• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DALAM AL- QUR’AN (TELAAH INTERPRETATIF TEMATIK) SKRIPSI Disusun untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DALAM AL- QUR’AN (TELAAH INTERPRETATIF TEMATIK) SKRIPSI Disusun untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DALAM

AL-QUR’AN (TELAAH INTERPRETATIF TEMATIK)

SKRIPSI

Disusun untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh :

Sakinatul Birroh

NIM: 11113190

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi MOTTO

ُهُرْمَا اَمنَِّا

َذِا

ُنْوُكَيَ ف ْنُك ُوَل َلْوُقم ي ْنَا اًئْيَشَداَرَا ا

﴿

٢٨

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah dengan izin Allah SWT skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini penulis persembahkan kepada :

1. Kedua orang tuaku (Mustaqim & Siti Khotimah) yang senantiasa mendoakan dan selalu percaya denganku.

2. Saudara-saudaraku (Muh Darsul Hafidz, Siti Zahroil Batul, Siti Ayamil Choliyah) dengan adanya mereka telah memberi motivasi tersendiri. 3. Abah & Umi (K.Muhlasin & Nyai Choiriyatik) yang telah membimbing

menjadi lebih baik.

4. Dosen pembimbing (Prof. Dr. Budihardjo, M. Ag.), serta para guru dan dosen yang telah membagikan ilmu.

5. Sahabat-sahabat terbaik yang selalu menghiburku yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

6. Laki-laki terbaik yang selalu setia mendampingi, mendukung, serta memberikan kebahagian dunia dan akhirat.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang maha Rahman yang telah mengangkat dan menjadikan manusia sebagai makhluk yang paling mulia dan paling sempurna. Dan hanya dengan petunjuk serta tuntunan-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Salawat serta salam selalu penulis haturkan kepada uswatun khasanah Nabi Muhammad SAW, suri tauladan yang baik bagi seluruh umat manusia. Sebagai insan yang lemah penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini bukanlah merupakan tugas yang ringan, akhirnya dengan berbekal kemauan serta dukungan dari berbagai pihak, maka tersusunlah skripsi ini dengan judul “PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DALAM AL QUR‟AN TELAAH INTERPRETATIF TEMATIK. Dengan tersusunnya skripsi ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah mendukung serta membantu dalam penulisan skripsi ini.

Saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini akan penulis terima dengan rasa senang hati dan terbuka. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis serta bagi pembaca pada umumnya.

Salatiga, 22 maret 2017

Sakinatul Birroh

(9)

ix ABSTRAK

Birroh, Sakinatul. 2017. Pendidikan Multikultural dalam Al Qur’an Telaah Interpretatif Tematik. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK). Program Studi Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Prof. Dr. Budihardjo, M. Ag.

Kata Kunci: Pendidikan Multikultural dalam Al Qur’an

Begitu banyak keragaman (multikultural) yang ada di dunia ini mulai dari budaya, suku, etnis, bahasa, agama, bahkan kepercayaan yang berbeda. Tak jarang hal ini bisa menjadi salah satu sebab timbulnya suatu konflik. Sebenarnya keragaman tersebut tidak perlu dipermasalahkan karena memang sudah menjadi

sunatullah. Jadi hal yang mustahil jika ada seseorang yang mempunyai keinginan untuk menyeragamkan keragaman tersebut. Melalui pendidikan multikultural diharapkan mampu menjadi solusi untuk mengahadapi keragaman (multikultural) yang ada. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui konsep pendidikan multikultural, serta untuk mengetahui ajaran multikultural yang terdapat dalam Al Qur‟an yaitu dalam QS. Ar Rum ayat 22, Qs. Al Hujurat Ayat 13, Qs. Fatir Ayat 28, Qs. Al Maidah Ayat 48, Qs. Hud Ayat 118-119.

Dalam penulisan skripsi ini menggunakan jenis penelitian kepustakaan (library research) dengan menggunakan pendekatan kajian tafsir maudlu‟i, atau biasa disebut juga dengan tafsir tematik.

(10)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN BERLOGO ... ii

HALAMAN NOTA PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Kegunaan Penelitian... 6

E. Metode Penelitian... 7

(11)

xi

G. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II KOMPILASI AYAT-AYAT MULTIKULTURAL ... 13

A. QS. Ar Rum Ayat 22 ... 13

B. QS. Al Hujarat Ayat 13 ... 16

C. QS. Fatir Ayat 28 ... 18

D. QS. Al Maidah Ayat 48 ... 19

E. QS. Hud Ayat 118-119 ... 22

BAB III ASBABUN NUZUL DAN MUNASABAH ... 24

A. Asbabun Nuzul ... 24

B. Munasabah ... 29

BAB IV PEMBAHASAN ... 42

A. Pendidikan Multikultural ... 42

B. Analisis Ajaran Multikultural dalam Al Qur‟an ... 51

BAB V PENUTUP ... 70

A. Kesimpulan ... 70

B. Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA

(12)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan sebuah bangsa besar, memiliki georafis yang sangat luas, terdiri lebih dari 13.000 pulau besar maupun kecil, memiliki penduduk lebih dari 250 juta jiwa, terbentuk dari berbagai budaya, suku, etnis, bahasa, serta agama yang berbeda. Indonesia mempunyai ratusan suku, yang menggunakan hampir dari 200 bahasa daerah, serta menganut agama atau kepercayaan yang berbeda pula, seperti Islam, Katolik, Kristen, Hindu, Budha, dan Konghucu. Dengan demikian, maka tidak heran jika Indonesia merupakan salah satu negara multikultural terbesar di dunia. Para pendiri bangsa telah sadar akan hal tersebut sehingga megukuhkan semboyan berbangsa dan bernegara Bhinneka Tunggal Ika

yang berarti berbeda-beda tapi tetap bersatu. Dengan harapan semboyan tersebut dapat menjadikan jiwa bagi tubuh yang mampu mewujud ke dalam sikap berbagai kelompok untuk saling mengenal, saling memahami, saling percaya, saling menghargai, saling mengakui, dan akhirnya saling memberi manfaat.

(13)

2

rasa kemanusiaan untuk selalu menghormati hak-hak orang lain. Kekerasan, pemberotakan, dan pembunuhan tidak dapat dielakkan lagi. Pembunuhan besar-beasaran terhadap Partai Komunis Indonesia pada tahun 1965, kekerasan terhadap etnis Cina di Jakarta pada Mei 1998, perang Islam-Kristen di Maluku Utara pada tahun 1999-2003, perang antar etnis antara warga Dayak-Madura pada tahun 1931-2000, merupakan sejarah kelam yang dialami Indonesia menyebabkan kurang lebih 2000 nyawa manusia melayang sia-sia. Selain itu, yang sedang terjadi pada akhir-akhir ini konflik perseteruan politik dan perseteruan yang mengatas namakan agama telah mengakibatkan terusiknya ketentraman masyarakat selama ini.

(14)

3

budaya masyarakat Indonesia yang multikultural. Sudah selayaknya pendidikan berperan sebagai media transformasi sosisal budaya dan multikulturalisme. Telebih bagi pendidikan agama Islam (Mahfud, 2006: 4).

Multikultural dimaknai sebagai paham yang menghendaki adanya persatuan dari berbagai kelompok kebudayaan dengan hak dan status sosial politik yang sama dalam masyarakat modern. Istilah multikulturalisme juga sering digunakan untuk menggambarkan kesatuan berbagai etnis masyarakat yang berbeda dalam suatu negara. Multikultural secara etimologi berasal dari dua kata yaitu multi (banyak/beragam) dan

kultural (budaya atau kebudayaan), yang berarti keberagaman budaya. Budaya dalam hal ini dipahami sebagai seluruh dialektika manusia terhadap kehidupannya. Dialektika ini akan melahirkan banyak wajah, seperti sejarah, pemikiran, budaya verbal, bahasa dan lain-lain. Pada awalnya istilah multikultural dikenal dengan istilah pluralisme yang mengacu pada keragaman etnis dan budaya dalam suatu daerah atau negara.

(15)

4

(16)

5

Begitu banyak ayat dalam Al Qur‟an yang menjelaskan tentang

ajaran multikultural, salah satunya dalam Q.S Ar Rum ayat 22 yang menjelaskan adanya kebesaran Allah yang penciptaan langit dan bumi serta perbedaan bahasa dan warna kulit. Perbedaan bahasa adalah sebuah kewajaran. Begitu juga warna kulit, ada yang berkulit putih, hitam, coklat, dan lain-lain. Perbedaan ini adalah hal yang sudah menjadi kehendak Allah dan suatu hal yang mustahil jika ada pihak yang mempunyai keinginan untuk menyeragamkan perbedaan. Al Qur‟an telah mengingatkan bahwasannya Islam telah mengajarkan untuk saling menghormati antar manusia satu dengan yang lainnya. Islam adalah agama yang mengajarkan nilai-nilai universal dengan tujuan untuk memberikan rahmat bagi semesta alam, (rahmatan lil‟alamin) sehingga terdapat ayat-ayat dalam Al Qur‟an yang mengajarkan tentang perdamaian, kasih sayang, menghormati perbedaan, dan lain sebagainya.

