• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Rajindra Eka Rajasha Randu Wandana BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Rajindra Eka Rajasha Randu Wandana BAB I"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penyakit Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit degeneratif

yang memerlukan upaya penanganan yang tepat dan serius. Dampak

penyakit tersebut akan membawa berbagai komplikasi penyakit yang

serius, seperti; penyakit jantung, stroke, disfungsi ereksi, gagal ginjal dan

kerusakan sistem saraf (Rahmadiliyani, 2008). Meningkatnya prevelansi

DM diberbagai negara berkembang akibat peningkatan kemakmuran di

negara bersangkutan. Peningkatan pendapatan per kapita dan perubahan

gaya hidup terutama di kota-kota besar, menyebabkan peningkatan

prevalensi penyakit degeneratif, seperti penyakit jantung koroner,

hipertensi, hiperlipidemia, DM dan lain-lain (Suyono, 2004).

Diabetes melitus tipe II adalah jenis yang paling banyak ditemukan.

DM tipe II yang meliputi lebih dari 90% dari semua populasi DM,

biasanya timbul setelah umur 40 tahun. Pada keadaan dengan kadar

glukosa darah tidak terlalu tinggi atau belum ada komplikasi, biasanya

klien tidak berobat ke rumah sakit atau ke sarana kesehatan yang lain. Ada

juga yang sudah didiagnosis sebagai DM, tetapi karena kurang biaya

biasanya klien tidak berobat lagi. Hal ini menyebabkan jumlah klien DM

yang tidak terdiagnosis lebih banyak daripada yang terdiagnosis. Kalau di

negara maju saja sudah lebih dari 50% yang tidak terdiagnosis, pada

negara berkembang termasuk Indonesia lebih besar dari 50% yang

(2)

Prevalensi DM tipe II pada bangsa kulit putih berkisar antara 3 - 6%

dari orang dewasanya. Dengan demikian dapat dibandingkan prevalensi di

suatu negara atau suatu kelompok etnis kulit putih pada umumnya,

misalnya di negara-negara berkembang yang laju pertumbuhan

ekonominya sangat menonjol. Sebagai contoh di Singapura, insiden DM

sangat meningkat dibanding 10 tahun lalu. Demikian pula pada beberapa

kelompok etnik di beberapa negara yang mengalami perubahan gaya hidup

yang sangat berbeda dengan cara hidup sebelumnya, karena memang

mereka lebih makmur, insiden DM bisa mencapai 35% seperti dibeberapa

bangsa Micronesia dan Polinesia di Pasifik, Indian Pima di Amerika

Serikat, bangsa Meksiko yang ada di Amerika Serikat, bangsa Creole di

Asia. Prevalensi tinggi juga ditemukan di Malta, Arab Saudi, India,

Canada, Cina, Mauritius, Singapura dan Taiwan (Suyono, 2004).

Kecenderungan meningkatnya insiden DM secara global disebabkan

terutama peningkatan kemakmuran suatu populasi, maka dengan demikian

dapat dimengerti bila suatu saat atau lebih tepat lagi dalam kurun waktu 1

atau 2 dekade yang akan datang insiden DM di Indonesia akan meningkat

drastis. Dari berbagai penilitian epidemiologis di Indonesia, terdapat

peningakatan prevalensi DM dari 1,5 - 2,3% (Suyono, 2004). Melihat pola

pertambahan penduduk saat ini, diperkirakan pada tahun 2020 nanti akan

ada sejumlah 178 juta penduduk berusia diatas 20 tahun, dan dengan

asumsi prevalensi DM sebesar 2% akan didapatkan 3,56 juta penduduk

(3)

Tanpa intervensi yang efektif insiden DM tipe II akan meningkat

disebabkan oleh berbagai hal misalnya usia harapan hidup, berkurangnya

kematian akibat infeksi dan meningkatnya faktor resiko yang disebabkan

oleh gaya hidup yang salah seperti kegemukan, kurang olah raga dan pola

makan tidak sehat. Dampak bila tidak dikelola dengan baik maka akan

timbul komplikasi-komplikasi baik yang akut maupun kronis. Komplikasi

akut DM tipe II adalah hipoglikemi, ketoasidosis diabetik dan

hiperglikemik hiperosmolar nonketotik syndrome (Smeltzer & Suzzane C,

2004). Sedangkan komplikasi kronik adalah mikrovaskuler (ginjal, retina

mata), makrovaskuler (jantung koroner, pembuluh darah kaki, pembuluh

darah otak), Neuropati (mikro dan makrovaskuler), rentan infeksi

(Boedisantoso & Subekti, 2004). Menurut Juleka (2005) dalam

penelitianya menyatakan bahwa ada hubungan konsumsi gula dan hasil

olahnya serta sayuran dan buah dengan pengendalian kadar glukosa darah.

