TUGAS MAKALAH TUGAS MAKALAH
P. EKONOMI PEMBANGUNAN P. EKONOMI PEMBANGUNAN
PENGANGGURAN DI KALANGAN MENENGAH KEBAWAH PENGANGGURAN DI KALANGAN MENENGAH KEBAWAH Disusun Oleh
Disusun Oleh Nama
Nama : Apriani : Apriani UliartaUliarta Kelasa Kelasa : : 2 2 DD DD O4O4 Npm Npm : : 3020816230208162 UNIVERSITAS GUNADARMA UNIVERSITAS GUNADARMA Kampus J Kampus J DAFTAR ISI DAFTAR ISI JUDUL JUDUL ……… i… i KATA
KATA PENGANTAR PENGANTAR ……… ……… iiii DAFTAR
DAFTAR ISI ISI ……… ……… iiiiii BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1
1.1 Latar Latar Belakang Belakang Masalah Masalah ……… ……… 11 1.2 Pembatas
1.2 Pembatas Masalah Masalah ………. ………. 22 1.3 Tujuan
1.3 Tujuan Penulisan Penulisan ………. ………. 33 1.4 Metode
1.4 Metode Penelitian Penelitian ……….. ……….. 33 1.5 Sistematika
1.5 Sistematika Penulisan Penulisan ……… ……… 44 BAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1
2.1 Bentuk, Bentuk, Devinisi Devinisi & & Pengertian Pengertian Pengangguran Pengangguran ………. ………. 66 2.2
2.2 Jenis Jenis Macam Macam Pengangguran Pengangguran ………. ………. 66 2.2.1
2.2.1 Pengangguran Pengangguran Frisiksional Frisiksional ……… …… 66 2.2.2
2.2.2 Pengangguran Pengangguran Struktural Struktural ……… ………… 66 2.2.3
2.2.3 Pengangguran Pengangguran Musiman Musiman ……… ………… 66 2.2.4
2.2.4 Pengangguran Pengangguran Siklikal Siklikal ……….. ………….. 66 BABA 3 PEMBAHASAN
BABA 3 PEMBAHASAN
3.1 Pengangguran Dapat dikelompokan Menurut Sumber & 3.1 Pengangguran Dapat dikelompokan Menurut Sumber & Penyebabnya
Penyebabnya ……… …… 77 3.1.1
3.1.1 Pengangguran Pengangguran Friksional Friksional ……….. …….. 88 3.1.2
3.1.2 Pengangguran Pengangguran Silikal Silikal ……… ……… 88 3.1.3
3.1.3 Pengangguran Pengangguran Struktual Struktual ……… ……… 88 3.1.4
3.1.4 Pengangguran Pengangguran Teknologi Teknologi ……… ……… 99 3.2 Pengangguran Dapat Juga dikelompokan Menurut Ciri
3.2 Pengangguran Dapat Juga dikelompokan Menurut Ciri Pengangguran
3.2.1
3.2.1 Pengangguran Pengangguran Terbuka Terbuka ……….. ………….. 99 3.2.2
3.2.2 Pengangguran Pengangguran Tersembunyi Tersembunyi ……… ……… 99 3.2.3
3.2.3 Pengangguran Pengangguran Musiman Musiman ………. …………. 1010 3.2.4
3.2.4 Pengangguran Pengangguran Setengah Setengah Menganggur Menganggur ……… ……… 1010 3.3
3.3 Masalah Masalah Pengangguran Pengangguran & & Krisis Krisis Sosial Sosial ………. …. 1111 BAB 4 PENUTUP BAB 4 PENUTUP 4.1 4.1 Kesimpulan Kesimpulan ………. …. 1212 4.2 4.2 Saran Saran ……… ……… 1212 1 1 BAB I BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1.1. Latar Belakang Masalah
Dalam indikator ekonomi makro ada tiga hal terutama yang menjadi pokok Dalam indikator ekonomi makro ada tiga hal terutama yang menjadi pokok
permasalahan ekonomi makro. Pertama adalah masalah pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan permasalahan ekonomi makro. Pertama adalah masalah pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan
ekonomi dapat dikategorikan baik jika angka pertumbuhan positif ekonomi dapat dikategorikan baik jika angka pertumbuhan positif
dan bukannya negatif. Kedua adalah masalah inflasi. Inflasi adalah indikator pergerakan dan bukannya negatif. Kedua adalah masalah inflasi. Inflasi adalah indikator pergerakan harga-harga barang dan jasa secara umum, yang secara bersamaan juga berkaitan dengan kemampuan harga barang dan jasa secara umum, yang secara bersamaan juga berkaitan dengan kemampuan daya beli. Inflasi mencerminkan stabilitas harga, semakin rendah nilai suatu inflasi berarti
daya beli. Inflasi mencerminkan stabilitas harga, semakin rendah nilai suatu inflasi berarti semakin besar adanya
semakin besar adanya
kecenderungan ke arah stabili
kecenderungan ke arah stabilitas harga. Namun masalah tas harga. Namun masalah inflasi tidak inflasi tidak hanya hanya berkaitan denganberkaitan dengan melonjaknya harga suatu barang dan jasa. Inflasi juga
melonjaknya harga suatu barang dan jasa. Inflasi juga
sangat berkaitan dengan purchasing power atau daya beli dari masyaraka. sangat berkaitan dengan purchasing power atau daya beli dari masyaraka. Sedangkan daya beli masyarakat sangat bergantung
Sedangkan daya beli masyarakat sangat bergantung kepada upah riil. Inflasi sebenarnya tidak kepada upah riil. Inflasi sebenarnya tidak terlalu bermasalah jika kenaikan harga dibarengi dengan
terlalu bermasalah jika kenaikan harga dibarengi dengan
kenaikan upah riil. Masalah ketiga adalah pengangguran. Memang masalah pengangguran telah kenaikan upah riil. Masalah ketiga adalah pengangguran. Memang masalah pengangguran telah menjadi momok yang begitu menakutkan khususnya di
menjadi momok yang begitu menakutkan khususnya di
negara-negara berkembang seperti di Indonesia. Negara berkembang seringkali dihadapkan negara-negara berkembang seperti di Indonesia. Negara berkembang seringkali dihadapkan dengan besarnya angka pengangguran karena sempitnya lapangan
dengan besarnya angka pengangguran karena sempitnya lapangan
pekerjaan dan besarnya jumlah penduduk. Sempitnya lapangan pekerjaan dikarenakan karena pekerjaan dan besarnya jumlah penduduk. Sempitnya lapangan pekerjaan dikarenakan karena
faktor kelangkaan modal untuk berinvestasi. faktor kelangkaan modal untuk berinvestasi.