B. Rumusan Masalah

Pembahasan dalam penelitian ini dibatasi telaah pada Q.S Ar Rum ayat 22, QS. Al Hujurat ayat 13, QS. Fatir ayat 28, QS. Al Maidah ayat 48, dan QS. Hud ayat 118-119.

Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah: 1. Bagaimana konsep pendidikan multikultural?

(17)

6 C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan pernyataan sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian. Isi dan rumusan tujuan penelitian mengacu pada isi dan rumusan masalah (Tim, 2008: 16). Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui konsep pendidikan multikultural.

2. Untuk mengetahui ajaran multikultural yang terkandung dalam Q.S Ar Rum ayat 22, QS. Al Hujurat ayat 13, QS. Fatir ayat 28, QS. Al Maidah ayat 48, dan QS. Hud ayat 118-119.

D. Kegunaan Penelitian

1. Manfaat Teoritik

Secara teoritik, penelitian ini diharapkan dapat menambah kesadaran akan pentingnya pendidikan multikultural bagi bangsa Indonesia, serta menambah khasanah pengetahuan tentang adanya pendidikan multikultural dalam Islam.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, ada beberapa manfaat penyampaian pesan melalui buku yaitu:

(18)

7

b. Bagi bidang pendidikan, penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dalam pengembangan pendidikan bebasis multikultural terlebih pada pendidikan agama Islam

c. Bagi civitas akademika, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu acuan untuk penelitian-penelitian yang relevan di masa yang akan datang.

E. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara kerja meneliti, mengkaji dan menganalisis objek sasaran penelitian untuk mencari hasil atau kesimpulan tertentu. Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research), merupakan penampilan argumentasi penalaran keilmuan yang memaparkan hasil kajian pustaka dan hasil olah pikir peneliti mengenai suatu masalah/topik kajian.

2. Pendekatan

(19)

8

multikultural dalam QS. Ar Rum ayat 22, QS. Al Hujurat Ayat 13, QS. Fatir Ayat 28, QS. Al Maidah Ayat 48, QS. Hud Ayat 118-119. Kemudian peneliti membahas dan menganalisis kandungan ayat tersebut menjadi satu kesatuan yang utuh untuk mendapatkan pemahaman mengenai esensi dari kandungan ayat dalam Al Qur‟an sehingga memperoleh suatu konsep yang lebih relevan.

3. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari dokumen-dokumen atau transkip yang telah ada. Adapun data penelitian ini dibagi menjadi menjadi dua, yaitu:

a. Data Primer

Merupakan bahan pokok yang diperoleh melalui buku seperti Tafsir Jalalain.

b. Data Sekunder

Yaitu data yang berupa bahan pustaka yang memiliki kajian yang sama yang dihasilkan dari beberapa sumber lain. Sehingga dapat membantu memecahkan permasalahan yang menjadi fokus penelitian skripsi ini. Misalnya Pendidikan Multikultural oleh Choirul Mahfud, serta sumber lainnya yang relevan.

4. Metode Analisis Data

(20)

9

dilakukan ulama-ulama tafsir terdahulu berdasarkan literature tafsir. Disini penulis hanya menafsirkan pendidikan multikultural dalam kandungan QS. Ar Rum ayat 22, QS. Al Hujurat ayat 13, QS. Fatir ayat 28, QS. Al Maidah ayat 48, dan QS. Hud ayat 118-119. Kemudian dari hasil penafsiran surah tersebut dianalisa secara mendalam dan seksama mengenai pendidikan multikultural.

F. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam menelaah judul penelitian, maka penulis akan menjelaskan istilah pokok yang terkandung dalam judul, yaitu:

1. Pendidikan

Dalam arti khusus Langeveld mengemukakan bahwa pendidikan adalah bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya.

Sedangkan dalam arti luas, pendidikan merupakan usaha manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya, yang berlangsung sepanjang hayat (Sadullah, 2014: 3).

(21)

10

Terdapat pula dalam UU RI No. 20 th 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dikatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Dengan demikian dari berbagai pengertian diatas, penulis mengambil kesimpulan bahwasannya pendidikan merupakan usaha seseorang yang bertujuan untuk mendapatkan dan menjadikan seseorang agar menjadi lebih baik dari segi apapun secara sadar yang berlangsung seumur hidup.

2. Multikultural

Secara etimologis multikultural dibentuk dari kata multi yang berarti banyak, dan kultur yang berarti budaya. Dalam kata tersebut terkandung pengakuan akan martabat manusia yang hidup dalam komunitasnya dengan kebudayaannya masing-masing yang unik (Mahfud, 2006: 75).

3. Pendidikan Multikultural

(22)

11

perbedaan etnis, agama, bahasa, gender, ras, kemampuan, dan umur agar proses belajar menjadi efektif dan mudah (Yaqin, 2005: 25).

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini tersusun dalam tiga bagian, yaitu: 1. Bagian Awal

Yang meliputi sampul, lembar berlogo, judul, persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian tulisan, motto, persembahan, kata pengantar, abstrak, dan daftar isi.

2. Bagian Inti

Bagian inti dalam penelitian ini, penulis menyusun ke dalam lima bab yang rinciannya adalah sebagai berikut:

Bab pertama merupakan bab pendahuluan. Dalam bab ini dikemukakan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, metode penelitian, penegasan istilah, dan sistematika penulisan skripsi.

Bab kedua berisi kompilasi ayat-ayat yang berkenaan dengan multikultural.

Bab ketiga merupakan asbabun nuzul dan munasabah dari ayat-ayat multikultural.

(23)

12

pendidikan multikultural dalam QS. Ar Rum ayat 22, QS. Al Hujurat ayat 13, QS. Fatir ayat 28, QS. Al Maidah ayat 48, QS. Hud ayat 118-119.

Bab kelima, merupakan bab penutup yang merefleksikan kembali ringkasan skripsi dalam bentuk kesimpulan dan saran

3. Bagian Akhir

(24)

13 BAB II

KOMPILASI AYAT-AYAT MULTIKULTURAL

Kebereagaman antara umat di bumi ini telah menjadi kehendak Allah dan hal yang mustahil dilakukan bagi siapa pun untuk menyeragamkan keberagaman tersebut. Seperti yang telah diisyaratkan dalam firman Allah:

A. QS Ar Rum Ayat 22

Artinya: Dan diantara tanda-tanda (kebesaran)-Nya adalah penciptaan langit dan bumi, perbedaan bahasamu dan warna kulitmu, sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang

yang mengetahui. (QS Ar Rum/30: 22)

ْنِمَو(

ا ي

ممسلا ُقْلَخ وِت

و

)ْمُكِتَنِسْلَا ُف َلَِتْخاَو ِضْرَْلْاَو ِت

Dan diantara

tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan

berlain-lainan bahasa kalian, maksudnya dengan bahasa yang berlainan (

ْمُكِناَوْلَاَو

)

dan berlain-lainan pula warna kulit kalian, diantara kalian ada yang berkulit putih, ada yang hitam, dan lain sebagainya, padahal kalian berasal dari seorang lelaki dan seorang perempuan yaitu Nabi Adam dan Siti

(25)

14

terdapat tanda-tanda yang menunjukkan kekuasaan Allah Swt

(

َْيِمِل عْلِل

)

bagi orang-orang menhetahui yaitu bagi orang-orang yang berakal dan berilmu (Al-Mahalli & As-Suyuti, 2016: 454).

Ayat di atas mejelaskan tentang tanda-tanda kekuasaan Allah yang menciptakan langit dalam hal ketinggian, keluasan, yang dihiasi dengan beraneka bintang dan planet-planet yang tetap maupun yang beredar, serta menciptakan bumi yang mempunyai gunung, sungai, laut, daratan, binatang, dan tumbuhan. Semakin maju ilmu pengetahuan manusia, semakin banyak hal baru terungkap dari keagungan dan kekuasaan Allah. Dahulu manusia menganggap bahwa jumlah bintang sekitar lima hingga enam ribu saja, hal ini karena mereka melihatya hanya dengan mata telanjang. Kini setelah ada teleskop yang lebih kuat, kebesaran dan keberagaman bintang-bintang dilangit semakin bertambah, dan jumahnya belum diketahui seorangpun, hanya Allah Swt yang mengetahui jumlah seluruh bintang yang ada dilangit (Imani, 2008: 141).

