• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI ZAKAT UNTUK BEASISWA PENDIDIKAN DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "IMPLEMENTASI ZAKAT UNTUK BEASISWA PENDIDIKAN DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL - Test Repository"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI ZAKAT UNTUK BEASISWA

PENDIDIKAN DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

(BAZNAS) KABUPATEN SEMARANG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh :

MUHAMMAD LUTHFI HAKIM NIM : 214 - 12 - 020

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH

F A K U L T A S S Y A R I A H

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

(2)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : MUHAMMAD LUTHFI HAKIM

NIM : 214-12-020

Jurusan : S1-Hukum Ekonomi Syariah (HES) Fakultas : Syariah

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya ini adalah asli hasil karya atau penelitian saya sendiri dan bukan plagiasi dari karya orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam penelitian ini dan disebutkan dalam acuan daftar pustaka.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Salatiga, Juli 2017 Penulis

MUHAMMAD LUTHFI HAKIM

(3)

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Lamp : 4 (empat) eksemplar Salatiga, Juli 2017 Hal : Pengajuan Naskah Skripsi

Kepada :

Yth. Dekan Fakultas Syariah di Salatiga

Assalamualaikum Wr.Wb

Setelah diadakan pengarahan, bimbingan, koreksi dan perbaikan seperlunya, maka skripsi saudara :

Nama : MUHAMMAD LUTHFI HAKIM

NIM : 214-12-020

Judul : Implementasi Zakat untuk Beasiswa Pendidikan di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Semarang

dapat diajukan dalam sidang munaqasyah. Demikian untuk menjadikan periksa.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Pembimbing

Tri Wahyu Hidayati, M.Ag

(4)

iv

KEMENTERIAN AGAMA RI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS SYARIAH

Jl. NakulaSadewa VA No 9 Telp. (0298) 3419400 Fak 323433 Salatiga 50722 Website: www.iainsalatiga.ac.id E-mail: administrasi@iainsalatiga.ac.id

PENGESAHAN SKRIPSI

IMPLEMENTASI ZAKAT UNTUK BEASISWA PENDIDIKAN DI BADANAMIL ZAKAT NASIONAL (BAZNAS) KABUPATEN

SEMARANG

DISUSUN OLEH

MUHAMMAD LUTHFI HAKIM 214 -12 -020

Telah dipertahankan didepan Dewan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Syari’ah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada hari Senin, 11 September 2017 dan dinyatakan LULUS, sehingga dapat diterima sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana S1 Hukum Islam

Susunan Dewan Panitia Penguji

Ketua Penguji : Drs. Mahfudz, M.Ag

Sekretaris Penguji : Tri Wahyu Hidayati, M.Ag.

Penguji I : Prof. Dr. H. Muh. Zuhri, MA

Penguji II : Evi Ariyani,S.H., MH.

Salatiga, 13 September 2017

(5)

v

MOTTO

Yang datang dari bumi kelangit tidak bisa menjadi

dewa.Untuk menguasai sesuatu tidak hanya menggunakan

kekuatan.

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan skripsi ini kepada:

Ayahku Rokhiman dan Ibuku Rumiyati yang tidak

henti-

hentinya selalu mendo’akan, membimbing dan

mendukungku

Almamaterku Jurusan Hukum Ekonomi Syari

ah

Fakultas Syariah

IAIN

Salatiga

Teman-teman Jurusan Hukum Ekonomi Syariah

angkatan 2012

Teman-teman Republik Gondesia HES 2012: Wahyu,

Ucup, Elyas, Ipay, Zaka, Ekomul, Panjrit

Alm. Ahmad Kautsar (Mamat), teman, sahabat,

(7)

vii

ABSTRAK

Hakim, Muhammad Luthfi. 2017. Implementasi Zakat untuk Beasiswa Pendidikan di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Semarang. Skripsi Program Studi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) salatiga. Pembimbing : Tri Wahyu Hidayati, M.Ag.

Kata kunci: implementasi, zakat, pendidikan, BAZNAS Kabupaten Semarang

Zakat berpotensi besar digunakan untuk menunjang pembangunan dalam aspek pengembangan peningkatan nilai-nilai moral keagamaan, pemberdayaan umat dalam sektor ekonomi yang kreatif danp roduktif dengan menyerap banyak tenaga kerja sehingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat, atau yang lebih utama dalam hal pengembangan serta peningkatan kualitas pendidikan. BAZNAS Kabupaten Semarang lahir sebagai implementasi dari Undang-undang nomor 23 tahun 2011 pasal 15 ayat (1) dalam rangka pelaksanaan pengelolaan zakat pada tingkat provinsi dan kabupaten/kota dibentuk BAZNAS provinsi dan BAZNAS kabupaten/kota. Terobosan BAZNAS Kabupaten Semarang salah satunya adalah program peduli pendidikan yang bertujuan memberikan bantuan biaya pendidikan yang bersumber dari dana zakat.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan hukum empiris artinya dengan mendekati masalah yang diteliti dengan sifat hukum yang nyata atau fakta sosial sesuai dengan kenyataan hidup dalam masyarakat. Penelitian hukum sebagai fakta sosial yang mana data hukumnya dieksplorasi dari proses interaksi hukum di masyarakat. Dengan maksud menyelidiki respon atau tingkat kepatuhan masyarakat terhadap hukum. Penggunaan pendekatan ini, dimaksudkan untuk memahami gejala hukum di BAZNAS Kabupaten Semarang yang berhubungan dengan penyaluran dana zakat untuk beasiswa yang diterapkan kepada masyarakat.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, karena

berkat rahmat-Nya penulisan skripsi ini dapat penulis selesaikan sesuai dengan

yang diharapkan. Penulis juga bersyukur atas rizki dan kesehatan yang telah

diberikan oleh-Nya sehingga penulis dapat menyusun penulisan skripsi ini.

Sholawat dan salam selalu penulis sanjungkan kepada Rasulullah

Muhammad SAW beserta segenap keluarga dan para sahabat, dan teman-teman,

syafa’at beliau sangat penulis nantikan di hari pembalasan nanti.

Penulisan skripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu persyaratan

guna memperoleh gelar Sarjana dalam Hukum Islam, Fakultas Syari’ah, Jurusan Hukum Ekonomi Syariah yang berjudul: “Implementasi Zakat untuk Beasiswa Pendidikan di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Semarang.” Penulis mengakui bahwa dalam menyusun penulisan skripsi ini tidak dapat

diselesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Karena inilah penulis

mengucapkan penghargaan yang setinggi-tingginya, ungkapan terimakasih

kadang tak bisa mewakili kata-kata, namun perlu kiranya penulis mengucapkan

terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Ibu Dra. Siti Zumrotun, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syari’ah di IAIN Salatiga.

3. Ibu Evi Ariyani, M.H, selaku Ketua Jurusan Hukum Ekonomi Syariah di IAIN

Salatiga.

4. Ibu Tri Wahyu Hidayati, M.Ag, selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu

memberi arahan, pemahaman, dan selalu membagi ilmunya sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. BAZNAS Kabupaten Semarang dan Staf terkait yang telah membantu proses

penelitian.

6. Bapak dan Ibu Dosen selaku staf pengajar dan seluruh staf Administrasi

(9)

ix

memberikan ilmunya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa

halangan apapun.

7. Sahabat-sahabatku NurulAsfiah, Muhammad Zakaria, Eko Mulyono, Wahyu

Gumelar, Rifa’i Rif’an, Panji Asoka R W, Muhammad Yusuf, Tri Setyorini yang selalu memberikan dukungan dan semangat untuk penulis dalam

menyusun skripsi ini.

Semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka dengan

balasan yang sepantasnya dan yang lebih dari apa yang telah mereka berikan

kepada penulis, agar pula senantiasa mendapatkan maghfiroh, dan dilimpahkan

rahmat-Nya. Amin.

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa penulisan skripsi ini masih jauh

dari sempurna, baik dari segi metodologi, penggunaan bahasa, isi, maupun

analisanya, sehingga kritik dan saran yang konstruktif, sangat penulis harapkan

agar mudah dibaca dan dipahami.

Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi

penulis sendiri dan umumnya bagi pembaca.

