• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. Macam - macam Hasil Belajar - Siti Anisa BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "2. Macam - macam Hasil Belajar - Siti Anisa BAB II"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah

mereka menerima pengalaman belajarnya (Sudjana 2009:22). Kemampuan yang

dimaksud adalah tingkat penguasaan yang dimiliki siswa setelah melakukan

pengalaman belajarnya melalui proses kegiatan belajar-mengajar.

Hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah terjadinya

proses pembelajaranyang ditunjukan dengan nilai tesyang diberikan oleh guru

setiap selesai memberikan materipembelajaran pada suatu pokok bahasan.

2. Macam - macam Hasil Belajar

Menurut Horwad Kingsley dalam Sudjana (2009) membagi tiga macam

hasil belajar yakni : (a). Ketrampilan dan keterbiasaan, (b). Pengetahuan dan

pengertian, (c). Sikap dan cita-cita.

Menurut Benyamin S. Bloom dalam Sudjana(2009: 22) hasil belajar siswa

dibagi menjadi tiga ranah, yaitu :

a. Ranah Kognitif, berkenaan dengan :

Ranah kognitif adalah ranah yang berkaitan dengan hasil belajar intelektual.

Dalam ranah kognitif terdiri dari enam aspek, yaitu (1) pengetahuan,

merupakan tipe hasil belajar yang terendah. (2)Pemahaman, terdiri dari tiga

(2)

terjemahan dalam arti yang sebenarnya.Tingkat dua adalah penafsiran, yakni

menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya

atau menghhubungkan beberapa bagian dari grafik dengan kejadian,

membedakan yang pokok dan mana yang bukan pokok. Tingkat tiga adalah

pemahaman ekstrapolasi. (3) Aplikasi, adalah penggunaan abstraksi pada

situasi konkret atau situasi khusus. Abstraksi tersebut mungkin berupa ide,

teori, atau petunjuk teknis, (4) Analisis, adalah usaha memilah suatu integritas

menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya atau

susunannya (5) Sintesis, yaitu menyatukan unsur-unsur atau bagian-bagian ke

dalam bentuk menyeluruh. (6) Evaluasi, adalah pemberian keputusan tentang

nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara kerja,

pemecahan, model, materi dan lain-lain (Sudjana, 2009:23-29).

b. Ranah Afektif, berkenaan dengan :

Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dannilai.Ada

beberapa jenis kategori ranah afektif yaitu (1) reciving / attending, yakni

semacam kepekaan penerimaan rangsangan (stumulasi) dari luar yang datang

kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain. (2)

responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap

stimulasi yang datang dari luar. Hal ini mencangkup ketepatan reaksi,

perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang kepada

dirinya, (3) valuing (penilaian), berkenaan dengan nilai dan kepercayaan

terhadap gejala atau stimulus tadi. (4) organisasi, yakni pengembangan dari

(3)

nilai lain, pemantapan, dan prioritas nilai yang dimilikinya. Yang termasuk

kedalam organisasi ialah konsep tentang nilai, organisasi sistem nilai dan

lain-lain, (5) karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yaitu keterpaduan semua

sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola

kepribadian dan tingkah lakunya(Sudjana, 2009:29-30).

c. Ranah psikomotor, dengan :

Ranah psikomotor Ranah psikomotoris adalah ranah yangberkaitan dengan

bentuk keterampilan dan kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan

keterampilan, yakni (1) gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak

sadar), (2) keterampilan pada gerakan-gerakan dasar, (3) kemampuan

perseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif,

motif dan lain-lain, (4) kemampuan di bidang fisik, misalnya

kekuatan,keharmonisan dan ketepatan, (5) gerakan-gerakan skill, mulai dari

keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks, (6)

kemampuan yang berkenalan dengan komunilasi non-decursive seperti

gerakan ekspresif dan interpretatif (Sudjana, 2009:30-33).

Dari uraian yang dijelaskan di atas, maka dapat peneliti simpulkan bahwa

hasil belajar geografi adalah kemampuan yang dicapai siswapada pelajaran

geografi setelah mengalami proses belajar yang terus menerus dan hasilnya

(4)

3. Faktor – faktor yang mempengaruhi hasil belajar

a. Faktor Internal (dari dalam individu yang belajar)

Faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar ini lebih ditekankan pada faktor

dalam individu yang belajar. Adapun faktor yang mempengaruhi kegiatan

tersebut adalah faktor psikologis, antara lain : motivasi, perhatian,

pengamatan, tanggapan dan lain sebagainya.

b. Faktor eksternal (dari luar individu yang belajar)

Pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya lingkungan belajar yang

kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan faktor dari luar siswa, adapun faktor

yang mempengaruhi adalah mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep

dan ketrampilan dan pembentukan sikap.