Diantara tanda-tanda kekuasaan Allah yang lain adalah adanya berbagai macam bahasa percakapan manusia di bumi yang tidak dapat

dihitung jumlahnya. Kata

)مكتنسلأ(

alsinatikum adalah jamak dari kata

)ناسل(

yang berarti lidah. kata ini berasal dari

)نسل(

lasina yang berarti

(26)

15

pengertian yang berbeda. Bentuk pertama adalah

)نسلأ(

alsun kata lisan

disini dipandang sebagai muanas yang berarti kata dan sebutan.

Sedangkan bentuk kedua adalah

)ةنسلا(

alsinah yang dipandang sebagai

mudzakar yang berarti bahasa atau pembicaraan (Quraish Shihab, 2007: 79). Berarti perbedaan lidah disini dapat diartikan sebgai perbedaan bahasa, dialek dan intonasi (Quraish Shihab, 2007: 190).

Meskipun manusia hidup di satu bumi, dan berasal dari asal-usul yang sama namun diantara mereka terdapat bahasa yang berbeda-beda. Hampir dari setiap negara memiliki bahasa yang berbeda bahkan di Indonesia sendiri memiliki lebih dari 250 bahasa daerah yang berbeda.

Disamping adanya perbedaan bahasa juga terdapat perbedaan dalam hal warna kulit. Kata alwân, merupalan jamak dari laun, yang pada mulanya berarti warna, namun di ayat ini berarti warna kulit. Semua manusia yang ada di bumi ini tidak ada yang sama, meskipun mirip, bahkan anak kembar sekalipun pasti ada perbedaan antara satu dengan yang lainnya. Mulai dari sidik jari, raut muka, bentuk mata, bentuk hidung, bentuk telinga, semuanya tidak ada yang sama (Hamka, 1988: 68). Ayat di

atas ditutup dengan

)يلماعلل(

li al-„âlimîn/bagi orang-orang yang alim,

(27)

orang-16

orang yang mengetahui rahasia alam dan aturan-aturan bermasyarakat (Ash-Shiddieqy, 2000: 3171).

Artinya: wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa. Sungguh, Allah maha mengetahui, maha teliti. (QS Al

menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan seorang perempuan) yakni

dari bangsa Adam dan Hawa

اًبْوُعُش ْمُك

نْلَعَجَو

(

dan Kami menjadikan kalian

berbangsa-bangsa ) lafadz syu‟ûban adalah bentuk jamak dari lafadz sya‟bun, yang artinya tingkatan nasab keturunanyang paling tinggi

َلِئآَبَ قَو

(28)

17

suatu Fakhs, dan Al Abbas adalah nama suatu Fasilah.

اْوُ فَراَعَ تِل

(supaya

kalian saling mengenal) lafaz ta‟ârafû asalnya adalah tata‟ârafû, kemudian salah satu dari kedua huruf ta dibuang sehingga jadilah ta‟ârafû, maksudnya supaya sebagian dari kalian saling mengenal sebagian yang lain, bukan saling untuk membanggakan ketinggian nasab atau keturunan, karena sesungguhnya kebanggaan itu hanya dari segi ketakwaan.

ّللاَدْنِع ْمُكَمَرْكَا منِا

قْ تَا ِو

ْمُك

ۗ

ّللامنِا

ٌمْيِلَع َو

(sesungguhnya orang yang paling

mulia diantata kalian disisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa.

Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui) tentang kalian

ٌرْ يِبَخ

(lagi Maha

Mengenal) apa yang tersimpan didalam batin kalian (Al-Mahalli & As Suyuti, 2016: 895).

Diriwayatkan oleh Ibnu Mundzir yang bersumber dari Ibnu Juraij, dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa ayat ini turun ketika Fathul Makkah Bilal naik ke atas Ka‟bah untuk adzan. Berkatalah beberapa

orang: “Apakah pantas budak hitam adzan di atas Ka‟bah?”. Maka

berkatalah yang lainnya: “Sekiranya Allah membenci orang ini, pasti

Allah akan meggantinya”. Kemudian ayat ini turun sebagai penegasan

(29)

18

Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah SWT telah menciptan makhluk-Nya, laki-laki dan perempuan, dan menciptakan manusia berbangsa-bangsa, untuk menjalin hubungan yang baik. Dijadikannya makhluk dengan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku adalah dengan harapan bahwa satu dengan yang lainnya dapat berinteraksi secara baik dan positif. Adanya perbedaan-perbedaan itu bukanlah ukuran untuk menilai apakah seseorang itu baik atau buruk. Derajat kebaikan manusia diukur dari ketaqwannya. Tidak peduli apakah dia laki-laki atau perempuan, berkulit putih atau hitam, asal bertaqwa kepada Allah Swt, maka dia tergolong orang baik (Ihsan, 2015: 27).

C. QS Fatir Ayat 28

Artinya: Dan dengan demikian (pula) diantara manusia, makhluk bergerak yang bernyawa dan hewan-hewan ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Diantara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyakah para ulama. Sungguh, Allah Maha Perkasa,

Maha Pengampun. (QS Fatir/35: 28)

ذَك وُناَوْلَا ٌفِلَتُْمُ ِمَاعْنَْلْاَو ِّبآَومدلااَو ِسامنلا َنِمَو

َكِل

(Dan demikian pula

diantara manusia, binatang-binatang melata, dan binatang-binatang

ternak ada yang bermacam-macam warnanya) sebagaimana

(30)

19

hamba-Nya yang mukmi (Al-Mahalli & As-Suyuti, 2016: 576).

Pada ayat ini menerangkan tentang adanya pebedaan bentuk dan

warna makhluk hidup. Firman-Nya:

)كلذك(

kadzaalika dipahami oleh

banyak ulama dalam arti keragaman. Ayat ini menggarisbawahi tentang adanya perbedaan dari setiap makhluk meskipun berasal dari sumber materi yang sama (Quraish Shihab, 2012: 62).

D. QS Al Maidah Ayat 48

(31)

20

berikan aturan dan jalan yang terang. Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan (QS Al Maidah/5: 48).

Dalam surat Al Maidah ayat 48 ini menerangkan bahawa Al Qur‟an

adalah bukti dan saksi kebenaran kandungan kitab-kitab yang terdahulu (Quraish Shihab, 2012: 276). Al Qur‟an menghapus sebagian hukum pada

kitab terdahulu, yang didalamya terdapat kesulitan, beban, dan belenggu. Syariat memang berbeda, namun dasar agama tetap satu, yaitu Islam. Umat Yahudi memiliki syariat yang terperinci dalam hukum-hukum yang dikhususkan untuk mereka. Begitu pula umat Kristen dan umat Islam. Kendati demikian, sesungguhnya agama yang disisi Allah Swt adalah Islam (Tim Qisthi Press, 2008: 522).

َكْيَلِاآَنْلَزْ نَاَو

(Dan telah Kami turunkan padamu) hai Muhammad

ِب

تِكْلا

(kitab) Al Qur‟an

ِّقَحْلِب

(dengan kebenaran) berkaitan dengan anzalna

ِوْيَدَي َْيَ باَمِّلاًقِّدَصُم

(membenarkan apa yang terdapat dihadapannya) maksudnya

yang sebelumnya

اًنِمْيَهُمَو ِب

تِكْلا َنِم

(diantara kitab dan menjadi saksi) atau

batu ujian

ِوْيَلَع

(terhadapnya). Kitab disini maksudnya ialah kitab-kitab

(32)

21

antara ahli kitab jika mereka mengadu kepadamu

ُو

ّللا َلَزْ نَاآَِبِ

(dengan apa yang

diturunkan Allah) kepadamu

ْمُىَءآَوْىَا ْعِبمتَ تَلَْو

(dan jaganlah kamu mengikuti

hawa nafsu mereka) dengan menyimpang

ْمُكْنِم اَنْلَعَج ٍّلُكِل

ۗ

ِّقَْلْا َنِم َكَء

آَجاممَع

(dari kebenaran yang telah datang kepadamu. Bagi tiap-tiap umat diantara

kamu Kami beri) hai manusia

اًجاَهْ نِممو ًةَعْرِش

(aturan dan jalan) maksudnya jalan

yang nyata dalam agana yang akan mereka tempuh.

