• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Penyidik Diluar Wilayah Hukum Penyidik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pelaksanaan Penyidik Diluar Wilayah Hukum Penyidik"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Novelina M.S. Hutapea

Staf Pengajar Kopertis Wilayah I Dpk Fakultas Hukum USI Pematangsiantar

Abstrak

Penyidikan suatu tindak pidana adalah merupakan salah satu rangkaian proses peradilan pidana dalam upaya mencari kebenaran material yang menjadi tujuan hukum acara pidana. Lazimnya penyidikan dilakukan di wilayah atau tempat di mana tindak pidana itu dilakukan sebab wilayah tersebut menjadi penentu bagi berwenang atau tidaknya penyidik melaksanakan penyidikan.

Dengan demikian proses penyidikan seperti pemeriksaan TKP, penangkapan, penahanan, penggeledahan, penyitaan, pemeriksaan surat dan pemeriksaan saksi serta terdakwa sudah seharusnya dilaksanakan di wilayah hukum penyidik yang berwenang untuk itu. Akan tetapi ada faktor-faktor tertentu yang menyebabkan penyidikan itu kadang kala harus dilakukan di luar wilayah hukum penyidik yang bersangkutan.

Kata Kunci : Penyidikan, diluar wilayah, hukum ---

Pendahuluan

Hukum pidana memuat sanksi yang dapat dikenakan bagi orang yang melanggar ketentuannya. Pelanggaran terhadap hukum pidana disebut dengan kejahatan ataupun pelanggaran. Penerapan hukum pidana dalam upaya penegakan hukum pidana itu dilaksanakan melalui komponen sistem peradilan pidana (criminal justice system) yaitu institusi yang menjalankan penegakan hukum dengan segala proses yang berlangsung didalamnya yang terdiri dari kepolisian, kejaksaan, pengadilan dan lembaga pemasyarakatan yang menjamin berjalannya proses peradilan pidana.

Gagasan utama dari suatu sistem adalah melibatkan hubungan kerjasama di antara komponen-komponen yang ada di dalam sistem tersebut secara sengaja dan direncanakan untuk mencapai tujuan bersama. Oleh karena itulah, ciri umum dari suatu sistem bahwa kinerja suatu sub sistem akan

mempengaruhi sub sistem lainnya sebagai bagian dari fungsi sistem secara keseluruhan.

Sistem peradilan pidana (criminal justice system) sebagai suatu jaringan

(network) peradilan menggunakan hukum pidana sebagai sarana utamanya, baik hukum pidana materiil, hukum pidana formil, maupun hukum pelaksanaan pidana. Di dalam sistem peradilan pidana (criminal justice system) ini terkandung gerak sistemik dari komponen-komponen pendukungnya, yaitu kepolisian, kejaksaan, pengadilan dan lembaga pe-masyarakatan.

Dalam kaitannya dengan uraian-uraian di atas, maka secara formal tugas kepolisian memainkan peranan penting dalam mekanisme sistem peradilan pidana, yaitu dengan memproses tersangka pelaku kejahatan pada tahap penyidikan dan mengajukannya ke penuntutan di pengadilan. Pelaksanaan tugas penyidikan pada dasarnya bukanlah mudah sebab sangat dibutuhkan kemampuan teknis yang cukup baik, kesabaran dan ketelitian.

(2)

Keberhasilan tugas penyidikan sangat menentukan keberhasilan penegakan hukum dan penentuan bersalah atau tidaknya seseorang yang diduga melakukan suatu tindak pidana.

Tempat terjadinya suatu tindak pidana menjadi penentu dari kewenangan penyidik pada suatu resort kepolisian. Dengan demikian pada dasarnya penyidik hanya berwenang melakukan penyidikan ditempat mana tindak pidana itu telah terjadi. Akan tetapi adakalanya penyidik harus pula melakukan penyidikan di luar daerah/wilayah hukumnya disebabkan ada faktor-faktor tertentu yang memaksa hal itu harus dilaksanakan.

