• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN ANTROPOLOGIS MUSEUM TERBUKA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KAJIAN ANTROPOLOGIS MUSEUM TERBUKA."

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN ANTROPOLOGIS

MUSEUM TERBUKA

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Sains pada

Program Studi Antropologi Sosial

Oleh: SURATNO

NIP: 8106152019

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

(4)

i

ABSTRAK

SURATNO

: K

ajian Antropologis Museum Terbuka. Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan 2013.

(5)

ii

ABSTRACT

SURATNO

: An Anthropological Study on Open Air Museum. Postgraduate program the state university of Medan 2013.

(6)

KATA PENGANTAR

Syukur Alahmmdulillah saya ucapkan kehadirat Allah Swt, atas kesehatan dan kesempatan yang diberikan kepada saya sehingga tesis saya berjudul: “KAJIAN ANTROPOLOGIS MUSEUM TERBUKA” selesai disusun.

Kajian Antropologis Museum Terbuka merupakan konsep baru di Sumatera Utara oleh karena itu saya pilih karena sesuai dengan studi yang saya ambil yakni Program Studi Antropologi Sosial Konsentrasi Pariwisata Budaya dan juga nantinya akan menjadi sumbangan berarti bagi Pemerintah Daerah dalam mengembangkan industri pariwisatanya.

Menyelesaikan tesis ini bukanlah hal yang mudah menurut saya mengingat : (1) lokasi penelitian tersebar di sepuluh Kabupaten dan Kota, (2) sulitnya mendapatkan referensi tentang Museum Terbuka, (3) adanya kesibukan lain saya dan dengan izin Allah Swt jugalah maka tesis ini selesai disusun.

Sebagai manusia saya menyadari bahwa penulisan tesis ini tidak akan selesai tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Karena itu sudah sepantasnya saya mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu saya secara moril maupun materil. Di antaranya adalah:

1. Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi yang telah memberikan bantuan beasiswa BPPS kepada saya,

2. Prof. Dr. Bungaran Antonius Simanjuntak M.Si selaku Pembimbing I yang telah sabar dalam membimbing saya dari mulai menentukan isu penelitian, menentukan judul, penyusunan proposal tesis sampai penyusunan tesis,

(7)

4. Prof.Dr. Usman Pelly, M. Si, Prof. Dr. Robert Sibarani, M. Si dan Dr. Hidayat M.Si selaku Dosen Penguji yang telah memberikan saran-saran dimulai dari Proposal Tesis sehingga menjadi Tesis,

5. Direktur Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan dan seluruh jajarannya, 6. Dr. Phil. Ichwan Azhari M.S. selaku Ketua Program Studi Antropologi

Sosial,

7. Dr. Hidayat M. Si. selaku Sekretaris Program Studi Antropologi Sosial,

8. Seluruh Dosen Pengampu Mata Kuliah di Program Studi Antropologi Sosial,

9. Seluruh rekan angkatan 2010 di Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan khususnya Program Studi Antropologi Sosial,

10.Teristimewa istri tercinta Dra. Yusmaniar atas do’a, dukungan dan segala pengorbanan yang tidak pernah berhenti, buat ananda Ahmad Azmi, Azizurahman dan Widya Putri Khairani yang menjadi sumber inspirasi sekaligus sumber motivasi selama studi,

11.Ibunda yang telah memberi dukungan dan do’a selama penulis studi di Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan,

12.Buat seluruh keluarga yang secara langsung maupun tidak langsung turut mendukung penulis.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan untuk itu diharapkan kritik maupun saran membangun demi kesempurnaan tesis ini. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih dan semoga tesis ini bermanfaat.