B. Pembelajaran Cooperative Learning 1. Pengertian Cooperativee Learning

Cooperative Learning berasal dari kata cooperative yang artinya

mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama

lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim.

Cooprative learning adalah suatu model pembelajaran yang saat ini

banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat

pada siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang

ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan

(5)

pembelajaran ini telah terbukti dapat dipergunakan dalam berbagai mata pelajaran

dan berbagai usia.

Istilah cooperative learning dalam bahasa indonesia dikenal dengan

nama pembelajaran kooperatif menurut johnson & johnson (1994) cooperative

learning adalah mengelompokan siswa di dalam kelas ke dalam suatu kelompok

kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka

milikidan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut.

2. Pendapat – pendapat tentang cooperative learning

Johnson dalam Isjoni(2010); menegemukakan “Cooperative mens

working together to accomplish shared goal. Within cooperative activities

individuals seek outcomes that are beneficial to all other groups members.

Cooperative learning is the intructional use of small groups that allows student to

work together to maximize their own and each other as learning”. Berdasarkan

uraian tersebut cooperative mengandung arti bekerja bersama dalam mencapai

tujuan bersama. Dalam kegiatan cooperatif, siswa mencari hasil yang

menguntungkan bagi seluruh anggota kelompok. Belajar kooperatif adalah

pemanfaatan kelompok kecil untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar

anggota lainnya dalam kelompok itu.

Slavin dalam Isjoni(2010) mengemukakan “in cooperative learning

methods, student work together in four member teams to master material initially

presented by the teacher”. Dari uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa

cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan

(6)

kolaboratif sehingga dapat merangsangsiswa lebih bergairah dalam belajar. Dan

menyebutkan bahwa cooperative learning merupakan model pembelajaran yang

telah dikenal sejak lama, di mana pada saat itu guru mendorong para siswa untuk

melakukan kerja smaa dalam kegiatan-kegiatan tertentu seperti diskusi atau

pengajaran oleh teman sebaya (peer teaching). Dalam melakukan beljar-mengajar

guru tidak lagi mendominasi seperti lazimnya pada saat ini, sehingga siswa

dituntut untuk berbagai informasi dengan siswa yang lain dan saling belajar

mengajar sesama mereka.

Anita Lie dalam Isjoni(2010); menyebut coopertavie learning dengan

istilah pembelajaran gotong royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberi

kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja samadengan siswa lain dalam

tugas – tugas yang terstruktur. Lebih jauh dikatakan cooperative learning hanya

berjalan kalau sudah terbentuk suatu kelompok atau suatu tim di dalamnya siswa

bekerja secara terarah untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan dengan

jumlah anggota kelompok pada umumnya terdiri dari 4-6 orang saja.

Djahiri K dalam Isjoni(2010); menyebutkan coopertive learning sebagai

pembelajaran kelompok kooperatif yang menuntut di tetapkannya pendekatan

belajar yang siswa sentris, humanistik, dan demokratis yang di sesuaikan dengan

kemampuan siswa dan lingkungan belajarnya. Dengan demikian, maka

pembelajaran kooperatif mampu membelajarkan diri dan kehidupan siswa baik

dikelas maupun sekolah.

Dengan melaksanakan model pembelajaran cooperative learning, siswa

(7)

melatih siswa untuk memiliki ketrampilan, baik ketrampilan berfikir (Thinking

skill) maupun ketrampilan sosial (social skill), seperti ketrampilan untuk

mengemukakan pendapat, menerima saran dan masukan dari orang lain,

bekerjasama, rasa setiakawan dan mengurangi timbulnya perilaku yang

menyimpang dalam kehidupan kelas.

Model pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk mengembangkan

pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan secara penuh dalam suasana belajar

yang terbuka dan demokratis. Siswa bukan lagi sebagai obyek pembelajaran,

namun bisa juga berperan sebagai tutor bagi teman sebayanya.

C. Model Pembelajaran Think-Pair-Share 1. Pengertian Think-Paire-Share

Model pembelajarankooperatif tipe Think Pair Share (TPS)

merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang mampu mengubah

asumsi bahwa metode resitasi dan diskusi perlu diselenggarakan dalam setting

kelompok secara keseluruhan. Karakteristik model TPS siswa dibimbing secara

mandiri, berpasangan, dan saling berbagi untuk menyelesaikan permasalahan.

