• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN KEPOLISIAN DALAM MENANGGULANGI TINGGINYA TINGKAT KECELAKAAN LALU LINTAS TERHADAP PENGENDARA YANG TIDAK MEMILIKI SURAT IZIN MENGEMUDI ( SIM) (STUDI DI

POLRESTA BANDAR LAMPUNG)

(Jurnal) Oleh RAINAH FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2014

(2)

PERAN KEPOLISIAN DALAM MENANGGULANGI TINGGINYA TINGKAT KECELAKAAN LALU LINTAS DI JALAN RAYA TERHADAP PENGENDARA YANG TIDAK MEMILIKI SURAT IZIN

MENGEMUDI (SIM)

(Studi Di Polresta Bandar Lampung)

Rainah, Eko Raharjo, Rinaldy Amrullah Rainahinah68@yahoo.coom

ABSTRAK

Lalu lintas merupakan salah satu sarana penting bagi masyarakat untuk memperlancar aktivitas yang dilakukan. Selain berguna untuk memperlancar aktivitas, tidak bisa kita pungkiri bahwa lalu lintas pun dapat mengakibatkan kerugian yang sangat besar bagi kita seperti kecelakaan. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan, antara lain faktor pengendara sendiri, faktor pengendara lain, dan faktor rusaknya sarana prasarana lalu lintas. Permasalahan yang dibahas penulis dalam skripsi ini yaitu bagaimanakah peran Satlantas Polresta Bandar Lampung dalam menanggulangi tingginya tingkat kecelakaan lalu lintas terhadap pengendara yang tidak memiliki SIM dan faktor apa yang menjadi penghambat dan pendukung peran Satlantas Polresta Bandar Lampung dalam menanggulangi tingginya tingkat kecelakaan lalu lintas terhadap pengendara yang tidak memiliki SIM. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa peran kepolisian dalam menggulangi tingginya tingkat kecelakaan lalu lintas terhadap pengendara yang tidak memiliki SIM diatur dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Republik Indonesia menjelaskan bahwa, dalam Pasal 5 ayat (1), peran kepolisian merupakan alat Negara yang berperan untuk memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. Peran dalam pelaksanaannya Satlantas Polresta Bandar Lampung dalam menanggulangi tingginya tingkat kecelakaan lalu lintas di jalan raya terhadap pengendara yang tidak memiliki SIM, sudah cukup baik pelaksanaanya dan ideal serta penerapan sanksi yang diberikan kepada para pelaku kecelakaan di jalan raya sudah teratur.

(3)

THE ROLE OF POLICE IN PREVENTING THE HIGH RATE OF TRAFFIC ACCIDENT ON HIGHWAY TOWARDS THE RIDER THAT DOES NOT

HAVE A DRIVING LICENSE (SIM) (Studies In Bandar Lampung Police Department)

Rainah, Eko Raharjo, Rinaldy Amrullah Rainahinah68@yahoo.com

ABSTRACT

Traffic is one of the important means for the public to facilitate the activities that undertaken. Besides it is useful to facilitate the activity, we can not deny that any traffic can cause in huge losses for us, such as an accident. Many factors contribute to the accident, the factor of riders itself, factors other riders, and factors of traffic infrastructure. The problems discussed by the author in this thesis were on how the Police Traffic Unit's role in Bandar Lampung overcame the high rate of traffic accidents on rider who doesn’t have a driver's license and what were the inhibiting and supporting factors of the role of Police Traffic Unit's in overcoming the high rate of traffic accidents to rider who does not have a driver's license.

Based on the results of research and discussion, it can be understood that the role of the police in overcoming the high rate of traffic accidents on the rider who doesn’t not have a license was regulated by Act No. 2 year 2002 on the Indonesian National Police that explained, under Article 5, paragraph (1), the role of the police was a mean of state whose role was to maintain security and public order, enforce the law, as well as provide protection, guidance, and service to thesociety. In the implemantation, The Role of Police Traffic Unit in overcoming the high rate of traffic accidents on the highway on rider who doesn’t not have a driver's license was good enough and ideal in implementation and the

(4)

application of sanctions given to the perpetrators of road accidents has been regulated.