Salatiga, Juli 2017

(10)

x

DAFTAR ISI

COVER ... i

SURAT PERNYATAAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN SKRIPSI ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Kegunaan Penelitian... 5

E. Penegasan Istilah ... 5

F. Kajian Pustaka ... 6

G. Metode Penelitian... 8

H. Sistematika Penulisan ... 14

BAB II LANDASAN TEORI A. Ptinjauan Umum Zakat ... 15

1. Landasan Hukum Zakat ... 17

2. Rukun dan Syarat Zakat ... 19

3. Orang Yang Berhak Menerima Zakat ... 24

4. Macam Zakat ... 28

5. Sumber Zakat ... 29

(11)

xi

7. Hikmah Dan Manfaat Zakat ... 37

B. Zakat Menurut Undang-Undang ... 38

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITI A. Gambaran umum BAZNAS Kabupaten Semarang... 45

B. Pengelolaan Zakat Untuk Beasiswa Pendidikan Oleh Baznas Kabupaten Semarang ... 54

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PENYALURAN ZAKAT UNTUK BEASISWA DI BAZNAS KABUPATEN SEMARANG A. Alasan Penyaluran Zakat Untuk Beasiswa Pendidikan di BAZNAS Kabupaten Semarang ... 59

B. Sistem Pengelolaan Zakat Untuk Beasiswa Pendidikan di BAZNAS Kabupaten Semarang ... 61

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 65

B. Saran-saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 68

(12)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Keterangan Observasi

2. Surat Penunjukan Pembimbing Skripsi

3. Surat Permohonan Izin Penelitian

4. Lembar Konsultasi Skripsi

5. Daftar Nilai SKK

(13)
(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Zakat merupakan rukun Islam yang keempat dari rukun Islam yang

lima, karenanya zakat merupakan ibadah wajib yang harus dilaksanakan oleh

seorang muslim sebagaimana wajibnya melaksanakan shalat. Istilah zakat

berasal dari kata Arab yang berarti suci atau kesucian, atau arti lain yaitu

keberkahan. Menurut istilah Agama Islam zakat adalah ukuran atau kadar

harta tertentu yang harus dikeluarkan oleh pemiliknya untuk diserahkan

kepada golongan atau orang-orang yang berhak menerimanya dengan

syarat-syarat tertentu. Jadi seorang muslim yang telah memiliki harta dengan jumlah

tertentu (nisab) sesuai dengan ketentuan dan waktu tertentu (haul) yaitu satu

tahun, wajib mengeluarkan zakatnya. Oleh sebab itu hukum dari

melaksanakan zakat adalah Fardhu Ain (wajib bagi setiap orang) bagi orang

yang mampu.

☺











✓▪

…Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta

Orang-orang yang ruku’. (Qs.Al Baqarah: 43)

Zakat sebagai rukun Islam merupakan kewajiban setiap muslim yang

mampu untuk membayarnya dan diperuntukan bagi mereka yang berhak

(15)

2

potensial yang dapat dimanfaatkan untuk memajukan kesejahteraan umum

bagi seluruh masyarakat. Agar menjadi sumber dana yang dapat

dimanfaatkan bagi kesejahteraan masyarakat terutama untuk mengentaskan

masyarakat dari kemiskinan dan menghilangkan kesenjangan sosial, perlu

adanya pengelolaan zakat secara professional dan tanggung jawab yang

dilakukan oleh masyarakat bersama pemerintah. Dalam hal ini pemerintah

berkewajiban memberikan perlindungan, pembinaan, dan pelayanan kepada

muzaki, mustahiq dan pengelola zakat tentang pengeloalaan zakat yang

berasaskan iman dan taqwa.

Dalam sejarah perjalanan masyarakat Islam, ajaran zakat sudah mulai

dilupakan dan disempitkan artinya. Zakat seolah-olah hanya merupakan

kewajiban individu dan dilaksanakan dalam rangka menggugurkan

kewajiban individu terhadap perintah Allah ini. Sehingga zakat menjadi apa

yang sering disebut sebagai ibadah mahdhah individu kaum muslimin. Dari

suatu ajaran yang luas dan mendalam yang dikembangkan oleh Rasul dan

Sahabat di Madinah, zakat menjadi sebuah ajaran yang sempit bersama

mundurnya peranan Islam di panggung politik, ekonomi, ilmu, dan

peradaban manusia. Dalam abad kedua puluh satu ini, bersamaan dengan

kebangkitan kembali umat Islam diberbagai sektor kehidupan, ajaran zakat

juga menjadi salah satu sektor yang mulai digali dari berbagai dimensinya.

Meningkatnya kesejahteraan ummat Islam memberikan harapan baru dalam

mengaktualisasikan zakat. Apalagi kebangkitan ekonomi di dunia barat

(16)

3

masalah dalam kehidupan ini seperti kesenjangan dalam kehidupan sosial

ekonomi. (www.kompasiana.com diakses pada tanggal 26 oktober 2016)

Zakat berpotensi besar digunakan untuk menunjang pembangunan

dalam aspek pengembangan peningkatan nilai-nilai moral keagamaan,

pemberdayaan umat dalam sektor ekonomi yang kreatif dan produktif dengan

menyerap banyak tenaga kerja sehingga meningkatkan kesejahteraan

masyarakat, atau yang lebih utama dalam hal pengembangan serta

peningkatan kualitas pendidikan.

BAZNAS Kabupaten Semarang lahir sebagai implementasi dari

Undang-undang nomor 23 tahun 2011 pasal 15 ayat (1) dalam rangka

pelaksanaan pengelolaan zakat pada tingkat provinsi dan kabupaten/kota

dibentuk BAZNAS provinsi dan BAZNAS kabupaten/kota. Terobosan

BAZNAS Kabupaten Semarang salah satunya adalah program peduli

pendidikan yang bertujuan memberikan bantuan biaya pendidikan yang

bersumber dari dana zakat.

Peran serta zakat untuk membiayai pendidikan sangat mendukung

upaya pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan di Indoensia.

Pengalokasian dana zakat pada sektor pendidikan oleh lembaga pengelola

zakat meski masih memiliki prosentase lebih kecil jika dibandingkan dengan

alokasi untuk pemberdayaan ekonomi berupa pemberian modal, sangat

membantu masyarakat miskin dalam mengakses pendidikan.

Dari latar belakang di atas maka penulis ingin mencoba meneliti dari

(17)

4

zakat untuk beasiswa pendidikan di badan amil zakat nasional (baznas)

kabupaten semarang”

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah diatas maka skripsi ini akan mengacu

pada permasalahan pokok sebagai berikut:

1. Apa yang melatarbelakangi munculnya produk pentasharufan zakat

untuk beasiswa pendidikan oleh BAZNAS Kabupaten Semarang?

2. Bagaimanakah sistem pengelolaan zakat untuk beasiswa pendidikan oleh

BAZNAS Kabupaten Semarang?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Obyektif

a. Untuk mengetahui latarbelakang munculnya produk pentasharufan

zakat untuk beasiswa pendidikan di BAZNAS Kabupaten Semarang.

b. Untuk mengetahui sistem pengelolaan zakat untuk beasiswa

pendidikan oleh BAZNAS Kabupaten Semarang.

2. Tujuan Subyektif

Untuk mengembangkan dan memperdalam pengetahuan penulis

di bidang hukum ekonomi syari’ah dan guna memenuhi persyaratan

akademis untuk memperoleh gelar S1 dalam bidang Hukum Ekonomi

(18)

5

D. Kegunaan penelitian

a. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

pembangunan ilmu pengetahuan dibidang hukum ekonomi syari’ah dan dapat memperkaya referensi dan literatur kepustakaan terkait dengan

kajian mengenai pengelolaan zakat khususnya mengenai penyaluran zakat

untuk beasiswa pendidikan dan sebagai acuan untuk penelitian

selanjutnya.

b. Kegunaan Praktis

Guna mengembangkan penalaran ilmiah dan wacana keilmuan

penulis serta untuk mengetahui kemampuan penulis dalam menerapkan

ilmu yang diperoleh melalui bangku perkuliahan.

E. Penegasan Istilah

Adapun pengertian istilah dari judul skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Implementasi (pelaksanaan) dalam pembahasan skripsi ini adalah proses

pelaksanaan penyaluran zakat untuk beasiswa secara langsung meliputi

mekanisme pentasyarufan zakat untuk pemberian beasiswa pendidikan

yang dilakukan oleh Badan Amil Zakat Infaq Shadaqah baik ditinjau dari

aspek pemberi zakat (muzakki), lembaga pengelola zakat ( amil) maupun

aspek Penerima zakat (mustahik).

2. Zakat adalah mengeluarkan sebagian harta kekayaan kepada mustahiq

(19)

6

setiap panen sesuai ketentuan yang ditetapkan dalam agama (Mahjuddin,

1995:9).

3. Beasiswa adalah pemberian berupa bantuan keuangan yang diberikan

kepada perorangan, mahasiswa atau pelajar yang digunakan demi

keberlangsungan pendidikan yang ditempuh. Sedangkan pendidikan

adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya.

Jadi, dapat disimpulkan beasiswa pendidikan adalah bantuan keuangan

yang diberikan pada pelajar untuk mewujudkan dan mengembangkan

potensi dirinya demi tercapainya keberlangsungan pendidikan yang

ditempuh.