Model ini selain diharapkan dapat menjebatani dan mengarahkan PBM juga

mempunyai dampak lain yang sangat bermanfaat bagi siswa. Beberapa akibat

yang dapat ditimbulkan dari model ini adalah siswa dapat berkomunikasi secara

langsung oleh individu lain yang dapat saling memberi informasi dan bertukar

pikiran serta mampu berlatih untuk mempertahankan pendapatnya jika pendapat

(8)

Ciri utama dalam pembelajaran cooperative Think Pair Share adalah tiga

langkah dalam proses pembelajaran, langkah pembelajaran Think Pair Share yaitu

Think (berfikir secara individu) Pair (berpasangan dengan teman sebangku), share

(berbagi jawaban dengan pasangan lain atau seluruh kelas).

2. Langkah-langkah belajar model TPS

Langkah – langkah belajar Think-Paire-Share menurut Trianto (2007).

Langkah 1. Think (berpikir).

Guru mengajukan suatu pertanyaan yang dikaitkan dengan pelajaran, dan

meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri.

Langkah 2. Pairing (berpasagan)

Guru meninta siswa untuk berpasangan dan berdiskusi dengan teman

sebangku untuk menyatukan jawaban yang sudah mereka peroleh. Secara umum

guru memberi waktu 4 atau 5 menit untuk berpasangan.

Langkah 3. Share (berbagi)

Langkah terakhir guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan

keseluruhan yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif untuk berkeliling

ruangan dari pasangan ke pasangan dan melanjutkan sampai sekitar sebagian

pasangan mendapat kesempatan untuk melaporkan.

3. Kelebihan dan kekurangan Think-Pair-Share

Menurut Lie (2002), berikut kelebihan dan kekurangan model

(9)

a) Meningkatkan kemandirian siswa

b) Meningkatkan partisipasi siswa untuk menyumbangkan pemikiran karena

merasa leluasa dalam mengungkapkan pendapatnya.

c) Membentuk kelompoknya lebih mudah dan lebih cepat

d) Melatih kecepatan berpikir siswa

Kelemahan model kooperatif tipe TPS

a) Tidak selamanya mudah bagi siswa untuk mengatur cara berpikir sistematik.

b) lebih sedikit ide yang masuk.

c) Jika ada perselisihan, tidak ada penengah dari siswa dalam kelompok yang

bersangkutan sehingga banyak kelompok yang melapor dan dimonitor.

4. Penelitian yang relevan

Berdasarkan hasil penelitian Junaidi Tahun 2007, menunjukkan bahwa

model pembelajaran TPS dapat meningkatkan keaktifan siswa dan menghasilkan

peningkatan hasil belajar. Penelitian tersebut di terapkan pada siswa-siswi SMA N

1 Danau Kerinci untuk mata pelajaran biologi.

Selain itu, penelitan Hefni Laili Tahun 2008 yang di terapkan di SMA N

4 Kota Jambi kelas XI IPA 2 pada materi konsep koloid dengan menggunakan

model pembelajaran Kooperatif tipe TPS dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Strategi berfikir secara berpasangan berkembang dari penelitian belajar

kooperatif. Pertama kali dikembangkan oleh Frank Lyman di universitas

Maryland pada tahun 1985 yang dikutip dalam buku Nur, dkk (2000), menyatakan

bahwa strategi belajar ini menentang asumsi bahwa berfikir kolegannya secara

(10)

dalam kelas. Strategi menentang asumsi bahwa semua resitasi dalam diskusi perlu

dilakukan dalam setting seluruh kelompok. Berfikir secara berpasangan memiliki

prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa lebih banyak

berfikir,menjawab dan saling membantu satu sama lain.

Andaikan guru baru saja melakukan penyajian singkat atau siswa telah

membaca suatu tugas, atau suatu situasi penuh teka-teki telah ditemukan.

Kemudian guru menginginkan siswa memikirkan secara mendalam tentang apa

yang telah dijelaskan atau dialami. Frank Lyman memilih menggunakan strategi

berfikir secara berpasangan sebagai gantinya tanya jawab seluruh siswa.

