• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGUASAAN PEMBELAJARAN MUATAN LOKAL BAHASA GORONTALO PADA PESERTA DIDIK KELAS V SDN 2 LIMBOTO BARAT ARTIKEL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGUASAAN PEMBELAJARAN MUATAN LOKAL BAHASA GORONTALO PADA PESERTA DIDIK KELAS V SDN 2 LIMBOTO BARAT ARTIKEL"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1 PENGUASAAN PEMBELAJARAN MUATAN LOKAL BAHASA

GORONTALO PADA PESERTA DIDIK KELAS V SDN 2 LIMBOTO BARAT

ARTIKEL

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam mengikuti wisudah

OLEH

ANNA MAGDALENA B. MOITO NIM: 311 410 024

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA 2014

(2)
(3)

3 PENGUASAAN PEMBELAJARAN MUATAN LOKAL BAHASA

GORONTALO PADA PESERTA DIDIK KELAS V SDN 2 LIMBOTO BARAT

Oleh

Anna Magdalena B. Moito

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya

Universitas Negeri Gorontalo

Anggota Sayama Malabar Dakia N Djou

ABSTRAK

Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana Penguasaan pembelajaran muatan lokal bahasa Gorontalo pada peserta didik kelas V SDN 2 Limboto Barat. Metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah metode deskriptif, yang menjadi data dan sumber data dalam tulisan ini adalah peserta didik kelas V SDN 2 Limboto barat. Untuk mengumpulkan data disesuaikan dengan tujuan diatas, dilakukan dengan teknik tes kemampuan unjuk kerja dan uraian, dokumen dan rekaman. Data tersebut dianalisis disesuaikan dengan rublik penilaian dengan aspek dan indikator yang ada. Hasilnya menunjukan bahwa skor rata-rata kemampuan peserta didik dalam pembelajaran muatan lokal bahasa Gorontalo kelas V SDN 2 Limboto Barat adalah 63.1 berada pada kategori sedang.

(4)

4 PENDAHULUAN

Salah satu bagian terpenting dalam pendidikan formal adalah kurikulum. Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang disediakan untuk membelajarkan peserta didik. Dengan program itu para peserta didik melakukan berbagai kegiatan belajar, sehingga terjadi perubahan dan perkembangan tingkah laku peserta didik, sesuai dengan tujuan pendidikan dan pembelajaran. Itulah sebabnya, suatu kurikulum harus disusun sedemikian rupa agar maksud tersebut dapat tercapai.

Hal tersebut juga terdapat pada kurikulum muatan lokal. Kurikulum muatan lokal perlu dikembangkan dan disesuaikan agar upaya pendidikan dapat dicapai. Tirtaharja dan La Sulo (2005:275) menyebutkan muatan lokal adalah program pendidikan yang isi dan media penyampaianya dikaitkan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan budaya serta kebutuhan daerah. Hal yang berhubungan dengan lingkungan itu perlu dipelajari oleh peserta didik di daerah tersebut.

Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah yang materinya tidak dapat dikelompokan ke mata pelajaran yang ada, dan subtansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan Yamin (2007:64) . Kurikulum muatan lokal bertugas menyiapkan peserta didik untuk tujuan kemasyarakatan. Oleh karena itu, harus bermuatan unsur-unsur kedaerahan baik mengenai bahasa, sastra maupun kesenian daerah.

Bahasa Gorontalo merupakan salah satu bahasa daerah yang telah dimuat dalam kurikulum pembelajaran muatan lokal bahasa Gorontalo. Kurikulum muatan lokal bahasa Gorontalo memuat 4 (empat) aspek kebahasaan yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Melalui ke empat aspek tersebut peserta didik dibelajarkan tentang materi bahasa Gorontalo sebagai bahasa daerah. Untuk itu, diharapkan guru dapat melaksanakan pembelajaran muatan lokal bahasa Gorontalo dengan baik dan menguasai materi-materi yang diajarkan.