4. BAZNAS kepanjangan dari badan amil zakat nasional berdasarkan

Undang-undang nomer 23 tahun 2011 merupakan lembaga yang di

bentuk pemerintah nonstruktural yang bersifat mandiri dan

bertanggungjawab kepada presiden melalui menteri yang berwenang

(20)

7

F. Kajian Pustaka

Penelitian ini tidak merupakan duplikasi atau pengulangan dari

penelitian yang ada. Beberapa penelitian terdahulu yang menjadi acuan dan

perbandingan bagi penelitian ini adalah penelitian-penelitian terkait dengan

penyaluran dana zakat untuk beasiswa dalam ruang lingkup yang berbeda. Di

antaranya adalah:

Permasalahan mengenai pentasyarufan zakat bagi pendidikan

sebenarnya telah banyak yang meneliti antara lain skripsi karya Fand

Achmad Suseno yang berjudul “Manajemen Distribusi Zakat Untuk

Pendidikan Santri TPA di Baznas Kota Yogyakarta (Studi Pada Program

Yogya Taqwa Tahun 2013)”skripsi ini membahas mengenai manajemen

distribusi zakat untuk pendidikan santri TPA di BAZNAS Kota Yogyakarta.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif pengumpulan data dengan

interview, dengan hasil penelitian yakni pencanaan, pengorganisasian,

pelaksanaan dan pengawasan. Dan dilakukan dengan hasil pendataan dan

penelitian kebenaran mustahiq delapan asnaf. (digilib.uin-suka.ac.id di akses

pada 26 oktober 2016).

Kedua, skirpsi tesis yang berjudul “Pengaruh Pendayagunaan Zakat Produktif Terhadap Pemberdayaan Ekonomi Ummat Di Lembaga Amil

Zakat” karya Nuryanto Hari Murti. Dengan hasil penelitian statistik dan

analisis pembahasan, jumlah zakat produktif, tingkat pendidikan, dan

program pendampingan terbukti berpengaruh simultan atau bersama-sama

(21)

8

produktif. Gabungan variabel independen penelitian ini dapat menjelaskan

variabilitas pendapatan mustahik setelah menerima zakat produktif sebesar

23,0%. Untuk uji parsial hanya program pendampingan yang mampu

berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan mustahik setelah

menerima zakat produktif, sedangkan jumlah zakat produktif dan tingkat

pendidikan mustahik tidak berpengaruh terhadap pendapatan mustahik

setelah menerima zakat produktif (digilib.uin-suka.ac.id diakses 26 oktober

2016).

Ketiga, skripsi yang berjudul “Penyaluran Dana Zakat Untuk

Pendidikan Dalam Perspektif Imam Hanafi” (Studi Terhadap Bazis

Kotamadya Jakarta Selatan) karya Ghina Puspita. Dengan hasil penelitian

pendapat Imam Hanafi mendefinisikan Ibnu Sabil, apabila seseorang

mengkhususkan diri untuk mencari ilmu, maka boleh di beri zakat untuk

sekedar memenuhi kebutuhan membeli buku-buku dan untuk kepentingan

agama dan dunianya. Orang yang mencari ilmu patut di beri zakat karena dia

melaksanakan fardhu kifayah dan juga faedah ilmunya itu tidak hanya untuk

dirinya tapi juga untuk seluruh umat. Imam Hanafi juga berpandangan bagi

semua orang yang menempuh di jalan Allah, memperjuangkan agama-Nya,

baik melalui menuntut ilmu maupun dengan mengangkat pedang, maka

mereka memiliki kewenangan menerima zakat (repository.uinjkt.ac.id

(22)

9

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

a. Pendekatan

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan

hukum empiris artinya dengan mendekati masalah yang diteliti

dengan sifat hukum yang nyata atau fakta sosial sesuai dengan

kenyataan hidup dalam masyarakat. Penelitian hukum sebagai fakta

sosial yang mana data hukumnya dieksplorasi dari proses interaksi

hukum di masyarakat. Dengan maksud menyelidiki respon atau

tingkat kepatuhan masyarakat terhadap hukum (Widjaya, 2008:21)

Penggunaan pendekatan ini, dimaksudkan untuk memahami

gejala hukum di BAZNAS Kabupaten Semarang yang berhubungan

dengan penyaluran dana zakat untuk beasiswa yang diterapkan

kepada masyarakat.

b. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yaitu penelitian

yang bermaksud untuk memahami keadaan atau fenomena tentang

apa yang dialami oleh subjek penelitian dengan cara deskripsi dalam

bentuk kata-kata dan bahasa dengan memanfaatkan dengan berbagai

metode alamiah. Dalam penelitian kualitatif metode yang biasa

digunakan adalah wawancara, pengamatan dan pemanfaatan dokumen

(23)

10

2. Kehadiran Peneliti

Peneliti terjun langsung ke lapangan untuk mengumpulkan data

valid sebagai bahan acuan bagi penulis.Selain itu alat yang dijadikan

untuk pengumpulan data bisa berupa dokumen-dokumen yang

menunjang keabsahan hasil penelitian ini serta alat-alat bantu lain yang

dapat mendukung terlaksananya penelitian, seperti kamera dan alat

perekam.

3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat di mana lokasi penelitian itu

akan dilakukan. BAZNAS Kabupaten Semarang jl. Slamet Riyadi No. 3

Ungaran Jawa Tengah Indonesia.

4. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini, penulis menggunakan sumber

data penelitian berupa;

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah sumber data yang langsung

didapatkan dari lapangan atau lokasi penelitian.

1) Informan

Informan adalah orang yang dapat memberikan informasi

tentang hal - hal yang berhubungan dengan penelitian. Dalam

penelitian ini yang menjadi informan adalah Pimpinan

BAZNAS Kabupaten Semarang dan pakar hukum yang ahli

(24)

11 2) Dokumen

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data-data

primer, yaitu dokumen-dokumen yang berhubungan dengan

BAZNAS Kabupaten Semarang.diantaranya adalah struktur

organisasi di BAZNAS Kabupaten Semarang dan Pelaksanaan

penyaluran dana zakat untuk beasiswa di BAZNAS Kabupaten

Semarang.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh

dari berbagai bacaan atau hasil penelitian sebelumnya yang

bertema sama. Jadi sumber data lain yang bisa mendukung

penelitian ini adalah dengan telaah pustaka seperti buku-buku,

jurnal ataupun hasil penelitian sebelumnya yang meneliti hal

serupa.

c. Teknik Pengumpulan Data

1) Wawancara

Melaui metode ini penulis dapat memperoleh informasi

dari narasumber dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan

berkaitan dengan zakat untuk beasiswa pendidikan.

2) Dokumentasi

Dengan metode ini diharapkan dapat memperoleh

dokumen berupa gambar, tabel dan sejenisnya yang bekaitan

(25)

12

5. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini proses analisis data menggunakan teknis

analisis data dengan reduksi data, penyajian data, dan verifikasi. Reduksi

data adalah proses pemilihan, pemusatan pada penyederhanaan, abstraksi

dan transformasi data kasar yang di peroleh di lapangan. Penyajian data

yaitu deskripsi kumpulan informasi tersusun yang memungkinkan untuk

melakukan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penarikan

kesimpulan dan verifikasi dari permulaan pengumpulan data, periset

kualitatif mencari makna dari setiap gejala yang di peroleh di lapangan,

mencatat keteraturan atau pola penjelasan dan konfigurasi yang mungkin

ada, alur akusalitas, dan proposi.

6. Pengecekan Keabsahan Data

Dalam suatu penelitian, validitas data mempunyai pengaruh yang

sangat besar dalam menentukan hasil akhir suatu penelitian sehingga

untuk mendapatkan data yang valid diperlukan suatu teknik untuk

memeriksa keabsahan data.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pengecekan

keabsahan data dengan menggunakan teknik triangulasi. Menurut

(Patton 1987:331) triangulasi dalam pengujian kredibilitas dapat

dilakukan dengan berbagai cara. Dalam penelitian ini, penulis

menggunakan teknik triangulasi sumber, yaitu dengan membandingkan

(26)

13

membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang

berkaitan.

7. Tahap-tahap Penelitian

a. Tahap sebelum lapangan, yaitu hal-hal yang dilakukan sebelum

melakukan penelitian seperti pembuatan proposal penelitian,

mengajukan surat ijin penelitian, menetapkan focus penelitian dan

sebagainya yang harus dipenuhi sebelum melakukan penelitian.

b. Tahap pekerjaan lapangan, yaitu mengumpulkan data melalui

pengamatan pada masalah, dan melakukan wawancara.

c. Tahap analisa data, apabila semua data telah terkumpul maka tahap

selanjutnya adalah menganalisis data-data tersebut dan

menggambarkan hasil penelitian sehingga bisa member arti pada

obyek yang di teliti.

d. Tahap penulisan laporan, yaitu apabila semua data telah terkumpul

dan telah dianalisis serta dokonsultasikan kepada pembimbing maka

yang dilakukan peneliti selanjutnya adalah menulis hasil penelitian

(27)

14

H. Sistematika Penelitian

Sistematika penulisan dalam skripsi ini antara lain sebagai berikut:

BAB 1 Pendahuluan

Di dalam bab ini penulis akan menguraikan latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan dan kegunaan, penegasan istilah, kajian pustaka,

metode penelitian, sistematika penulisan.