ًةَدِحامو ًةممُا ْمُكَلَعََلَ ُو

ّللاَءآَشْوَلَو

(sekiranya dikehendaki Allah, tentulah kamu dijadikan-Nya satu umat) degan

hanya satu syariat,

ْنِك

لمو

(tetapi) dibagi-baginya kamu kepada beberapa

golongan

ْمُكَوُلْ بَيِّل

(untuk mngujimu)

ْم

ُك

ت

اآَم ِْفِ

(mengenai apa yang telah

diberikan-Nya kepadamu) berupa syariat yang bermacam-macam untuk

melihat siapakah diantara kamu yang taat dan siapa pula yang durhaka (Al-Mahalli & As-Suyuti, 2016: 450).

(33)

22

yang membenarkan dan siapa yang mendustakan-Nya. Serta mendorong mereka untuk saling berlomba-lomba dalam kebaikan. Artinya perbedaan fisik, agama, budaya, suku, ras dan jenis kelamin, bukanlah suatu hal yang perlu dipersoalkan, melainkan anugerah Allah Swt agar manusia saling mengenal dan saling memahami. yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat.

119. Kecuali orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. Kalimat (keputusan) Tuhanmu telah tetap,

“Aku pasti akan memenuhi neraka Jahanam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya. (QS. Hud/11: 118-119)

ًةَدِحاموًةممُا َسامنلا َلَعََلَ َكُّبَرَءآَشْوَلَو

Kata

)ول(

law dalam firman-Nya:

sekiranya Allah menghedaki menunjukkan bahwa hal tersebut tidak dikehendaki-Nya karena kata law tidak digunakan kecuali untuk mengandaikan sesuatu yang tidak mungkin terjadi/mustahil. (Jikalau Tuhanmu menghendaki tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu)

pemeluk agama.

َْيِفِلَتُْمُ َنْوُلا

َزَ يَلْمو

(tetapi mereka senantiasa berselisih

(34)

23

diberi rahmat oleh Tuhanmu) artinya Allah telah menghendaki kebaikan dari mereka sehingga mereka tidak berselisih pendapat tentangnya,

ذِلَو

ْمُهَقَلَخ َكِل

(dan untuk itulah Allah menciptakan) sebagian diantara

(35)

24 BAB III

ASBABUN NUZUL DAN MUNASABAH

A. Asbabun Nuzul

1. Pengertian Asbabun Nuzul

Kata asbab merupakan jamak taksir dari sabab yang artinya “sebab”. Menurut lisan al-Arab diartikan saluran, yaitu segala sesuatu

yang menghubungkan satu benda ke benda lainya (Efendi, Fathurrohman, 2014: 77). Kata nuzul adalah isim masdar dari nazala yang berarti menurunkan sesuatu atau kejadian sesuatu (Budiharjo, 2012: 21)

Menurut istilah Dr. M. Quraish Shihab menjelaskan asbabun nuzul

adalah:

a. Peristiwa yang menyebabkan turunnya ayat dimana ayat tersebut menjelaskan pandagan Al Qur‟an tentang peristiwa tersebut atau

mengomentarinya.

b. Peristiwa yang terjadi sesudah turunnya suatu ayat, dimana peristiwa tersebut dicakup pengertiannya atau dijelaskan hukumnya oleh ayat tersebut (Baidan, 2011: 135)

(36)

25

Dengan demikian secara singkat asbabun nuzul dapat diartikan sebagai sebab turunnya ayat-ayat Al Qur‟an. Asbabun nuzul biasanya terkait dengan adanya pertanyaan yang ditujukan kepada Nabi maupun peristiwa tertentu yang bukan dalam bentuk pertanyaan.

Asbabun nuzul sangat penting untuk memberikan dampak yang sangat besar dalam membantu memahami ayat-ayat maupun surah-surah dalam Al Qur‟an yaitu: lebih memberikan petunjuk untuk mengetahui hikmah yang dikehendaki Allah atas apa yang telah ditetapkan, memberikan petunjuk tentang adanya ayat-ayat tertentu yang memiliki kekhususan hukum tertentu, merupakan cara efisien untuk memahami makna yang terkandung dalam ayat-ayat Al Qur‟an, membantu memudahkan penghafalan ayat dan pengugkapan makna yang terkandung di dalam ayat, serta untuk menghindari adanya kesalahan yang mungkin terjadi dalam proses memahami maksud dalam Al Qur‟an tersebut.

Meskipun demikian, ada sebagian ulama yang menganggap bahwa

asbabun nuzul tidak begitu penting. Salah satunya adalah Al-Syaikh

Muhammad „Abduh yang menganggap bahwa asbabun nuzul bersumber

dari hadis-hadis yang tidak mempunyai sanad, karenanya tidak shahih. Selain itu Muhammad „Abduh juga menganggap bahwa para perawi dalam

meriwayatkan hadis hanya mengaitkan ayat dengan kisah-kisah tertentu dan hanya dalam bentuk makna saja. Jadi pada hakikatnya asbabun nuzul

(37)

26

Menurut sejarah, proses turunnya ayat-ayat Al Qur‟an ada yang didahului dengan sebab dan ada pula ayat-ayat Al Qur‟an yang turun tanpa didahului dengan sebab. Ayat-ayat Al Qur‟an yang turun dengan didahulu suatu sebab biasanya berupa ayat-ayat tasyri‟yyah atau ayat-ayat hukum. Dan sebab turunnya ayat itu adakalanya berupa peristiwa yang terjadi di masyarakat Islam dan adakalnya berupa pertanyaan dari kalangan Islam atau kalangan lainnya yang ditunjukkan kepada Nabi. Sedangkan ayat-ayat Al Qur‟an yang turun tanpa didahului dengan sebab biasanya berupa

sejarah yang mengisahkan tentang umat-umat terdahulu beserta para Nabinya, menceritakan tentang hal-hal gaib yang akan terjadi, meggambarkan keadaan hari kiamat beserta nikmat surga dan siksa neraka. Ayat-ayat demikian diturunkan oleh Allah untuk memberi petunjuk manusia agar menempuh jalan yang lurus. Jadi secara garis besar tidak semua ayat Al Qur‟an diturunkan dengan suatu sebab tertentu.

2. Asbabun Nuzul QS. Ar Rum Ayat 22, QS. Al Hujurat Ayat 13, QS.

Fatir Ayat 28, QS. Al Maidah Ayat 48, dan QS. Hud ayat 118-119

a. Asbabun Nuzul QS. Al Hujurat ayat 13

Ibnu Abu Hatim telah mengetengahkan sebuah hadist melalui Ibnu Abu Mulaikah yang telah menceritakan bahwa ketika penaklukan Makkah, Bilal langsung naik ke atas Ka‟bah, kemudian

(38)

27

Ka‟bah?”. Lalu Allah Swt menurunkan QS. Al Hujurat ayat 13 (Al

Mahalli & As Suyuti, 2016: 904).

b. Asbabun Nuzul QS. Al Maidah ayat 48

Imam Ahmad dan Imam Abu Daud telah meriwayatkan dari Abdullah ibnu Abbas yang telah mengatakan: “Ayat ini diturunkan berkenaan dengan dua golongan orang-orang Yahudi yang satu sama lainnya saling berperang, sehingga salah satu diantaranya menang atas golongan lainnya. Kejadian itu berlangsung ketika zaman jahiliyah; akhirnya lahirlah suatu perjanjian, bahwa setiap orang yang dibunuh oleh golongan yang menang dari kalangan golongan yang kalah, maka diyatnya adalah lima puluh wasaq. Dan setiap orang yang dibunuh oleh golongan yang kalah dari golongan yang menang, maka diyatnya seratus wasaq. Keadaan itu terus berlangsung sampai datangnya Rasulullah SAW. Pada masa Rasulullah ada seorang dari kalangan golongan yang kalah membunuh seseorang dari golongan yang menang. Lalu dari golonga yang menang segera mengutus seseorang kepada golongan yang yang kalah untuk meminta diyatnya sebanyak seratus wasaq. Akan tetapi golongan yang kalah mengatakan: “Apakah hal seperti ini pernah terjadi pada dua

(39)

28

kepada kami dan kami takut kepada kamu serta demi memelihara kesatuan karena kami takut menjadi becerai-berai. Akan tetapi sekarang, setelah kedatangan Muhammad, kami tidak akan memberikannya lagi kepadamu”. Hal ini hampir saja membawa kedua golongan itu kearah pertempuran. Akan tetapi akhirnya meraka setuju untuk mengemukakan kasus ini kepada Rasulallah SAW agar beliau melerai perselisihan diantara kedua golongan tersebut. Lalu mereka mengutus beberapa orang dari kalangan orang-orang yang munafik untuk menguj kebijaksanaan beliau. Kemudian Allah menurunkan QS. Al Maidah ayat 41-48 (Al Mahalli & As Suyuti, 2016: 495).

c. Asbabun Nuzul QS. Ar Rum Ayat 22, QS. Fatir Ayat 28, dan QS. Hud Ayat 118-119

Setelah penulis berusaha mencari dari berbagai sumber mengenai asbabunnuzul dari QS. Ar Rum ayat 22, QS. Fatir ayat 28, dan QS. Hud ayat 118-119 ternyata penulis tidak menemukan

asbabunnuzul dari QS. Ar Rum ayat 22, QS. Fatir ayat 28, dan QS. Hud ayat 118-119 tersebut. Mulai dari buku-buku tafsir, maupun sumber lain dari internet. Hal ini tidak perlu dipersoalkan karena memang tidak semua ayat dalam Al Qur‟an memiliki

(40)

29 B. Munasbah

1. Pengertian Munasabah

Kata munasabah berasal dari kata

بسان

بساني

ةبسانم

.

