IMPLEMENTASI ZAKAT UNTUK BEASISWA
PENDIDIKAN DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL
(BAZNAS) KABUPATEN SEMARANG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam
Oleh :
MUHAMMAD LUTHFI HAKIM NIM : 214 - 12 - 020
JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH
F A K U L T A S S Y A R I A H
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : MUHAMMAD LUTHFI HAKIM
NIM : 214-12-020
Jurusan : S1-Hukum Ekonomi Syariah (HES) Fakultas : Syariah
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya ini adalah asli hasil karya atau penelitian saya sendiri dan bukan plagiasi dari karya orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam penelitian ini dan disebutkan dalam acuan daftar pustaka.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Salatiga, Juli 2017 Penulis
MUHAMMAD LUTHFI HAKIM
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Lamp : 4 (empat) eksemplar Salatiga, Juli 2017 Hal : Pengajuan Naskah Skripsi
Kepada :
Yth. Dekan Fakultas Syariah di Salatiga
Assalamualaikum Wr.Wb
Setelah diadakan pengarahan, bimbingan, koreksi dan perbaikan seperlunya, maka skripsi saudara :
Nama : MUHAMMAD LUTHFI HAKIM
NIM : 214-12-020
Judul : Implementasi Zakat untuk Beasiswa Pendidikan di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Semarang
dapat diajukan dalam sidang munaqasyah. Demikian untuk menjadikan periksa.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Pembimbing
Tri Wahyu Hidayati, M.Ag
iv
KEMENTERIAN AGAMA RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS SYARIAH
Jl. NakulaSadewa VA No 9 Telp. (0298) 3419400 Fak 323433 Salatiga 50722 Website: www.iainsalatiga.ac.id E-mail: administrasi@iainsalatiga.ac.id
PENGESAHAN SKRIPSI
IMPLEMENTASI ZAKAT UNTUK BEASISWA PENDIDIKAN DI BADANAMIL ZAKAT NASIONAL (BAZNAS) KABUPATEN
SEMARANG
DISUSUN OLEH
MUHAMMAD LUTHFI HAKIM 214 -12 -020
Telah dipertahankan didepan Dewan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Syari’ah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada hari Senin, 11 September 2017 dan dinyatakan LULUS, sehingga dapat diterima sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana S1 Hukum Islam
Susunan Dewan Panitia Penguji
Ketua Penguji : Drs. Mahfudz, M.Ag
Sekretaris Penguji : Tri Wahyu Hidayati, M.Ag.
Penguji I : Prof. Dr. H. Muh. Zuhri, MA
Penguji II : Evi Ariyani,S.H., MH.
Salatiga, 13 September 2017
v
MOTTO
Yang datang dari bumi kelangit tidak bisa menjadi
dewa.Untuk menguasai sesuatu tidak hanya menggunakan
kekuatan.
vi
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan skripsi ini kepada:
Ayahku Rokhiman dan Ibuku Rumiyati yang tidak
henti-
hentinya selalu mendo’akan, membimbing dan
mendukungku
Almamaterku Jurusan Hukum Ekonomi Syari
’
ah
Fakultas Syariah
IAIN
Salatiga
Teman-teman Jurusan Hukum Ekonomi Syariah
angkatan 2012
Teman-teman Republik Gondesia HES 2012: Wahyu,
Ucup, Elyas, Ipay, Zaka, Ekomul, Panjrit
Alm. Ahmad Kautsar (Mamat), teman, sahabat,
vii
ABSTRAK
Hakim, Muhammad Luthfi. 2017. Implementasi Zakat untuk Beasiswa Pendidikan di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Semarang. Skripsi Program Studi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) salatiga. Pembimbing : Tri Wahyu Hidayati, M.Ag.
Kata kunci: implementasi, zakat, pendidikan, BAZNAS Kabupaten Semarang
Zakat berpotensi besar digunakan untuk menunjang pembangunan dalam aspek pengembangan peningkatan nilai-nilai moral keagamaan, pemberdayaan umat dalam sektor ekonomi yang kreatif danp roduktif dengan menyerap banyak tenaga kerja sehingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat, atau yang lebih utama dalam hal pengembangan serta peningkatan kualitas pendidikan. BAZNAS Kabupaten Semarang lahir sebagai implementasi dari Undang-undang nomor 23 tahun 2011 pasal 15 ayat (1) dalam rangka pelaksanaan pengelolaan zakat pada tingkat provinsi dan kabupaten/kota dibentuk BAZNAS provinsi dan BAZNAS kabupaten/kota. Terobosan BAZNAS Kabupaten Semarang salah satunya adalah program peduli pendidikan yang bertujuan memberikan bantuan biaya pendidikan yang bersumber dari dana zakat.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan hukum empiris artinya dengan mendekati masalah yang diteliti dengan sifat hukum yang nyata atau fakta sosial sesuai dengan kenyataan hidup dalam masyarakat. Penelitian hukum sebagai fakta sosial yang mana data hukumnya dieksplorasi dari proses interaksi hukum di masyarakat. Dengan maksud menyelidiki respon atau tingkat kepatuhan masyarakat terhadap hukum. Penggunaan pendekatan ini, dimaksudkan untuk memahami gejala hukum di BAZNAS Kabupaten Semarang yang berhubungan dengan penyaluran dana zakat untuk beasiswa yang diterapkan kepada masyarakat.
viii
KATA PENGANTAR
Rasa syukur yang dalam penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, karena
berkat rahmat-Nya penulisan skripsi ini dapat penulis selesaikan sesuai dengan
yang diharapkan. Penulis juga bersyukur atas rizki dan kesehatan yang telah
diberikan oleh-Nya sehingga penulis dapat menyusun penulisan skripsi ini.
Sholawat dan salam selalu penulis sanjungkan kepada Rasulullah
Muhammad SAW beserta segenap keluarga dan para sahabat, dan teman-teman,
syafa’at beliau sangat penulis nantikan di hari pembalasan nanti.
Penulisan skripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu persyaratan
guna memperoleh gelar Sarjana dalam Hukum Islam, Fakultas Syari’ah, Jurusan Hukum Ekonomi Syariah yang berjudul: “Implementasi Zakat untuk Beasiswa Pendidikan di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Semarang.” Penulis mengakui bahwa dalam menyusun penulisan skripsi ini tidak dapat
diselesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Karena inilah penulis
mengucapkan penghargaan yang setinggi-tingginya, ungkapan terimakasih
kadang tak bisa mewakili kata-kata, namun perlu kiranya penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Ibu Dra. Siti Zumrotun, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syari’ah di IAIN Salatiga.
3. Ibu Evi Ariyani, M.H, selaku Ketua Jurusan Hukum Ekonomi Syariah di IAIN
Salatiga.
4. Ibu Tri Wahyu Hidayati, M.Ag, selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu
memberi arahan, pemahaman, dan selalu membagi ilmunya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. BAZNAS Kabupaten Semarang dan Staf terkait yang telah membantu proses
penelitian.
6. Bapak dan Ibu Dosen selaku staf pengajar dan seluruh staf Administrasi
ix
memberikan ilmunya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa
halangan apapun.
7. Sahabat-sahabatku NurulAsfiah, Muhammad Zakaria, Eko Mulyono, Wahyu
Gumelar, Rifa’i Rif’an, Panji Asoka R W, Muhammad Yusuf, Tri Setyorini yang selalu memberikan dukungan dan semangat untuk penulis dalam
menyusun skripsi ini.
Semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka dengan
balasan yang sepantasnya dan yang lebih dari apa yang telah mereka berikan
kepada penulis, agar pula senantiasa mendapatkan maghfiroh, dan dilimpahkan
rahmat-Nya. Amin.
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa penulisan skripsi ini masih jauh
dari sempurna, baik dari segi metodologi, penggunaan bahasa, isi, maupun
analisanya, sehingga kritik dan saran yang konstruktif, sangat penulis harapkan
agar mudah dibaca dan dipahami.
Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi
penulis sendiri dan umumnya bagi pembaca.