Rumusan Masalah

1. Apa faktor-faktor penyebab dilaksa-nakannya penyidikan di luar wilayah hukum penyidik ?

2. Bagaimana tata cara pelaksanaan pe-nyidikan di luar wilayah hukum penyidik ? 3. Apa saja kendala yang dihadapi penyidik

dalam melaksanakan penyidikan di luar wilayah hukumnya ?

Metode Penelitian

1. Metode penelitian kepustakaan (library research)

Dengan menggunakan metode penelitian kepustakaan akan diperoleh data sekunder

yang bersumber dari buku-buku

kepustakaan, perundang-undangan yang materinya sesuai dengan judul dan masalah yang telah dirumuskan.

2. Metode penelitian lapangan (field research)

Metode ini dipakai dengan cara turun ke lapangan untuk memperoleh data primer. Lokasi penelitian yang dipilih adalah Polres Simalungun.

Pembahasan

a. Faktor–faktor Penyebab Dilaksanakannya Penyidikan Diluar Wilayah Penyidik

Pelaksanaan penyidikan diatur dalam hukum acara pidana, sebagai hukum yang mengatur bagaimana negara dengan alat-alat perlengkapannya menggunakan

wewe-nangnya untuk memproses hukum

seseorang yang telah melakukan pelanggaran terhadap hukum pidana. Penyidikan bertujuan mencari bukti, sehingga dengan bukti itu dapat membuat terang tentang suatu tindak pidana dan tersangkanya pun dapat ditemukan.

Tujuan penyidikan ini pun sebe-narnya hanyalah merupakan tujuan antara dari tujuan hukum acara pidana yang sebenarnya yaitu mencari dan mendapatkan kebenaran material. Dalam upaya mewujudkan tujuan tersebut, maka sebenarnya penyidikan masih merupakan tahap awal dari suatu proses peradilan terhadap suatu tindak pidana yang terjadi. Akan tetapi proses/tahapan pertama ini menjadi penentu pula untuk proses selanjutnya yaitu tahap penuntutan dan selanjutnya tahap pemeriksaan dan pembuktian di sidang pengadilan sehingga pada akhirnya hakim dapat mengambil keputusan tentang bersalah atau tidaknya

(3)

terdakwa dan dapat atau tidaknya terdakwa yang bersangkutan dijatuhi pidana.

Dalam kegiatan penyidik untuk me-ngumpulkan bukti-bukti, diberikan kewe-nangan-kewenangan untuk melakukan tin-dakan-tindakan tertentu sehingga me-mungkinkannya untuk menyelesaikan penyidikan dan siap untuk diserahkan kepada penuntut umum. Termasuk di dalam kegiatan tersebut adalah melakukan tindakan di TKP (tempat kejadian perkara), sampai dengan tindakan-tindakan/upaya-upaya yang bersifat memaksa, seperti penangkapan, penahanan, penggeledahan, penyitaan dan pemeriksaan surat-surat.

Pada dasarnya wilayah (daerah) hukum yang menjadi kewenangan penyidik adalah wilayah (daerah) hukum dimana tindak pidana itu terjadi. Ketentuan ini sebenarnya tidak ada diatur secara tegas dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP). Akan tetapi apabila dihubungkan dengan ketentuan yang termuat dalam Pasal 84 sampai dengan Pasal 86 KUHAP tentang wewenang Pengadilan Negeri untuk mengadili suatu perkara pidana, maka hal ini dapat dimengerti bahwa ketentuan itu juga dapat menjadi pedoman untuk menentukan kewenangan penyidik pada suatu resort kepolisian tertentu dalam penentuan daerah hukumnya untuk melaksanakan suatu penyidikan.

Berdasarkan Pasal 84 sampai Pasal 86 KUHAP ada beberapa hal yang dapat menjadi pedoman untuk menentukan kewenangan pengadilan negeri dalam

mengadili suatu perkara pidana yang pada prinsipnya telah menentukan bahwa tempat/wilayah terjadinya tindak pidana adalah prioritas utama dalam, penentuan tentang pengadilan negeri mana yang berwenang mengadili suatu perkara, meskipun dalam beberapa hal tertentu, masih diberikan alternatif lain dalam penentuan kewenangan mengadili.