(5)

1. PENDAHULUAN

Lalu lintas merupakan salah satu sarana penting bagi masyarakat untuk memperlancar berbagai aktivitas yang dilakukan. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, lalu lintas adalah gerakan kendaraan dan orang di ruang lalu lintas jalan. Dengan adanya lalu lintas, aktivitas masyarakat di jalan akan lebih tertib dan teratur. Selain berguna untuk memperlancar aktivitas, tidak bisa kita pungkiri bahwa lalu lintas juga dapat mengakibatkan kerugian yang sangat besar bagi kita seperti kecelakaan bahkan kematian. Dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 dijelaskan bahwa kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa dijalan yang tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan yang mengakibatkan korban manusia dan atau kerugian harta benda.

Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan, antara lain adalah faktor pengendara sendiri, faktor pengendara lain, dan faktor rusaknya sarana dan prasarana lalu lintas. Kecelakaan yang disebabkan oleh faktor pengendara sendiri biasanya terjadi karena perilaku pengendara yang tidak disiplin. Ruas jalan yang sempit dan dipadati kendaraan seringkali menjadi situasi yang memicu besarnya potensi kecelakaan karena ketidaksabaran pengendara yang mendahului satu sama lain agar mereka cepat sampai ditujuan masing-masing. Hal lain yang menjadi penyebab kecelakaan akibat faktor pengendara sendiri juga karena adanya pengendara yang tidak memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM) terutama pengendara yang berusia dibawah 17 (tujuh belas) tahun. Biasanya pengendara yang tidak memiliki SIM ini tidak memiliki keahlian atau kemahiran dalam mengendarai. Pengendara yang berusia dibawah 17 (tujuh belas) tahun tersebut juga biasanya mengendarai kendaraan dijalan tanpa memperhatikan lalu lintas dan keselamatan orang lain, sehingga pengendara berusia dibawah umur dan tidak memiliki surat-surat berkendara yang sah

berupa SIM perlu mendapat perhatian dari pihak yang berwajib.

Peraturan tentang Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) dan SIM oleh pemerintah dituangkan dalam Pasal 77 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Menurut pasal tersebut setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor dijalan wajib memiliki SIM sesuai dengan jenis kendaraan yang dikemudikan.

Diperlukan peran dan fungsi yang kuat dari aparat kepolisian dalam bidang lantas agar kecelakaan dapat dihindari. Fungsi lantas dalam penyelenggaraan tugas pokok POLRI di bidang lalu lintas yang meliputi 1:

1) Penegakan hukum lantas (Police Traffic Law Enforcement)

2) Pendidikan masyarakat tentang lantas (Police Traffic Education) 3) Keteknikan lantas (Police Traffic

Engineering)

4) Registrasi/identifikasi pengemudi dan kendaraan (Drive And Vehicle

Identification )2

Pengaturan mengenai lalu lintas diatur dalam Undang–Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Pada dasarnya polisi lalu lintas bertugas mengawasi, membantu, menjaga agar sistem transportasi jalan raya berfungsi secara lancar dan efisien. 3 Seorang petugas lalu lintas merupakan anggota dari suatu organisasi profesi penegakan hukum tertentu. Salah satu unsur pokok dari organisasi profesional tersebut adalah suatu kode etik yang terperinci menyajikan pokok-pokok etik bidang penegakan hukum.

1 http://sosrapolice.blogspot.com/2013/09/peranan-polisi.html di akses pada tanggal 10 Januari 2014 pukul 20.00 WIB

2 Ibid

3 Andrew R, 2011. Penegakan Hukum Lalu Lintas. Bandung:Nuansa. hlm. 27

(6)

Satjipto Rahardjo, penegakan hukum merupakan suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide dan konsep-konsep menjadi kenyataan.4 Penegakan hukum adalah suatu proses untuk mewujudkan keinginan-keinginan hukum menjadi kenyataan. Yang disebut sebagai keinginan hukum disini tidak lain adalah pikiran-pikiran pembuat undang-undang yang dirumuskan dalam peraturan-peraturan hukum itu. Pembicaraan mengenai proses penegakan hukum ini menjangkau pula sampai kepada pembuatan hukum. Perumusan pikiran pembuat undang-undang (hukum) yang dituangkan dalam peraturan hukum akan turut menentukan bagaimana penegakan hukum itu dijalankan.5

