Introduksi Beberapa Varitas Unggul Baru (VUB) Padi Sebagai Upaya
Peningkatan Produksi dan Pendapatan Petani
(Kasus : Desa Sungai Upih Kecamatan Kuala Kampar Kabupaten
Pelalawan, Provinsi Riau)
Introduction of Several New Varieties of Excellence (VUB) For Improving
Rice Production and Farmers' Income
Elfiani, Emisari Ritonga1*), dan Marsid Jahari 1
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau
*)
Corresponding author: [email protected]
ABSTRACT
Farming system conditions in the region Pelalawan Riau Province in recent years has not demonstrated significant productivity improvements. With an area of approximately 11 thousand hectares of crops, productivity is only about 40.4 ku / ha which means below the average productivity of Riau. One aspect that contributes to low productivity is the number of farmers who use poor-quality rice seed, from generation to generation without selection with less than optimal cultivation techniques. On the other hand, many IAARD releasing new varieties of seed rice productivity tested. In an effort to increase production and farm household income has been tried on activities implemented VUB rice demonstration plots in farmers' fields in the period of the growing season from August to December 2012 in the village of Sungai Upih, Kuala Kampar district - Pelalawan. New varieties of rice used is Inpari 3, Inpari 12, Inpara 1 and Batang Piaman as varieties commonly grown by farmers, with land area of each variety 0.25 ha, with PTT approach. To determine technology performance parameters were observed variability results planting, and farm output observable inputs to determine the financial keragaansecara. Activity results showed that the use of rice VUB Inpari 12, Inpari 1 and Inpara 1 can increase real production of 386 t / ha (Batang Piaman) to 4.3 t / ha (Inpari 12), 4.2 t / ha (Inpari 3) and 3,8 t / ha (Inpara 1). Profits earned also increased from Rp.3.169.000, -/ha to Rp. 7,200,000, -/ha, 6.540.00, and Rp6.850.000,-/ha.
Key words: farmer income, new varieties (VUB), rice
ABSTRAK
Kondisi usahatani padi di wilayah Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau beberapa tahun belakangan ini belum memperlihatkan peningkatan produktivitas yang berarti. Dengan luas panen sekitar 11 ribuan hektar, produktivitasnya baru sekitar 40.12 ku/ha yang berarti dibawah rata-rata produktivitas Riau. Salah satu aspek yang memberi andil terhadap rendahnya produktivitas adalah banyaknya petani yang menggunakan benih padi yang kurang berkualitas, turun temurun tanpa seleksi dengan teknik budidaya yang kurang optimal. Di sisi lain, Badan Litbang Pertanian banyak merilis varietas unggul baru benih padi yang produktivitasnya telah teruji. Sebagai upaya untuk meningkatkan produksi dan pendapatan rumah tangga tani telah dicoba diterapkan VUB padi pada kegiatan display di lahan petani pada periode musim tanam Agustus - Desember 2012 di Desa Sungai Upih, Kecamatan Kuala Kampar – Kabupaten Pelalawan. Varietas unggul baru padi yang digunakan adalah Inpari 3,
Inpari 12, Inpara 1 dan Batang Piaman sebagai varitas yang umumnya ditanam oleh petani, dengan luasan lahan masing-masing varietas 0,25 ha, dengan pendekatan PTT. Untuk mengetahui kinerja teknologi parameter yang diamati adalah keragaan hasil pertanaman, dan input output usahatani diamati untuk mengetahui keragaan secara finansial. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa penggunaan VUB padi Inpari 12, Inpari 3 dan Inpara 1 dapat meningkatkan produksi riil dari 3,8 t/ha (varietas Batang Piaman) menjadi 4,3 t/ha (Inpari 12), 4,2 t/ha (Inpari 3) dan 3,8 t/ha (Inpara 1). Keuntungan yang diperoleh juga meningkat dari Rp.5.873.000,-/ha menjadi Rp. 9.263.000,-/ha, 8.813.000, dan Rp7.013.000,-/ha.
Kata kunci: Padi, pendapatan petani, varietas unggul baru (VUB).