Latar Belakang Masalah pengangguran itu sendiri tidak hanya terjadi di negara-negara Latar Belakang Masalah pengangguran itu sendiri tidak hanya terjadi di negara-negara
berkembang namun juga dialami oleh negara-negara maju. Namun masalah pengangguran di berkembang namun juga dialami oleh negara-negara maju. Namun masalah pengangguran di
negara-negara maju jauh lebih mudah terselesaikan daripada di negara-negara berkembang negara-negara maju jauh lebih mudah terselesaikan daripada di negara-negara berkembang karena hanya berkaitan dengan pasang surutnya business cycle dan bukannya karena faktor karena hanya berkaitan dengan pasang surutnya business cycle dan bukannya karena faktor kelangkaan investasi, masalah ledakan penduduk, ataupun masalah sosial politik di negara kelangkaan investasi, masalah ledakan penduduk, ataupun masalah sosial politik di negara tersebut. Melalui Makalah inilah saya mencoba untuk mengangkat masalah pengangguran tersebut. Melalui Makalah inilah saya mencoba untuk mengangkat masalah pengangguran dengan segala dampaknya di Indonesia yang
dengan segala dampaknya di Indonesia yang 2
2
menurut pengamatan saya sudah semakin
menurut pengamatan saya sudah semakin memprihatinkanmemprihatinkan terutama ketika negara kita terkena imbas
terutama ketika negara kita terkena imbas dari krisis ekonomi sejak tahundari krisis ekonomi sejak tahun 1997 .
3.2.1
3.2.1 Pengangguran Pengangguran Terbuka Terbuka ……….. ………….. 99 3.2.2
3.2.2 Pengangguran Pengangguran Tersembunyi Tersembunyi ……… ……… 99 3.2.3
3.2.3 Pengangguran Pengangguran Musiman Musiman ………. …………. 1010 3.2.4
3.2.4 Pengangguran Pengangguran Setengah Setengah Menganggur Menganggur ……… ……… 1010 3.3
3.3 Masalah Masalah Pengangguran Pengangguran & & Krisis Krisis Sosial Sosial ………. …. 1111 BAB 4 PENUTUP BAB 4 PENUTUP 4.1 4.1 Kesimpulan Kesimpulan ………. …. 1212 4.2 4.2 Saran Saran ……… ……… 1212 1 1 BAB I BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1.1. Latar Belakang Masalah
Dalam indikator ekonomi makro ada tiga hal terutama yang menjadi pokok Dalam indikator ekonomi makro ada tiga hal terutama yang menjadi pokok
permasalahan ekonomi makro. Pertama adalah masalah pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan permasalahan ekonomi makro. Pertama adalah masalah pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan
ekonomi dapat dikategorikan baik jika angka pertumbuhan positif ekonomi dapat dikategorikan baik jika angka pertumbuhan positif
dan bukannya negatif. Kedua adalah masalah inflasi. Inflasi adalah indikator pergerakan dan bukannya negatif. Kedua adalah masalah inflasi. Inflasi adalah indikator pergerakan harga-harga barang dan jasa secara umum, yang secara bersamaan juga berkaitan dengan kemampuan harga barang dan jasa secara umum, yang secara bersamaan juga berkaitan dengan kemampuan daya beli. Inflasi mencerminkan stabilitas harga, semakin rendah nilai suatu inflasi berarti
daya beli. Inflasi mencerminkan stabilitas harga, semakin rendah nilai suatu inflasi berarti semakin besar adanya
semakin besar adanya
kecenderungan ke arah stabili
kecenderungan ke arah stabilitas harga. Namun masalah tas harga. Namun masalah inflasi tidak inflasi tidak hanya hanya berkaitan denganberkaitan dengan melonjaknya harga suatu barang dan jasa. Inflasi juga
melonjaknya harga suatu barang dan jasa. Inflasi juga
sangat berkaitan dengan purchasing power atau daya beli dari masyaraka. sangat berkaitan dengan purchasing power atau daya beli dari masyaraka. Sedangkan daya beli masyarakat sangat bergantung
Sedangkan daya beli masyarakat sangat bergantung kepada upah riil. Inflasi sebenarnya tidak kepada upah riil. Inflasi sebenarnya tidak terlalu bermasalah jika kenaikan harga dibarengi dengan
terlalu bermasalah jika kenaikan harga dibarengi dengan
kenaikan upah riil. Masalah ketiga adalah pengangguran. Memang masalah pengangguran telah kenaikan upah riil. Masalah ketiga adalah pengangguran. Memang masalah pengangguran telah menjadi momok yang begitu menakutkan khususnya di
menjadi momok yang begitu menakutkan khususnya di
negara-negara berkembang seperti di Indonesia. Negara berkembang seringkali dihadapkan negara-negara berkembang seperti di Indonesia. Negara berkembang seringkali dihadapkan dengan besarnya angka pengangguran karena sempitnya lapangan
dengan besarnya angka pengangguran karena sempitnya lapangan
pekerjaan dan besarnya jumlah penduduk. Sempitnya lapangan pekerjaan dikarenakan karena pekerjaan dan besarnya jumlah penduduk. Sempitnya lapangan pekerjaan dikarenakan karena
faktor kelangkaan modal untuk berinvestasi. faktor kelangkaan modal untuk berinvestasi.