(5)

5 Berdasarkan pengamatan dan wawancara bersama guru pengajar mata pelajaran muatan lokal di SDN 2 Limboto Barat di peroleh bahwa peserta didik tidak tertarik dengan pembelajaran muatan lokal bahasa Gorontalo. Hal ini didasari oleh kurangnya pemahaman peserta didik terhadap mata pelajaran tersebut. Dengan kata lain bahwa ketertarikan peserta didik diukur dari pemahaman dan tingkat penerimaan peserta didik. Mata pelajaran muatan lokal tidak diminati oleh peserta didik karena kurang menarik dan membosankan. Hal ini dikarenakan kurangnya media penunjang yang digunakan guru dan variasi pembelajaran yang menunjang pembelajaran. Selain itu satu kasus ditemukan bahwa adanya faktor lain yang melandasi ketidaktertarikan peserta didik terhadap mata pelajaran muatan lokal adalah tingkat kesulitan materi yang diajarkan oleh guru. Hal tersebut disebabkan oleh guru pengajar bukan dari jurusan dari bahasa dan sastra Gorontalo. Guru mata pelajaran muatan lokal tidak menguasai bahasa Gorontalo dengan baik.

Permasalahan diatas, tentu berpengaruh pada penguasaan aspek kebahasaan peserta didik yang dilihat dari aspek mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis dalam bahasa Gorontalo. Oleh karena itu, peneliti ingin mengukur kemampuan peserta didik dalam pembelajaran bahasa Gorontalo dari 4 (empat) aspek kebahasaan yakni aspek aspek mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis dalam bahasa Gorontalo. Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori tentang penguasaan pembelajaran muatan lokal dari empat aspek kebahasaan yang disesuaikan dengan indikator yang ada.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut pendapat Nazir (2005:54) metode penelitian deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat gambaran atau lukisan secara sistematis,faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar

(6)

6 fenomena yang diselidiki. Metode deskriptif yang dimaksudkan dalam penelitian ini untuk menggambarkan kemampuan siswa kelas V SDN 2 Limboto Barat dalam beberapa aspek pembelajaran yakni mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data pada penelitian ini adalah tes kemampuan, yakni tes unjuk kerja dan teknik tes uraian. Teknik tes yang dimaksud untuk mendapatkan data yang akurat tentang kemampuan peserta didik dalam pembelajaran muatan lokal bahasa Gorontalo kelas V SDN 2 Limboto barat pada aspek mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Aspek penilaian dalam penelitian ini mengelolah skor menjadi nilai berupa skor dibagi dengan jumlah soal dikalikan seratus. Rumus yang digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa adalah sebagai berikut

Cara Penilaian = Skor pemerolehan X 100 = Nilai Skor maksimum

Dari pemerolehan skor tersebut selanjutnya di konveksi ke skala penilaian. Skala yang dipakai dalam penilaian ini yaitu skala 1-10 (Nugiantoro, 2012:253). Perhitungan presentase untuk skala 1-10.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Kemampuan mendengarkan

Kemampuan mendengarkan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan peserta didik mendegarkan sebuah cerita melalui rekaman setelah itu peserta didik menentukan pokok-pokok isi cerita yang didengar dan menyimpulkan isi cerita yang didengar dalam bahasa sendiri yang menjadi sampel dalam aspek mendengarkan ini adalah KD: menjelaskan isi cerita yang didengar dengan bahasa sendiri (Bahasa Gorontalo). Aspek yang di nilai dalam KD ini adalah (1) Pemahaman isi teks, (2) Kelancaran pengungkapan, (3) Ketepatan diksi, (4) Ketepatan struktur kalimat.

(7)

7 Berdasarkan analisis data tes pertama dan kedua diperoleh hasil kemampuan peserta didik kelas V SDN 2 Limboto Barat menjelaskan isi cerita yang didengar dalam bahasa sendiri pada tes pertama dan kedua pada tabel 6 di atas bervariasi. Jumlah peserta didik yang berkatagori sempurna dengan nilai 10 berjumlah 2 orang (9%), peserta didik berkatagori baik sekali dengan nilai 9 berjumlah 1 orang (4%), peserta didik yang berkatagori baik dengan nilai 8 berjumlah 2 orang (9%), peserta didik yang berkatagori cukup dengan nilai 7 berjumlah 8 orang (35%), peserta didik yang berkatagori sedang dengan nilai 6 berjumlah 5 orang (22%), peserta didik yang berkategori hamper sedang dengan nilai 5 berjumlah 1 orang (4%), peserta didik yang berkategori kurang sekali dengan nilai 3 berjumlah 2 orang (9%), peserta didik yang berkategori buruk dengan nilai 2 berjumlah 1 orang (4%) dan peserta didik yang berkatagori buruk sekali dengan nilai 0 pada tes pertama berjumlah 1 orang (4%).