BAB II Kajian Pustaka

Bab ini merupakan kerangka teoritik yang akan menguraikan tentang

gambaran umum zakat delapan golongan dan tinjauan umun pengelolaan

zakat di Indonesia menurut Undang-undang nomer 23 tahun 2011 dan

beasiswa pendidikan.

BAB III Hasil Penelitian

Pada bab ini penulis akan mendeskripsikan tentang gambaran umum

BAZNAS Kabupaten Semarang serta paparan data dan temuan penelitian.

BAB IV Analisis dan Pembahasan

Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang alasan dan analisis

pelaksanaan penyaluran zakat untuk beasiswa di BAZNAS Kabupaten

Semarang.

BAB V Penutup

(28)

15

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Umum Zakat

1. Pegertian Zakat

Zakat dalam kamus Bahasa Arab adalah diambil dari kata – اكز

وكزي mengandung arti suci, tumbuh dan terpuji. Zakat menurut istilah fiqh

adalah sejumlah harta tertentu yang berhak menurut syariat Allah

SWT.Kata zakat dalam terminologi Al-Qur’an sepadan dengan kata shadaqah (Mursyidi, 2006:75). Pengertian zakat menurut bahasa dan

istilah memiliki kaitan yang erat bahwa setiap harta yang dikeluarkan

untuk zakat akan menjadi berkah, tumbuh, bersih dan baik.

Al-Zuhayly (1995:83-84) mendefinisikan zakat dari sudut empat

mazhab yaitu:

1) Madzhab Maliki, Zakat adalah mengeluarkan sebagian yang tertentu

dari harta yang tertentu pula yang sudah mencapai nishab (batas jumlah

yang mewajibkan zakat) kepada orang yang berhak menerimanya,

manakala kepemilikan itu penuh dan sudah mencapai haul (setahun),

selain barang tambang dan pertanian.

2) Madzhab Hanafi mendefinisikan zakat adalah menjadikan kadar

tertentu dari harta tertentu pula sebagai hak milik, yang sudah

(29)

16

3) Menurut Madzhab Syafi’i zakat adalah nama untuk kadar yang dikeluarkan dari harta atau benda dengan cara-cara tertentu.

4) Madzhab Hambali memberikan definisi zakat sebagai hak (kadar

tertentu) yang diwajibkan untuk dikeluarkan dari harta tertentu untuk

golongan yang tertentu dalam waktu tertentu pula.

Menurut terminologi para fuqaha, zakat dimaksudkan sebagai

penunaian, yakni penunaian hak yang wajib yang terdapat dalam

harta.Zakat juga dimaksudkan sebagai bagian harta tertentu dan yang

diwajibkan oleh Allah untuk diberikan kepada orang-orang kafir. Zakat

dinamakan sedekah karena tindakan itu akan menunjukkan kebenaran

(shidq) seseorang hamba dalam beribadah dan melakukan ketaatan kepada

Allah SWT (Al-Zuhayly, 2000:85).

Zakat itu diambil dari orang yang mampu untuk kesejahteraan

masyarakat lahir dan batin.Tujuannya untuk membersihkan jiwa dan harta

pemilik, serta menempatkannya sebagai harta yang subur dan

berkembang, baik untuk pemilik harta dan masyarakat (Djamaluddin,

1974:105).

Selain itu, zakat juga telah diatur dalam Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat pasal 1 ayat

(2) yang menerangkan bahwa zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan

oleh seorang muslim atau badan usaha untuk diberikan kepada yang

berhak menerimanya sesuai dengan syariat islam (UU Nomor 23 Tahun

(30)

17

Dinamakan zakat bukanlah karena dia menghasilkan kesuburan

bagi harta, tetapi karena dia merupakan manifestasi dari kegotong

royongan antara para hartawan dengan para fakir miskin. Pengeluaran

zakat merupakan perlindungan bagi masyarakat dari bencana

kemasyarakatan, yaitu kemiskinan, kelemahan baik fisik maupun

mental.Masyarakat yang terpelihara dari bencana-bencana tersebut

menjadi masyarakat yang hidup, subur dan berkembang keutamaan

didalamnya (Hasbi, 1984:29).

2. Landasan Hukum Zakat

Dari penjelasan mengenai pengertian zakat tersebut, dapatlah

diambil penegertian bahwa zakat adalah sesuatu yang diwajibkan dengan

semangat solidaritas yang bersumber dari keimanan seseorang. Zakat

merupakan suatu simbol kemenangan terhadap egoisme sehingga

memperoleh kepuasan moral karena ia telah ikut mendirikan sebuah

masyarakat islami yang adil.

Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang lima. Zakat

diwajibkan di Madinah pada bulan Syawal tahun kedua

Hijriah.Pewajibannya terjadi setelah pewajiban puasa Ramadan dan zakat

fitrah.Tetapi, zakat tidak diwajibkan atas para nabi.Pendapat yang terakhir

ini disepakati para ulama karena zakat dimaksudkan sebagai penyucian

untuk orang-orang yang berdosa, sedangkan para nabi terbebas dari hal

demikian.Lagi pula, mereka mengemban titipan-titipan Allah, disamping

(31)

18

Memang tidak dapat diragukan lagi, bahwa zakat itu rukun dari

rukun-rukun agama, dan suatu fardlu dari fardlu-fardlu agama yang

diwajibkankan kita melakukannya.Di dalam Al-Quran banyak ayat yang

menyuruh, memerintah dan menganjurkan kita menunaikan

zakat.Sedemikian pula banyak sekali hadits Nabawi yang memerintahkan

kita memberikan zakat.Ayat-ayat mengenai perintah menunaikan zakat

tersebut, sebagaimana dinyatakan dalam Qs : Al Baqarah ayat : 43

☺

dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku'.

Hadis yang diriwayatkan Muslim dari Ibn Umar bahwasanya Rasul

bersabda:

Dari Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhuma, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: “Islam dibangun di atas lima (tonggak),:

mentauhidkan (mengesakan) Allah, menegakkan shalat, membayar zakat,

puasa Ramadhan, dan hajji”. Seorang laki-laki mengatakan: “Haji dan

(32)

19

dan haji, demikian ini aku telah mendengar dari Rasulullah Shallallahu

‘alaihi wa sallam”.

Ayat-ayat dan hadits ini menyatakan kewajiban mengeluarkan

zakat dan bahwa zakat itu suatu rukun dari rukun-rukun islam.Dan tidak

ada seorangpun dari umat islam yang tidak memfardlukannya (Hasbi,

1984:39).

3. Rukun dan Syarat Zakat

a. Rukun Zakat

1) Melepaskan kepemilikan terhadap harta zakat.

2) Menjadikan harta zakat milik orang fakir.

3) Dan menyerahkan harta zakat kepada imam atau orang yang

bertugas untuk memungut zakat

b. Syarat zakat

Mazhab Hanafi berpendapat bahwa penyebab zakat ialah adanya

harta milik yang mencapai nishab dan produktif kendatipun kemampuan

produktifitas itu baru berupa perkiraan.Dengan syarat, pemilikan harta

tersebut telah berlangsung satu tahun, yakni tahun qamariyah bukan tahun

syamsyiyah, dan pemiliknya tidak memiliki utang yang berkaitan dengan

hak manusia. Syarat yang lainnya, harta tersebut melebihi kebutuhan

pokoknya (Al-Zuhayly,1995: 95).

Perlu dicatat bahwa sebab dan syarat merupakan tempat

(33)

20

disandarkan, lain halnya dengan syarat.Dengan demikian, barang siapa

yang hartanya tidak mencapai nishab, dia tidak berkewajiban

mengeluarkan zakat. Tidak ada zakat dalam harta wakaf karena wakaf

tidak ada yang memiliki (Al-Zuhayly,1995: 95).