Latar Belakang Masalah pengangguran itu sendiri tidak hanya terjadi di negara-negara Latar Belakang Masalah pengangguran itu sendiri tidak hanya terjadi di negara-negara
berkembang namun juga dialami oleh negara-negara maju. Namun masalah pengangguran di berkembang namun juga dialami oleh negara-negara maju. Namun masalah pengangguran di
negara-negara maju jauh lebih mudah terselesaikan daripada di negara-negara berkembang negara-negara maju jauh lebih mudah terselesaikan daripada di negara-negara berkembang karena hanya berkaitan dengan pasang surutnya business cycle dan bukannya karena faktor karena hanya berkaitan dengan pasang surutnya business cycle dan bukannya karena faktor kelangkaan investasi, masalah ledakan penduduk, ataupun masalah sosial politik di negara kelangkaan investasi, masalah ledakan penduduk, ataupun masalah sosial politik di negara tersebut. Melalui Makalah inilah saya mencoba untuk mengangkat masalah pengangguran tersebut. Melalui Makalah inilah saya mencoba untuk mengangkat masalah pengangguran dengan segala dampaknya di Indonesia yang
dengan segala dampaknya di Indonesia yang 2
2
menurut pengamatan saya sudah semakin
menurut pengamatan saya sudah semakin memprihatinkanmemprihatinkan terutama ketika negara kita terkena imbas
terutama ketika negara kita terkena imbas dari krisis ekonomi sejak tahundari krisis ekonomi sejak tahun 1997 .
Apa itu pengangguran? Pengangguran adalah suatu kondisi di mana orang tidak Apa itu pengangguran? Pengangguran adalah suatu kondisi di mana orang tidak dapat bekerja, karena tidak tersedianya lapangan pekerjaan. Ada berbagai macam tipe dapat bekerja, karena tidak tersedianya lapangan pekerjaan. Ada berbagai macam tipe
pengangguran, misalnya pengangguran teknologis, pengangguran friksional dan pengangguran pengangguran, misalnya pengangguran teknologis, pengangguran friksional dan pengangguran
struktural. Tingginya angka pengangguran, masalah ledakan penduduk, distribusi pendapatan struktural. Tingginya angka pengangguran, masalah ledakan penduduk, distribusi pendapatan yang tidak merata, dan berbagai permasalahan lainnya di negara kita menjadi salah satu faktor yang tidak merata, dan berbagai permasalahan lainnya di negara kita menjadi salah satu faktor utama rendahnya taraf hidup para penduduk di negara kita. Namun yang menjadi manifestasi utama rendahnya taraf hidup para penduduk di negara kita. Namun yang menjadi manifestasi utama sekaligus faktor penyebab rendahnya taraf hidup di negara-negara berkembang adalah utama sekaligus faktor penyebab rendahnya taraf hidup di negara-negara berkembang adalah terbatasnya penyerapan sumber daya, termasuk
terbatasnya penyerapan sumber daya, termasuk
sumber daya manusia. Jika dibandingkan dengan negara-negara maju, pemanfaatan sumber daya sumber daya manusia. Jika dibandingkan dengan negara-negara maju, pemanfaatan sumber daya yang dilakukan oleh negara-negara berkembang relatif lebih rendah daripada yang dilakukan di yang dilakukan oleh negara-negara berkembang relatif lebih rendah daripada yang dilakukan di negara-negara maju karena buruknya efisiensi dan efektivitas dari penggunaan sumber daya baik negara-negara maju karena buruknya efisiensi dan efektivitas dari penggunaan sumber daya baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia.
sumber daya alam maupun sumber daya manusia. 1.2. Pembatas Masalah
1.2. Pembatas Masalah
Negara berkembang seringkali dihadapkan dengan besarnya angka pengangguran karena Negara berkembang seringkali dihadapkan dengan besarnya angka pengangguran karena
sempitnya lapangan pekerjaan dan besarnya jumlah penduduk. Sempitnya lapangan pekerjaan sempitnya lapangan pekerjaan dan besarnya jumlah penduduk. Sempitnya lapangan pekerjaan dikarenakan karena faktor kelangkaan modal untuk berinvestasi. masalah pengangguran di dikarenakan karena faktor kelangkaan modal untuk berinvestasi. masalah pengangguran di negara-negara maju jauh lebih mudah terselesaikan daripada di negara-negara berkembang negara-negara maju jauh lebih mudah terselesaikan daripada di negara-negara berkembang karena hanya berkaitan dengan pasang surutnya business cycle dan bukannya karena faktor karena hanya berkaitan dengan pasang surutnya business cycle dan bukannya karena faktor kelangkaan investasi, masalah ledakan penduduk, ataupun masalah sosial politik di negara kelangkaan investasi, masalah ledakan penduduk, ataupun masalah sosial politik di negara tersebut.dan berbagai permasalahan lainnya di n
tersebut.dan berbagai permasalahan lainnya di negara kita menjadi salah satu faktor utamaegara kita menjadi salah satu faktor utama rendahnya taraf hidup para penduduk di negara kita. Namun yang menjadi manifestasi utama rendahnya taraf hidup para penduduk di negara kita. Namun yang menjadi manifestasi utama sekaligus faktor penyebab rendahnya taraf hidup di negara-negara berkembang adalah
sekaligus faktor penyebab rendahnya taraf hidup di negara-negara berkembang adalah terbatasnya penyerapan sumber daya, termasuk sumber daya manusia.