Berdasarkan pemerolehan individu di atas maka dapat dikatakan skor rata-rata menjelaskan isi cerita yang di dengar dengan bahasa sendiri (Bahasa Gorontalo) adalah 63.8 berada pada kategori sedang. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pemahaman peserta didik terhadap isi teks cerita yang didengar.

2. Kemampuan berbicara

Kemampuan berbicara yang di maksud dalam penelitian ini adalah menceritakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap peserta didik, yang menjadi sampel dalam aspek berbicara ini adalah KD: menceritakan pengalaman yang pernah dialami dalam bahasa Gorontalo. Aspek yang di nilai dalam KD ini adalah (1)Kesesuaian isi pembicaraan, (2) ketepatan logika urutan cerita, (3) ketepatan makna keseluruhan cerita, (4) ketepatan kata, (5) Ketepatan kalimat, (6) kelancaran.

Berdasarkan analisis data tes satu dan tes dua diperoleh hasil kemampuan berbicara peserta didik kelas V SDN 2 Limboto Barat dalam menceritakan pengalaman yang pernah dialami dalam bahasa bervariasi. Jumlah peserta didik yang berkatagori sempurna dengan nilai 10 berjumlah 6 orang (26%), peserta didik

(8)

8 berkatagori baik sekali dengan nilai 9 berjumlah 6 orang (26%), peserta didik berkatagori baik dengan nilai 8 berjumlah 6 orang (26%), peserta didik yang berkatagori cukup dengan nilai 7 berjumlah 2 orang (9%), peserta didik yang berkatagori hamper sedang dengan nilai 5 berjumlah 1 orang (4%), peserta didik yang berkatagori kurang dengan nilai 4 berjumlah 1 orang (4%), dan peserta didik yang berkatagori buruk sekali dengan nilai 0 berjumlah 1 orang (4%).

Berdasarkan pemerolehan individu di atas maka dapat dikatakan skor rata-rata menceritakan pengalaman yang pernah di alami dalam bahasa Gorontalo adalah 80.8 berada pada kategori baik, karna peserta didik sebagian besar sudah mampu menceritakan pengalaman yang pernah dialami dalam bahasa Gorontalo.

3. Kemampuan membaca

Kemampuan membaca yang dimaksud dalam penelitian ini adalah membaca teks percakapan dalam bahasa Gorontalo dengan memperhatikan lafal dan intonasi yang tepat. Dalam kemampuan membaca peserta didik mencari pasangan, dan membaca percakapan dengan lafal dan intonasi yang tepat. Yang menjadi sampel dalam aspek mendengarkan ini adalah KD: Membaca teks percakapan dengan lafal dan intonasi yang tepat. Aspek yang di nilai dalam KD ini adalah (1) pemahaman isi teks percakapan , (2) kelancaran pengungkapan, (3) Ketepatan Lafal, (4) ketepatan intonasi

Berdasarkan analisis data pada tes satu dan tes dua diperoleh hasil kemampuan membaca peserta didik kelas V SDN 2 Limboto Barat dalam Membaca teks percakapan dengan lafal dan intonasi yang tepat bervariasi. Jumlah peserta didik yang berkatagori baik sekali dengan nilai 9 berjumlah 1 orang (4%), peserta didik berkatagori baik dengan nilai 8 berjumlah 1 orang (4%), peserta didik yang berkatagori cukup dengan nilai 7 berjumlah 1 orang (4%), peserta didik yang berkatagori sedang dengan nilai 6 berjumlah 9 orang (39%), peserta didik yang berkatagori kurang sekali dengan nilai 3 berjumlah 2 orang (9%), peserta didik yang

(9)

9 berkatagori buruk dengan nilai 2 berjumlah 1 orang (4%), dan peserta didik yang berkatagori buruk sekali dengan nilai 0 berjumlah 1 orang (4%).