Salatiga, Juli 2017
x
DAFTAR ISI
COVER ... i
SURAT PERNYATAAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN SKRIPSI ... iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Kegunaan Penelitian... 5
E. Penegasan Istilah ... 5
F. Kajian Pustaka ... 6
G. Metode Penelitian... 8
H. Sistematika Penulisan ... 14
BAB II LANDASAN TEORI A. Ptinjauan Umum Zakat ... 15
1. Landasan Hukum Zakat ... 17
2. Rukun dan Syarat Zakat ... 19
3. Orang Yang Berhak Menerima Zakat ... 24
4. Macam Zakat ... 28
5. Sumber Zakat ... 29
xi
7. Hikmah Dan Manfaat Zakat ... 37
B. Zakat Menurut Undang-Undang ... 38
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITI A. Gambaran umum BAZNAS Kabupaten Semarang... 45
B. Pengelolaan Zakat Untuk Beasiswa Pendidikan Oleh Baznas Kabupaten Semarang ... 54
BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PENYALURAN ZAKAT UNTUK BEASISWA DI BAZNAS KABUPATEN SEMARANG A. Alasan Penyaluran Zakat Untuk Beasiswa Pendidikan di BAZNAS Kabupaten Semarang ... 59
B. Sistem Pengelolaan Zakat Untuk Beasiswa Pendidikan di BAZNAS Kabupaten Semarang ... 61
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 65
B. Saran-saran ... 67
DAFTAR PUSTAKA ... 68
xii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Keterangan Observasi
2. Surat Penunjukan Pembimbing Skripsi
3. Surat Permohonan Izin Penelitian
4. Lembar Konsultasi Skripsi
5. Daftar Nilai SKK
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Zakat merupakan rukun Islam yang keempat dari rukun Islam yang
lima, karenanya zakat merupakan ibadah wajib yang harus dilaksanakan oleh
seorang muslim sebagaimana wajibnya melaksanakan shalat. Istilah zakat
berasal dari kata Arab yang berarti suci atau kesucian, atau arti lain yaitu
keberkahan. Menurut istilah Agama Islam zakat adalah ukuran atau kadar
harta tertentu yang harus dikeluarkan oleh pemiliknya untuk diserahkan
kepada golongan atau orang-orang yang berhak menerimanya dengan
syarat-syarat tertentu. Jadi seorang muslim yang telah memiliki harta dengan jumlah
tertentu (nisab) sesuai dengan ketentuan dan waktu tertentu (haul) yaitu satu
tahun, wajib mengeluarkan zakatnya. Oleh sebab itu hukum dari
melaksanakan zakat adalah Fardhu Ain (wajib bagi setiap orang) bagi orang
yang mampu.
☺
✓▪
…Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta
Orang-orang yang ruku’. (Qs.Al Baqarah: 43)
Zakat sebagai rukun Islam merupakan kewajiban setiap muslim yang
mampu untuk membayarnya dan diperuntukan bagi mereka yang berhak
2
potensial yang dapat dimanfaatkan untuk memajukan kesejahteraan umum
bagi seluruh masyarakat. Agar menjadi sumber dana yang dapat
dimanfaatkan bagi kesejahteraan masyarakat terutama untuk mengentaskan
masyarakat dari kemiskinan dan menghilangkan kesenjangan sosial, perlu
adanya pengelolaan zakat secara professional dan tanggung jawab yang
dilakukan oleh masyarakat bersama pemerintah. Dalam hal ini pemerintah
berkewajiban memberikan perlindungan, pembinaan, dan pelayanan kepada
muzaki, mustahiq dan pengelola zakat tentang pengeloalaan zakat yang
berasaskan iman dan taqwa.
Dalam sejarah perjalanan masyarakat Islam, ajaran zakat sudah mulai
dilupakan dan disempitkan artinya. Zakat seolah-olah hanya merupakan
kewajiban individu dan dilaksanakan dalam rangka menggugurkan
kewajiban individu terhadap perintah Allah ini. Sehingga zakat menjadi apa
yang sering disebut sebagai ibadah mahdhah individu kaum muslimin. Dari
suatu ajaran yang luas dan mendalam yang dikembangkan oleh Rasul dan
Sahabat di Madinah, zakat menjadi sebuah ajaran yang sempit bersama
mundurnya peranan Islam di panggung politik, ekonomi, ilmu, dan
peradaban manusia. Dalam abad kedua puluh satu ini, bersamaan dengan
kebangkitan kembali umat Islam diberbagai sektor kehidupan, ajaran zakat
juga menjadi salah satu sektor yang mulai digali dari berbagai dimensinya.
Meningkatnya kesejahteraan ummat Islam memberikan harapan baru dalam
mengaktualisasikan zakat. Apalagi kebangkitan ekonomi di dunia barat
3
masalah dalam kehidupan ini seperti kesenjangan dalam kehidupan sosial
ekonomi. (www.kompasiana.com diakses pada tanggal 26 oktober 2016)
Zakat berpotensi besar digunakan untuk menunjang pembangunan
dalam aspek pengembangan peningkatan nilai-nilai moral keagamaan,
pemberdayaan umat dalam sektor ekonomi yang kreatif dan produktif dengan
menyerap banyak tenaga kerja sehingga meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, atau yang lebih utama dalam hal pengembangan serta
peningkatan kualitas pendidikan.
BAZNAS Kabupaten Semarang lahir sebagai implementasi dari
Undang-undang nomor 23 tahun 2011 pasal 15 ayat (1) dalam rangka
pelaksanaan pengelolaan zakat pada tingkat provinsi dan kabupaten/kota
dibentuk BAZNAS provinsi dan BAZNAS kabupaten/kota. Terobosan
BAZNAS Kabupaten Semarang salah satunya adalah program peduli
pendidikan yang bertujuan memberikan bantuan biaya pendidikan yang
bersumber dari dana zakat.
Peran serta zakat untuk membiayai pendidikan sangat mendukung
upaya pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan di Indoensia.
Pengalokasian dana zakat pada sektor pendidikan oleh lembaga pengelola
zakat meski masih memiliki prosentase lebih kecil jika dibandingkan dengan
alokasi untuk pemberdayaan ekonomi berupa pemberian modal, sangat
membantu masyarakat miskin dalam mengakses pendidikan.
Dari latar belakang di atas maka penulis ingin mencoba meneliti dari
4
zakat untuk beasiswa pendidikan di badan amil zakat nasional (baznas)
kabupaten semarang”
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah diatas maka skripsi ini akan mengacu
pada permasalahan pokok sebagai berikut:
1. Apa yang melatarbelakangi munculnya produk pentasharufan zakat
untuk beasiswa pendidikan oleh BAZNAS Kabupaten Semarang?
2. Bagaimanakah sistem pengelolaan zakat untuk beasiswa pendidikan oleh
BAZNAS Kabupaten Semarang?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Obyektif
a. Untuk mengetahui latarbelakang munculnya produk pentasharufan
zakat untuk beasiswa pendidikan di BAZNAS Kabupaten Semarang.
b. Untuk mengetahui sistem pengelolaan zakat untuk beasiswa
pendidikan oleh BAZNAS Kabupaten Semarang.
2. Tujuan Subyektif
Untuk mengembangkan dan memperdalam pengetahuan penulis
di bidang hukum ekonomi syari’ah dan guna memenuhi persyaratan
akademis untuk memperoleh gelar S1 dalam bidang Hukum Ekonomi
5
D. Kegunaan penelitian
a. Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
pembangunan ilmu pengetahuan dibidang hukum ekonomi syari’ah dan dapat memperkaya referensi dan literatur kepustakaan terkait dengan
kajian mengenai pengelolaan zakat khususnya mengenai penyaluran zakat
untuk beasiswa pendidikan dan sebagai acuan untuk penelitian
selanjutnya.
b. Kegunaan Praktis
Guna mengembangkan penalaran ilmiah dan wacana keilmuan
penulis serta untuk mengetahui kemampuan penulis dalam menerapkan
ilmu yang diperoleh melalui bangku perkuliahan.
E. Penegasan Istilah
Adapun pengertian istilah dari judul skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Implementasi (pelaksanaan) dalam pembahasan skripsi ini adalah proses
pelaksanaan penyaluran zakat untuk beasiswa secara langsung meliputi
mekanisme pentasyarufan zakat untuk pemberian beasiswa pendidikan
yang dilakukan oleh Badan Amil Zakat Infaq Shadaqah baik ditinjau dari
aspek pemberi zakat (muzakki), lembaga pengelola zakat ( amil) maupun
aspek Penerima zakat (mustahik).
2. Zakat adalah mengeluarkan sebagian harta kekayaan kepada mustahiq
6
setiap panen sesuai ketentuan yang ditetapkan dalam agama (Mahjuddin,
1995:9).
3. Beasiswa adalah pemberian berupa bantuan keuangan yang diberikan
kepada perorangan, mahasiswa atau pelajar yang digunakan demi
keberlangsungan pendidikan yang ditempuh. Sedangkan pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya.