terbatasnya penyerapan sumber daya, termasuk sumber daya manusia. 3
3
1.3. Tujuan Penulisan 1.3. Tujuan Penulisan
Tujuan Penu;lis membuat makalah yang berjudul “MASALAH PENGANGGURAN DI Tujuan Penu;lis membuat makalah yang berjudul “MASALAH PENGANGGURAN DI KALANGAN MENENGAH KEBAWAH” Adalah Sebagai Berikut:
KALANGAN MENENGAH KEBAWAH” Adalah Sebagai Berikut:
•
• Mengetahui Devinisi PengangguranMengetahui Devinisi Pengangguran •
• Mengetahui apa yang menjadi masalah pengangguran di IndonesiaMengetahui apa yang menjadi masalah pengangguran di Indonesia •
• Mengetahui Keadaan Pengangguran DI IndonesiaMengetahui Keadaan Pengangguran DI Indonesia •
• Mengetahui akibat yang di Timbulkan dari PengangguranMengetahui akibat yang di Timbulkan dari Pengangguran •
• Mengetahui Dampak Pengangguran di Indonesia Terhadap Pertumbuhan Penduduk Mengetahui Dampak Pengangguran di Indonesia Terhadap Pertumbuhan Penduduk
1.4 Metode Penulisan 1.4 Metode Penulisan
Dalam Metode penulisas ini, penulis menggunakan beberapa metode penelitiaan, diantaranya Dalam Metode penulisas ini, penulis menggunakan beberapa metode penelitiaan, diantaranya adalah :.
adalah :. 1.
1. Dalam PenDalam Penyusunyusunanmakaanmakalah ini perllah ini perlu sekali pengu sekali pengumpulumpulan data sertan data serta sejumla sejumlah informah informasiasi actual yang sesuai dengan permasalahan yang akan di bahas sehubungan dengan masalah actual yang sesuai dengan permasalahan yang akan di bahas sehubungan dengan masalah tersebut, dalam penyusunan makalah ini, penulis menggunakan metode pengumpulan tersebut, dalam penyusunan makalah ini, penulis menggunakan metode pengumpulan data yang pertama browsing di internet, kedua dengan membaca media cetak dan dengan data yang pertama browsing di internet, kedua dengan membaca media cetak dan dengan pengetahuan yang penulis miliki.
pengetahuan yang penulis miliki. 4
4
1.5 Sistematika Penulisan 1.5 Sistematika Penulisan
Penulisan Tugas ini terdiri dari atas tiga bab, yaitu : BAB 1 PENDAHULUAN
Menguraikan pokok persoalan yang terdiri dari latar belakang masalah, masalah dan pembatasan masalah, yaitu penulisan, metode penelitian, dan sistematika penilisan.
BAB 2 LANDASAN TEORI
Menguraikan teori-teori penunjang yang melandasi penelitiandari berbagai sumber yang bermanfaat untuk mengatasi pengganguran di Masyarakat Menengah kebawah.
BAB 3 PEMBAHASAN
Berisi dan menjelaskan mengenai pembahasan masalah pengangguran di Masyarakat Menengah kebawah saat ini.
BAB 4 PENUTUP
Berisi kesimpulan dari hasil yang didapat selama pembahasan mengenai masalah pengganguran di daerah Perum PMDA dan saran.
5
BAB II
LANDASAN TEORI
Kalau kita mau jujur tentu kita akan mengakui bahwa pengangguran di negeri kita dari tahun ke tahun bertambah besar. Belum lagi apa yang sudah sejak lama kita kenal dengan istilah
“disguised unemployement”. Pengangguran jenis ini pada dewasa ini memang perlu di definisi ulang Setiap hari di kantor kantor pemerintah tidak nampak karyawan yang sibuk. Bahkan para boss mereka dengan baik hati telah melengkapi kantor mereka dengan perangkat televisi yang boleh ditonton pada jam kerja. Belum lagi penggunaan komputer yang acapkali kalau
diperhatikan lebih banyak digunakan untuk bermain “game” atau bahkan yang lebih canggih lagi untuk menelusuri situs-situs internet yang tidak ada relevansinya dengan pek erjaan. Jadi dapat dibayangkan biaya besar yang dikeluarkan oleh pemerintah lewat APBN dan APBD yang begitu besar baik untuk membeli peralatan, membayar listrik dan telepon serta penyediaan ruang kerja
nyaman telah membuat pengangguran tidak kentara di sektor pemerintahan ini menjadi jauh lebih mahal dibandingkan dengan yang terjadi di sektor pertanian di pedesaan.
Salah satu media ibukota melaporkan bahwa diantara para pemulung di TPA Bantar Gebang itu ada yang sarjana. Sebuah ironi yang sangat memilukan. Kita tidak tahu apakah ini ukuran
kemajuan atau sebuah kemunduran besar bangsa yang dialami bangsa Indonesia. Pemerintah dan sektor swasta (mestinya termasuk koperasi) tidak mampu menciptakan lapangan kerja yang layak bagi penghidupan anak bangsa. Bisa kita bayangkan betapa akan lebih hebatnya kondisi pengangguran di Indonesia manakala tidak ada kesempatan bagi TKI untuk mencari pekerjaan di
luar negeri.
Tentu sebagian besar mereka adalah wanita yang lebih terampil dan fleksibel dibandingakan para pria. Tidak mengherankan manakala disana sini terjadi ekses karena begitu banyak wanita (yang
sebagian besar datang dari pedesaan) dengan pendidikan minim harus bekerja di manca negara dengan aturan, adat dan budaya yang berbeda
6
dengan tempat asal mereka. Para TKI ini mungkin lebih pantas disebut sebagai “pahlawan tanpa tanda jasa”.