Berdasarkan pemerolehan individu di atas maka dapat dikatakan skor rata-rata membaca teks percakapan dengan lafal dan intonasi yang tepat adalah 53.7 berada pada kategori hampir sedang. hal ini disebabkan oleh kurangnya pemahaman siswa terhadap isi teks percakapan yang dibaca serta kurangnya memperhatikan lafal dan intonasi pada saat membaca percakapan.

4. Kemampuan menulis

Kemampuan menulis yang di maksud dalam penelitian ini adalah menulis percakapan dalam bahasa Gorontalo, setiap peserta didik akan menulis percakapan dalam bahasa Gorontalo.

Tes pertama peserta didik menulis percakapan sesuai dengan gambar yang telah di berikan oleh guru, dan pada tes kedua peserta didik menulis percakapan sesuai topik yang telah di tentukan oleh guru, yang menjadi sampel dalam aspek mendengarkan ini adalah KD: Menulis teks perckapandalam bahasa Gorontalo dengan topic tertentu. Aspek yang di nilai dalam KD ini adalah (1) Kesesuaian percakapan dengan gambar dan kesesuaian percakapan dengan topik, (2) ketepatan logika urutan percakapan, (3) Ketepatan makna urutan percakapan, (4) ketepatan kata, (5) Ketepatan kalimat, (6) Ejaan dan tata tulis.

Berdasarkan analisis data pada tes pertama dan kedua diperoleh hasil kemampuan menulis teks percakapan dalam bahasa Gorontalo dengan topik tertentu bervariasi. Jumlah peserta didik yang berkatagori baik sekali dengan nilai 9 berjumlah 1 orang (4%), peserta didik berkatagori baik dengan nilai 8 berjumlah 2 orang (9%), peserta didik yang berkatagori cukup dengan nilai 7 berjumlah 2 orang (9%), peserta didik yang berkatagori sedang dengan nilai 6 berjumlah 5 orang (22%), peserta didik yang berkatagori hampir sedang dengan nilai 5 berjumlah 5 orang (22%), peserta didik yang berkatagori kurang dengan nilai 4 berjumlah 6 orang (26%), peserta didik yang berkatagori kurang sekali dengan nilai 3 berjumlah

(10)

10 1 orang (4%), dan peserta didik yang berkatagori buruk sekali dengan nilai 0 berjumlah 1 orang (4%).

Berdasarkan pemerolehan individu di atas maka dapat dikatakan skor rata-rata menulis percakapan dalam bahasa Gorontalo adalah 53.5 berada pada kategori hampir sedang. Hal ini di karenakan kurangnya pemahaman peserta didik pada ketepatan kata, kalimat dan ejaan pada saat menulis percakapan.

Dari data di atas hasil tes peserta didik pada ke empat aspek yakni mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis di kalikan 100 di bagi dengan banyaknya jumlah siswa. Jumlah total pemorolehan peserta didik yang merupakan nilai akhir penentu tingkat kemampuan peserta didik pada pembelajaran muatan lokal bahasa Gorontalo. Dari keseluruhan nilai peserta didik pada setiap tes di peroleh kemampuan peserta didik pada empat aspek yakni mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Hasil kemampuan siswa SDN 2 Limboto Barat dalam pembelajaran muatan lokal secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel 10 berikut ini.

Dari data tabel di atas tentang kemampuan siswa secara keseluruhan dari empat aspek yakni: mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis di peroleh jumlah peserta didik yang berkategori baik sekali berjumlah 3 orang (13%), peserta didik berkategori baik berjumlah 2 orang (9%), peserta didik berkategori cukup berjumlah 5 orang (22%), peserta didik berkategori sedang berjumlah 8 orang (35%), peserta didik berkategori hampir sedang berjumlah 3 orang (13%), peserta didik berkategori kurang sekali berjumlah 1 orang (4%), dan peserta didik yang berkategori buruk sekali berjumlah 1 orang (4%).