Medan, 19 Pebruari 2013

(8)

iv

(9)
(10)

vi

4.3.4. Fungsi Museum Terbuka di Medan ... 107

4.3.4.1. Museum Terbuka Kawasan Perkotaan Medan ... 107

4.3.5. Fungsi Museum Terbuka di Kota Tebing Tinggi ... 109

4.3.5.1. Museum Terbuka Kawasan Perkotaan Tebing Tinggi .. 109

4.3.6. Fungsi Museum Terbuka di Kabupaten Tapanuli Tengah ... 109

4.3.6.1. Museum Terbuka Situs Makam Kuno ... 109

4.3.7. Fungsi Museum Terbuka di Kabupaten Samosir ... 110

4.3.7.1. Museum Terbuka Pulau Samosir ... 110

4.3.8. Fungsi Museum Terbuka di Kabupaten Nias Selatan .... 112

4.3.8.1. Museum Terbuka Desa Bawomataluo ... 112

4.3.9. Fungsi Museum Terbuka di Kabupaten Padang Lawas Utara ... 112

4.3.9.1. Museum Terbuka Situs Candi ... 112

4.3.10. Fungsi Museum Terbuka di Kabupaten Simalungun ... 113

4.3.10.1. Museum Terbuka Rumah Bolon ... 113

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 116

5.1. Kesimpulan : ... 116

5.1.1. Kesimpulan Faktual ... 116

5.1.2. Kesimpulan Konsep ... 119

5.2 Saran ... 120

DAFTAR PUSTAKA ... 123

LAMPIRAN ... 127

(11)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Istilah atau nama museum sudah sangat dikenal oleh rakyat Indonesia

termasuk oleh rakyat yang ada di Sumatera Utara. Secara umum mereka sudah

mengetahui bahwa museum merupakan tempat menyimpan atau memamerkan

benda-benda kuno peninggalan masa lalu.

Sekarang ini sudah ada bentuk atau jenis museum baru yang disebut

“Museum Terbuka”. Nama museum terbuka merupakan sesuatu yang baru

khususnya bagi masyarakat yang berdomisili di Provinsi Sumatera Utara.

Museum terbuka merupakan hal yang baru di Indonesia dan di Sumatera

Utara istilah museum terbuka diperkenalkan oleh Sitor Situmorang dalam

bukunya Pemikiran Orang Batak yang berbunyai; “ jika kita hendak mengawetkan

warisan budaya kuno Batak Toba, jelaslah bahwa pulau Samosir seolah sendirinya

sudah tersedia sebagai museum terbuka”.

Jika Pulau Samosir merupakan salah satu contoh Museum Terbuka maka

dapatlah diketahui adanya beberapa unsur yang melekat yaitu: (1) adanya unsur

budaya, contohnya adat-istiadat, kepercayaan, upacara adat/ritual adat, seni dll,

(2) adanya unsur alam, yakni pemandangan Danau Toba dan alam sekitarnya, (3)

adanya unsur benda-benda peninggalan masa lalu yang masuk dalam kategori

(12)

2

sosial budaya masyarakat dalam hal ini adalah nilai-nilai sosial dan budaya Batak

Toba, (5) adanya unsur daya tarik wisata, kesemua unsur-unsur yang ada akan

menjadi daya tarik wisata tersendiri bagi para wisatawan.

Keberadaan Museum Terbuka di Sumatera Utara masih merupakan

“misteri”. Mengapa demikian? Hal ini tidak lain karena Museum Terbuka belum

dikenal dan tidak populer walau sebenarnya ada.

Hampir semua penduduk di Sumatera Utara merasa asing dengan nama

Museum Terbuka, bahkan

petugas Perpustakaan Wilayah

di Brigjend Katamso Medan

juga tidak tahu akan nama

Museum Terbuka. Hal ini

diketahui saat penulis mencari

buku/jurnal/majalah tentang

Museum Terbuka dan mereka

balik bertanya; “Pak apa ada

Nuseum Terbuka?” isi dialog

ini makin memperkuat bahwa

Museum Terbuka belum

dikenal di Sumatera Utara.

Ketidaktahuan petugas

perpustakaan tersebut tentang

Gambar 1.1 : Tugu Lumbini, di Kabupaten Karo.(koleksi pribadi)

Gbr 1.2 Pagoda di dalam Taman Alam Lumbini, koleksi

(13)

3

Museum Terbuka diperkuat lagi oleh pendapat beberapa warga Sumatera Utara

yang penulis temui di Taman Alam Lumbini saat melakukan pra riset.

Disengaja atau tidak

sebenarnya sudah menjadi

kewajiban Pemerintah Daerah

untuk menemukan sekaligus

memperkenalkan Museum

Terbuka kepada semua lapisan

masyarakat Sumatera Utara khususnya dan seluruh rakyat Indonesia pada

umumnya. Lalu munculah pertanyaan; mengapa hal ini terjadi? Untuk menjawab

ini bukanlah semudah

membalikan telapak

tangan, karena akan melibatkan berbagai pihak terkait mulai dari Pemerintah

Daerah dalam hal ini Dinas Pariwisata, pelaku industri pariwisata, para ahli di

bidang Museum

maupun Museum

Terbuka, dan juga

pihak-pihak terkait

lainnya.

Setelah melakukan

pra riset ke Taman

Alam Lumbini di kabupaten Karo maka penulis menduga bahwa taman tersebut

merupakan salah salah satu contoh dari Museum Terbuka di Sumatera Utara. Gbr 1.3 Patung Budha di salah satu sisi halaman taman, sumber gambar.

(14)

4

Dugaan penulis didukung dengan adanya beberapa unsur yang ada di taman

tersebut. Adapun unsur-unsur tersebut antara lain adalah: (a) bentuk bangunan;

model bangunan memiliki ciri-ciri tersendiri yang diadopsi dari negara Thailand

yang di Indonesia belum ada sebelumnya, (b) adanya berbagai jenis patung di

halaman taman tersebut, (c) adanya lingkungan alam di sekitar taman, (d) sebagai

tempat ibadah bagi umat yang beragama Budha, (e) adanya pengelolaan atau

manajemen atas Taman Alam Lumbini. Walau sudah memiliki ciri-ciri sebagai

museum terbuka tetapi hal ini masih harus dilakukan penelitian lebih lanjut untuk

membuktikannya.

Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi di Pulau Sumatera,

Indonesia yang terletak pada 1° - 4° Lintang Utara dan 98° - 100° Bujur Timur,

dengan luas daratan 71.680 km²

Medan adalah ibu kota Provinsi Sumatera Utara dan juga merupakan pusat

kantor pemerintahan dan pusat bisnis karena Medan adalah kota terbesar ke-3 di

Indonesia.

Dikelilingi dengan sumber daya alam tropis yang kaya, Sumatera Utara

memiliki panorama spektakuler, Bukit Barisan yang terbentang dari Aceh hingga

ujung pulau Sumatera, hutan hujan tropis di Taman Nasional Gunung Leuser dan

Danau Toba, danau terbesar di dunia yang merupakan danau vulkanik dengan

ukuran panjang 100 kilometer dan lebar 30 kilometer. Di tengah danau ini

terdapat sebuah pulau vulkanik yaitu Pulau Samosir yang berada pada ketinggian

(15)

5

Danau Toba sejak lama menjadi daerah tujuan wisata penting di Sumatera

Utara selain Bukit Lawang dan Nias, bagi wisatawan domestik maupun

mancanegara.

Letaknya yang relatif dekat dengan Malaysia dan Singapura membuat

propinsi ini menjadi tujuan yang populer bagi wisatawan mancanegara.

Sumatera Utara terus berkembang sebagai Daerah Tujuan Wisata (DTW)

olah raga alternatif, seperti arung jeram, kayak arus deras, selancar, sepeda

gunung, menyelam dan lainnya. (sumber: www.northsumatratourism.info)

Provinsi Sumatera Utara terbagi dalam 33 kabupaten dan kota serta

banyak terdapat bangunan atau benda-benda peninggalan bersejarah yang menurut

UU No: 5 Tahun 1992 dan UU No: 11 Tahun 2010 disebut dengan Benda Cagar

Budaya dengan demikian maka Provinsi ini banyak memiliki potensi Museum

Terbuka.

Saat ini Pemerintah Provinsi Sumatera Utara disengaja atau tidak

sepertinya masih belum mampu mengelola dengan baik Museum Terbuka yang

ada di provinsi ini, padahal potensi ini dapat mendorong dan menggairahkan

industri pariwisata.

Pengertian Museum Terbuka secara baku belum ada di Indonesia. Yang

ada adalah pengertian museum. Pengertian museum menurut ICOM (Internasional

Council Of Museums) sebagaimana dikutip M. Amir Sutarga, museum adalah

(16)

6

masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum, yang mengumpulkan,

merawat, mengkomunikasikan dan memamerkan, untuk tujuan-tujuan studi,

pendidikan dan kesenangan, bukti-bukti material manusia dan lingkungannya, (

Sutarga,1991,3).

Dalam PP No. 19 tahun 1995 tentang Pemeliharaan dan Pemanfaatan

Benda Cagar Budaya, BAB I pasal 1 ayat 1 disebutkan museum adalah lembaga ,

tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan, dan pemanfaatan benda-benda

bukti materiil hasil budaya manusia serta alam dan lingkungannya guna

menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa.

Sejauh ini di Sumatera Utara dan bahkan mungkin di Indonesia belum ada

buku yang secara khusus membicarakan tentang Museum Terbuka.

Cecep Sukmana RS dalam Studi Tugas Akhir yang berjudul Museum Seni

& Budaya Jawa Barat pada BAB II Tinjauan Terhadap Museum memberikan

pengertian Museum Terbuka. Menurutnya;” Museum Terbuka adalah museum

yang mengambil tempat pameran di alam terbuka dan hanya memanfaatkan

bangunan untuk administrasi, service dan gedung penyimpanan”, (Cecep; 2006;9).

Dengan berpedoman kepada Taman Alam Lumbini sebagai contoh

Museum Terbuka maka saya berpendapat Museum Terbuka adalah museum yang

keberadannya di tempat terbuka, adanya perpaduan unsur-unsur buatan atau

ciptaan manusia dan unsur-unsur ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.

Museum Terbuka sebagai obyek wisata yang baru memiliki potensi dan

(17)

7

kelebihan-kelebihan antara lain: (1) tidak ada gedung atau ruangan khusus;

museum terbuka tidak memiliki gedung khusus dan jika ada gedung maka gedung

tersebut menjadi bagian ataupun koleksi dari museum terbuka, (2) berada di alam

terbuka; keberadaan museum terbuka adalah di tempat terbuka dengan demikian

tempat museum ini bukan di dalam gedung tetapi di tempat terbuka, (3) berkaitan

dengan benda atau bangunan peninggalan masa lalu; museum terbuka tidak dapat

dipisahkan dengan benda-benda ataupun bangunan peningalan pada masa lalu

yang kalau menurut UU No. 5 Thn 1992 Tentang Benda Cagar Budaya dan UU

No. 11 Thn 2010 Tentang Cagar Budaya usia benda ataupun bangunan berusia

sekurang-kurangnya 50 tahun, (4) adanya perpaduan antara buatan manusia

dengan buatan Tuhan; contoh koleksi Museum Terbuka hasil ciptaan manusia

adalah batu nisan, patung, bangunan rumah dll dan contoh buatan Tuhan antara

lain laut, hutan, danau, dll.

1.2.Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini ada 3 yaitu:

1) Bagaimanakah bentuk Museum Terbuka di Sumatera Utara?

2) Bagaimanakah pengelolaan Museum Terbuka?

3) Bagaimanakah fungsi Museum Terbuka?

1.3.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1) Untuk mendeskripsikan bentuk Museum Terbuka,

(18)

8

3) Untuk mendeskripsikan peran Museum Terbuka,

1.3. Fokus Penelitian

Menurut Spradley sebagaimana dikutip Sugiyono fokus penelitian merupakan

domain tunggal atau beberapa domain yang terkait dari situasi sosial,

(Sugiyono, 2011,209). Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian ini

adalah:

1) Bentuk Museum Terbuka,

2) Pengelolaan Museum Terbuka,

3) Fungsi Museum Terbuka; Fungsi Museum Terbuka: sebagai tempat

pendidikan, sebagai tempat penelitian, sebagai tempat pelestarian dan

sebagai tempat rekreasi dan manfaat sosial budaya: sebagai sumber

pendapatan bagi Pemerintah daerah, masyarakat, sebagai salah satu

penyedia lapangan pekerjaan, dll.

