• Tidak ada hasil yang ditemukan

Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun i

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun i"

Copied!
185
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

TIM PENYUSUN

Penasehat

Dr. HENDARTO, M.Kes

(Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang)

Ketua

TOTOK RUSWANTO, S.KM

(Kepala UPT Pusat Informasi dan Manajemen Kesehatan)

Sekretaris

KUSNADI, S.Sos

Koordinator Redaksi

MOH ABU ALI RIDHO

Anggota Redaksi

DWI BUDI ISTIYONO ACHMAD TOHIR INDAH KUSNIYATI ZAINATUL MALIKAH.,S.ST AZIZAH GAMA TRISNAWATI.,S.KM

LUDIARTO.,S.KM AGUS SANTOSO.,S.KM

NUR FAUZIAH.,S.KM VERAWATI,AMd

(3)

KATA PENGANTAR

Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2016 adalah kelanjutan dari profil-profil sebelumnya,diterbitkan untuk memenuhi kebutuhan data bidang kesehatan secara rinci dan sebagai media untuk memantau dan mengevaluasi pencapaian pembangunan kesehatan di Kabupaten Magelang berdasarkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan Kementerian Kesehatan RI.

Penyusunan profil ini mengacu padaPedoman Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota terbitan Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan 2016.Data yang dikumpulkan pada profil ini bersumber dari berbagai sektor meliputi Dinas Kesehatan, rumah sakit umum maupun swasta, dan sebagainya.

Pada kesempatan ini, Saya ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan tertinggi kepada semua pihak yang telah membantu dan berkontribusi sehingga Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2016 ini dapat diselesaikan.

Semoga Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2016 bermanfaat dan bisa menjawab kebutuhan data dan informasi kesehatan mutakhir dan memenuhi harapan kita semua.

Magelang, 2017 Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten Magelang

Dr. HENDARTO, M.Kes Pembina Utama Muda NIP. 19580523 198511 1 001

(4)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

TIM PENYUSUN ii

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI iv

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR GRAFIK viii

DAFTAR DIAGRAM x

DAFTAR SINGKATAN xi

RESUME PROFIL KESEHATANKABUPATENMAGELANG TAHUN 2014 xii

BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Tujuan 2 1.2.1 Tujuan Umum 2 1.2.2 Tujuan Khusus 2 1.3 Sistematika Penyajian 2

BAB II GAMBARAN UMUM 5

2.1 Keadaan Geografis 5

2.2 Wilayah Administrasi Pemerintahan 6

2.3 Kondisi Demografi 7

2.3.1 Kepadatan Penduduk 7

2.3.2 Proporsi Penduduk Menurut Jenis Kelamin 9

BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN 10

3.1 Angka Kematian 10

3.1.1 Angka Kematian Bayi (AKB) dan

Angka Kematian Balita (AKBA) 11

3.1.2 Angka Kematian Ibu Maternal 23

3.2 Angka Kesakitan 25

3.2.1 Penyakit Tuberculosis Paru (TB Paru) 25

3.2.2 Penyakit ISPA 26

3.2.3 Penyakit HIV/AIDS 28

3.2.4 Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) 29

3.2.5 Penyakit Diarrhe (Diare) 30

3.2.6 Penyakit Malaria 32

3.2.7 Penyakit Kusta 33

3.2.8 Penyakit Menular yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi 33

3.2.9 Penyakit Filariasis 34

(5)

BAB IV SITUASI PELAYANAN KESEHATAN 40

4.1 Pelayanan Kesehatan 40

4.1.1 Pelayanan Kesehatan Antenatal 40

4.1.2 Pertolongan Persalinan dan Pelayanan Ibu Nifas 43

4.1.3 Keluarga Berencana (KB) 46

4.1.4 Imunisasi 52

4.1.4.1 Desa UCI (Universal Child Immunization) 53

4.1.4.2 Cakupan Imunisasi pada Bayi 53

4.1.5 Cakupan Vitamin A Bagi Bayi 54

4.1.6 Cakupan Balita Gizi Buruk 55

4.1.7 Cakupan Tablet Fe untuk Ibu Hamil 57

4.1.8 Cakupan Vitamin A untuk Ibu Nifas 60

4.1.9 Cakupan Imunisasi TT untuk Ibu Hamil 60

4.1.10 Cakupan Bumil Risti/Komplikasi 62

4.1.11 Cakupan Neonatal Risti/Komplikasi 63

4.1.12 KLB (Kejadian Luar Biasa) 63

4.1.13 ASI Eksklusif 63

4.1.14 Garam Beryodium 66

4.2 Perilaku Hidup Masyarakat 66

4.2.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 66

4.2.2 Posyandu 66

4.3 Keadaan Lingkungan 68

4.3.1 Rumah/Bangunan 69

4.3.2 Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM) 71

4.3.3 Sanitasi Total Berbasis Masyarakat 73

BAB V SITUASI SUMBERDAYA KESEHATAN 75

5.1 Sarana Kesehatan 75

5.2 Tenaga Kesehatan 77

5.2.1 Tenaga Kesehatan di Puskesmas, Rumah Sakit

dan Sarana Kesehatan lainnya 78

5.3 Pembiayaan Kesehatan 82

BAB VI KESIMPULAN 84

DAFTAR PUSTAKA 85

(6)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Tabel Halaman

Tabel 3.1 Jumlah Kelahiran dan Kematian Bayi, Anak Balita danBalita di Kabupaten Magelang Tahun 2016

11

Tabel 3.2 Jumlah dan Angka Kematian Ibu Maternal per 100.000 Kelahiran Hidup di Kabupaten Magelang Tahun 2016

23

Tabel 3.3 Balita Penderita Pneumonia Ditangani di Kabupaten Magelang Tahun 2016

27

Tabel 3.4 Diare Ditangani di Kabupaten Magelang Tahun 2016 31

Tabel 3.5 Jumlah Kasus Penyakit Menular yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) di Kabupaten Magelang Tahun 2016

34

Tabel 3.6 Cakupan Kunjungan Neonatus dan Bayi di Kabupaten MagelangTahun 2016

35

Tabel 3.7 Jumlah Bayi BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah) di Kabupaten MagelangTahun 2016

37

Tabel 4.1 Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan di Kabupaten Magelang Tahun 2016

56

Tabel 4.2 Neonatal Risti/Komplikasi yang Ditangani di Kabupaten MagelangTahun 2016

63

Tabel 5.1 Sarana Pelayanan Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2016

76

Tabel 5.2 Jumlah Tenaga Medis Menurut Sarana Kesehatan di Kabupaten Magelang Tahun 2016

79

Tabel 5.3 Jumlah Tenaga Keperawatan Menurut Sarana Kesehatandi Kabupaten Magelang Tahun 2016

80

Tabel 5.4 Jumlah Tenaga Kefarmasian Menurut Sarana Kesehatan di Kabupaten Magelang Tahun 2016

81

Tabel 5.5 Jumlah Tenaga Gizi Menurut Sarana Kesehatan di Kabupaten Magelang Tahun 2016

82

Tabel 5.6 Sumber Anggaran Kesehatan Kabupaten/Kota di Kabupaten Magelang Tahun 2016

(7)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Gambar Halaman

(8)

DAFTAR GRAFIK

Nomor Judul Grafik Halaman

Grafik 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten

Magelang Tahun 2016

6

Grafik2.2 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten

MagelangTahun 2016

7

Grafik 2.3 Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Magelang Tahun 2016

8

Grafik 2.4 Piramida Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok

Umur di Kabupaten Magelang Tahun 2016

9

Grafik 3.1 Jumlah Kelahiran Hidup Berdasarkan Jenis Kelamin di Kabupaten Magelang Tahun 2013-2016

12

Grafik 3.2 Jumlah Kelahiran Hidup dan Jumlah Seluruh

Kelahiran(hidup+mati) di Kabupaten Magelang Tahun 2013-2016

13

Grafik 3.3 Jumlah Kelahiran Mati Berdasarkan Jenis Kelamin di Kabupaten Magelang Tahun 2013-2016

14

Grafik 3.4 Angka Lahir Mati Berdasarkan Jenis Kelamin di

Kabupaten Magelang Tahun 2013-2016

15

Grafik 3.5 Angka Lahir Mati (laki-laki+perempuan) di Kabupaten Magelang Tahun 2013-2016

16

Grafik 3.6 Jumlah Kematian Bayi Berdasarkan Jenis Kelamin di Kabupaten Magelang Tahun 2013-2016

17

Grafik 3.7 Angka Kematian Bayi di Kabupaten Magelang Tahun 2013-2016

18

Grafik 3.8 Jumlah Kematian Anak Balita Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Magelang Tahun 2013-2016

19

Grafik 3.9 Angka Kematian Anak Balita di Kabupaten

MagelangTahun 2013-2016

20

Grafik 3.10 Jumlah Kematian Balita Berdasarkan Jenis Kelamin di Kabupaten Magelang Tahun 2013-2016

21

Grafik 3.11 Angka Kematian Balita di Kabupaten Magelang Tahun 2013-2016

22

Grafik 3.12 Angka Kematian Ibu Maternal per 100.000 Kelahiran Hidup Tahun 2013-2016 di Kabupaten Magelang

24

Grafik 3.13 Jumlah Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) Setiap Puskesmas di Kabupaten Magelang Tahun 2016

29

Grafik 3.14 Jumlah Penderita Diare Yang Ditangani di Setiap Puskesmasdi Kabupaten Magelang Tahun 2016

31

Grafik 3.15 Persentase Balita yang Ditimbang Setiap Puskesmas di Kabupaten Magelang Tahun 2016

38

Grafik 4.1 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K1) Setiap Puskesmas di Kabupaten Magelang Tahun 2016

(9)

Grafik 4.2 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K4) Setiap Puskesmas di Kabupaten Magelang Tahun 2016

42

Grafik 4.3 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K1 dan K4) di Kabupaten