Bertitik tolak dari ketentuan yang diatur dalam KUHAP, dapat lebih dipahami bahwa memang sudah sewajarnya pe-nentuan kewenangan melaksanakan penyidikan haruslah dihubungkan dengan penentuan kewenangan mengadili dari suatu pengadilan negeri karena suatu wilayah (daerah) yang menjadi wilayah hukum penyidik dari suatu resort kepolisian adalah dibawah naungan wilayah (daerah) hukum suatu pengadilan negeri juga.

Atas dasar penentuan daerah hukum penyidikan yang terutama adalah tempat terjadinya tindak pidana itu, maka pelak-sanaan penyidikan itu pun pada umumnya selalu dilaksanakan oleh penyidik di tempat terjadinya suatu tindak pidana. Akan tetapi dalam beberapa kasus disebabkan faktor-faktor yang tertentu, penyidik terpaksa harus melaksanakan penyidikan suatu tindak pidana di luar daerah hukumnya.

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan penyidikan dilakukan di luar wilayah hukum penyidik, yaitu :

1. Tersangka melarikan ke luar kota atau daerah yang tidak menjadi bagian dari wilayah hukum penyidik dari tempat mana ia melarikan diri

(4)

Jika seorang tersangka melarikan diri setelah ia melakukan tindak pidana di suatu tempat, bukan menjadi alasan bagi penyidik untuk menghentikan suatu penyidikan. Di dalam ketentuan tentang syarat untuk dapat menghentikan suatu penyidikan tindak pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 109 ayat (2), Pasal 76, 77, dan 78 KUHAP, larinya tersangka bukanlah termasuk syarat yang ditentukan undang-undang. Oleh sebab itu larinya tersangka dari tempat dimana ia melakukan tindak pidana bukan berarti penyidikan dihentikan. Penyidik harus tetap mencari keberadaan tersangka agar proses pemeriksaan perkaranya pada tahap penyidikan dapat diselesaikan dan dilanjutkan ke tahap penuntutan.

Penyidik terpaksa harus melakukan pencarian atas tersangka agar proses penyidikan tidak terhambat sekalipun pencarian itu harus dilakukan sampai ke luar wilayah/daerah hukum penyidik. Apabila tersangka ditemukan maka terhadapnya dilakukan penangkapan dan dibawa ke instansi kepolisian di wilayah hukum penyidik yang berwenang untuk diproses lebih lanjut sesuai dengan ketentuan hukum acara pidana.

2. Barang bukti yang diperlukan untuk kepentingan pembuktian berada di luar wilayah hukum penyidik dan untuk itu perlu dilakukan penggeledahan

Selain karena melarikan dirinya terdakwa, maka faktor keberadaan barang bukti di luar wilayah/daerah

hukumnya penyidik juga dapat menjadi hal penyebab terjadinya penyidikan di luar daerah hukum penyidik yang bersangkutan. Dalam arti penyidik harus melakukan penggeledahan di suatu tempat guna menemukan barang bukti yang dibutuhkan untuk kepentingan pembuktian pada tahap penyidikan. Contoh : ketika tersangka melarikan diri sesuai dengan contoh yang diutarakan pada point 1 di atas, sekaligus pula ia menyembunyikan barang bukti hasil ataupun yang dipergunakan untuk melakukan tindak pidana di tempatnya melarikan diri tersebut.

b. Tata Cara Pelaksanaan Penyidikan Diluar Wilayah Hukum Penyidik

Pada prinsipnya tata cara mela-ksanakan penangkapan, pengge-ledahan ataupun penyitaan di luar wilayah/daerah hukum penyidik harus tetap memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam KUHAP. Meskipun sebagai lanjutannya ada beberapa tata cara dari pelaksanaan upaya-upaya paksa tersebut yang tidak lazim dilakukan bila tindakan tersebut dilakukan di dalam wilayah/daerah hukum penyidik itu sendiri.