Jadi, dapat disimpulkan beasiswa pendidikan adalah bantuan keuangan
yang diberikan pada pelajar untuk mewujudkan dan mengembangkan
potensi dirinya demi tercapainya keberlangsungan pendidikan yang
ditempuh.
4. BAZNAS kepanjangan dari badan amil zakat nasional berdasarkan
Undang-undang nomer 23 tahun 2011 merupakan lembaga yang di
bentuk pemerintah nonstruktural yang bersifat mandiri dan
bertanggungjawab kepada presiden melalui menteri yang berwenang
7
F. Kajian Pustaka
Penelitian ini tidak merupakan duplikasi atau pengulangan dari
penelitian yang ada. Beberapa penelitian terdahulu yang menjadi acuan dan
perbandingan bagi penelitian ini adalah penelitian-penelitian terkait dengan
penyaluran dana zakat untuk beasiswa dalam ruang lingkup yang berbeda. Di
antaranya adalah:
Permasalahan mengenai pentasyarufan zakat bagi pendidikan
sebenarnya telah banyak yang meneliti antara lain skripsi karya Fand
Achmad Suseno yang berjudul “Manajemen Distribusi Zakat Untuk
Pendidikan Santri TPA di Baznas Kota Yogyakarta (Studi Pada Program
Yogya Taqwa Tahun 2013)”skripsi ini membahas mengenai manajemen
distribusi zakat untuk pendidikan santri TPA di BAZNAS Kota Yogyakarta.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif pengumpulan data dengan
interview, dengan hasil penelitian yakni pencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengawasan. Dan dilakukan dengan hasil pendataan dan
penelitian kebenaran mustahiq delapan asnaf. (digilib.uin-suka.ac.id di akses
pada 26 oktober 2016).
Kedua, skirpsi tesis yang berjudul “Pengaruh Pendayagunaan Zakat Produktif Terhadap Pemberdayaan Ekonomi Ummat Di Lembaga Amil
Zakat” karya Nuryanto Hari Murti. Dengan hasil penelitian statistik dan
analisis pembahasan, jumlah zakat produktif, tingkat pendidikan, dan
program pendampingan terbukti berpengaruh simultan atau bersama-sama
8
produktif. Gabungan variabel independen penelitian ini dapat menjelaskan
variabilitas pendapatan mustahik setelah menerima zakat produktif sebesar
23,0%. Untuk uji parsial hanya program pendampingan yang mampu
berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan mustahik setelah
menerima zakat produktif, sedangkan jumlah zakat produktif dan tingkat
pendidikan mustahik tidak berpengaruh terhadap pendapatan mustahik
setelah menerima zakat produktif (digilib.uin-suka.ac.id diakses 26 oktober
2016).
Ketiga, skripsi yang berjudul “Penyaluran Dana Zakat Untuk
Pendidikan Dalam Perspektif Imam Hanafi” (Studi Terhadap Bazis
Kotamadya Jakarta Selatan) karya Ghina Puspita. Dengan hasil penelitian
pendapat Imam Hanafi mendefinisikan Ibnu Sabil, apabila seseorang
mengkhususkan diri untuk mencari ilmu, maka boleh di beri zakat untuk
sekedar memenuhi kebutuhan membeli buku-buku dan untuk kepentingan
agama dan dunianya. Orang yang mencari ilmu patut di beri zakat karena dia
melaksanakan fardhu kifayah dan juga faedah ilmunya itu tidak hanya untuk
dirinya tapi juga untuk seluruh umat. Imam Hanafi juga berpandangan bagi
semua orang yang menempuh di jalan Allah, memperjuangkan agama-Nya,
baik melalui menuntut ilmu maupun dengan mengangkat pedang, maka
mereka memiliki kewenangan menerima zakat (repository.uinjkt.ac.id
9
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
a. Pendekatan
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan
hukum empiris artinya dengan mendekati masalah yang diteliti
dengan sifat hukum yang nyata atau fakta sosial sesuai dengan
kenyataan hidup dalam masyarakat. Penelitian hukum sebagai fakta
sosial yang mana data hukumnya dieksplorasi dari proses interaksi
hukum di masyarakat. Dengan maksud menyelidiki respon atau
tingkat kepatuhan masyarakat terhadap hukum (Widjaya, 2008:21)
Penggunaan pendekatan ini, dimaksudkan untuk memahami
gejala hukum di BAZNAS Kabupaten Semarang yang berhubungan
dengan penyaluran dana zakat untuk beasiswa yang diterapkan
kepada masyarakat.
b. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yaitu penelitian
yang bermaksud untuk memahami keadaan atau fenomena tentang
apa yang dialami oleh subjek penelitian dengan cara deskripsi dalam
bentuk kata-kata dan bahasa dengan memanfaatkan dengan berbagai
metode alamiah. Dalam penelitian kualitatif metode yang biasa
digunakan adalah wawancara, pengamatan dan pemanfaatan dokumen
10
2. Kehadiran Peneliti
Peneliti terjun langsung ke lapangan untuk mengumpulkan data
valid sebagai bahan acuan bagi penulis.Selain itu alat yang dijadikan
untuk pengumpulan data bisa berupa dokumen-dokumen yang
menunjang keabsahan hasil penelitian ini serta alat-alat bantu lain yang
dapat mendukung terlaksananya penelitian, seperti kamera dan alat
perekam.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat di mana lokasi penelitian itu
akan dilakukan. BAZNAS Kabupaten Semarang jl. Slamet Riyadi No. 3
Ungaran Jawa Tengah Indonesia.
4. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini, penulis menggunakan sumber
data penelitian berupa;
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah sumber data yang langsung
didapatkan dari lapangan atau lokasi penelitian.
1) Informan
Informan adalah orang yang dapat memberikan informasi
tentang hal - hal yang berhubungan dengan penelitian. Dalam
penelitian ini yang menjadi informan adalah Pimpinan
BAZNAS Kabupaten Semarang dan pakar hukum yang ahli
11 2) Dokumen
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data-data
primer, yaitu dokumen-dokumen yang berhubungan dengan
BAZNAS Kabupaten Semarang.diantaranya adalah struktur
organisasi di BAZNAS Kabupaten Semarang dan Pelaksanaan
penyaluran dana zakat untuk beasiswa di BAZNAS Kabupaten
Semarang.
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh
dari berbagai bacaan atau hasil penelitian sebelumnya yang
bertema sama. Jadi sumber data lain yang bisa mendukung
penelitian ini adalah dengan telaah pustaka seperti buku-buku,
jurnal ataupun hasil penelitian sebelumnya yang meneliti hal
serupa.
c. Teknik Pengumpulan Data
1) Wawancara
Melaui metode ini penulis dapat memperoleh informasi
dari narasumber dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
berkaitan dengan zakat untuk beasiswa pendidikan.
2) Dokumentasi
Dengan metode ini diharapkan dapat memperoleh
dokumen berupa gambar, tabel dan sejenisnya yang bekaitan
12
5. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini proses analisis data menggunakan teknis
analisis data dengan reduksi data, penyajian data, dan verifikasi. Reduksi
data adalah proses pemilihan, pemusatan pada penyederhanaan, abstraksi
dan transformasi data kasar yang di peroleh di lapangan. Penyajian data
yaitu deskripsi kumpulan informasi tersusun yang memungkinkan untuk
melakukan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penarikan
kesimpulan dan verifikasi dari permulaan pengumpulan data, periset
kualitatif mencari makna dari setiap gejala yang di peroleh di lapangan,
mencatat keteraturan atau pola penjelasan dan konfigurasi yang mungkin
ada, alur akusalitas, dan proposi.
6. Pengecekan Keabsahan Data
Dalam suatu penelitian, validitas data mempunyai pengaruh yang
sangat besar dalam menentukan hasil akhir suatu penelitian sehingga
untuk mendapatkan data yang valid diperlukan suatu teknik untuk
memeriksa keabsahan data.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pengecekan
keabsahan data dengan menggunakan teknik triangulasi. Menurut
(Patton 1987:331) triangulasi dalam pengujian kredibilitas dapat
dilakukan dengan berbagai cara. Dalam penelitian ini, penulis
menggunakan teknik triangulasi sumber, yaitu dengan membandingkan
13
membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan.