Penegakan hukum sendiri tidak mungkin terlepas dari peran serta masyarakat sebagai pelaksana kegiatan berlalu lintas dan angkutan jalan. Apabila hal itu dilaksanakan hanya oleh satu pihak saja, tujuan yang ingin dicapai oleh undang-undang tersebut, tidak pernah akan bisa tercapai sampai kapanpun juga. Disamping kewajiban masyarakat untuk mematuhi peraturan lalu lintas, mereka pun memiliki hak untuk mengawasi jalannya upaya-upaya penegakan hukum yang dilakukan oleh aparat kepolisian.

Kepolisian mempunyai kewajiban di dalam tugasnya sebagai bagian dari perangkat hukum yaitu melakukan serangkaian kegiatan-kegiatan dari penyidikan, penahanan, penyitaan sampai ditemukan suatu kejahatan yang telah dilakukan. Tugas kepolisian menuntut suatu tingkat kepribadian yang tinggi dalam diri anggota polisi untuk dapat tanggap dan terampil dalam menangani kasus-kasus yang menyangkut ketertiban dan keamanan masyarakat.6 Oleh karenanya sifat cakap dan penuh tanggung jawab kepolisian tersebut dalam melaksanakan tugas harus didukung

4 Satjipta Rahardjo, 1983. Masalah Penegakan Hukum ,Suatu Tinjauan Sosiologis.Jakarta:Rajawali press, hlm. 24

5 Ibid

6 Kadri Husin dan Budi Rizki Husin, 2012. Sistem Peradilan Pidana. Universitas Lampung .hlm.50

oleh loyalitas serta dedikasi yang tinggi sehingga akan memperoleh hasil yang diharapkan. Sebagai anggota polisi, seorang polisi dituntut pula untuk mempunyai pengetahuan hukum yang memadai, dikarenakan tugasnya yang harus dapat memberikan penelitian terhadap perbuatan hukum yang dapat dikualifikasikan sebagai tindak pidana.7

Sebagai anggota polisi, seorang polisi dituntut pula untuk mempunyai pengetahuan hukum yang memadai, dikarenakan tugasnya yang harus dapat memberikan penelitian terhadap perbuatan hukum yang dapat dikualifikasikan sebagai tindak pidana. 8 Selain itu, polisi juga harus segera mengambil sikap kapan harus bertindak apabila terjadi peristiwa melanggar hukum. Polisi juga dapat dikatakan sebagai wasit terhadap nilai-nilai sosial atau “an arbiter of

socialvalues” praktek sewajarnya bila terjadi

tindakan polisi dipengaruhi oleh hal-hal yang bersifat praktis, terutama sering terdapat dalam pelanggaran lalu lintas.

Salah satu masalah yang di hadapi oleh polisi lalu lintas (Polantas) sebagai penegak hukum yang terlibat langsung dilapangan adalah seringnya terjadi kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan yang terjadi pada setiap bulannya ditemukan pengendara yang tidak memiliki SIM, hal ini dapat kita lihat pada tabel sebagai berikut:

7 Ibid

(7)

Tabel 1. Tingkat Kecelakaan Lalu Lintas terhadap Pelaku Kecelakaan Yang Tidak Memiliki SIM dan Yang Memiliki SIM Tahun 2013 No Bulan Jumlah pelaku kecelakaan lalu lintas yang tidak memiliki SIM Jumlah pelaku kecelakaan lalu lintas yang memiliki SIM 1 JANUARI 16 9 2 FEBRUARI 0 7 3 MARET 16 12 4 APRIL 17 9 5 MEI 12 9 6 JUNI 12 9 7 JULI 14 10 8 AGUSTUS 17 5 9 SEPTEMBER 7 8 10 OKTOBER 11 11 11 NOVEMBER 9 8 12 DESEMBER 14 8 JUMLAH 145 105