Pasal 17 KUHAP mengatur bahwa perintah penangkapan dilakukan terhadap seseorang yang diduga keras melakukan tindak pidana berdasarkan bukti permulaan yang cukup. Tentang cara pelaksanaan penangkapan berdasarkan Pasal 18 KUHAP dilaksanakan sebagai berikut :

(5)

1. Pelaksanaan tugas penangkapan dilakukan oleh petugas kepolisian negara RI.

2. Petugas yang diperintahkan me-lakukan penangkapan harus mem-perlihatkan surat tugasnya kepada tersangka yang hendak ditangkap.

3. Petugas yang telah memiliki surat tugas penangkapan harus pula memper-lihatkan surat perintah penangkapan terhadap tersangka.

Ketentuan khusus tentang pe-nangkapan di luar wilayah hukum penyidik memang tidak ada diatur di dalam KUHAP, akan tetapi pelaksanaan penyidikan tersebut tampaknya akan lebih baik jika didampingi oleh penyidik setempat sebagaimana halnya pelaksanaan penggeledahan di luar wilayah hukum penyidik sesuai dengan ketentuan Pasal 36 KUHAP.

Sesuai dengan ketentuan Pasal 36 KUHAP, bahwa pelaksanaan penyidikan di luar daerah hukumnya penyidik dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara :

1. Penyidik sendiri yang melakukan penggeledahan.

Penggeledahan yang dilakukan langsung oleh penyidik di luar daerah hukumnya harus mempedomani ketentuan yang digariskan dalam Pasal 33 KUHAP, yaitu :

a. Dengan izin Ketua Pengadilan Negeri setempat penyidik dalam melakukan penyidikan dapat me-ngadakan penggeledahan rumah yang diperlukan.

b. Dalam hal yang diperlukan atas perintah tertulis dari penyidik, petugas kepolisian negara RI dapat memasuki rumah.

c. Setiap kali memasuki rumah harus disaksikan oleh dua orang saksi dalam hal tersangka atau penghuni menyetujuinya. d. Setiap kali memasuki rumah harus

di-saksikan oleh Kepala Desa atau Kepala Lingkungan dengan dua orang saksi dalam hal tersangka atau penghuni menolak atau tidak hadir.

e. Dalam waktu 2 hari setelah memasuki dan atau menggeledah rumah, harus dibuat suatu berita acara dan turunannya disampaikan kepada pemilik atau penghuni rumah yang bersangkutan.

Selain harus memenuhi ketentuan tersebut di atas tindakan tersebut berdasarkan Pasal 36 KUHAP harus pula dilaksanakan sebagai berikut :

(1) Atas dasar surat izin penggeledahan yang dimintakan dari Ketua Pengadilan Negeri di tempat wilayah hukum kekuasaan penyidik yang bersangkutan, penyidik melaporkan hal itu kepada Ketua Pengadilan Negeri di daerah /tempat dimana penggeledahan akan dilaksa-nakan. Dengan demikian penyidik harus memberitahu dan melaporkannya kepada Ketua Pengadilan Negeri setempat, dan memperlihatkan izin dari Ketua Pengadilan Negeri dari tempat wilayah hukumnya.

(2) Selanjutnya dalam pelaksanaan peng-geledahan penyidik didampingi oleh penyidik dari daerah hukum di tempat mana penggeledahan dila-kukan.

(6)

2. Penyidik tidak melaksanakan sendiri penggeledahan di luar wilayah hukumnya, tetapi meminta bantuan kepada penyidik setempat dimana penggeledahan akan dilakukan

Pada tindakan seperti ini penyidik yang bersangkutan tidak langsung datang melakukan penggeledahan di luar daerahnya sendiri, tetapi ia minta bantuan kepada penyidik di daerah mana penggeledahan akan dilakukan. Dalam hal ini disamping surat permintaan bantuan kepada penyidik di daerah mana penggeledahan akan dilakukan, sekaligus penyidik tadi mengirimkan surat izin penggeledahan dari Ketua Pengadilan Negeri yang mempunyai wilayah hukum yang sama dengan penyidik yang meminta bantuan. Berdasar surat izin inilah penyidik yang dimintai bantuan, memberitahukan peng-geledahan kepada Ketua Pengadilan Negeri di

tempat mana penggeledahan akan

dilaksanakan.