7. Tahap-tahap Penelitian
a. Tahap sebelum lapangan, yaitu hal-hal yang dilakukan sebelum
melakukan penelitian seperti pembuatan proposal penelitian,
mengajukan surat ijin penelitian, menetapkan focus penelitian dan
sebagainya yang harus dipenuhi sebelum melakukan penelitian.
b. Tahap pekerjaan lapangan, yaitu mengumpulkan data melalui
pengamatan pada masalah, dan melakukan wawancara.
c. Tahap analisa data, apabila semua data telah terkumpul maka tahap
selanjutnya adalah menganalisis data-data tersebut dan
menggambarkan hasil penelitian sehingga bisa member arti pada
obyek yang di teliti.
d. Tahap penulisan laporan, yaitu apabila semua data telah terkumpul
dan telah dianalisis serta dokonsultasikan kepada pembimbing maka
yang dilakukan peneliti selanjutnya adalah menulis hasil penelitian
14
H. Sistematika Penelitian
Sistematika penulisan dalam skripsi ini antara lain sebagai berikut:
BAB 1 Pendahuluan
Di dalam bab ini penulis akan menguraikan latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan dan kegunaan, penegasan istilah, kajian pustaka,
metode penelitian, sistematika penulisan.
BAB II Kajian Pustaka
Bab ini merupakan kerangka teoritik yang akan menguraikan tentang
gambaran umum zakat delapan golongan dan tinjauan umun pengelolaan
zakat di Indonesia menurut Undang-undang nomer 23 tahun 2011 dan
beasiswa pendidikan.
BAB III Hasil Penelitian
Pada bab ini penulis akan mendeskripsikan tentang gambaran umum
BAZNAS Kabupaten Semarang serta paparan data dan temuan penelitian.
BAB IV Analisis dan Pembahasan
Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang alasan dan analisis
pelaksanaan penyaluran zakat untuk beasiswa di BAZNAS Kabupaten
Semarang.
BAB V Penutup
15
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Umum Zakat
1. Pegertian Zakat
Zakat dalam kamus Bahasa Arab adalah diambil dari kata – اكز
وكزي mengandung arti suci, tumbuh dan terpuji. Zakat menurut istilah fiqh
adalah sejumlah harta tertentu yang berhak menurut syariat Allah
SWT.Kata zakat dalam terminologi Al-Qur’an sepadan dengan kata shadaqah (Mursyidi, 2006:75). Pengertian zakat menurut bahasa dan
istilah memiliki kaitan yang erat bahwa setiap harta yang dikeluarkan
untuk zakat akan menjadi berkah, tumbuh, bersih dan baik.
Al-Zuhayly (1995:83-84) mendefinisikan zakat dari sudut empat
mazhab yaitu:
1) Madzhab Maliki, Zakat adalah mengeluarkan sebagian yang tertentu
dari harta yang tertentu pula yang sudah mencapai nishab (batas jumlah
yang mewajibkan zakat) kepada orang yang berhak menerimanya,
manakala kepemilikan itu penuh dan sudah mencapai haul (setahun),
selain barang tambang dan pertanian.
2) Madzhab Hanafi mendefinisikan zakat adalah menjadikan kadar
tertentu dari harta tertentu pula sebagai hak milik, yang sudah
16
3) Menurut Madzhab Syafi’i zakat adalah nama untuk kadar yang dikeluarkan dari harta atau benda dengan cara-cara tertentu.
4) Madzhab Hambali memberikan definisi zakat sebagai hak (kadar
tertentu) yang diwajibkan untuk dikeluarkan dari harta tertentu untuk
golongan yang tertentu dalam waktu tertentu pula.
Menurut terminologi para fuqaha, zakat dimaksudkan sebagai
penunaian, yakni penunaian hak yang wajib yang terdapat dalam
harta.Zakat juga dimaksudkan sebagai bagian harta tertentu dan yang
diwajibkan oleh Allah untuk diberikan kepada orang-orang kafir. Zakat
dinamakan sedekah karena tindakan itu akan menunjukkan kebenaran
(shidq) seseorang hamba dalam beribadah dan melakukan ketaatan kepada
Allah SWT (Al-Zuhayly, 2000:85).
Zakat itu diambil dari orang yang mampu untuk kesejahteraan
masyarakat lahir dan batin.Tujuannya untuk membersihkan jiwa dan harta
pemilik, serta menempatkannya sebagai harta yang subur dan
berkembang, baik untuk pemilik harta dan masyarakat (Djamaluddin,
1974:105).
Selain itu, zakat juga telah diatur dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat pasal 1 ayat
(2) yang menerangkan bahwa zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan
oleh seorang muslim atau badan usaha untuk diberikan kepada yang
berhak menerimanya sesuai dengan syariat islam (UU Nomor 23 Tahun
17
Dinamakan zakat bukanlah karena dia menghasilkan kesuburan
bagi harta, tetapi karena dia merupakan manifestasi dari kegotong
royongan antara para hartawan dengan para fakir miskin. Pengeluaran
zakat merupakan perlindungan bagi masyarakat dari bencana
kemasyarakatan, yaitu kemiskinan, kelemahan baik fisik maupun
mental.Masyarakat yang terpelihara dari bencana-bencana tersebut
menjadi masyarakat yang hidup, subur dan berkembang keutamaan
didalamnya (Hasbi, 1984:29).
2. Landasan Hukum Zakat
Dari penjelasan mengenai pengertian zakat tersebut, dapatlah
diambil penegertian bahwa zakat adalah sesuatu yang diwajibkan dengan
semangat solidaritas yang bersumber dari keimanan seseorang. Zakat
merupakan suatu simbol kemenangan terhadap egoisme sehingga
memperoleh kepuasan moral karena ia telah ikut mendirikan sebuah
masyarakat islami yang adil.
Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang lima. Zakat
diwajibkan di Madinah pada bulan Syawal tahun kedua
Hijriah.Pewajibannya terjadi setelah pewajiban puasa Ramadan dan zakat
fitrah.Tetapi, zakat tidak diwajibkan atas para nabi.Pendapat yang terakhir
ini disepakati para ulama karena zakat dimaksudkan sebagai penyucian
untuk orang-orang yang berdosa, sedangkan para nabi terbebas dari hal
demikian.Lagi pula, mereka mengemban titipan-titipan Allah, disamping
18
Memang tidak dapat diragukan lagi, bahwa zakat itu rukun dari
rukun-rukun agama, dan suatu fardlu dari fardlu-fardlu agama yang
diwajibkankan kita melakukannya.Di dalam Al-Quran banyak ayat yang
menyuruh, memerintah dan menganjurkan kita menunaikan
zakat.Sedemikian pula banyak sekali hadits Nabawi yang memerintahkan
kita memberikan zakat.Ayat-ayat mengenai perintah menunaikan zakat
tersebut, sebagaimana dinyatakan dalam Qs : Al Baqarah ayat : 43
☺
dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku'.
Hadis yang diriwayatkan Muslim dari Ibn Umar bahwasanya Rasul
bersabda:
Dari Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhuma, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: “Islam dibangun di atas lima (tonggak),:
mentauhidkan (mengesakan) Allah, menegakkan shalat, membayar zakat,
puasa Ramadhan, dan hajji”. Seorang laki-laki mengatakan: “Haji dan
19
dan haji, demikian ini aku telah mendengar dari Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam”.
Ayat-ayat dan hadits ini menyatakan kewajiban mengeluarkan
zakat dan bahwa zakat itu suatu rukun dari rukun-rukun islam.Dan tidak
ada seorangpun dari umat islam yang tidak memfardlukannya (Hasbi,
1984:39).
3. Rukun dan Syarat Zakat
a. Rukun Zakat
1) Melepaskan kepemilikan terhadap harta zakat.
2) Menjadikan harta zakat milik orang fakir.
3) Dan menyerahkan harta zakat kepada imam atau orang yang
bertugas untuk memungut zakat
b. Syarat zakat
Mazhab Hanafi berpendapat bahwa penyebab zakat ialah adanya
harta milik yang mencapai nishab dan produktif kendatipun kemampuan
produktifitas itu baru berupa perkiraan.Dengan syarat, pemilikan harta
tersebut telah berlangsung satu tahun, yakni tahun qamariyah bukan tahun
syamsyiyah, dan pemiliknya tidak memiliki utang yang berkaitan dengan
hak manusia. Syarat yang lainnya, harta tersebut melebihi kebutuhan
pokoknya (Al-Zuhayly,1995: 95).