Adapun mengenai syarat zakat, ada dua kategori.Pertama,

persyaratan seseorang diwajibkan untuk berzakat.Kedua, meliputi

persyaratan harta yang wajib dikeluarkan zakatnya. Penjelasannya sebagai

berikut :

1) Syarat seseorang yang diwajibkan untuk berzakat

a) Merdeka

Menurut kesepakatan ulama, zakat tidak diwajibkan atas

seseorang yang tidak merdeka.Dalam hal ini adalah atas hamba

sahaya, sebab dia tidak mempunyai hak milik atas harta yang

dimilikinya. Sehingga, tuan dari hamba sahaya tersebut yang

kemudian diwajibkan membayar zakatnya. Baik atas harta

pribadinya sendiri, maupun atas harta kepemilikan atas hamba

sahayanya tersebut.

b) Islam

Menurut ijma’ ulama, zakat tidak diwajibkan atas orang

kafir.Karena zakat merupakan ibadah mahdah yang suci.Sedangkan

orang kafir bukanlah orang yang suci.Madzhab syafi’i berbeda

pendapat dari pendapat madzhab lainnya.Madzhab ini mewajibkan

(34)

21

masa riddahnya. Yakni harta yang dimiliki ketika dia masih menjadi

seorang muslim. Berbeda pula dengan pendapat abu Hanifah, beliau

berpendapat bahwa riddah tetap saja menggugurkan kewajiban

zakat.

c) Baligh dan Berakal

Menurut madzhab Hanafi, hal tersebut dipandang sebagai

syarat wajib zakat.Sehingga, pada harta anak kecil dan orang gila

tidak wajib untuk diambil zakatnya.Sebab, keduanya tidak termasuk

pula dalam ketentuan orang yang wajib mengerjakan ibadah seperti

kewajiban atas mengerjakan shalat dan puasa.Sedangkan menurut

jumhur ulama’, keduanya bukan merupakan syarat.Sehingga, zakat

tetap wajib dikeluarkan dari harta anak kecil dan orang gila melalui

seorang wali (Al-Zuhayly, 2000:100).

2) Syarat harta yang wajib dikelurkan zakatnya

a) Harta tersebut harus didapatkan dengan cara yang baik dan halal.

Artinya, harta yang haram baik substansi bendanya maupun

cara mendapatkannya, jelas tidak dapat dikenakan kewajiban zakat.

Karena Allah tidak akan menerimanya. Didalam Shahih Bukhari

terhdapat satu bab yang menguraikan bahwa sedekah (zakat) tidak

akan diterima dari harta yang ghulul (harta yang didapatkan dengan

cara menipu) dan tidak akan diterima pula, kecuali dari hasil usaha

yang halal dan bersih.

(35)

22

Harta berkembang seperti melalui kegiatan usaha,

perdagangan, pembelian saham, atau ditabungkan.Harta yang tidak

berkembang atau tidak berpotensi untuk berkembang tidak wajib

dikenakan zakat, pada masa Rasulallah kuda untuk berperang atau

hamba sahaya termasuk harta yang tidak produktif.Karenanya tidak

menjadi sumber atau obyek zakat.

Berkembang dalam arti bahwa sifat kekayaan tersebut

memberikan keuntungan, menghasilkan pemasukan, keuntungan

investasi dan sejenisnya.Berkembang juga diartikan bertambah,

secara konkret (akibat pembiakan ternak), dan secara tidak konkret,

seperti tanah di daerah strategis, yang mempunyai potensi untuk

berkembang (Inoed dkk, 2005:27). Menurut Yusuf Al-Qaradhwi,

pengertian berkembang itu terdiri dari dua macam, yaitu secara

konkret dan tidak konkret. Yang konkret dangan cara

dikembangbiakkan, diusahakan, diperdagangkan dan yang sejenis

dengannya. Sedangkan yang tida konkret, maksudnya harta tersebut

berpotensi untuk berkembang, baik berada ditangannya sendiri

maupun ditangan orang lain, tetapi atas namanya. Beliau mengambil

kesimpulan bahwa setiap harta yang berkembang atau yang

berpotensi untuk dikembangkan, termasuk dalam obyek atau

sumber zakat.

Syarat ini sesungguhnya dapat mendorong setiap muslim

(36)

23

dari waktu ke waktu. Hal ini seperti salah satu makna zakat secara

bahasa yaitu al-namaa yang artinta berkembang dan bertambah

(Hafidhuddin, 2002:22).

c) Harta telah mencapai nishab

Maksudnya ialah nishabyang ditentukan oleh syara’ sebagai

tanda kayanya seseorang dan kadar-kadar berikut yang yang

mewajibkannya zakat. Contohnya nishabemas adalah 20 mitsqal

atau dinar.Nishab perak adalah 200 dirham nishab buah-buahan dan

biji-bijian setelah dikeringkan menurut selain mazhab Hanafi ialah 5

watsaq (653 kg). nishab kambing adalah 40 ekor, nishab unta 5

ekor, dan nishab sapi 30 ekor.

d) Harta yang dizakati adalah milik penuh

Mazhab Hanafi berpendapat bahwa yang dimaksud hak milik

adalah harta yang dimiliki secara utuh dan berada di tangan sendiri

yang benar-benar dimiliki.Zakat tidak diwajibkan atas tanaman yang

tumbuh di tanah yang mubah sebab tanah tersebut tidak

dimiliki.Harta yang didapatkan dari pinjaman atau utang tidak wajib

dizakati.Harta tersebut hanya wajib dizakati oleh pemiliknya.

Begitu juga harta yang dizakati harus dimiliki dengan genggaman

tangan sendiri. Dengan demikian, seandainya seseorang memilki

sesuatu tetapi tidak memegangnya, seperti harta mahar sesorang

perempuan yang belum dimiliki olehnya, maka harta tersebut tidak

(37)

24

bisa dimanfaatkan kendati dimiliki secara asli, misalnya binatang

yang hilang.

Menurut pendapat lain yang sahih, utang tidak mencegah

diwajibkannya zakat sebab zakat hanya berkaitan dengan harta itu

sendiri, sedangkan utang berkaitan dengan tanggungan. Dengan

demikian, masing-masing tidak saling mencegah satu sama lain.

Seseorang wajib mengeluarkan zakat maharnya setelah harta

tersebut ada ditangannya.Zakat mahar wajib dikeluarkan setelah

berada ditangan perempuan tadi. Sedangkan orang yang berutang

wajib menzakati harta yang diutangi olenya dari orang lain. Dengan

catatan harta tersebut telah mencapai setahun. Karena waktu itu

harta tersebut menjadi milik penuh pengutangnya dengan cara

pinjaman (Al-Zuhayly, 2000:105)

e) Terpenuhi kebutuhan pokok

Zakat dikeluarkan setelah terdapat kelebihan dari kebutuhan

hidup sehari-hari. Yang dimaksud dengan kebutuhan pokok adalah

kebutuhan yang jika tidak terpenuhi akan mengakibatkan kerusakan

dan kesengsaraan dalam hidup (Hafidhuddin, 2002:26).

4. Orang yang berhak menerima zakat (mustahiq)

Golongan yang berhak menerima zakat telah dijelaskan dalam

Al-Quran Surat At-Taubah ayat : 60, Allah berfirman

☺



(38)

25

Artinya “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah

Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”.

Seperti yang terkandung dalam ayat di atas, kelompok penerima

zakat (mustahiq) ada delapan golongan, yaitu :

a. Fakir (Al- Fuqara’), adalah bentuk jamak dari kata al-faqir , menurut

madzhab Syafi’i dan Hambali adalah orang yang tidak memiliki harta

benda dan pekerjaan apapun yang mampu membiayai kebutuhan

hidupnya. Orang yang tidak memiliki kekayaan dan tidak pula

pekerjaan. Dia tidak mempunyai suami / istri, ayah, ibu, dan keturunan

yang dapat membiayai hidupnya baik dalam kebutuhan sandang,

pangan, papan.

b. Orang miskin (al masakin), bentuk jamak dari kata al miskin. Orang

miskin ialah orang yang memiliki pekerjaan tetapi penghasilannya

tidak dapat dipakai untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Orang

(39)

26

pekerjaan yang tidak mencukupi kebutuhan standar (Al-Zuhayly,

2000:280-281).

c. Amil, adalah pegawai dan karyawan yang mengumpulkan dan

membagikan hasil zakat, dengan gaji yang pantas dan memadahi

sehingga mencapai manajemen yang sehat dan tangguh. Perlunya gaji

yang sesuai disebabkan kerja amil zakat memerlukan kejelian dan

profesional terutama pada tugas :

1) Pendataan, penelitian dan perencanaan zakat infaq dan shadaqah.

2) Penyuluhan, penerangan dan motivasi zakat infaq dan shadaqah.

3) Pengumpulan, pendayagunaan, dan pengembangan zakat.

4) Pengorganisasian, manajemen, dan pengawasan zakat.

d. Muallaf yaitu orang islam yang masih lemah imannya, baik mereka

yang baru masuk islam maupun sudah masuk islam tetapi tidak

membayar zakat. Esensi zakat tersebut mengandung harapan lebih

memberikan kekuatan iman dan dakwah (Inoed, dkk. 2005:36-37).

e. Para budak, yang dimaksud di sini menurut jumhur ulama ialah para

budak muslim yang sudah membuat perjanjian dengan tuannya untuk

dimerdekakan dan tidak memiliki uang untuk membayar tebusan akan

diri mereka, meskipun mereka sudah bekerja dan membanting tulang

mati-matian.

