• Tidak ada hasil yang ditemukan

ACARA PENGUCAPAN PUTUSAN J A K A R T A

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ACARA PENGUCAPAN PUTUSAN J A K A R T A"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

 

MAHKAMAH KONSTITUSI

REPUBLIK INDONESIA

---

RISALAH SIDANG

PERKARA NOMOR 14/PHP.BUP-XV/2017

PERKARA NOMOR 15/PHP.BUP-XV/2017

PERKARA NOMOR 16/PHP.BUP-XV/2017

PERKARA NOMOR 17/PHP.BUP-XV/2017

PERKARA NOMOR 20/PHP.BUP-XV/2017

PERKARA NOMOR 21/PHP.BUP-XV/2017

PERKARA NOMOR 22/PHP.BUP-XV/2017

PERKARA NOMOR 25/PHP.BUP-XV/2017

PERKARA NOMOR 40/PHP.BUP-XV/2017

PERKARA NOMOR 50/PHP.BUP-XV/2017

PERIHAL

PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN BUPATI TOLIKARA

PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN BUPATI PIDIE

PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN BUPATI BIREUN

PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN BUPATI ACEH BARAT DAYA

PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN BUPATI BURU

PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN BUPATI SARMI

PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN BUPATI KEPULAUAN SANGIHE

PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN BUPATI INTAN JAYA

ACARA

PENGUCAPAN PUTUSAN

J A K A R T A

SENIN, 3 APRIL 2017

(2)

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

--- RISALAH SIDANG

PERKARA NOMOR 14/PHP.BUP-XV/2017 PERKARA NOMOR 15/PHP.BUP-XV/2017 PERKARA NOMOR 16/PHP.BUP-XV/2017 PERKARA NOMOR 17/PHP.BUP-XV/2017 PERKARA NOMOR 20/PHP.BUP-XV/2017 PERKARA NOMOR 21/PHP.BUP-XV/2017 PERKARA NOMOR 22/PHP.BUP-XV/2017 PERKARA NOMOR 25/PHP.BUP-XV/2017 PERKARA NOMOR 40/PHP.BUP-XV/2017 PERKARA NOMOR 50/PHP.BUP-XV/2017 PERIHAL

Perselisihan Hasil Pemilihan Bupati Tolikara Perselisihan Hasil Pemilihan Bupati Pidie Perselisihan Hasil Pemilihan Bupati Bireun

Perselisihan Hasil Pemilihan Bupati Aceh Barat Daya Perselisihan Hasil Pemilihan Bupati Buru

Perselisihan Hasil Pemilihan Bupati Sarmi Perselisihan Hasil Pemilihan Bupati Sangihe Perselisihan Hasil Pemilihan Bupati Intan Jaya

PEMOHON

1. John Tabo dan Barnabas Weya (Perkara Nomor 14/PHP.BUP-XV/2017)

2. Sarjani Abdullah dan M. Iriawan (Perkara Nomor 15/PHP.BUP-XV/2017)

3. M. Yusuf Abdul Wahab dan Purnama Setia Budi (Perkara Nomor 16/PHP.BUP-XV/2017) 4. Said Syamsul Bahri dan M. Nafis Amanaf (Perkara Nomor 17/PHP.BUP-XV/2017) 5. Bakir Lumbessy dan Amarullah Madani Hentihu (Perkara Nomor 20/PHP.BUP-XV/2017) 6. Albertus Suripno dan Adrian Roi Senis (Perkara Nomor 21/PHP.BUP-XV/2017) 7. Hironimus Rompas Makagansa dan Fransiscus Silagen (Perkara Nomor 22/PHP.BUP-XV/2017)

8. Mesak Manibor dan Sholeh (Perkara Nomor 25/PHP.BUP-XV/2017)

9. Demianus Kyeuw-Kyeuw dan Musriadi H.P. (Perkara Nomor 40/PHP.BUP-XV/2017) 10.Bartolomius Mirip dan Deny Miagoni (Perkara Nomor 50/PHP.BUP-XV/2017)

TERMOHON

KPU Kabupaten Tolikara KIP Kabupaten Pidie KIP Kabupaten Bireun

KIP Kabupaten Aceh Barat Daya KPU Kabupaten Buru

KPU Kabupaten Sarmi

KPU Kabupaten Kepulauan Sangihe KPU Kabupaten Intan Jaya

(3)

ACARA

Pengucapan Putusan

Senin, 3 April 2017, Pukul 14.07 – 17.05 WIB Ruang Sidang Gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat

SUSUNAN PERSIDANGAN

1) Arief Hidayat (Ketua)

2) Anwar Usman (Anggota)

3) I Dewa Gede Palguna (Anggota)

4) Maria Farida Indrati (Anggota)

5) Wahiduddin Adams (Anggota)

6) Suhartoyo (Anggota)

7) Manahan MP Sitompul (Anggota)

8) Aswanto (Anggota)

Achmad Edi Subiyanto Panitera Pengganti

Jefri Porkonanta Tarigan Panitera Pengganti

Siska Yosephin Sirait Panitera Pengganti

Cholidin Nasir Panitera Pengganti

Hani Adhani Panitera Pengganti

Rio Tri Juli Putranto Panitera Pengganti

(4)

Pihak yang Hadir:

A.

Pemohon Perkara Nomor 14/PHP.BUP-XV/2017:

1. John Tabo

2. Barnabas Weya

B.

Kuasa hukum Pemohon Perkara Nomor 14/PHP.BUP-XV/2017:

1. Anthon Raharusun

2. Paskalis Letsoin

C.

Kuasa Hukum Termohon Perkara Nomor 14/PHP.BUP-XV/2017:

1. David Soumokil

D.

Kuasa Hukum Pihak Terkait Perkara Nomor 14/PHP.BUP-XV/2017:

1. Dhimas Pradana

2. Taditha Rahma

3. Budi Setyanto

4. Heru Widodo

E.

Kuasa Hukum Pemohon Perkara Nomor 15/PHP.BUP-XV/2017:

1. Jamil B.

2. Slamet S.

F.

Termohon Perkara Nomor 15/PHP.BUP-XV/2017:

1. Ridwan

2. M. Diah Adam

3. Muharramsyah

G.

Kuasa Hukum Termohon Perkara Nomor 15/PHP.BUP-XV/2017:

1. Ainal Lukman

2. M. Nasrul Latief Soe’oed

H.

Kuasa Hukum Pihak Terkait Perkara Nomor 15/PHP.BUP-XV/2017:

1. Muzakar

2. Sayuti Abubakar

3. Teguh Safrizal

(5)

I.

Kuasa Hukum Pemohon Perkara Nomor 16/PHP.BUP-XV/2017

1. Muhammad Reza Maulana

2. Mursal M.

J.

Termohon Perkara Nomor 16/PHP.BUP-XV/2017:

1. Mukhtaruddin

2. Agusni

K.

Kuasa Hukum Termohon Perkara Nomor 16/PHP.BUP-XV/2017:

1. Adi Mansar

2. Guntur Rambe

L.

Kuasa Hukum Pihak Terkait Perkara Nomor 16/PHP.BUP-XV/2017:

1. Basrun Yusuf

2. Fauziah

3. M. Fauzi

A.

Pemohon Perkara Nomor 17/PHP.BUP-XV/2017:

1. Said Syamsul Bahri

B.

Kuasa Hukum Pemohon 17/PHP.BUP-XV/2017:

1. Safaruddin

C.

Termohon Perkara Nomor 17/PHP.BUP-XV/2017:

1. S. Masykur

D.

Kuasa Hukum Termohon Perkara Nomor 17/PHP.BUP-XV/2017:

1.

Darma Mustika

2.

Panji Wijanarko

3.

Wendy Y.

M.

Pemohon Perkara Nomor 20/PHP.BUP-XV/2017:

1. Bakir Lumbessy

N.

Kuasa Hukum Pemohon Perkara Nomor 20/PHP.BUP-XV/2017:

1. Syarifuddin Latif

2. Abdul Syahir

(6)

3. Sholichin B.

O.

Kuasa Hukum Termohon Perkara Nomor 20/PHP.BUP-XV/2017:

1. Daniel W. Nirahua

2. Meivri D. Nirahua

P.

Kuasa Hukum Pihak Terkait Perkara Nomor 20/PHP.BUP-XV/2017:

1.

Fahri Bahmit

Q.

Kuasa Hukum Pemohon Perkara Nomor 21/PHP.BUP-XV/2017:

1.

Tanda Perdamaian Nasution

2.

Ridwan Darmawan

3.

Samuel David

R.

Kuasa Hukum Termohon Perkara Nomor 21/PHP.BUP-XV/2017:

1. Stefanus Budiman

2. N. Rumyaar

S.

Kuasa Hukum Pihak Terkait Perkara Nomor 21/PHP.BUP-XV/2017:

1. Yance Th. Mesah

T.

Kuasa Hukum Pihak Terkait Perkara Nomor 22/PHP.BUP-XV/2017:

1. Alfian Ratu

2. Zean Maengkom

U.

Pemohon Perkara Nomor 25/PHP.BUP-XV/2017:

1. Mesak Manibor

V.

Kuasa Hukum Pemohon Perkara Nomor 25/PHP.BUP-XV/2017:

1. Juniana Sipayung

W.

Kuasa Hukum Termohon Perkara Nomor 25/PHP.BUP-XV/2017:

1.

Stefanus Budiman

2.

N. Rumyaar

X.

Pemohon Perkara Nomor 40/PHP.BUP-XV/2017:

(7)

Y.