Kata tersebut merupakan bentuk tsulasi mujaradnya

بسن

(nasaba) yang

berarti hubungan sesuatu dengan sesuatu yang lain (Budihardjo, 2012: 39). Menurut Al- Qaththan munasabah adalah menghubungkan antara jumlah dengan jumlah dalam suatu ayat, atau antara ayat dengan ayat, atau antara surah dengan surah (Hermawan, 2011: 122).

Dalam redaksi yang sama, Ibnu Al-„Arabi mengatakan bahwa,

munasabah adalah keterkaitan ayat-ayat Al Qur‟an sehingga seolah-olah merupakan satu ungkapan yang mempunyai satu kesatuan.

Selanjutnya Quraish Shihab menyatakan (menggaris bawahi As-Suyuthi) bahwa munasabah adalah adanya keserupaan dan kedekatan diantara berbagai ayat, surat, dan kalimat yang menyebabkan adanya hubungan (Fathurrahman & Efendi, 2014: 111).

Dari berbagai definisi diatas, penulis dengan singkat dapat menyimpulkan bahwa munasabah adalah keterkaitannya ayat satu dengan ayat lainnya dalam Al Qur‟an.

(41)

30

urutan teks dalam Al Qur‟an terdapat kesan bahwa Al Qur‟an memberikan

informasi yang tidak sistematis dan melompat-lompat. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan antara urutan turunnya ayat maupun surah dalam susunan teks Al Qur‟an. Satu sisi realitas teks ini menyulitkan pembacaan

secara utuh akan tetapi realitas teks itu dapat menunjukkan stilistika (retorika bahasa) yang merupakan bagian dari kemukjuzatan Al Qur‟an

pada aspek kesustraan dan gaya bahasa. Maka dari itu dibutuhkan„ilm

munasabah untuk pembacaan secara holistik pesan spiritual dalam Al Qur‟an.

Selanjutnya, secara garis besar munasabah Al Qur‟an dapat di bagi

menjadi dua yaitu munasabah antar ayat dalam Al Qur‟an dan munasabah

antar surah dalam Al Qur‟an. Berikut ini pembagian munasabah Al Qur‟an

menurut Imam Suyuthi:

a. Tartib surah-surah dalam Alqur‟an dan hikmah dibalik peletakan satu surah pada tempatnya.

b. Hubungan antara pembukaan surah dengan akhir surah sebelumnya. c. Hubungan antara awal surah dengan isi surah.

d. Hubungan antara awal surah dengan akhir surah. e. Hubungan antara satu ayat dengan ayat setelahya. f. Hubungan antara akhiran ayat dengan awal ayat.

(42)

31 2. Munasabah Ayat

Dari berbagai macam munasabah diatas, disini penulis hanya akan menerapkan munasabah antara ayat dengan ayat dalam Al Qur‟an yaitu:

a. QS. Ar Rum ayat 21-23

Artinya: Dan, diantara tanda-tanda-Nya adalah Dia menciptakan untuk kamu pasangan-pasanan dari jenis kamu sendiri supaya kamu tenang kepadanya, dan dijadikan-Nya diantara kamu mawaddah dan rahmat. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir (QS.Ar Rum/30: 21).

ا ْنِمَو

ي وِت

اًجاَوْزَا َ ْمُكِسُفْ نَا ْنِّم ْمُكَل َقَلَخ ْنَا

(Dan diantara tanda-tanda

kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untuk kalian istri-istri dari

(43)

32

yang telah disebutkan itu

َنْوُرمكَفَ تم ي ٍمْوَقِّل ٍت

َلْ ي

(benar-benar terdapat

tanda-tanda bagi kaum yang berpikir) yakni yang memikirkan tentang penciptaan Allah (Al Mahalli & As Suyuti, 2016: 454).

Ayat diatas menguraikan tentang adanya kekuasaan dan keesaan Allah yang menciptakan pria dan wanita dengan berpasang-pasangan. Seperti Siti Hawa yang tercipta dari tulang rusuk Nabi Adam, sedangkan manusia yang lainnya tercipta dari air mani laki-laki dan perempuan, serta dampak yang dihasilkannya yaitu rahmat pada suami istri dengan lahirnya anak (Quraish Shihab, 2012: 185).

ا ْنِمَو

Artinya: Dan diantara tanda-tanda (kebesaran)-Nya adalah penciptaan langit dan bumi, perbedaan bahasamu dan warna kulitmu, sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui (QS. Ar Rum/30: 22)

ا ْنِمَو(

ي

ممسلا ُقْلَخ وِت

و

)ْمُكِتَنِسْلَا ُف َلَِتْخاَو ِضْرَْلْاَو ِت

Dan diantara

tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan

berlain-lainan bahasa kalian, maksudnya dengan bahasa yang

berlainan (

ْمُكِناَوْلَاَو

)

dan berlain-lainan pula warna kulit kalian,

(44)

33

perempuan yaitu Nabi Adam dan Siti Hawa

(

ٍت ي َلْ َكِل ذ ِْفِ منِا

)

sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat

tanda-tanda yang menunjukkan kekuasaan Allah Swt

(

َْيِمِل عْلِل

)

bagi

orang-orang menhetahui yaitu bagi orang-orang yang berakal dan berilmu (Al-Mahalli & As-Suyuti, 2016: 454).

Ayat diatas menjelaskan tentang adanya kekuasaan dan keesaan Allah yang menciptakan langit dan bumi beserta semua sistemnya

yang sangat teliti, rapi dan serasi. Serta adanya kata

)ْمُكِتَنِسْلأ(

alsinatikum yang merupakan bentuk jamak dari kata

)ناسل(

lisân yang

berarti lidah dimana kata ini juga digunakan dalam arti bahasa atau

suara. Berarti perbedaan lidah disini dapat diartikan sebgai perbedaan bahasa, dialek dan intonasi. Selain itu pebedaan juga terjadi pada warna kulit, ada yang hitam, sawo matang, dan putih meskipun pada awalnya bersumber dari asal-usul yang sama ( Quraish Shihab, 2007: 190).

(45)

34

benda langit yang paling berperan dalam kehidupan manusia dan makhluk di bumi yaitu matahari. Dimana dengan adanya peredaran matahari dan bumi menyebabkan terjadinya perbedaan malam dan siang, serta mengakibatkan adanya perbedaan musim. Hal inilah yang menyebabkan adanya perbedaan lidah (bahasa) karena perbedaan tempat tinggal di bumi, serta perbedaan warna kulit yang dipengaruhi oleh sinar matahari.

Artinya: Dan, diantara tanda-tanda-Nya adalah tidur kamu diwaktu malam dan siang dan usaha kamu mencari sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat bukti-bukti bagi kaum yang mendengarkan (QS.Ar Rum/30: 23)

ا ْنِمَو

ي

َنَم وِت

ِراَهم نلاَو ِلْيملِب ْمُكُما

(Dan diantara tanda-tanda

kekuasaan-Nya ialah tidur kalian di waktu malam dan siang hari) dengan

kehendak-Nya sbagai waktu istirahat buat kalian

ْمُكُؤآَغِتْباَو

(dan usaha

kalian) disiang hari

وِلْضَف ْنِّم

(mencari sebagian dari

karunia-Nya)mencari rezeki dan penghidupan berkat kehendak-Nya

َكِل

ذ ِْفِ منِا

َلْ ي

(46)

35

terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarakan) dengan

pendengaran yang dibarengi pemikiran dan mengambil pelajaran (Al Mahalli & As Suyuti, 2016: 455).