Magelang Tahun 2013-2016

43

Grafik 4.4 Persentase Persalinan Ditolong Tenaga Kesehatan Setiap Puskesmas di Kabupaten Magelang Tahun 2016

44

Grafik 4.5 Persentase Pelayanan Ibu Nifas Setiap Puskesmas di Kabupaten Magelang Tahun 2016

45

Grafik 4.6 Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) Menurut Puskesmas di

Kabupaten Magelang Tahun 2016

46

Grafik 4.7 Persentase Peserta KB Baru Setiap Puskesmas di

Kabupaten Magelang Tahun 2016

47

Grafik 4.8 Persentase Peserta KB Aktif Setiap Puskesma di

Kabupaten Magelang Tahun 2016

48

Grafik 4.9 Persentase Peserta KB Aktif MKJP Setiap Puskesmas di Kabupaten Magelang Tahun 2016

49

Grafik 4.10 Cakupan Imunisasi Bayi di Kabupaten Magelang Tahun 2016

53

Grafik 4.11 Persentase Balita Yang Mendapat Vitamin A Setiap Puskesmas di Kabupaten Magelang Tahun 2016

55

Grafik 4.12 Jumlah balita gizi buruk di Kabupaten Magelang Tahun 2016

57

Grafik 4.13 Persentase Ibu Hamil Yang Mendapatkan Fe1 Setiap Puskesmas di Kabupaten Magelang Tahun 2016

58

Grafik 4.14 Persentase Ibu Hamil Yang Mendapatkan Fe3 Setiap Puskesmas di Kabupaten Magelang Tahun 2016

59

Grafik 4.15 Persentase Ibu Nifas Yang Mendapatkan Vitamin A Setiap Puskesmas di Kabupaten Magelang Tahun 2016

60

Grafik 4.16 Persentase Status Imunisasi TT untuk ibu hamil di Kabupaten Magelang Tahun 2016

61

Grafik 4.17 Persentase Penanganan Komplikasi Kebidanan Setiap Puskesmas di Kabupaten Magelang Tahun 2016

62

Grafik 4.18 Persentase Bayi Yang Diberi ASI Eksklusif Setiap Puskesmas di Kabupaten Magelang Tahun 2016

64

Grafik 4.19 Persentase Sarana Air Minum yang berkualitas Menurut Jenisnya di Kabupaten Magelang Tahun 2016

71

Grafik 4.20 Persentase Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan

(TUPM) Yang Diperiksa di Kabupaten Magelang Tahun 2016

72

Grafik 4.21 Persentase Desa yang Melaksanakan STBM di Kabupaten

Magelang Tahun 2016

(10)

DAFTAR DIAGRAM

Nomor Judul Diagram Halaman

Diagram 3.1 Persentase BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah) di Kabupaten Magelang Tahun 2016

36

Diagram 4.1 Persentase Peserta KB Aktif di Kabupaten Magelang Tahun 2016

49

Diagram 4.2 Persentase Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi di Kabupaten Magelang Tahun 2016

50

Diagram 4.3 Persentase Peserta KB Baru di Kabupaten Magelang Tahun 2016

51

Diagram 4.4 Persentase Peserta KB Baru Menurut Jenis Kontrasepsi di Kabupaten Magelang Tahun 2016

51

Diagram 4.5 Persentase Posyandu Menurut Strata di Kabupaten Magelang Tahun 2016

68

Diagram 4.6 Persentase Rumah Sehat di Kabupaten Magelang Tahun 2016

(11)

DAFTAR SINGKATAN

AFP : Acute Flacid Paralysis

API : Annual Parasite Incidence

BB : Berat Badan

BBLR : Berat Badan Lahir Rendah

BGM : Bawah Garis Merah

CFR : Case Fatality Rate

DBD : Demam Berdarah Dengue

DO : Drop Out

Fe : Suplemen zat besi

Gakin : Keluarga Miskin

HIV : Human Immunodeficiency Virus

IMS : Infeksi Menular Seksual

K-1 : Kunjungan pertama

K-4 : Kunjungan keempat

KB : Keluarga Berencana

KLB : Kejadian Luar Biasa

MKJP : Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

MOW : Medis Operatif Wanita

MOP : Medis Operatif Pria

MP-ASI : Makanan Pendamping-ASI

Non MKJP : Metode Kontrasepsi Jangka Pendek

PUS : Pasangan Usia Subur

PHBS : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

PAH : Penampungan Air Hujan

RFT : Release From Treatment

SPT : Sumur Pompa Tangan

SGL : Sumur Galian

TUPM : Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan

UCI : Universal Child Immunization

(12)

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2016 INDIKATOR ANGKA/NILAI GAMBARAN UMUM Luas Wilayah 1.086 Km2

Jumlah Desa/Kelurahan 372 Desa/Kel

Jumlah Penduduk 1.245.496 Jiwa

Kepadatan Penduduk/Km2 1.147 Jiwa/Km2

Rasio Jenis Kelamin 100,72

DERAJAT KESEHATAN Angka Kematian

Jumlah Lahir Hidup 17.984 Bayi

Jumlah Bayi Mati 43 Bayi

Angka Kematian Bayi (dilaporkan) 2 per 1.000 KH

Jumlah Balita Mati 63 Balita

Angka Kematian Balita (dilaporkan) 4 per 1.000 KH

Jumlah Kematian Ibu Maternal 13 Ibu

Angka Kematian Ibu Maternal (dilaporkan) 72 per 100.000 KH Angka Kesakitan

Pneumonia Balita Ditemukan dan Ditangani 76,64 %

Jumlah Kasus Baru HIV 62 Kasus

Persentase Diare ditemukan dan ditangani 73,02 % Penderita Kusta MB Selesai Berobat (RFT MB) 92,86 %

Incidence Rate DBD 36,83 per 100.000 penduduk

Status Gizi

Bayi baru lahir ditimbang 98 %

(13)

INDIKATOR ANGKA/NILAI

UPAYA KESEHATAN Pelayanan Kesehatan

Kunjungan Ibu Hamil (K1) 100 %

Kunjungan Ibu Hamil (K4) 90,30 %

Persalinan Ditolong Tenaga Kesehatan 100 %

Peserta KB Baru 11,20 %

Peserta KB Aktif 82,65 %

Desa/Kelurahan UCI 100 %

Balita Gizi Buruk Mendapatkan Perawatan 100 %

Ibu Hamil Mendapat Tablet Fe3 88,64 %

Bumil Risti/Komplikasi Ditangani 141,34 % Desa/Kel Terkena KLB Ditangani < 24 jam 100 %

Bayi Yang Diberi ASI Eksklusif 20,58 %

Keadaan Lingkungan

Rumah Sehat 64,63 %

Penduduk yang Memiliki Akses Air Minum Yang Layak 89,06 % Penyelenggara air Minum Memenuhi Syarat Kesehatan 66,69 % Penduduk yang Memiliki Akses Sanitasi Layak 51,05 %

Desa STBM 6,18 %

Tempat-Tempat Umum Memenuhi Syarat 51,82 % SUMBER DAYA KESEHATAN

Sarana Kesehatan

Jumlah Rumah Sakit Umum 4

Jumlah Rumah Sakit Khusus -

Jumlah Puskesmas Perawatan 3

Jumlah Puskesmas non-Perawatan 26

Jumlah Apotek 85

Jumlah Posyandu 2.345

Jumlah Desa Siaga 367

Jumlah Kelurahan Siaga 5

Jumlah Poskesdes 240

Tenaga Kesehatan

Jumlah Dokter Spesialis 51 Orang

Jumlah Dokter Umum 71 Orang

Jumlah Dokter Gigi 36 Orang

Jumlah Bidan 360 Orang

Jumlah Perawat 474 Orang

Jumlah Tenaga Kefarmasian 42 Orang

Jumlah Tenaga Gizi 39 Orang

Jumlah Tenaga Kesmas 20 Orang

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Data dan informasi kesehatan selama ini mempunyai peranan penting dan strategis, antara lain sebagai acuan dalam menyusun rencanapembangunan kesehatan daerah. Pengelolaan data dan informasi yang baik, yang dikemas dalam suatu sistem informasi, sangat menentukan dalam penyediaan data dan informasi kesehatan yang evidence based, yang pada gilirannya akan mampu menjadi alat manajemen kesehatan yang efektif, terutama menghasilkan perencanan kesehatan yang tepat sasaran.

Oleh karena itu, setiap pemerintah daerah diharapkan mempunyai Sistem Informasi Kesehatan Daerah, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota, yang mampu menyediakan data dan informasi kesehatan. Sistem Informasi Kesehatan Daerah merupakan penentu kualitas dari Sistem Informasi Kesehatan Nasional.

Salah satu produk yang dihasilkan Unit Pelaksana Teknis Pusat Informasi dan Manajemen Kesehatan (UPT PIMK) Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang untuk mendukung Sistem Informasi Kesehatan Nasional yaitu “Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2016”. Profil Kesehatan Kabupaten Magelang2016 merupakan salah satu dokumen yang berisi data tahunan dari hasil pembangunan kesehatan.

Saat ini masyarakat semakin peduli dengan situasi kesehatan dan hasil pembangunan kesehatan yang telah dilakukan oleh pemerintah terutama masalah-masalah kesehatan yang berhubungan langsung dengan kesehatan mereka sendiri. Profil Kesehatan merupakan sarana informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk mendapatkan data dan informasi kesehatan, untuk itu penyusunannya dikemas secara baik, sederhana, informatif dan mudah dipahami.Kepedulian masyarakat terhadap data dan informasi kesehatan akan memberikan nilai positif dalam pembangunan kesehatan di Kabupaten Magelang.

Informasi utama yang dapat diperoleh dari Profil ini adalah SituasiDerajat Kesehatan Masyarakat dapat dilihat dari berbagai indikator, yang meliputi indikator

(15)

angka harapan hidup, angka kematian, angka kesakitan, dan status gizi masyarakat, Situasi Upaya Kesehatan dan Situasi Sumber Daya Kesehatan.

