• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - IKO HAMBALDA BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA - IKO HAMBALDA BAB II"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1) Asuhan keperawatan Pasien HalusinasI

A. Definisi

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana klien mengalami perubahan persepsi sensori, seperti merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan. Klien merasakan stimuluss yang sebetulnya tidak ada. Selain itu perubahan persepsi sensori : halusinasi bisa juga di artikan sebagai persepsi sensori tentang suatu objek, gambaran dan pikiran yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar meliputi semua sistem penginderaan (pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan atau pengecapan )(Nitra fitria revisi 2012)

Halusinasi adalah hilang kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai contoh Klien mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang yang berbicara(Farida Kusumawati dan Yudi Hartono 2010)

(2)

B. Proses Terjadinya Halusinasi(kusumawati dan Yudi Hartono 2010):

Halusinasi berkembang melalui empat fase , yaitu sebagai berikut.

Fase Pertama

Disebut juga dengan fase comforting yaiitu fasee menyenangkan. Padaa tahap ini masuk dalam golongan nonpsikotik, Karakteristik : Klien mengalami stress, cemas, perasaan perpisahan, rasa bersalah, kesepian yang memuncak dan tidak dapat di selesaikan, Klien mulai melamun dan memikirkan hal hal yang menyenangkan, cara ini hanya menolong sementara.

Perilaku Klien : Tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, respon verbal yang lambat jika sedang asik dengan halusinasinya, dan suka menyendiri.

Fase kedua

Disebut dengan fase Condeming atau ansietas berat yaitu halusinasi menjadi menjijikan. Termasuk dalam psikotik ringan. Karakteristik : Pengalaman sensori yang menjijikan dan menakutkan , rasa cemas yang meningkat, melamun dan berpikir sendiri menjadi dominan. Mulai merasakan ada bisikan yang tidak jelas. Klien tidak ingin orang lain tahu. Dan ia tetap dapat mengontrolnya.

Perilaku Klien : Meningkatnya tanda-tanda system saraf otonomseperti peningkatan denyut jantung dan tekanan darah, Klien asik dengan halusinasinya dan tidak dapat membedakan realitas.

Fase Ketiga

(3)

Perilaku Kien : kemauan di kendalikan halusinasi, rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik. Tanda-tanda fisik berupa Klien berkeringat, tremor dan tidak mampu mematuhi perintah.

Fase Keempat

Adalah fase conquering atau panic yaitu pasien lebur pada halusinasinya, termasuk dalam psikotik berat.

Karakteristik : Halusinasi berubah menjadi mengancam , memerintah dan memarahi klien . Klien menjadi takut, tidak berdaya, hilang control, dan tidak dapat berhubungan secara nyata dengan orang lain dan lingkungan.

Perilaku Klien : Perilaku terror karena panik, potensi bunuh diri perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri atau katatonik, tidak mampu merespon terhadap perintah kompleks, dan tidak mau merespon lebih dari satu orang.

C. Jenis dan Tanda-tanda Halusinasi

Menarik diri, tersenyum sendiri, duduk terpaku, bicara sendiri, memandang satu arah, menyerang, tiba-tiba marah dan gelisah.

Jenis-jenis halusinasi adalah sebagai berikut(kusumawati dan Yudi Hartono 2010)

1. Halusinasi pendengaran mendengarkan suara atau kebisingan yang kurang

jelas ataupun jelas dimanapun suara-suara tersebut seperti mengajak berbicara klien dan kadang-kadang mengajak klien untuk memerintah melakukan sesuatu

(4)

3. Halusinasi Penghidung : mencium bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, feses, parfum atau bau yang lain. Ini sering terjadi pada orang pasca serangan stroke, kejang atau dimensia

4. Halusinasi Pengecapan : Mersasa mengecap seperti darah, urin, feses, atau yang lainya.

5. Halusinasi Perabaan : Merasa mengalami nyeri, rasa tersetrum atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas

6. Halusinasi Cenesthetic : Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri. Pencernaan makanan atau pembentukan urine.