Pada ayat sebelumnya menjelaskan akan kekuasaan dan keesaan Allah mengenai penciptaan langit dan bumi dengan sistem dan peredaran yang ditetapkannya, dapat menciptakan siang dan malam. Dalam ayat ini masih menerangkan tentang adanya kekuasaan dan keesaan Allah yang berkaitan dengan siang malam. Dalam hal ini ulama memahami dalam arti “ Diantara tanda-tanda-Nya adalah tidur kamu diwaktu malam dan usahamu mencari rezeki diwaktu siang”

adalah bahwa Allah menjadikan malam untuk istirahat dan siang untuk mencari rezeki. Memang secara umum waktu malam adalah waktu untuk tidur, dan siang adalah untuk bekerja. Akan tetapi adanya

kata

)ولضف(

fadhlihi berarti kelebihan dari kadar kebutuhan,

sebagaimana ia dipahami pula dalam arti pemberian adalah sesuatu yang melebihi kebutuhan, berarti siapa yang bekerja siang dan malam atau dimalam hari, upayanya ketika itu dapat dinilai sebagai upaya meraih kelebihan dari kadar kebutuhannya (Quraish shihab, 2007: 192).

(47)

36

berpasang-pasangan yang kemudian berkembang biak yaitu dijadikannya anak dalam setiap pasangan. Pada ayat selanjutnya dijelaskan adanya kekuasaan dan kebesaran Allah lainya yaitu penciptaan langit dan bumi yang mempunyai kesamaan dengan adanya penciptaan pria dan wanita (manusia). Dalam penciptakan manusia tersebut, dengan keadaan warna kulit yang berbeda serta bahasa yang berbeda pula. Perbedaan warna kulit dan bahasa dipengaruhi daerah masing-masing yang memiliki iklim maupun cuaca yang berbeda, dan daerah yang berbeda tersebut dipengaruhi oleh adanya langit dan bumi dengan peredarannya. Allah menciptakan langit dan bumi dengan peredarannya dapat menghasilkan siang dan malam, dan agar pada malam hari digunakan sebagai kebutuhan untuk tidur dan waktu siang digunakan untuk berusaha atau bekerja (Departemen Agama RI Jilid VII, 2007: 78).

b. Munasabah QS. Al Hujurat Ayat 11 &13

ملا اَهُّ يآَي

(48)

37

saling mencela satu sama lain, dan jangankah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barang siapa tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (QS Al Hujarat/49:11)

Ayat diatas melarang mengejek diri sendiri, dalam arti jangan mengejek orang lain karena mengejek orang lain sama dengan mengejek diri sendiri. Ini karena masyarakat adalah satu kesatuan (Quraish Shihab, 2012: 13).

Artinya: wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa. Sungguh, Allah maha mengetahui, maha teliti. (QS Al Hujarat/49: 13)

(49)

38

c. Munasabah QS. Fatir Ayat 27-28

ّللا منَاَرَ ت َْلََّا

27. Tidakkah engkau melihat bahwa Allah menurunkan air dari langit lalu dengan air itu Kami hasilkan buah-buahan yang beraneka macam jenisnya. Dan diantara gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada (pula) yang hitam pekat.

28. Dan dengan demikian (pula) diantara manusia, makhluk bergerak yang bernyawa dan hewan-hewan ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Diantara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyakah para ulama. Sungguh, Allah Maha Perkasa, Maha Pengampun (QS Fatir/35: 27-28).

(50)

39

(Muhammad) dengan membawa kebenaran yang membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya, maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang diturunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk setiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan.

(51)

40

diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah berkehendak menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebagian dosa-dosa mereka. Dan sungguh, kebanyakan manusia adalah orang-oang yang fasik (QS. Al Maidah ayat 48-49).

Ayat-ayat yang pertama menerangkan tentang diturunkannya Kitab Taurat dan Injil, dan bahwa kedua Kitab itu mengandung petunjuk cahaya. Allah memerintahkan supaya para penganut kitab-kitab tersebut menegakkan hukum-hukum yang ada di dalamnya, Allah mengancam akan menyiksa orang-orang yang tidak melaksanakan hukum-hukum tersebut. Pada ayat selanjutnya Allah menerangkan bahwa Allah telah menurunkan pula Al Qur‟an kepada

Nabi terakhir Muhammad Saw, dan menerangkan kedudukan Al Qur‟an terhadap kitab samawi sebelumnya (Departemen Agam RI,

2009: 411).

e. Munasabah QS. Hud Ayat 118-119

َْيِفِلَتُْمُ َنْوُلاَزَ يَلْموًةَدِحاموًةممُا َسامنلا َلَعََلَ َكُّبَرَءآَشْوَلَو

umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat.

119. Kecuali orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. Kalimat (keputusan) Tuhanmu telah

tetap, “Aku pasti akan memenuhi neraka Jahanam dengan jin dan

(52)

41

(53)

42 BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pendidikan Multikultral

1. Pengertian Pendidikan Multikultural

Pendidikan multikultural merupakan gabungan dari dua kata yaitu pendidikan dan multikultural. Dalam arti khusus Langeveld mengemukakan bahwa pendidikan adalah bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya. Baik dewasa dari segi intelektual, emosional, sosial, moral, maupun spiritual.

Sedangkan dalam arti luas, pendidikan merupakan usaha manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya, yang berlangsung sepanjang hayat (Sadullah, 2014: 3).

Terdapat pula dalam UU RI No. 20 th 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dikatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

(54)

43

mendapatkan dan menjadikan seseorang agar menjadi lebih baik dari segi apapun secara sadar yang berlangsung seumur hidup.

Selanjutnya secara etimologis multikultural dibentuk dari kata

multi yang berarti banyak, dan kultur yang berarti budaya. Dalam kata tersebut terkandung pengakuan akan martabat manusia yang hidup dalam komunitasnya dengan kebudayaannya masing-masing yang unik (Mahfud, 2006: 75). Secara sederhana multikultural berarti keberagaman budaya. Menurut Agus Iswanto multikultural adalah sebuah gerakan menuntut pengakuan terhadap semua perbedaan sebagai entitas dalam masyarakat yang harus diterima, dihargai, dilindungi, serta dijamin eksistensnya (Agus, 2009: 7). Kemudian pendidikan multikultural menurut Tilaar adalah pendidikan untuk/tentang keragaman kebudayaan dalam merespon perubahan demografis dan kultural lingkungan masyarakat tertentu atau bahkan dunia secara keseluruhan (Baidhawy, 2005: VIII).

Baidhawy juga berpendapat bahwa pendidikan multikultural adalah suatu cara untuk mengajarkan keragaman. Pendidikan multikultural menghendaki rasionalisasi etis, intelektual, sosial, dan pragmatis secara inter-relatif yaitu mengajarkan ideal-ideal inklusivisme, pluralisme, dan menghargai semua orang.

(55)

44

multikultural sebagai suatu rangkaian kepercayaan dan penjelasan yang mengakui dan menilai pentingnya keragaman budaya dan etnis didalam membentuk gaya hidup, pengalama sosial, identitas pribadi, kesempatan-kesempatan pendidikan dari individu, kelompok maupun negara (Agus Iswanto, 2009: 8). Selain itu Muhaemin el Ma‟hadi juga berpendapat bahwa secara sederhana pendidikan multikultural dapat didefinisikan sebagai pendidikan tentang keragaman kebudayaan dalam merespon perubahan demografis dan kultural lingkungan masyarakat tertentu atau bahkan dunia secara keseluruhan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendidikan multikultural merupakan sarana pendidikan yang dapat digunakan untuk menghadapi berbagai ragam perbedaan dalam bentuk budaya, bahasa, agama, suku, ras, dll.

2. Ciri-Ciri Pendidikan Multikultural

Pendidikan multikultural biasanya mempunyai ciri-ciri:

a. Tujuan membentuk “manusia budaya” dan menciptakan

“masyarakat berbudaya (berperadaban)”.

b. Materinya mengajarkan nilai luhur kemanusiaan, nilai-nilai bangsa, dan nilai-nilai-nilai-nilai kelompok etnis.

(56)

45

d. Evaluasinya ditentukan pada penilaian terhadap tingkah laku anak didik yang meliputi persepsi, apresiasi,dan tindakan terhadap budaya lainnya (Mahfud, 2006: 179).

3. Urgensi Pendidikan Multikultural

Untuk mewujudkan multikulturalisme dalam dunia pendidikan, maka pendidikan multikultural juga perlu di masukkan ke dalam kurikulum nasional, yang pada akhirnya dapat menciptakan tatanan masyarakat indonesia yang multikultural, serta upaya-upaya lain yang dapat dilakukan guna mewujudkannya. Berikut Mahfud memaparkan urgensi pendidikan multikultural yaitu:

a. Sebagai sarana alternatif pemecah konflik

Penyelenggaraan pendidikan multicultural di dunia pendidikan diyakini dapat menjadi solusi nyata bagi konflik dan disharmonisasi yang terjadi di masyarakat, khususnya yang kerap terjadi di masyarakat Indonesia yang secara realitas plural. Dengan kata lain, pendidikan multicultural dapat menjadi sarana alternatif pemecahan konflik sosial budaya (Mahfud, 2006: 208)

(57)

46

multikulturalisme dalam diri masing-masing anak didik. Ketika peserta didik telah sampai kepada pemahaman dan penghayatan mengenai nilai-nilai multiculturalisme, peserta didik diharapkan mampu mengubah sikap (bagi yang menafikkan adanya setiap perbedaan), sebagai wujud pengimplementasian nilai-nilai multikulturalisme yang sudah disampaikan oleh masing-masing pendidik.

