• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH ADVERTISING, PUBLIC RELATIONS, PERSONAL SELLING, DAN SALES PROMOTION TERHADAP MINAT MENABUNG DI BNI SYARIAH KC SURAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH ADVERTISING, PUBLIC RELATIONS, PERSONAL SELLING, DAN SALES PROMOTION TERHADAP MINAT MENABUNG DI BNI SYARIAH KC SURAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna"

Copied!
166
0
0

Teks penuh

(1)

KC SURAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna

Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)

Disusun Oleh:

SEPTIYA ANGGRAENI

(21314183)

PROGRAM STUDI S1 PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

(2)

i

KC SURAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna

Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)

Disusun Oleh:

SEPTIYA ANGGRAENI

(21314183)

PROGRAM STUDI S1 PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

vi

Barang siapa yang bersungguh-sungguh maka dia akan berhasil (mendapatkannya).

“Barang siapa yang dia itu menanam maka dia akan

mendapat (menuai) hasilnya”

Allah knows you’re tired

Allah knows you’re trying

Allah knows it’s difficult for you

But know that Allah will never put you in a situation you

(8)

vii Skripsi ini kupersembahkan kepada:

1. Kedua orang tuaku yang sangat aku cintai dan aku takdhimi (Bapak Samroni dan Ibu Tentrem Sutarti), karena dengan bimbingan, arahan, dan do‘a-do‘a

beliaulah aku bisa menjadi lebih baik dan berprestasi.

2. Adikku yang aku sayangi dan aku banggakan (Sevi Sa‘ida Ulya) aku berdo‘a

semoga cita-citamu tercapai dan menjadi orang yang dapat mengharumkan

nama keluarga.

3. Seluruh dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmunya

kepadaku, memfasilitasiku, dan telah memberikan pelayanan dengan

sebaik-baiknya sehingga menjadikanku seperti sekarang ini. Aku hanua bisa berucap jazakumullahu khairal jaza’ jaza’an katsiron.

4. Sahabat seperjuanganku Jessica, Nisa, dan Nurul yang selalu memberikan

dukungan, motivasi, bantuan, dan arahan dalam penyusuna skripsi ini.

5. Keluarga Posko 95 KKN IAIN Salatiga dan Remaja Dusun Boja yang juga

tak henti-hentinya selalu memberikan dukungan dan do‘a agar cepat

terselesaikannya skripsi ini.

6. Sahabat-sahabatku Mas Imam, Wahyu, Ririk, Rani, Kiki, Ryan, Desi Rose,

Fira dan Shintia yang selalu memberikan dukungan, motivasi dan do‘anya selama penyusunan skripsi ini.

7. Kepada seluruh teman-teman UKM KSEI yang telah memberikan ilmu dan

(9)

viii

menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa

tercurahkan kepada baginda nabi agung Muhammad SAW, yang telah membawa

umatnya dari jaman jahiliyah menuju yang terang benderang. Aamiin.

Skripsi ini ditulis sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana

Ekonomi (S.E) pada Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Penulis mengajukan skripsi dengan judul ‖ Pengaruh Advertising, Public Relations, Personal Selling, dan

Sales Promotion Terhadap Minat Menabung di BNI Syariah KC Surakarta‖.

Dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis tidak terlepas dari

bentuan, dukungan, serta bimbingan oleh berbagai pihak. Maka dikarenakan

demikian, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor Islam Institut Agama

Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

2. Bapak Dr. Anton Bawono, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

3. Ibu Fetria Eka Yudiana, M.Si., selaku Ketua Program Studi S1 Perbankan

Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri

(10)

ix

5. Bapak dan Ibu dosen serta seluruh karyawan IAIN Salatiga yang telah

memberikan ilmu dan bimbingannya kepada penulis.

6. Kedua orang tuaku tercinta yang telah membimbing dan memotivasi sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas kasih sayang, do‘a,

nasehat, kesabaran dan semangat yang luar biasa.

7. Sahabat seperjuanganku Jessica, Nisa, dan Nurul yang selalu memberikan

dukungan, motivasi, bantuan, dan arahan dalam penyusuna skripsi ini.

8. Kepada seluruh teman-teman UKM KSEI yang telah memberikan ilmu dan

pengalaman selama di bangku kuliah.

9. Rekan-rekan mahasiswa angkatan 2014 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

Prodi S-1 Perbankan Syariah.

10.Dan semua pihak yang telah membantu penulis, yang tidak bisa penulis

sebutkan satu persatu.

Selanjutnya penyusun sangat menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari

kata sempurna. Oleh karena itu, penyusun membuka tangan yang selebar-lebarnya

terhadap kritik dan saran yang bersifat membangun demi menyempurnakan

skripsi ini. Akhirnya, penyusun hanya bisa berharap semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penyusun pada khusunya.

Salatiga, 14 September 2018

(11)

x

Anggraeni, Septiya. 2018. Pengaruh Advertising, Public Relations, Personal Selling, dan Sales Promotion terhadap Minat Menabung di BNI Syariah KC Surakarta. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Jurusan Perbankan Syariah S1. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Ahmad Mifdlol M, Lc., M.SI. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh advertising, public relations, personal selling, dan sales promotion terhadap minat menabung di BNI Syariah KC Surakarta. Dalam penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan mengolah data primer melalui kuesioer yang diberikan kepada nasabah BNI Syariah KC Surakarta sebanyak 100 rersponden dengan teknik Probability Sampling. Data yang diperoleh diolah menggunakan analisis regresi berganda. Analisis yang digunakan meliputi uji instrument dan uji asumsi klasik. Berdasarkan hasil uji penelitian yang dilakukan yaitu: 1) variabel advertising (X1) berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat menabung; variabel public relations (X2) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap minat menabung; variabel personal selling (X3) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap minat menabung; variabel sales promotion (X4) berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat menabung.

(12)

xi

HALAMAN JUDUL ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv

PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Kegunaan Penelitian... 9

E. Sistematika Penulisan ... 10

BAB II LANDASAN TEORI ... 12

A. Telaah Pustaka ... 12

B. Kerangka Teori... 17

1. Advertising ... 17

2. Public Relations ... 28

3. Personal Selling ... 36

4. Sales Promotion ... 55

5. Minat ... 61

(13)

xii

C. Populasi dan Sampel ... 69

D. Teknik Pengumpulan Data ... 71

E. Skala Pengukuran ... 72

F. Definisi Konsep dan Operasional ... 72

G. Instrumen Penelitian... 77

H. Uji Instrumen Penelitian ... 77

I. Alat Analisis ... 84

BAB IV ANALISIS DATA ... 86

A. Latar Belakang Perusahaan ... 86

1. Sejarah Berdirinya BNI Syariah KC Surakarta ... 86

2. Visi dan Misi Perusahaan ... 87

3. Struktur Organisasi BNI Syariah KC Surakarta ... 88

4. Karakteristik Responden ... 89

B. Analisis Data ... 94

1. Uji Instrumen ... 94

2. Analisi Regresi Linear Berganda... 96

3. Uji Statistika ... 99

4. Uji Asumsi Klasik ... 102

C. Pembahasan ... 109

BAB V PENUTUP ... 115

A. Kesimpulan ... 115

B. Saran ... 116 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(14)

xiii

Tabel 2. 2 Kemungkinan Tujuan Periklanan... 25

Tabel 2. 3 Profil Jenis-jenis Media Penting ... 28

Tabel 3. 1 Variabel dan Indikator Penelitian ... 75

Tabel 4. 1 Jenis Kelamin Responden ... 90

Tabel 4. 2 Usia Responden... 90

Tabel 4. 3 Pendidikan Terakhir ... 91

Tabel 4. 4 Pekerjaan Responden ... 92

Tabel 4. 5 Penghasilan per Bulan ... 93

Tabel 4. 6 Hasil Uji Reliabilitas ... 94

Tabel 4. 7 Hasil Uji Validitas……….95

Tabel 4. 8 Uji Regresi Linear Berganda….………97

Tabel 4. 9 Uji Ttest….………...…..99

Tabel 4. 10 Uji Ftest ... 100

Tabel 4. 11 Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 101

Tabel 4.12 Uji Multikolinearitas ... 102

Tabel 4. 13 Uji Heteroskendastisitas ... 103

Tabel 4. 14 Uji Normalitas Kolmogrov-Smirnov ... 107

Tabel 4. 15 Persamaan Linear Regresi ... 108

Tabel 4. 16 Persamaan Kuadrat Regresi ... 108

(15)

xiv

Gambar 2. 1 Kerangka Penelitian ... 65

Gambar 4. 1 Struktur Organisasi ... 89

Gambar 4. 2 Output Viewer Regression Standarized Residual ... 105

(16)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan perbankan syariah di Indonesia tidak terlepas

pengaruhnya dari perkembangan perbankan syariah di berbagai negara. Pada

awalnya, model bank syariah ini diterapkan di Pakistan pada akhir tahun

1950-an yang tidak membebankan bunga kepada peminjamnya. Di India,

Jamaat Islami Hindi memulai sistem pinjaman bebas bunga pada tahun 1868.