7. Halusinasi Kinestetika : Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak

D. Faktor predisposisi

Faktor predisposisi adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah faktor yang dapat di bangkitkan oleh indivudu untuk mengatasi stress. Diperoleh baik dari klien maupun keluarganya . faktor predisposisi dapat meliputi faktor perkembangan, sosiokultural, biokimia, psikologis dan genetik.

 Faktor Perkembangan

sJika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan interpersonal terganggu, maka individu akan mengalami stres dan kecemasan

 Faktor Sosiokultural

Berbagai faktor masyarakat dapat dapat menyebabkan seseorang merasa disingkirkan, sehingga orang tersebut merasa tersingkirkan, sehingga orang tersebut merasa kesepian dilingkungan yang membesarkanya

 Faktor Biokimia

(5)

akan mengeluarkan zat yang bersifat halusinogenik neurokimia seperti buffofenon dan dymetrytranferase(DMD)

 Faktor Psikologis

Hubungan interpersonal yang tidak harmonis serta adanya peran ganda bertentangan yang sering diterima oleh seseorang akan mengakibatkan stress dan kecemasan yang tinggi dan berakhir pada gangguan orientasi realitas.

 Faktor Genetik

Gen yang berpengaruh dalam skizofrenia brlum diketahui, tetapi hasil studi menunjukan bahwa faktor kelurga menunjukan hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.

E. Faktor Presipitasi

Faktor presipitasi yaitu stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai tantangan, ancaman atau tuntutan yang memerlukan energi ekstra untuk menghadapimya. Adanya rangsangan dari linkungan, seperti partisipasi klien dalam kelompok, terlalu lama tidak diajak komunikasi, objek yang ada dilingkungan dan juga suasana sepi terisolasi sering menjadi pencetus terjadinya halusinasi. Hal tersebut dapat meningkatkan stress dan kecemasan yang merangsan tubuh mengeluarkan zat halusiuigenik.

F. Perilaku

(6)

G. Sumber Koping

Sumber koping merupakan suatu evaluasi terhadap pilihan koping dan strategi seseorang. Individu dapat mengatasi stres dan ansietas dengan menggunakan sumber koping yang ada di lingkungannya. Sumber koping tersebut dijadikan sebagai modal untuk menyelesaikan masalah. Dukunga social dan budaya dapat membantu seseorang mengintregasikan pengalaman yang menimbulakan stres dan mengadopsi strategi koping yang efektif.

H. Mekanisme Koping

Mekanisme koping merupakan tiap upaya yang di arahkan pada pengendalian stres, termasuk upaya penyelesaian masalah secara langsung dan mekanisme pertahanan lain yang digunakan untuk melindungi diri.

I. Psikopatologis

(7)

2) Pengkajian

Masalah keperawatan : perubahan persepsi sensori : halusinasi

Subyektif :

 Klien mengatakan mendengar sesuatu.  Klien mengatakan melihat bayangan putih  Klien mengatakan dirinya seperti disengat listrik

 Klien seperti mencium bau bauan tidak sedap seperti feses  Klien mengatakan kepalannya melayang di udara

 Klien mengatakan seperti ada yang berbeda dengan dirinya

Obyektif:

 Klien terlihat seperti berbicara sendiri atau tertawa sendiri saat dikaji  Bersikap seperti mendengarkan sesuatu

 Berhenti berbicara di tengah-tengah kalimat untuk mendengarkan

sesuatu  Disorientasi  Kurang aktivitas  melamun

 Pikiran cepat berubah

3) Diagnosa keperawatan

Perubahan persepsi sensori: halusinasi

4) Rencana Tindakan Keperawatan

TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya

TUK 2: Klien dapat mengenal halusinasinya

(8)

2. Waktu munculnya halusinasi : waktu sebelum tidur, pagi hari, saat sediri atau saat makan

3. Frekuensi : seberapa banyak halusinasi muncul dalam satu hari.

4. Hal yang menimbulkan halusinasi muncul: saat sendirian, saat melamun, dan saat klien marah

TUK 3 : Klien dapat mengontrol halusinasinya

Beberapa cara untuk mengontrol halusinasinya adalah sebagai berikut.