Sebab pendidikan tetap masih akan dikatakan gagal apabila ia belum mampu membawa perubahan. Pendidikan harus mampu mengubah terma-terma yang mendoktrin peserta didik, sehingga diharapkan peserta didik dapat merubah perilaku mereka menjadi lebih baik. Tugas seorang pendidikan tidak hanya sebatas menyampaikan materi saja, namun harus memenuhi lingkup ketiganya, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.

b. Supaya siswa tidak tercabut dari akar budaya

Selain sebagai sarana alternatif pemecahan konflik, pendidikan multikultural juga signifikan dalam membina siswa agar tidak tercerabut dari akar budaya yang ia miliki sebelumnya, tatkala dia berhadapan dengan realitas sosial-budaya di era globalisasi. (Mahfud, 2006: 210)

(58)

47

terkadang membawa budaya baru yang akan berdampak padaperkembangan setiap peserta didik. Dengan maksud, peserta didik mampu mengelola budaya-budaya “asing” agar tidak menjadi dampak yang negative bagi dirinya maupun lingkungannya.

Beragamnya budaya yang beradu, tidak menjadikan limpung. Peserta didik akan dapat memilah-memilah budaya yang masuk setelah mereka memahaminya.

c. Sebagai landasan pengembangan kurikulum nasional

Dalam melakukan pengembangan kurikulum sebagai titik tolak dalam proses belajar mengajar, atau guna memberikan sejumlah materi dan isi pelajaran yang harus dikuasai oleh siswa dengan ukuran atau tingkatan tertentu, pendidikan multikultural sebagai landasan pengembangan kurikulum menjadi sangat penting (Mahfud, 2006: 214). d. Menuju masyarakat Indonesia yang multikultural

(59)

48

menghargai, menghormati, toleransi antar satu kebudayaan dengan kebudayan lainnya. Dalam konteks ini ditegaskan, bahwa perbedaan bukan menjadi penghalang untuk bersatu padu meraih tujuan dan mewujudkan cita-cita dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sebagaimana termaktub dalam UUD 1945 dan Pancasila (Mahfud, 2006: 227).

Keragaman sosial, baik dalam kelompok budaya maupun pemikiran (perbedaan pendapat) merupakan

sunnatullah yang wajib kita syukuri. Selanjutnya, tinggal bagaimana caranya mengembangkan langkah yang bijak dalam menyikapi perbedaan tersebut secara arif.

4. Tujuan Pendidikan Multikultural

Berdasarkan setiap uraian yang disampaikan oleh para pakar mengenai pendidikan multikultural, dapat dirumuskan beberapa tujuan diusulkannya pendidikan yang berbasis multikulturalisme. Pendidikan mutikultural mempunyai tujuan sebagai berikut:

(60)

49

Peserta didik diharapkan mampu menerima setiap perbedaan yang ada, memahami, dan menyikapinya secara arif. Minimal peserta didik dapat menyikapi perbedaan yang sederhana seperti yang sering mereka temui di bangku sekolah. Seperti kelas ekonomi, kelas sosial, perbedaan warna kulit, bahasa, atau bahkan bagi penyandang disabilitas yang kadang dimasukkan ke dalam kaum minoritas.

Setelah itu, peserta didik akan dapat menjunjung tinggi hak-hak kemanusiaan. Memuliakan manusia sebagai ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Menjadikan semuanya berkedudukan sama, sederajat, dan berlaku adil terhadap semua golongan. Hal-hal tersebut sudah termasuk kedalam nilai-nilai demokrasi yaitu asas kedaulatan rakyat, penghormatan hak-hak asasi manusia, serta keadilan sosial. (Yaqin, 2009: 76).

b. Membangun Paradigma keberagamaan Inklusif

(61)

50

terpenting adalah membangun kebersamaan dan solidaritas bagi seluruh manusia melalui aksi-aksi sosial yang nyata yang dapat meningkatkan kesejahteraan umat manusia (yaqin, 2005: 31).

Tuhan tidak menghendaki kejahatan dan kekerasan. Sebab keduanya hanya akan meninggalkan luka dan duka. Manusia diciptakan Tuhan bukan untuk menebarkan kekerasan dan kejahatan, melainkan untuk menebarkan kebahagiaan dan kedamaian. Karena itu, tidak ada jalan lain kecuali berusaha menjadikan iman dan amal saleh sebagai basis toleransi. Iman dan amal saleh harus mampu membangun kesadaran kolektif, bahwa untuk hidup rukun landasan paradigmatiknya adalah iman dan amal saleh. Keduanya tidak bisa dipisahkan antara satu dengan yang lain. iman dan amal saleh pada akhirnya harus mampu menerjemahkan ajaran toleransi di antara sesama makhluk Tuhan. Artinya, iman seseorang tidak bermakna apa-apa bilamana tidak membangun kepekaan sosial, terutama dalam rangka mengatasi konflik yang pada umumnya mengatasnamakan iman.

(62)

51

dalam setiap agama yang dipeluknya. Karena sejatinya, setiap agama mengajarkan kebaikan dan kebijaksanaan dalam menjalani kehidupan yang penuh perbedaan ini.

Sikap tidak menerima akan perbedaan akan berakibat menimbulkan sikap kekakuan dalam beragama atau sikap “ekstrim”. Ektrimisme sering tampak pada orang

yang selalu menolak untuk mengubah atau mempertimbangkan pendapat orang lain. Berpegang teguh pada prasangka-prasangka dan kekakuan dalam beragama. Hal ini akan menjadi lebih berbahaya ketika ada ungkapan bahwa dirinyalah satu-satunya yang berada dalam kebenaran.

B. Analisis Ajaran Multikultural dalam QS. Ar Rum ayat 22, QS. AL

Hujurat Ayat 13, QS. Fatir ayat 28, QS. Al Maidah Ayat 48, QS. Hud

Ayat 118-119

Islam sebagai agama rahmatan li al‟alamin memberikan penyelesaian mengenai perbedaan melalui al Qur‟an yang mulia. Perbedaan di sini tidak

(63)

52 1. QS. Ar Rum Ayat 22

a. Penciptaan Langit Dan Bumi

Pada QS Ar Rum ayat 22 dalam penciptaan langit dan bumi

terdapat dalam ayat

(

ضْرَْلْاَو ِت

و

ممسلا ُقْلَخ وِت

ي

ا ْنِمَو

), kata penciptaan itu

sendiri menggunakan kata (

قلخ

)

khalaqa yang berarti mencipta, baik

ciptaan itu telah ada yang serupa degannya sebelum yang ini diciptakan, maupun dalam bentuk baru. Kata ini secara umum hanya

membutuhkan satu objek. Kata (

قلخ

) dari segi pengertian kebahasaan

memiliki sekian banyak arti, antara lain menciptakan (dari tiada), menciptakan (tanpa satu contoh terlebih dahulu), mengukur,

memperhalus, mengatur, membuat, dan sebagainya (Quraish Shihab, 2012: 395). Kata ini biasanya memberikan tekanan tentang kehebatan dan kebesaran Allah dalam Ciptaan-Nya serta menunjukkan aksentuasinya pada kemahakuasaan dan kehebatan Allah Swt. Ia maha kuasa menciptakan apa saja sesuai dengan ketentuan yang ditentukan-Nya sesuai dengan ukuran yang ditetapkan-ditentukan-Nya, walaupun proses dan sebab-sebab penciptaannya kadang-kadang tidak terjangkau oleh daya nalar manusia (Quraish Shihab, 2007: 458). Dalam ayat ini idak

menggunakan kata

)لعج(

ja‟ala yang mengandung penekanan

(64)

53

dijadikan itu (Quraish Shihab, 2012: 458), dengan kata lain, kata

)لعج(

ja‟ala berarti menjadikan dari sesuatu, ke sesuatu yang lain, karena itu

ia membutuhkan dua objek. Yang pada intinya kata

)لعج(

ja‟ala

adalah menjadikan sesuatu dari sebelumnya yang sudah ada.