PENDAHULUAN
Salah satu kabupaten di Provinsi Riau yang dikenal sebagai sentra produksi pangan adalah Kabupaten Pelalawan. Produktivitas padi sawah di Provinsi Riau selama lima tahun (2007-2010) rata-rata 39,17 kuintal per hektar, dan memperlihatkan tren meningkat. Produktivitas pada tahun 2007 sebesar 38,04 ku/ha meningkat menjadi 40,12 ku/ha pada tahun 2010 (Badan Pusat Statistik Provinsi Riau, 2011).Meskipun memperlihatkan kecenderungan meningkat, namun produktivitas padi di Provinsi Riau masih rendah bila dibandingkan potensi hasil yang dapat dicapai. Kondisi ini diduga seperti yang terjadi di provinsi lain diantaranya disebabkan penggunaan benih unggul masih rendah, penggunaan pupuk yang belum berimbang dan efisien, penggunaan pupuk organik belum populer, dan budidaya spesifik lokasi belum berkembang (Direktorat Jenderal Produksi Tanaman Pangan, 2009).
Kabupaten Pelalawan sebagai salah satu dari 11 kabupaten kota di Riau, pada beberapa tahun belakangan kondisi usahatani padi sawah belum memperlihatkanpeningkatan produtivitas yang berarti. Dengan luas panen pada tahun 2011 sebesar 10.536 hektar, produktivitas yang dicapai sekitar 35,56 ku/ha, dibawah rata-rata produktivitas Riau.
Penggunaan benih dan teknik budidayanya merupakan penyebab lain yang memberi andil terhadap rendahnya produktivitas padi sawah di wilayah ini. Banyak petani menggunakan benih padi yang kurang berkualitas, turun temurun tanpa seleksi dengan teknik budidaya yang kurang optimal. Disamping itu apabila petani telah menggunakan satu varitas tertentu dan hasilnya cukup bagus menurut mereka, maka mereka akan sulit untuk menanam varitas lain padahal cukup banyak varietas unggul baru padi yang dirilis Badan Litbang Pertanian dengan produktivitasnya yang telah teruji di lapangan. Menurut Las (2003) yang dikutip Sirappa et al., (2007) selain teknik budidaya,penggunaan benih padi yang berkualitas dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap hasil produksinya. Sang Hyang Seri (2008) menyebutkan penggunaan benih bermutu dari varietas unggul dapat memacu peningkatan produktivitas dan kualitas tanaman menjadi seragam dan bernas. Dari hasil beberapa penelitian bahwa penggunaan benih padi VUB terbukti sangat berperan dalam pencapaian peningkatan produksinya. Namun demikian benih padi VUB akan nampak peranannya bilamana tersedia tepat waktu, mutu, jenis pilihan, jumlah, harga terjangkau, serta tersedia secara berkesinambungan (Prapto, 2008).
Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi dan pendapatan rumah tangga tani yang telah terbukti di beberapa wilayah adalah melalui pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Pada 2010 melalui penerapan Sekolah Lapang (SL-PTT) dapat memicu peningkatan produksi padi sebesar 2,46% (Direktorat Jenderal Produksi Tanaman Pangan,
2011). Melihat kondisi usahatani padi di Kabupaten Pelalawan dan berkaitan dengan tugas BPTP dalam pengawalan dan pendampingan SL-PTT, melalui kerjasama dengan Kelompok Tani Makmur mengadakan Display padi SL-PTT. Tujuan kegiatan ini secara umum adalah sebagai wahana pembelajaran dan percontohan dalam rangka meningkatkan produksi dan produktivitas melalui pengenalan VUB padi dengan perbaikan teknik budidaya yang ada di petani. Luaran yang diharapkan adalah adanya peningkatan produktivitas padi dan pendapatan petani, serta memasyarakatnya VUB padi dengan perbaikan teknik budidayanya.
BAHAN DAN METODE
Kegiatan display VUB padi varietas Inpari 3, Inpari 12, Inpara 1 dan Batang Piaman dilaksanakan di Desa Sungai Upih , Kecamatan Kuala Kampar Kabupaten Pelalawan. VUB Batang Paman digunakan sebagai pembanding karena varitas ini sudah umum digunakan oleh petani. Waktu pelaksanaan pada musim tanam Agustus – Desember 2012 bekerjasama dengan Kelompok Tani Makmur, dengan dua petani kooperator.