Kuasa Hukum Termohon Perkara Nomor 40/PHP.BUP-XV/2017:

1. Stefanus Budiman

2. N. Rumyaar

Z.

Kuasa Hukum Pihak Terkait Perkara Nomor 40/PHP.BUP-XV/2017:

1. Yance Th. Mesah

AA.

Pemohon Perkara Nomor 50/PHP.BUP-XV/2017:

1. Bortolumius Mirip

2. Deny Miagoni

BB.

Kuasa Hukum Pemohon Perkara Nomor 50/PHP.BUP-XV/2017:

1. Veri Junaidi

2. Jamil Burhan

3. Slamet Santoso

CC.

Kuasa Hukum Termohon Perkara Nomor 50/PHP.BUP-XV/2017:

1. Ali Nurdin

2. Matheus Mamun Sare

3. Budi Rahman

DD.

Kuasa Hukum Pihak Terkait Perkara Nomor 50/PHP.BUP-XV/2017:

1. Relika Tambunan

2. Mega M. F. Niki Julu

3. Catur Prasetyo

4. Diarson Lubis

(8)

1.

KETUA: ARIEF HIDAYAT

Bismillahirrahmaanirrahiim. Sidang Pengucapan Putusan dalam

Perkara Nomor 14, 15, 16, 17, 20, 21, 25, 40, 22, dan

50/PHP.BUP-XV/2017 perihal Perselisihan Hasil Pemilihan Bupati Tahun 2017,

dengan ini dibuka dan terbuka untuk umum.

Saya cek kehadirannya berdasarkan data Panitera. Pemohon 14

sudah hadir?

2.

KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA NOMOR

14/PHP.BUP-XV/2017: ANTON RAHARUSUN

Siap. Hadir, Yang Mulia.

3.

KETUA: ARIEF HIDAYAT

15 hadir?

4.

KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA NOMOR

15/PHP.BUP-XV/2017:

Hadir, Yang Mulia.

5.

KETUA: ARIEF HIDAYAT

Di mana? Belakang? Pemohon 15?

6.

KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA NOMOR

15/PHP.BUP-XV/2017:

Terima kasih, Yang Mulia. Kami hadir, Yang Mulia, dari Pidie.

7.

KETUA: ARIEF HIDAYAT

Ya. Pemohon 16?

SIDANG DIBUKA PUKUL 14.07 WIB

(9)

8.

KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA NOMOR

16/PHP.BUP-XV/2017:

Hadir, Yang Mulia.

9.

KETUA: ARIEF HIDAYAT

Pemohon 17?

10.

KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA NOMOR

17/PHP.BUP-XV/2017:

Hadir.

11.

KETUA: ARIEF HIDAYAT

Pemohon 20?

12.

KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA NOMOR

20/PHP.BUP-XV/2017:

Hadir, Yang Mulia.

13.

KETUA: ARIEF HIDAYAT

Di mana? Di belakang? Oke.

14.

KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA NOMOR

20/PHP.BUP-XV/2017:

Hadir, Yang Mulia.

15.

KETUA: ARIEF HIDAYAT

Ya.

21?

16.

KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA NOMOR

21/PHP.BUP-XV/2017:

Hadir, Yang Mulia.

17.

KETUA: ARIEF HIDAYAT

(10)

18.

KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA NOMOR

22/PHP.BUP-XV/2017:

Hadir, Yang Mulia.

19.

KETUA: ARIEF HIDAYAT

Baik. 50?

20.

KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA NOMOR

50/PHP.BUP-XV/2017:

Hadir, Yang Mulia.

21.

KETUA: ARIEF HIDAYAT

Baik. Sekarang ganti Termohon. Termohon 14?

22.

KUASA HUKUM TERMOHON PERKARA NOMOR

14/PHP.BUP-XV/2017: DAVID SOUMOKIL

Hadir, Yang Mulia.

23.

KETUA: ARIEF HIDAYAT

Termohon 15?

24.

KUASA HUKUM TERMOHON PERKARA NOMOR

15/PHP.BUP-XV/2017:

Hadir, Yang Mulia.

25.

KETUA: ARIEF HIDAYAT

16?

26.

KUASA HUKUM TERMOHON PERKARA NOMOR

16/PHP.BUP-XV/2017:

Hadir, Yang Mulia.

27.

KETUA: ARIEF HIDAYAT

(11)

28.

KUASA HUKUM TERMOHON PERKARA NOMOR

17/PHP.BUP-XV/2017:

Hadir, Yang Mulia.

29.

KETUA: ARIEF HIDAYAT

20?

30.

KUASA HUKUM TERMOHON PERKARA NOMOR

20/PHP.BUP-XV/2017:

Hadir, Yang Mulia.

31.

KETUA: ARIEF HIDAYAT

21?

32.

KUASA HUKUM TERMOHON PERKARA NOMOR 21, 25, DAN

40/PHP.BUP-XV/2017:

Hadir, Yang Mulia.

33.

KETUA: ARIEF HIDAYAT

25?

34.

KUASA HUKUM TERMOHON PERKARA NOMOR 21, 25, DAN

40/PHP.BUP-XV/2017:

Dengan 40, Yang Mulia, sekalian.

35.

KETUA: ARIEF HIDAYAT

Baik, 25 dan 40 hadir. 22?

36.

KUASA HUKUM TERMOHON PERKARA NOMOR

22/PHP.BUP-XV/2017:

Hadir, Yang Mulia.

37.

KETUA: ARIEF HIDAYAT

(12)

38.

KUASA HUKUM TERMOHON PERKARA NOMOR

50/PHP.BUP-XV/2017:

Hadir, Yang Mulia.

39.

KETUA: ARIEF HIDAYAT

Terima kasih. Pihak Terkait 14?

40.

KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT PERKARA NOMOR

14/PHP.BUP-XV/2017:

Hadir, Yang Mulia.

41.

KETUA: ARIEF HIDAYAT

15?

42.

KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT PERKARA NOMOR

15/PHP.BUP-XV/2017:

Hadir, Yang Mulia.

43.

KETUA: ARIEF HIDAYAT

16?

44.

KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT PERKARA NOMOR

16/PHP.BUP-XV/2017:

Hadir, Yang Mulia.

45.

KETUA: ARIEF HIDAYAT

17, belum hadir. 20?

46.

KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT PERKARA NOMOR

20/PHP.BUP-XV/2017:

Hadir, Yang Mulia.

47.

KETUA: ARIEF HIDAYAT

(13)

48.

KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT PERKARA NOMOR 21, 25, DAN

40/PHP.BUP-XV/2017:

Hadir, Yang Mulia.

49.

KETUA: ARIEF HIDAYAT

25? Pihak Terkait 25? Belum hadir?

50.

KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT PERKARA NOMOR 21, 25, DAN

40/PHP.BUP-XV/2017:

Hadir, Yang Mulia, dengan 40.

51.

KETUA: ARIEF HIDAYAT

25 dan 40?

52.

KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT PERKARA NOMOR 21, 25, DAN

40/PHP.BUP-XV/2017:

Ya.

53.

KETUA: ARIEF HIDAYAT

Baik.

22?

54.

KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT PERKARA NOMOR

22/PHP.BUP-XV/2017:

Hadir, Yang Mulia.

55.

KETUA: ARIEF HIDAYAT

50?

56.

KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT PERKARA NOMOR

50/PHP.BUP-XV/2017:

Hadir, Yang Mulia.

57.

KETUA: ARIEF HIDAYAT

Baik. Jadi yang belum hadir Pemohon 25 dan 40. Pihak

Terkaitnya, 17, ya. Ada yang baru datang tadi?

(14)

58.

KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA NOMOR 25 DAN

40/PHP.BUP-XV/2017:

Saya Pemohon dari Nomor Perkara 25 dan 40, Yang Mulia.

59.

KETUA: ARIEF HIDAYAT

Oke, berarti sudah hadir, ya?

60.

KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA NOMOR 25 DAN

40/PHP.BUP-XV/2017:

Siap, Yang Mulia.

61.

KETUA: ARIEF HIDAYAT

25 dan 40?

62.

KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA NOMOR 25 DAN

40/PHP.BUP-XV/2017:

Ya, siap, Yang Mulia.

63.

KETUA: ARIEF HIDAYAT

Terima kasih. Yang belum hadir Pihak Terkait Perkara 17. Baik,

kita mulai. Harap bersabar dan tidak keluar masuk di ruang sidang, ya.

Kita

mulai

dengan

Perkara Nomor 14.

Bismillahirrahmaanirrahiim.

PUTUSAN

NOMOR 14/PHP.BUP-XV/2017

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

[1.1] Yang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan

putusan dalam perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Bupati dan

Wakil Bupati Kabupaten Tolikara, Provinsi Papua, Tahun 2017,

yang diajukan oleh Dr. (HC) John Tabo, S.E., M.B.A. Dan

Barnabas Weya, S.Pd. Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati

Kabupaten Tolikara dalam Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati

Kabupaten Tolikara Tahun 2017, Nomor Urut 3.

Berdasarkan Surat Kuasa Khusus PHP.BUP dan seterusnya tanggal

24 Februari 2017, memberi kuasa kepada Dr. Anthon Raharusun,

S.H., M.H. dan kawan-kawan Advokat/Kuasa Hukum pada Law

(15)

Office Anthon Raharusun & Partners yang beralamat di Jalan

Muspagco, Nomor 07, Entrop Jayapura, Papua, serta Dorel

Almir, S.H., M.H. dan kawan-kawan berdasarkan Surat Kuasa

Khusus bertanggal 12 Maret 2017, para Advokat yang tergabung

dalam Badan Advokasi Partai Golkar (BAPG) beralamat di Jalan

Anggrek Nelly Murni XI A Jakarta, baik sendiri-sendiri atau

bersama-sama bertindak untuk dan atas nama Pemberi Kuasa.