Berdasarkan data yang didapatkan dari sub bagian pencatatan medik

di Puskesmas Purwojati, laporan Penyakit Tidak Menular (PTM)

Puskesmas Purwojati, periode November sampai dengan Februari tahun

2013 jumlah klien DM sebanyak 54 orang yang kontrol ke Puskesmas

Purwojati dan sebagian dari pasien DM dirujuk ke Rumah Sakit ataupun

meninggal dunia.

Dari data yang diambil dari laporan PTM Puskesmas Purwojati

bahwa setiap bulan klien DM yang terindikasi tipe II di Wilayah Kerja

Puskesmas Purwojati jumlahnya terus bertambah dari bulan November

(4)

orang. Prevalensi juga meningkat dalam beberapa bulan kebelakang.

Kondisi ini akan mengakibatkan terjadinya berbagai penyakit menahun

seperti penyakit serebro-vaskular, penyakit jantung koroner, penyakit

pembuluh darah tungkai, penyakit pada mata, ginjal dan syaraf.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti

pada tanggal 6 Februari 2013 di Puskesmas Purwojati didapatkan data

mengenai insiden DM tipe II, yaitu 7 dari 10 klien DM Tipe II terdapat

peningkatan kadar glukosa dalam darah yang telah dilakukan dari

pemeriksaan awal. Upaya-upaya yang sudah dilakukan oleh Puskesmas

Purwojati adalah memeriksa kadar gula darah pada setiap klien DM pada

awal kontrol atau sesuai kebutuhan laboratorium yang dilaksanakan setiap

hari rabu awal bulan. Untuk edukasi tidak ada jadwal rutin kapan pun bisa

dilayani tetapi untuk klien yang pertama kali kontrol dan sudah didiagnosa

DM dilakukan edukasi perencanaan makan dan dibagikan leaflet tentang

pengetahuan DM serta leaflet tentang mengatur menu makan di wilayah

kerja Puskemas Purwojati.

Klien diabetes sendiri sangat berperan dalam penanganan

penyakitnya sehari-hari yang didukung oleh tenaga edukator diabetes,

tenaga kesehatan lain, keluarga dan teman-temannya. Penyakit DM

merupakan suatu penyakit yang memerlukan penanganan secara mandiri,

untuk meningkatkan kemandirian klien maka dibutuhkan pengetahuan

perawatan DM guna mengontrol kadar gula dalam darah pada pasien DM

tipe II dalam kehidupan sehari-hari. Apabila perilaku didasari pengetahuan

(5)

perilaku tersebut yang tidak didasari oleh pengetahuan tentunya tidak

bersifat lama (Notoatmojo, 2003).

Penelitian ini memprioritaskan pada pengetahuan perawatan klien

tentang penyakit DM tipe II. Untuk memonitoring kadar gula darah

puasa, maka diperlukan pengetahuan perawatan tentang DM. Dengan

pengetahuan perawatan tentang DM, klien dapat memahami penyakit DM,

dapat merencanakan makan di rumah, melakukan latihan jasmani,

melakukan pengendalian kadar glukosa darah, mengikuti edukasi dan

dapat memilih alternatif dalam penyelesaian masalah yang sesuai dengan

kondisi klien tersebut. Pemantauan status metabolik pasien DM

merupakan hal penting dalam pengendalian gula darah. Pengendalian gula

yang baik berarti menjaga gula darah dalam kisaran normal, sehingga

pasien DM dapat terhindar dari hiperglikemia dan hipoglikemia. Dengan

pengetahuan perawatan DM akan dapat mempengaruhi pengendalian gula

darah yang baik, maka klien DM akan terhindar dari berbagai komplikasi

baik yang akut maupun yang kronik (Soegondo & Sidartawan, 2002).