Perlu dicatat bahwa sebab dan syarat merupakan tempat
20
disandarkan, lain halnya dengan syarat.Dengan demikian, barang siapa
yang hartanya tidak mencapai nishab, dia tidak berkewajiban
mengeluarkan zakat. Tidak ada zakat dalam harta wakaf karena wakaf
tidak ada yang memiliki (Al-Zuhayly,1995: 95).
Adapun mengenai syarat zakat, ada dua kategori.Pertama,
persyaratan seseorang diwajibkan untuk berzakat.Kedua, meliputi
persyaratan harta yang wajib dikeluarkan zakatnya. Penjelasannya sebagai
berikut :
1) Syarat seseorang yang diwajibkan untuk berzakat
a) Merdeka
Menurut kesepakatan ulama, zakat tidak diwajibkan atas
seseorang yang tidak merdeka.Dalam hal ini adalah atas hamba
sahaya, sebab dia tidak mempunyai hak milik atas harta yang
dimilikinya. Sehingga, tuan dari hamba sahaya tersebut yang
kemudian diwajibkan membayar zakatnya. Baik atas harta
pribadinya sendiri, maupun atas harta kepemilikan atas hamba
sahayanya tersebut.
b) Islam
Menurut ijma’ ulama, zakat tidak diwajibkan atas orang
kafir.Karena zakat merupakan ibadah mahdah yang suci.Sedangkan
orang kafir bukanlah orang yang suci.Madzhab syafi’i berbeda
pendapat dari pendapat madzhab lainnya.Madzhab ini mewajibkan
21
masa riddahnya. Yakni harta yang dimiliki ketika dia masih menjadi
seorang muslim. Berbeda pula dengan pendapat abu Hanifah, beliau
berpendapat bahwa riddah tetap saja menggugurkan kewajiban
zakat.
c) Baligh dan Berakal
Menurut madzhab Hanafi, hal tersebut dipandang sebagai
syarat wajib zakat.Sehingga, pada harta anak kecil dan orang gila
tidak wajib untuk diambil zakatnya.Sebab, keduanya tidak termasuk
pula dalam ketentuan orang yang wajib mengerjakan ibadah seperti
kewajiban atas mengerjakan shalat dan puasa.Sedangkan menurut
jumhur ulama’, keduanya bukan merupakan syarat.Sehingga, zakat
tetap wajib dikeluarkan dari harta anak kecil dan orang gila melalui
seorang wali (Al-Zuhayly, 2000:100).
2) Syarat harta yang wajib dikelurkan zakatnya
a) Harta tersebut harus didapatkan dengan cara yang baik dan halal.
Artinya, harta yang haram baik substansi bendanya maupun
cara mendapatkannya, jelas tidak dapat dikenakan kewajiban zakat.
Karena Allah tidak akan menerimanya. Didalam Shahih Bukhari
terhdapat satu bab yang menguraikan bahwa sedekah (zakat) tidak
akan diterima dari harta yang ghulul (harta yang didapatkan dengan
cara menipu) dan tidak akan diterima pula, kecuali dari hasil usaha
yang halal dan bersih.
22
Harta berkembang seperti melalui kegiatan usaha,
perdagangan, pembelian saham, atau ditabungkan.Harta yang tidak
berkembang atau tidak berpotensi untuk berkembang tidak wajib
dikenakan zakat, pada masa Rasulallah kuda untuk berperang atau
hamba sahaya termasuk harta yang tidak produktif.Karenanya tidak
menjadi sumber atau obyek zakat.
Berkembang dalam arti bahwa sifat kekayaan tersebut
memberikan keuntungan, menghasilkan pemasukan, keuntungan
investasi dan sejenisnya.Berkembang juga diartikan bertambah,
secara konkret (akibat pembiakan ternak), dan secara tidak konkret,
seperti tanah di daerah strategis, yang mempunyai potensi untuk
berkembang (Inoed dkk, 2005:27). Menurut Yusuf Al-Qaradhwi,
pengertian berkembang itu terdiri dari dua macam, yaitu secara
konkret dan tidak konkret. Yang konkret dangan cara
dikembangbiakkan, diusahakan, diperdagangkan dan yang sejenis
dengannya. Sedangkan yang tida konkret, maksudnya harta tersebut
berpotensi untuk berkembang, baik berada ditangannya sendiri
maupun ditangan orang lain, tetapi atas namanya. Beliau mengambil
kesimpulan bahwa setiap harta yang berkembang atau yang
berpotensi untuk dikembangkan, termasuk dalam obyek atau
sumber zakat.
Syarat ini sesungguhnya dapat mendorong setiap muslim
23
dari waktu ke waktu. Hal ini seperti salah satu makna zakat secara
bahasa yaitu al-namaa yang artinta berkembang dan bertambah
(Hafidhuddin, 2002:22).
c) Harta telah mencapai nishab
Maksudnya ialah nishabyang ditentukan oleh syara’ sebagai
tanda kayanya seseorang dan kadar-kadar berikut yang yang
mewajibkannya zakat. Contohnya nishabemas adalah 20 mitsqal
atau dinar.Nishab perak adalah 200 dirham nishab buah-buahan dan
biji-bijian setelah dikeringkan menurut selain mazhab Hanafi ialah 5
watsaq (653 kg). nishab kambing adalah 40 ekor, nishab unta 5
ekor, dan nishab sapi 30 ekor.
d) Harta yang dizakati adalah milik penuh
Mazhab Hanafi berpendapat bahwa yang dimaksud hak milik
adalah harta yang dimiliki secara utuh dan berada di tangan sendiri
yang benar-benar dimiliki.Zakat tidak diwajibkan atas tanaman yang
tumbuh di tanah yang mubah sebab tanah tersebut tidak
dimiliki.Harta yang didapatkan dari pinjaman atau utang tidak wajib
dizakati.Harta tersebut hanya wajib dizakati oleh pemiliknya.
Begitu juga harta yang dizakati harus dimiliki dengan genggaman
tangan sendiri. Dengan demikian, seandainya seseorang memilki
sesuatu tetapi tidak memegangnya, seperti harta mahar sesorang
perempuan yang belum dimiliki olehnya, maka harta tersebut tidak
24
bisa dimanfaatkan kendati dimiliki secara asli, misalnya binatang
yang hilang.
Menurut pendapat lain yang sahih, utang tidak mencegah
diwajibkannya zakat sebab zakat hanya berkaitan dengan harta itu
sendiri, sedangkan utang berkaitan dengan tanggungan. Dengan
demikian, masing-masing tidak saling mencegah satu sama lain.
Seseorang wajib mengeluarkan zakat maharnya setelah harta
tersebut ada ditangannya.Zakat mahar wajib dikeluarkan setelah
berada ditangan perempuan tadi. Sedangkan orang yang berutang
wajib menzakati harta yang diutangi olenya dari orang lain. Dengan
catatan harta tersebut telah mencapai setahun. Karena waktu itu
harta tersebut menjadi milik penuh pengutangnya dengan cara
pinjaman (Al-Zuhayly, 2000:105)
e) Terpenuhi kebutuhan pokok
Zakat dikeluarkan setelah terdapat kelebihan dari kebutuhan
hidup sehari-hari. Yang dimaksud dengan kebutuhan pokok adalah
kebutuhan yang jika tidak terpenuhi akan mengakibatkan kerusakan
dan kesengsaraan dalam hidup (Hafidhuddin, 2002:26).
4. Orang yang berhak menerima zakat (mustahiq)
Golongan yang berhak menerima zakat telah dijelaskan dalam
Al-Quran Surat At-Taubah ayat : 60, Allah berfirman
☺
25
Artinya “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah
Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”.
Seperti yang terkandung dalam ayat di atas, kelompok penerima
zakat (mustahiq) ada delapan golongan, yaitu :
a. Fakir (Al- Fuqara’), adalah bentuk jamak dari kata al-faqir , menurut
madzhab Syafi’i dan Hambali adalah orang yang tidak memiliki harta
benda dan pekerjaan apapun yang mampu membiayai kebutuhan
hidupnya. Orang yang tidak memiliki kekayaan dan tidak pula
pekerjaan. Dia tidak mempunyai suami / istri, ayah, ibu, dan keturunan
yang dapat membiayai hidupnya baik dalam kebutuhan sandang,
pangan, papan.
b. Orang miskin (al masakin), bentuk jamak dari kata al miskin. Orang
miskin ialah orang yang memiliki pekerjaan tetapi penghasilannya
tidak dapat dipakai untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Orang
26
pekerjaan yang tidak mencukupi kebutuhan standar (Al-Zuhayly,
2000:280-281).
c. Amil, adalah pegawai dan karyawan yang mengumpulkan dan
membagikan hasil zakat, dengan gaji yang pantas dan memadahi
sehingga mencapai manajemen yang sehat dan tangguh. Perlunya gaji
yang sesuai disebabkan kerja amil zakat memerlukan kejelian dan
profesional terutama pada tugas :
1) Pendataan, penelitian dan perencanaan zakat infaq dan shadaqah.