D. Materi Pembelajaran 1. Atmosfer(LKS MGMP:2012)

Kita dapat hidup di bumi, salah satunya karena bumia diselubungi

atmosfer yang tebalnya hampir 1000 km. Atmosfer terdiri atas beberapa lapisan,

yaitu :

a. Troposfer

b. Stratosfer

c. Mesosfer

d. Termosfer

e. Eksosfer

Pengantar cuaca dan iklim :

Cuaca adalah keadaan udara pada suatu saat dalam waktu yang singkat dan

(11)

Iklim adalah rata-rata keadaan udara dalam waktu yang relatif lama atau wilayah

luas.

Tabel.2 Perbedaan cuaca dan iklim

Cuaca Iklim

1. Mencangkup wilayah yang sempit

atau setempat, seperti suatu kota

Mencangkup wilayah yang luas seperti negara

2. Mudah berubah dari waktu ke waktu Relatif tetap untuk jangka waktu yang

lama

3. Pengukuran sesaat/harian Hasil pengukuran dalam waktu yang lama

10, 30 atau 100 tahun. Sumber : LKS MGMP (2012 : 27-37)

Unsur – unsur pembentuk cuaca dan iklim

1. Suhu udara (temperatur).

tentukan berdasarkan perhitungan dalam waktu yang lama (+30 tahun).

a. Iklim matahari

b. Iklim menurut W.Koppen

c. Iklim menurut Schmidt dan ferguson

(12)

2. Hidrosfer(LKS MGMP:2012)

Air di permukaan bumi tersebar di beberapa tempat seprti air di samudra

(97,1%) di permukaan bumi berupa es dan gletser (24,4%), air di permukaan (

0,61%) dan di atmosfer (0,001%). Bila dilihat dari jenis airnya sekitar 97,25%

berupa air asin sedangkan sisanya berupa air tawar. Lapisan sir ini dalam berbagai

wujud dinamakan hidrosfer..

Macam-macam siklus hidrologi:

Siklus hidrologi di awali dari energi panas matahari yang menyebabkan

suhu air di permukaan bumi dan permukaan laut naik, istilah-istilah dalam siklus

hidrologi adalah sebagai berikut:

a. Evaporasi

b. Transpirasi

c. Evapotranspirasi

d. Kondensasi

e. Presipitasi

f. Infiltrasi

g. Perkolasi

h. Surface Runoff

i. Mata Air

Berdasarkan lamanya air sampai di tempat asalnya, siklus hidrologi dapat

di bagi menjadi 3 macam :

a. Siklus pendek

(13)

c. Siklus panjang

Bentuk-bentuk tubuh perairan Dratan dan pemanfaatannya

a. Air permukaan

Daerah Aliran Sungai (DAS) disebut juga daerah tangkapan hujanyaitu

daerah semua air hujan yang jatuh mengalir masuk kedalam satu sistem sungai

yang mengalir menuju ke danau atau ke laut. DAS memiliki batasan yang

namanya pemisah air (water diviside). Pemisah air tersebut berwujud igir

pegunungan atau perbukitan yang membagi air hujan ke DAS yang

berdampingan.

a. Danau

Danau yaitu cekungan di permukaan bumi yang mencangkup luas dan di

genangi oleh air yang berasal dari sungai, mata air, gletser atau air hujan. Pada

umumnya permukaan danau selalu di atas permukaan tanah.

Ciri-ciri Danau

a. Air nya cukup danau

b. Tumbuh-tumbuhan air hanya menutupi bagian tepi.

c. Sudah terdapat gelombang di permukaan danau.

d. Terbentuk oleh proses alami.

Danau yang ukurannya sempit disebut telaga atau tasik.

Danau dapat dikelompokan menjadi beberapa macam antara lain :

a. Danau vulkanik

b. Danau tekhtonik

(14)

d. Danau kart atau danau dolina

Rawa trjadi karena sistem drainase (keluar masuknya air).

Tabel.3Perbedaan danau dan rawa

Danau Rawa

- Air nya dalam - Airnya dangkal dan berlumpur

- Nyaris tidak tertutup tumbuhan air - Tertutup tumbuhan air

- Sudah menunjukan gejala gelombang - Tidak ada gelombang

- Airnya jernih bisa tawar bisa asin - Air relatif keruh (coklat) dan

bersifat asa, Sumber : LKS MGMP (2012:42-47).

a. Laut

Permukaan laut mencangkup sekitar 71% lua bumi. Ilmu yg mempelajari

lautan dinamakan oceanografi.