Untuk kelancaran proses penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten Magelang yang merupakan salah satu produk dari berhasilnya sistem informasi kesehatan yang terintegrasi di masa mendatang, maka strategi pertama yang perlu dilakukan adalah penguatan kebijakan dan perencanaan di bidang sistem informasi kesehatan.

Penguatan kebijakan sistem informasi kesehatan dilakukan dengan menyusun aturan-aturan yang menjamin sistem informasi dapat diselenggarakan dengan baik. Pada pasal 168 Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan telah diamanatkan bahwa penyelenggaraan sistem informasi kesehatan diatur dalam peraturan pemerintah. Hal ini berarti bahwa secara normatif sudah ada political will dari negara agar pemerintah dapat menyelenggarakan sistem informasi kesehatan secara baik.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Menyediakan data dan informasi pembangunan kesehatan di Kabupaten Magelangtahun 2016sebagai dasar perencanaan, monitoring dan evaluasi pencapaian pembangunan kesehatan selanjutnya.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Memberikan informasi mengenai situasi derajat kesehatan di Kabupaten Magelang tahun 2016

2. Memberikan informasi mengenai situasi upaya kesehatan di Kabupaten Magelang tahun2016

3. Memberikan informasi mengenai situasi sumber daya kesehatan di Kabupaten Magelang tahun2016

1.3 Sistematika Penyajian

Sistematika penyajian Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2016 mengacu pada Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun

(16)

2016yang diterbitkan oleh Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. Adapun sistematika penyajiannya adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang dan tujuan disusunnya Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun2016. Selain itu juga diuraikan sistematika penyajian profil kesehatan tersebut.

BAB II GAMBARAN UMUM

Bab ini menyajikan tentang gambaran umum Kabupaten Magelang yang meliputi uraian tentang letak geografis, administratif serta informasi pendukung lainnya. Selain itu bab ini juga membahas mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan, serta faktor penting lainnya meliputi kependudukan dan ekonomi.

BABIII SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Bab ini menguraikan tentang indikator mengenai angka kematian (bayi, balita, ibu maternal), angka kesakitan dan angka status gizi masyarakat di Kabupaten Magelang.

BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN

Bab ini menguraikan tentang pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang, pemberantasan penyakit menular, pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan. Upaya pelayanan kesehatan yang diuraikan dalam bab ini juga mengakomodir indikator kinerja Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan serta upaya pelayanan kesehatan lainnya yang diselenggarakan Kabupaten Magelang Tahun 2016.

BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

Bab ini menguraikan tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan dan sumber daya kesehatan lainnya.

(17)

BAB VI KESIMPULAN

Bab ini menyajikan tentang hal-hal penting yang perlu disimak dan ditelaah lebih lanjut dari Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun2016. Selain keberhasilan-keberhasilan yang perlu dicatat, pada bab ini juga mengemukakan hal-hal yang dianggap masih kurang dalam upaya mencapai visi dan misi pembangunan kesehatan.

LAMPIRAN

Pada lampiran ini berisi resumeangka pencapaian Kabupaten Magelang tahun 2016 dan tabel Profil Kesehatan Kabupaten Magelang 2016.

(18)

BAB II

GAMBARAN UMUM

2.1KEADAAN GEOGRAFIS

Kabupaten Magelang merupakan salah satu kabupaten yang ada di wilayah Provinsi Jawa Tengah. Secara geografis Kabupaten Magelang terletak diantara 110o – 01'- 51" Bujur Timur, 110o

– 26'- 58" Bujur Timur, 7o - 19'- 13" Lintang Selatan dan 7o - 42'- 16" Lintang Selatan.

Gambar 1. Peta Kabupaten Magelang

Kabupaten Magelang berbatasan dengan beberapa kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Semarang, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Purworejo dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Semarang dan Kabupaten Boyolali, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Wonosobo. Selain berbatasan dengan 5 kabupaten dan

(19)

1 daerah istimewa di sebelah utara, selatan, timur dan barat Kabupaten Magelang juga berbatasan dengan Kota Magelang yang terletak ditengah-tengah (gambar 1).

2.2WILAYAH ADMINISTRASI PEMERINTAHAN

Kabupaten Magelang secara administratif dibagi menjadi 21 kecamatan yang terdiri dari 367 desa dan 5 kelurahan. Luas wilayah Kabupaten Magelang kurang lebih 1.085,73 km2 (108.573 hektar) atau kurang lebih 3,34% dari luas wilayah Provinsi Jawa Tengah.Luas wilayah menurut kecamatan di Kabupaten Magelang disajikan pada grafik 2.1 sebagai berikut (dalam km2) :

Grafik 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Magelang

Tahun 2016.

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Magelang Tahun 2016 (Lampiran: Tabel 1)

Luas wilayah Kabupaten Magelang yang paling luas yaitu Kecamatan Kajoran sebesar 83,41 kilometer persegi atau 8.341 hektar. Sedangkan wilayah yang luasnya paling kecil yaitu Kecamatan Ngluwar sebesar 22,44 kilometer persegi atau 2.244 hektar. 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 N gl u w ar M u n ti lan Sal am Teg al rej o M u n gk id N gab lak Me rt o yu d an B an d o n gan C an d imu ly o Secan g Tempu ran Sr u m b u n g D u ku n B o ro b u d u r Kal ian gk ri k W in d u sar i Sal ama n Pak is Saw an gan G rab ag Kajo ran 2 2 ,4 4 2 8 ,6 1 31 ,6 3 3 5 ,8 9 3 7 ,4 43 ,8 4 5 ,3 5 4 5 ,7 9 4 6 ,9 5 4 7 ,3 4 4 9 ,0 4 5 3 ,1 8 5 3 ,4 54 ,5 5 5 7 ,3 4 6 1 ,6 5 68,8 7 6 9 ,5 6 7 2 ,3 7 7 7 ,1 6 8 3 ,4 1

(20)

2.3KONDISI DEMOGRAFI

2.3.1 Kepadatan Penduduk

Berdasarkan proyeksi laju pertumbuhan penduduk Tahun 2016 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kabupaten Magelang Tahun 2016 sebesar 1,257,123 jiwa. Jumlah penduduk menurut kecamatan di Kabupaten Magelang disajikan pada grafik 2.2 sebagai berikut:

Grafik 2.2 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Magelang Tahun 2016

Sumber: Proyeksi Penduduk BPS Kab. Magelang Tahun 2016 (Lampiran: Tabel 1)

Jumlah penduduk Kabupaten Magelang Tahun 2016 paling banyak di kecamatan Mertoyudan sebesar 114.212 jiwa. Sedangkan yang paling sedikit di kecamatan Ngluwar sebesar 31.187 jiwa.

-20.000 40.000 60.000 80.000 100.000 120.000 N gl uw ar N ga bl ak D u ku n Sal am C an d imu ly o Sr u mb u n g Te m pu ra n W ind us ar i Ka jo ra n Pak is Kal ian gk ri k Sa w ang an Teg al rej o B an d o n gan Bo ro bu du r Sal ama n M u n gk id M u n ti lan Sec an g G rab ag M er to yu d an 3 1 .1 8 7 3 8 .8 5 5 4 5 .6 1 9 4 7 .1 2 6 4 8 .3 8 6 4 8 .5 0 9 4 9. 3 9 4 4 9. 8 1 3 53 .0 8 8 5 4 .1 8 8 5 5 .2 3 3 5 7 .0 8 6 5 7 .2 7 9 5 7 .5 6 2 5 8 .5 9 9 6 9 .9 0 1 7 4 .2 1 9 7 9 .4 7 5 8 1 .4 9 7 8 5 .8 9 5 114 .21 2

(21)

Berdasarkan jumlah penduduk dan luas wilayah, maka kepadatan penduduk menurut kecamatan di Kabupaten Magelang Tahun 2016 disajikan dalam grafik 2.3 sebagai berikut:

Grafik 2.3 Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan

di Kabupaten Magelang Tahun 2016

Sumber: BPS Kab. Magelang Tahun 2016 (Lampiran: Tabel 1)

Apabila dilihat dari penyebarannya, rata-rata kepadatan penduduk di Kabupaten Magelang adalah 1.147 jiwa per kilo meter persegi. Kecamatan Muntilan merupakan wilayah yang mempunyai kepadatan penduduk paling tinggi dibandingkan dengan kecamatan yang lain sebesar 2.752 jiwa per kilometer persegi. Sedangkan yang mempunyai kepadatan penduduk paling rendah yaitu Kecamatan Kajoran sebesar 633 jiwa per kilometer persegi. Meskipun memiliki jumlah penduduk dan luas wilayah paling rendah dibandingkan 20 kecamatan yang ada di Kabupaten Magelang, Kecamatan Ngluwar memiliki kepadatan penduduk yang cukup tinggi sebesar 1.381 jiwa per kilometer persegi.

0,00 500,00 1000,00 1500,00 2000,00 2500,00 3000,00 Kajo ran Pa ki s Saw an gan W in d u sar i D u ku n N gab lak Sr u mb u n g Kal ian gk ri k Tempu ran Sal ama n C an d imu ly o B o ro b u d u r G rab ag B an d o n gan N gl u w ar Sal am Teg al rej o Secan g M u n gk id Me rt o yu d an M u n ti lan 6 3 6 ,4 7 7 7 9 ,0 1 7 8 8 ,8 1 80 8,0 0 8 5 4 ,2 9 8 8 7 ,1 0 9 1 2 ,1 7 9 6 3 ,2 5 1 0 0 7 ,2 2 1 0 1 4 ,9 7 1 0 3 0 ,5 9 1 0 7 4 ,2 3 1 1 1 3 ,2 1 1 2 5 7 ,0 9 1 3 8 9 ,8 0 1 4 8 9 ,9 1 1 5 9 5 ,9 6 1 7 2 1 ,5 3 1 9 8 4 ,4 7 2 5 1 8 ,4 6 2 7 7 7 ,8 7

(22)

2.3.2 Proporsi Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Proporsi penduduk menurut jenis kelamin di Kabupaten Magelang Tahun 2016 dapat dilihat pada diagram 2.1 sebagai berikut:

Grafik 2.4 Piramida Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur di Kabupaten Magelang Tahun 2016

Sumber : Proyeksi Penduduk BPS Kab. Magelang Tahun 2016 (Lampiran Tabel 2)

Berdasarkan grafik 2.4 dapat diketahui bahwa proporsi penduduk menurut jenis kelamin yaitu penduduk laki-laki lebih banyak yaitu sejumlah 630.821jiwa (50,18%) dibandingkan penduduk perempuan yaitu sejumlah 626.302jiwa (49,82%). Proporsi penduduk menurut kelompok umur tertinggi pada golongan umur 15 – 19 tahun.