Sumber: Resor Kota Bandar Lampung Tahun 2013

Pada data diatas, diketahui bahwa pelaku kecelakaan lalu lintas yang memiliki SIM lebih sedikit jumlahnya dibandingkan dengan pelaku kecelakaan yang tidak memiliki SIM. Maka hal ini yang akan menjadi tugas kepolisian untuk lebih meningkatkan peran mereka dalam menertibkan pelaku kecelakaan lalu lintas yang tidak memiliki SIM tersebut. Dengan maksimalnya tugas kepolisian, maka diharapkan jumlah kecelakaan pada pengendara khususnya pada

pelaku kecelakaan lalu lintas yang tidak memiliki SIM dapat berkurang.

Berdasarkan data diatas penulis memiliki ketertarikan untuk melakukan penelitian untuk dapat mengetahui peran kepolisian atau upaya seperti apa yang telah dilakukan dalam menjalankan tugas dan fungsi meliputi penindakan pelanggaran dan penanganan kecelakaan berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2002 oleh satuan Satlantas Polresta Bandar Lampung, sehingga angka kecelakaan lalu lintas yang terjadi di kota Bandar Lampung dari tahun ketahun menurun.Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dalam bentuk skripsi dengan judul “Peran Kepolisian dalam Menanggulangi Tingginya Tingkat Kecelakaan Lalu Lintas terhadap Pengendara yang Tidak Memiliki SIM”. (Studi di Polresta Bandar Lampung).

Berdasarkan latar belakang masalah di atas yang diuraikan sebelumnya maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

a. Bagaimanakah peran Satlantas Polresta Bandar Lampung dalam menanggulangi tingginya tingkat kecelakaan lalu lintas terhadap pengendara yang tidak memiliki SIM?

b. Faktor apa yang menjadi pengehambat dan pendukung Satlantas Polresta Bandar Lampung dalam menanggulangi tingginya tingkat kecelakaan lalu lintas terhadap pengendara yang tidak memiliki SIM ?

Pembahasan Skripsi ini dilakukan dengan pendekatan yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris. Menggunakan pendekatan normatif empiris karena skripsi ini memfokuskan pada studi perkara sehingga pendekatan atau metode yang digunakan adalah normatif dengan menggunakan dokumen-dokumen serta buku-buku literatur yang berhubungan dengan peran kepolisian dalam menanggulangi tingginya tingkat

(8)

kecelakaan lalu intas di jalan terhadap pengendara yang tidak memiliki SIM. Sedangkan empiris dilakukan untuk mempelajari hukum dalam kenyataan berupa penilaian, perilaku, pendapat dan sikap berkaitan dengan peran kepolisian.

Data yang digunakan dalam skripsi ini: 1. Data Primer

data dari penelitian lapangan atau lokasi tempat penelitian dilakukan. 9 Adapun yang menjadi bahan hukum primer dalam tulisan ini adalah berupa wawancara Kepolisian Polresta Bandar Lampung, dan Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang dikumpulkan oleh orang lain, pada waktu penelitian dimulai data telah tersedia. Data ini merupakan data pendukung yang bersifat memperkuat dan memperjelas data primer dan diperoleh dari studi pustaka, penelusuran literatur yang diperoleh dari studi pustaka, penelusuran literatur yang diperoleh di luar penelitian selama penelitian berlangsung.

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan, yang dilakukan melalui membaca, mencatat dan mengutip dari sumber-sumber baik primer maupun sekunder berhubungan dengan permasalahan, dan juga studi lapangan dilakukan dengan mewawancarai para pihak yang berkaitan dengan penelitian ini.