2) Penyuluhan, penerangan dan motivasi zakat infaq dan shadaqah.
3) Pengumpulan, pendayagunaan, dan pengembangan zakat.
4) Pengorganisasian, manajemen, dan pengawasan zakat.
d. Muallaf yaitu orang islam yang masih lemah imannya, baik mereka
yang baru masuk islam maupun sudah masuk islam tetapi tidak
membayar zakat. Esensi zakat tersebut mengandung harapan lebih
memberikan kekuatan iman dan dakwah (Inoed, dkk. 2005:36-37).
e. Para budak, yang dimaksud di sini menurut jumhur ulama ialah para
budak muslim yang sudah membuat perjanjian dengan tuannya untuk
dimerdekakan dan tidak memiliki uang untuk membayar tebusan akan
diri mereka, meskipun mereka sudah bekerja dan membanting tulang
mati-matian.
Syarat pembayaran zakat budak yang dijanjikan untuk dimerdekakan
ialah budak itu harus muslim dan memerlukan bantuan seperti itu.
27
mereka sudah tidak ada lagi.Apabila perbudakan masih terjadi,
sesungguhnya itu perbuatan yang di larang oleh syara’.
f. Ghorimin, orang-orang yang memiliki utang, baik hutang itu untuk
dirinya sendiri maupun bukan, baik hutang itu digunakan untuk
perbuatan yang baik maupun untuk kemaksiatan.
Mazhab Hanafi mengatakan bahwa orang yang berhutang ialah orang
yang betul-betul memiliki utang dan tidak memiliki apa-apa selain
utangnya itu.Dan mazhab maliki mengatakan bahwa orang yang
berhutang adalah orang yang benar-benar dililit utang sehingga dia
tidak bisa melunasi hutangnya.
g. Fi Sabilillah
orang yang berjuang di jalan Allah. Yang termasuk dalam
golongan ini ialah para pejuang yang berperang di jalan Allah yang
tidak digaji oleh siapapun, karena yang mereka lakukan hanyalah
berperang di jalan Allah.
Menurut jumhur ulama, orang-orang yang berperang dijalan
Allah diberi bagian zakat agar mereka dapat memenuhi kebutuhan
hidup mereka, sesungguhnya mereka berperang untuk kebutuhan
orang banyak.
Artian fisabilillahpada kondisi dewasa ini lebih dekat kepada
arti pengembangan SDM umat muslim dalam bentuk jihad.
Perjuangan umat muslim untuk meningkatkan SDM lebih realistis
28
ini. Masih banyak putra putri bangsa ini yang tidak sekolah atau putus
sekolah karena kendala biaya (Mufraini, 2006:205). Maka, fisabilillah
dapat diartikan jihad di jalan Allah melalui pendidikan, bukan mereka
yang mengangkat senjata melainkan bagi mereka yang mengangkat
pena.
h. Musafir, orang yang sedang melakukan perjalanan adalah orang-orang
yang bepergian untuk melaksanakan suatu hal yang baik tidak
termasuk maksiat. Dia diperkirakan tidak akan mencapai maksud dan
tujuannya jika tidak dibantu (Al-Zuhayly, 2000:285-289)
5. Macam-macam zakat
a. Zakat fitrah
Yang dimaksud dengan zakat fitrah adalah pengeluaran yang
wajib dilakukan setiap muslim yang mempunyai kelebihan dari
keperluan keluarga yang wajar pada malam dan hari raya Idulfitri (Ali,
1988:42). Besar zakat fitrah menurut ukuran sekarang adalah 2.176
kg.sedangkan makanan yang wajib dikeluarkan yang disebut dalam
hadits yaitu tepung, terigu, kurma, gandum, zahib (anggur) dan aqith
(semacam keju). Untuk negara yang makanan pokoknya selain itu,
mazhab Maliki dan mazhab Syafi’i membolehkan membayar zakat
dengan makanan pokok yang lain. Menurut mazhab Hanafi
pembayaran zakat fitrah dapat dilakukan dengan membayarkan
harganya dari makanan pokok yang dimakan.Pembayaran zakat fitrah
29
fitrah yaitu ditandai dengan tenggelamnya matahari di akhir bulan
Ramadhan.Kedua, membolehkan mendahulukan pembayaran zakat
fitrah di awal.
b. Zakat maal
Menurut terminologi bahasa, harta adalah segala sesuatu yang
diinginkan sekali oleh manusia untuk memiliki, memanfaatkan dan
menyimpannya.Sedangkan menurut terminologi syariah harta adalah
segala sesuatu yang dapat dimiliki, dikuasai dan dapat digunakan
manfaatnya menurut ghalibnya (lazim) (Mochlasin, 2014:18).Jadi
yang dimaksud dengan zakat maal yaitu bagian dari harta kekayaan
seseorang atau badan hukum yang wajib dikeluarkan untuk golongan
orang-orang tertentu setelah dipunyai setelah jangka waktu tertentu
dalam jumlah minilmal tertentu (Ali, 1988:42).
6. Sumber-sumber zakat
Zakat diwajibkan terhadap kelima jenis harta berikut ini, yaitu
nuqud (emas, perak dan uang), barang tambang dan barang temuan, harta
perdagangan, tanaman dan buah-buahan, dan bingatang ternak (unta, sapi
dan kambing).
1) Zakat nuqud
Para fuqaha sepakat bahwa nuqud wajib dikeluarkan zakatnya,
baik nuqud yang berupa potongan, yang dicetak, yang berbentuk
bejana, maupun perhiasan.Nishab zakat emas adalah dua puluh
30
dirhamyang kira-kira menurut mazhab Hanafi sama dengan 700 gram
atau menurut jumhur 643 gram.
Menentukan nishab seperti apa yang telah ditentukan oleh
syara’, tanpa melihat perubahan harga emas dan perak pada zaman
sekarang juga wajib dilakukan.Uang yang dizakatkan harus
disesuaikan dengan harga emas, karena emas merupakan barang
pertama yang digunakan sebagai alat tukar.
2) Zakat barang tambang dan barang temuan
Menurut mazhab Hanafi barang tambang adalah barang temuan
itu sendiri, sedangkan menurut jumhur, keduanya berbeda. Barang
tambang menurut mazhab Maliki dan Syafi’I adalah emas dan perak
sedangkan menurut mazhab Hanafi, barang tambang ialah setiap yang
dicetak menggunakan api. Adapun mazhab Hambali berpendapat
bahwa yang dimaksud dengan barang tambang adalah semua jenis
barang tambang, baik yang berbentuk padat maupun cair.
Menurut mazhab Hanafi dan Maliki zakat yang mesti
dikeluarkan dari harta barang tambang ialah seperlima (khumuz),
sedangkan menurut mazhab Syafi’i dan Hambali sebanyak
seperempat puluh. Mengenai zakat yang dikeluarkan daririkaz
(barang temuan) semua ulama mazhab sepakat bahwa zakatnya
seperlima (khumuz).Dalam zakat barang tambang ada dua syarat,
31
a) Setelah dibentuk dan di bersihkan, emas dan perak hasil
penambangan tersebut telah mencapai nishab.
b) Orang yang melakukan penambangan merupakan orang yang
wajib mengeluarkan zakat.
Adapun rikaz (barang temuan) adalah harta pendaman
jahiliyah, yaitu harta orang kafir yang diambil pada zaman Islam, baik
sedikit maupun banyak.Rikaz yang wajib dikeluarkan khumuznya
ialah setiap rikaz yang berupa harta apapun jenisnya, baik emas,
perak, besi, timah, tembaga, bejana, maupun yang lainnya.Kadar yang
wajib dikeluarkan dari harta rikaz ialah khumus atau seperlima.
3) Zakat harta perdagangan
Harta perdagangan adalah barang selain emas dan perak, baik
berupa benda, rumah tempat tinggal, jenis-jenis binatang, tanaman,
pakaian, maupun jenis barang lainnya yang disediakan untuk
perdagangkan. Rumah yang diperjualbelikan oleh pemiliknya,
hukumnya sama dengan barang-barang perdagangan. Rumah yang
ditempati oleh pemiliknya atau dijadikan sebagai tempat berdagang
atau tempat perusahaan tidak wajib dizakati.