Di Mesir, pada awalnya didirikan Bank Syariah secara sederhana pada tahun

1963 di kota Mit Ghamr. Di Malaysia pada tahun 1983 didirikan Bank Islam

Malaysia Berhad yang dioperasikan berdasarkan syariah Islam. Dan di Iran

perbankan syariah mulai diterapkan pada tahun 1979, kerika

dinasionalisasikan-nya bank-bank konvensional. (Syukron, 2013: 47).

Pada 2008 UU Perbankan Syariah pun lahir setelah melalui diskusi

panjang antar anggota dewan, praktisi, pemerintah dan pemangku

kepentingan.Namun, kendati parlemen dan pemerintah telah mengesahkan

UU Perbankan Syariah, industri ini dinilai masih belum berlari seperti yang

(17)

Gambar 1. 1 Grafik Global Islamic Financial Report (GIFR) tahun 2014

Hal ini dapat dilihat grafik Global Islamic Financial Report (GIFR)

tahun 2014, Indonesia menduduki urutan ketujuh turun tiga peringkat yang

sempat menempati urutan keempat pada tahun 2011. Dengan melihat

beberapa aspek dalam penghitungan indeks, seperti jumlah bank syariah,

jumlah lembaga keuangan non-bank syariah, maupun ukuran aset keuangan

syariah yang memiliki bobot terbesar, dapat dikatakan perkembangan

perbankan syariah di Indonesia berjalan di tempat, bahkan belum

menunjukkan perkembangan yang signifikan dari tahun-tahun sebelumnya

(18)

Serta berdasarkan data yang diperoleh dari ‗State of the Global Islamic

Economy Report 2016‘, Indonesia berada di posisi ke 10 dengan nilai asset

sebesar 23 miliar dolas AS dari total 2 triliun dolar AS asset keuangan syariah

dunia (Samir: 2017). Padahal sebagai negara dengan penduduk muslim

terbesar, sudah selayaknya Indonesia berpotensi menjadi kiblat

pengembangan keuangan syariah di dunia (Syukron, 2013: 49).

Potensi itulah yang menjadikan pertumbuhan jumlah perbankan syariah

di Indonesia begitu pesat. Namun pertumbuhan tersebut tidak dibarengi

dengan market share perbankan syariah, dimana market share perbankan

syariah terbilang masih rendah yaitu dibawah 5%. Hak ini terbukti menurut

Otoritas Jasa Keuangan dalam Pasar Modal Syariah terlihat bahwa market

share perbankan syariah menunjukkan angkat 4,66%. Sebelumnya pada tahun

2014 market share perbankan syariah sebesar 4,89%. Ini menunjukkan bahwa

market share perbankansyariah dari tahun 2014 sampai 2015 mengalami

penurunan 0,23% (Rahayu: 2017).

Salah satu kendala yang menyebabkan market share perbankan syariah

masih dibawab 5% adalah sosialisasi. Kurangnya sosialisasi perbankan

syariah yang belum optimal menjadi salah satu kendala yang dialami

perbankan syariah. Hal ini meunjukkan bahwa sosialisasi perbankan syariah

sangat penting, yang bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang

kemanfaatan produk serta jasa perbankan syariah khususnya untuk

(19)

Sebagai langkah konkrit upaya pengembangan perbankan Syari‘ah di Indonesia, maka Bank Indonesia telah merumuskan sebuah ―Grand Strategi

Pengembangan Pasar Perbankan Syari‘ah‖, sebagai strategi komprehensif pengembangan pasar yang meliputi aspek-aspek strategis, salah satunya yaitu

program sosialisasi dan edukasi masyarakat secara lebih luas dan efisien

melalui berbagai sarana komunikasi langsung, maupun tidak langsung (media

cetak, elektronik, online/web-site), yang bertujuan untuk memberikan

pemahaman tentang kemanfaatan produk serta jasa perbankan syari‘ah yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat (Syukron, 2013: 33).

Selama ini kegiatan sosialisasi dan edukasi perbankan syariah didukung

oleh Bank Indonesia melalui program ‘iB Campaign’ baik melalui media masa (iklan layanan masyarakat), syariah expo, penyelenggaraan

workshop/seminar, dsb. Peran Bank Indonesia dalam hal ini akan berkurang

seiring dengan pengalihan kewenangan pengaturan dan pengawasan sektor

perbankan (termasuk perbankan syariah) kepada Otoritas Jasa Keuangan

(OJK). Untuk itu, industri perbankan syariah perlu meningkatkan ‗kemandirian‘, baik dalam hal formulasi program maupun pembiayaannya

sehingga program ‘iB Campaign’ dapat terus berlangsung secara berkelanjutan (Alamsyah, 2015: 33).

Untuk mengatasi kendala tersebut maka perbankan syariah perlu

melakukan strategi pemasaran yang tepat untuk memasarkan produknya.

Bagian yang terpenting dari strategi pemasaran produk perbankan adalah

(20)

srategi pemasaran yang dinilai tepat yaitu melakukan bauran promosi

(promotional mix) yang dapat dilakukan dengan cara melalui iklan, promosi

penjualan, penjualan pribadi, dan publisitas (Rahayu: 2017).

Dengan strategi bauran promosi (promotional mix) yang dilakukan,

perbankan syariah akan berusaha membujuk calon nasabah untuk melakukan

pembelian atas suatu produk atau jasa yang ditawarkan, dalam hal ini

perbankan syariah melakukan komunikasi dengan konsumen. Bauran promosi

(promotional mix) diperlukan untuk memperkenalkan, memberikan informasi

serta membentuk image dari suatu produk atau jasa yang ditawarkan. Bauran

promosi (promotional mix) juga menjadi faktor penting dalam mempengaruhi

pengambilan keputusan pembelian produk, dan menjadi hal yang diutamakan

dalam melakukan pengenalan suatu produk untuk mengambil keputusan

pembelian produk. Sehingga konsumen bisa mengambil keputusan terhadap

produk yang ditawarkan oleh perbankan syariah (Rahayu: 2017).

Menurut Mukhtar (2015), Haris & Irham (2012), Maisya (2013) dan

Wulandari (2013) salah satu faktor yang dapat mempengaruhi minat

menabung adalah advertising. Menurut Mukhtar (2015) iklan dalam bentuk

media cetak menginformasikan tentang produk-produk yang ditawarkan

kepada masyarakat. Promosi melalui media elektronik disampaikan dengan

menggunakan televisi. Durasi penayangan yang tidak terlalu lama, namun

berulang-ulang membuat tampilan audio visual yang disertai dengan warna

dan suara pada iklan menjadi menarik bagi pemirsa televisi. Sehingga tidak

(21)

melalui iklan yang ditampilkan pada media televisi (2015). Akan tetapi Robot

(2015) menyatakan dalam penelitian mereka bahwa advertising tidak

mempengaruhi minat menabung.

Dalam Robot (2015) menyatakan bahwa publisitas (publicity) merupakan usaha untuk merangsang permintaan dari suatu produk secara non personal dengan membuat, baik yang berupa berita yang bersifat komersial tentang produk tersebut didalam media tercetak, atau tidak maupun hasil wawancara yang disiarkan dalam media tersebut. Imansyah, dkk (2015), Mukhtar (2015), dan Maisya (2013) yang meniliti pengaruh hubungan masyarakat terhadap keputusan menabung menghasilkan kesimpulan penelitian bahwa public relations mempengaruhi minat menabung. Namun, penelitian tersebut berbeda dengan penelitian Ummah (2018), yang menyatakan bahwa public relations tidak berpengaruh terhadap minat menabung.

Mengingat banyaknya bank-bank lain yang secara besar-besaran

mengiklankan dan menjual produk, maka diperlukan strategi dan penerapan

personal selling dalam mempromosikan produk yang dijual dengan tepat

sehingga tepat sasaran dan mencapai tujuan yaitu terciptanya penjualan dan

pembelian terhadap produk tersebut. Oleh sebab itu, dalam melakukan

personal selling diharapkan memiliki keterampilan serta kemampuan untuk

berkomunikasi yang baik sehingga nasabah tertarik dan dapat memahami

(22)

Dalam penelitian Imansyah, dkk (2015), Natalya (2016), Alvira (2015),

dan Ummah (2018) menyatakan bahwa personal selling berpengaruh

signifikan terhadap minat menabung. Sedangkan dalam penelitian Robot

(2015) menyebutkan bahwa personal selling tidak mempengaruhi minat

nasabah dalam menabung.