Kegiatan display padi diarahkan untuk perbenihan dengan menerapkan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadi (PTT). Beberapa komponen yang diaplikasikan adalah penggunaan pupuk organik dengan dosis 2 t/ha, penggunaan benih unggul Inpari 3, Inpari 12, Inpara 1 dan Batang Piaman, dilakukan seed treatment, tanam bibit muda 20 HSS, jumlah tanam 2-3 bibit per rumpun, dengan sistem tanam jajar legowo 2:1 dengan jarak (20 cm x 15 cm) x 35 cm. Dosis pupuk an-organik yang digunakan tiap hektar adalah 225 kg Urea, 100 kg TSP, 50 kg KCl. Penyiangan dilakukan dengan gosrok dan tangan. Luasan yang digunakan sekitar 1 hektar.
Untuk mengetahui kinerja teknologi yang diaplikasikan pada kegiatan display padi, parameter yang diamati adalah keragaan agronomis pertanaman (tinggi tanaman, jumlah anakan produktif), dan keragaan hasil (panjang malai, bobot 1000 butir, dan hasil ubinan). Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif (Azwar, 1998). Biaya input usahatani dan output yang dihasilkan diamati dan dianalisis secara analisis financial usahatani (Kadariah, 1988; Soekartawi et al., 1986), sedangkan untuk mengetahui keragaan penambahan biaya input sebagai akibat introduksi teknologi dianalisis dengan marginal benefit cost ratio/MBCR (Palaniappan, 1985).
HASIL
1. Perkembangan usahatani padi di Kabupaten Pelalawan
Selama 5 tahun luas panen padi di Kabupaten Pelalawan relatif fluktuatif atau naik turun, berkisar antara 9.324 – 10.536 hektar dengan rata-rata luasan 9.298 hektar. Pada lima tahun terakhir produksi padi yang dihasilkan dan produktivitasnya cenderung memperlihatkan tren meningkat. Produksi pada tahun 2007 sebesar 38.425 ton turun menjadi 37.475 ton (2011), sedangkan produktivitasnya semula 32,48 ku/ha menjadi 35,56 ku/ha. Meskipun produktivitas padi yang dihasilkan di Kabupaten Pelalawan memberikan tren meningkat namun masih lebih rendah dari produktivitas rata-rata di Riau yakni sebesar 39,17 kw/ha (2011). Informasi dari beberapa PPL dan petani, di wilayah Kabupaten Pelalawan petani seringkali menanam padi dengan benih lokal. Beberapa alasan yang dikemukakan adalah umur panen relatif lebih cepat dibandingkan dengan beberapa VUB padi yang telah dicoba,
khususnya berkaitan kondisi air/mengejar keberadaan air, dan padi lokal adaptasinya sangat bagus. Disamping varitas lokal mereka juga telah menanam VUB Batang Piaman, akan tetapi mereka tidak mau beralih ke VUB lain yang hasilnya cukup bagus.
2. Keragaan pertanaman
Keragaan agronomis pertanaman dan komponen hasil pada kegiatan display VUB padi disajikan pada Tabel 1. Pada tabel ini terlihat bahwa keragaan agronomis seperti jumlah anakan produktif dan panjang malai VUB yang di displaykan (Inpari 3, Inpari 12, Inpara 1) lebih tinggi dibandingkan VUB Batang Piaman.
Tabel 1. Keragaan agronomis dan komponen hasil pertanaman Display VUB padi di Desa Sungai Upih Kecamatan Kuala Kampar Kabupaten Pelalawan 2012
Parameter Inpari 3 Inpari 12 Inpara 1 Batang Piaman
Tinggi tanaman (cm) 94,8 78,3 81,2 108,7
Jumlah anakan produktif (batang) 18,8 24,4 17,6 16,4
Panjang Malai(cm) 23,18 25,6 22,85 21,02
Bobot 100 butir(g) 23,22 25,12 22,05 22,18
Hasil Ubinan (t/ha) 4,2 4,3 3,8 3,8
3. Struktur biaya usahatani kegiatan display VUB padi
Struktur pembiayaan yang dikeluarkan pada kegiatan display VUB Padi dari sewa lahan sampai tenaga kerja disajikan pada Tabel 2. Proporsi untuk biaya tenaga kerja merupakan komponen tertinggi 45,68 – 46,23 persen dari total biaya diikuti biaya sewa lahan 25,48 – 28,12 %.