2.1. Arti Definisi Dan Pengertian Pengangguran
Pengangguran adalah orang yang masuk dalam angkatan kerja (15 sampai 64 tahun) yang sedang mencari pekerjaan dan belum mendapatkannya. Orang yang tidak sedang mencari kerja
contohnya seperti ibu rumah tangga, siswa sekolan smp, sma, mahasiswa perguruan tinggi, dan lain sebagainya yang karena sesuatu hal tidak/belum membutuhkan pekerjaan. Rumus
Menghitung Tingkat Pengangguran, Untuk mengukur tingkat pengangguran pada suatu wilayah bisa didapat dar prosentase membagi jumlah pengangguran dengan jumlah angkaran kerja.
Tingkat Pengangguran = Jml Yang Nganggur / Jml Angkatan Kerja x 100%. 2.2. Jenis & Macam Pengangguran
2.2.1 Pengangguran Friksional / Frictional Unemployment
Pengangguran friksional adalah pengangguran yang sifatnya sementara yang disebabkan adanya kendala waktu, informasi dan kondisi geografis antara pelamar kerja dengan pembuka lamaran pekerjaan.
2.2.2 Pengangguran Struktural / Structural Unemployment
Pengangguran struktural adalah keadaan di mana penganggur yang mencari lapangan pekerjaan tidak mampu memenuhi persyaratan yang ditentukan pembuka lapangan kerja. Semakin maju suatu perekonomian suatu daerah akan meningkatkan kebutuhan akan sumber daya manusia yang memiliki kualitas yang lebih baik dari sebelumnya.
2.2.3. Pengangguran Musiman / Seasonal Unemployment
Pengangguran musiman adalah keadaan menganggur karena adanya fluktuasi kegiaan ekonomi jangka pendek yang menyebabkan seseorang harus nganggur. Contohnya seperti petani yang
menanti musim tanam, tukan jualan duren yang menanti musim durian. 2.2.4 Pengangguran Siklikal
Pengangguran siklikal adalah pengangguran yang menganggur akibat imbas naik turun siklus ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah daripada penawaran kerja.
7
BAB III PEMBAHASAN
Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang melibatkan perubahan besar secara sosial dalam ekonomi. Di negara-negara berkembang, upaya-upaya pembangunan
diarahkan pada perbaikan tingkat hidup, harga diri dan kebebasan, dengan dimensi pembangunan yang berorientasi pada pengentasan keterbelakangan dalam bentuk kemiskinan, pengangguran dan ketimpangan (Suryana, 2000).
Dari total jumlah penduduk hanya sebagian yang bekerja, dan sebagian lainnya tidak bekerja. Mereka yang bekerja adalah mereka yang berminat untuk bekerja, telah berusaha mencari atau menciptakan pekerjaan, dan berhasil mendapatkan atau mengembangkan pekerjaan. Sedangkan mereka yang tidak bekerja adalah mereka yang sedang berusaha mendapatkan atau
mengembangkan pekerjaan tetapi belum berhasil, dan mereka yang berniat untuk tidak bekerja. Mereka yang ingin bekerja, sedang berusaha mendapatkan (mengembangkan) pekerjaan tetapi belum berhasil mendapatkannya (menemukannya) disebut pengangguran. Istilah pengangguran
(unemployment) tidak berkaitan dengan mereka yang berniat untuk tidak bekerja seperti siswa atau mahasiswa (sekalipun ada yang sambil bekerja atau berusaha mencari pekerjaan sambil sekolah atau kuliah, mereka diasumsikan tidak mencari pekerjaan), ibu rumah tangga yang
sengaja memfokuskan diri untuk mengurus keluarga, atau penduduk usia kerja yang karena kondisi fisik mereka tidak dapat bekerja sehingga tidak mencari kerja (Djohanputro, 2006), Pengangguran merupakan salah satu persoalan dalam pembangunan.
8
3.1. Pengangguran dapat di klompokan menurut sumber atau penyebabnya pengangguran menurut cara ini tedapat empat jenis pengangguran yaitu :
3.1.1. Pengangguran Friksional
Pengangguran friksional adalah pengangguran yang sifatnya sementara yang disebabkan adanya kendala waktu, informasi dan kondisi antara pencari kerja dengan pembuka lamaran pekerjaan. Para penganggur ini tidak ada pekerjaan bukan karena tidak dapat memperoleh pekerjaan, tetapi karena sedang mencari pekerjaan lain yang lebih baik. Dalam perekonomian yang berkembang pesat, jumlah pengangguran rendah dan pekerjaan mudah diperoleh. Sedangkan pengusaha sulit
memperoleh pekerja. Untuk itu pengusaha menawarkan gaji yang lebih tinggi. Hal inilah yang akan mendorong para pekerja untuk meninggalkan pekerjaannya yang lama dan mencari kerja baru yang lebih tinggi gajinya atau lebih sesuai dengan keahliannya. Dalam proses mencari pekerjaan baru ini untuk sementara para pekerja tersebut tergolong sebagai penganggur.
3.1.2. Pengangguran Silikal
Pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan-perubahan dalam tingkat kegiatan
perekonomian. Perekonomian tidak selalu berkembang dengan teguh. Adakalanya permintaan agregat lebih tinggi, dan hal ini mendorong pengusaha menaikkan produksi untuk itu lebih banyak pekerja baru digunakan dan pengangguran berkurang. Akan tetapi pada masa lainnya permintaan agregat mengalami penurunan. Kemunduran ini menimbulkan efek kepada
perusahaan-perusahaan lain yang mempunyai hubungan juga akan mengalami kemerosontan dalam permintaan terhadap produksinya. Kemerosotan permintaan agregat ini mengakibatkan perusahaa-perusahaan mengurangi pekerja atau menutup perusahaannya, maka pengangguran
akan bertambah.