1. Identifikasi cara klien yang di lakukan klien untuk mengendalikan halusinasinya

2. Diskusikan cara yang diginakan, jika adaptif berikan pujian 3. Diskusikan cara pengendalian halusinasi.

a. Menghardik halusinasi : contoh “Saya tidak mendengar kamu, pergi dari saya”

b. Berbincang dengan orang lain : saat halusinasi datang klien langsung mengabaikan dan mengajak langsung orang berbincang yang ada disekitarnya atau di dekatnya.

c. Mengatur jadwal aktivitas: mengatur kegiatan sesuai kebiasaan sehari-hari dan sesuai kegiatan yang di sukainya sehingga tidak ada kesempatan pasien untuk sendiri

d. Menggunakan obat secara teratur: menganjurkan agar pasien tidak putus obat dan efek jika putus obat

TUK 4 : Kien dapat dukungan dari keluarga dalam mengotrol halusinasinya

(9)

Peran serta keluarga dalam merawat halusinasi adalah sebagai berikut

1. Bantu mengenal halusinasi a) Bina saling percaya

b) Diskusikan kapan muncul situasi yang menyebabkan( jika sendiri ) isi dan frekuensi

2. Meningkatkan kontak dengan realitas

a) Bicara dengan topik yang nyata, tidak mengikuti halusinasi. b) Bicara dengan klien secara sering dan singkat

c) Buat jadwal kegiatan sehari-hari untuk menghindari kesendirian

d) Ajak bicara jika tampak klien dengan berhalusinasi e) Diskusikan hasil observasi Anda

3. Bantu menurunkan kecemasan dan ketakutan a) Temani, cegah isolasi dan menarik diri.

b) Terima halusinasi klien tanpa mendukung dan menyalahkan, misalnya “ saya percaya anda mendengar tetapi saya sendiri tidak”

c) Beri kesepatan untuk mengungkapkan

5) Evaluasi

TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya. Kriteria hasil yang dapat dicapai adalah membalas sapaan perawat.

Tuk 2 : klien mampu mengidentifikasi halusinasinya. Kriteria hasilnya bahwa klien dapat menceritakan isi halusinasi, waktu muncul, frekuensi, dan cara mengontrol halusinasi halusinasi dengan menghardik

(10)

2. Terapi Gerak

A. Pengertian

Terapi gerak adalah terapi aktivitas fisik yang dapat dilakukan dengan cara berolahraga untuk melatih tubuh seseorang dengan agar sehat secara jasmani dan rohani ( Ariyadi 2009 dalam jurnal Indy Ariana (2010).

Tarapi yang digunakan adalah Senam Aerobic low impact yaitu gerakan yang dilakukan dengan intensitas rendah, antara lain dengan hentakan-hentakan ringan dengan posisi kaki tetap di lantai ( Yuda. 2006 ). Senam Aerobic low impact dapat mempertahankam aliran darah ke otak,

meningkatkan persediaan nutrisi otak, memfasilitasi metabolisme neurotransmiter dan seluler yang menjaga fungsi otak (Kuntaraf 2005 dalam jurnal R Dwi Safra Yuli, Jumaini, Yesi Hasneli 2015)

B. Jenis Senam Aerobic

1) High Impact Aerobic (senam aerobic aliran / gerakan keras)

High impact aerobic merupakan latihan senam aerobik yang mengarah pada gerakan-gerakan dimana kaki meninggalkan lantai. Memperbolehkan unsur lari, loncat dan lompat dalam tatanan gerak jenis ini sangat berat dan biasanya cocok untuk mereka yang sangat terlatih, atlet, dan parain struktur.