Dengan pengamatan terhadap ayat-ayat yang menggunakan kedua

kata itu ditemukan bahwa kata

(

قلخ

)

khalaqa yang pelakunya Allah

digunakan dalam konteks penekanan terhadap keagungan Allah dan

kekuasaan ciptaan-Nya, sedang kata

)لعج(

ja‟ala adalah penekanan

pada rahmat Allah yang dengan kehadirannya manusia dapat meraih manfaat yang besar (Quraish Shihab, 2007: 133).

Keagungan dan kekuasaan Allah dalam QS. Ar Rum ayat 22

dibuktikan dengan adanya penciptaan langit dengan kata

(

ِت و ممسلا

)

berasal dari kata

ُءاََسَ

ُتاَوََسَ

ِت و ممسلا

yang berarti tinggi, langit,

(65)

54

dipahami dalam arti langit yang memang langit selalu berada diatas orang (Quraish Shihab, 2007: 202).

Dalam ayat ini kata

(

ِت و ممسلا

)

mengunakan dalam bentuk jamak

karena ada hubungannya dengan lapisan langit yang berjumlah 7 lapis seperti dalam ayat berikut:

ّللَا

َسَ َعْبَس َقَلَح ْيِذملا ُو

و

منُهَلْ ثِم ِضْرَلْْا َنِممو ٍت

...

Artinya: Bahwasannya Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi,... (QS. Thalaq ayat 12).

Selain penciptaan langit, keagungan dan kehebatan Allah dalam

ayat ini dibuktikan dengan adanya penciptaan

)ضرا(

ardh, yaitu yang

ada dalam Al Qur‟an biasa diartikan sebagai bumi. Akan tetapi, tidak

semua kata itu diartikan sebagai bumi, karena ada juga yang digunakan untuk meginformasikan penciptaan alam semesta dengan sistem tata

surya belum terbentuk seperti sekarang. Kata

)ضرا(

ardh didalam Al

Qur‟an disebut sebanyak 461 di dalam 86 surah hanya disebut dalam

(66)

55

bumi. Oleh sebab itu, penyebutnya secara eksplisit hanya satu, sangat sesuai dengan dengan daya nalar manusia (Quraish Shihab, 2007: 94). b. Perbedaan Bahasa

Dalam QS. Ar Rum ini perbedaan dibuktikan dengan adanya kata

)مكتنسلأ(

alsinatikum merupakan jamak dari kata

)ناسل(

lisân yang

berarti lidah. Kata

)ناسل(

lisân mempunyai dua bentuk jamak dengan

pengertian yang berbeda. Bentuk pertama adalah

)نسلأ(

alsun kata

lisan disini dipandang sebagai muanas yang berarti kata dan sebutan.

Sedangkan bentuk kedua adalah

)ةنسلا(

alsinah yang berarti bahasa

atau pembicaraan (Quraish Shihab, 2007: 79). Berarti perbedaan lidah disini bukan hanya dapat diartikan sebagai perbedaan bahasa, akan tetapi juga dapat diartikan dengan dialek dan intonasi (Quraish Shihab, 2012: 190).

(67)

56

intinya bahasa merupakan alat manusia untuk berkomuniasi dan berinteraksi antara satu dan yang lainnya (yaqin, 2005: 74).

Dalam agama samawi (Islam, Kristen, dan Yahudi) diyakini bahwa nenek moyang manusia di dunia adalah Adam dan Siti Hawa. Mereka diturunkan ke dunia karena melanggar larangan Allah Swt di surga. Ada yang meyakini bahwa keduanya diturunkan secara terpisah, Adam dipegunungan Himalaya dan Siti Hawa di Timur Tengah yang akhirnya bertemu di wilayah Arafah Arab Saudi. Keyakinan seperti ini tentu akan memberikan turunan bahwa asal muasal bahasa manusia di dunia ini hanya satu yaitu bahasa yang dipakai Adam dan Siti Hawa. Berkembangnya anak cucu Adam dan Siti Hawa serta penyebarannya ke seluruh penjuru dunia mempunyai konsekuensi berkembangnya bahasa itu sesuai dengan kebutuhan kelompok anak manusia atau sesuai dengan perkembangan kebudayannya.

(68)

57

tidak bersinggungan antara satu dengan lainnya (Muzril Zahari, 2011: 301).

Begitu banyak bahasa yang ada di dunia. Seorang atropolog, Michael Krauss menganalisa bahwa kurang lebih 10.000 tahun yang lalu diperkirakan ada sekitar 15.000 macam bahasa di seluruh dunia. Namun sekarang sudah berkurang jumlahnya menjadi hanya sekitar 6000 macam bahasa saja. Sedangkan di Indonesia sendiri memiliki lebih dari 250 macam bahasa yang berbeda (Yaqin, 2005: 72).

Kemudian, sebagaimana bahasa dalam penjelasan diatas, bahasa secara umum berfungsi untuk mengungkapkan ide-ide manusia. Namun demikian, ada fungsi lain dari bahasa yaitu sebagai kekuatan bahasa itu sendiri. Meskipun keberadaan fungsi bahasa ini seriing tidak disadari. Seperti yang dikatakan Rodman dan Adler bahwa ada delapan kategori kekuatan bahasa yaitu:

1) Memberi Penamaan

(69)

58

2) Menunjukkan Kredibilitas

Bahasa dapat digunakan oleh seseorang untuk mengetahui kredibilitas orang lain yang sedang berbicara.

3) Menunjukkan Status

Bahasa dipercaya mempunyai kekuatan yang dapat menunjukkan status seseorag. Misalnya ketika seseorang berbicara dengan intonasi yang keras, dengan kata-kata yang kasar, maka orang lain akan menilai bahwa orang tersebut berstatus rendah. Sedangkan seseorang yang selalu menggunakan kata-kata yang sopan, dan penuh dengan sikap menghormati orang lain, maka orang lain akan menilai bahwa orang tersebut berstatus tinggi. 4) Menunjukkan Jenis Kelamin

Bahasa juga mempunyai kekuatan untuk membedakan jenis kelamin seseorang.

5) Membedakan Ras

Bahasa mempunyai kekuatan untuk memberikan sebuah identitas dan mengkategorikan dari ras apa orang yang sedang menggunakan bahasa tersebut.

6) Menunjukkan Kekuatan

(70)

59

7) Menunjukkan Adanya Keinginan Seseorang

Bahasa mempunyai kekuatan untuk menjelaskan maksud dan keinginan oarng yang menggunakannya.

8) Memperlihatkan Adanya Afilasi

Bahasa mempunyai kekuatan yang dapat digunakan untuk menunjukkan solidaritas terhadap orang lain (Yaqin, 2005: 79) c. Perbedaan Warna Kulit

Perbedaan warna kulit disini menggunakan kata

)ناولأ(

alwân,

merupalan jamak dari

)نول(

laun, yang pada mulanya berarti warna,

rupa, macam (Amalia Hasanah, 2013: 512), namun diayat ini berarti

warna kulit. Pada ayat ini tidak menggunakan kata

)رشب(

basyar yang

mempunyai makna pokok tampaknya sesuatu dengan baik dan indah.

Dari makna tersebut terbentuk kata kerja basyara yang berarti bergembira, menggembirakan dan menguliti. Menurut Al- Ashfahani,

kata basyar adalah jamak dari kata

)ةرشب(

basyarah yang berarti kulit.

Kata

)رشب(

basyar digunakan Al Qur‟an untuk meunjuk manusia

Referensi

Dokumen terkait

adalah proses pada saat suatu permukaan menerima radiasi dimana tidak semua energi diserap oleh permukaan tersebut, melainkan ada sebagian yang dipantulkan atau

Dalam mengembangkan produk Remote Presentasi dilakukan 10 tahap perancangan, yaitu perencanaan produk, identifikasi kebutuhan pelanggan, spesifikasi produk, penyusunan konsep,

Yahya

terhadap penilaian kinerja UPTD parkir sendiri dalam pelaksanaan pengawasan parkir di kota Pekanbaru khususnya di Kecamatan Sukajadi, dilihat dari adanya

8 Dalam penelitian ini yang menjadi hipotesis adalah kemampuan berfikir kritis siswa pada Tema 2 selalu berhemat energi menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe

Berdasarkan hasil penelitian di atas, bahwa dengan penerapan pembelajaran kontekstual melalui cooking class dapat meningkatkan keterampilan motorik halus pada anak

Dengan harapan dan rasa kepercayaan diri yang tinggi, Sholat Dhuha yang dikerjakan informan mampu menjadi media untuk mendapatkan kualitas Kesehjateraan Psikologis yang baik

Jenis yang paling sedikit ditemui adalah Balanophora dioica yang hanya tersebar di dua lokasi di Gunung Talang, Pada penelitian ini jenis yang hanya di temukan