3.1.3. Pengangguran Struktual 9
Pengangguran struktural adalah pengangguran yang akibatkan oleh perubahan struktur kegiatan ekonomi. Tidak semua industri dan perusahaan dalam perekonomian akan terus berkembang maju sebagian akan mengalami kemunduran. Kemerosotan ini ditimbulkan oleh salah satu atau beberapa faktor yaitu munculnya barang baru yang lebih baik, kemajuan teknologi mengurangi permintaan atas barang tersebut, biaya pengeluaran sudah sangat tinggi dan tidak mampu
bersaing, dan ekspor produksi industri sangat menurun karena persaingan yang lebih serius dari negara-negara lain. Kemerosotan itu akan menyebabkan kegiatan produksi dalam industri
tersebut menurun, dan sebagian pekerja terpaksa diberhentikan dan menjadi penganggur. 3.1.4. Pengangguran Teknologi
Pengangguran teknologi adalah pengangguran yang ditimbulkan oleh penggunaan mesin dan kemajuan teknologi lainnya. Contohnya racun rumput telah mengurangi penggunaan tenaga kerja untuk membersihkan perkebunan, sawah dan lahan pertanian lainnya. Begitu juga mesin telah mengurangi kebutuhan tenaga kerja untuk membuat lubah, memotong rumput,
membersihkan kawasan, dan memungut hasil. Di pabrik ada kalanya robot telah menggantikan kerja-kerja manusia.
3.2. Pengangguran dapat juga dikelompokkan menurut ciri pengangguran yang berlaku. Menurut cara ini terdapat empat jenis pengangguran yaitu:
3.2.1. Pengangguran Terbuka
Pengangguran terbuka adalah pengangguran yang terjadi karena pertambahan lowongan
pekerjaan lebih rendah dari pertambahan tenaga kerja. Akibatnya dalam perekonomian semakin banyak jumlah tenaga kerja yang tidak dapat memperoleh pekerjaan. Efek dari keadaan ini dalam jangka panjang mereka tidak melakukan suatu pekerjaan. Mereka menganggur secara nyata dan
sepenuh waktu. Pengangguran terbuka dapat pula dikarenakan kegiatan ekonomi yang menurun, kemajuan teknologi yang mengurangi penggunaan tenaga manusia, atau akibat kemunduran perkembangan suatu
10
Industri.
3.2.2. Pengangguran Tersembunyi
Pengangguran tersembunyi adalah pengangguran yang terjadi karena terlalu banyaknya tenaga kerja untuk satu unit pekerjaan, padahal dengan mengurangi tenaga kerja sampai jumlah tertentu tidak akan mengurangi jumlah produksi. Pengangguran ini terutama terjadi di sektor pertanian atau jasa. Setiap kegiatan ekonomi memerlukan tenaga kerja, dan jumlah tenaga kerja yang digunakan tergantung kepada banyak faktor. Faktor yang perlu dipertimbangkan adalah besar atau kecilnya perusahaan, jenis kegiatan perusahaan, mesin yang digunakan dan tingkat produksi yang dicapai. Di banyak negara berkembang seringkali didapati jumlah pekerja dalam suatu kegiatan ekonomi lebih banyak dari yang sebenarnya diperlukan agar ia dapat menjalankan kegiatannya dengan efisien. Kelebihan tenaga kerja yang digunakan digolongkan dalam pengangguran tersembunyi. Contohnya keluarga petani dengan anggota keluarga yang besar
mengerjakan luas tanah yang sangat sempit. Contoh lain pengangguran tersembunyi adalah orang yang melakukan pekerjaan yang tidak sesuai dengan keinginannya atau tidak sepadan dengan kemampuannya.
3.2.3. Pengangguran Musiman
Pengangguran musiman adalah pengangguran yang terjadi pada waktu-waktu tertentu di dalam satu tahun. Bentuk pengangguran terutama terjadi di sektor pertanian dan perikanan. Biasanya pengangguran seperti itu berlaku pada waktu-waktu di mana kegiatan bercocok tanam sedang
menurun kesibukannya. Waktu di antara menuai dan masa menanam berikutnya dan periode di antara sesudah menanam bibit dan masa menuai hasilnya adalah masa yang kurang sibuk dalam kegiatan pertanian. Pada periode tersebut banyak di antara para petani dan tenaga kerja di sektor pertanian tidak melakukan suatu pekerjaan. Berarti mereka sedang dalam keadaan menganggur.
Jenis pengangguran ini hanya sementara saja, dan berlaku dalam waktu-waktu tertentu. 11
3.2.4. Pengangguran Setengah Menganggur
Kelebihan penduduk di sektor pertanian di negara-negara berkembang disertai pertambahan penduduknya yang cepat telah menimbulkan percepatan dalam proses urbanisasi. Salah satu
tujuan dari urbanisasi tersebut adalah untuk mencari pekerjaan di kota-kota. Tidak semua orang yang hijrah ke kota-kota dapat memperoleh pekerjaan. Banyak di antara mereka yang terpaksa menganggur sepenuh waktu. Disamping itu ada pula yang tidak menganggur, tetapi tidak pula bekerja sepenuh waktu, dan jam kerja mereka lebih rendah dari jam kerja normal. Mereka
3.3 Masalah Pengangguran dan Krisis Sosial 3.3 Masalah Pengangguran dan Krisis Sosial
Berdasarkan teori Fungsional Struktural, masalah sosial timbul karena terjadinya ketidak Berdasarkan teori Fungsional Struktural, masalah sosial timbul karena terjadinya ketidak seimbangan lembaga-lembaga sosial sehingga menyebabkan fungsi lembaga-lembaga tersebut seimbangan lembaga-lembaga sosial sehingga menyebabkan fungsi lembaga-lembaga tersebut terganggu. Pengangguran dalam hal ini, terjadi akibat kepincangan lembaga ekonomi dan terganggu. Pengangguran dalam hal ini, terjadi akibat kepincangan lembaga ekonomi dan menimbulkan masalah bagi lembaga sosial.
menimbulkan masalah bagi lembaga sosial.