Syarat-syarat zakat barang dagangan ialah sebagai berikut:
a) Harga harta dagangan harus telah mencapai nishab emas atau
perak. Harga disesuaikan dengan harga yang berlaku di setiap
32
b) Harga barang dagangan telah mencapai haul, terhitung sejak
dimilikinya harta tersebut.
c) Niat melakukan perdagangan. Pemilik barang dagangan harus
berniat berdagang.
d) Harta dagangan tidak dimaksudkan sebagai qunyah atau sengaja
dimanfaatkan oleh diri sendiri dan tidak di perdagangan
(Al-Zuhayly, 2000:167).
4) Zakat pertanian (tanaman dan buah-buahan)
Tanaman, tumbuhan, buah-buahan, dan hasil pertanian lainya
yang telah menemui persyaratan wajib zakat, harus dikeluarkan
zakatnya.Besar zakat pertanian dari tanaman yang mempergunakan
biaya yang besar dalam pengairannya, seperti sitem irigasi, yaitu
sebesar 5%.Sedangkan yang tidak menggunakannya, zakatnya
10%.Syaratnya utama zakat pertanian telah mencapai nishab, yaitu 5
ausaq.
5) Zakat hewan ternak
Para ulama telah sepakat kewajiban zakat pada tiga jenis hewan
ternak, yaitu unta, sapi dan domba.Abu Hanifah berpendapat bahwa
pada binatang kuda dikenakan kewajiban zakat, sedangkan imam
Maliki dan Syafi’i tidak mewajibkannya kecuali kuda tersebut
diperjualbelikan.Jadi hewan ternak selain yang disebutkan di atas
yang kini dalam perekonomian modern berkembang dengan pesat
33
hewan ternak, melainkan pada zakat perdagangan, karena memang
sejak awal jenis peternakan ini sudah diniatkan untuk
diperdagangkan.Persyaratan utama kewajiban zakat pada hewan
ternak yaitu:
a) Mencapai nishab.
b) Telah melewati satu tahun (haul).
c) Digembalakan di tempat penggembalaan umum.
d) Tidak digunakan untuk keperluan pribadi pemiliknya.
6) Zakat profesi
Yusuf Al-Qaradhawi menyatakan bahwa diantara hal yang
sangat penting untuk mendapatkan perhatian kaum muslim saat ini
adalah penghasilan atau pendapatan yang diusahakan melalui
keahliannya, baik keahlian yang dilakukan sendiri maupun secara
bersama-sama. Zakat profesi bisa di analogikan pada dua hal secara
sekaligus, yaitu pada zakat pertanian dan pada zakat emas dan perak.
Dari sudut nishab dianalogikan pada zakat pertanian sebesar lima
ausaq atau senilai 653 kg padi / gandum dan dikeluarkan pada saat
menerimanya. Misalnya setiap bulan bagi karyawan yang menerima
gaji bulanan langsung dikeluarkan zakatnya.
Maka bagi zakat profesi tidak ada ketentuan haul. Ketentuan
menyalurkan adalah pada saat menerima.Karene itu profesi yang
34
praktek sendiri, atau para da’i yang setiap hari berceramah zakatnya
dikeluarkan setiap bulan.
7) Zakat perusahaan
Perlu diketahui, pada saat ini hampir sebagian besar perusahaan
dikelola secara bersama dalam sebuah kelembagaan dan organisasi
dengan manajemen yang modern.Sehingga, sektor zakat tersebut
meliputi bentuk usaha PT, CV, atau Koperasi.Saat ini komoditas – komoditas yang dikelola perusahaan tidak terbatas, melainkan
merambah dalam wilayah luas, bahkan meliputi komoditi antar
negara dalam bentuk ekspor-impor.
Para ahli ekonomi menyatakan bahwa perusahaan itu pada
umumnya mencakup tiga hal.Pertama, perusahaan yang
menghasilkan produk-produk tertentu. Jika dikaitkan dengan
kewajiban zakat, maka produk yang dihasilkan harus halal, dan
dimiliki oleh orang-orang yang beragama islam. Kedua,perusahaan
yang bergerak di bidang jasa.Ketiaga, perusahaan yang bergerak di
bidang keuangan.
Menganalogikan zakat perusahaan ini kepada zakat
perdagangan, karena dipandang dari aspek legal dan ekonomi
kegiatan sebuah perusahaan, intinya berpijak pada kegiatan trading
atau perdagangan. Maka secara umum pola pembayaran dan
35
perdagangan. Demikian nishabnya senilai 85 gram emas, sama
dengan nishab zakat perdagangan dan nishab zakat emas dan perak.
8) Zakat surat-surat berharga
a) Zakat saham
Yusuf Al-Qardhawi mengemukakan dua pendapat yang
berkaitan dengan kewajiban zakat pada saham.Pertama, apabila
kepemilikan atas perusahaan jasa murni, artinya tidak melakukan
kegiatan perdagangan.Maka, sahamnya tidak wajib dizakati (misal
Hotel, biro perjalanan, atau jasa angkutan).Sebab, saham tersebut
terletak pada alat – alat, perlengkapan, gedung, dan sarana.Sedangkan keuntungan perusahaan tersebut kembali kepada
harta pemilik saham.
Kedua, jika perusahaan tersebut merupakan dagang
murni.Artinya yang membeli dan menjual barang-barang, tanpa
adanya pengelolaan seperti perdagangan komoditi ekspor-impor,
maka wajib dikeluarkan zakatnya.
Dalam penentuan nishabnya, dianalogikan seperti zakat
perdagangan. Yaitu senilai 85gram emas dengan kadar zakat 2,5%
dan telah memenuhi haul.
b) Zakat obligasi
ialah surat pinjaman dari pemerintah dan sebagainya yang dapat
diperdagangkan dan biasanya dibayar dengan jalan undian tiap
36
perjanjian tertulis dari bank, perusahaan, atau pemerintah
kepada pemegangnya untuk melunasi sejumlah pinjaman dalam
masa tertentu (Hafidhuddin, 2002:105).
7. Penyaluran Zakat
Zakat yang dikumpulkan oleh lembaga pengelola zakat, harus
segera disalurkan kepada para mustahik sesuai dengan surah at-Taubah
ayat 60. Bentuk penyaluran zakat kepada orang-orang yang berhak
menerimanya menggunakan dua cara:
a. Penyeluran zakat konsumtif
Penyeluran zakat dalam bentuk konsumtif yaitu zakat yang
disalurkan kepada kelompok mustahik untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya seperti makan, tempat tinggal meneruskan perjalanan dan
lain-lain.Fungsi zakat ini adalah bentuk dari fungsi zakat yang
memberikan zakat dalam bentuk konsumtif (Hafidhuddin, 2002:133).
Sebagaimana dinyatakan dalam surah Al-Baqarah: 273 yang berbunyi:
37
Artinya: (Berinfaklah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah, mereka tidak dapat (berusaha) dimuka bumi, orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kayak arena memelihara diri dari meminta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak.Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di
jalan Allah), maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui”.
b. Penyaluran zakat produktif
Penyaluran zakat dalam bentuk produktif adalah zakat yang
diberikan kepada fakir miskin dalam bentuk modal usaha atau lainya
yang dapat dikembangkan atau disedekahkan lagi dengan harapan
dapat meningkatkan taraf hidup mustahik dan para mustahik akan bisa
menjadi muzakki (Hafidhuddin, 2002:133).
8. Hikmah dan manfaat zakat
Zakat adalah ibadah dalam bidang harta yang mengandung hikmah
dan manfaat yang demikian besar dan mulia, baik yang berkaitan dengan
orang yang berzakat, penerimanya, harta yang dikeluarkan zakatnya,
maupun bagi masyarakat (hafidhuddin, 2004:9). Hikmah dan manfaat
zakat dapat dilihat dari beberapa sisi, yaitu:
a. Bagi para muzakki (orang yang memberi)
1) Membersihkan jiwa dari sifat-sifat kikir dan bakhil (tamak).
2) Menanamkan perasaan cinta kasih terhadap golongan yang lemah.
3) Mengembangkan rasa semangat kesetiakawanan dan kepedulian
38
4) Membersihkan harta dari hak-hak (bagian kecil) para penerima zakat
(mustahiq) dan merupakan perintah Allah Swt.
5) Menumbuhkan kekayaan si pemilik, jika dalam memberikan zakat
dilandasi rasa tulus dan ikhlas.