Promosi penjulan sering menarik konsumen untuk berganti merek,

karena pemakai merek sering mencari harga yang murah, nilai yang baik,

hadiah dan sebagainya (Maisya: 2013). Robot (2015), Nasution (2017) yang meniliti pengaruh sales promotion terhadap keputusan menabung menghasilkan kesimpulan penelitian bahwa sales promotion mempengaruhi minat menabung. Namun, penelitian tersebut berbeda dengan penelitian Ummah (2018) dan Maisya (2013) yang menyatakan bahwa sales promotion

tidak berpengaruh terhadap minat menabung.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya,

terdapat gap mengenai perbedaan hasil penelitian. Perbedaan penelitian ini

dengan sebelumnya adalah adanya kombinasi penggunaan variabel

independen yang lebih kompleks dari bauran promosi yang belum digunakan

oleh peneliti sebelumnya. Selain itu pembaharuan periode waktu yang diteliti

(23)

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis perlu melakukan

penelitian pada bank syariah dengan judul: ”Pengaruh Advertising, Public Relations, Personal Selling, dan Sales Promotion Terhadap Minat Menabung di BNI Syariah KC Surakarta”.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas maka terbentuklah rumusan masalah yakni sebagai

berikut:

1. Bagaimana pengaruh advertising terhadap minat menabung di bank

syariah?

2. bagaimana pengaruh public relations terhadap minat menabung di bank

syariah?

3. Bagaimana pengaruh personal selling terhadap minat menabung di bank

syariah?

4. Bagaimana pengaruh sales promotion terhadap minat menabung di bank

syariah?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis pengaruh advertising terhadap minat menabung di bank

syariah.

2. Menganalisis pengaruh public relations terhadap minat menabung di

(24)

3. Menganalisis pengaruh personal selling terhadap minat menabung di

bank syariah.

4. Menganalisis pengaruh sales promotion terhadap minat menabung di

bank syariah.

D. Kegunaan Penelitian

Harapan peneliti dalam melakukan sebuah penelitian yang dilakukan

adalah dpat bermanfaat bagi siapa saja yang membutuhkannya.

Adapun kegunaan atau manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi peneliti

Dapat memberikan pemahaman yang lebih tentang penulisan karya

ilmiah, pendalaman ilmu yang diperoleh di bangku kuliah dan membantu

dalam penyelesaian skripsi guna memperoleh gelar sarjana ekonomi.

2. Bagi Akademik

Adanya penelitian ini sebagai referensi bagi penelitian berikutnya

sehingga diharapkan dapat bermanfaat dan memperkaya literature ilmiah

dan khazanah ilmu baru.

3. Bagi Perbankan

Dapat dijadikan referensi dalam evaluasi kebijakan internal

perbankan dalam meningkatkan kualitas SDM-nya sehingga kinerja dan

(25)

E. Sistematika Penulisan

PENDAHULUAN

Bab I ini memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian dan sistematika penelitian. Latar belakang masalah memuat adanya

kesenjangan antara harapan dan kenytaan, baik kesenjangan teoritik ataupun

kesenjangan praktis yang melatarbelakangi masalah yang diteliti. Rumusan

masalah berisi penegasan mengenai pertanyaa-pertanyaan yang hendak

dicarikan jawabannya melalui penelitian.

LANDASAN TEORI

Bab II ini diuraikan teori-teori yang digunakan dalam penelitian yaitu:

pengertian advertising, pengertian public relations, pengertian personal

selling, pengertian sales promotion, pengertian minat. Serta berisi penelitian

terdahulu, kerangka penelitian, perumusan hipotesis. Penelitian terdahulu

merupakan penelitian yang dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya yang

berhubungan dengan penelitian ini. Hipotesis adalah pernyataan yang

disimpulkan dari tinjauan pustaka serta merupakan jawaban sementara atas

masalah penelitian.

METODOLOGI PENELITIAN

Bab III ini berisi tentang metode penelitian. Pada bab ini menguraikan

jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian, lokasi yang akan dijadikan

penelitian. Waktu penelitian. Populasi berisi jumlah seluruh target yang akan

(26)

jumlah populasi, jumlah yang diambil dan metode pengambilan jenis sampel

dan sumber data mengenai gambaran tentang jenis data yang digunakan untuk

variable penelitian. Teknik pengumpulan data berisi cara atau langkah dalam

pengambilan kemudian akan dikumpulkan untuk dijadikan penguat dalam

penelitian. Skala pengukuran merupakan alat yang digunakan untuk

mengukur data yang telah terkumpul. Definisi konsep dan operasional

menguraikan variable dan efisiensi operasional dimana skripsi terhadap

variable yang berkaitan dengan jumlah populasi. Metode analisis data

mengungkapkan bagaimana gambaran model analisis yang digunkana dalam

penelitian.

ANALISIS DATA

Bab IV adalah analisis data dan pembahasan. Pada bab ini berisi

tentang deskripsi objek penelitian yang di dalamnya menguraikan tentang

penjelasan singkat objek yang digunakan dalam penelitian dari uraian hasil

analisis data.

PENUTUP

Bab V merupakan bab terakhir dari skripsi. Bab ini berisi penjelasan

ringkas dari hasil analisa berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian.

Saran merupakan rekomendasi atau himbauan kepada pihak terkait agar

pembahasan yang dipaparkan dapat memberikan ilmu pengetahuan dan

(27)

12

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Telaah Pustaka

Studi mengenai ‖Pengaruh Advertising, Public Relations, Personal

Selling dan Sales Promotion Terhadap Minat Menabung di Bank Syariah‖ sudah beberapa kali dilakukan oleh peneliti lain, diantaranya Mukhtar (2015),

Robot (2015), Mustabsiroh (2016), Wulandari (2013), Siswanti (2015), Haris

& Irham (2012), Maisya (2013), Imansyah, dkk (2015), Ummah (2018),

Nasution (2017),Alvira (2017), Natalya (2016).

Penelitian yang membahas advertising telah dibahas oleh peneliti

sebelumnya diantaranya Mukhtar (2015), Mustabsiroh (2016), Wulandari

(2013), Siswanti (2015), Haris & Irham (2012), Maisya (2013), Imansyah,

dkk (2015), Ummah (2018), yang menyatakan bahwa advertising

memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap minat menabung.

Sedangkan Robot (2015) menyatakan bahwa bahwa advertising tidak

pengaruh signifikan terhadap minat menabung.

Adapun penelitian mengenai public relations telah dilakukan oleh

peneliti Mukhtar (2015), Robot (2015), Maisya (2013), dan Imansyah, dkk

(2015), menyimpulkan bahwa public relations berpengaruh signifikan

terhadap minat menabung. Akan tetapi Ummah (2018) menyatakan bahwa

public relations memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap minat

(28)

Penelitian yang membahas tentang personal selling telah dilakukan

oleh peneliti Alvira (2017), Natalya (2016), menyatakan bahwa personal

selling berpengaruh signifikan terhadap minat menabung. Akan tetapi Robot

(2015) dan Imansyah, dkk (2015), menyatakan bahwa personal selling

memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap minat menabung.

Sedangkan Ummah (2018) menyatakan bahwa personal selling berpengaruh

positif tetapi tidak signifikan terhadap minat menabung.

Penelitian yang membahas tentang sales promotion telah dilakukan

oleh peneliti Robot (2015), Imansyah, dkk (2015), dan Nasution (2017)

menyatakan bahwa personal selling berpengaruh signifikan terhadap minat

menabung. Akan tetapi, Ummah (2018) dan Maisya (2013) menyatakan

bahwa sales promotion memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap

minat menabung.