Selanjutnya disebut sebagai --- Pemohon.

Terhadap:

I. Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Tolikara, berkedudukan di

Jalan Kota Baru, Distrik Karubaga, Kabupaten Tolikara, Provinsi

Papua.

Berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 14 Maret 2017,

memberi kuasa kepada Petrus P. Ell, S.H., M.H. dan

kawan-kawan Advokat pada kantor Advokat Pieter Ell & Associates,

yang beralamat di Jalan Raya Abepura-Sentani, Jayapura dan

Jalan Wahid Hasyim, Nomor 48 B Lantai III Menteng, Jakarta,

baik secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri, bertindak

atas nama pemberi kuasa.

Selanjutnya disebut sebagai --- Termohon.

II. Nama Usman Genongga Wanimbo, SE. M.Si. dan Dinus

Wanimbo, S.H. Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati dalam

Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Tolikara Tahun

2017, Nomor Urut 1.

Berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 12 Maret 2017

memberi kuasa kepada Budi Setyanto, S.H., M.H., dan Talitha

Rahma, S.H., Advokat pada kantor Advokat Budi Setyanto, S.H.

dan Rekan, beralamat di Jalan Karang, Nomor 8, Kelurahan

Waena, Distrik Heram, Kota Jayapura, Provinsi Papua, serta

Heru Widodo, S.H., M.Hum. dan kawan-kawan Advokat dan

Konsultan Hukum yang tergabung pada Heru Widodo Law

office (HWL), Legal Solution and Beyond, yang beralamat di

Menteng Square AO-12 Lantai 3, Jalan Matraman Raya, Nomor

30-E, Pegangsaan, Menteng, Jakarta, baik secara

bersama-sama maupun sendiri-sendiri, bertindak atas nama pemberi

kuasa.

Selanjutnya disebut sebagai ---Pihak Terkait.

[1.2] Membaca permohonan Pemohon.

Mendengar keterangan Pemohon.

Mendengar dan membaca Jawaban Termohon.

Mendengar dan membaca Keterangan Pihak Terkait.

Mendengar keterangan Komisi Pemilihan Umum RI.

(16)

Mendengar dan membaca Keterangan Panitia Pengawas Pemilihan

Umum Kabupaten Tolikara.

Memeriksa bukti Termohon ... saya ulangi, Memeriksa

bukti-bukti Pemohon, Termohon, dan Pihak Terkait.

Bagian duduk perkara dan selanjutnya dianggap telah dibacakan.

64.

HAKIM ANGGOTA: SUHARTOYO

PERTIMBANGAN HUKUM

Kewenangan Mahkamah

[3.1] Menimbang bahwa Pasal 157 ayat (3) Undang-Undang Nomor 10

Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah

Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang

Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi

Undang-Undang dianggap dibacakan, selanjutnya disebut UU 10/2016,

menyatakan, “Perkara perselisihan penetapan perolehan suara

tahap akhir hasil Pemilihan diperiksa dan diadili oleh Mahkamah

Konstitusi sampai dibentuknya badan peradilan khusus.”

Selanjutnya Pasal 157 ayat (4) UU 10/2016 menyatakan bahwa,

“Peserta Pemilihan dapat mengajukan permohonan pembatalan

penetapan hasil penghitungan perolehan suara oleh KPU Provinsi

atau KPU Kabupaten/Kota kepada Mahkamah Konstitusi”.

[3.2]

Menimbang bahwa permohonan Pemohon a quo adalah

permohonan keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan

Umum Kabupaten Tolikara Nomor 09/Kpts dan seterusnya tentang

Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara dan

Hasil Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Tolikara Tahun 2017 (vide

bukti P-1 = TA.001). Dengan demikian, Mahkamah berwenang

mengadili permohonan Pemohon a quo.

Tenggang Waktu Pengajuan Permohonan

[3.3] Menimbang bahwa berdasarkan Pasal 157 ayat (5) UU 10/2016

juncto Pasal 5 ayat (1) PMK 1/2016, tenggang waktu pengajuan

permohonan pembatalan Penetapan Perolehan Suara Tahap Akhir

Hasil Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Tolikara Tahun 2017

paling lambat 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak diumumkan

penetapan perolehan suara hasil Pemilihan oleh Termohon.

Bahwa hasil penghitungan suara Pemilihan Bupati dan Wakil

Bupati diumumkan oleh Termohon berdasarkan keputusan,

keputusan … diulangi, Keputusan Komisi Pemilihan Umum

Kabupaten Tolikara Nomor 09/Kpts/KPU-Kab.TLK/II/Tahun 2017

(17)

tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan

Suara dan Hasil Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Tolikara Tahun

2017, bertanggal 24 Februari 2017 (vide bukti P-1 = bukti

TA.001).

Bahwa tenggang waktu 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak

diumumkan penetapan perolehan suara tahap akhir hasil

Pemilihan oleh Termohon adalah hari Jumat, tanggal 24 Februari

2017, pukul 23.35 WIT sampai dengan hari Selasa, tanggal 28

Februari 2017, pukul 24.00 WIB.

[3.4] Menimbang bahwa permohonan Pemohon diajukan di

Kepaniteraan Mahkamah pada hari Selasa, tanggal 28 Februari

2017, pukul 22.39 WIB berdasarkan Akta Pengajuan Permohonan

Pemohon Nomor 39/PAN.MK/2017, sehingga permohonan

Pemohon masih dalam tenggang waktu pengajuan permohonan

yang ditentukan peraturan perundang-undangan.

Kedudukan Hukum (Legal Standing) Pemohon

[3.5] Menimbang bahwa dalam mempertimbangkan kedudukan hukum

(legal standing) Pemohon, Mahkamah akan mempertimbangkan

hal-hal sebagai berikut:

1)

Apakah Pemohon memenuhi ketentuan Pasal 1 angka 4

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1

Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota

Menjadi Undang-Undang (selanjutnya disebut UU 8/2015),

sebagaimana telah diubah dengan UU 10/2016, Pasal 157 ayat

(4) UU 10/2016, Pasal 2 huruf a dan Pasal 3 ayat (1) huruf b

Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 1 Tahun 2016 tentang

Pedoman Beracara Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan

Gubernur, Bupati, dan Walikota (selanjutnya disebut PMK

1/2016).

2)

Apakah Pemohon memenuhi ketentuan pengajuan permohonan

sebagaimana diatur dalam Pasal 158 UU 10/2016 dan Pasal 7

PMK 1/2016.

[3.6] Menimbang bahwa terhadap dua hal tersebut Mahkamah

mempertimbangkan sebagai berikut.

[3.6.1] Bahwa Pasal 1 angka 4 UU 8/2015, menyatakan “Calon

Bupati dan seterusnya dianggap dibacakan. Kemudian

Pasal 157 ayat (4) UU 10/2016, menyatakan, “Peserta

Pemilihan dan seterusnya dianggap dibacakan.

Bahwa Pasal 2 huruf a PMK 1/2016, menyatakan, “Para

Pihak dalam perkara perselisihan hasil Pemilihan adalah:

a. Pemohon.

(18)

Bahwa Pasal 3 ayat (1) b PMK 1/2016, menyatakan

“Pemohon sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a

adalah: a...; b. pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati.

[3.6.2] Bahwa Termohon telah menetapkan Keputusan Komisi

Pemilihan Umum Kabupaten Tolikara Nomor 26/Kpts dan

seterusnya Tahun 2016 tentang Penetapan Pasangan

Bakal Calon Bupati dan Wakil Bupati yang tidak Menjadi

Peserta Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Tolikara

Tahun 2017 (bukti P-2 = TA.002), Keputusan Komisi

Pemilihan Umum Kabupaten Tolikara Nomor 28/Kpts dan

seterusnya Tahun 2016 tentang Penetapan Kembali

Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Menjadi Peserta

Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Tolikara Tahun 2017

(bukti PA-5 = TA.006) serta Keputusan Komisi Pemilihan

Umum Kabupaten Tolikara Nomor 29/Kpts dan

seterusnya Tahun 2016 tentang Penetapan Nomor Urut

Pasangan Calon Peserta Pemilihan Pemilihan Bupati dan

Wakil Bupati Tolikara Tahun 2017 [sic!] (vide bukti P-3 =

TA.009).

[3.6.3] Bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, Pemohon

adalah Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Tolikara

dalam Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten

Tolikara Tahun 2017, dengan Nomor Urut 3.

[3.6.4] Bahwa terhadap syarat pengajuan permohonan

sebagaimana ditentukan dalam Pasal 158 UU 10/2016

dan Pasal 7 PMK 1/2016, Mahkamah belum dapat

memberikan penilaian atau pertimbangan apakah

Pemohon memenuhi ketentuan Pasal 158 UU 10/2016

dan Pasal 7 PMK 1/2016 karena dalam persidangan

ditemukan fakta-fakta sebagai berikut.

1.

Bahwa Termohon telah mengeluarkan Keputusan

Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Tolikara Nomor

09/Kpts dan seterusnya Tahun 2017 tentang

Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan

Suara dan Hasil Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati

Tolikara Tahun 2017, bertanggal 24 Februari 2017

(vide bukti P-1).

2.