6) Terhindar dari ancaman Allah dan siksaan yang amat pedih.
b. Bagi para mustahiq (penerima)
1) Menghilangkan perasaan sakit hati, iri hati, benci dan dendam
terhadap golongan kaya yang hidup serba cukup dan mewah yang
tidak peduli dengan masyarakat bawah.
2) Menimbulkan dan menambah rasa syukur serta simpati atas partisipasi
golongan kaya terhadap kaum dhuafa.
3) Menjadi modal kerja untuk berusaha mandiri dan berupaya
mengangkat hidup.
c. Bagi pemerintah
1) Menunjang keberhasilan pelaksanaan program pembangunan dalam
meningkatkan kesejahteraan umat Islam.
2) Memberikan solusi aktif meretas kecemburuan sosial di kalangan
39
B. Zakat Menurut Undang-Undang
Undang-undang Pengelolaan Zakat juga mencakup pengelolaan infaq,
shadaqah dengan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan
pengawasan agar menjadi pedoman bagi muzakki dan mustahik, baik
perseorangan, maupun badan hukum dan atau badan usaha
Dengan dibentuknya undang-undang tentang Pengelolaan Zakat, dapat
ditingkatkan kesadaran muzakki untuk menunaikan kewajiban zakat dalam
rangka mensucikan diri terhadap harta yang dimilikinya, mengangkat
mustahiq, dan meningkatkan keprofesionalan pengelola zakat, yang
selamanya untuk mendapatkan ridho Allah.
1. Pengertian Zakat
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 23 tahun 2011
pasal 1 ayat 2 yang dimaksud dengan zakat adalah harta yang wajib
dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha untuk diberikan kepada
yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam.
2. Dasar Hukum Zakat
Dasar hukum zakat pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomer
23 tahun 2011, terdapat pada pasal 1 ayat 5 yang berbunyi muzakki adalah
seorang muslim atau badan usaha yang berkewajiban menunaikan zakat.
40
Asas dan tujuan zakat pada Undang-Undang Republik Indonesia
Nomer 23 tahun 2011, terdapat pada pasal 2, pasal 5 ayat (1), (2) yang
berbunnyi:
Pasal 2, pengelolaan zakat berasaskan syariat Islam, amanah,
kemanfaatan, keadilan, kepastian hukum, terintegrasi dan akuntabilitas.
Pasal 5 pengelolaan zakat bertujuan:
a. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan
zakat
b. Meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan
masyarakat dan penanggulangan kemiskinan.
4. Macam-macam Zakat
Macam-macam zakat yang terdapat pada Undang-Undang Republik
Indonesia Nomer 23 tahun 2011, pasal 4 ayat (1), (2), (4) adalah sebagai
berikut:
a. Zakat meliputi zakat mal dan zakat fitrah.
b. Zakat mal terdiri dari
1) Emas, perak, dan logam mulia lainya
2) Uang dan surat berharga lainya
3) Perniagaan
4) Pertanian, perkebunan, dan kehutanan
5) Peternakan dan perikanan
6) Pertambangan
41 8) Pendapatan dan jasa
9) Rikas
c. Syarat dan cara penghitungan zakat mal dan zakat fitrah dilaksanakan
sesuai dengan syariat Islam.
5. Pengelolaan Zakat
Pengelolaan zakat yang terdapat pada Undang-Undang Republik
Indonesia Nomer 23 tahun 2011, pasal 5 ayat (1), (2), dan (3) adalah
sebagai berikut:
a. Untuk melaksanakan pengelolaan zakat, pemerintah membentuk
BAZNAS
b. BAZNAS berkedudukan di ibu kota negara
c. BAZNAS merupakan lembaga pemerintah nonstuktural yang bersifat
mandiri dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui mentri.
Adapun penjelasan pengenai BAZNAS yaitu terdapat pada pasal 6
yang bebunyi bahwa BAZNAS merupakan lembaga yang berwenang
melakukan tugas pengelolaan zakat secara nasional.
BAZNAS dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana pada pasal 6
BAZNAS dibantu oleh LAZ yang dijelaskan pada pasal 17, 18 yaitu:
Menurut pasal 17 menyebutkan untuk membantu BAZNAS dalam
melaksanakan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat,
masyarakat dapat membentuk LAZ.
Peraturan pembentukan LAZ diatur pada pasal 18 pada ayat (1), (2)
42
a. Pembentukan LAZ wajib mendapat izin Menteri atau pejabat yang
ditunjuk oleh Menteri.
b. Izin hanya diberikan apabila memenuhi persyaratan paling sedikit:
1) Terdaftar sebagai organisasi kemasyarakatan Islam yang mengelola
bidang pendidikan, dakwah, dan sisal.
2) Berbentuk lembaga berbadan hukum.
3) Mendapat rekomendasi dari BAZNAS.
4) Memiliki pengawas syariat.
5) Memiliki kemampuan teknis, administrative, dan keuangan untuk
melaksanakan kegiatannya.
6) Bersifat nirlaba.
7) Memiliki program untuk mendayagunakan zakat bagi kesejahteraan
umat.
8) Bersedia diaudit syariat dan keuangan secara berkala.
Pada pasal 19 menyebutkan bahwa LAZ wajib melaporkan
pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan, zakat
yang telah diaudit kepada BAZNAS secara berkala.
6. Pengumpulan, Pendistribusian, Pendayagunaan, dan Pelaporan
a. Pengumpulan
Pengumpulan zakat yang terdapat pada Undang-Undang Republik
Indonesia Nomer 23 tahun 2011, pasal 21 ayat (1), (2), pasal 22, dan
pasal 23 ayat (1), (2) sebagai berikut:
43
1) Dalam rangka pengumpulan zakat, muzaki melakukan perhitungan,
sendiri atas kewajiban zakatnya.
2) Dalam hal tidak dapat menghitung sendiri kewajiban zakatnya,
muzaki dapat meminta bantuan BAZNAS.
Dalam pasal 22 menyebutkan zakat yang dibayarkan oleh muzaki
kepada BAZNAS atau LAZ dikurangkan dari penghasilan kena pajak.
Dalam pasal 23 ayat (1), (2) menyebutkan:
1) BAZNAS atau LAZ wajib memberikan bukti setoran zakat kepada
setiap muzaki.
2) Bukti setoran zakat kepada setiap muzaki digunakan sebagai
pengurang penghasilan kena pajak.
b. Pendistribusian
Pendistribusian zakat yang terdapat pada Undang-Undang Republik
Indonesia Nomer 23 tahun 2011, pasal 25, 26 adalah sebagai berikut:
Pada pasal 25 menyebutkan zakat wajib didistribusikan kepada
mustahik zakat sesuai dengan syariat Islam.
Adapun penjelasan dari pasal 25 diatas adalah sebagai berikut:
Mustahik delapan asnaf ialah fakir, miskin, amil, muallaf, riqab, gharim,
sabilillah, dan ibnussabil yang dalam aplikasinya dapat meliputi
orang-orang yang paling tidak berdaya secara ekonomi, seperti anak yatim, orang-orang
jompo, penyandang cacat, orang yang menuntut ilmu, pondok pesantren,
anak terlantar, orang yang terlilit utang, pengungsi yang terlantar dan
44
Pada pasal 26 menyebutkan pendistribusian zakat, sebagaimana
dimaksud dalam pasal 25, dilakukan berdasarkan skala prioritas dengan
memperhatikan prinsip pemerataan, keadilan, dan kewilayahan.
a. Pendayagunaan
Pendayagunaan zakat yang terdapat pada Undang-Undang Republik
Indonesia Nomer 23 tahun 2011, pasal 27 ayat (1), (2), (3) adalah sebagai
berikut:
1) Zakat dapat didayagunakan untuk usah produktif dalam rangka
penanganan fakir miskin dan peningkatana kualita umat.
2) Pendayagunaan zakat untuk usaha produktif sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan apabila kebutuhan dasar mustahik telah
terpenuhi.
3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pendayagunaan zakat untuk usaha
produktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Perturan
Mentri.
c. Pembinaan dan Pengawasan
Pembinaan dan pengwasan zakat yang terdapat pada Undang-Undang
Republik Indonesia Nomer 23 tahun 2011, pasal 34 ayat (1), (2) adalah
sebagai berikut:
a. Memberi melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap
45
b. Gubernur dan bupati/ walikota melaksanakan pembinaan dan
pengwasan terhadap BAZNAS provinsi, BAZNAS kabupaten/ kota,