Dari uraian peneliti terdahulu maka untuk mempermudah pemahaman

akan penulis uraikan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu Pengaruh Advertising terhadap minat menabung

No. Penulis Variabel Hasil Penelitian

(29)

3. Mukhtar (2015) Jurnal Ekonomi Manajemen dan Bisnis Volume 3 Nomor 1 Juni 2015

Minat Nasabah, Periklanan,

Publisitasdan Word of Mouth

Advertising

berpengaruh positif signifikan terhadap minat menabung. 4. Indra Siswanti (2015)

Skripsi IAIN Salatiga

Maryono (2015) Jurnal Bisnis dan 8. Juwita Mariska Robot

(2015) Jurnal Riset Bisnis dan Manajemen Vol.3 No.3

Advertising, Personal Selling, Sales Promotion, Publicity , Word of mouth dan minat

Pengaruh Public Relations terhadap minat menabung

No. Penulis Variabel Hasil Penelitian

(30)

2. Juwita Mariska Robot (2015) Jurnal Riset Bisnis dan Manajemen Vol.3 No.3

Advertising, Personal Selling, Sales Promotion, Publicity , Word of mouth dan minat

Maryono (2015) Jurnal Bisnis dan

Pengaruh Personal Selling terhadap minat menabung

No. Penulis Variabel Hasil Penelitian

1. Disca Nova Alvira

3. Juwita Mariska Robot (2015) Jurnal Riset Bisnis dan Manajemen Vol.3 No.3

Advertising, Personal Selling, Sales Promotion, Publicity , Word of mouth dan minat

(31)

Rahmawati dan

Maryono (2015) Jurnal Bisnis dan

Pembangunan, Vol 4, No. 1, Juli-Desember 2015

minat menabung signifikan

mempengaruhu minat menabung.

Pengaruh Sales Promotion terhadap minat menabung

No. Penulis Variabel Hasil Penelitian

1. Noor Imansyah, Emy Rahmawati dan

Maryono (2015) Jurnal Bisnis dan

Pembangunan, Vol 4, No. 1, Juli-Desember 2015

Bauran promosi dan minat menabung

Sales promotion

berpengaruh positif signifikan terhadap minat menabung.

2. Juwita Mariska Robot (2015) Jurnal Riset Bisnis dan Manajemen Vol.3 No.3

(32)

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah

penggunaan variabel yang lebih kompleks dari bauran promosi sebagai

variabel independen (X) dengan harapan mendapatkan hasil penelitian yang

lebih baik. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah minat menabung

(Y). Review penelitian terdahulu pada tabel 2.1 bahwa di Indonesia masih

sangat sedikit penelitian yang melakukan studi kasus pada bank syariah. Hal

tersebut ditambah dengan pembaharuan periode waktu dari penelitian yang

telah dilakukan.

B. Kerangka Teori

1. Advertising

Pengertian Advertising

Kotler & Armstrong (2008: 150) mendefiniskan, periklanan

(advertising) dalam hal ini merupakan semua bentuk presentasi

nonpribadi dan promosi ide, barang, atau jasa yang dibayar oleh sponsor

tertentu.

Dana periklanan terserap ke berbagai media: halaman-halaman

majalah dan Koran; radio dan TV; iklan di tempat umum yang terbuka

(poster, tanda-tanda, tulisan yang dipasang di tempat-tempat yang

tinggi); pos; hadiah-hadiah kecil (kotak korek, botol, kalender); kartu

(mobil, bis); katalog; buku petunjuk; dan selebaran (Kotler, 1992: 270).

Menurut William G. Nickels dalam Swastha (999: 245), periklanan

(33)

berbagai media yang dilakukan oleh perusahaan, lembaga non-laba, serta

individu-individu.

Perlu diingat bahwa periklanan dilakukan dengan mengeluarkan

sejumlah biaya, ini berbeda dengan publisitas yang disiarkan tanpa

mengeluarkan biaya. Jadi, periklanan juga merupakan alat yang

digunakan oleh pembeli dan penjual, serta setiap orang termasuk

lembaga non-laba. Atau dengan kata lain, periklanan dapat dipandang

sebagai kegiatan penawaran kepada suatu kelompok masyarakat baik

dengan lisana ataupun dengan penglihatan (berupa berita), tentang suatu

produk, jasa atau ide. Berita yang disampaikan tersebut dinamakan iklan

atau advertensi (Swastha, 1999: 245).

Istilah ―periklanan‖ berbeda dengan ―iklan‖. Iklan adalah

beritanya itu sendiri, sedangkan periklanan adalah prosesnya, yaitu suatu

program kegiatan untuk mempersiapkan berita tersebut dan

menyebar-luaskan kepada masyarakat.

Iklan bisa menjangkau massa pembeli yang tersebar secara

geografis pada biaya rendah per paparan, dan iklan memungkinkan

penjual mengulangi pesan berkali-kali. Selain jangkaunnya, iklan

berskala besar memaparkan sesuatu yang positif tentang ukuran,

popularitas, dan keberhasilan penjual. Karena sifat umum iklan,

konsumen cenderung memandang produk yang diiklankan lebih terjamin.

(34)

mendramatisasi produksi melalui penggunaan seni visual. Cetakan suara,

dan warna. Di satu pihak, iklan bisa digunakan untuk membangun citra

jangka panjang bagi suatu produk. Dipihak lain, iklan dapat memicu

penjualan cepat (Kotler & Armstrong, 2008: 135-136).

Iklan juga mempunyai beberapa kekurangan. Meskipun iklan dapat

menjangkau banyak orang dengan cepat, iklan tidak bersifat personal dan

tidak membujuk orang secara langsung seperti wiraniaga perusahaan.

Selain itu, iklan bisa sangat mahal (Kotler & Armstrong, 2008: 136)

Menurut Kotler & Armstrong (2008: 157), untuk mengukur

variabel advertising, digunakan indikator – indikator sebagai berikut:

a) Penemuan informasi tentang produk/perusahaan dari berbagai media

mudah.

b) Desain media yang digunakan menarik

c) Informasi yang disampaikan dalam berbagai media jelas

Fungsi-Fungsi Periklanan

Adapun beberapa fungsi periklanan antara lain: (1) memberi

informasi, (2) membujuk atau mempengaruhi, (3) menciptakan kesan, (4)

memuaskan keinginan, dan (5) sebagai alat komunikasi (Swastha, 1999:

(35)

a) Memberi Informasi

Iklan dapat memberikan informasi lebih banyak daripada lainnya,

baik tentang barangnya, harganya, ataupun informasi lain yang

mempunyai kegunaan bagi konsumen. Nilai yang diciptakan oleh

periklanan tersebut dinamakan faedah informasi. Tanpa adanya

informasi seperti itu orang segan atau tidak akan mengetahui banyak

tentang suatu barang

Dengan demikian iklan menyediakan suatu alat bagi penjual dan

pembeli untuk memberitahu kepada pihak lain tentang kebutuhan

dan keinginan mereka. Ssehingga kebutuhan dan keinginan tersebut

dapat dipenuhi dengan mengadakan pertukaran yang memuaskan

b) Membujuk/Mempengaruhi

Sering, periklanan tidak hanya bersifat memberitahu saja, tetapi juga

bersifat membujuk terutama kepada pembeli-pembeli potensial,

dengan menyatakan bahwa suatu produk adalah lebih baik daripada

produk lain. Dalam hal ini, iklan yang sifatnya mmebujuk tersebut

lebih baik dipasang pada media-media seperti televisi atau majalah.

c) Menciptakan Kesan

Dengan sebuah iklan, orang akan mempunyai kesan tertentu tentang

apa yang diiklankan. Dalam hal ini pemasang iklan selalu berusaha

untuk menciptakan iklan yang sebaik-baiknya, misalnya dengan

(36)

Contoh lain adalah dalam pembedaan produk (produk

differentiation), dimana penjual atau produsen berusaha untuk

memberikan kesan kepada konsumen bahwa peroduknya berbeda

dengan produk-produk lain.

d) Memuaskan Keinginan

Sebelum memilih dan membeli produk, kadang-kadang orang ini

diberitahu lebih dulu. Kadang-kadang orang juga ingin dibujuk

untuk melakukan suatu yang baik bagi mereka atau bagi masyarakat.

Jadi, periklanan merupakan suatu alat yang dapat dipakai untuk

mencapai tujuan, dan tujuan itu sendiri berupa pertukaran yang

saling memuaskan.

e) Periklanan Merupakan Alat Komunikasi

Periklanan adalah suatu alat untuk membuka komunikasi dua arah

antara penjual dan pembeli, sehingga keinginan mereka dapat

terpenuhi dalam cara yang efisien dan efektif. Dalam hal ini

komunikasi dapat menunjukkan cara-cara untuk mengadakan

pertukaran yang saling memuaskan.

Inisiatif periklanan tidak selalu datang dari pihak penjual, tetapi

pembelipun juga sering menggunakan iklan untuk kepentingannya.

