau muatan lokal dan mata pelajaran (SMA) yang relevan dengan eksistensi Jardiknas sebagai teknologi pendukung proses pembelajaran dalam artian motivator yang mempengaruhi
128 tingkat partisipasi mereka dalam konteks pemanfaatan akses Jardiknas.
6.1.4. Dalam kaitannya dengan kinerja sekolah, riset menemukan indikasi pentingnya peran pemanfaatan akses Jardiknas terhadap prestasi sekolah, ini tercermin dari temuan bahwa sekolah SMK maupun
SMA yang secara aktif memanfaatkan akses Jardiknas memiliki prestasi terbaik diukur dari prosentase ketidaklulusan Ujian Nasional, jika dibandingkan dengan kategori pasif dan sedang.
6.1.5. Ada hal menarik dalam riset ini, pada Tabel 10: Tingkat Pemanfaatan Jardiknas dan Prosentase Ketidaklulusan Ujian Nasional untuk SMK swasta menunjukkan bahwa keaktifan sekolah terhadap pemanfaatan TIK untuk sarana pembelajaran tidak mengankat tingkat kelulusan siswanya ujian nasional untuk lebih baik, bahkan pada sekolah swasta baik pada pemafaatan aktif, sedang, dan pasif angka ketidaklulusannya masih cukup tinggi. Berbeda halnya dengan sekolah negeri dimana keaktifan penggunaan Jardiknas menekan angka ketidaklulusan siswa dalam ujian nasional. Dari keadaan ini riset menyimpulkan bahwa :
a. sarana Jardiknas (TIK) di sekolah berperan memberi motivasi
129
b. sarana Jardiknas (TIK) di sekolah secara signifikan belum mempengaruhi tingkat prestasi belajar siswa.
c. sarana Jardiknas (TIK) di sekolah secara signifikan memberi
daya tarik calon siswa untuk mendaftar (meningkatkan animo masyarakat), sehingga sekolah dapat meyeleksi input siswa dengan nilai UN SLTP yang lebih baik, hal ini mempengaruhi tingkat prestasi lulusan.
Dengan demikian, bisa disimpulkan memiliki korelasi positif dengan prestasi sekolah yang diukur melalui prosentase ketidak lulusan Ujian Nasional, jika diterapka secara tepat yang meliputi; sarana prasarana yang memadai, kemampuan guru dalam mengolah TIK, kemampuan siswa dalam memanfaatkan TIK sebagi sumber belajar. Kenapa demikian? Dewasa ini penggunaan Teknologi Informasi telah menjadi tulang punggung kemajuan pembangunan bidang pendidikan di negara maju. Dalam konteks Indonesia, keberadaan Jardiknas pada prinsipnya merupakan dukungan teknologi maju bagi sekolah. Eksistensi ini telah dikonfirmasi oleh banyak riset mampu berperan sebagai penumbuh semangat dalam proses belajar mengajar di sekolah11. Observasi peneliti di lapangan menemukan adanya persepsi bahwa modernitas fasilitas sekolah mendorong semangat siswa untuk berprestasi, kondisi serupa juga terjadi di kalangan aparatur sekolah, terutama guru dan staf pengajar lainnya.
11
ICT in Schools: Promoting The Quality of Learning, Department of Education and Science, Dublin, Ireland 2008 –Part2ICT Infrastructure and Planning in Schools
130 6.2 Rekomendasi
Terkait dengan kesimpulan di atas, pada bagian ini penulis memberikan rekomendasi dari dua aspek, yaitu (1) menyikapi temuan riset ini, dan (2) perlunya riset lanjutan untuk menindak lanjuti riset ini.
6.2.1 Menyikapi Temuan Riset
Guru perlu didukung agar secara efektif mampu memenuhi tantangan dalam hal mengintegrasikan TIK dalam setiap proses dan kegiatan pembelajaran. Dukungan bisa diberikan dalam bentuk pemberian pelatihan, penyediaan tenaga ahli sebagai pembimbing dan konsultasi, dan insentif manajerial yang diatur melalui keputusan pemerintah.