Bahwa terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum

Kabupaten Tolikara Nomor 09/dan seterusnya Tahun

2017 sebagaimana tersebut pada angka 1 di atas,

Pemohon mengajukan permohonan pembatalan ke

Mahkamah Konstitusi pada hari Selasa, tanggal 28

Februari 2017, pukul 22.39 WIB sebagaimana tercatat

dalam Akta Pengajuan Permohonan Pemohon Nomor

39/PAN.MK/2007 yang disertai dengan bukti surat

(19)

Panitia Pengawas Pemilihan Umum Kabupaten

Tolikara Nomor 059/dan seterusnya Tahun 2017

perihal Rekomendasi Pembatalan Hasil Pemungutan

Suara dan Pemungutan Suara Ulang (PSU) Pilkada

2017 Kabupaten Tolikara, bertanggal 17 Februari 2017

(vide bukti P-8).

3.

Bahwa rekomendasi Panitia Pengawas Pemilihan

Umum (Panwaslih) Kabupaten Tolikara sebagaimana

tersebut pada angka 2 di atas memuat.

a.

Rekomendasi kepada KPUD Tolikara untuk

membatalkan hasil pemungutan suara dan

penetapan perolehan suara.

b.

Merekomendasikan agar dilakukan pemungutan

suara ulang (PSU) pada semua TPS di 18 distrik,

yaitu 1) Distrik Bewani; 2) Distrik Biuk; 3) Distrik

Bokondini; 4) Distrik Bokoneri; 5) Distrik Bogonuk;

6) Distrik Kanggime; 7) Distrik Kembu; 8) Distrik

Kuari; 9) Distrik Geya; 10) Distrik Giliubandu; 11)

Distrik Goyage; 12) Distrik Gundagi; 13) Distrik

Lianogoma; 14) Distrik Nabunage; 15) Distrik

Nunggawi; 16) Distrik Tagime; 17) Distrik Umagi;

dan 18) Distrik Telenggeme.

4.

Bahwa terhadap rekomendasi Panitia Pengawas

Pemilihan Umum (Panwaslih) Kabupaten Tolikara

sebagaimana tersebut pada angka 3 di atas, Bawaslu

RI menindaklanjuti dengan memberikan rekomendasi

melalui surat bernomor 0149 dan seterusnya Tahun

2017 perihal Rekomendasi Bawaslu Atas Pemungutan

Suara Ulang (PSU) Di Kabupaten Tolikara, bertanggal

3 Maret 2017, yang isinya pada pokoknya meminta

kepada Komisi Pemilihan Umum untuk melakukan

hal-hal sebagai berikut.

a. Membatalkan Keputusan KPU Kabupaten Tolikara

sepanjang menyangkut penetapan hasil

penghitungan perolehan suara di semua TPS di 18

distrik sebagaimana dimaksud pada angka 3 huruf

b di atas.

b. Melakukan tindakan korektif untuk memulihkan hak

konstitusional pemilih yang terdaftar dalam DPT di

semua TPS di 18 distrik tersebut dengan melakukan

pemungutan suara ulang.

c. Mengambil langkah-langkah hukum yang diperlukan

sehubungan dengan pelaksanaan pemungutan

suara ulang di semua TPS di 18 distrik di

Kabupaten Tolikara tersebut.

(20)

5.

Bahwa terhadap rekomendasi Panwaslih Kabupaten

Tolikara sebagaimana tersebut pada angka 2 di atas,

dalam persidangan terungkap bahwa KPU Kabupaten

Tolikara menolak melaksanakan rekomendasi

Panwaslih dimaksud dengan alasan rekomendasi

tersebut tidak dapat dibenarkan secara hukum karena

tidak memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 112 UU 1/2015 sebagaimana telah diubah

dengan UU 10/2016 selain telah lewat waktu dan

proses terbitnya rekomendasi Panwaslih tersebut tidak

melalui prosedur. Namun menurut keterangan

Panwaslih Kabupaten Tolikara dalam persidangan hari

Selasa tanggal 21 Maret 2017 rekomendasi tersebut

telah diserahkan kepada KPU Kabupaten Tolikara

melalui saudara Pilipus Samtai (petugas keamanan di

kantor KPU Kabupaten Tolikara) pada tanggal 17

Februari 2017, pukul 22.00 WIT (bukti PK 014), hal

mana telah dibenarkan pula oleh Termohon dalam

persidangan yang sama, meskipun Termohon

menyatakan baru mengetahui keberadaan

rekomendasi tersebut pada tanggal 18 Februari 2017,

pukul 09.00 WIT.

6.

Bahwa terhadap rekomendasi Bawaslu RI

sebagaimana dimaksud pada angka 4 di atas, KPU RI

melalui Komisioner Ida Budhiati menerangkan bahwa

seharusnya KPU Kabupaten Tolikara melakukan

verifikasi, klarifikasi, dan mencermati semua dokumen

pendukung yang berkaitan dengan rekomendasi

Panwaslih dan Bawaslu RI untuk mengambil

kesimpulan dan menentukan sikap apakah akan

menindaklanjuti atau tidak rekomendasi dimaksud.

Namun dalam hal ini KPU Kabupaten Tolikara telah

menentukan sikap untuk tidak menindaklanjuti

rekomendasi tersebut dengan alasan sebagaimana

dimaksud pada angka 5 di atas.

[3.7] Menimbang bahwa berdasarkan fakta hukum sebagaimana

diuraikan pada paragraf [3.6.4] angka 1 sampai dengan angka 6

di atas, Mahkamah belum dapat serta-merta memberlakukan

ketentuan Pasal 158 UU 10/2016 dan Pasal 7 PMK 1/2017 karena

penyelenggaraan Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten

Tolikara Tahun 2017 masih menyisakan permasalahan dalam

proses pemungutan suara hingga rekapitulasi hasil penghitungan

suara. Sebab walaupun telah dilakukan rekapitulasi hasil Pemilihan

Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Tolikara Tahun 2017, namun

Mahkamah menilai bahwa proses rekapitulasi dianggap cacat

(21)

hukum karena proses pemungutan suara hingga rekapitulasi

penghitungan suara tidak memenuhi ketentuan peraturan

perundang-undangan, terutama berkenaan dengan adanya

rekomendasi Panwaslih Kabupaten Tolikara yang tidak

dilaksanakan, padahal sesuai dengan fakta persidangan

rekomendasi dimaksud beralasan menurut hukum. Dengan

demikian Mahkamah berpendapat bahwa berbeda dengan

permohonan-permohonan lainnya dimana Mahkamah telah dapat

menentukan secara terang bahwa proses rekapitulasi telah sesuai

dengan peraturan perundang-undangan sehingga tidak terdapat

halangan bagi Mahkamah untuk menerapkan norma yang memuat

pembatasan sebagaimana diatur dalam Pasal 158 UU 10/2016,

sedangkan terhadap permohonan a quo kondisi untuk

memberlakukan Pasal 158 UU 10/2016 belum terpenuhi, sehingga

pada dasarnya belum terjadi proses rekapitulasi penghitungan

suara yang sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan dalam Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten

Tolikara Tahun 2017.

[3.8] Menimbang bahwa berdasarkan uraian dalam pertimbangan di

atas, demi adanya kepastian hukum yang adil berkenaan dengan

proses pemungutan suara hingga rekapitulasi hasil perolehan

suara pada pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Tolikara

Tahun 2017, Mahkamah berpendapat harus dilakukan

pemungutan suara ulang dalam Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati

Kabupaten Tolikara Tahun 2017 di 18 (delapan belas) distrik

sebagaimana tersebut pada amar di bawah ini sehingga

Mahkamah memandang perlu untuk menangguhkan berlakunya

rekapitulasi hasil perolehan suara sebagaimana termuat dalam

Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Tolikara Nomor

09/dan seterusnya Tahun 2017 tentang Penetapan Rekapitulasi

Hasil Penghitungan Perolehan Suara dan Hasil Pemilihan Bupati

dan Wakil Bupati Tolikara Tahun 2017, bertanggal 24 Februari

2017.

[3.9]

Menimbang bahwa dengan memperhatikan tingkat kesulitan,

jangka waktu, dan kemampuan Komisi Pemilihan Umum

Kabupaten Tolikara dan aparat penyelenggara serta peserta

Pemilihan dalam pelaksanaan pemungutan suara ulang

sebagaimana dimaksud pada paragraf [3.8] di atas, Mahkamah

berpendapat bahwa pemungutan suara ulang dimaksud harus

dilaksanakan dalam waktu paling lama 60 (enam puluh) hari kerja

dan melaporkannya kepada Mahkamah dalam jangka waktu 15

(lima belas) hari kerja setelah ditetapkannya rekapitulasi hasil

penghitungan suara dalam pemungutan suara ulang dimaksud.

[3.10] Menimbang bahwa untuk menjamin terselenggaranya

(22)

Bupati Kabupaten Tolikara Tahun 2017 tersebut dengan benar

serta dengan mempertimbangkan fakta-fakta dalam persidangan

dimana menurut Mahkamah tidak terdapat kemauan baik dari KPU

Kabupaten Tolikara untuk melaksanakan rekomendasi Panwaslih

Kabupaten Tolikara yang menurut Mahkamah beralasan menurut

hukum dan adanya pengakuan dari Ketua KPU Kabupaten Tolikara

dalam persidangan bahwa yang bersangkutan sedang dalam

proses hukum berkenaan dengan dugaan tidak melaksanakan

rekomendasi Panwaslih Kabupaten Tolikara dimaksud, Mahkamah

berpendapat bahwa Pemungutan Suara Ulang dalam Pemilihan

Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Tolikara Tahun 2017 dimaksud

harus dilaksanakan oleh KPU Provinsi Papua di bawah supervisi

KPU RI dengan pengawasan yang ketat oleh Badan Pengawas

Pemilihan Umum Provinsi Papua di bawah supervisi Badan

Pengawas Pemilihan Umum RI.