Analisis data merupakan usaha untuk menemukan jawaban atas pertanyaan mengenai perihal di dalam rumusan masalah serta hal-hal yang diperoleh dari suatu penelitian pendahuluan. Peneliti dalam proses analisis data ini rangkaian data yang

9 H. Hilman Hadikusuma, Metode Pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi Ilmu Hukum, CV Mandar Maju, Bandung, 2013, hlm.65.

telah tersusun secara sistematis menurut klasifikasinya kemudian diuraikan dan dianalisis secara kualitatif, yaitu dengan memberikan pengertian terhadap data yang dimaksud menurut kenyataan yang diperoleh dilapangan sehingga hal tersebut benar-benar menyatakan pokok permasalahan yang ada dan disusun dalam bentuk kalimat ilmiah secara sistematis selanjutnya ditarik suatu kesimpulan yang berupa jawaban permasalahan berdasarkan hasil penelitian. II. HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

A. Peran Satlantas Polresta Bandar Lampung dalam Menanggulangi Tingginya Tingkat Kecelakaan Lalu Lintas terhadap Pengendara yang Tidak Memiliki SIM

Peran adalah salah satu struktur sosial yang merupakan aspek dari posisi seseorang atau status dengan ciri-ciri yaitu adanya sumber daya pribadi dan seperangkat akivitas pribadi yang akan dinilai secara normatif oleh manusia.10Peranan dalam pengertian sosiologi adalah perilaku atau tugas yang diharapkan/dilaksanakan seseorang berdasarkan kedudukan atau status yang dimilikinya.11Suatu peranan tertentudapat di jabarkan dengan unsur-unsur sebagai berikut:

1. Peranan yang ideal ( ideal role)

2. Peranan yang seharusnya (expected role)

3. Peranan yang di anggap oleh diri sendiri (perceived role)

4. Peranan yang sebenarnya di lakukan

(actual role)12

Peranan yang sebenarnya dilakukan kadang-kadang juga dinamakan roleperformance atau role playing kiranya dapat kita pahami,

10 Soerjono Soekanto, Beberapa teori sosiologis tentang struktur masyarakat, Raja Grafindo Persada. Jakarta.1992. hlm 69

11 Soerjono soekanto, 1983.Faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan hukum. Jakarta. hlm.8 12 Ibid

(9)

bahwa peranan yang ideal dan yang datang dari pihak lain, sedangkan peran yang dianggap oleh diri sendiri serta peranan yang sebenarnya dilakukan berasal dari diri pribadi. Sudah tentu bahwa di dalam kenyataannya, peranan-peranan tadi berfungsi apabila seorang berhubungan dengan pihak lain (role sector) atau dengan beberapa pihak lain (interaction role sector). Dengan kata lain, fungsionalisasi dari peranan tersebut terjadi apabila ada pihak-pihak yang berhubungan dengan satu sama lainnya.13

Berdasarkan hasil wawancara dengan Rendy mengatakan bahwa, Peran Satlantas Polresta Bandar Lampung dalam menanggulangi tingginya tingkat kecelakaan lalu lintas di jalan raya terhadap pengendara yang tidak memiliki SIM yaitu, memberikan penyuluhan ke sekolah-sekolah seperti: SD, SMP, dan SMA, dan ke masyarakat yang memiliki kendaraan bermotor bagaimana cara berlalu lintas yang baik dan benar. Dengan adanya penyuluhan yang dilakukan oleh Satlantas Polresta Bandar lampung masyarakat dapat memahami bagaimana berlalu lintas yang baik dan benar. Selain memberikan penyuluhan adapun tugas pokok kepolisian dalam menanggulangi tingginya kecelakaan lalu lintas di jalan raya sebagai berikut14:

1. Membantu masyarakat, memediasikan suatu perkara kecelakaan lalu lintas di jalan raya 2. Menolong korban, mengamankan

kendaraan yang terlibat dalam kecelakaan lalu lintas di jalan raya 3. Olah TKP (Tempat Kejadian Perkara) Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia tugas pokok kepolisian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 sebagai berikut:

13 Ibid

14 Hasil wawancara dengan Briptu Rendy Firanda Anggota Unit Laka Polresta Bandar Lampung tanggal 14 April 2014

1. Melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patrol terhadap kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan.

2. Menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas di jalan.

3. Membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat kesadaran hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan. 4. Turut serta dalam pembinaan hukum

nasioanal.

5. Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum.

6. Melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis terhadap kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil, dan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa.

7. Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya.

8. Menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian, laboratorium forensic dan psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas kepolisian.

9. Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat, dan lingkungan hidup dari gangguan ketertiban dan/atau bencana termasuk memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjujung tinggi hak asasi manusia.

10. Melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum ditangani oleh instansi dan/atau pihak yang berwenang. 11. Memberikan pelayanan kepada

masyarakat sesuai dengan kepentingannya dalam lingkup tugas kepolisian.

(10)

Peran kepolisian dalam kecelakaan lalu lintas di jalan raya terhadap pengendara yang tidak memiliki SIM Rendy mengatakan bahwa, pengendara yang tidak memiliki SIM atau yang terlibat dalam kecelakaan lalu lintas di jalan raya akan dikenakan sanksi sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dalam Pasal 281 dan Pasal 310.

Adapun sanksi yang diberikan kepada para pengendara apa bila pengendara tersebut melakukan pelanggaran lalu lintas akan dikenakan tilang. Menurut Rendy tilang adalah bukti pelanggar yang dilakukan oleh pelanggar lalu lintas. 15 Dalam hal ini Satlantas Polresta Bandar Lampung melakukan pemeriksaan kendaraan bermotor di jalan raya sesuai dengan Pasal 12 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2012 Tentang Cara Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan Raya dan Penindakan Pelanggaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yaitu melaksanakan pemeriksaan kendaraan bermotor dilakukan dengan cara berkala yaitu setiap 6 (enam) bulan sekali atau secara insidental dengan sesuai kebutuhan. Pemeriksaan kendaraan bermotor secara insidental yang dimaksud Pasal 12 tersebut dijelaskan pada Pasal 14 PP Nomor 80 Tahun 2012 yaitu dilakukan dalam hal sebagai berikut:

1. Pelaksanaan Operasi Kepolisian 2. Terjadi pelanggaran yang tertangkap

tangan; dan

3. Penanggulangan kejahatan.

Kecelakaan Lalu lintas di jalan raya dapat diakibatkan oleh banyak faktor. Menurut Toni Suherman bahwa faktor yang menyebabkan terjadi kecelakaan lalu lintas di jalan raya di sebabkan oleh faktor yang saling berkaitan, yaitu faktor manusia, faktor cuaca, faktor kendaraan dan faktor jalan raya. Dalam kaitannya dengan penegakan hukum atau peraturan, peranan ideal dan peranan seharusnya dikehendaki dan diharapkan oleh

15Ibid

hukum yang telah ditetapkan oleh undang-undang. Untuk melihat peranan tersebut harus berpatokan pada Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. Berdasarkan Pasal 2 dan Pasal 5 seharusnya Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan suatu lembaga negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakan hukum dan memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat.

Pasal 2 Undang-Undang Nomor. 2 Tahun 2002:

“Fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan negara dibidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.”

Pasal 5 Undang-Undang Nomor. 2 Tahun 2002:

1) Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan alat Negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan keteriban masyarakat, menegakan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam Negeri.

2) Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah kepolisian nasional yang merupakan satu kesatuan dalam melaksanakan peran sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1).

Sedangkan peranan yang dianggap oleh diri sendiri atau peranan yang sebenarnya dilakukan adalah peranan yang telah dikembangkan antara kehendak hukum yang tertulis dengan kenyataan-kenyataan, dalam hal ini penegak hukum harus menentukan dengan kemampuannya berdasarkan kenyataan yang terjadi.

Penulis menilai peran dalam pelaksanaannya Satlantas Polresta Bandar Lampung dalam

(11)

menanggulangi tingginya tingkat kecelakaan lalu lintas di jalan raya terhadap pengendara yang tidak memiliki SIM, sudah cukup baik pelaksanaannya dan ideal serta penerapan sanksi yang diberikan kepada para pelaku kecelakaan di jalan raya sudah teratur. Hal ini telah terbukti dengan menurunnya angka kecelakaan lalu lintas di jalan raya Kota Bandar Lampung yang dari tahun 2012-2013 dan sesuai dengan tugas yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.