Perlu dipastikan bahwa guru telah diberi cukup kesempatan untukmengembangkan keterampilan yang dapat langsung diterapkan pada penggunaan TIK dan jardiknas dalam kelas. Ini perlu ditangani secara strategis melalui berbagai metode pelatihan. Pada tingkatan sekolah perlu diadopsi mekanisme untuk memfasilitasi terjadinya proses berbagi praktek yang baik di antara para staf pengajar. Misalnya, guru yang sudah mampu secara efektif menggunakan TIK dan Jardiknas bertindak sebagai mentor bagi setiap rekan sejawat lainnya yang belum percaya diri dalam penggunaan teknologi. Pada gilirannya nanti guru perlu mengeksplorasi seluruh potensi TIK dan
131 Jardiknas untuk mengembangkan berbagai macam keterampilan dan kemampuan siswa sebagaimana ditargetkan melalui kurikulum.
Pada tingkatan sekolah juga perlu upaya eksploitasi seluruh manfaat TIK dan Jardiknas yang bukan sekedar penunjang kegiatan adminsitratif semata. Melalui kebijakan manajerial sekolah, potensi TIK dalam konteks ini perlu pula dimanfaatkan untuk menilai, melacak, dan menganalisis kemajuan prestasi siswadari waktu ke waktu menggunakan aplikasi tertentu.
6.2.2 Riset Lanjutan
Riset ini hanya berfokus pada permasalahan TIK dalam dunia pendidikan pada konteks dampak potensialnya bagi proses pengajaran dan pembelajaran dan langkah yang perlu diadopsi untuk memastikan bahwa potensi TIK mampu memperkaya pengalaman belajar siswa dalam rangka mengetahui sebarapa besar partisipasi relatif sekolah dalam kriteria aktif, sedang, atau pasif. Secara umum penelitian ini hanya bertujuan mendapatkan informasi tentang sejauh mana TIK dalam konteks Jardiknas telah dimanfaatkan oleh semua sekolah yang telah terkoneksi dengannya, dan bagaimana fasilitas TIK dalam Jardiknas dimanfaatkan untuk memfasilitasi kegiatan belajar mengajar.
Oleh sebab itu penulis merekomendasikan dilakukannya riset lanjutan yang metodologinya berfokus pada upaya penemuan semua
132 faktor yang mempengaruhi dan kaitannya dengan tingkat prestasi siswa maupun prestasi sekolah sebagai kriteria utama kualitas output dan juga kualitas input dalam konteks peran dukungan implementasi TIK dan Jardiknas.
Adanya hubungan positif antara prestasi sekolah (variabel terikat) dan tingkat pemanfaatan akses Jardiknas (variabel bebas) sebagaimana tercantum dalam bahasan temuan riset di atas sejauh ini masih bersifat indikatif. Untuk kelompok SMK, temuan riset menunjukkan bahwa sekolah yang tingkat pemanfaatan akses Jardiknasnya pasif justru berprestasi lebih baik(28.23% siswa tidak lulus UN) ketimbang sekolah yang tingkat pemanfaatan akses Jardiknasnya sedang (38.15% siswa tidak lulus UN) – tentu ini mengindikasikan adanya faktor lain yang berperan lebih besar ketimbang peran pemanfaatan akses Jardiknas. Selain itu, M.S. Farooq, A.H. Chaudhry, M. Shafiq, G. berkata dalam laporan risetnya bahwastatus sosial ekonomi memiliki pengaruh signifikan pada prestasi akademik siswa secara keseluruhan. Mereka juga menjumpai bahwa aspek pendidikan orang tua berperan lebih banyak ketimbang aspek pekerjaan dalam kaitannya dengan prestasi akademis anak mereka di sekolah.12
12 FACTORS AFFECTING STUDENTS’ QUALITY OF ACADEMIC PERFORMANCE: A
CASE OF SECONDARY SCHOOL LEVEL - M.S. Farooq, A.H. Chaudhry, M. Shafiq, G, Journal of Quality and Technology ManagementVolume VII, Issue II, December, 2011, Page 01 ‐ 14
133 Oleh sebab itu dalam penelitian lanjutan tersebut penulis merekomendasikan adanya penelusuran lebih mendalam tentang kaitan antara prestasi dan pemanfaatan akses Jardiknas dalam konteks faktor apa saja yang mempengaruhi prestasi sekolah selain faktor pemanfaatan akses Jardiknas dan sejauh mana peran pemanfaatan akses Jardiknas jika dibandingkan dengan faktor-faktor lainnya tersebut.