[3.11] Menimbang bahwa tugas pengamanan berada pada Kepolisian

Negara RI, oleh karena itu Mahkamah memerintahkan kepada

Kepolisian Negara RI untuk memerintahkan jajarannya guna

mengamankan jalannya Pemungutan Suara Ulang dalam

Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Tolikara Tahun 2017

tersebut agar berjalan dengan aman, objektif, dan transparan

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

[3.12] Menimbang bahwa berdasarkan seluruh pertimbangan di atas,

eksepsi Termohon dan Pihak Terkait serta pokok permohonan

Pemohon tidak dipertimbangkan.

65.

KETUA: ARIEF HIDAYAT

KONKLUSI

Berdasarkan penilaian atas fakta dan hukum sebagaimana

diuraikan di atas, Mahkamah berkesimpulan:

[4.1] Mahkamah berwenang mengadili permohonan Pemohon.

[4.2]

Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Tolikara Tahun 2017

harus dilakukan Pemungutan Suara Ulang.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang

Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1

Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi

Undang-Undang dan seterusnya dianggap dibacakan.

AMAR PUTUSAN

Mengadili,

Sebelum menjatuhkan Putusan Akhir.

(23)

1. Menyatakan rekapitulasi hasil penghitungan suara dalam Pemilihan

Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Tolikara Tahun 2017

sebagaimana termuat dalam Keputusan Komisi Pemilihan Umum

Kabupaten Tolikara Nomor 09/Kpts/KPU-Kab.TLK/II/Tahun 2017

tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara

dan Hasil Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Tolikara Tahun 2017,

bertanggal 24 Februari 2017 adalah cacat hukum.

2. Menangguhkan berlakunya Keputusan Komisi Pemilihan Umum

Kabupaten Tolikara Nomor 09/Kpts/KPU-Kab.TLK/II/Tahun 2017

tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara

dan Hasil Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Tolikara Tahun 2017,

bertanggal 24 Februari 2017.

3. Memerintahkan kepada Komisi Pemilihan Umum Provinsi Papua

dalam waktu paling lama 60 (enam puluh) hari kerja setelah putusan

ini diucapkan untuk melakukan pemungutan suara ulang pada semua

TPS di 18 (delapan belas) distrik di Kabupaten Tolikara yaitu:

1)

Distrik Bewani.

2)

Distrik Biuk.

3)

Distrik Bokondini.

4)

Distrik Bokoneri.

5)

Distrik Bogonuk.

6)

Distrik Kanggime.

7)

Distrik Kembu.

8)

Distrik Kuari.

9)

Distrik Geya.

10)

Distrik Giliubandu.

11)

Distrik Goyage.

12)

Distrik Gundagi.

13)

Distrik Lianogoma.

14)

Distrik Nabunage.

15)

Distrik Nunggawi.

16)

Distrik Tagime.

17)

Distrik Umagi, dan

18)

Distrik Telenggeme.

4. Memerintahkan kepada Komisi Pemilihan Umum RI untuk melakukan

supervisi kepada KPU Provinsi Papua dalam pelaksanaan

pemungutan suara ulang dalam Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati

Kabupaten Tolikara Tahun 2017.

5. Memerintahkan kepada Bawaslu Provinsi Papua untuk melakukan

pengawasan terhadap pelaksanaan pemungutan suara ulang dalam

Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Tolikara Tahun 2017.

6. Memerintahkan kepada Bawaslu RI untuk melakukan supervisi

terhadap Bawaslu Provinsi Papua dalam pelaksanaan pemungutan ...

dalam pengawasan pemungutan suara ulang dalam Pemilihan Bupati

dan Wakil Bupati Kabupaten Tolikara Tahun 2017.

(24)

7. Memerintahkan kepada Kepolisian RI untuk melakukan pengamanan

dalam pelaksanaan pemungutan suara ulang dalam Pemilihan Bupati

dan Wakil Bupati Kabupaten Tolikara Tahun 2017.

8. Memerintahkan kepada KPU Provinsi Papua untuk melaporkan

kepada Mahkamah mengenai hasil penghitungan suara dalam

pemungutan suara ulang dalam Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati

Kabupaten Tolikara Tahun 2017 tersebut paling lama 15 (lima belas)

hari kerja setelah ditetapkan.

9. Memerintahkan kepada KPU RI untuk melaporkan kepada Mahkamah

hasil supervisinya terhadap KPU Provinsi Papua dalam pelaksanaan

pemungutan suara ulang dalam Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati

Kabupaten Tolikara Tahun 2017 tersebut paling lama 15 (lima belas)

hari kerja setelah ditetapkan.

10.

Memerintahkan kepada Bawaslu Provinsi Papua untuk melaporkan

hasil pengawasan kepada Mahkamah mengenai hasil penghitungan

suara dalam pemungutan suara ulang dalam Pemilihan Bupati dan

Wakil Bupati Kabupaten Tolikara Tahun 2017 tersebut paling lama

15 (lima belas) hari kerja setelah ditetapkan.

11.

Memerintahkan kepada Bawaslu RI untuk melaporkan kepada

Mahkamah perihal hasil supervisinya mengenai pengawasan yang

dilakukan oleh Bawaslu Provinsi Papua dalam penghitungan suara

dalam pemungutan suara ulang dalam Pemilihan Bupati dan Wakil

Bupati Kabupaten Tolikara Tahun 2017 tersebut paling lama 15

(lima belas) hari kerja setelah ditetapkan.

Demikian diputus dalam Rapat Permusyawaratan Hakim oleh

delapan Hakim Konstitusi yaitu Arief Hidayat selaku Ketua merangkap

Anggota, Anwar Usman, Maria Farida Indrati, Wahiduddin Adams,

Suhartoyo, Aswanto, I Dewa Gede Palguna, dan Manahan MP Sitompul,

masing-masing sebagai Anggota pada hari Kamis, tanggal tiga puluh,

bulan Maret, tahun dua ribu tujuh belas dan diucapkan dalam Sidang

Pleno Mahkamah Konstitusi terbuka untuk umum pada hari Senin,

tanggal tiga, bulan April, tahun dua ribu tujuh belas, selesai diucapkan

pada pukul 14.47 WIB, oleh delapan Hakim Konstitusi tersebut di atas

masing-masing sebagai Anggota, dengan dibantu oleh Achmad Edi

Subiyanto sebagai Panitera Pengganti, dan dihadiri oleh

Pemohon/kuasa, Termohon/kuasa, dan Pihak Terkait/kuasa.

Berikut Perkara Nomor 15.

(25)

PUTUSAN

NOMOR 15/PHP.BUP-XV/2017

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

[1.1] Yang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan

putusan dalam perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Bupati dan

Wakil Bupati Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh Tahun 2017, yang

diajukan oleh: Sarjani Abdullah dan M. Iriawan, S.E. Pasangan

Calon Bupati dan Wakil Bupati dalam Pemilihan Bupati dan Wakil

Bupati Kabupaten Pidie Tahun 2017, Nomor Urut 3.

Berdasarkan Surat Kuasa Khusus bertanggal 25 Februari

2017, memberi kuasa kepada Veri Junaidi, S.H., M.H., Munafrizal

Manan, S.H., LL.M., M.IP., Ahmad Irawan, S.H., Jamil

Burhanuddin, S.H., dan Slamet Santoso, S.H., Advokat/Penasihat

Hukum pada kantor Veri Junaidi & Associates, beralamat di Jalan

M. Kahfi I Nomor 8A Cilandak, Jakarta Selatan, serta Surat Kuasa

Khusus (Tambahan) bertanggal 15 Maret 2017, memberi kuasa

kepada Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra, S.H., Agus Dwiwarsono,

S.H., M.H., Zulkarnain Yunus, S.H., M.H., Gugum Ridho Putra,

S.H., M.H., Adria Indra Cahyadi, S.H., M.H., Rozy Fahmi, S.H.,

Sururudin, S.H., Deni Aulia Ahmad, S.H., dan Eddi Mulyono, S.H.,

para Advokat dan Konsultan Hukum pada Kantor Hukum IHZA &

IHZA Law Firm, yang dalam hal ini dibantu oleh Advokat

Magang/Asisten Advokat/Paralegal pada kantor hukum IHZA &

IHZA Law Firm Bayu Nugroho, S.H., Muhammad Dzul Ikram, S.H.,

Elfano Eneilmy, S.H., Khairul Fadli, S.H. M.H., dan M. Iqbal

Sumarlan Putra, S.H., M.H., beralamat di 88 Kasablanca Office

Tower, Tower A Lt. 19 Kota Kasablanca, Jalan Kasablanca, Kav.

88 Kuningan, Jakarta, baik sendiri-sendiri atau bersama-sama

bertindak untuk dan atas nama Pemberi Kuasa;

Selanjutnya

disebut

sebagai---Pemohon;

terhadap:

I.