Dengan iklan semacam ini dapat memberikan kemungkinan kepada

orang lain untuk menghubungi yang bersangkutan, sehingga akan

(37)

Macam-Macam Periklanan

Beberapa macam periklanan dapatlah digolongkan atas dasar

penggunaannya oleh pimpinan, karena perbedaan tersebut tergantung

pada tujuan perusahaan dalam program periklanannya (Swastha, 1999:

249). Di sini, periklanan dibagi ke dalam:

a) Periklanan Barang (Product Advertising)

1) Primary Demand Advertising

Merupakan periklanan yang berusaha mendorong permintaan

untuk suatu jenis produk secara keseluruhan, tanpa

menyebutkan merk atau nama produsennya. Periklanan seperti

ini biasanya dilakukan oleh gabungan pengusaha atau asosiasi

perdagangan.

2) Selective Demand Advertising

Ini hamper sama dengan primary demand advertising; hanya

bedanya selective demand advertising disebutkan merk barang

yang ditawarkan.

Selain primary demand advertising dan selevtive demand

advertising. Periklanan produk ini juga dapat dikelompokkan dalam:

1) Periklanan langsung; penjual menginginkan adanya tanggapan

yang cepat terhadap iklannya. Ini dapat dilakukan dengan

(38)

oleh pembaca, untuk memperoleh keterangan-keterangan yang

lebih terperinci tentang produk yang diiklankan.

2) Periklanan tidak langsung; dibuat untuk mendorong permintaan

dalam periode waktu yang lebih lama. Iklan ini dibuat untuk

menyatakan kepada konsumen bahwa produk tersebut ada dan

menguntungkan.

b) Periklanan Kelembagan (Institutional Advertising)

1) Patronage Institutional Advertising

Dalam periklanan ini penjual berusaha memikat konsumen

dengan menyatakan suatu motif membeli pada penjual tersebut

dan bukannya motif membeli produk tersebut.

2) Public relations Institutional Advertising

Di sini, periklanan dipakai untuk membuat pengertian yang baik

tentang perusahaan kepada para karyawan, pemilik perusahaan

atau masyarakat umum.

3) Public Service Institutional Advertising

Periklanan ini menggambarkan tentang suatu usaha dorongan

kepada masyarakat untuk menggunakan kendaraan dengan

hati-hati. Di sini, perusahaan asuaransi jiwa dapat membantu dengan

memberikan petunjuk kepada masyarakat dalam memilih

(39)

c) Periklanan Nasional, Regional dan Lokal

1) Periklanan Nasional

Periklanan nasional sering disebut general advertising,

merupakan periklanan yang biasanya disponsori oleh produsen

dengan distribusi secara nasional. Jadi, pasar yang dituju

sebagai sasaran pasar adalah naaional, dan media yang

digunakan mempunyai sirkulasi secara nasional.

2) Periklanan Regional

Merupakan periklanan yang hanya terbatas di daerah tertentu

dari sebuah Negara; misalnya hanya meliputi pulau Jawa saja.

Biasanya, periklanan ini dilakukan oleh penjual/perusahaan

yang mempunyai luas pasae pada skrup regional.

3) Periklanan Lokal

Periklanan lokal sering disebut retail advertising, biasanya

dilakukan oleh pengecer dan ditujukan kepada pasar lokal saja.

Apabila periklanan ini dilakukan oleh produsenm maka lebih

dipentingkan merk produknya; tetapi kalau periklanan itu

dilakukan oleh pengecer, maka lebih dipentingkan nama

tokonya.

d) Periklanan Pasar

1) Consumer Advertising; ditujukan kepada konsumen.

2) Trade Advertising; ditujukan kepada pedagang, terutama

(40)

3) Industrial Advertising; ditujukan kepada pemakai industry.

Menetapkan Tujuan Iklan

Menurut Kotler & Armstong (2008: 151) Tujuan-tujuan ini harus

didasarkan kepada keputusan masa lalu tentang pasar sasaran,

positioning, dan bauran pemasaran, yang mendefinisikan tugas yang

harus dilaksanakan iklan dalam program pemasaran total. Keseluruhan

tujuan periklanan adalah membantu membangun hubungan pelanggan

dengan mengkomunikasikan nilai pelanggan.

Tujuan periklanan adalah tugas komunikasi tertentu yang dicapai

dengan pemirsa sasaran tertentu selama periode waktu tertentu. Tujuan

perikklanna bisa digolongkan berdasarkan tujuan utama—apakah tujuannya menginformasikan, membujuk, atau mengingatkan. Tabel 2.2

memuat daftar contoh-contoh masing-masing tujuan tertentu ini.

Tabel 2. 2

- Menjelaskan cara kerja produk

- Menyerankan penggunaan baru untuk suatu produk

- Menginformasikan perubahan harga ke pasar

- Menggambarkan layanan yang tersedia

- Memperbaiki kesan yang salah - Membangn merek dan citra

perusahaan

Periklanan Persuasif

- Membangun preferensi merek

- Menforong persepsi ke merek Anda

- Membujuk pelanggan untuk membeli sekarang

(41)

- Mengubah persepsi

pelanggan terhadap atribut produk

- Meyakinkan pelanggan agar memberitahu orang lain mengenai merek

Periklanan Pengingat

- Memelihara hubungan pelanggan

- Mengingatkan konsumen bahwa produk itu

mungkin dbutuhkan dalam waktu dekat

- Mengingatkan konsumen di mana harus membeli produk

- Menjagaa merek dalam pikiran pelanggan selama musim sepi

Menurut Kotler (1996: 281) tujuan iklan bisa dikelompokkan

menjadi tiga macam: untuk menyampaikan informasi; untuk membujuk

atau untuk mengingatkan.

a) Iklan informasi; secara panjang lebar menerangkan produk dalam

tahap rintisan suatu produk untuk menciptakan permintaan pokok

atas kategori produk tertentu.

b) Iklan persuasif (membujuk); menjadi penting dalam persaingan, di

mana sasaran perusahaan adalah menciptakan permintaan yang

selektif akan merek tertentu. Kebanyakan iklan termasuk dalam

kategori ini. Beberapa iklan persuasif berubah menjadi iklan

perbandingan, yang berusaha menciptakan superioritas salah satu

merek melebihi merek lain dari produk yang sama.

c) Iklan pengingat; sangat penting dalam tahap dewasa suatu produk

untuk menjaga agar konsumen selalu ingat akan produk tersebut.

(42)

berusaha meyakinkan para pembeli bahwa mereka mengambil

pilihan yang tepat.

Pemilihan Media

Dalam mengadakan periklanan, menejemen dihadapkan pada

masalah pemilihan media yang akan dipakai. Masalah ini sangat penting

karena tidak semua media yang ada selalu cocok digunakan. Namun ada

juga media yang sesuai untuk dipakai mengiklankan hampir semua jenis

barang, yaitu surat kabar.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pemilihnan

media yang akan digunakan untuk periklanan adalah: (1) tujuan

periklanan, (2) sirkulasi media, (3) keperluan berita, (4) waktu dan lokasi

dimana keputusan membeli dibuat, (5) biaya advertensi, (6) kerjasama

dan bantuan promosi yang ditawarkan media, (7) karakteristik media, dan

(8) kebaikan serta keburukan media (Swasta, 1999: 253).

Perencanaan media harus tahu kemampuan jenis media utama

untuk mendapatkan jangkauan, frekuensi, dan dampak iklan. Jenis-jenis

media penting digambarkan dalam tabel 2.3. media tersebut menurut

volume iklan, disusun sebagai berikut: suratkabar, televisi,radio, majalah,

dan iklan di luar gedung. Setiap medium punya kelebihan dan

(43)

Tabel 2. 3

Profil Jenis-jenis Media Penting

Media Kelebihan Kekurangan

Suratkabar Fleksibel, tepat waktu menjangkau pasar lokal; diterima, secara luas, sangat terpercaya

Sebentar; reproduksi jelek; pembaca ganda terbatas

Televisi Gabungan antar pandnagan, suara dan gerakan; menarik indera; menarik minat;

Pos-langsung Khalayak yang selektif; fleksibel; tak ada iklan pesaing; bersifat pribadi

Biaya relatif tinggi; cara pos murahan

Radio Digunakan banyak orang; geografis & demografis sangat selektif; biaya murah

Hanya audio; kurang diperhatikan dibanding TV; tak ada standar dalam tingkat harga; terlalu cepat Majalah Geografis & demografis

sangat selektif; terpercaya dan prestise; reproduksi baik; tahan lama; membaca ganda cukup banyak

Pesan tempat makan waktu lama; pemborosan dalam sirkulasi; tidak bisa memilih letak ruang

Menurut Kotler & Armstrong (2008: 168), hubungan masyarakat

(public relations) membangun hubungan baik dengan berbagai

(44)

membangun citra perusahaan yang baik, dan menangani atau menghadapi

rumor, cerita, dan kejadian tak menyenangkan.