Berdasarkan pemaparan informasi diatas bahwa pentingnya

pengetahuan klien mengenal tentang perawatan penyakit DM tipe II, dan

cara mencegah agar tidak terjadi komplikasi lebih lanjut, maka diharapkan

dapat menjaga atau mengontrol kadar gula darah pada klien DM. Hal ini

mendorong peneliti untuk meneliti lebih lanjut mengenai hubungan

pengetahuan klien tentang perawatan DM tipe II dengan kadar gula darah

(6)

B. Rumusan Masalah

Peningkatan prevalensi DM tipe II harus bisa dikurangi atau

dikendalikan. Salah satu cara mengurangi dan mengendalikan adalah

dengan mengetahui faktor-faktor resiko penyakit DM. Kadar glukosa

darah pada pasien DM dapat dikendalikan apabila klien dapat mengetahui

sendiri tentang penyakit diabetes melitus. Dari uraian tersebut maka dapat

dirumuskan masalah “Apakah ada Hubungan Antara Pengetahuan

Perawatan Penyakit Diabetes Melitus dengan Kadar Gula Darah Puasa

pada Pasien Diabetes Melitus tipe II Di Wilayah Kerja Puskesmas

Purwojati’’.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Guna mengetahui hubungan pengetahuan tentang perawatan

diabetes melitus tipe II dengan kadar gula darah puasa pada klien DM

yang berada di wilayah kerja Puskesmas Purwojati.

2. Tujuan Khusus

a. Guna mengetahui karakteristik penderita DM tipe II yang berada

di wilayah kerja Puskesmas Purwojati

b. Guna mengetahui tingkat pengetahuan perawatan pada pasien

DM tipe II di wilayah kerja Puskesmas Purwojati

c. Guna mengetahui Kadar Gula Darah puasa pada pasien DM tipe

(7)

d. Guna mengetahui Hubungan Pengetahuan Perawatan DM tipe II

dengan kadar gula darah Puasa pada pasien DM tipe II di wilayah

kerja Puskesmas Purwojati.

D. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini diharapkan memperoleh hasil dari hubungan

antara pengetahuan perawatan klien DM tipe II dengan kadar gula darah

puasa pada klien DM yang berada di wilayah kerja Puskesmas Purwojati.

1. Bagi peneliti

Menambah pengetahuan dan wawasan peneliti dengan cara

mengaplikasikan teori-teori Keperawatan Medikal Bedah (KMB) yang

didapat selama perkuliahan, khususnya tentang materi DM dan

menjadi dasar bagi penelitian-penelitian berikutnya.

2. Bagi responden

Peneliti berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi responden

(klien DM) sebagai informasi tentang pentingnya pengetahuan

perawatan DM tipe II dengan kadar gula darah puasa untuk mencegah

terjadinya komplikasi lebih lanjut.

3. Bagi instansi terkait

Sebagai data awal dan mengidentifikasi hubungan pengetahuan

perawatan klien DM tipe II dengan kadar gula darah puasa pada

(8)

4. Bagi ilmu pengetahuan

Diharapkan dapat berguna sebagai referensi bagi yang hendak

meneliti lebih lanjut mengenai hubungan pengetahuan perawatan DM

tipe II terhadap kadar gula darah puasa pada pasien DM tipe II.

E. Penelitian Terkait

1. Rahmadiliyani (2008)

Melakukan penelitian tentang pengetahuan dengan kadar gula

darah dengan judul “Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Penyakit

dan Komplikasi pada Penderita Diabetes Melitus dengan Tindakan

Mengontrol Kadar Gula Darah di wilayah kerja Puskesmas 1 Gatak

Sukoharjo”. Desain penelitian yang digunakan adalah Cross Sectional,

dengan tekhnik Non Probability Sampling secara Purposive Sampling.

Derajat kemaknaan p 0,05 pada penelitian ini dapat menunjukkan

bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang

penyakit dan komplikasi pada penderita Diabetes Melitus dengan

tindakan mengontrol kadar gula darah (r = 0,508 dan nilai P< 0,05).