Komisi Independen Pemilihan Kabupaten Pidie, beralamat di

Jalan Prof. A. Majid Ibrahim, Sigli, Aceh;

Berdasarkan Surat Kuasa Khusus, bertanggal 15 Maret 2017,

memberi kuasa kepada Ainal Hukman, S.H., dan H. M. Nasrul

Latief Soe’oed, S.H., Advokat/Pengacara/Penasihat Hukum

pada Kantor Hukum NSA & Rekan yang tergabung dalam Tim

Advokasi KIP Kabupaten Pidie beralamat di Menara Batavia

Basement 1, Nomor 1, Jalan K.H. Mas Mansyur Kav. 126,

Jakarta Pusat, DKI Jakarta, baik secara bersama-sama maupun

sendiri-sendiri, bertindak atas nama pemberi kuasa;

(26)

Roni Ahmad dan Fadhlullah TM Daud, S.T. Pasangan Calon

Bupati dan Wakil Bupati dalam Pemilihan Bupati dan Wakil

Bupati Kabupaten Pidie Tahun 2017, Nomor Urut 2;

Berdasarkan Surat Kuasa Khusus bertanggal 14 Maret

2017 memberi kuasa kepada Sayuti Abubakar, S.H., M.H.,

Fadli Nasution, S.H. M.H., Muzakar, S.HI, Muharramsyah, S.H.,

M.H., dan Teuku Safrizal, S.H. Advokat/Kuasa Hukum pada

Kantor Advokat & Konsultan Hukum MMS Law Firm yang

beralamat di Jalan Prof. A. Majid Ibrahim Nomor 17 Sigli,

Provinsi Aceh, baik secara bersama-sama maupun

sendiri-sendiri, bertindak atas nama pemberi kuasa;

Selanjutnya disebut sebagai --- Pihak Terkait;

[1.2] Membaca permohonan Pemohon;

Mendengar keterangan Pemohon;

Mendengar dan membaca Jawaban Termohon;

Mendengar dan membaca Keterangan Pihak Terkait;

Memeriksa bukti-bukti Pemohon, Termohon, dan Pihak Terkait.

DUDUK PERKARA

Bagian duduk perkara dan seterusnya dianggap telah dibacakan.

66.

HAKIM ANGGOTA: I DEWA GEDE PALGUNA

PERTIMBANGAN HUKUM

[3.1] Menimbang bahwa sebelum mempertimbangkan lebih jauh

permohonan Pemohon, Mahkamah memandang perlu untuk

menegaskan kembali beberapa hal penting berkenaan dengan

penyelesaian perselisihan hasil pemilihan gubernur, bupati, dan

walikota serentak tahun 2017 sebagai berikut:

Kesatu, perihal kewenangan Mahkamah dalam mengadili

perselisihan hasil pemilihan gubernur dan wakil gubernur, bupati

dan wakil bupati, serta walikota dan wakil walikota serentak 2017;

Kedua, perihal keberlakuan Pasal 158 Undang-Undang

Nomor 10 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014

tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi

Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2016 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5898, selanjutnya disebut UU 10/2016) dalam

hubungannya dengan pelaksanaan kewenangan Mahkamah dalam

mengadili perselisihan hasil pemilihan gubernur dan wakil

(27)

gubernur, bupati dan wakil bupati, serta walikota dan wakil

walikota serentak 2017.

Terhadap masalah yang kesatu: perihal kewenangan

Mahkamah dalam mengadili perselisihan hasil pemilihan gubernur,

bupati, dan walikota serentak 2017, Mahkamah berpendapat dan

perlu memberikan penegasan:

a.

bahwa berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor

97/PUU-XI/2013, bertanggal 19 Mei 2014 dalam Pengujian

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan

Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 48 Tahun

2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, Mahkamah telah

menegaskan pendiriannya bahwa pemilihan gubernur, bupati,

walikota bukan merupakan rezim pemilihan umum, oleh

karena itu maka kewenangan Mahkamah dalam mengadili

perselisihan hasil pemilihan gubernur, bupati, dan walikota

serentak 2017 bukanlah kewenangan yang diturunkan dari

Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 melainkan kewenangan

tambahan yang bersifat sementara yang semata-mata

dimaksudkan untuk menghindari kekosongan hukum;

b.

bahwa sifat sementara kewenangan Mahkamah dalam

mengadili perselisihan hasil pemilihan gubernur, bupati, dan

walikota serentak 2017, sebagaimana dimaksud pada huruf a

di atas, tegas dinyatakan dalam Pasal 157 ayat (1), ayat (2),

dan ayat (3) UU 10/2016 yang selengkapnya berbunyi:

(1)

Perkara perselisihan hasil Pemilihan diperiksa dan diadili

oleh badan peradilan khusus.

(2)

Badan peradilan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dibentuk sebelum pelaksanaan Pemilihan serentak

nasional.

(3)

Perkara perselisihan penetapan perolehan suara tahap

akhir hasil Pemilihan diperiksa dan diadili oleh Mahkamah

Konstitusi sampai dibentuknya badan peradilan khusus.

Dengan demikian, kewenangan Mahkamah untuk

mengadili perselisihan hasil pemilihan gubernur, bupati, dan

walikota akan berakhir begitu badan peradilan khusus

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 157 ayat (1) UU 10/2016

terbentuk;

c.

bahwa berdasarkan penjelasan sebagaimana diuraikan pada

huruf a dan huruf b di atas, telah menjadi terang bahwa

kedudukan Mahkamah dalam hubungannya dengan

keseluruhan proses penyelesaian perselisihan hasil pemilihan

gubernur, bupati, dan walikota serentak 2017 adalah sebagai

pelaksana Undang-Undang yang kewenangannya telah

ditentukan batas-batasnya, sebagaimana halnya dengan

(28)

institusi-institusi lainnya dengan kewenangannya

masing-masing, yaitu (i) untuk pelanggaran administratif kewenangan

penyelesaiannya ada di tangan Komisi Pemilihan Umum pada

tingkatannya masing-masing [vide Pasal 10 UU 10/2016]; (ii)

untuk sengketa antarpeserta pemilihan kewenangan

penyelesaiannya ada di tangan panitia pengawas pemilihan

sesuai dengan tingkatannya masing-masing [vide Pasal 22B,

Pasal 30, dan Pasal 33 UU 10/2016]; (iii) untuk sengketa

penetapan pasangan calon kewenangan penyelesaiannya

merupakan yurisdiksi pengadilan dalam lingkungan peradilan

tata usaha negara [vide Pasal 135A, Pasal 153, dan Pasal 154

UU 10/2016]; (iv) untuk tindak pidana pemilihan kewenangan

penyelesaiannya ada di tangan Sentra Gakkumdu, yaitu

Bawaslu Provinsi dan/atau Panwas Kabupaten/Kota,

Kepolisian, Kejaksaan [vide Pasal 152 UU 10/2016], dan

Pengadilan dalam lingkungan peradilan umum [vide Pasal 146

UU 10/2016], serta (v) untuk perselisihan hasil pemilihan

kewenangannya diberikan kepada badan peradilan khusus

yang dibentuk untuk itu, yang untuk sementara sebelum

terbentuk kewenangan itu diberikan kepada Mahkamah

Konstitusi [vide Pasal 157 UU 10/2016].

Selanjutnya, terhadap masalah kedua: perihal

keberlakuan Pasal 158 UU 10/2016 dalam hubungannya

dengan pelaksanaan kewenangan Mahkamah dalam mengadili

perselisihan hasil pemilihan gubernur, bupati, dan walikota

serentak 2017, Mahkamah berpendapat dan perlu

menegaskan:

a. bahwa substansi Pasal 158 UU 10/2016 tidak berbeda

dengan substansi Pasal 158 Undang-Undang Nomor 8

Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun

2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota

Menjadi Undang-Undang (selanjutnya disebut UU 8/2015).

Sementara itu, terhadap Pasal 158 UU 8/2015 telah pernah

dimohonkan pengujian konstitusionalitasnya yang oleh

Mahkamah dalam Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor

51/PUU-XIII/2015, bertanggal 9 Juli 2015, telah dinyatakan

ditolak dan dalam Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor

58/PUU-XIII/2015, bertanggal 9 Juli 2015, telah dinyatakan

tidak dapat diterima karena Mahkamah berpendapat bahwa

hal itu merupakan kebijakan hukum terbuka pembentuk

Undang-Undang sekaligus sebagai bagian upaya

membangun struktur, substansi, dan terutama etika dan

budaya politik yang makin dewasa.

(29)

Dalam Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor

51/PUU-XIII/2015, Mahkamah menyatakan, antara lain,

“[3.19] … bahwa tidak semua pembatasan serta merta

berarti bertentangan dengan UUD 1945, sepanjang

pembatasan tersebut untuk menjamin pengakuan, serta

penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan

untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan

pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan

ketertiban umum maka pembatasan demikian dapat

dibenarkan menurut konstitusi [vide Pasal 28J ayat (2) UUD

1945]. Menurut Mahkamah, pembatasan bagi peserta

Pemilu untuk mengajukan pembatalan penetapan hasil

penghitungan suara dalam Pasal 158 UU 8/2015

merupakan kebijakan hukum terbuka pembentuk

Undang-Undang untuk menentukannya sebab pembatasan demikian

logis dan dapat diterima secara hukum sebab untuk

mengukur signifikansi perolehan suara calon”.