Departemen hubungan masyarakat bisa melaksanakan satu atau

semua fungsi berikut:

a) Hubungan perss atau agen pers; menciptakan dan menempatkan

informasi berharga di media berita untuk menarik perhatian pada

seseorang, produk, atau jasa.

b) Publisitas produk; Mempublikasikan produk tertentu.

c) Kegiatan masyarakat; Membangun dan mempertahankan hubungan

nasional dan komunitas lokal.

d) Melobi; Membangun dan mempertahankan hubungan dengan

pembuat peraturan dan pejabat pemerintah untuk mempengaruhi

undang-undang dan peraturan.

e) Hubungan investor; Mempertahankan hubungan dengan pemegang

saham dan pihak laiinya dalam komunitas keuangan.

f) Pengembangan; Hubungan masyarakat dengan donor atau anggota

organisasi nirlaba untuk mendapatkan dukungan finansial atau

sukarela.

(45)

menanamkan keinginan baik, kepercayaan, pengertian dan citra yang baik dari publiknya.

Menurut Swastha (1999: 269) hubungan masyarakat dapat

didefinisikan sebagai fungsi manajemen yang memberikan penilaian

tentang sikap masyarakat, identitas kebijaksanaan dan prosedur dari

individu atau organisasi dengan keinginan masyarakat, dan melakukan

program tindakan untuk mendapatkan pengertian serta pengakuan

masyarakat.

Menurut Hamdani dalam Sunyoto (2014) hubungan masyarakat adalah merupakan kiat pemasaran penting lainnya di mana perusahaan tidak hanya harus berhubungan dengan pelanggan, pemasok dan penyalur, tetapi juga harus berhubungan dengan kumpulan kepentingan publik yang lebih besar. Program hubungan masyarakat antara lain publikasi, acara-acara penting, hubungan dengan investor, pameran dan mensponsori beberapa acara.

Hubungan masyarakat sangat terpercaya—berita, fitur, program sponsor danacara tampak lebih nyata dan terpercaya bagi pemirsa

daripada iklan. Hubungan masyarakat juga dapat menjangkau banyak

calon pelanggan yang menghindari wiraniaga dan iklan—pesan smampai kepada pembeli sebagai ―berita‖ dan bukan sebagai komunikasi

penjualan. Dan, sama dengan iklan, hubungan masayarakat dapat

mendramatisasi perusahaana atau produk. Pemasar jarang menggunakan

(46)

selanjutnya. Tetapi kampanye hubungan masyarakat yang dikemas baik

dan digunakan bersama elemen bauran promosi lainnya bisa sangat

efektif dan ekonomis (Kotler & Armstrong, 2008: 137).

Hubungan masyarakat digunakan untuk mempromosikan produk,

orang, tempat, ide, kegiatan, organisasi, dan bahkan Negara. Perusahaan

menggunakan hubungan masyarakat untuk membangun hubungan baik

dengan konsumen, investor, media, dan komunitas mereka (Kotler &

Armstrong, 2008: 169).

Departemen humas biasanya melakukan lima kegiatan berikut yang

sebagian besar tidak memberikan umpan balik yang bisa dimanfaatkan

untuk mendukung produk secara langsung (Kotler, 1996: 327):

a. Hubungan pers. Tujuan hubungan pers adalah untuk memberikan

informasi yang pantas untuk dimuat dalam surat kabar agar dapat

menarik perhatian publik terhadap seseorang, produk atau jasa.

b. Publisitas produk. Publisitas produk melibatkan berbagai usaha

untuk mempublikasikan profuk khusus.

c. Komunikasi perusahaan. Kegiatan ini mencakup komunikasi intern

maupun ekstern dan menggalang saling pengertian perusahaan.

d. Bimbingan. Bimbingan melibatkan pemberian nasihat kepada

manajemen tentang persoalan-persoalan kemasyarakatan mengenai

posisi perusahaan maupun citra perusahaan.

Tetapi humas pemasaran dewasa ini beranjak lebih jauh daripada

(47)

pelaksanaan tugas-tugas berikut ini: membantu meluncurkan produk

baru; membantu menempatkan posisi ulang bagi produk yang telah

dewasa; membangun minat terhadap sebuah kategori produk;

mempengaruhi kelompok-kelompok sasaran spesifik; mempertahankan

produk yang tengah menghadapi masalah dengan masyarakat; dan

membangun citra perusahaan dengan cara yang menguntungkan produk.

Menurut Kotler & Armstrong (2008: 171), untuk mengukur

variabel public relation, digunakan indikator – indikator sebagai berikut: a) Berita yang tersebar mengenai perusahaan baik

b) Identitas perusahaan yang unik, berbeda dari yang lainnya

c) Kegiatan pelayanan masyarakat

Peran dan Dampak Hubungan Masyarakat

Hubungan masyarakat bisa memberikan pengaruh kuat terhadap

kesadaran publik dengan biaya yang jauh lebih rendah daripada iklan,

perusahaan tidak membayar ruang atau waktu di media, melainkan

dengan menggaji staf untuk mengembangkan dan mengedarkan

informasi dan mengelola kejadian (Kotler & Armstrong, 2008: 169).

Selain kekuatan potensialnya, hubungan masyarakat

kadang-kadang digambarkan sebagai anak tiri pemasaran karena penggunaannya

sering terbatas dan tersebar. Departemen hubungan masyarakat biasanya

terletak di kantor pusat perusahaan. Stafnya begitu sibuk menangani

berbagai masyarakat—pemegang saham, kaaryawan, pembuat peraturan,

(48)

pemasaran produk mungkin diabaikan. Manajer pemasaran dan praktisi

hubungan masyarakat tidak selalu berbicara dalam bahasa yang sama.

Banyak praktisi hubungan masyarakat yang melihat pekerjaan mereka

hanya sekedar berkomunikasi. Sebaliknya, manajer perusahaan

cenderung jauh lebih tertarik pada cara periklanan dan hubungan

masyarakat mempengaruhi pembentukan merek, penjualan, dan laba,

serta hubungan pelanggan (Kotler & Armstrong, 2008: 170).

Akan tetapi, situasi ini telah berubah. Meskipun hubungan

masyarakat masih menangkap sebagian kecil dari keseluruhan anggaran

pemasaran kebanyakan perusahaan, hubungan masyarakat semakin

memainkan peran penting dalam pembangunan merek. Hubungan

masyarakat bisa menjadi sarana pembangunan merek yang kuat (Kotler

& Armstrong, 2008: 170).

Sarana Utama Hubungan Masyarakat

Hubungan masyarakat menggunakan beberapa sarana. Salah satu

sarana utama adalah berita. Profesional hubungan masyarakat

menemukan atau menciptakan berita menyenangkan tentang perusahaan

dan produknya atau orang-orangnya. Pidato juga dapat mencipatakan

publisitas produk dan perusahaan. Eksekutif perusahaan harus semakin

memahami pertanyaan dari media atau berbicara di asosiasi dagang atau

rapat penjualan, dan acara ini dapat membangun atau menjatuhkan citra

(49)

Sarana umum humas lainnya adalah acara khusus, mulai dari

konferensi pers, wisata pers, pembukaan perdana,, presentasi multimedia,

acara dengan artis bintang yang spektakuler, atau program edukasi yang

dirancang untuk menjangkau dan menarik minat masyarakat sasaran

(Kotler & Armstrong, 2008: 171).

Personal hubungan masyarakat juga menyiapkan bahan tertulis

untuk menjangkau dan mempengaruhi pasar sasaran mereka. Bahan ini

meliputi laporan tahunan, brosur, artikel, dan bulletin perusahaan serta

majalah. Bahan audiovisual, seperti film, program slide-and-sound,

DVD, dan video online semakin banyak digunakan sebagai sarana

komunikasi. Bahan idenititas juga bisa membantu menciptakan identitas

perusahaan yang segera disadari masyarakat (Kotler & Armstrong, 2008:

171).

Lambing, alat tulis, brosur, berkas bisnis, kartu bisnis, gedung,

seragam, dan mobil serta truk perusahaan—semuanya menjadi sarana pemasaran jika sarana atraktif, berbeda, dan mudah diingat. Terakhir,

perusahaan dapat meningkatkan citranya di mata masyarakat dengan

menyumbangkan uang dan waktu kegiatan pelayanan masyarakat (Kotler

& Armstrong, 2008: 171).

Banyak pemasar kini juga merancang kampanye pemasaran gossip

untuk menghasilkan gairah dan berita mulut ke mulut yang baik tentang

(50)

dengan membuat konsumen itu sendiri yang menyebarkan informasi

tentang produk atau jasa kepada orang lain dalam komunitas mereka

(Kotler & Armstrong, 2008: 171).