Berdasarkan pemerolehan secara keseluruhan pada empat aspek di atas maka dapat dikatakan skor rata-rata kemampuan peserta didik dalam pembelajaran muatan lokal bahasa Gorontalo kelas V SDN 2 Limboto Barat adalah 63.1 berada pada kategori sedang. Dengan demikian kemampuan peserta didik dalam pembelajaran muatan lokal bahasa Gorontalo berkategori Sedang atau Tidak mampu

(11)

11 PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya maka penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:

Secara keseluruhan kemampuan peserta didik dalam pembelajaran muatan lokal bahasa Gorontalo berada pada kategori sedang, hal ini di buktikan dengan:

1. Kemampuan peserta didik kelas V SDN 2 Limboto Barat pada aspek mendengakan dengan KD: Menjelaskan isi cerita yang di dengar dengan bahasa sendiri (Bahasa Gorontalo ), berada pada kategori sedang. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pemahaman peserta didik terhadap isi teks cerita yang didengar.

2. Kemampuan peserta didik pada tes pertama dan kedua bahwa kemampuan peserta didik kelas V SDN 2 Limboto Barat pada aspek berbicara dengan KD: menceritakan pengalaman yang pernah dialami dalam Bahasa Gorontalo berada pada kategori baik, karna peserta didik sebagian besar sudah mampu menceritakan pengalaman yang pernah dialami dalam bahasa Gorontalo. 3. Kemampuan peserta didik pada tes pertama dan kedua bahwa kemampuan

peserta didik kelas V SDN 2 Limboto Barat pada aspek membaca dengan KD: membaca percakapan dengan lafal dan intonasi yang tepat dalam Bahasa Gorontalo berada pada kategori hampir sedang, hal ini disebabkan oleh kurangnya pemahaman siswa terhadap isi teks percakapan yang dibacakan serta kurangnya memperhatikan lafal dan intonasi pada saat membaca percakapan.

4. Kemampuan peserta didik pada tes pertama dan kedua bahwa kemampuan peserta didik kelas V SDN 2 Limboto Barat pada aspek menulis dengan KD: menulis percakapan dengan topik tertentu dalam Bahasa Gorontalo berada pada kategori hampir sedang. Hal ini di karenakan kurangnya pemahaman peserta didik pada ketepatan kata, kalimat dan ejaan pada saat menulis percakapan.

(12)

12 DAFTAR RUJUKAN

Tirtaraharja dan La sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. PT RINEKA CIPTA. Jakarta

Nazir, moh. 2005. Metode penelitian. Ghalia. Indonesia

Nugiantoro, Burhan. 2001. Penilaian dalam pembelajaran Bahasa dan sastra Indonesia .BPFE. Yogyakarta

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan media audio visual dapat meningkatkan minat belajar Bahasa Inggris (muatan lokal) membaca nyaring pada siswa kelas

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan media audio visual dapat meningkatkan minat belajar Bahasa Inggris (muatan lokal) membaca nyaring pada siswa kelas

(3) Gambaran tentang bentuk rencana pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan peserta didik V SDN Sukabakti 01 setelah mengunakan pendekatan contextual teaching

Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) keadaan pengajar dan peserta didik di SDN Mojosongo V Surakarta yaitu guru memberikan peringatan siswa dengan punishment yang kurang

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh bahwa model pembalajaran diagnostik berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman peserta didik kelas V SDN

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aktivitas peserta didik kelas V SDN-1 Telangkah pada saat pembelajaran berlangsung dengan menggunakan model role playing

Dari hasil penelitian mengenai pengaruh penguasaan kosakata terhadap kemampuan berbicara bahasa Indonesia peserta didik Kelas V SDN 2 Pulau Sarappo Lompo maka diketahui

Peningkatan Kemampuan Membaca Unsur Batin Puisi Melalui Metode Demonstrasi Pada Peserta Didik Kelas V SDN 71 Pontianak Barat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: