• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Oktober 2013 pukul WIB. pukul WIB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Oktober 2013 pukul WIB. pukul WIB"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Penjelasan dan Pengertian Judul I.1.1 Pengertian Rumah

Rumah secara fisik berarti suatu bangunan tempat kembali dari berpergian, bekerja, tempat tidur dan beristirahat memulihkan kondisi fisik dan mental yang letih dari melaksanakan tugas sehari-hari. Secara psikologis, rumah berarti tempat untuk tinggal dan untuk melakukan hal-hal tersebut diatas, yang tentram, damai, menyenangkan bagi penghuninya. Rumah dalam pengertian psikologis ini lebih mengutamakan situasi dan suasana daripada kondisi dan keadaan fisik rumah itu sendiri. Sedangkan secara umum, rumah dapat diartikan sebagai tempat untuk berlindung atau bernaung dari pengaruh keadaan alam sekitarnya. (Akbar, 2012) 1

I.1.2 Pengertian Rumah Susun

Menurut Undang-Undang no 16 tahun 1985 tentang Rumah Susun, Rumah Susun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horisontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah terutama untuk tempat hunian yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama dan tanah bersama. (Archie-qu, 2008)2

I.1.3 Pengertian Rumah Susun Sederhana Sewa

Rumah Susun Sederhana Sewa atau sering disingkat dengan Rusunawa memiliki pengertian yaitu bangunan bertingkat yang dibangun dalam satu lingkungan temmpat hunian yang memiliki WC dan dapur yang menyatu, dengan cara membayar sewa tiap bulannya kepada pengembangnya (Universitas Bina Nusantara, 2012).3

I.1.4 Pengertian Arsitektur Bioklimatik

Arsitektur Bioklimatik merupakan konsep arsitektur yang mengarahkan sang arsitek untuk melakukan pendekatan terhadap lingkungannya sehingga dapat mendapatkan penyelesaian desain dengan memperhatikan hubungan antara bentuk arsitektur dengan lingkungannya dalam kaitannya dengan iklim daerah tersebut. Dan

1

http://rizkikhaharudinakbar.blogspot.com/2012/11/pengertian-rumah-fungsi-dan-syarat.html, diakses pada 7 Oktober 2013 pukul 16.46 WIB

2 http://archie-qu.blogspot.com/2008/11/pengertian-rusun.html , diakses pada 7 Oktober 2013 pukul 14.50 WIB

3

http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00647-sp%202.pdf, diakses pada 7 Oktober 2013, pukul 17.01 WIB

(2)

2 pada akhirnya bentuk desain yang dihasilkan oleh arsitek tersebut dipengaruhi oleh budaya setempat, dan hal ini mempengaruhi ekspresi arsitektur yang ditampilkan oleh suatu bangunan dan mengurangi ketergantungan karya arsitektur terhadap sumber-sumber energi yang dipengaruhi. (Archiholic99danoes, 2011)4

I.1.5 Pengertian Rumah Susun Sederhana Sewa dengan Pendekatan Arsitektur Bioklimatik

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa rumah susun sederhana sewa dengan pendekatan arsitektur bioklimatik merupakan gedung bertingkat yang dibangun dalam satu lingkungan yang dibagi-bagi menjadi unit-unit kecil yang berfungsi sebagai tempat tinggal dan memiliki ruang-ruang komunal bersama, yang dirancang dengan sedemikian rupa dengan penekananan arsitektur bioklimatik sehingga bangunan tersebut memiliki hubungan dengan lingkungannya sendiri serta iklim dan budaya di daerah tersebut.

I.2 Latar Belakang Permasalahan

I.2.1 Cakung, Jakarta Timur sebagai Salah Satu Wilayah dengan Jumlah Penduduk Terbanyak di Jakarta

Berdasarkan hasil dari sensus penduduk yang dilakukan oleh Statistik (BPS) DKI Jakarta, wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur merupakan wilayah dengan jumlah penduduk terbanyak di DKI Jakarta (Lintas Jakarta Timur, 2010)5. Jumlah penduduk Jakarta Timur adalah 2.687.027 orang dengan pertumbuhan penduduk sebesar 0,37% per tahun. Kecamatan Cakung merupakan kecamatan di Jakarta Timur yang memiliki penyebaran penduduk terbesar sebanyak 18,73% (Penduduk & Tenaga Kerja).6

I.2.2 Rencana Relokasi Masyarakat Bantaran Rel K.A oleh Pemerintah DKI Jakarta ke Wilayah Duren Sawit

Kaum masyarakat berpenghasilan menengah-kebawah tumbuh ssebagai pencetus kawasan kumuh di Cakung. Mereka menempati bantaran rel kereta api yang seharusnya tidak boleh digunakan.

4

http://archiholic99danoes.blogspot.com/2011/05/arsitektur-bioklimatik.html, diakses pada 6 Otober 2013 pukul 14.40

5

http://lintasjaktim.blogspot.com/2010/09/penduduk-jaktim-terbanyak-di-dki.html, diakses pada 7 Oktober 2013 pukul 18.03 WIB

6

(3)

3 Berdasarkan UU No. 13/1992 tentang Perkeretaapian dijelaskan bahwa kawasan selebar 23 meter dari poros rel merupakan daerah lindung. Kawasan lindung dapat berupa jalur hijau dan lahan untuk perlengkapan kereta api. (Sari)7 Meski peraturan tersebut sudah jelas-jelas menerangkan tentang sempadan rel kereta, tapi dikarenakan tingginya harga tanah di daerah Duren Sawit, maka mereka menempati bantaran rel kereta dan dijadikan kawasan kumuh padat penduduk. Berupa rumah petakan yang biasanya ditempati oleh para buruh cuci, supir taksi, bajaj dll yang mayoritas berpenghasilan menengah kebawah.

Gambar 1. 1Kondisi Bantaran Rel untuk Rel Ganda

Sumber : Dokumentasi Penulis, 2013

Belum lagi dengan adanya rencana pembangunan rel ganda pada rel kereta api di kecamatan Cakung, seperti mengharuskan masyarakat bantaran rel kereta api untuk pindah dan mengosongkan daerah bantaran rel tersebut. Rencana tersebut juga didukung dengan Pasal 662 Bab XXIII dalam Rencana Rinci Tata Ruang Wilayah Kecamatan Cakung yakni, mempertahankan RTH yang sudah ada dan mengembalikan fungsi RTH khususnya di bantaran sungai, pinggiran Jalan Rel kereta api yang dijadikan permukiman kumuh (Bagian-Keempat-Rencana-Pola-Ruang-Wilayah-Kecamatan-Duren-Sawit). 8

Dengan difasilitasi dengan sarana transportasi yang cukup lengkap, seperti angkutan umum kota, bus kota, trans Jakarta maupun kereta api dalam (commuter line) maupun luar kota, membuat Duren Sawit menjadi wilayah yang sedang

7

http://library.um.ac.id/free-contents/index.php/pub/detail/karakteristik-jalur-hijau-di-kawasan-sempadan-rel-kereta-api-kota-malang-shinta-ayu-mariana-sari-58995.html, diakses pada 9 Oktober 2013, puku 09.50 WIB 8

http://id.scribd.com/doc/68834985/28/Bagian-Keempat-Rencana-Pola-Ruang-Wilayah-Kecamatan-Duren-Sawit diakses pada 9 Oktober 2013, pukul 10.08 WIB

(4)

4 berkembang dengan ditandai banyaknya perumahan-perumahan baru maupun fasilitas komersil baru.

I.2.3 Rencana Pembangunan Rumah Susun oleh Pemerintah DKI Jakarta di Wilayah Duren Sawit

Keberadaan tanah yang langka, dan harga tanah yang tinggi menjadikan salah satu faktor utama lingkungan kumuh yang ada di Jakarta. Sampai saat ini, pembangunan rumah susun menjadi solusi yang cukup tepat untuk menghilangkan lingkungan kumuh tersebut. Pembangunan rumah susun di Jakarta saat ini sudah berkembang pesat, dan dijadikan sebagai salah satu program kerja utama pemerintah DKI Jakarta. Menurut Menteri Perumahan Rakyat, Djan Fariz, pembangunan rusun pada tahun 2014 sebanyak 300 twin block rumah susun sewa termasuk dalam program prioritas kementrian yang bertujuan untuk mengoptimalkan kesejahteraan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) yang belum mampu membeli rumah, dan menempati hunian yang layak. (Metro TV News, 2013)9

Seperti yang diungkapkan PT. Lenggogeni dalam Indikasi Program Pengembangan Duren Sawit pada Penyusunan Naskah Akademis dan Raperda Rencana Detail Tata Ruang (RTRW) Jakarta Timur, salah satu kegiatan dalam sektor permukiman yakni Pembangunan dan Peningkatan Rumah Susun di wilayah Duren Sawit (RDRT-BAB-3-DRAFT-A3-TIMUR-3).10

I.2.4 Pentingnya pendekatan Arsitektur Bioklimatik dalam Merancang Rusunawa

Kualitas lingkungan kota yang sudah tinggi dengan tingkat pencemaran udara dan naiknya temperatur suhu bangunan menjadi salah satu pemicu untuk membuat bangunan yang ramah terhadap lingkungannya. Arsitektur Bioklimatik ini memberikan prinsip-prinsip desain yang kontekstual dengan lingkungannya dan mengajarakan untuk peka terhadap isu-isu energi dan lingkungan. Dalam pengembangan desainnya, bangunan menengah-tinggi sekelas Rumah Susun sering kali mengabaikan aspek-aspek hemat energi dalam desainnya. Cenderung menggunakan teknologi-teknologi yang nantinya akan memicu masalah baru nantinya.

9

http://www.metrotvnews.com/metronews/read/2013/10/24/2/190287/Tahun-Depan-Kemenpera-Bangun-300-Twin-Block-Rusunawa- diakses pada 1 November 2013, pukul 6.24 WIB

10

http://id.sribcd.com/68831114/RDRT-BAB-3-Draft-A3-Timur-3, diakses pada 3 Oktober 2013 pukul 11.14 WIB

(5)

5 Dengan menggunakan arsitektur bioklimatik dalam rusunawa, rusunawa yang dihasilkan dapat berbiaya lebih murah dari rusunawa yang lain mengingat pengguna dari rusunawa ini sendiri nantinya merupakan masyarakat dengan kelas ekonomi kebawah. Rusunawa yang murah didapatkan karena bangunan ini meminimalisirkan penggunaan teknologi mahal dan memanfaatkan potensi serta keadaan alam sekitarnya yang dapat digunakan menggantikan teknologi mahal dalam bangunan.

Oleh karena itu, diperlukannya perancangan bangunan menengah-tinggi Rusunawa yang menerapkan prinsip Arsitektur Bioklimatik sebagai wujud dari arsitektur peduli dan ramah lingkungan.

I.3 Rumusan Permasalahan

 Tingginya tingkat kepadatan penduduk diwilayah Duren Sawit, Jakarta Timur karena tingginya harga tanah dan kesediaan lahan yang sedikit.

 Tempat tinggal penduduk yang tidak layak huni karena berupa rumah petakan yang berdempet-dempetan dan padat sehingga tidak memenuhi standar hidup. Hal ini disebabkan karena kondisi ekonomi.

 Kerusakan kualitas lingkungan di wilayah perkotaan yang disebabkan oleh tingkat pencemaran udara dan naiknya temperatur suhu lingkungan.

I.3.1 Masalah Umum

Bagaimana merencanakan dan merancang Rumah Susun Sederhana Sewa untuk kalangan bawah yang mampu mengakomodasikan kebutuhan dan gaya hidup penggunanya?

I.3.2 Masalah Khusus

Bagaimana merancang Rumah Susun Sederhana Sewa yang ramah lingkungan dengan pendekatan Arsitektur Bioklimatik?

I.4 Tujuan

I.4.1 Tujuan Umum

Mendapatkan landasan konseptual perencanaan dan perancangan Rumah Susun Sederhana Sewa yang menuntut kesesuaian antara desain dan kebutuhan penggunanya.

I.4.2 Tujuan Khusus

Mengetahui unsur-unsur arsitektur bioklimatik yang dapat dijadikan landasan perancangan rumah susun sederhana sewa.

(6)

6

I.5 Sasaran

I.5.1 Sasaran Umum

a. Identifikasi karakteristik pengguna

b. Identifikasi masalah pada tipologi bangunan sejenis

c. Identifikasi fungsi-fungsi yang akan dimasukkan sesuai dengan kebutuhan pengguna. d. Identifikasi jenis, jumlah dan besaran ruang dalam bangunan

e. Identifikasi site dan lingkungan melalui analisa lingkungan dan pemilihan site f. Identifikasi RDRT dan RTRW wilayah Duren Sawit, Jakarta Timur

I.5.2 Sasaran Khusus

a. Identifikasi semua potensi dan masalah pada lokasi yang ditentukan

b. Melakukan analisa dan pendekatan konsep arsitektur bioklimatik dalam kaitannya dengan desain bangunan rusunawa.

c. Mengaplikasikan konsep arsitektur bioklimatik pada rumah susun sewa sederhana.

I.6 Lingkup Pembahasan I.6.1 Arsitektural

a. Tata Ruang Luar

 Orientasi tapak dan pola akses

 Tata Gubahan massa

 Bentukkan massa

 Tata Lansekap Lahan

 Fasilitas pendukung di ruang luar

 Suasana yang akan terbentuk b. Tata Ruang Dalam

 Jenis, jumlah, dan besaran ruang

 Hierarki dan konfigurasi ruang

 Sirkulasi ruang dalam

 Tata interior dan fasilitas pendukungnya

 Suasana yang terbentuk pada ruangan

I.6.2 Non-Arsitektural

a. Identifikasi site dan lingkungan

(7)

7 c. Identifikasi karakter kegiatan

I.7 Metode Pembahasan I.7.1 Teknik Pencarian Data

a. Studi Literatur

Mencari data maupun informasi baik yang berasal dari buku literatur, maupun sumber internet yang menerangkan landasan teori dan tandar-standar mengenai rusunawa dan arsitektur bioklimatik, serta tata ruang dalam maupun luar khususnya yang berhubungan dengan perancangan bangunan rumah susun sewa sederhana. b. Wawancara dengan Warga Bantaran Rel Kereta Api untuk mendapatkan informasi

tentang :

 Kebutuhan-kebutuhan baik arsitektural maupun non arsitektural warga yang akan diaplikasikan pada rumah susun sederhana sewa nantinya.

 Karakteristik dan kebiasaan-kebiasaan warga bantaran rel kereta api. c. Studi Kasus sebagai Pembanding

Studi kasus baik secara teoritis, diskusi dengan pihak terkait, asistensi, juga mencari di internet yang menerangkan mengenai rumah susun khususnya rumah susun sederhana sewa dan melakukan komparasi dengan bangunan sejenis

d. Observasi/Pengamatan

Dilakukan dengan melihat dan mengamati secara langsung situasi dan kondisi site di daerah Duren Sawit, Jakarta Timur. Mendokumentasikannya sehingga dapat lebih menguatkan konsep dan data-data yang diperlukan.

I.7.2 Teknik Analisis

Melakukan analisa dari bahan-bahan (input) yang sudah didapat melalui studi literatur, studi kasus, maupun studi lapangan. Kemudian mengambil prinsip-prinsip, persyaratan bangunan, standar-standar, dan aplikasinya untuk didialogkan dengan hasil analisa.

I.7.3 Teknik Sintesis dan Perumusan Konsep Perencanaan dan Perancangan

Melakukan pendekatan (sintesis) konsep perencanaan dan perancangan arsitektur melalui hasil analisis kemudian merumuskan konsep perencanaan dan perancangan bangunan komersial dengan pendekatan arstiektur bioklimatik.

(8)

8

I.8 Sistematika Penulisan BAB I Pendahuluan

Berisi tentang penjelasan judul, latar belakang permasalahan, rumusan permasalah baik umum maupun khusus, tujuan dan sasaran baik umum maupun khusus terkait dengan hal-hal perancangan, metode pembahasan dan sistematika pembahasan.

BAB II Kajian Pustaka & Lapangan

Tinjauan pustaka aspek-aspek Rusunawa, berisi definisi, prinsip-prinsip, syarat-syarat, kebijakan, peraturan pemerintah mengenai Rusunawa, dan studi kasus terhadap rumah susun khususnya rumah susun sederhana sewa di Indonesia serta teori arsitektur bioklimati dan studi kasus mengenai bangunan yang menggunakan arsitektur bioklimatik.

BAB III Analisa dan Pendekatan Konsep Perencanaan dan Perancangan

Analisa pendekatan konsep perencanaan dan perancangan arsitektur bioklimatik, berisi definisi, prinsip-prinsip, dan aplikasi arsitektur bioklimatik terhadap bangunan rusunawa, serta penjelasan mengenai site, berisi analisa site dan pemilihan lokasi berdasarkan peraturan-peraturan pemerintah.

BAB IV Perumusan Konsep Perencanaan dan Perancangan

Konsep-konsep dasar perencanaan dan perancangan yang melandasi desain rusunawa.

(9)

9

I.9 Keaslian Penulisan

Tabel 1. 1 Keaslian Penulisan

No Judul Substansi Perbedaan

1 Rusunawa Di Jakarta, Aplikasi Eko-Desain pada Bangunan Tinggi

Penulis : Zahmi Afrizal,

Tugas Akhir, Teknik Arsitektur Universitas Gadjah Mada, 2007

 Penekanan desain yang menggunakan konsep Eko-Arsitektur

 Latar belakang rumah susun karena semakin berkembangnya mendorong masyarakat berpenghasilan menengah-bawah tinggal di kawasan pinggiran kota yang jauh dari tempat kerja dan membuhkan biaya transportasi yang lebih.

 Latar belakang proses perancangan

 Pendekatan perancangan

2. Rusunami di Pondok Bambu dengan Pendekatan Ecodesign

Penulis : Astungkara Handyan Adhyatmakasukha

 Pengaplikasian ecodesign dalam rumah susun  Pendekatan desain bangunan

 Sistem kepemilikan bangunan

3 Rumah Susun Penekanan Ecological Design Menuju Hunian Sehat

Penulis : Vandelo Diva Sinaga, Tugas Akhir, Teknik Arsitektur Universitas Gadjah Mada, 2008

 Pengaplikasian ecodesign dalam rumah susun  Pendekatan desain bangunan

(10)

10 Dengan Konsep Kampung Vertikal

Ekologis

Penulis : Shinta Rakhmawati, Tugas Akhir, Teknik Arsitektur, Universitas Gadjah Mada, 2011

pembangunan rumah susun dengan sistem kampung

 Latar belakang proses perancangan

5 Rumah Susun Sewa Untuk Para Pekerja di Jalan Laksda Adi Sutjipto Yogyakarta dengan Pendekatan Arsitektur Bioklimatik

Penulis : Dyah Puspitaningrum, Tugas Akhir, Teknik Arsitektur, Universitas Gadjah Mada, 2010

 Pembangunan dengan latar belakang banyakanya pekerja di Jalan Adi Sutjipto yang membutuhkan adanya rumah susun.

 Pengaplikasian arsitektur bioklimatik dalam pembangunan rumah susun.

 Latar belakang proses perancangan

(11)

11

Gambar

Gambar 1. 1Kondisi Bantaran Rel untuk Rel Ganda  Sumber : Dokumentasi Penulis, 2013
Tabel 1. 1 Keaslian Penulisan

Referensi

Dokumen terkait

Keywords: Meaning of Logo; Ministry of State Owned Enterprises; Corporate Rebranding; Semiotics Abstrak - Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui makna yang terkandung

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa knalpot sepeda motor Honda New Mega Pro tahun perakitan 2008 yang menggunakan metallic catalytic

bahwa sesuai hasil rapat Tim Anggaran Pemerintah Kabupaten Tapin dan berdasarkan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 ayat (8) Peraturan Menteri Dalam

Kiranya ibadah ini menjadi pertemuan, perayaan dan pengucapan syukur yang berkenan kepada Tuhan, dan membuat kita menjadi teladan dalam menghadirkan damai

Peserta yang berasal dari provinsi di luar pulau Jawa, dapat menggunakan transportasi udara kelas ekonomi, biaya perjalanan akan diganti setelah selesai kegiatan

Pada kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini, telah diselenggarakan pelatihan bagi guru dan siswa untuk menggunakan Google Classroom dalam rangka mendukung proses

Keputusan yang dibuat oleh Menteri Kehutanan Republik Indonesia telah memenuhi ketentuan Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas

Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau seperangkat