Perkembangan hubungan masyarakat laiinya yang terjadi baru-baru

ini adalah pemasaran tur berjalan (mobile tour marketing)—tur keliling yang membawa merek ke hadapan konsumen. Pemasaran tur berjalan

muncul sebagai cara efektif untuk membangun hubungan satu-satu

dengan konsumen sasaran (Kotler & Armstrong, 2008: 172).

Situs Web perusaahaan bisa menjadi wahana hubungan masyarakat

yang baik. Konsumen dan anggota masyarakat lain dapat mengunjungi

situs untuk mendapatkan informasi dan hiburan. Situs Web juga menjadi

tempat ideal untukk meangani situasi kritis. Secara keseluruhan, dalam abad di mana ―lebih mudah menyebarkan informasi melalui e-mail, blog,

dan percakapan online,‖ kata seorang analis, ―hubungan masyarakat

menjadi bagian berharga dari kegiatan bisnis dalam dunia digital (Kotler

& Armstrong, 2008: 172).

Seperti halnya sarana promosi lain, dalam mempertimbangkan

kapan dan bagaimana menggunakan hubungan masyarakat produk,

manajemen harus mennetapkan tujuan humas, memilih pesan dan

wahana humas, mengimplementasikan rencana humas, dan mengevaluasi

(51)

dengan kegiatan promosi lainnya di dalam keseluruhan usaha komunikasi

pemasaran terintegrasi (Kotler & Armstrong, 2008: 172-173).

3. Personal Selling

Pengertian Personal Selling

Menurut Kotler & Armstrong (2008: 182), penjualan personal

(personal selling) adalah presentasi pribadi oleh wiraniaga perusahaan

dengan tujuan melakukan penjualan dan membangun hubungan dengan

pelanggan.

Menurut Bruce J. Walker dalam Sunyoto (2014) penjualan pribadi

adalah suatu penyajian (presentasi) suatu produk kepada konsumen akhir

yang dilakukan oleh tenaga penjual perusahaan yang representatif.

Menurut Hamdani dalam Sunyono (2014) sifat penjualan perseorangan

dapat dikatakan lebih fleksibel karena tenaga penjual dapat secara

langsung menyesuaikan penawaran penjualan degan kebutuhan dan

perilaku masing-masing pembeli.

Menurut William G Nickels dalam Swastha (1999: 260) personal selling adalah interaksi antar individu, saling bertemu muka yang ditujukan untuk menciptakan, memperbaiki, menguasai, atau mempertahankan hubungan pertukaran yang saling menguntungkan dengan pihak lain.

Penjualan personal adalah sarana paling efektif pada tahap tertentu

(52)

keyakinan, dan tindakan. Penjualan personal melibatkan interaksi pribadi

antara dua orang atau lebih, sehingga masing-masing orang dapat

mengetahui kebutuhan dan karakteristik orang lain serta membuat

penilaian yang cepat. Meskipun demikian, kualitas unik ini mempunyai

biaya. Wiraniaga memerlukan komitmen jangka yang lebih panjang

daripada iklan. Penjualan personal juga merupakan sarana promosi

perusahaan paling mahal (Kotler & Armstrong, 2008: 136).

Menurut Kotler & Armstrong (2008, p. 200), untuk mengukur

variabel personal selling, digunakan indikator – indikator sebagai

berikut:

a) Penampilan wiraniaga baik

b) Wiraniaga menguasai informasi perusahaan

c) Kemampuan wiraniaga dalam menjelaskan produk bagi pelanggan

memuaskan

d) Wiraniaga dapat mengidentifikasi konsumen baru atau konsumen

lama dengan baik

Fungsi-Fungsi Tenaga Penjual

(53)

Menurut Swastha (1999: 261) Fungsi-fungsi yang lain tersebut adalah: (1) mengadakan analisa pasar, (2) menentukan calon konsumen, (3) mengadakan komunikasi, (4) memberikan pelayanan, (5) memajukan langganan, (6) mempertahankan langganan, (7) mendefinisikan masalah, (8) mengatasi masalah, (9) mengatur waktu, (10) mengalokasikan sumber-sumber, dan (11) meningkatkan kemampuan diri.

Proses Personal Selling

Menurut Swastha (1999: 263) tahap-tahap yang terdapat dalam proses personal selling adalah: (1) persiapan sebelum penjualan, (2) penentuan lokasi pembeli potensial, (3) pendekatan pendahuluan, (4) melakukan penjualan, dan (5) pelayanan sesudah penjualan.

a) Persiapan sebelum Penjualan

Tahap pertama dalam proses personal selling adalah mengadakan persiapan-persiapan sebelum melakukan penjualan. Di sini, kegiatan yang dilakukan adalah mempersiapkan tenaga penjualan dengan memberikan pengertian tentang barang yang dijualnya, pasar yang dituju, dan teknik-teknik penjualan yang harus dilakukan. Selain itu, mereka juga lebih dulu harus mengetahui kemungkinan tentang motivaasi dan perilaku dalam segmen pasar yang di tuju.

b) Penentuan Lokasi Pembeli Potensial

(54)

sasarannya. Dari lokasi ini dapatlah dibuat sebuah daftar tentang orang-orang atau perusahaan yang secara logis merupakan pembeli potensial dari produk yang ditawarkan. Dari konsumen yang ada dapat pula ditentukan konsumen manakah yang sudah menggunakan produk-produk saingan.

c) Pendekatan Pendahuluan

Sebelum melakukan penjualan, penjual harus mempelajari semua masalah tentang individu atau perusahaan yang dapat diharapkan sebagai pembelinya. Selain itu, perlu juga mengetahui tentang produk atau merk apa yang sedang mereka gunakan dan bagaimana reaksinya.berbagai macam informasi perlu dikumpulkan untuk mendukung penawaran produknya kepada pembeli. Semua kegiatanini dilakukan sebagai pendekatan pendahuluan terhadap pasarnya.

d) Melakukan Penjualan

Penjualan yang dilakukan bermula dari suatu usaha untuk memikat perhatian calon konsumen, kemudian diusahakan untuk mengetahui daya tarik mereka. Dan akhirnya penjual melakukam penjualan produknya kepada pembeli.

e) Pelayanan sesudah Penjualan

(55)

pelayanan yang diberikan oleh penjual sesudah penjualan filakukan anatara lain berupa:

1) Pemberian garansi 2) Pemberian jasa reparasi

3) Latihan tenaga-tenaga operasi dan cara penggunaannya 4) Penghantaran barang ke rumah

Dalam tahap terakhir ini penjual harus berusaha mengatasi berbagai macam keluhan atau tanggapan yang kurang baik dari pembeli. Pelayanan lain yang juga perlu diberikan sesudah penjualan adalah memberikan jaminan kepada pembeli bahwa keputusan yang diambilnya tepat, barang yang dibelinya betul-betul bermanfaat, dan hasil kerka produk tersebut memuaskan.

Prinsip-Prinsip Penjualan Tatap Muka (Personal Selling)

Menurut Kotler (1992: 336) prinsip-prinsip penjualan tatap-muka (personal selling) terdiri dari tiga aspek penting, diantaranya adalah: kewiraniagaan; negoisasi; dan manajemen tata-hubungan.

a)Kewiraniagaan (Salesmanship)

(56)

Pertama, perusahaan melatih wiraniaganya melaksanakan teknik penjualan dengan tekanan yang tinggi. Teknik-teknik tersebut mencakup pula penekanan akan pentingnya produk, mengritik produk pesaing, mwnggunakan presentasi kemasan yang rapi, menjual penmapilan diri, dan menawarkan berbagai kelonggaran unutk mengajukan pesanan pada saat itu. Jenis penjualan ini beranggapan bahwa pelanggan tidak akan membeli kecuali bila ditekan, sehingga mereka terpengaruh oleh presentasi yang rapid an skikap manis, tidak akan kecewa setelah menandatangani pesanan, atau wiraniaga tidak ambil pusing.

Pendekatan yang lain melatih wiraniaga dalam memecahkan masalah pelanggan. Wiraniaga mempelajari cara mengidrntifikasi kebutuhan planggan dan menganjurkan jalan ke luar yang efektif. Pendekatan ini beranggapan bahwa pelanggan mempunyai kebutuhan ketelatenan yang merupakan peluang bagi perusahaan, bahwa pelanggan menghargai saran yang baik, dan bahwa mereka akan setia kepada wiraniaga yang punya pamrih dalam jangka panjang.