1.4.Manfaat Penelitian

Penelitian ini nantinya diharapkan dapat bermanfaat secara akademik dan

juga secara praktis. Secara akademik penelitian ini diharapkan bermanfaat

bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu permuseuman. Secara

praktis penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran

kepada pihak pelaku industri pariwisata dalam mengembangkan industri

(19)

117

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Dari hasil penelitian lapangan yang penulis lakukan di sepuluh Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Utara terdapat Museum Terbuka, sesuai dengan judul tesis ini dan kesimpulannya adalah:

5.1.1. Kesimpulan Faktual:

1. Museum Terbuka Museum Terbuka merupakan museum yang berada di tempat terbuka, koleksinya biasanya berkaitan dengan benda-benda atau barang-barang peninggalan masa lalu dan ada perpaduan hasil ciptaan Tuhan Tuhan Yang Maha Esa dan ciptaan manusia.

2. Lokasi Museum Terbuka di sepuluh kabupaten Kota di Sumatera Utara dapat dilihat di bawah ini:

Tabel 5.1 Lokasi Penelitin Kabupaten Kota

No. Kabupaten/Kota Kecamatan Desa/Kelurahan

1.

Langkat Wampu 1. Paya Tusam,

2. Stabat Lama Barat 2. Serdang Bedagai Pegajahan Pegajahan

(20)

118

6. Tapanuli Tengah Barus 1. Aek Dakka

2. Bukit pangan, 3. Bukit Hasang, 4. Penanggahan.

7. Samosir * Simanindo Tomok

8. Nias Selatan Fanayama Bawomataluo

9. Padang Lawas Utara Portibi Bahal

10. Simalungun 1. Purba, Pematang Purba

3. Berdasarkan penelitian lapangan Museum Terbuka ada beberapa bentuknya antara lain yaitu:

1) Museum Terbuka berupa permukiman teradisional menurut etnisnya dalam satu Dusun, contohnya: kampung Bali di Dusun Cipta Darma di Desa Paya Tusam dan Kampung Melayu di Dusun II Desa Stabat Lama Barat Kecamatan Wampu dan Kampung Melayu di Desa Klambir Lima Kampung Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang,

2) Museum Terbuka berupa kawasan permukiman teradisional dengan kawasan satu desa, contohnya: permukiman etnis Nias di Desa Bawomataluo, Kecamatn Fanayama, Kabupaten Nias Selatan.

(21)

119

Bahal I, II dan III di Desa Bahal, Kecamatan Portibi, Kabupaten Padang Lawas Utara.

4) Museum Terbuka berupa kawasan perkotaan contohnya kawasan Kesawan dan sekitarnya di Kota Medan .

5) Museum Terbuka berupa kawasan satu pulau contohnya pulau Samosir,Kabupaten Samosir.

6) Museum Terbuka berupa kompleks istana contohnya Rumah Bolon di Desa Pematang Purba, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun.

4. Sepuluh Pemerintah Kabupaten dan Kota di Sumatera Utara yang menjadi lokasi penelitian belum memiliki konsep tentang Museum Terbuka hal ini dapat dilihat dari belum dikeluarkannya Peraturan Daerah tentang Museum Terbuka.

5. Secara garis besar fungsi Museum Terbuka ada 4 yaitu:

1. Sebagai tempat pendidikan; maksudnya adalah Museum Terbuka dapat dijadikan tempat sekaligus media pendidikan bagi siswa dari tingkat TK sampai dengan tingkat Mahasiswa,

2. Sebagai tempat penelitian; yang dimaksud dalam hal ini yakni Museum Terbuka dapat dijadikan lokasi penelitian bagi mahasiswa, dosen, ilmuan, maupun lembaga-lembaga ilmu pengetahuan,

(22)

120

4. Sebagai tempat rekreasi; maksudnya yaitu Museum Terbuka menjadi tempat yang menarik untuk dikunjungi oleh wisatawan domestik maupun mancanegra. Saat Penulis melakukan ke Rumah Bolon banyak wisatwan mncanegra yang datang dan saat diwawancarai mereka bersaal dari Amerika Serikat, Belanda, dan dari Jepang.