(60.000) (40.000) (20.000) - 20.000 40.000 60.000 0 - 4 5 - 9 10 - 14 15 - 19 20 - 24 25 - 29 30 - 34 35 - 39 40 - 44 45 - 49 50 - 54 55 - 59 60 - 64 65 - 69 70 - 74 75+ Perempuan Laki-Laki

(23)

BAB III

SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Situasi derajat kesehatan masyarakat dapat tercermin dari angka morbiditas, mortalitas dan status gizi. Pada bab ini derajat kesehatan Kabupaten Magelang digambarkan melalui Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA), Angka Kematian Ibu (AKI), dan angka morbiditas beberapa penyakit.

Menurut H.L. Blum dalam Muninjaya (2004) derajat kesehatan individu / masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor yang merupakan faktor determinan (penentu) timbulnya gangguan kesehatan pada seorang individu atau kelompok masyarakat. Keempat faktor tersebut terdiri dari faktor perilaku / gaya hidup (life style) individu atau kelompok masyarakat, faktor lingkungan (sosial, ekonomi, fisik politik), faktor pelayanan kesehatan (jenis, cakupan, dan kualitasnya), dan faktor genetik (keturunan). Keempat faktor tersebut saling berinteraksi satu sama lain secara dinamis untuk mempengaruhi derajat kesehatan perorangan dan kelompok masyarakat.

Faktor-faktor tersebut tidak hanya berasal dari sektor kesehatan seperti pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan, melainkan juga dipengaruhi sektor lain seperti ekonomi, pendidikan, lingkungan sosialdan lain-lain.

3.1 ANGKA KEMATIAN

Menurut Budi Utomo dalam Mantra Ida (2003), mati merupakan peristiwa hilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara permanen, yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup. Dari definisi ini terlihat bahwa keadaan “mati” hanya bisa terjadi jika sudah terjadi kelahiran hidup. Dengan demikian keadaan mati selalu didahului oleh keadaan hidup. Dengan kata lain, mati tidak pernah ada jika tidak ada kehidupan. Sedangkan hidup selalu dimulai dengan lahir hidup (live birth).

Kematian ataumortalitas adalah salah satu dari tiga komponen proses demografi yang berpengaruh terhadap struktur penduduk. Tinggi rendahnya kematian penduduk di suatu daerah tidak hanya mempengaruhi pertumbuhan penduduk, tetapi juga merupakan barometer dari tinggi rendahnya tingkat kesehatan masyarakat di daerah tersebut.

(24)

Mortalitas merupakan angka kematian yang terjadi pada kurun waktu dan tempat tertentu yang diakibatkan oleh keadaan tertentu, dapat berupa penyakit maupun sebab lainnya. Angka kematian yang disajikan pada bab ini yaitu AKB, AKABA, dan AKI.

3.1.1 Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA)

Jumlah kelahiran dan kematian bayi, anak balita dan balita di Kabupaten Magelang Tahun 2016 tertulis dalam Tabel 3.1 sebagai berikut:

Tabel 3.1 Jumlah Kelahiran dan Kematian Bayi, Anak Balita dan Balita di Kabupaten Magelang Tahun 2016

Jumlah bayi Jumlah

Kematian Bayi Jumlah Kematian Anak Balita Jumlah Kematian Balita Lahir hidup Lahir mati Lahir hidup + Lahir Mati

17.984 111 18.095 43 20 63

Sumber: Bidang Yankes Dinas Kesehatan Kab. Magelang Tahun 2016 (Lampiran: Tabel 4 dan Tabel 5)

Jumlah bayi lahir hidup di Kabupaten Magelang Tahun 2016 adalah 17.984 bayi. Bayi lahir hidup merupakan suatu kelahiran seorang bayi tanpa memperhitungkan lamanya di dalam kandungan, dimana bayi menunjukkan tanda-tanda kehidupan misalnya bernafas, ada denyut jantung atau gerakan otot. Sedangkan jumlah bayi lahir mati adalah 111 bayi. Bayi lahir mati (still birth) merupakan kematian bayi yang cukup masanya pada waktu keluar dari rahim (berumur paling sedikit 28 minggu), tanpa menunjukkan tanda-tanda kehidupan.

Bayi mati atau kematian bayi (infant mortality) merupakan kematian setelah bayi lahir hidup hingga berumur kurang dari satu tahun. Jumlah kematian bayi di Kabupaten Magelang Tahun 2016 adalah 43 bayi. Sedangkan jumlah kematian balita yang merupakan kematian anak di bawah usia lima tahun adalah 63 balita. Jumlah kematian anak balita di Kabupaten Magelang Tahun 2016 adalah 20anak balita.

(25)

Jumlah kelahiran hidup di Kabupaten Magelang Tahun 2013-2016 berdasarkan jenis kelamin ditunjukkan pada grafik 3.1 sebagai berikut:

Grafik 3.1 Jumlah Kelahiran Hidup Berdasarkan Jenis Kelamin

di Kabupaten Magelang Tahun 2013-2016

Sumber: Bidang Yankes Dinas Kesehatan Kab. Magelang Tahun 2016 (Lampiran: Tabel 4)

Berdasarkan grafik 3.1 dapat diketahui bahwa pada Tahun 2016 di Kabupaten Magelang jumlah kelahiran hidup mengalami peningkatan dibandingkan dengan Tahun 2015. Kelahiran hidup di Kabupaten Magelang Tahun 2013-2016 menurut jenis kelamin adalah laki-laki lebih banyak daripada perempuan. Jumlah kelahiran hidup pada Tahun 2016 jenis kelamin laki-laki sebanyak 9.194 sedangkan perempuan sebanyak 8.790. 9.591 9.523 9.130 9.194 9.402 9.140 8.826 8.790 8.200 8.400 8.600 8.800 9.000 9.200 9.400 9.600 9.800 2013 2014 2015 2016 Laki-laki Perempuan

(26)

Jumlah kelahiran hidup dan jumlah seluruh kelahiran (hidup+mati) di Kabupaten Magelang pada Tahun 2013-2016 ditunjukkan pada grafik 3.2 sebagai berikut:

Grafik 3.2 Jumlah Kelahiran Hidup dan Jumlah Seluruh Kelahiran

(hidup+mati) di Kabupaten Magelang Tahun 2013-2016

Sumber : Bidang Yankes Dinas Kesehatan Kab. Magelang Tahun 2016 (Lampiran: Tabel 4)

Berdasarkan grafik 3.2 dapat diketahui bahwa pada Tahun 2016 di Kabupaten Magelang jumlah kelahiran dan lahir hidup mengalami kenaikan dibandingkan dengan Tahun 2015. Selisih antara jumlah lahir hidup dan jumlah kelahiran menunjukkan jumlah lahir mati. Sejak Tahun 2013-2016 grafiknya selalu berjalan linear, hal ini menunjukkan bahwa kualitas pelayanan persalinan sudah baik sehingga dapat menekan jumlah lahir mati.

18.993 18.663 17.956 17.984 19.117 18.778 18.041 18.095 17.200 17.400 17.600 17.800 18.000 18.200 18.400 18.600 18.800 19.000 19.200 19.400 2013 2014 2015 2016 Lahir Hidup Jumlah Kelahiran (Hidup+Mati)

(27)

Jumlah kelahiran mati di Kabupaten Magelang Tahun 2013-2016 berdasarkan jenis kelamin ditunjukkan pada grafik 3.3 sebagai berikut:

Grafik 3.3 Jumlah Kelahiran Mati Berdasarkan Jenis Kelamin

di Kabupaten Magelang Tahun 2013-2016

Sumber: Bidang Yankes Dinas Kesehatan Kab. Magelang Tahun 2016 (Lampiran: Tabel 4)

Berdasarkan grafik 3.3 dapat diketahui bahwa pada Tahun 2016jumlah kelahiran mati di Kabupaten Magelang mengalami peningkatan dibandingkan Tahun 2015. Berdasarkan jumlah kelahiran mati pada Tahun 2013-2016, bayi laki-laki lebih banyak daripada perempuan.Pada Tahun 2016 jumlah kelahiran mati jenis kelamin laki-laki sebanyak 61 sedangkan perempuan sebanyak 50.

Angka lahir mati adalah jumlah lahir mati terhadap 1.000 kelahiran (hidup+mati). Angka lahir mati di Kabupaten Magelang Tahun 2013-2016 berdasarkan jenis kelamin ditunjukkan pada grafik 3.4 sebagai berikut:

74 60 48 61 50 55 37 50 0 10 20 30 40 50 60 70 80 2013 2014 2015 2016 Laki-laki Perempuan

(28)

Grafik 3.4 Angka LahirMati Berdasarkan Jenis Kelamin

di Kabupaten Magelang Tahun 2013-2016

Sumber: Bidang Yankes Dinas Kesehatan Kab. Magelang Tahun 2016 (Lampiran: Tabel 4)

Berdasarkan grafik 3.4 dapat diketahui bahwa angka lahir mati di Kabupaten Magelang pada Tahun 2016 mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Angka lahir mati Kabupaten Magelang Tahun 2016 dengan jenis kelamin laki-laki 6,6 per 1.000 kelahiran (hidup+mati) laki-laki. Sedangkan angka lahir mati Kabupaten Magelang dengan jenis kelamin perempuan sebesar 5,7 per 1.000 kelahiran (hidup+mati) perempuan.