2) Discrobic

Kombinasi antara aliran gerakan keras seperti berputar, melompat dan gerakan ringan yang tidak berbahaya dan cocok untuk di iringi music disco.

3) Rockrobic

(11)

4) Aerobic Sport

kombinasi antara gerakan-gerakan keras seperti melompat dan berputar dan gerakan ringan serta dibarengi dengan gerakan kelenturan atau fleksibilitas tubuh.

5) Low impact aerobic( senam aerobic aliran / gerakan ringan ). gerakan yang dilakukan dengan intensitas rendah, antara lain dengan hentakan-hentakan ringan dengan posisi kaki tetap di lantai.

C. Prosedur Senam Aerobic Low Impact

 Gerakan Kaki

1. Marching

Gerakan jalan di tempat, kaki kiri dan kanan diangkatb secara bergantian dengan tumpuan berada di satu kaki.

2. Single Step

Badan tegap, kaki kanan melangkah ke kekanan satu kali diikuti dengan kaki kiri, kemudian bergantian dengan kaki kiri melangkah kekiri dan diikuti kaki kanan.

3. Double Step

Gerakan sama seperti single step tetapi dilakukan sebanyak dua kali.

Telapak tangan di buka, jari jari dirapatkan. 3. Jazz

(12)

 Gerakan Tangan

1. Ped-Dech

Gerakan kedua tangan menggenggam, ditekuk siku-siku kedepan lalu digerakan masing-masing kesamping kanan dan kiri rata-rata air.

2. Batterfly

Kedua tangan dirapatkan dan diangkat ke depan wajah. Posisi tangan tegak lurus terhadap siku. Gerakan tangan ke kiri dan ke kanan bersamaan dan tutup kedua tangan seperti posisi awal. 3. Laterar Rise

Gerakan kedua tangan menggenggan lurus ke bawah lalu digerakan ke samping masing-masing ke kanan dan kiri sampai rata-rata air.

4. Scoope

Gerakan kedua tangan menggenggam dengan keadaan seperti orang yang sedang memegang seko, lalu tangan diayun

beriringan ka samping kanan dan kiri

.

5. Applaus

Gerakan tepuk tangan.

Referensi

Dokumen terkait

Yang keempat yaitu keterbukaan diri adalah informasi bagi diri sendiri seperti tentang fikiran, perasaan dan perilaku seseorang, atau tentang orang lain yang sangat dekat dengan

Kuntara berpamitan berusaha untuk meyakinkan Tuan Ichiro bahwa Mas Suryohartono tidak terlibat dalam aksi pencurian dokumen yang dilakukan oleh Bulik Rumsari, karena di rumah

Sesuai dengan kriteria diterima atau ditolaknya hipotesis maka dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa menerima hipotesis yang diajukan terbukti atau dengan kata lain variabel

Kedudukan Dan Susunan Organisasi Perangkat Daerah Perumusan Isu Strategis Analisis lingkungan internal Analisis lingkungan eksternal Perumusan Tujuan, Sasaran, Strategi,

mengoptimalkan hal tersebut, pemerintah Jateng dapat mengawinkan tren pariwisata syari’ah dengan basis pariwisata religi.. Namun realitasnya, walaupun kuantitas okupasi

Kepuasan responden di Instalasi Rawat Inap RSUD Tugurejo Semarang kategori tinggi adalah 38 responden ( 38 % ) dan kategori sedang 62 responden ( 62 % ), dengan

Pada hari ini Senen tanggal Sepuluh bulan Februari tahun Dua Ribu Empat Belas , kami Panitia Pengadaan Barang dan Jasa Konsultansi Dana Bantuan Sosial Berpola Hibah

Sedangkan penelitian ini menggunakan variabel dependen manajemen laba dan variabel independen asimetri informasi serta sampel yang digunakan perusahaan perbankan