5.1.2. Kesimpulan Konsep :

Museum Terbuka jika dikelola dengan baik akan memberikan manfaat pada bidang-bidang berikut:

1. Di bidang Pariwisata; Museum Terbuka akan memperkaya objek-objek wisata yang ada dan tidak tertutup kemungkinan akan menambah gairah industri pariwisata yang lagi mengalami kelesuan,

2. Untuk Karakter Bangsa; Museum Terbuka bisa menjadi salah satu alat atau media untuk membentuk karakter bangsa yakni berupa nilai-nilai cinta tanah air, bangsa dan negara, contohnya: jika kita berkunjung ke Pulau Samosir, maka kita melihat keindahan pemandangan di Samosir yang dikelilingi Danau Toba maka akan muncul dalam hati dan pikiran kita untuk melestarikannya supaya dapat dinikmati oleh generasi mendatang,

3. Untuk Infastruktur; dengan adanya Museum Terbuka maka akses jalan menuju loksi Museum Terbuka idealnya harus bagus,

(23)

121

akan berinteraksi dengan orang lain yang memiliki latar belakang sosial budaya berbeda dengan demikian maka masyarakat setempat akan dapat membandingkan bahwa nilai sosial budaya supaya nilai-nilai sosial budaya yang baik yang tetap dipertahankan dan dilestarikan sebagai salah satu kekayaan bangsa,

5. Secara Ekonomi; dengan adanya Museum Terbuka maka perekonomian masyarakat sekitar lokasi Museum Terbuka akan meningkat atau kehidupan masyarakat akan lebih sejahtera,

6. Secara Religi; dengan danya Museum Terbuka situs makam atau kuburan kuno maka setiap orang yang berkunjung akan bertambah keimanan dan keyakinannya kepada Allah Swt.

5.2. SARAN

1. Setiap Pemerintah Kabupaten dan Kota sudah saatnya untuk melestarikan bangunan-bangunan Cagar Budaya sebagai aplikasi dari dari UU No. 5 tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya dan UU No. 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya dengan mengeluarkan Peraturan Daerah.

(24)

122

sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD), (3) bagi pemuda/pemudi akan menjadi lapangan kerja sehingga mereka tidak perlu merantau ke kota besar untuk mencari pekerjaan.

3. Dalam melestarikan bangunan, gedung maupun situs bersejarah pihak Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota harus melibatkan semua pihak mulai dari unsur ilmuan, sejarawan, akademisi, praktisi, pemilik gedung atau bangunan bersejarah termasuk instansi BUMN ataupun Swasta.

4. Sudah saatnya setiap Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Kota mengeluarkan Perda. tentang Museum Terbuka untuk menambah koleksi objek wisata di daerahnya masing-masing dan sekaligus untuk menggairahkan industri pariwisata di Kabupaten Kota masing-masing khususnya dan di Sumatera Utara numumnya.

5. Setiap Kabupaten Kota harus memiliki tenaga-tenaga terlatih di bidang Permuseuman guna mengelola sekaligus mengembangkan bidang museum khususnya Museum Terbuka.

6. Pemerintah Kabupaten dan Kota dalam membangun hendaknya tetap melestarikan eksistensi bangunan ataupun gedung peninggalan bersejarah. 7. Sudah waktunya di Pulau Samosir dibngun bandara udara untuk pesawat kecil

(25)

123

cendra mata) dan (4) akan mempercepat peroses pengangkutan masuk dan keluarnya berbagai jenis barang perdagangan,

8. Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Kota bisa membuat Museum Terbuka, misalnya:

 Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai bisa membuat Museum Terbuka

di bekas lokasi MTQ tahun 2012 yang lalu tetapi menurut saya langkah pertama adalah memberdayakan kampung Bali di Pegajahan sebagai Museum Terbuka dengan mengeluarkan Perdanya.