7,7 6,3 5,2 6,6 5,3 6,0 4,2 5,7 0,0 1,0 2,0 3,0 4,0 5,0 6,0 7,0 8,0 9,0 2013 2014 2015 2016 Laki-laki Perempuan

(29)

Sedangkan angka lahir mati (laki-laki+perempuan) di Kabupaten Magelang pada Tahun 2013-2016 ditunjukkan pada grafik 3.5 sebagai berikut:

Grafik 3.5 Angka LahirMati (laki-laki+perempuan)

di Kabupaten Magelang Tahun 2013-2016

Sumber : Bidang Yankes Dinas Kesehatan Kab. Magelang Tahun 2016 (Lampiran: Tabel 4)

Berdasarkan grafik 3.5 dapat diketahui bahwa angka lahir mati di Kabupaten Magelang pada Tahun 2016 mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Angka lahir mati Kabupaten Magelang Tahun 2016 sebesar 6,1 per 1.000 kelahiran (hidup+mati).

Angka kematian bayi (AKB) dapat didefinisikan sebagai banyaknya bayi yang meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun yang dinyatakan dalam 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. AKB merupakan indikator yang digunakan untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu banyak upaya kesehatan yang dilakukan dalam rangka menurunkan AKB.

Pemantauan kesehatan bayi sejak dalam kandungan sangat penting untuk dilakukan agar masalah pada bayi dapat diketahui sejak dini sehingga dapat dilaksanakan penatalaksanaan yang tepat.Peningkatan kualitas kesehatan ibu hamil menjadi sangat penting dilakukan untuk menekan kasus ibu hamil dengan anemia dan Kekurangan Energi Kronis (KEK) yang memiliki kontribusi terhadap terjadinya

6,5 6,1 4,7 6,1 0 1 2 3 4 5 6 7 2013 2014 2015 2016

(30)

peningkatan ketrampilan/skill petugas kesehatan dalam penatalaksanaan bayi dengan masalah kesehatan dan peningkatan sarana, pra sarana yang menunjang.

Jumlah kematian bayi di Kabupaten Magelang Tahun 2013-2016 berdasarkan jenis kelamin ditunjukkan pada grafik 3.6 sebagai berikut:

Grafik 3.6 Jumlah Kematian Bayi Berdasarkan Jenis Kelamin

di Kabupaten Magelang Tahun 2013-2016

Sumber: Bidang Yankes Dinas Kesehatan Kab. Magelang Tahun 2016 (Lampiran: Tabel 5)

Berdasarkan grafik 3.6 dapat diketahui bahwa pada Tahun 2016 di Kabupaten Magelang jumlah kematian bayi laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan perempuan. Jumlah kematian bayi laki-laki sebanyak 25 sedangkan perempuan sebanyak 18.Jumlah kematian bayi mengalami penurunan dibandingkan Tahun 2013 dan Tahun 2016.

Angka kematian bayi berjenis kelamin laki-laki Kabupaten Magelang Tahun 2016 sebesar 2,72 per 1.000 kelahiran hidup bayi laki-laki, angka kematian bayi perempuan sebesar 2,05per 1.000 kelahiran hidup bayi perempuan.

Sedangkan angka kematian bayi di Kabupaten Magelang pada Tahun 2013-2016 ditunjukkan pada grafik 3.7 sebagai berikut:

71 85 76 25 67 64 55 18 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 2013 2014 2015 2016 Laki-laki Perempuan

(31)

Grafik 3.7 Angka Kematian Bayi di Kabupaten Magelang

Tahun 2013-2016

Sumber: Bidang Yankes Dinas Kesehatan Kab. Magelang Tahun 2016 (Lampiran: Tabel 5)

Berdasarkan grafik 3.7 dapat diketahui bahwa pada Tahun 2016 di Kabupaten Magelang angka kematian bayi mengalami penurunandibandingkan dengan Tahun 2014 dan 2015. Angka kematian bayi Kabupaten Magelang pada Tahun 2016 sebesar 2,39dibawah target MDG‟s yaitu 17.

Jumlah kematian anak balita di Kabupaten Magelang Tahun 2013-2016 berdasarkan jenis kelamin ditunjukkan pada grafik 3.8 sebagai berikut:

8 8 8 2,39 17 17 17 17 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 2013 2014 2015 2016

(32)

Grafik 3.8 JumlahKematian Anak Balita Menurut Jenis Kelamin

di Kabupaten Magelang Tahun 2013-2016

Sumber: Bidang Yankes Dinas Kesehatan Kab. Magelang Tahun 2016 (Lampiran: Tabel 5)

Kematian anak balita adalah kematian yang terjadi pada anak umur 1-4 tahun. Berdasarkan grafik 3.8 dapat diketahui bahwa pada Tahun 2016 di Kabupaten Magelang jumlah kematian anak balita laki-laki dan perempuan sebanyak 20 anak balita.Jumlah kematian anak balita mengalami penurunan bandingkan Tahun 2015.

Angka kematian anak balita laki-laki di Kabupaten Magelang Tahun 2016 sebesar 1,20 per 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan angka kematian anak balita perempuan di Kabupaten Magelang Tahun 2016 sebesar 1,02 per 1.000 kelahiran hidup. Angka kematian anak balita (laki-laki dan perempuan) di Kabupaten Magelang Tahun 2016 sebesar 1 per 1.000 kelahiran hidup.

Sedangkan angka kematian anak balita di Kabupaten Magelang pada Tahun 2013-2016 ditunjukkan pada grafik 3.9 sebagai berikut:

9 10 10 11 7 10 14 9 0 2 4 6 8 10 12 14 16 2013 2014 2015 2016 Laki-laki Perempuan

(33)

Grafik 3.9 Angka Kematian Anak Balita di Kabupaten Magelang

Tahun 2013-2016

Sumber : Bidang Yankes Dinas Kesehatan Kab. Magelang Tahun 2016 (Lampiran: Tabel 5)

Berdasarkan grafik 3.9 dapat diketahui bahwa pada Tahun 2016 di Kabupaten Magelang angka kematian anak balita cederung samadibandingkan dengan Tahun 2014 dan 2015 yaitu 1 per 1.000 kelahiran hidup.

Kematian pada bayi dan juga pada anak sampai menjelang umur lima tahun relatif sangat tinggi seperti halnya mereka yang berusia lanjut. Menurut United Nation dalam Mantra Ida (2003), kematian bayi dan anak dibawah lima tahun digunakan sebagai indikator status kesehatan dan status sosial ekonomi penduduk.

Banyak sekali faktor yang dapat dikaitkan dengan kematian bayi. Kematian bayi dibedakan menjadi dua jenis yaitu endogen dan eksogen. Kematian bayi endogen adalah kematian bayi yang disebabkan oleh faktor-faktor anak yang dibawa sejak lahir, diwarisi oleh orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat dari ibunya selama kehamilan. Sedangkan kematian bayi eksogen adalah kematian bayi yang disebabkan oleh faktor-faktor yang berkaitan dengan pengaruh lingkungan luar. Dengan semakin meningkatnya usia, penyebab kematian endogen semakin berkurang dan penyebab kematian eksogen meningkat.

Kematian bayi dan anak secara umum merupakan konsekuensi akhir dari perjalanan kumulatif dengan berbagai pengalaman morbiditas dan jarang karena

1 1 1 1 0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 2013 2014 2015 2016

(34)

serangan penyakit tunggal. Ini berarti bahwa reduksi kematian melalui program-program kesehatan tidak hanya dengan memberantas penyakit-penyakit penyebab kematian tetapi harus memasukkan pula tindakan-tindakan yang mengarah kepada permasalahan yang lebih mendasar menyangkut proses morbiditas dan mortalitas secara keseluruhan misalnya faktor sosio-ekonomi.

Penanganan masalah kematian bayi dan anak dibawah lima tahun menuntut adanya kerangka konseptual tentang faktor-faktor yang mempengaruhi morbiditas dan mortalitas bayi dan anak yaitu morbiditas dan mortalitas sebagai masalah pokok, dan faktor sosial ekonomi serta variabel antara sebagai faktor-faktor yang mempengaruhinya. Termasuk dalam faktor sosial ekonomi ialah faktor-faktor yang ada dalam individu, keluarga dan masyarakat. Pengetahuan, kepercayaan, nilai-nilai, dan sumber ekonomi merupakan faktor individu dan keluarga, sedang suasana politik, ekonomi dan keamanan merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi morbiditas dan mortalitas dalam masyarakat.

Jumlah kematian balita di Kabupaten Magelang Tahun 2016 berdasarkan jenis kelamin ditunjukkan pada grafik 3.10 sebagai berikut:

Grafik 3.10 Jumlah Kematian Balita Berdasarkan Jenis Kelamin

di Kabupaten Magelang Tahun 2013-2016

Sumber: Bidang Yankes Dinas Kesehatan Kab. Magelang Tahun 2016 (Lampiran: Tabel 5) 80 95 37 36 74 74 33 27 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 2013 2014 2015 2016 Laki-laki Perempuan

(35)

Kematian balita adalah kematian yang terjadi pada balita sebelum usia lima tahun (bayi + anak balita). Berdasarkan grafik 3.10 dapat diketahui bahwa pada tahun 2016 di Kabupaten Magelang jumlah kematian balita Perempuan lebih banyak daripada Laki-laki. Jumlah kematian balita laki-laki sebanyak 36 sedangkan perempuan sebanyak 27.

Angka kematian balita adalah hasil pembagian antara jumlah anak di bawah 5 tahun yang meninggal dengan jumlah kelahiran hidup dikalikan 1.000 kelahiran hidup.Angka kematian balita laki-laki di Kabupaten Magelang Tahun 2016 sebesar 3.92 per 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan angka kematian balita perempuan di Kabupaten Magelang Tahun 2016 sebesar 3,07per 1.000 kelahiran hidup. Angka kematian balita(laki-laki dan perempuan) di Kabupaten Magelang Tahun 2016 sebesar 3,5 per 1.000 kelahiran hidup.