Berdasarkan letaknya laut dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu:

a. Laut tepi

b. Laut pedalaman

c. Laut tengah

Berdasarkan ke dalamannya laut di bagi menjadi 4 macam yaitu:

a. Zona litorial atau pesisir (wilayah laut pasang surut)

b. Zona neritik (wilayah laut dangkal)

(15)

d. Zona abisal (wilayah laut dalam)

Air tanah

Air tanah mengisi pori-pori tanah/batuan karena infiltrasi dan perkolasi.

Kedalaman air tanah berada dari satu temapat ke tempat lain, di pengaruhi

ketebalan lapisan di atas kemiringan lahan, dan banyak sedikitnya

tumbuhan-tumbuhan.

Berdasarkan letaknya air tanah dapat di golongkan menjadi 2 yaitu:

a. Air tanah dangkal / air freatik

b. Air tanah dalam / air artesis.

3. Kerangka Berfikir

Proses belajar mengajar (PBM) dipandang berkualitas jika berlangsung

efektif bermakna dan ditunjang oleh sumber daya yang wajar. Proses belejar

mengajar dapat dikatakan berhasil jika siswa menunjukan tingkat penguasaan

yang tinggi terhadap tugas-tugas yang harus dikuasai dengan sasaran dan tujuan

pembelajaran. oleh karena itu guru sebagai pendidik bertanggung jawab

merencanakan dan mengelola kegiatan-kegiatan belajar mengajar sesuai dengan

tuntutan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada setiap mata pelajaran.

Didalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi agar siswa

dapat belajar secara efektif dan efisiensi, mengena pada tujuan yang diharapkan.

Salah satu strategi yang harus dimiliki oleh guru adalah harus menguasai

tehnik-tehnik penyajian atau biasa disebut metode mengajar.

Tehnik penyajian pelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara

(16)

didalam kelas yang diharapkan dapat memotivasi siswa dalam menguasai

pengetahuan, ketrampilan, menjawab pertanyaan dan memecahkan maslah dan

bersikap.

Berbagai macam tehnik mengajar, ada yang menekankan peranan guru

yang utama dalam pelaksanaan penyajian, ada pula yang menekankan pada media

pembelajaran tehnologi, adapula tehnik penyajian yang hanya digunakan untuk

sejumlah siswa yang terbatas dan yang tidak terbatas, tehnik penyajian didalam

dan diluar kelas dan lain sebagainya. Setiap tehnik tersebut memiliki ciri khas dan

tujuan tersendiri, sehingga dalam memilih tehnik pengajaran harus tetap bertolak

pada tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran serta kesesuain materi

dengan metode yang diterapkan.

Dengan metode Think-Pair-Share , diharapkan siswa dapat lebih

berminat dalam belajar mata pelajaran Geografi dan dapat memverikan solusi

dalam memahami materi, serta memberikan keaktifan, perhatian, belajar

memecahkan masalah yang dapat berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa

dalam rangka perbaikan proses belajar mengajar. Dengan demikian diharapkan

agar siswa dapat meningkatkan prestasinya.

4. Hipotesis

Berdasarkan kerangka berfikir Hipotesis yang akan dibuktikan dalam

penelitian ini adalah jika pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share

diterapkan maka ada peningkatan hasil belajar pada siswa kelas X.1 SMA

Referensi

Dokumen terkait

Namun ada beberapa hal yang menyebabkan tidak tercapainya target yang telah ditentukan, yaitu (a) Siswa belum dapat berpikir abstrak, (b) Siswa bergantung pada

Menurut Sudjana (2002:22) ada dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Kedua faktor tersebut adalah.. Faktor-faktor yang bersumber dari dalam diri siswa. Faktor ini

Hal ini menunjukkan adanya peningkatan terhadap hasil belajar siswa meskipun tidak semua siswa telah tuntas namun secara tidak langsung ada perubahan sedikit demi

Kelebihan dari tahap ini adalah adanya “think time” atau waktu berpikir yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir mengenai jawaban mereka

Sehingga siswa akan menjadi lebih aktif kreatif serta mandiri dan menambah pengetahuan dan wawasan berpikir siswa.Harapan peneliti dengan menggunakan metode

1. Syarat- syarat didaktik, mengatur tentang penggunaan LKS yang bersifat universal dapat digunakan dengan baik untuk siswa yang lamban atau yang pandai. LKS lebih menekankan

Penjelasan tersebut mengarah pada kesimpulan bahwa ada perbedaan keterampilan berpikir kreatif dan keterampilan psikomotorik antara siswa yang mengikuti pembelajaran

Kesimpulan dari kelebihan dan kekurangan pembelajaran model Make A Match adalah bahwa kelebihannya dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, karena adanya unsur