 Pemerintah Kabupaten Deli Serdang bisa menjadikan Bumi Perkemahan

(26)

124

Causey, Andrew, 2006, DANAU TOBA Pertemuan Wisatawan dengan Batak Toba di Pasar Suvenir, Bina Media Perintis, Medan.

Daru Tjahjono, Baskoro, 2010, Memimpikan Museum Yang Menarik Pengunjung, BalainArkeologi Medan.

Damanik, Khairul Ikhwan dan kawan-kawan, 2010, Otonomi Daerah, Etnonasionalis dan Masa Depan Indonesia,Pustaka Obor, Jakarta.

Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Direktorat Museum, 2009, Museografia Majalah Ilmu Permuseuman Vol. III, Juli 2009,Departemen

Kebudayaan dan Pariwisata Direktorat Museum , Jakarta.

Dimyati, Edi, 2010, 47 Museum Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Departemn Pendidikan dan Kebudayaan,1995, Kamus besar Bahasa Indonesia, Balai pustaka, Jakarta.

Dewi Wanti, Irini, dan kawan-kawan, 2006, BARUS: Sejarah Maritim dan Peninggalan Di Sumatera Utara, Balai Kajian Sejarah Dan Nilai Tradisional, Banda Aceh.

Dirjen Kebudayaan Debdikbud, Jakarta,2000, Museografi dan Museologi, Proyek Pembinaan Permuseuman Direktorat Pendidikan Nasional, Jakarta

Dokumentasi dan Publikasi Subdirektorat Bagaimana Mendirikan Sebuah

Museum, Kepala Seksi Registrasi dan Dokumentasi Direktorat , Museum, Jakarta.

Ilham, 2009, Pengembangan Potensi Museum Sebagai Daya Tarik Wisata Budaya, Jurnal Kepariwisataan, Vol 1, 2009, AkPar. Makasar.

(27)

125

Rosdakarya, Bandung.

Margaretha Setianingsih, Rita,2010, Desartasi: Model Pengelolaan Ecomuseum Kawasan Padang Lawas Melalui Pemanfaatan Peninggalan

Budaya, Medan.

Milles, Matthew B. dan A. Michael Huberman, 1992, Analisis Data Kualitatif, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.

Noor, Juliansyah, 2010, Metode Penelitian (Skripsi, Tresis, Desartasi & Karya Ilmiah), Kencana , Jakarta.

Paardekooper, Roeland, 2012, the value of an Archeological Open-Air Museum is in its use Understnding Archeological Open-Air Museums and their Visitor, Sidestone Press, Leiden.

P. Koestoro, Lucas dan kawan-kawan,2001, BIARO BAHAL Selayang Pandang,. Maparasu, Medan.

PP No. 19 thn 1995 tentang Pemeliharaan dan Pemanfaatan Benda Cagar Budaya.

PDAM Tirtanadi, 2005, 100 Tahun Mengalirkan Air Kehidupan, USU Press.

P. Koestoro, Lucas dan kawan-kawan, 2001, BIARO BAHAL Selayang. Pandang, Maparasu, Medan.

P. Spradly, James, 2006, Metode Etnografi, Tiara Wacana, Yogyakarta

Pichard, Michel, 2006, BALI, Pariwisata Budaya dan Budaya Pariwisata (diterjemahkan oleh Jean Couteau dan Warih Wisatsana),

Arkeologi OnrustT, Museum Situs Kepurbakalaan

Banten Lama Dan Taman Mini Indonesia Indah, Tesis, FIB, UI.

(28)

126

Utara, SITUS CANDI DI PADANG LAWAS Tinggalan Arkeologi Masa Hindu- Buddha Di Kabupaten Padang Lawas Utara, Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara.

Ramadhan, Agus,1999,Perkembangan Permuseuman di Indonesia dari Pelita I-VI, Direktorat PermuseumanDitjen Kebudayaan Dedikbud,

Jakarta.

Situmorang, Sitor dalam B.A. Simanjuntak,2011, Kebudayaan Tradisional dan Pariwisata; Kasus Samosir Dalam Pemikiran TentangBatak, Yayasan Pustaka Obor, Jakarta.