Persamaan penelitian ini adalah sama sama tentang hubungan

pengetahuan penyakit DM dengan tindakan mengontrol kadar gula

darah, serta dalam memilih objek penelitian sama yaitu di Wilayah

kerja puskesmas. Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas

Gatak Sidoarjo, sedangkan penelitian ini dilakukan di wilayah kerja

Puskesmas Purwojati. Sementara perbedaan terletak pada metode

(9)

2. Ahmad Eko (2010)

Penelitian ini berjudul Hubungan Aktifitas fisik dan Istirahat

dengan Kadar Gula Darah Pasien Diabetes Melitus Rawat Jalan

RSUD. Prof. DR Margono Soekardjo. Desain yang digunakan adalah

Deskriptif dengan pendekatan waktu cross sectional dengan memakai

uji regresi linear. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 35 responden

penderita Diabetes Melitus rawat jalan RSUD. Prof. Dr. Margono

Soekardjo. Hasil korelasi menunjukkan hubungan signifikan antara

aktifitas fisik dengan kadar gula darah yaitu r = 0,749 dan tingkat

signifikan p = 0,000. Hubungan istirahat dengan kadar gula darah, nilai

r = 0,349 dengan p = 0,020. Dan untuk hasil regresi linier, variabel

yang signifikan adalah aktivitas fisik(p = 0,000) dengan 𝑅2 = 0,565

dan variabel istirahat tidak bermakna (p = 0,532).

Persamaan pada penelitian ini adalah sama-sama melakukan

penelitian tentang Diabetes Melitus, serta dengan metode penelitian

yang sama yaitu cross sectional. Sementara perbedaaan penelitian ini

adalah tempat penelitian, dan responden yang akan dijadikan sampel

penelitian.

3. Taufik (2007)

Penelitian yang berjudul “Pengetahuan Tentang Perawatan

Diabetes di Rumah pada Klien Diabetes Melitus Type 2 yang dirawat

jalan ke Poliklinik Penyakit Dalam RSUD R. Syamsyudin SH Kota

Sukabumi”. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif.

(10)

yang rawat jalan ke Poliklinik Penyakit Dalam RSUD R. Syamsudin

SH Kota Sukabumi dengan tekhnik pengambilan sampel dengan cara

purposive sampling. Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat

pengetahuan klien tentang perawatan diabetes di rumah pada klien

Diabetes Melitus Tipe 2 yang rawat jalan ke Poliklinik Penyakit Dalam

RSUD R. Syamsudin SH Kota Sukabumi yang masuk dalam kriteria

baik 6,43%, cukup 72,52%, dan kurang 21,05%.

Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama melakukan

penelitian tentang hubungan pengetahuan perawatan DM. Perbedaan

penelitian terdapat pada lokasi dan waktu penelitian Taufik dilakukan

di RSUD R. Syamsudin SH Kota Sukabumi, sedangkan penelitian ini

menggunakan desain korelasi dengan pendekatan cross sectional,

populasi dalam penelitian ini di wilayah Kerja Puskesmas Purwojati

dengan populasi sebanyak 54 pasien DM dengan menggunakan Quota

sampling untuk mengambil sampelnya dan diperoleh 33 responden

dari jumlah populasi sebanyak 54 klien DM tipe II di Wilayah Kerja

Puskesmas Purwojati.

Referensi

Dokumen terkait

Warga Negara Indonesia yang berada di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia wajib melaporkan Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting yang dialaminya kepada

menjadi duda/janda yang melangsungkan perkawinan lagi.. 3) PNS yang akan melakukan perceraian wajib memperoleh izin atau surat keterangan lebih dahulu dari Pejabat. 4)

terlibat melakukan transaksi tidak harus bertemu atau berhadapan secara langsung. Bisa saja para pihak yang telah melakukan transaksi tersebut berada pada tempat atau.

Apabila Bapak/Ibu tidak hadir atau tidak dapat menunjukan dokumen yang dimaksud sampai batasan waktu tersebut diatas, maka perusahaan Bapak/Ibu dianggap mengundurkan diri

Target 4.5 Pada tahun 2030, menghilangkan disparitas gender dalam pendidikan, dan menjamin akses yang sama untuk semua tingkat pendidikan dan pelatihan kejuruan, bagi

Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik.. Universitas

“Dengan adanya lokasi pertambangan rakyat di desa kami telah membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat setempat khususnya pada sektor non pertanian. Selanjutnya, kegiatan

3.1 Penerapan sistem administrsari perpajakan dan Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak sebelum dan setelah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ditetapkan sebagai Badan Layanan Umum