Setelah segala sesuatunya selesai dilakukan oleh penyidik yang dimintai bantuan, secepat mungkin hasil dan berita acara penggeledahan segera disampaikan kepada penyidik yang meminta bantuan. Jika seandainya dalam penggeledahan tersebut tersangkanya ditangkap sesuai dengan maksud dan izin penggeledahan yang dikeluarkan pengadilan, tersangka harus segera dian-tarkannya ke tempat penyidik yang meminta bantuan atau penyidik itu sendiri dapat memberitahukan agar tersangka yang ditangkapnya segera diambil untuk dibawa ke tempat penyidik yang meminta bantuan.

Sama halnya dengan penangkapan diluar wilayah hukum penyidik, maka penyitaan di luar wilayah hukum penyidik juga tidak ada ketentuannya di dalam KUHAP. Agar penyitaan di luar wilayah hukum itu tidak menjadi kekosongan hukum, maka hal itu dapat dijembatani dengan jalan memper-gunakan penafsiran analogi atas ketentuan Pasal 36 KUHAP untuk pelaksanaan penyitaan di luar wilayah hukum penyidik yang bersangkutan.

Dengan berpedoman pada ketentuan Pasal 36 KUHAP, penyitaan di luar wilayah hukum penyidik, dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Penyidik yang bersangkutan melakukan sendiri penyitaan.

Dalam hal ini penyitaan berpedoman pada ketentuan Pasal 33 dan Pasal 38 KUHAP : a. Ada surat izin penyitaan dari Ketua

Pengadilan Negeri yang mempunyai wilayah hukum yang sama dengan penyidik yang bersangkutan.

b. Harus melaporkan penyitaan yang hendak dilakukan Kepada Ketua Pengadilan Negeri di tempat mana penyitaan akan dilakukan dengan memperlihatkan surat izin Ketua Pengadilan Negeri dari wilayah hukum penyidik.

c. Dalam pelaksanaan penyitaan, penyidik harus didampingi oleh pejabat penyidik setempat.

d. Penyitaan harus disaksikan oleh Kepala Desa atau Ketua Lingkungan dan ditambah dengan dua orang saksi dari warga lingkungan setempat dimana penyitaan dilakukan.

(7)

2. Penyitaan dilaksanakan dengan meminta bantuan dari penyidik di tempat mana penyitaan akan dilakukan

Dalam hal ini berarti penyitaan tidak dilaksanakan sendiri oleh penyidik yang bersangkutan, akan tetapi dimintakan bantuan kepada penyidik di daerah tempat benda sitaan. Pelaksanaan penyitaan dilakukan dengan cara mengirimkan surat izin penyitaan yang dikeluarkan oleh Ketua Pengadilan Negeri dari daerah hukum penyidik yang meminta bantuan kepada penyidik di daerah hukum tempat penyitaan akan dilakukan (yang dimintai bantuan). Selanjutnya penyidik yang dimintai bantuan harus melaporkan atau memberitahukan penyitaan kepada Ketua Pengadilan Negeri di tempat mana penyitaan akan dilakukan. c. Kendala-kendala yang Dihadapi Penyidik

dalam Melaksanakan Penyidikan Diluar Wilayah Hukumnya

Ada beberapa hal yang dapat dipaparkan sebagai kendala yang dihadapi penyidik dalam melaksanakan penyidikan di luar wilayah hukumnya, sebagai berikut :

1. Masalah jauh dan sulitnya menjangkau

tempat dimana penyidik akan

melaksanakan penangkapan

Masalah ini berkaitan dengan batas waktu penahanan berdasarkan Pasal 19 ayat (1) KUHAP yang telah menentukan tidak boleh lebih dari satu hari (1x24 jam ). Lewat dari satu hari berarti telah terjadi pelanggaran hukum, dan dengan sendirinya penangkapan tidak sah. Konsekwensinya tersangka harus dibebaskan demi hukum.