Sedangkan angka kematian balita di Kabupaten Magelang pada Tahun 2013-2016 ditunjukkan pada grafik 3.11 sebagai berikut:

Grafik 3.11 Angka Kematian Balita di Kabupaten Magelang

Tahun 2013-2016

Sumber: Bidang Yankes Dinas Kesehatan Kab. Magelang Tahun 2016 (Lampiran: Tabel 5) 8 9 4 3,5 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 2013 2014 2015 2016

(36)

Berdasarkan grafik 3.11 dapat diketahui bahwa pada Tahun 2016 di Kabupaten Magelang angka kematian balita mengalami penurunan dibandingkan dengan Tahun 2015 dan 2014.

Angka kematian balita merupakan salah satu target dalam tujuan dari MDGs ke 4 yaitu penurunan angka kematian anak dan juga merupakan salah satu indikator untuk mencapai target MDGs ke 5 yaitu menurunkan angka kematian balita (AKABA) sebesar dua-pertiganya dalam kurun waktu 1990-2016. Target angka kematian balita pada Tahun 2016 dalam MDGs yaitu 23 per 1.000 kelahiran hidup, hal ini berarti angka kematian balita Kabupaten Magelang Tahun 2016 dibawah target maksimal MDGs.

3.1.2 Angka Kematian Ibu Maternal

Menurut Budi Utomo dalam Mantra Ida (2003), kematian ibu merupakan kematian perempuan pada saat hamil atau kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan atau tempat persalinan, yakni kematian yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh dan lain-lain. Tabel 3.2 menunjukkan kematian ibu maternal di Kabupaten Magelang Tahun 2016 sebagai berikut:

Tabel 3.2 Jumlah dan Angka Kematian Ibu Maternal per 100.000 Kelahiran Hidup di Kabupaten Magelang Tahun 2016

Jumlah kematian ibu maternal

Angka Kematian Ibu Maternal Kematian Ibu hamil Kematian Ibu bersalin Kematian Ibu nifas Jumlah 1 1 11 13 72,29

Sumber : Bidang Yankes Dinas Kesehatan Kab. Magelang Tahun 2016 (Lampiran: Tabel 6)

Jumlah kematian ibu maternal di Kabupaten Magelang Tahun 2016 sebesar 13 kasus.Hal ini terjadi pada saat kehamilan (1 kasus), bersalin (1 kasus), dan nifas (11 kasus).Angka kematian ibu merupakan salah satu indikator penting dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat. Selain itu Angka kematian ibu juga dapat digunakan dalam pemantauan kematian terkait dengan kehamilan. Indikator ini

(37)

dipengaruhi status kesehatan secara umum, pendidikan, dan pelayanan selama kehamilan dan melahirkan. Sensitifitas Angka kematian ibu terhadap perbaikan pelayanan kesehatan menjadikannya indikator keberhasilan pembangunan sektor kesehatan.

Angka kematian ibu maternal (AKI) adalah banyaknya kematian perempuan pada saat hamil atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan tempat persalinan, yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, dan bukan karena sebab-sebab lain, per 100.000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu dapat diperoleh melalui berbagai studi yang dilakukan secara khusus untuk mengetahui tingkat kematian ibu seperti survei di rumah sakit dan beberapa survei di masyarakat dengan cakupan wilayah yang terbatas.

Angka kematian ibu mengacu pada jumlah kematian ibu yang terkait dengan masa kehamilan, persalinan, dan nifas. Survei demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2007 menyebutkan bahwa Angka kematian ibu untuk periode 5 tahun sebelum survei(2003-2007) sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup.

Angka kematian ibu maternal di Kabupaten Magelang Tahun 2016menunjukkan angka 72,29 hal ini berarti terdapat72 kematian ibu maternal setiap 100.000 kelahiran hidup. Angka kematian Ibu di Kabupaten Magelang Tahun 2002-2016ditunjukkan pada grafik 3.12 sebagai berikut:

Grafik 3.12 Angka Kematian Ibu Maternal per 100.000 Kelahiran Hidup

Tahun 2002-2016 di Kabupaten Magelang

Sumber: Bidang Yankes Dinas Kesehatan Kab. Magelang Tahun 2016 (Lampiran ; Tabel 6) 102,45 102,34 76,56 72,88 62,87 59,82 59,2 121,01 110,27 109,8 65,5 57,9 75 56 72,29 0 20 40 60 80 100 120 140 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Angka Kematian Ibu Maternal Target MDG's

(38)

Berdasarkan grafik 3.12 dapat diketahui bahwa angka kematian ibu maternal di Kabupaten Magelang Tahun 2016 mengalami kenaikan dibandingkan Tahun 2015 yaitu mencapai 72,29 per 100.000 kelahiran hidup. Kematian tersebutterjadi pada saat kehamilan (1 kasus), bersalin (1 kasus), dan nifas (11 kasus). Dibandingkan dengan target MDG‟s 2016 sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup Kabupaten Magelang sudah dapat memenuhi target pada Tahun 2016.

Kematian Ibu banyak terjadi pada umur produktif (20 s/d 34 tahun) 70%, dan usia ≥ 35 tahun mencapai 30%. Sedemikian kompleknya permasalahan yang berkontribusi pada kematian ibu, memerlukan upaya yang cukup keras untuk menanggulanginya. Hal ini dimaksudkan agar pada usia produktif tersebut dapat dimanfaatkan oleh para ibu untuk berperan dalam masyarakat dan keluarganya.

Informasi mengenai angka kematian ibu maternal akan bermanfaat untuk memacu perkembangan peningkatan kesehatan reproduksi, terutama pelayanan kehamilan dan membuat kehamilan yang aman dan bebas risiko tinggi (making pregnancy safer), program peningkatan jumlah kelahiran yang dibantu oleh tenaga kesehatan, penyiapan sistem rujukan dalam penanganan komplikasi kehamilan, penyiapan keluarga dan suami siaga dalam menyongsong kelahiran. Semua upaya tersebut bertujuan untuk lebih menurunkan angka kematian ibu maternal dan meningkatkan derajat kesehatan reproduksi.

3.2 ANGKA KESAKITAN

Angka kesakitan merupakan salah satu indikator yang menggambarkan derajat kesehatan masyarakat. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan akibat penyakit serta mencegah terjadinya penyebaran penyakit menular. Selain itu juga untuk mengurangi dampak sosial sehingga tidak menjadi masalah kesehatan di masyarakat. Upaya tersebut diprioritaskan pada bayi, balita, ibu serta kelompok usia kerja.

3.2.1 Penyakit Tuberculosis Paru (TB Paru)

Tuberculosis (TB) merupakan suatu penyakit menular yang disebabkan kuman mycobacterium tuberculosis. Kuman tersebut biasanya masuk ke dalam tubuh

(39)

manusia melalui udara pernafasan ke dalam paru, kemudian kuman tersebut dapat menyebar dari paru ke bagian tubuh lain melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfa, melalui saluran pernafasan (bronchus) atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya. Penyakit ini dapat menyebar melalui droplet orang yang telah terinfeksi basil TB. Bersama dengan malaria dan HIV/AIDS, TB menjadi salah satu penyakit yang pengendaliannya menjadi komitmen global dalam MDG‟s.

Salah satu indikator yang digunakan dalam pengendalian TB adalah case detection rate (CDR), yaitu porposi jumlah pasien baru BTA positif yang ditemukan dan diobati terhadap jumlah pasien baru BTA positif yang diperkirakan ada dalam wilayah tersebut.

Tujuan utama pengendalian TB Paru adalah

1. Menurunkan insidens TB Paru pada Tahun 2016

2. Menurunkan prevalensi TB Paru dan angka kematian akibat TB Paru menjadi setangahnya pada Tahun 2016 dibandingkan Tahun 1990

3. Sedikitnya 70% kasus TB Paru BTA+ terdeteksi dan diobati melalui

program DOTS (Directly Observed Treatment Shortcource

Chemotheraphy) atau pengobatan TB Paru dengan pengawasan langsung oleh Pengawas Minum/Menelan Obat (PMO)

4. Sedikitnya 85% tercapai succes rate

DOTS adalah strategi penyembuhan TB Paru jangka pendek dengan pengawasan secara langsung. Dengan menggunakan strategi DOTS, maka proses penyembuhan TB Paru dapat berlangsung secara cepat. DOTS menekankan pentingnya pengawasan terhadap penderita TB Paru agar menelan obatnya secara teratur sesuai ketentuan sampai dinyatakan sembuh. Strategi DOTS memberikan angka kesembuhan yang tinggi, dapat mencapai 95%. Strategi DOTS direkomendasikan oleh WHO secara global untuk menanggulangi TB Paru.

3.2.2 Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)

Pneumonia merupakan infeksi akut yang mengenai jaringan paru (alveoli). Infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus maupun jamur. Pneumonia juga dapat terjadi akibat kecelakaan karena menghirup cairan atau bahan kimia. Populasi yang rentan terserang Pneumonia adalah anak-anak usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut

(40)

lebih dari 65 tahun, atau orang yang memiliki masalah kesehatan (malnutrisi, gangguan imunologi). Pneumonia merupakan penyebab kematian balita peringkat pertama pada Surkenas 2001. ISPA sebagai penyebab utama kematian pada bayi dan balita yang merupakan penyakit akut dan perlu penatalaksanaan tepat. Balita penderita Pneuomonia di Kabupaten Magelang terdapat pada tabel 3.3 sebagai berikut:

Tabel 3.3 Balita Penderita Pneumonia ditangani di Kabupaten Magelang Tahun 2016 Jumlah Balita Perkiraan Kasus Pneumonia Balita Balita Pneumonia Ditemukan/Ditangani % Balita Pneumonia Ditemukan/Ditangani 92.248 9.225 7.070 76,64

Sumber: Bidang P2PL Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2016 (Lampiran: Tabel 10)

Perkiraan kasus Pneumonia balita di Kabupaten Magelang Tahun 2016 sebanyak 9.225 kasus. Jumlah balita Pneumonia yang ditemukan/ditangani sebanyak 7.070 (76,64%).