Tabel 2.Struktur biaya usahatani VUB padi di Desa Sungai Upih Kecamatan Kuala Kampar Kabupaten Pelalawan Riau 2012
Varitas padi
Uraian Inpari 3 Inpari 12 Inpara 1 Batang Piaman
Sewa lahan (%) 26,95 25,48 26,67 28,12
Benih (%) 2,14 2,06 2.16 2,21
Pupuk (%) 17,95 18,98 16,95 17,98
Pestisida (%) 7,02 7,01 7,04 7,05
Tenaga kerja (%) 46,12 45,68 46,23 46,03
4. Keragaan usahatani VUB padi secara financial
Keragaan usahatani pada kegiatan display VUB padi disajikan pada Tabel 3, kegiatan display VUB padi diarahkan untuk dijadikan benih, sehingga sejak awal sudah melakukan koordinasi dan bekerjasama dengan BPSB Kabupaten Pelalawan.
Tabel 3. Analisis finansial usahatani padi per hektar di Desa Sungai Upih Kecamatan Kuala Kampar Kabupaten Pelalawan Riau 2012
Parameter Inpari 3 Inpari 12 Inpara 1 Batang Piaman
Jumlah biaya (Rp/ha) 10.087.000 10.087.000 10.087.000 10.087.000
Jumlah produksi (kg/ha) 4.200 4.300 3.800 3.800
Harga produksi (Rp/kg) 4500 4500 4500 4200 Pendapatan (Rp/ha) 18.900.000 19.350.000 17.100.000 15.960.000 Keuntungan (Rp/ha) 8.813.000 9.263.000 7.013.000 5.873.000 Out-Input Rasio 1,87 1,92 1,69 1,58 MBCR 5,02 6,17 4,12 PEMBAHASAN
Dari hasil pengamatan terhadap pertumbuhan dan produksi beberapa VUB padi terlihat bahwa produksi VUB padi tertinggi dihasilkan oleh varitas Inpari 12, sedangkan yang terendah adalah varitas Inpara 1. Setelah dilaksanakannya display VUB, minat petani terhadap varitas unggul baru yang diperkenalkan ini cukup bagus hal ini terlihat dari tingginya semangat mereka untuk melaksanakan kegiatan ini. Kendala yang umumnya dihadapi petani dalam pelaksanaan kegiatan ini selanjutnya adalah ketersediaan benih yang sulit untuk diperoleh.
Dalam hal mengatasi kelangkaan benih sumber di Provinsi Riau, maka Badan Litbang Pertanian melalui BPTP di seluruh Indonesia, menginstruksikan untuk melakukan kegiatan perbenihan baik melaui kordinasi dan singkronisasi dengan institusi yang terkait dengan jejaring kelembangaan perbenihan maupun melaksanakan demplot perbenihan serta pembinaan penangkar benih untuk meningkatkan kapasitas kelembagaan perbenihan. Untuk operasionalisasi penyebaran / distribusi benih kepada pengguna, maka BPTP Riau membentuk organisasi UPBS ( Unit Pengelola Benih Sumber) yang bermitra dengan penangkar benih, PT Pertani, PT SHS , penggilingan padi, kios saprodi, pedagang pengumpul dan jaringan pemasaran benih lainnya.
Struktur pembiayaan yang dikeluarkan pada kegiatan display VUB Padi dari sewa lahan sampai tenaga kerja disajikan pada Tabel 2. Proporsi untuk biaya tenaga kerja merupakan komponen tertinggi 45,68 – 46,23 persen dari total biaya diikuti biaya sewa lahan 25,48 – 28,12 %. Fenomena ini yang seringkali petani tetap mengerjakan usahatani padi meski dengan keuntungan yang minim, karena sebagian biaya tenaga kerja tidak sepenuhnya dikeluarkan secara tunai, melainkan menggunakan tenaga kerja dalam keluarga. Bagi petani kecil salah satu cara mengatasi biaya sewa lahan yang tinggi adalah dengan cara bagi hasil. Pada struktur biaya usahatani, biaya benih paling kecil dibandingkan dengan lainnya, kondisi ini memberikan peluang yang baik bila akan memperkenalkan/mengembangkan varietas baru, dengan catatan petani terlebih dahulu melihat contoh sehingga yakin kinerja dari benih yang akan dikenalkan/dikembangkan.