Dalam Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor

58/PUU-XIII/2015, Mahkamah menyatakan, antara lain,

“Bahwa rasionalitas Pasal 158 ayat (1) dan ayat (2) UU

8/2015 sesungguhnya merupakan bagian dari upaya

pembentuk Undang-Undang mendorong terbangunnya

etika dan sekaligus budaya politik yang makin dewasa,

yaitu dengan cara membuat perumusan norma

Undang-Undang di mana seseorang yang turut serta dalam

kontestasi Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota tidak

serta-merta menggugat suatu hasil pemilihan ke Mahkamah

Konstitusi dengan perhitungan yang sulit diterima oleh

penalaran yang wajar”.

b. bahwa selanjutnya, terkait dengan keberadaan Pasal 158

UU 10/2016 tersebut, berdasarkan kewenangan yang

diberikan oleh Pasal 86 UU MK, Mahkamah telah

menerbitkan Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 1

Tahun 2016 tentang Pedoman Beracara Dalam Perkara

Perselisihan Hasil Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota

(selanjutnya disebut PMK 1/2016) sebagaimana telah

diubah dengan Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 1

Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Mahkamah

Konstitusi Nomor 1 Tahun 2016 tentang Pedoman Beracara

Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Gubernur,

Bupati, dan Walikota (selanjutnya disebut PMK 1/2017)

yang merupakan penjabaran terhadap ketentuan Pasal 158

UU 10/2016 tersebut yang selanjutnya dijadikan pedoman

oleh Mahkamah dalam melaksanakan kewenangannya yang

diberikan oleh UU 10/2016 dalam mengadili perselisihan

(30)

hasil pemilihan gubernur, bupati, dan walikota serentak

2017;

c.

bahwa keberadaan Mahkamah dalam diskursus/perdebatan

tentang penerapan Pasal 158 UU 10/2016 dalam persoalan

penyelesaian perselisihan hasil pemilihan gubernur, bupati,

dan walikota harus dibedakan dengan keberadaan

Mahkamah dalam persoalan permohonan untuk

mengesampingkan penerapan Pasal 158 UU 10/2016.

Dalam hal yang disebutkan terdahulu, kedudukan

Mahkamah adalah sebagai pelaksana Undang-Undang dan

itu pun sifatnya sementara, sedangkan dalam hal yang

disebut belakangan kedudukan Mahkamah adalah sebagai

organ negara yang sedang melaksanakan fungsinya

“mengadili” norma Undang-Undang. Dengan demikian,

mencampuradukkan kedudukan Mahkamah dalam dua

keadaan yang berbeda tersebut dengan dalih demi keadilan

substantif adalah tindakan yang justru mencederai keadilan

itu sendiri.

[3.2] Menimbang bahwa meskipun UU 10/2016 adalah Undang-Undang

perubahan dari Undang-Undang sebelumnya, yaitu UU 8/2015,

secara substansial tidak ada perbedaan antara UU 8/2015 dan UU

10/2016 yang berkenaan dengan kewenangan Mahkamah.

Sementara itu, substansi pertimbangan sebagaimana diuraikan

pada paragraf [3.1] di atas sesungguhnya telah diuraikan secara

panjang lebar dalam pertimbangan hukum putusan-putusan

Mahkamah dalam perkara perselisihan hasil pemilihan gubernur,

bupati, dan walikota tahun 2015 [vide Putusan Mahkamah

Konstitusi Nomor 8/PHP.BUP-XIV/2016, bertanggal 21 Januari

2016, paragraf [3.1] sampai dengan paragraf [3.2.15] dan

putusan-putusan lainnya dalam perkara perselisihan hasil

pemilihan gubernur, bupati, dan walikota serentak 2015],

sehingga dengan demikian pertimbangan hukum Mahkamah pada

putusan dalam perkara perselisihan hasil pemilihan gubernur,

bupati, dan walikota tahun 2015 dimaksud mutatis mutandis

berlaku pula terhadap permohonan a quo.

[3.3] Menimbang bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

diuraikan pada paragraf [3.1] sampai dengan paragraf [3.2] di

atas, Mahkamah berpendapat:

a. bahwa tidak terdapat dasar hukum bagi Mahkamah untuk

memperluas kewenangannya sendiri sehingga melampaui

kewenangan yang diberikan kepadanya oleh Pasal 157 ayat (3)

UU 10/2016 yaitu kewenangan mengadili perkara perselisihan

hasil pemilihan gubernur, bupati, dan walikota. Dengan kata

lain, secara a contrario, tidak mungkin bagi Mahkamah

memperluas kewenangannya sehingga melampaui kewenangan

(31)

yang diberikan berdasarkan Pasal 157 ayat (3) UU 10/2016

tanpa mengambil alih kewenangan yang dimiliki oleh

institusi-institusi lainnya. Dengan demikian, Mahkamah tidak

sependapat dengan dalil-dalil yang dibangun Pemohon yang

dengan dalih menegakkan keadilan substantif lalu hendak

“memaksa” Mahkamah melanggar dan mengabaikan

batas-batas kewenangan yang diberikan kepada Mahkamah oleh

Undang-Undang, in casu UU 10/2016. Sekali Mahkamah

terbujuk untuk melampaui batas-batas itu maka hal itu akan

menjadi preseden buruk dalam penegakan hukum dan keadilan

di masa yang akan datang, khususnya yang berkenaan dengan

penyelesaian perkara perselisihan hasil pemilihan gubernur,

bupati, dan walikota, sehingga pada saat yang sama akan

dengan sendirinya juga menjadi preseden buruk bagi upaya

membangun budaya demokrasi yang menghormati ketentuan

yang ditetapkan oleh Undang-Undang sesuai dengan

prinsip-prinsip yang berlaku universal dalam negara hukum yang

demokratis (constitutional democratic state);

b. bahwa dalam hubungannya dengan Pasal 158 UU 10/2016,

Mahkamah tidak mungkin mengesampingkan keberlakuan Pasal

158 UU 10/2016 sebab mengesampingkan Pasal 158 UU

10/2016 sama halnya dengan menentang putusan dan

pendiriannya sendiri sebagaimana ditegaskan dalam Putusan

Mahkamah Konstitusi Nomor 58/PUU-XIII/2015, bertanggal 9

Juli 2015, dan PMK 1/2016 sebagaimana telah diubah dengan

PMK 1/2017. Demikian pula, Mahkamah tidak mungkin

mengesampingkan keberlakuan Pasal 158 UU 10/2016 tanpa

mencampuradukkan kedudukan Mahkamah sebagai pelaksana

(sementara) Undang-Undang (in casu UU 10/2016) dan

kedudukan Mahkamah sebagai pengadil Undang-Undang atau

kedudukan Mahkamah dalam melaksanakan kewenangan

lainnya yang diturunkan dari Pasal 24C UUD 1945.

Pengesampingan keberlakuan suatu norma Undang-Undang

hanya dapat dilakukan oleh Mahkamah tatkala Mahkamah

sedang melaksanakan kewenangan yang diberikan kepadanya

oleh Konstitusi, in casu Pasal 24C ayat (1) UUD 1945, bukan

tatkala Mahkamah sedang menjadi pelaksana ketentuan

Undang-Undang, sebagaimana halnya dalam perkara a quo.

Oleh karena itu, Mahkamah tidak sependapat dengan dalil

Pemohon yang dengan dalih menegakkan keadilan substantif

lalu “memaksa” Mahkamah untuk, di satu pihak, mengubah

pendiriannya tanpa landasan argumentasi yang dapat

dipertanggungjawabkan menurut kaidah-kaidah penalaran

hukum sehingga dapat menjadi persoalan serius dalam konteks

akuntabilitas peradilan (judicial accountability) dan di pihak lain

(32)

memperlakukan pihak-pihak lain secara tidak fair, yaitu mereka

yang karena sadar akan norma yang ditentukan dalam Pasal

158 UU 10/2016 lalu memutuskan untuk tidak mengajukan

permohonan kepada Mahkamah, padahal mereka boleh jadi

memiliki argumentasi yang lebih kuat atau setidak-tidaknya

sama kuatnya dengan argumentasi Pemohon dalam

permohonan a quo.

67.

HAKIM ANGGOTA: MANAHAN MP. SITOMPUL

Kewenangan Mahkamah

[3.4] Menimbang bahwa Pasal 157 ayat (3) Undang-Undang Nomor 10

Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah

Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang

Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi

Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor

130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

5898, selanjutnya disebut UU 10/2016) menyatakan, “Perkara

perselisihan penetapan perolehan suara tahap akhir hasil

Pemilihan diperiksa dan diadili oleh Mahkamah Konstitusi sampai

dibentuknya badan peradilan khusus”. Selanjutnya Pasal 157 ayat

(4) UU 10/2016 menyatakan, “Peserta Pemilihan dapat

mengajukan permohonan pembatalan penetapan hasil

penghitungan perolehan suara oleh KPU Provinsi atau KPU

Kabupaten/Kota kepada Mahkamah Konstitusi”.

[3.5]

Menimbang bahwa permohonan Pemohon a quo adalah

permohonan keberatan terhadap Keputusan Komisi Independen

Pemilihan Kabupaten Pidie Nomor 12/SK/KIP Kab. Pidie/Tahun

2017 tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan

Perolehan Suara dan Hasil Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Pidie

Tahun 2017, bertanggal 23 Februari 2017 [vide bukti P-1 = bukti

TD.3.004 = bukti PT-1]. Dengan demikian, Mahkamah berwenang

mengadili permohonan Pemohon a quo.