Syarat pembayaran zakat budak yang dijanjikan untuk dimerdekakan

ialah budak itu harus muslim dan memerlukan bantuan seperti itu.

(40)

27

mereka sudah tidak ada lagi.Apabila perbudakan masih terjadi,

sesungguhnya itu perbuatan yang di larang oleh syara’.

f. Ghorimin, orang-orang yang memiliki utang, baik hutang itu untuk

dirinya sendiri maupun bukan, baik hutang itu digunakan untuk

perbuatan yang baik maupun untuk kemaksiatan.

Mazhab Hanafi mengatakan bahwa orang yang berhutang ialah orang

yang betul-betul memiliki utang dan tidak memiliki apa-apa selain

utangnya itu.Dan mazhab maliki mengatakan bahwa orang yang

berhutang adalah orang yang benar-benar dililit utang sehingga dia

tidak bisa melunasi hutangnya.

g. Fi Sabilillah

orang yang berjuang di jalan Allah. Yang termasuk dalam

golongan ini ialah para pejuang yang berperang di jalan Allah yang

tidak digaji oleh siapapun, karena yang mereka lakukan hanyalah

berperang di jalan Allah.

Menurut jumhur ulama, orang-orang yang berperang dijalan

Allah diberi bagian zakat agar mereka dapat memenuhi kebutuhan

hidup mereka, sesungguhnya mereka berperang untuk kebutuhan

orang banyak.

Artian fisabilillahpada kondisi dewasa ini lebih dekat kepada

arti pengembangan SDM umat muslim dalam bentuk jihad.

Perjuangan umat muslim untuk meningkatkan SDM lebih realistis

(41)

28

ini. Masih banyak putra putri bangsa ini yang tidak sekolah atau putus

sekolah karena kendala biaya (Mufraini, 2006:205). Maka, fisabilillah

dapat diartikan jihad di jalan Allah melalui pendidikan, bukan mereka

yang mengangkat senjata melainkan bagi mereka yang mengangkat

pena.

h. Musafir, orang yang sedang melakukan perjalanan adalah orang-orang

yang bepergian untuk melaksanakan suatu hal yang baik tidak

termasuk maksiat. Dia diperkirakan tidak akan mencapai maksud dan

tujuannya jika tidak dibantu (Al-Zuhayly, 2000:285-289)

5. Macam-macam zakat

a. Zakat fitrah

Yang dimaksud dengan zakat fitrah adalah pengeluaran yang

wajib dilakukan setiap muslim yang mempunyai kelebihan dari

keperluan keluarga yang wajar pada malam dan hari raya Idulfitri (Ali,

1988:42). Besar zakat fitrah menurut ukuran sekarang adalah 2.176

kg.sedangkan makanan yang wajib dikeluarkan yang disebut dalam

hadits yaitu tepung, terigu, kurma, gandum, zahib (anggur) dan aqith

(semacam keju). Untuk negara yang makanan pokoknya selain itu,

mazhab Maliki dan mazhab Syafi’i membolehkan membayar zakat

dengan makanan pokok yang lain. Menurut mazhab Hanafi

pembayaran zakat fitrah dapat dilakukan dengan membayarkan

harganya dari makanan pokok yang dimakan.Pembayaran zakat fitrah

(42)

29

fitrah yaitu ditandai dengan tenggelamnya matahari di akhir bulan

Ramadhan.Kedua, membolehkan mendahulukan pembayaran zakat

fitrah di awal.

b. Zakat maal

Menurut terminologi bahasa, harta adalah segala sesuatu yang

diinginkan sekali oleh manusia untuk memiliki, memanfaatkan dan

menyimpannya.Sedangkan menurut terminologi syariah harta adalah

segala sesuatu yang dapat dimiliki, dikuasai dan dapat digunakan

manfaatnya menurut ghalibnya (lazim) (Mochlasin, 2014:18).Jadi

yang dimaksud dengan zakat maal yaitu bagian dari harta kekayaan

seseorang atau badan hukum yang wajib dikeluarkan untuk golongan

orang-orang tertentu setelah dipunyai setelah jangka waktu tertentu

dalam jumlah minilmal tertentu (Ali, 1988:42).

6. Sumber-sumber zakat

Zakat diwajibkan terhadap kelima jenis harta berikut ini, yaitu

nuqud (emas, perak dan uang), barang tambang dan barang temuan, harta

perdagangan, tanaman dan buah-buahan, dan bingatang ternak (unta, sapi

dan kambing).

1) Zakat nuqud

Para fuqaha sepakat bahwa nuqud wajib dikeluarkan zakatnya,

baik nuqud yang berupa potongan, yang dicetak, yang berbentuk

bejana, maupun perhiasan.Nishab zakat emas adalah dua puluh

(43)

30

dirhamyang kira-kira menurut mazhab Hanafi sama dengan 700 gram

atau menurut jumhur 643 gram.

Menentukan nishab seperti apa yang telah ditentukan oleh

syara’, tanpa melihat perubahan harga emas dan perak pada zaman

sekarang juga wajib dilakukan.Uang yang dizakatkan harus

disesuaikan dengan harga emas, karena emas merupakan barang

pertama yang digunakan sebagai alat tukar.

2) Zakat barang tambang dan barang temuan

Menurut mazhab Hanafi barang tambang adalah barang temuan

itu sendiri, sedangkan menurut jumhur, keduanya berbeda. Barang

tambang menurut mazhab Maliki dan Syafi’I adalah emas dan perak

sedangkan menurut mazhab Hanafi, barang tambang ialah setiap yang

dicetak menggunakan api. Adapun mazhab Hambali berpendapat

bahwa yang dimaksud dengan barang tambang adalah semua jenis

barang tambang, baik yang berbentuk padat maupun cair.

Menurut mazhab Hanafi dan Maliki zakat yang mesti

dikeluarkan dari harta barang tambang ialah seperlima (khumuz),

sedangkan menurut mazhab Syafi’i dan Hambali sebanyak

seperempat puluh. Mengenai zakat yang dikeluarkan daririkaz

(barang temuan) semua ulama mazhab sepakat bahwa zakatnya

seperlima (khumuz).Dalam zakat barang tambang ada dua syarat,

(44)

31

a) Setelah dibentuk dan di bersihkan, emas dan perak hasil

penambangan tersebut telah mencapai nishab.

b) Orang yang melakukan penambangan merupakan orang yang

wajib mengeluarkan zakat.

Adapun rikaz (barang temuan) adalah harta pendaman

jahiliyah, yaitu harta orang kafir yang diambil pada zaman Islam, baik

sedikit maupun banyak.Rikaz yang wajib dikeluarkan khumuznya

ialah setiap rikaz yang berupa harta apapun jenisnya, baik emas,

perak, besi, timah, tembaga, bejana, maupun yang lainnya.Kadar yang

wajib dikeluarkan dari harta rikaz ialah khumus atau seperlima.

3) Zakat harta perdagangan

Harta perdagangan adalah barang selain emas dan perak, baik

berupa benda, rumah tempat tinggal, jenis-jenis binatang, tanaman,

pakaian, maupun jenis barang lainnya yang disediakan untuk

perdagangkan. Rumah yang diperjualbelikan oleh pemiliknya,

hukumnya sama dengan barang-barang perdagangan. Rumah yang

ditempati oleh pemiliknya atau dijadikan sebagai tempat berdagang

atau tempat perusahaan tidak wajib dizakati.

Syarat-syarat zakat barang dagangan ialah sebagai berikut:

a) Harga harta dagangan harus telah mencapai nishab emas atau

perak. Harga disesuaikan dengan harga yang berlaku di setiap

(45)

32

b) Harga barang dagangan telah mencapai haul, terhitung sejak

dimilikinya harta tersebut.

c) Niat melakukan perdagangan. Pemilik barang dagangan harus

berniat berdagang.

d) Harta dagangan tidak dimaksudkan sebagai qunyah atau sengaja

dimanfaatkan oleh diri sendiri dan tidak di perdagangan

(Al-Zuhayly, 2000:167).

4) Zakat pertanian (tanaman dan buah-buahan)

Tanaman, tumbuhan, buah-buahan, dan hasil pertanian lainya

yang telah menemui persyaratan wajib zakat, harus dikeluarkan

zakatnya.Besar zakat pertanian dari tanaman yang mempergunakan

biaya yang besar dalam pengairannya, seperti sitem irigasi, yaitu

sebesar 5%.Sedangkan yang tidak menggunakannya, zakatnya

10%.Syaratnya utama zakat pertanian telah mencapai nishab, yaitu 5

ausaq.