Hasil survey mortalitas subdit ISPA pada Tahun 2005 di 10 provinsi di Indonesia diketahui bahwa pneumonia merupakan penyebab kematian bayi terbesar di Indonesia, sebanyak 22,3% dari seluruh kematian bayi. Survei yang sama juga menunjukkan bahwa pneumonia merupakan penyebab kematian terbesar pada anak balita yaitu 23,6%. Studi mortalitas Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa proporsi kematian pada bayi (post neonatal) karena pneumonia sebesar 23% dan pada anak balita sebesar 15,5%.

Program pemberantasan penyakit ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2 golongan yaitu pneumonia dan bukan pneumonia. Pneumonia dibagi atas derajat beratnya penyakit yaitu pneumonia berat dan pneumonia tidak berat. Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia. Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini adalah virus dan tidak dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang ditemukan pada balita. Bila ditemukan harus

(41)

diobati dengan antibiotik penisilin, semua radang telinga akut harus mendapat antibiotik.

Program pengendalian ISPA menetapkan bahwa semua kasus yang ditemukan harus ditatalaksanakan sesuai standar, dengan demikian angka penemuan kasus pneumonia juga menggambarkan penatalaksanaan kasus ISPA.

3.2.3 Penyakit HIV/AIDS

HIV/AIDS disebabkan oleh infeksi virus Human Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh yang menyebabkan penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh sehingga sangat mudah untuk terinfeksi berbagai macam penyakit lain. Penyakit ini ditularkan melalui cairan tubuh penderita yang terjadi melalui proses hubungan seksual, transfusi darah, penggunaan jarum suntik yang terkontaminasi secara bergantian, dan penularan dari ibu ke anak dalam kandungan melalui plasenta dan kegiatan menyusui.

Menurut Tuti Parwati (1996), AIDS didefinisikan sebagai suatu sindrom atau kumpulan gejala penyakit dengan karakteristik defisiensi kekebalan tubuh yang berat

dan merupakan manifestasi stadium akhir infeksi virus “HIV (Human

Immunodeficiency Virus)”. Kasus HIV di Kabupaten Magelang pada Tahun 2016 adalah 62 orang yang terdiri dari 55 orang laki-laki dan 7 orang perempuan.

Upaya pelayanan kesehatan dalam rangka penanggulangan HIV/AIDS disamping ditunjukkan pada penanganan penderita yang ditemukan juga diarahkan pada upaya pencegahan melalui penemuan penderita secara dini yang dilanjutkan dengan kegiatan konseling.

Upaya penemuan penderita dilakukan melalui skrining HIV/AIDS terhadap darah donor, pemantauan pada kelompok berisiko penderita Penyakit Menular Seksual (PMS) seperti wanita penjaja seks, penyalahguna obat dengan suntikan (IDU‟s), penghuni Lapas atau sesekali dilakukan penelitian kelompok berisiko rendah seperti ibu rumah tangga dan sebagainya.

Dalam perjalanan penyakit dari HIV positif menjadi AIDS dikenal istilah “window periods”, yang tidak diketahui dengan pasti periodisasinya sehingga kelompok ini menjadi sangat potensial dalam menularkan penyakit. Pada kelompok ini di samping dilakukan pengobatan, yang lebih utama adalah dilakukan konseling

(42)

untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam ikut aktif mencegah terjadinya penularan lebih lanjut.

3.2.4 Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)

Penderita DBD merupakan seseorang yang mengalami demam tinggi mendadak terus-menerus berlangsung 2-7 hari tanpa sebab yang jelas, tanda-tanda perdarahan dari atau pembesaran hati, serta hasil pemeriksaan laboratorium dinyatakan positif DBD. Pada Tahun 2016 di Kabupaten Magelang ditemukan 408 kasus DBD.

Setiap Puskesmas di Kabupaten Magelang pada Tahun 2016 mempunyai jumlah kasus DBD yang berbeda-beda. Hal ini ditunjukkan pada grafik 3.13 sebagai berikut:

Grafik 3.13 Jumlah Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) Setiap Puskesmas di Kabupaten Magelang Tahun 2016

Sumber: Bidang P2PL Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2016 (Lampiran: Tabel 21)

Dari seluruh puskesmas (29 puskesmas) di Kabupaten Magelang pada Tahun 2016 puskesmas Mungkid ditemukan paling banyak kasus DBD sebesar 75kasus.

Penyakit DBD merupakan salah satu penyakit yang perjalanan penyakitnya cepat dan dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat. Penyakit ini

0 10 20 30 40 50 60 70 80 N ga bl ak Sa w ang an II K aj ora n II W indus ari K aj or an I G ra ba g II Sa w ang an I P ak is Srumbung Sala m an I Sa la ma n I I K al ia ng kri k G ra ba g I B andongan Teg al re jo Sec ang I K ot a M ung ki d Sec ang II D u kun C andi mul yo M er toy uda n I I N gl uw ar Tempur an M unt ila n I Sa la m B o ro bu du r M er toy uda n I M unt ila n I I M ung ki d 0 1 1 1 2 2 3 4 5 6 6 6 8 9 9 10 11 11 13 1416 17 17 24 38 40 50 64 75

(43)

merupakan penyakit menular yang sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) di Indonesia.

Upaya pemberantasan DBD terdiri dari 3 hal antara lain:

1. Peningkatan kegiatan surveilans penyakit dan surveilans vektor 2. Diagnosis dini dan pengobatan dini

3. Peningkatan upaya pemberantasan vektor penular penyakit DBD

Upaya pemberantasan vektor ini yaitu dengan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan pemeriksaan jentik berkala. Keberhasilan kegiatan PSN antara lain dapat diukur dengan Angka Bebas Jentik (ABJ). Apabila ABJ lebih atau sama dengan 95% diharapkan penularan DBD dapat dicegah atau dikurangi.

Metode yang tepat guna untuk mencegah DBD adalah Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui 3M plus (Menguras, Menutup dan Mengubur) plus menabur larvasida, penyebaran ikan pada tempat penampungan air serta kegiatan-kegiatan lainnya yang dapat mencegah/memberantas nyamuk Aedes berkembang biak.

ABJ sebagai tolok ukur upaya pemberantasan vektor melalui PSN-3M menunjukkan tingkat partisipasi masyarakat dalam mencegah DBD. Oleh karena itu pendekatan pemberantasan DBD yang berwawasan kepedulian masyarakat merupakan salah satu alternatif pendekatan baru.

Surveilans vektor dilakukan melalui kegiatan pemantauan jentik oleh petugas kesehatan maupun juru/kader pemantau jentik (Jumantik/Kamantik). Pengembangan sistem surveilans vektor secara berkala perlu terus dilakukan terutama dalam kaitannya dengan perubahan iklim dan pola penyebaran kasus.

3.2.5 Penyakit Diarrhe (Diare)

Diare merupakan penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan konsistensi feses selain dari frekuensi buang air besar. Seseorang dikatakan menderita diare bila feses lebih berair dari biasanya, atau buang air besar tiga kali atau lebih, atau buang air besar yang berair tetapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam.

Pada Tahun 2016 di Kabupaten Magelang masih ditemukan beberapa kasus diare yang ditunjukkan pada tabel 3.4 sebagai berikut:

(44)

Tabel 3.4 Diare Ditangani di Kabupaten Magelang Tahun 2016

Jumlah Perkiraan Kasus Diare

Jumlah Kasus Diare

Ditangani % Diare Ditangani

26.902 19.645 73

Sumber: Bidang P2PL Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2016 (Lampiran: Tabel 13)

Perkiraan kasus diare pada Tahun 2016 sebanyak 26.902.Jumlah kasus diare yang ditangani sebanyak 19.645 (73%).

Peningkatan cakupan penemuan penderita diare penting adanya. Hal ini dikarenakan dengan meningkatnya penemuan cakupan berarti semakin banyak kasus diare ditemukan sehingga diharapkan mengurangi kasus kematian akibat terlambatnya penanganan kasus diare.

Jumlah kasus penderita diare yang ditangani di setiap puskesmas Kabupaten Magelang Tahun 2016 ditunjukkan pada grafik 3.14 sebagai berikut:

Grafik 3.14 Jumlah Penderita Diare Yang Ditangani Di Setiap Puskesmas di Kabupaten Magelang Tahun 2016

Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2016 (Lampiran: Tabel 13)

Berdasarkan grafik 3.14 dapat diketahui penyebaran kasus diare yang dapat ditangani di Kabupaten Magelang Tahun 2016.

0 500 1000 1500 2000 2500 Sa wa n ga n II K alia n gkr ik Sa wa n ga n I K aj o ra n II K o ta Mu n gkid Se ca n g I I Se ca n g I Sr u mb u n g Ka jo ra n I C an d imu lyo Pa kis Te mp u ra n N ga b la k Me rt o yu d an I Mu n tila n II W in d u sa ri Me rt o yu d an II Te ga lr ej o Bo ro b u d u r Gr ab ag II Gr ab ag I N glu wa r Sa la m Sa la ma n II D u ku n M u n til an I Mu n gkid Ba n d o n ga n Sa la ma n I 453 469 474 474 494 503 514 524 542 545 550 555 564 572 574 591 604 620 623 633 663 664 742 746 813 874 927 1040 2298

(45)

3.2.6 Penyakit Malaria

Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang upaya pengendaliannya menjadi komitmen global dalam Millenium Development Goals (MDG‟s). Malaria disebabkan oleh hewan bersel satu (protozoa) Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles.

Pada Tahun 2016 penderita malaria dengan pemeriksaan sedian darah (positif) sebanyak 108.Semua kasus malaria tersebut tidak ada kematian sehingga Case Fatality Rate (CFR) adalah 0.