Simanjuntak, Antonius Bungaran,2011, Pemikiran Tentang Batak, Yayasan Pustaka Obor, Jakarta.

---, 2009,Metode Penelitian Sosial,Bina Media Perintis, Medan.

Sugiyono, 2011,Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Alfabeta, Bandung.

Soedewo, Ery dan kawan-kawan,2010,PEREKAMAN PENINGGALAN SEJARAH BUDAYA ISLAM DI SUMATERA UTARA,Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara.

Suyanto, Bagong dan Kawan-kawan, 2011,Metode Penelitian Sosial edisiRevisi), Kencana, Jakarta.

Suratno dalam Bungaran Antonius Simanjuntak,2012, Konsep Pembangunan Danau Toba dalam Kosepku Membangun Bangso Batak,

Yayasan Pustaka Obor, Jakarta.

Tengku Lukman Sinar 1999, Informasi & Foto Bangunan-bangunan Yang Diusulkan Untuk Dilindungi, BWS.

UU Nomor 5 tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya.

UU Nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya.

Wahyu Oetomo, Repelita, 2011, Pemanfaatan dan Pengembangan Obyek Arkelologi di Padang Lawas dan Padang Lawas Utara

(29)

127

Wawan, Yogaswara, Kepala Seksi Dokumentasi dan Publikasi Subdirektorat Registrasi dan Dokumentasi dan Dokumentasi Direktorat Museum,

Bagaimana mendirikan Sebuah Museum,Jakarta.

Widadi, Zahir,2010, Peran Edukasi Museum/Studi Museum Batik di Pekalongan, (Tesis), Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Program ojStudi Magister Arkeologi, UI, Dep

Daftar Referensi Internet

jejakwisata.com, 2011, Museum alam terbuka museum-prasasti-sejarah, PDF

kebudayaanindonesia.net/.../arsitektur-istana-raja-simalungu

Ml.scribd.com/.../jbptunikompp-gdl-s1-2006-cecepsukmana ,rs. Studio tugas akhir Museum seni & budaya jawa barat

- archivera.blogspot.com, 2008, rumah-suku-melayu. langkat htm...

uttyorrith.blogspot.com/2011/01/tugas-kepariwisataan

www.diskusiskripsi.com/.tanpa tahun, skripsi-universitas-sumatera-utara, uumakalah | skripsi | tesis. Kumpulan makalah skripsi dan tesis ... Medan - wikipedia, the free encyclopedia.

www.aeom.org, 2007, open air museums – history, aeom association of european

www.newworldencyclopedia.org/entry/Open_air_museum

Gambar

Gambar 1.1 : Tugu Lumbini, di Kabupaten Karo.(koleksi pribadi)
Tabel 5.1 Lokasi Penelitin Kabupaten Kota

Referensi

Dokumen terkait

sitoplasma sebagai cadangan makanan dalam bentuk gula atau amilum, pada dinding sel.

Dari nilai absorbansi minyakterlihat bahwa minyak sebelum bleaching memiliki absorbansi sebesar 0,4616 sedangkan minyak dengan bleaching pada kondisi temperatur operasi

Menganggur adalah mereka yang tidak mempunyai pekerjaan dalam kurun waktu seminggu sebelum pencacahan dan sedang berusaha mencari pekerjaan dan ini mencangkup mereka yang

Menimbang, bahwa objek sengketa a quo diterbitkan oleh Tergugat selaku Pejabat Tata Usaha Negara yang menjalankan urusan pemerintahan di bidang pertanahan yang

dilakukan penelaahan lebih lanjut oleh staff 15 Komisi Yudisial 2016/SET.KY/VI/2012 25 Juni 2012 Usulan Peraturan Sekretaris Jenderal Komisi Yudisial tentang

RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN. TAHUN

Kemudian pengaturan terkait tempat yang tidak diperbolehkan untuk berjualan para Pedagang Kaki Lima (PKL) diatur dalam Peraturan Wali (PERWALI) Nomor 13

Prinsip kerja dari sistem ini adalah ketika terjadi suatu yang abnormal di dalam rumah baik itu kemalingan maupun asap yang tidak wajar, ada api, dan suhu