5) Zakat hewan ternak

Para ulama telah sepakat kewajiban zakat pada tiga jenis hewan

ternak, yaitu unta, sapi dan domba.Abu Hanifah berpendapat bahwa

pada binatang kuda dikenakan kewajiban zakat, sedangkan imam

Maliki dan Syafi’i tidak mewajibkannya kecuali kuda tersebut

diperjualbelikan.Jadi hewan ternak selain yang disebutkan di atas

yang kini dalam perekonomian modern berkembang dengan pesat

(46)

33

hewan ternak, melainkan pada zakat perdagangan, karena memang

sejak awal jenis peternakan ini sudah diniatkan untuk

diperdagangkan.Persyaratan utama kewajiban zakat pada hewan

ternak yaitu:

a) Mencapai nishab.

b) Telah melewati satu tahun (haul).

c) Digembalakan di tempat penggembalaan umum.

d) Tidak digunakan untuk keperluan pribadi pemiliknya.

6) Zakat profesi

Yusuf Al-Qaradhawi menyatakan bahwa diantara hal yang

sangat penting untuk mendapatkan perhatian kaum muslim saat ini

adalah penghasilan atau pendapatan yang diusahakan melalui

keahliannya, baik keahlian yang dilakukan sendiri maupun secara

bersama-sama. Zakat profesi bisa di analogikan pada dua hal secara

sekaligus, yaitu pada zakat pertanian dan pada zakat emas dan perak.

Dari sudut nishab dianalogikan pada zakat pertanian sebesar lima

ausaq atau senilai 653 kg padi / gandum dan dikeluarkan pada saat

menerimanya. Misalnya setiap bulan bagi karyawan yang menerima

gaji bulanan langsung dikeluarkan zakatnya.

Maka bagi zakat profesi tidak ada ketentuan haul. Ketentuan

menyalurkan adalah pada saat menerima.Karene itu profesi yang

(47)

34

praktek sendiri, atau para da’i yang setiap hari berceramah zakatnya

dikeluarkan setiap bulan.

7) Zakat perusahaan

Perlu diketahui, pada saat ini hampir sebagian besar perusahaan

dikelola secara bersama dalam sebuah kelembagaan dan organisasi

dengan manajemen yang modern.Sehingga, sektor zakat tersebut

meliputi bentuk usaha PT, CV, atau Koperasi.Saat ini komoditas – komoditas yang dikelola perusahaan tidak terbatas, melainkan

merambah dalam wilayah luas, bahkan meliputi komoditi antar

negara dalam bentuk ekspor-impor.

Para ahli ekonomi menyatakan bahwa perusahaan itu pada

umumnya mencakup tiga hal.Pertama, perusahaan yang

menghasilkan produk-produk tertentu. Jika dikaitkan dengan

kewajiban zakat, maka produk yang dihasilkan harus halal, dan

dimiliki oleh orang-orang yang beragama islam. Kedua,perusahaan

yang bergerak di bidang jasa.Ketiaga, perusahaan yang bergerak di

bidang keuangan.

Menganalogikan zakat perusahaan ini kepada zakat

perdagangan, karena dipandang dari aspek legal dan ekonomi

kegiatan sebuah perusahaan, intinya berpijak pada kegiatan trading

atau perdagangan. Maka secara umum pola pembayaran dan

(48)

35

perdagangan. Demikian nishabnya senilai 85 gram emas, sama

dengan nishab zakat perdagangan dan nishab zakat emas dan perak.

8) Zakat surat-surat berharga

a) Zakat saham

Yusuf Al-Qardhawi mengemukakan dua pendapat yang

berkaitan dengan kewajiban zakat pada saham.Pertama, apabila

kepemilikan atas perusahaan jasa murni, artinya tidak melakukan

kegiatan perdagangan.Maka, sahamnya tidak wajib dizakati (misal

Hotel, biro perjalanan, atau jasa angkutan).Sebab, saham tersebut

terletak pada alat – alat, perlengkapan, gedung, dan sarana.Sedangkan keuntungan perusahaan tersebut kembali kepada

harta pemilik saham.

Kedua, jika perusahaan tersebut merupakan dagang

murni.Artinya yang membeli dan menjual barang-barang, tanpa

adanya pengelolaan seperti perdagangan komoditi ekspor-impor,

maka wajib dikeluarkan zakatnya.

Dalam penentuan nishabnya, dianalogikan seperti zakat

perdagangan. Yaitu senilai 85gram emas dengan kadar zakat 2,5%

dan telah memenuhi haul.

b) Zakat obligasi

ialah surat pinjaman dari pemerintah dan sebagainya yang dapat

diperdagangkan dan biasanya dibayar dengan jalan undian tiap

(49)

36

perjanjian tertulis dari bank, perusahaan, atau pemerintah

kepada pemegangnya untuk melunasi sejumlah pinjaman dalam

masa tertentu (Hafidhuddin, 2002:105).

7. Penyaluran Zakat

Zakat yang dikumpulkan oleh lembaga pengelola zakat, harus

segera disalurkan kepada para mustahik sesuai dengan surah at-Taubah

ayat 60. Bentuk penyaluran zakat kepada orang-orang yang berhak

menerimanya menggunakan dua cara:

a. Penyeluran zakat konsumtif

Penyeluran zakat dalam bentuk konsumtif yaitu zakat yang

disalurkan kepada kelompok mustahik untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya seperti makan, tempat tinggal meneruskan perjalanan dan

lain-lain.Fungsi zakat ini adalah bentuk dari fungsi zakat yang

memberikan zakat dalam bentuk konsumtif (Hafidhuddin, 2002:133).

Sebagaimana dinyatakan dalam surah Al-Baqarah: 273 yang berbunyi:

(50)

37

Artinya: (Berinfaklah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah, mereka tidak dapat (berusaha) dimuka bumi, orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kayak arena memelihara diri dari meminta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak.Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di

jalan Allah), maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui”.

b. Penyaluran zakat produktif

Penyaluran zakat dalam bentuk produktif adalah zakat yang

diberikan kepada fakir miskin dalam bentuk modal usaha atau lainya

yang dapat dikembangkan atau disedekahkan lagi dengan harapan

dapat meningkatkan taraf hidup mustahik dan para mustahik akan bisa

menjadi muzakki (Hafidhuddin, 2002:133).

8. Hikmah dan manfaat zakat

Zakat adalah ibadah dalam bidang harta yang mengandung hikmah

dan manfaat yang demikian besar dan mulia, baik yang berkaitan dengan

orang yang berzakat, penerimanya, harta yang dikeluarkan zakatnya,

maupun bagi masyarakat (hafidhuddin, 2004:9). Hikmah dan manfaat

zakat dapat dilihat dari beberapa sisi, yaitu:

a. Bagi para muzakki (orang yang memberi)

1) Membersihkan jiwa dari sifat-sifat kikir dan bakhil (tamak).

2) Menanamkan perasaan cinta kasih terhadap golongan yang lemah.

3) Mengembangkan rasa semangat kesetiakawanan dan kepedulian

(51)

38

4) Membersihkan harta dari hak-hak (bagian kecil) para penerima zakat

(mustahiq) dan merupakan perintah Allah Swt.

5) Menumbuhkan kekayaan si pemilik, jika dalam memberikan zakat

dilandasi rasa tulus dan ikhlas.

6) Terhindar dari ancaman Allah dan siksaan yang amat pedih.

b. Bagi para mustahiq (penerima)

1) Menghilangkan perasaan sakit hati, iri hati, benci dan dendam

terhadap golongan kaya yang hidup serba cukup dan mewah yang

tidak peduli dengan masyarakat bawah.

2) Menimbulkan dan menambah rasa syukur serta simpati atas partisipasi

golongan kaya terhadap kaum dhuafa.

3) Menjadi modal kerja untuk berusaha mandiri dan berupaya

mengangkat hidup.

c. Bagi pemerintah

1) Menunjang keberhasilan pelaksanaan program pembangunan dalam

meningkatkan kesejahteraan umat Islam.

2) Memberikan solusi aktif meretas kecemburuan sosial di kalangan

(52)

39

B. Zakat Menurut Undang-Undang

Undang-undang Pengelolaan Zakat juga mencakup pengelolaan infaq,

shadaqah dengan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan

pengawasan agar menjadi pedoman bagi muzakki dan mustahik, baik

perseorangan, maupun badan hukum dan atau badan usaha

Dengan dibentuknya undang-undang tentang Pengelolaan Zakat, dapat

ditingkatkan kesadaran muzakki untuk menunaikan kewajiban zakat dalam

rangka mensucikan diri terhadap harta yang dimilikinya, mengangkat

mustahiq, dan meningkatkan keprofesionalan pengelola zakat, yang

selamanya untuk mendapatkan ridho Allah.