Dengan batas waktu penahanan yang hanya satu hari tersebut sudah dapat dibayangkan bila tempat penyidik akan melakukan penangkapan itu letaknya di tempat terpencil dengan jarak tempuh yang sangat sulit dan hanya dapat dijangkau dengan kenderaan seperti perahu kecil. Dengan kondisi yang demikian tidak mungkin penyidik dapat menyelesaikannya hanya dalam batas waktu satu hari saja, karena perjalanan untuk sampai ke tempat dan melakukan penangkapan kemudian kembali ke tempat dimana penyidik akan melakukan pemeriksaan mungkin membutuhkan waktu 3(tiga) hari sampai 1 (satu) minggu.

Untuk mengatasi kendala tersebut maka, dalam praktek diatasi dengan cara sebagai berikut :

a. Penangkapan dilakukan atau dipimpin sendiri oleh penyidik, sehingga dapat dilakukan pemeriksaan di tempat terdekat.

b. Jika penangkapan dilakukan oleh penyelidik, maka penyidik menge-luarkan surat perintah kepada penyelidik untuk membawa dan menghadapkan tersangka kepada penyidik. Jadi bukan surat perintah penangkapan, tetapi surat

perintah untuk membawa dan

menghadapkan tersangka kepada penyidik. Surat perintah penangkapan baru dikeluarkan setelah tersangka berada di hadapan penyidik.

2. Kurangnya biaya dan sarana pendukung yang tidak memadai baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya.

(8)

Dalam beberapa kasus yang pernah ditangani penyidik, para tersangka sudah dilengkapi dengan sarana transportasi, komunikasi dan senjata yang cukup canggih dalam upayanya melarikan dan menyembunyikan diri, misalnya: kenderaan (mobil, sepeda motor atau perahu mesin serta senjata api) yang modern dan mutakhir. Sementara penyidik masih memiliki kenderaan ataupun senjata yang sederhana dan seadanya. Apabila sarana pendukung dalam pelaksanaan tugas penyidikan ini tidak dimiliki atau jauh kualitas maupun kuantitasnya dengan yang dimiliki para tersangka, sudah pasti penyidik tidak mampu mengimbangi upaya tersangka jika ia melarikan diri lagi dari pengejaran penyidik dan hal ini jelas merupakan kendala dalam pelaksanaan tugas penyidikan di luar wilayah hukum penyidik.

Masalah biaya yang tidak cukup juga dapat menjadi kendala bagi penyidik karena selama melaksanakan tugasnya penyidik pasti membutuhkan logistik dan biaya transport. Tugas penyidikan bukanlah tugas yang mudah. Tugas itu membutuhkan waktu, pikiran dan tenaga dan pengorbanan yang cukup besar. Oleh karena itu harus didukung dengan biaya maupun sarana yang memadai. 3. Seluk beluk tempat penggeledahan akan

dilakukan kurang dipahami oleh penyidik.

Tidak dipahaminya tempat yang akan digeledah oleh penyidik dapat dipahami,

sebab penyidik yang bersangkutan datang dari wilayah hukum yang lain. Adalah merupakan sesuatu yang wajar bila orang tidak mengenal dengan baik sesuatu yang tidak biasa dilihat atau dijamah ataupun ditelusuri. Demikian juga penyidik yang datang dari luar wilayah hukum tempat penggeledahan akan dilakukan mungkin merasa asing dan tidak memahami daerah dimana ia hendak melakukan penangkapan terhadap tersangka, mencari dan mendapatkan barang bukti dengan melakukan penggeledahan dan pe-nyitaan.

Kesimpulan dan Saran a. Kesimpulan

1. Penyidikan di luar wilayah hukum penyidik, dapat disebabkan adanya kemungkinan tersangka melarikan diri ke luar daerah setelah melakukan tindak pidana, atau barang bukti yang dibutuhkan untuk kepentingan pem-buktian dalam penyidikan berada di luar wilayah hukum penyidik.

2. Pelaksanaan penyidikan di luar wilayah hukum dapat dilaksanakan sendiri oleh penyidik dengan didampingi oleh penyidik dari daerah hukum dimana penyidikan dilaksanakan ataupun tidak melaksanakan sendiri, akan tetapi me-minta bantuan kepada penyidik di tempat mana penyidikan akan dilak-sanakan.