Pengangguran menjadi masalah sosial tidak karena bersumber pada penyimpangan norma-norma Pengangguran menjadi masalah sosial tidak karena bersumber pada penyimpangan norma-norma masyarakat, tetapi karena ia rawan menimbulkan masalah-masalah sosial lainnya, seperti
masyarakat, tetapi karena ia rawan menimbulkan masalah-masalah sosial lainnya, seperti kemiskinan, meningkatnya kriminalitas, premanisme, prostitusi, dll.
kemiskinan, meningkatnya kriminalitas, premanisme, prostitusi, dll.
Besarnya jumlah pengangguran di Indonesia lambat-laun akan menimbulkan banyak masalah Besarnya jumlah pengangguran di Indonesia lambat-laun akan menimbulkan banyak masalah sosial yang nantinya akan menjadi suatu krisis sosial. Suka atau tidak suka, pengangguran selalu sosial yang nantinya akan menjadi suatu krisis sosial. Suka atau tidak suka, pengangguran selalu berkorelasi dengan kemiskinan yang identik dengan kebodohan, kejahatan dan perilaku
berkorelasi dengan kemiskinan yang identik dengan kebodohan, kejahatan dan perilaku
menyimpang lainnya. Indikator masalah social ini bisa dilihat dari begitu banyaknya anak-anak menyimpang lainnya. Indikator masalah social ini bisa dilihat dari begitu banyaknya anak-anak yang orang tuanya menganggur, yang mulai turun ke jalan. Mereka menjadi pengamen,
yang orang tuanya menganggur, yang mulai turun ke jalan. Mereka menjadi pengamen,
pedagang asongan maupun pelaku tindak kriminalitas. Mereka adalah generasi yang kehilangan pedagang asongan maupun pelaku tindak kriminalitas. Mereka adalah generasi yang kehilangan
kesempatan memperoleh pendidikan maupun pembinaan yang baik. kesempatan memperoleh pendidikan maupun pembinaan yang baik.
Ironisnya, apa yang terjadi saat ini adalah banyak para penganggur yang mencari jalan keluar Ironisnya, apa yang terjadi saat ini adalah banyak para penganggur yang mencari jalan keluar dengan mencari nafkah yang tidak halal. Banyak dari mereka yang menjadi pencopet, penjaja dengan mencari nafkah yang tidak halal. Banyak dari mereka yang menjadi pencopet, penjaja seks, pencuri, preman, penjual narkoba, dan sebagainya. Bahkan tidak sedikit mereka yang seks, pencuri, preman, penjual narkoba, dan sebagainya. Bahkan tidak sedikit mereka yang dibayar untuk berbuat rusuh atau an
dibayar untuk berbuat rusuh atau anarkis demi kepentingan politik salah satu kelompok arkis demi kepentingan politik salah satu kelompok tertentu..tertentu.. Belum lagi dengan semakin menjamurnya prostitusi di Indonesia,
Belum lagi dengan semakin menjamurnya prostitusi di Indonesia, sebuah pilihan hidup akibatsebuah pilihan hidup akibat himpitan ekonomi. himpitan ekonomi. 12 12 BAB IV BAB IV PENUTUP PENUTUP 4.1. Kesimpulan 4.1. Kesimpulan
Jadi, secara ringkas dapat saya kemukakan bahwa pengangguran merupakan sebuah masalah Jadi, secara ringkas dapat saya kemukakan bahwa pengangguran merupakan sebuah masalah yang kompleks, tidak hanya menyangkut
yang kompleks, tidak hanya menyangkut masalah sosial bagi masyarakat luas tetapi jugamasalah sosial bagi masyarakat luas tetapi juga merupakan masalah eksistensial bagi individu yang menjalaninya.
merupakan masalah eksistensial bagi individu yang menjalaninya. Namun, terlepas dari ituNamun, terlepas dari itu semua, masalah sosial merupakan masalah yang
semua, masalah sosial merupakan masalah yang harus dicarikan jalan keluarnya tidak hanya harus dicarikan jalan keluarnya tidak hanya oleholeh pemerintah tetapi oleh kita semua. Melalui penyelesaian masalah pengangguran, diharapkan pemerintah tetapi oleh kita semua. Melalui penyelesaian masalah pengangguran, diharapkan
masalah-masalah sosial lain yang timbul akibat pengangguran
masalah-masalah sosial lain yang timbul akibat pengangguran seperti kejahatan dan prostitusiseperti kejahatan dan prostitusi juga dapat teratasi.
juga dapat teratasi. 4.2 . Saran
4.2 . Saran
Pengangguran adalah orang yang masuk dalam angkatan kerja (15 sampai 64 tahun) yang sedang Pengangguran adalah orang yang masuk dalam angkatan kerja (15 sampai 64 tahun) yang sedang mencari pekerjaan dan belum mendapatkannya. Orang yang tidak sedang mencari kerja
mencari pekerjaan dan belum mendapatkannya. Orang yang tidak sedang mencari kerja contohnya seperti ibu rumah tangga,
contohnya seperti ibu rumah tangga, siswa sekolan smp, sma, mahasiswa perguruan tinggi, dansiswa sekolan smp, sma, mahasiswa perguruan tinggi, dan lain sebagainya yang karena sesuatu hal tidak/belum membutuhkan pekerjaan.
lain sebagainya yang karena sesuatu hal tidak/belum membutuhkan pekerjaan.
MAKALAH MASALAH
MAKALAH MASALAH
PENGANGGURAN
PENGANGGURAN
KONDISI PENGANGGURAN DI INDONESIA KONDISI PENGANGGURAN DI INDONESIA Studi Kasus Pada Kota Bekasi
Studi Kasus Pada Kota Bekasi Dari tahun ke tahun
Disusun Oleh Disusun Oleh Marchela irdani Marchela irdani 30208767 30208767 UNIVERSITAS GUNADARMA UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS EKONOMI FAKULTAS EKONOMI
Tugas Mata Kuliah Ekonomi Pembangunan Tugas Mata Kuliah Ekonomi Pembangunan 2009
2009
KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadiran Allah SWT atas berkat rahmatnya sehungga penulis Dengan mengucapkan puji syukur kehadiran Allah SWT atas berkat rahmatnya sehungga penulis dapat menyelesaikan tugas penelitian UMKM (usaha mikro kecil menengah) dengan judul usaha dapat menyelesaikan tugas penelitian UMKM (usaha mikro kecil menengah) dengan judul usaha pembuatan sepatu dan sandal.
pembuatan sepatu dan sandal.