Tenggang Waktu Pengajuan Permohonan

[3.6] Menimbang bahwa berdasarkan Pasal 157 ayat (5) UU 10/2016,

dan Pasal 1 angka 27 serta Pasal 5 ayat (1) dan ayat (4) PMK

1/2016 sebagaimana telah diubah dengan PMK 1/2017, sebagai

berikut:

[3.6.1]Bahwa Pasal 157 ayat (5) UU 10/2016 menyatakan,

“Peserta Pemilihan mengajukan permohonan kepada

Mahkamah Konstitusi sebagaimana dimaksud pada ayat

(33)

(4) paling lambat 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak

diumumkan penetapan perolehan suara hasil Pemilihan

oleh KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota.”;

[3.6.2]Bahwa Pasal 5 ayat (1) PMK 1/2017 menyatakan,

“Permohonan Pemohon diajukan kepada Mahkamah

paling lambat 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak

diumumkan penetapan perolehan suara hasil pemilihan

oleh KPU/KIP Provinsi atau KPU/KIP Kabupaten/Kota”;

[3.6.3] Bahwa berdasarkan Pasal 157 ayat (5) UU 10/2016 dan

Pasal 5 ayat (1) PMK 1/2016 sebagaimana telah diubah

dengan PMK 1/2017, tenggang waktu pengajuan

permohonan pembatalan Penetapan Perolehan Suara

Tahap Akhir Hasil Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati

Kabupaten Pidie Tahun 2017 paling lambat 3 (tiga) hari

kerja sejak Termohon mengumumkan penetapan

perolehan suara hasil pemilihan;

[3.6.4] Bahwa Pasal 1 angka 27 PMK 1/2017 menyatakan, “Hari

kerja adalah hari kerja Mahkamah Konstitusi, yaitu hari

Senin sampai dengan hari Jumat”. Selanjutnya Pasal 5

ayat (4) PMK 1/2017 menyatakan “Hari kerja sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), yaitu pukul 07.30 WIB sampai

dengan pukul 24.00 WIB”;

[3.6.5] Bahwa hasil penghitungan suara Pemilihan Bupati dan

Wakil Bupati Kabupaten Pidie diumumkan oleh Termohon

berdasarkan Keputusan Komisi Independen Pemilihan

Kabupaten Pidie Nomor 12/SK/KIP Kab. Pidie/Tahun 2017

tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan

Perolehan Suara dan Hasil Pemilihan Bupati dan Wakil

Bupati Pidie Tahun 2017, hari Kamis, tanggal 23 Februari

2017, pukul 13.45 WIB [vide bukti P-1 = bukti TD.3.004

= bukti PT-1];

[3.6.6] Bahwa tenggang waktu 3 (tiga) hari kerja sejak Termohon

mengumumkan penetapan perolehan suara hasil

Pemilihan adalah hari Kamis, tanggal 23 Februari 2017,

pukul 13.45 WIB sampai dengan hari Senin, tanggal 27

Februari 2017, pukul 24.00 WIB.

[3.7]

Menimbang bahwa permohonan Pemohon diajukan di

Kepaniteraan Mahkamah pada hari Senin, tanggal 27 Februari

2017, pukul 15.49 WIB, berdasarkan Akta Pengajuan Permohonan

Pemohon Nomor 20/PAN.MK/2017, sehingga permohonan

Pemohon diajukan masih dalam tenggang waktu pengajuan

permohonan yang ditentukan peraturan perundang-undangan.

(34)

Kedudukan Hukum (Legal Standing) Pemohon

Dalam Eksepsi

[3.8] Menimbang bahwa sebelum Mahkamah mempertimbangkan lebih

lanjut mengenai pokok permohonan, Mahkamah terlebih dahulu

mempertimbangkan eksepsi Termohon dan eksepsi Pihak Terkait

mengenai kedudukan hukum (legal standing) Pemohon. Menurut

Termohon dan Pihak Terkait, permohonan yang diajukan oleh

Pemohon tidak memenuhi ketentuan Pasal 158 ayat (2) UU

10/2016 dan Pasal 7 ayat (2) PMK 1/2016.

[3.9] Menimbang bahwa dalam persidangan Pemeriksaan Pendahuluan

pada tanggal 16 Maret 2017, Pemohon menambahkan penjelasan

(renvoi) untuk melengkapi uraian pada angka 8 dalam

Permohonannya, yang telah pula diterima oleh Mahkamah secara

tertulis pada tanggal 17 Maret 2017. Terhadap hal tersebut,

menurut Mahkamah, oleh karena telah menyangkut substansi

permohonan maka demi menjaga serta menghormati asas fairness

dan kepatutan, khususnya dalam kaitannya dengan jawaban

Termohon dan keterangan Pihak Terkait, renvoi Pemohon tersebut

tidak dipertimbangkan sehingga permohonan Pemohon yang

diperiksa oleh Mahkamah adalah Perbaikan Permohonan yang

diterima melalui Kepaniteraan Mahkamah pada tanggal 3 Maret

2017. Selanjutnya, Mahkamah mempertimbangkan eksepsi

Termohon dan eksepsi Pihak Terkait mengenai kedudukan hukum

(legal standing) Pemohon.

[3.10] Menimbang bahwa dalam mempertimbangkan kedudukan

hukum (legal standing) Pemohon, Mahkamah akan

mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

1) Apakah Pemohon memenuhi ketentuan Pasal 1 angka 4 UU

8/2015 sebagaimana telah diubah dengan UU 10/2016, Pasal

157 ayat (4) UU 10/2016, dan Pasal 2 huruf a serta Pasal 3

ayat (1) PMK 1/2016 ?

2) Apakah Pemohon memenuhi ketentuan pengajuan permohonan

sebagaimana diatur dalam Pasal 158 ayat (2) huruf b UU

10/2016 dan Pasal 7 ayat (2) huruf b PMK 1/2016?

[3.11] Menimbang bahwa terhadap dua hal tersebut Mahkamah

mempertimbangkan sebagai berikut:

[3.11.1] Bahwa Pasal 1 angka 4 UU 8/2015, Pasal 157 ayat (4)

UU 10/2016, dan Pasal 2 huruf a serta Pasal 3 ayat (1)

PMK 1/2016, menyatakan:

Pasal 1 angka 4 UU 8/2015, “Calon Bupati dan Calon

Wakil Bupati, Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota

adalah peserta Pemilihan yang diusulkan oleh partai

politik, gabungan partai politik, atau perseorangan yang

(35)

didaftarkan atau mendaftar di Komisi Pemilihan Umum

Kabupaten/Kota”;

Pasal 157 ayat (4) UU 10/2016, “Peserta Pemilihan

dapat mengajukan permohonan pembatalan penetapan

hasil penghitungan perolehan suara oleh KPU Provinsi atau

KPU Kabupaten/Kota kepada Mahkamah Konstitusi”.

Pasal 2 huruf a PMK 1/2016, “Para Pihak dalam

perkara perselisihan hasil Pemilihan adalah:

a.

Pemohon;

b.

....;

Pasal 3 ayat (1) PMK 1/2016, “Pemohon

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a adalah:

a. pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur;

b. pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati; atau

c.

pasangan calon Walikota dan Wakil Walikota.”;

[3.11.2]Bahwa Keputusan Komisi Independen Pemilihan

Kabupaten Pidie Nomor 27/Kpts/KIP Kab. Pidie/Tahun

2016 tentang Penetapan Pasangan Calon Bupati dan Wakil

Bupati Pidie dalam Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Pidie

Tahun 2017, bertanggal 24 Oktober 2016, [vide bukti P-2

= bukti TA.001 = bukti PT-3] menyatakan bahwa:

Roni Ahmad dan Fadhlullah T.M. Daud, S.T.

H. Sarjani Abdullah dan M. Iriawan, S.E.

Ir. H. T. Tarmiyus dan Khalidin Daud

sebagai Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Peserta

Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Pidie;

serta Keputusan Komisi Independen Pemilihan Kabupaten

Pidie Nomor 28/Kpts/KIP Kab. Pidie/Tahun 2016 tentang

Penetapan Nomor Urut Pasangan Calon Bupati dan Wakil

Bupati Pidie dalam Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Pidie

Tahun 2017, bertanggal 25 Oktober 2016 [vide bukti P-3 =

bukti TA.002 = bukti PT-4], menyatakan, Nomor Urut dan

Daftar Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Peserta

Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Pidie Tahun

2017 adalah sebagai berikut:

Nomor

Urut

Nama Pasangan Calon

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu tradisi yang menarik untuk dikaji yaitu tradisi Omed - Omedan dari Sesetan yang memiliki nilai sosial budaya dan religius bagi masyarakat Banjar Kaja, Kelurahan

Penentuan fase post mortem dilakukan pada penelitian pendahuluan untuk mengetahui interval dan lama waktu terjadinya kemunduran mutu pada ikan gurami yang disimpan pada suhu

a) Data reduction: data yang diperoleh di lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu di catat secara teliti dan rinci. Mereduksi data: merangkum, memilih

Hadiah yang disampaikan dapat berupa barang dan juga bukan berupa barang seperti doa, salam, dan kata-kata indah serta beradat yang ditujukan kepada penerima

80021033 Kisaran, 04 April 2014 BAUR TILANG RINI SARTIKA BRIGADIR NRP.. KEPALA KEPOLISIAN RESOR

Metode yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan uji t untuk membandingkan produktivitas kedua perlakuan.Berdasarkan penelitian yang dilakukan, pemberian pakan

TIN*AUAN PUSTAKA A. asalah itu timbul karena akti&tas manusia yang menyebabkan lingkungan tidak atau kurang sesuai lagi untuk mendukung kehidupan manusia. 'aljar dari

Proses pendinginan dan pembekuan tidak mampu membunuh semua mikroba, sehingga pada saat dicairkan kembali (thawing), sel mikroba yang tahan terhadap suhu rendah akan mulai