Kegiatan display VUB padi diarahkan untuk dijadikan benih, sehingga sejak awal sudah melakukan koordinasi dan bekerjasama dengan BPSB Kabupaten Pelalawan. Pada saat menjelang panen terjadi kesepakatan harga dengan produsen benih, sehingga petani belum jadi memproses untuk menghasilkan benih sendiri, melainkan dijual yang akan dijadikan benih oleh produsen. Harga yang disepakati adalah Rp200,-/kg lebih tinggi dari harga untuk
konsumsi. Dalam menghitung secara finansial, produksi yang digunakan adalah produksi riil yang dijual ke produsen. Pada Tabel 3 memperlihatkan dengan penggunaan VUB padi Varitas Inpari 3 dan Inpari 12 dapat meningkatkan keuntungan. Hal ini disebabkan oleh produksi yang dihasilkan meningkat dari 3.800 kg/ha pada benih padi batang piaman menjadi 4.200 kg/ha untuk Inpari 3 dan 4.300 kg/ha untuk Inpari 12, harga VUB padi yang baru jauh lebih tinggi yakni Rp.4.500,- /kg bila dibandingkan VUB Batang Piaman dengan harga Rp.3.000,-/kg. Adanya implementasi inovasi teknologi pada kegiatan display, seperti penggunaan benih VUB yang harganya relatif lebih mahal berakibat terjadi peningkatan biaya. Namun demikian peningkatan biaya input dapat tertutupi dari output yang dihasilkan, tercermin pada angka Marginal Benefit Cost Ratio (MBCR). Adanya tambahan biaya input sebesar Rp. 1,- maka akan terjadi penambahan output sebesar Rp. 5,02,- untuk varietas Inpari 3, Rp.6,17 untuk varietas Inpari-12 dan Rp. 4,12,- untuk Inpara 1.
KESIMPULAN
Kegiatan display VUB padi dengan menggunakan varietas Inpari 3, Inpari 12, dan Inpara 1 dengan pendekatan PTT, meningkatkan produksi riil dari 3,8 t/ha (varietas Batang Piaman) menjadi 4,3 t/ha (Inpari 12) dan 4,2 t/ha (Inpari 3). Keuntunganyang diperoleh juga meningkat dari Rp.5.873.000,-/ha menjadi Rp. 8.813.000,-/ha dan Rp.9.263.000,- /ha. Output input rasio juga mengalami hal yang sama dari 1,58 menjadi 1,87 dan 1,92.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Pelalawan dan Kepala UPT. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kecamatan Kuala Kampar Kabupaten Pelalawan atas segala fasilitas yang diberikan untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, S. 1998. Metode Penelitian. Pustaka Pelajar Offset. Yogyakarta.
Badan Pusat Statistik Provinsi Riau , 2011. Riau Dalam Angka Tahun2011. Kerjasama Bappeda Prov. Riau dan Badan Pusat Statistik Provinsi Riau
DirektoratJenderalTanamanPangan, 2009. Pedoman Pelaksanaan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi, Jagung, Kedelai, dan Kacang tanah. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementrian Pertanian
DirektoratJenderalTanamanPangan, 2011. Pedoman Pelaksanaan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi, Jagung, dan Kedelai. Direktorat Jenderal tanaman Pangan, Kementrian Pertanian.
Kadariah, 1988. Pengantar Evaluasi Proyek. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi , Universitas Indonesia. Jakarta
Palaniappan, S.P., 1985. Cropping Systems in The Tropics Principles and Management. Wiley Eastern Limited and Tamil Nadu Agricultural University Combatore, India`
Prapto Y. 2008. Peran Kelembagaan Perbenihan dalam Rangka Penyediaan Benih Unggul BermutuTepat sasaran. Prosiding Seminar Nasional dan Workshop Perbenihan dan Kelembagaan dalam rangka Ulang Tahun Emas UPN “Veteran” Yogayakarta.
Sang Hyang Seri. 2008. Kedaulatan Benih Basis Kedaulatan Pangan. Prosiding Seminar Nasional dan Workshop Perbenihan dan Kelembagaan dalam rangka Ulang Tahun Emas UPN “Veteran” Yogayakarta.
Sirappa, M. P., A.J. Rieuwpassa, dan Edwen D. Waas. 2007. Kajian Pemberian Pupuk NPK pada Beberapa Varietas Unggul Padi Sawah Di Seram Utara. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Volume 10 Nomor 1, Juni 2007. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian.
Soekartawi, A. Soharjo, J.L Dillon, J. B. Hardaker. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil. Penerbit Universitas Indonesia, UI-Press.