B. Faktor yang menjadi Penghambat dan Pendukung Satlantas Polresta Bandar Lampung dalam Menanggulangi Tingginya Tingkat Kecelakaan Lalu Lintas di Jalan Raya terhadap Pengendara yang tidak Memiliki SIM. Soerjono Soekanto penegakan hukum secara konsepsional, adalah penegakan hukum yang terletak pada kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan di dalam kaidah yang mantap sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir, untuk menciptakan, memelihara, dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup. 16 Penegakan hukum sebagai suatu proses, pada hakikatnya merupakan penerapan diskresi yang menyangkut membuat keputusan yang tidak secara ketat oleh kaidah hukum. 17 Gangguan terhadap penegakan hukum mungkin terjadi, apabila ada ketidakserasian antara tritunggal nilai, kaidah, pola prilaku dimana nilai-nilai yang berpasangan yang menjelma di dalam kaidah-kaidah yang tidak jelas dan pola perilaku tidak terarah yang mengganggu kedamaian pergaulan hidup.

Menurut penulis faktor yang menjadi penghambat kepolisian dalam menanggulangi tingginya tingkat kecelakaan lalu lintas di jalan raya Kota Bandar Lampung adalah faktor manusia, sarana dan

16 Soerjono soekanto, 1983. Faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan hukum. Jakarta. hlm 5 17 Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2001, hlm. 14

prasarana, dan faktor penegakan hukum sendiri seperti kepolisian mengenai faktor masyarakat penulis beranggapan bahwa masyarakat merupakan faktor yang paling sulit untuk diselesaikan. Kesadaraan masyarakat dalam pemahaman dan pelaksanaan peraturan berlalu lintas masih dapat dikatakan rendah, sehingga bisa mengakibatkan terjadinya kecelakaan.

Selain itu faktor kurangnya personil, sarana dan prasanan. Menurut pandangan penulis kurang rasional jika masyarakat menuntut banyaknya kinerja kepolisian yang optimal apabila personil kepolisiannya saja minim. Lalu faktor sarana dan prasarana contohnya seperti jalan yang berlubang, rambu-rambu lalu lintas yang kurang memadai. Hal ini sangatlah berpengaruh terhadap kenyamanan berkendara bagi pengendara yang mengendarai kendaraannya di jalan raya. Faktor lainnya yang mempengaruhi adalah faktor penegakan hukum (kepolisian). Penegak hukum seharusnya adalah yang menjadi landasan atau cerminan masyarakat agar mereka biasa mematuhi peraturan lalu lintas. Namun saat banyak di temui oknum-oknum penegak hukum (kepolisian) yang melakukan pelanggaran lalu lintas.

III. SIMPULAN

1. Peran Satlantas Polresta Bandar Lampung dalam menggulangi tingginya tingkat kecelakaan lalu lintas terhadap pengendara yang tidak memiliki SIM diatur dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia menjelaskan bahwa, dalam Pasal 5 ayat (1), peran kepolisian merupakan alat Negara yang berperan untuk memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. Upaya yang di lakukan oleh Satlantas Polresta Bandar Lampung

(12)

dalam menanggulangi tingginya tingkat kecelakaan lalu lintas di jalan raya memberikan penyuluhan ke sekolah-sekolah (SD, SMP, dan SMA), dan ke masyarakat yang memiliki kendaraan bermotor bagaimana cara berlalu lintas yang baik dan benar.

Peran dalam pelaksanaannya Satlantas Polresta Bandar Lampung dalam menanggulangi tingginya tingkat kecelakaan lalu lintas di jalan raya terhadap pengendara yang tidak memiliki SIM, sudah cukup baik pelaksanaannya dan ideal serta penerapan sanksi yang diberikan kepada para pelaku kecelakaan di jalan raya sudah teratur. Hal ini telah terbukti dengan penyuluhan angka kecelakaan lalu lintas di jalan raya Kota Bandar Lampung yang dari tahun 2012-2013 mengalami penurunan dan sesuai dengan tugas yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.