1. Pengertian Zakat

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 23 tahun 2011

pasal 1 ayat 2 yang dimaksud dengan zakat adalah harta yang wajib

dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha untuk diberikan kepada

yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam.

2. Dasar Hukum Zakat

Dasar hukum zakat pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomer

23 tahun 2011, terdapat pada pasal 1 ayat 5 yang berbunyi muzakki adalah

seorang muslim atau badan usaha yang berkewajiban menunaikan zakat.

(53)

40

Asas dan tujuan zakat pada Undang-Undang Republik Indonesia

Nomer 23 tahun 2011, terdapat pada pasal 2, pasal 5 ayat (1), (2) yang

berbunnyi:

Pasal 2, pengelolaan zakat berasaskan syariat Islam, amanah,

kemanfaatan, keadilan, kepastian hukum, terintegrasi dan akuntabilitas.

Pasal 5 pengelolaan zakat bertujuan:

a. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan

zakat

b. Meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan

masyarakat dan penanggulangan kemiskinan.

4. Macam-macam Zakat

Macam-macam zakat yang terdapat pada Undang-Undang Republik

Indonesia Nomer 23 tahun 2011, pasal 4 ayat (1), (2), (4) adalah sebagai

berikut:

a. Zakat meliputi zakat mal dan zakat fitrah.

b. Zakat mal terdiri dari

1) Emas, perak, dan logam mulia lainya

2) Uang dan surat berharga lainya

3) Perniagaan

4) Pertanian, perkebunan, dan kehutanan

5) Peternakan dan perikanan

6) Pertambangan

(54)

41 8) Pendapatan dan jasa

9) Rikas

c. Syarat dan cara penghitungan zakat mal dan zakat fitrah dilaksanakan

sesuai dengan syariat Islam.

5. Pengelolaan Zakat

Pengelolaan zakat yang terdapat pada Undang-Undang Republik

Indonesia Nomer 23 tahun 2011, pasal 5 ayat (1), (2), dan (3) adalah

sebagai berikut:

a. Untuk melaksanakan pengelolaan zakat, pemerintah membentuk

BAZNAS

b. BAZNAS berkedudukan di ibu kota negara

c. BAZNAS merupakan lembaga pemerintah nonstuktural yang bersifat

mandiri dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui mentri.

Adapun penjelasan pengenai BAZNAS yaitu terdapat pada pasal 6

yang bebunyi bahwa BAZNAS merupakan lembaga yang berwenang

melakukan tugas pengelolaan zakat secara nasional.

BAZNAS dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana pada pasal 6

BAZNAS dibantu oleh LAZ yang dijelaskan pada pasal 17, 18 yaitu:

Menurut pasal 17 menyebutkan untuk membantu BAZNAS dalam

melaksanakan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat,

masyarakat dapat membentuk LAZ.

Peraturan pembentukan LAZ diatur pada pasal 18 pada ayat (1), (2)

(55)

42

a. Pembentukan LAZ wajib mendapat izin Menteri atau pejabat yang

ditunjuk oleh Menteri.

b. Izin hanya diberikan apabila memenuhi persyaratan paling sedikit:

1) Terdaftar sebagai organisasi kemasyarakatan Islam yang mengelola

bidang pendidikan, dakwah, dan sisal.

2) Berbentuk lembaga berbadan hukum.

3) Mendapat rekomendasi dari BAZNAS.

4) Memiliki pengawas syariat.

5) Memiliki kemampuan teknis, administrative, dan keuangan untuk

melaksanakan kegiatannya.

6) Bersifat nirlaba.

7) Memiliki program untuk mendayagunakan zakat bagi kesejahteraan

umat.

8) Bersedia diaudit syariat dan keuangan secara berkala.

Pada pasal 19 menyebutkan bahwa LAZ wajib melaporkan

pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan, zakat

yang telah diaudit kepada BAZNAS secara berkala.

6. Pengumpulan, Pendistribusian, Pendayagunaan, dan Pelaporan

a. Pengumpulan

Pengumpulan zakat yang terdapat pada Undang-Undang Republik

Indonesia Nomer 23 tahun 2011, pasal 21 ayat (1), (2), pasal 22, dan

pasal 23 ayat (1), (2) sebagai berikut:

(56)

43

1) Dalam rangka pengumpulan zakat, muzaki melakukan perhitungan,

sendiri atas kewajiban zakatnya.

2) Dalam hal tidak dapat menghitung sendiri kewajiban zakatnya,

muzaki dapat meminta bantuan BAZNAS.

Dalam pasal 22 menyebutkan zakat yang dibayarkan oleh muzaki

kepada BAZNAS atau LAZ dikurangkan dari penghasilan kena pajak.

Dalam pasal 23 ayat (1), (2) menyebutkan:

1) BAZNAS atau LAZ wajib memberikan bukti setoran zakat kepada

setiap muzaki.

2) Bukti setoran zakat kepada setiap muzaki digunakan sebagai

pengurang penghasilan kena pajak.

b. Pendistribusian

Pendistribusian zakat yang terdapat pada Undang-Undang Republik

Indonesia Nomer 23 tahun 2011, pasal 25, 26 adalah sebagai berikut:

Pada pasal 25 menyebutkan zakat wajib didistribusikan kepada

mustahik zakat sesuai dengan syariat Islam.

Adapun penjelasan dari pasal 25 diatas adalah sebagai berikut:

Mustahik delapan asnaf ialah fakir, miskin, amil, muallaf, riqab, gharim,

sabilillah, dan ibnussabil yang dalam aplikasinya dapat meliputi

orang-orang yang paling tidak berdaya secara ekonomi, seperti anak yatim, orang-orang

jompo, penyandang cacat, orang yang menuntut ilmu, pondok pesantren,

anak terlantar, orang yang terlilit utang, pengungsi yang terlantar dan

(57)

44

Pada pasal 26 menyebutkan pendistribusian zakat, sebagaimana

dimaksud dalam pasal 25, dilakukan berdasarkan skala prioritas dengan

memperhatikan prinsip pemerataan, keadilan, dan kewilayahan.

a. Pendayagunaan

Pendayagunaan zakat yang terdapat pada Undang-Undang Republik

Indonesia Nomer 23 tahun 2011, pasal 27 ayat (1), (2), (3) adalah sebagai

berikut:

1) Zakat dapat didayagunakan untuk usah produktif dalam rangka

penanganan fakir miskin dan peningkatana kualita umat.

2) Pendayagunaan zakat untuk usaha produktif sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dilakukan apabila kebutuhan dasar mustahik telah

terpenuhi.

3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pendayagunaan zakat untuk usaha

produktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Perturan

Mentri.

c. Pembinaan dan Pengawasan

Pembinaan dan pengwasan zakat yang terdapat pada Undang-Undang

Republik Indonesia Nomer 23 tahun 2011, pasal 34 ayat (1), (2) adalah

sebagai berikut:

a. Memberi melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap

(58)

45

b. Gubernur dan bupati/ walikota melaksanakan pembinaan dan

pengwasan terhadap BAZNAS provinsi, BAZNAS kabupaten/ kota,

Gambar

Tabel 1.1 Data Mustahiq Penerima Beasiswa Pendidikan  BAZNAS Kabupaten

Referensi

Dokumen terkait

Pengamatan secara keseluruhan terhadap jumlah bakteri yang tumbuh pada bakso ikan selama 40 jam penyimpanan pada suhu kamar menunjukkan bahwa bakso ikan yang direbus dengan

c. Strategi yang mendukung pengembangan kawasan peternakan kerbau rawa di Kabupaten Hulu Sungai Selatan adalah: a) percepatan pendampingan adopsi teknologi untuk peningkatan

a) Menambah variabel usia pendaftar, nilai akreditasi sekolah asal dan jarak rumah calon peserta didik ke sekolah yang digunakan sebagai acuan dalam seleksi PSB

Tabel diatas menjelaskan mengenai klaifikasi teknologi manufaktur yang digunakan untuk pembangunan kapal baru dengan tingkatan yang manual. Teknologi ini sebagian besar

Melengkapi kajian, hasil dari membaca, penulis belum menemukan skripsi yang membahas tentang tarekat Tijaniyah khususnya di daerah cilembu sumedang, tetapi ada

memberikan Sistem menampilkan.. informasi mengenai nama pelanggan atau nama perusahaan. Kasir mencari data pelanggan berdasarkan informasi yang diberikan oleh pelanggan

Status gizi yang normal akan mempengaruhi tercapainya usia menarche yang juga normal, hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fidrin (2014)

Cara Karnoto dan Farida dalam mengimprovisasi gerak yaitu dengan cara memperagakan ragam gerak yang ada pada tari Gambyong, pada setiap ragam geraknya kemudian