(9)

3. Kendala-kendala yang dihadapi

penyidik dalam melaksanakan

penyidikan di luar wilayah hukumnya adalah ketika daerah untuk pelaksanaan penyidikan itu relatif sangat jauh jarak tempuhnya dan sulit dijangkau tanpa sarana pendukung yang cukup baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Demikian pula juga kurangnya pemahaman penyidik terhadap situasi dan keadaan tempat lain dimana penggeledahan akan dilaksanakan. b. Saran

1. Agar penyidik lebih dahulu me-ngumpulkan informasi yang cukup dan akurat tentang tersangka maupun tempat keberadaannya melarikan diri sebelum melaksanakan penangkapan di luar wilayah hukumnya penyidik demikian juga syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan penyidikan harus dilengkapi dengan sebaik-baiknya. 2. Agar instansi kepolisian (penyidik)

terus meningkatkan kemampuan teknis dan profesionalnya sebagai penyidik dan melengkapi sarana-sarana pendukung kelancaran dan kesuksesan tugas penyidikan sebagai bagian dari proses peradilan pidana.

3. Agar penyidik tetap melakukan koordinasi, kerjasama dan menjalin hubungan yang baik dengan penyidik setempat dimana penyidik akan melakukan penyidikan untuk.

Daftar Pustaka

Bawengan Gerson W., Penyidikan Perkara Pidana dan Teknik Interogasi, Pradaya Paramita, Jakarta, 1997.

Bassar M. Soedradjat, Tindak-Tindak Pidana Tertentu Di Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, CV. Remaja Karya, Bandung, 1986.

Departemen Kehakiman Republik Indonesia, Pedoman Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, Yayasan Pengayoman, Jakarta, 1982. Haris H., Pembaharuan Hukum Acara Pidana

yang Terdapat dalam HIR, Bina Cipta, Jakarta, 1978.

Husein Harun M., Penyidikan dan Penintutan dalam Proses Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, 1991.

Kanter E.Y dan SR. Sianturi, Asas-asas Hukum Pidana Indonesia dan Penerapannya, Storia Gloria, Jakarta, 2002.

Muladi, Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 1995.

Prints Darwan, Hukum Acara Pidana Suatu Pengantaran, Djambatan/ Yayasan CBH, Jakarta 1989.

Mahya M. Harahap, Pembahasan

Permasalahan dan Penerapan KUHAP, Jilid I, Pustaka Kartini Penerbit Buku Bermutu, Jakarta, 1985.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

Catatan :

Tulisan ini telah dipublikasi pada Jurnal : Habonaron Do Bona; Edisi 3, Nopember 2010; ISSN : 2085-3424.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui bagaimana proses pembuatan seni kerajinan ukir kayu khas Palembang pada produk-produk kerajinan awalnya dilakukan digaleri tersebut, namun karena kendala

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan media gambar luas daerah dapat meningkatkan kemampuan menjumlah pecahan pada mata pelajaran matematika

Berdasarkan pengukuran hasil belajar melalui kegiatan tes dan pengukuran pada siklus 1 masih terdapat 7 (tujuh) siswa yang memperoleh nilai dibawah standar minimal yaitu 17.95

Pada klasifikasi berdasarkan EAS, dislipidemia dibagi 3 golongan, yaitu hiperkolesterolemia yang merujuk pada peningkatan kolesterol total, hipertrigliseridemia yang

Metode dakwah yang melingkupi pendekatan dakwah, strategi dakwah, metode dan teknik dakwah, dan taktik dakwah ini sangat penting dalam proses dakwah. Secara

Berdasarkan penilaian oleh guru di atas, maka dapat disimpulkan bahwa lembar observasi sikap tanggung jawab yang dikembangkan oleh peneliti merupakan

Dari pengamatan dan wawancara tersebut, peneliti dapat menarik simpulan bahawa rendahnya keterampilan menulis puisi jika dilihat dari faktor siswa adalah sebagai berikut: (1)

Seperti verba haben , verba sein ‘(ber)ada’ sebagai verba penuh juga merupakan verba yang berstruktur lama (bergramatikalisasi lemah) karena jenis verba tersebut