Di Indonesia meningkatnya jumlah penderita malaria dan terjadinya kejadian luar biasa malaria sangat berkaitan erat dengan beberapa hal sebagai berikut:

1. Adanya perubahan lingkungan yang berakibat meluasnya tempat perindukan nyamuk penular malaria.

2. Mobilitas penduduk yang cukup tinggi.

3. Perubahan iklim yang menyebabkan musim hujan lebih panjang dari musim kemarau

4. Krisis ekonomi yang berkepanjangan memberikan dampak pada daerah-daerah tertentu dengan adanya masyarakat yang mengalami gizi buruk sehingga lebih rentan untuk terserang malaria

5. Tidak efektifnya pengobatan karena terjadi Plasmodium falciparum resisten klorokuin dan meluasnya daerah resisten

6. Menurunnya perhatian dan kepedulian masyarakat terhadap upaya

penanggulangan malaria secara terpadu

Pemberantasan malaria digalakkan melalui gerakan masyarakat yang dikenal dengan Gerakan Berantas Kembali Malaria atau “Gebrak Malaria” telah dicetuskan pada Tahun 2000. Gerakan ini merupakan embrio pengendalian malaria yang berbasis kemitraan dengan berbagai sektor dengan slogan “Ayo Berantas Malaria”

Pengendalian malaria di Indonesia tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 293/MENKES/SK/IV/2009 tanggal 29 April 2009 tentang eliminasi malaria di Indonesia bertujuan untuk mewujudkan masyarakat hidup sehat yang terbebas dari penularan malaria secara bertahap sampai

(46)

Tahun 2030. Pulau jawa merupakan salah satu sasaranwilayah eliminasi yang akan dilaksanakan pada Tahun 2016.

3.2.7 Penyakit Kusta

Kusta merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium leprae. Penatalaksanaan kasus yang buruk dapat menyebabkan kusta menjadi progresif, kerusakan permanen pada kulit, saraf, anggota gerak, dan mata. Diagnosa kusta dapat ditegakkan dengan adanya kondisi sebagai berikut:

a. Kelainan pada kulit (bercak) putih atau kemerahan disertai mati rasa

b. Penebalan saraf tepi yang disertai gangguan fungsi saraf berupa mati rasa dan kelemahan/kelumpuhan otot

c. Adanya kuman tahan asam di dalam kerokan jaringan kulit (BTA positif) Kabupaten Magelang pada Tahun 2016terdapat kasus kusta yang tercatat antara lain 15 kasus penyakit kusta MB. Sedangkan pada Tahun 2016 Kabupaten Magelang penderita kusta (MB) yang telah selesai berobat sebanyak 13 orang.

3.2.8 Penyakit Menular yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi

Penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) antara lain Difteri, Pertusis, Tetanus, Tetanus Neonatorum, Campak, Polio, Hepatitis B. Tetanus Neonatorum (TN) disebabkan oleh basil Clostridium tetani, yang masuk ke tubuh melalui luka. Penyakit ini menginfeksi bayi baru lahir yang salah satunya disebabkan oleh pemotongan tali pusat dengan alat yang tidak steril. Kasus TN banyak ditemukan di negara berkembang khususnya denga cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan yang rendah.

Campak merupakan salah satu penyakit PD3I yang disebabkan oleh virus campak. Sebagian besar kasus campak menyerang anak-anak. Penularan dapat terjadi melalui udara yang telah terkontaminasi oleh sekret orang yang telah terinfeksi.

Penyakit difteri disebabkan oleh infeksi bakteri Corynebacterium diphtheriae yang menyerang sistem pernafasan bagian atas. Penyakit ini memiliki gejala sakit leher, demam ringan, sakit tekak. Difteri kerap ditandai dengan tumbuhnya membran kelabu yang menutupi tonsil serta bagian saluran pernafasan.

(47)

Polio merupakan salah satu penyakit menular yang termasuk ke dalam PD3I yang disebabkan oleh virus yang menyerang sistem syaraf hingga penderita mengalami kelumpuhan. Penyakit yang pada umumnya menyerang anak berumur 0-3 tahun ini ditandai denga munculnya demam, lelah, sakit kepala, mual, kaku leher dan sakit di tungkai dan lengan.

Jumlah kasus penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) di Kabupaten Magelang Tahun 2016ditunjukkan di tabel 3.5 sebagai berikut:

Tabel 3.5 Jumlah Kasus Penyakit Menular yang Dapat Dicegah

denganImunisasi (PD3I) di Kabupaten Magelang Tahun 2016

Jumlah Kasus PD3I

Difteri Pertusis Tetanus Tetanus

neonatorum Campak Polio Hepatitis B

0 0 0 0 0 0 0

Sumber: Bidang P2PL Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2016 (Lampiran: Tabel 19-20)

Berdasarkan tabel 3.5 diketahui bahwa ada beberapa penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) yaitu defteri, pertusis, tetanus, tetanus neonatarum, campak, polio dan hepatitis B. Dari beberapa penyakit menular tersebut, di Kabupaten Magelang pada Tahun 2016 tidakditemukan kasus PD3I.

3.2.9 Penyakit Filariasis

Penyakit filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit berupa cacing filaria, yang terdiri dari Wucheria brancrofi, Brugia malayi, Brugia timori. Penyakit ini menginfeksi jaringan limfe (getah bening). Filariasis menular melalui gigitan nyamuk yang mengandung cacing filaria dalam tubuhnya. Dalam tubuh manusia, cacing tersebut tumbuh menjadi cacing dewasa dan menetap di jaringan limfe sehingga menyababkan pembengkakan di lengan dan organ genital.Pada Tahun 2016 di Kabupaten Magelang tidak terdapat kasus filariasis.

(48)

3.3 STATUS GIZI

Status gizi masyarakat merupakan salah satu indikator untuk mengukur derajat kesehatan penduduk di Kabupaten Magelang . Pemantauan status gizi mulai dilaksanakan sejak bayi. Bayi sampai umur 28 hari merupakan golongan umur yang memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi risiko tersebut antara lain dengan melakukan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi dan pelayanan kesehatan pada neonatus (0–28hari) minimal tiga kali, yaitu pada 6 jam–48jam setelah lahir; pada hari ke 3–7hari, dan hari ke 8–28 hari.

Dalam melaksanakan pelayanan neonatal, petugas kesehatan di samping melakukan pemeriksaan kesehatan bayi juga melakukan konseling perawatan bayi kepada ibu. Pelayanan tersebut meliputi pelayanan kesehatan neonatal dasar (tindakan resusitasi, pencegahan hipotermia, pemberian ASI dini dan eksklusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata, tali pusat, kulit dan pemberian imunisasi), pemberian vitamin K, Manajemen Terpadu Balita Muda (MTBM), dan penyuluhan perawatan neonatus di rumah menggunakan buku KIA. Cakupan kunjungan neonatus dan bayi di Kabupaten Magelang pada Tahun 2016 ditunjukkan pada tabel 3.6 sebagai berikut:

Tabel 3.6 Cakupan Kunjungan Neonatus dan Bayi di Kabupaten Magelang Tahun 2016 KN1 % KN1 KN3 (Lengkap) % KN3 (Lengkap) Kunjungan Bayi (Minimal 4 Kali) % Kunjungan Bayi (Minimal 4 Kali) 17.904 99,6 17.596 97,8 17.296 96,2

Sumber: Bidang YANKES Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2016 (Lampiran: Tabel 38 dan 40)

Berdasarkan tabel 3.6 diketahui bahwa kunjungan neonatus 1 (KN1) sebanyak 17.904 kunjungan. Persentase kunjungan neonatus 1 merupakan perbandingan KN1 dengan jumlah bayi lahir hidup. Persentase KN1 pada Tahun 2016 di Kabupaten Magelang sebesar 99,6%. KN1 laki-laki sebanyak 9.112 kunjungan (99,1%), sedangkan perempuan sebanyak 8.792 kunjungan (100%).

Gambar

Grafik 2.4   Piramida Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur  di Kabupaten Magelang Tahun 2016
Grafik  3.5  Angka LahirMati (laki-laki+perempuan)
Grafik 3.13   Jumlah  Kasus  Demam  Berdarah  Dengue  (DBD)  Setiap  Puskesmas di Kabupaten Magelang Tahun 2016
Grafik 3.14  Jumlah Penderita Diare Yang Ditangani Di Setiap Puskesmas  di Kabupaten Magelang Tahun 2016
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pemeriksaan visus, pemeriksaan funduskopi untuk melihat pembuluh darah, pemeriksaan lainnya untuk pemeriksaan penyakit sistemik.. Pada pemeriksaan funduskopi didapatkan akan

Pendekatan data pasar mempertimbangkan penjualan dari properti sejenis atau pengganti dan  data  pasar  yang  terkait,  serta  menghasilkan  estimasi  nilai 

Pengujian ketiga menggunakan tanah sawah yang meletakan sensor soil moisture probe pada tanah sawah yang telah di tempatkan pada wadah gelas plastik, pengujian

Pelaksanaan tugas pokok Guru BK di SMA Ne- geri di wilayah Jakarta Pusat berdasarkan evaluasi diri (self-asessment) yang terdiri dari dimensi per- encanaan layanan BK,

Desa Mandiri atau yang disebut Desa Sembada adalah Desa Maju yang memiliki kemampuan melaksanakan pembangunan Desa untuk peningkatan kualitas hidup dan

Untuk meningkatkan kepatuhan pajak, Direktorat Jenderal Pajak telah melakukan upaya mengoptimalkan pelayanan dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat

Diklat Pengelolaan Arsip Statis bertujuan untuk memberikan pembekalan kepada peserta dalam mengelola arsip statis yakni arsip yang dihasilkan oleh pencipta arsip karena

Menetapkan rute dan penyelenggara angkutan udara perintis untuk penumpang serta penyelenggara dan lokasi subsidi angkutan bahan bakar minyak (BBM) pesawat udara penumpang tahun