Seseorang penjual pada dasarnya harus memperhatikan suatu proses yang disebut AIDA, yaitu Attention, Interest, Desire dan Action

(Asri, 1886: 353)

(57)

kehendaknya begitu saja agar calon pembeli memberikan sedikit perhatiannya.

b) Interest; Mencitakan ―interest‖ mungkin memakan waktu lebih

lama sehingga dibutuhkan lebih banyak kesabaran pada diri penjual.

c) Desire; Diperlukan aktifitas tambahan dari penjual untuk memberikan berbagai uraian tentang manfaat dan kelebihan barang yang di tawarkan dibandingkan dengan barang lain. Timbulnya hasrat ini akan engarahkan calon pembeli kepada keputusan.

d) Action; Tindakan yang dilakukannya tentu saja ada dua kemungkinan: membeli barang atau tidak jadi membeli dan segera meninggalkan penjual.

Tidak ada pendekatan penjualan yang terbaik, yang bisa dilakukan dalam segala situasi. Namun, kebanyakan program pelatihan penjualan sejalan dengan langkah-langkah penting dalam proses penjualan yang efektif. Langkah-langkah tersebut diantaranya sebagai berikut:

1) Mencari dan Menyeleksi Langganan Baru

(58)

Calon pembeli bisa diseleksi dengan meneliti konidisi keuangannya, volume usahanya, syarat-syarat khususnya, lokasi dan kelangsungan usahanya. Wiraniaga harus menelepon atau menulisis para calon pembeli untuk mengetahui apakah mereka itu perlu dikunjungi.

2) Pendekatan Pendahuluan (prerapproach)

Wiraniaga harus mempelajari sebanyak mungkin mengenai calon konsumen perusahaan (apa yang mereka butuhkan, siapa yang mrnjadi kunci pengambil keputusan dalamhal pembelian) dan konsumen biasa (ciri-ciri kepribadiannya dan gaya pembelinya). Wiraniaga harus menetapkan sasaran kunjungan nya, yang bisa saja menyeleksi calon pembeli atau mengumpulkan informasi atau melaksanakan penjualan langsung. Tugas lain menentukan pendekatan yang paling baik, yang mungkin berupa kunjungan pribadi, telepon atau surat.

3) Pendekatan

(59)

4) Penyajian dan Peragaan

Sekarang wiraniaga mengutarakan ―cerita‖ mengenai produknya

kepada pembeli, sesuai dengan formulai AIDA untuk meraih

Attention (perhatian), dan memperoleh Action (pembelian). Wiraniaga menekankan semua manfaat bagi langganan, sambil menceritakan keistimewaan produk itu sebagai bukti dari manfaat-manfaat tersebut. Ciri khas adalah karakteristik dari suatu produk.

Perusahaan menggunakan tiga gaya presentasi penjulan, diantaranya: gaya paling tua adalah pendekatan terselubung (canned approach); pendekatan terencana; dan pendekatan pemenuhan kebutuhan. Presentasi penjualan akan menjadi lebih baik bisa dilengkapi dengan alat-alat peragaan misalnya, booklet, flipchart, slide, film, dan sampel produk baru. Presentasi itu sedemikian rupa sehingga para pembeli bisa melihat atau mencoba produk, dan ia akan lebih bisa mengingat ciri dan maslahat produk.

Selama peragaan, wiraniaga bisa mempengaruhi minat pembeli dengan lima strategi untuk mempengaruhi:

(60)

b) Keahlian; Wiraniaga menunjukkan pengenalan pengtahuan yang dalam mengenai situasi pembeli dan produk perusahaan.

c) Koneksi; Wiraniaga mengandalkan setiap keistimewaan, minat dan pengetahuan bersama untuk mempererat hubungan dengan pembeli

d) Mengambil hati; Wiraniaga menyediakan hal-hal yang menyenangkan yang bersifat pribadi untuk memperkuat hubungan dan perasaan timbal-balik.

e) Meninggalkan kesan; Wiraniaga berusaha menampilkan diri untuk memberikan kesan baik.

5) Mengatasi Keberatan

Para langganan hamper selalu memperlihatkan siftat penolakan selama presentasi atau ketika diminta kesediannya untuk membeli/memesan produk. Sikapnya bisa jadi bersifat psikologis atau logis. Untuk menangani penolakan-penolakan ini wiraniaga harus memperlakukan pembeli dengan pendekatan positif, minta pembeli menjelaskan sebab penolakannya, menyangkal kebenaran alasan penolakan pembeli, atau berusaha mengubah alasan penolakan menjadi alasan agar membeli.

6) Penutupan Penjualan

(61)

percaya diri atau tidak sampai hati meminta pembeli memesan/membeli produknya atau mereka tidak tahu secara psikologis saat yang tepat untuk menutup penjualan. Wiraniaga perlu mengenal beberapa beberapa pertand dari pembeli yang sudah menunjukkan sikap ingin menutup pwmbelian, seperti gerakan fisik, pernyataan atau komentar dan pertanyaan-pertanyaan. Wiraniaga bisa menggunakan satu dari berbagai teknik penutupan.

Mereke bisa meminta pesanan, menegaskan kembali persetyjuan pembeli, menanyakan apakah pembeli menginginkan produk A atau B, atau menjelaskan bahwa pembeli akan rugi bila tidak memesan barang saat itu juga. Wiraniaga boleh menawarkan rangsangan khusus untuk menutup penjualannya, misalnya harga khusus, tambahan ekstra barang gratis, atau hadiah.

7) Tindak Lanjut

(62)

pembelinyaa, dan mencegah timbulnya kesalah-pahaman atau prasangka yang mungkim timbul.

b) Negoisasi

1) Rumusan Negoisasi

Pemasaran mencakup pula kegiatan tukar-menukar dan cara menyusun syarat-syarat pertukaran. Kita bisa secara umum membedakan dua jenis pertukaran, pertukaran rutin, di mana syarat-syarat ditentukan, dan pertukaran melalui negoisasi, di mana harga atau syarat pertukaran lain dibuat lewat perjanjian tawar-menawar.

Kita akan menggunakan istilah tawar-menawar atau negoisasai secara brgantian. Tawar-menawar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

- Paling tidak ada dua pihak yang terlibat.

- Pihak-pihak tersebut mempunyai perbedaan kepentingan dalam salah satu atau beberapa hal.

- Paling tidak pihak-pihak tersebut untuk sementara waktu bergabung dalam semacam hubungan khusus secara sukarela. - Kegiatan dalam hubungan itu mengenai pembagian atau

(63)

- Kegiatan-kegiatan tersebut biasanya melibatkan presentasi permintaan atau usulan dari suatu pihak, kemudian dievalusi oleh pihak lain, diikuti dengan berbagai konsesi dan ususlan balik. Oleh karena itu kegiatan-kegiatan itu lebih bersifat berkesinambungan dan bukannya terjadi sekaligus.

2) Model dan Paradigma Tawar-menawar/Negoisasi

Para ahli ekonomi mempelajari proses tawar-menawar lewat

konsep ―monopoli bilateral‖. Mereka menganggap proses itu

sebagai urutan penawaran dan penawaran-balik oleh peserta. Mereka kurang memperhatikan taktik manipulasi, tenaga dan keahlian tawar-menawar dari peserta.

Gambar

Gambar 1. 1 Grafik Global Islamic Financial Report (GIFR) tahun 2014
Tabel 2. 1
Tabel 2. 2
Tabel 2. 3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini berarti variabel sales promotion, personal selling, dan visual merchandising memiliki pengaruh kontribusi sebesar 21,8% terhadap perilaku impulse buying konsumen

advertising terhadap keputusan nasabah menabung dibank syariah (BNI Syariah KC Surakarta). Dalam penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan mengolah data

Berdasarkan analisis deskriptif respon konsumen terhadap strategi personal selling melalui sales promotion girl smartphone Samsung di kota Bandung menempati posisi 77,05%, ini

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat disarankan beberapa hal diantaranya yaitu (1) Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa personal selling (X1) dan

PENGARUH STRATEGI PERSONAL SELLING DAN SALES PROMOTION DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Suatu Studi pada Konsumen Whitelabdi Toko Moochi.id cabang Ciamis DRAFT SKRIPSI Untuk

Kriteria responden untuk penelitian ini adalah kepada konsumen yang belum membeli dan konsumen yang telah menerima promosi sales promotion dan personal selling Oleh sebab itu, peneliti

A company’s total marketing communications mix – also called its promotion mix– consists of the specific blend of advertising, personal selling, sales promotion, public relations and

Common Communication Platforms Advertising Sales Promotion Public Relations Personal Direct Selling Marketing Print and broadcast Contests, games, Press kits Sales Catalogs ads