2. Faktor yang menjadi penghambat dan pendukung Satlantas Polresta Bandar Lampung dalam menanggulangi tinggi tingkat kecelakaan lalu lintas terhadap pengendara yang tidak memiliki SIM disebabkan oleh 2 (dua) faktor sebagai berikut:

1. Faktor penghambat ` a. Kurang terampil berlalu lintas b. Kurang mematuhi rambu-rambu

lalu lintas dikarenakan belum uji c. Kurang memahami

Undang-Undang lalu lintas No 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan

d. Belum cukup umur untuk membawa kendaraan (contohnya anak SMP dan SMA)

2. Faktor pendukung

a. Unit Patroli untuk melaksanakan kegiatan terhadap pelanggaran tertentu yang tidak memiliki SIM.

b. Unit SIM melaksanakan kegiatan pembimbingan gratis kepada pembuat SIM

DAFTAR PUSTAKA

Hamzah, Andi Hukum Acara Pidana

Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta

Cecil, Andrew R, 2011. Penegakan Hukum

Lalu Lintas. Nuansa, Bandung

Hadikusuma, Hilman Metode Pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi Ilmu Hukum, CV Mandar Maju, Bandung

Budi Rizki Husin dan Kadri Husin 2012.

Sistem Peradilan Pidana. Universitas

Lampung

Rahardjo, Satjipta 1983. Masalah Penegakan

Hukum ,Suatu Tinjauan Sosiologis,

Rajawali press, Jakarta

Soekanto, Soerjono Beberapa teori

sosiologis tentang struktur masyarakat,

Raja Grafindo Persada. Jakarta

,1983.Faktor-faktor yang

mempengaruhi penegakan hukum.

Jakarta

UNDANG – UNDANG

Undang-Undang No 22 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia Undang-Undang No 2 Tahun 2009 Tentang

Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 80 Tahun 2012 Tentang Cara Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan Raya dan Penindakan Pelanggaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Gambar

Tabel  1.  Tingkat  Kecelakaan  Lalu  Lintas  terhadap  Pelaku  Kecelakaan  Yang  Tidak  Memiliki  SIM  dan  Yang  Memiliki  SIM  Tahun  2013  No  Bulan  Jumlah pelaku  kecelakaan lalu  lintas  yang  tidak  memiliki  SIM  Jumlah pelaku  kecelakaan lalu  lintas yang memiliki SIM  1  JANUARI  16  9  2  FEBRUARI  0  7  3  MARET  16  12  4  APRIL  17  9  5  MEI  12  9  6  JUNI  12  9  7  JULI  14  10  8  AGUSTUS  17  5  9  SEPTEMBER  7  8  10  OKTOBER  11  11  11  NOVEMBER  9  8  12  DESEMBER  14  8  JUMLAH  145  105

Referensi

Dokumen terkait

Pada bagian flora dan fauna, disajikan artikel tentang sembukan dan rayap, sementara untuk rubrik biologi di ruang kelas disajikan: mitos nama-nama ilmiah makhluk,

Pers nasional adalah surat kabar dan majalah dalam bahasa Indonesia atau bahasa daerah bahkan bahasa Belanda yang ditujukan terutama bagi

• Quick Count dilakukan dengan m em ilih sebanyak 2.096 TPS yang t ersebar secara proporsional di set iap Propinsi diseluruh I ndonesia... Fakt or geografis dan penundaan

Pengalaman Kerja Gender Equity Sensitivity Self Efficacy Auditor internal LOC dengan auditor external LOC Auditor Senior dengan Auditor Yunior Auditor Pria dengan

Variabel employee engagement memiliki pengaruh pada kinerja karyawan PT. Hal ini menyatakan bahwa setiap terjadi kenaikan employee engagement , kinerja karyawan

“Pada umumn ya belum profesionaalitas dalam manajemen madrasah, serta belum banyak didukung oleh sumber daya internal, baik dalam pengembangan kurikulum, sistem

Bank BRI memiliki kualitas kredit (NPL) yang lebih baik dengan predikat sangat sehat yakni <2% dan Bank Mandiri mendapat rata-rata predikat sehat dengan nilai rasio NPL

Ibu Endang menuturkan bahwa tidak selalu solusi yang diberikan oleh kepala madrasah dapat menyelesaikan masalah, terkadang guru dan staf lebih tahu solusi apa yang harus