Adapun tujuan dari penelitian untuk memenuhi salah satu syarat mata kuliah ekonomi Adapun tujuan dari penelitian untuk memenuhi salah satu syarat mata kuliah ekonomi pembangunan.
pembangunan.
Keberhasilan penulis menyelesaikan penelitian ini adalah berkat bantuan dan dukungan dari Keberhasilan penulis menyelesaikan penelitian ini adalah berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak serta keteguhan hati penulis, meskipun banyak hambatan yang di hadapi oleh berbagai pihak serta keteguhan hati penulis, meskipun banyak hambatan yang di hadapi oleh penulis, namun semua menjadi pelajaran dan pengalaman yang berkesan
penulis, namun semua menjadi pelajaran dan pengalaman yang berkesan
Dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang Dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar- besarnya atas dorongan dan bantuan yang diterima oleh penulis sampai dengan menyelesaikan besarnya atas dorongan dan bantuan yang diterima oleh penulis sampai dengan menyelesaikan penelitian ini.
penelitian ini.
Dan perkenankanlah penulis mengucapakan terima kasih kepada: Dan perkenankanlah penulis mengucapakan terima kasih kepada: 1.Bapak Nurhadi selaku dosen pengantar ekonomi pembangunan 1.Bapak Nurhadi selaku dosen pengantar ekonomi pembangunan 2.Bapak Dr Bagus Nurcahyo, SE,
2.Bapak Dr Bagus Nurcahyo, SE, MM selaku dosen pengampu softskillsMM selaku dosen pengampu softskills
3.Kedua orang tua yang memberikan dorongan, motivasi dan doanya sehingga penulis dapat 3.Kedua orang tua yang memberikan dorongan, motivasi dan doanya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini
menyelesaikan penelitian ini
4.Teman-teman di 2 DD 03 dan 04 yang memberikan kritik dan saran kepada penulis. 4.Teman-teman di 2 DD 03 dan 04 yang memberikan kritik dan saran kepada penulis.
Akhir kata dengan segala kerendahan hati penulis memohon maaf atas segala kekurangan yang Akhir kata dengan segala kerendahan hati penulis memohon maaf atas segala kekurangan yang terdapat pada kata-kata yang salah dan tidak berkenan di hati pembaca
terdapat pada kata-kata yang salah dan tidak berkenan di hati pembaca Bekasi, Desember 2009 Bekasi, Desember 2009 Marchela irdani Marchela irdani BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, serta Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, serta sistematika penulisan.
sistematika penulisan. BAB 2 KAJIAN MATERI BAB 2 KAJIAN MATERI
Bab ini berisi mengenai teori – teori yang
Bab ini berisi mengenai teori – teori yang memdasari penelitian, gambaran umum tentangmemdasari penelitian, gambaran umum tentang kemiskinan, konsep serta definisi dari pengangguran.
kemiskinan, konsep serta definisi dari pengangguran. BAB 3 PEMBAHASAN
BAB 3 PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang penjabaran data penganguran yang dibutuhkan. Bab ini berisi tentang penjabaran data penganguran yang dibutuhkan. BAB 4 KESIMPULAN
BAB 4 KESIMPULAN
Bab ini berisi kesimpulan penelitian dan saran yang ditujukan kepada berbagai pihak yang Bab ini berisi kesimpulan penelitian dan saran yang ditujukan kepada berbagai pihak yang merupakan hasil dari penelitian yang dilakukan sehingga dapat berguna untuk kegiatan lebih merupakan hasil dari penelitian yang dilakukan sehingga dapat berguna untuk kegiatan lebih lanjut.
BAB I BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN Latar Belakang Latar Belakang
Keterbatasan lapangan pekerjaan yang tersedia di Indonesia pada khususnya di daerah kota Keterbatasan lapangan pekerjaan yang tersedia di Indonesia pada khususnya di daerah kota Jakarta sangat cukup tinggi dari tahun ke tahun, sehingga berpotensi untuk tidak dapat Jakarta sangat cukup tinggi dari tahun ke tahun, sehingga berpotensi untuk tidak dapat
tertampungnya lulusan program pendidikan di lapangan kerja setiap tahun selalu meninggakat tertampungnya lulusan program pendidikan di lapangan kerja setiap tahun selalu meninggakat tidak pernah mengalami penurunan. Dan pada akhirnya masyarakat akan kehilangan
tidak pernah mengalami penurunan. Dan pada akhirnya masyarakat akan kehilangan kepercayaan secara signifikan terhadap eksistensi lembaga pend
kepercayaan secara signifikan terhadap eksistensi lembaga pend idikan jika masalahidikan jika masalah pengangguran masih terusseperti ini di tahun yang akan datang.
pengangguran masih terusseperti ini di tahun yang akan datang.
Lapangan pekerjaan merupakan indikator penting tingkat kesejahteraan masyarakat dan Lapangan pekerjaan merupakan indikator penting tingkat kesejahteraan masyarakat dan sekaligus menjadi indikator keberhasilan penyelenggaraan "pendidikan" dalam mengurangi sekaligus menjadi indikator keberhasilan penyelenggaraan "pendidikan" dalam mengurangi angka kemiskinan yang ada. Seiring berjalannya waktu Maka merembaknya isyu pengangguran angka kemiskinan yang ada. Seiring berjalannya waktu Maka merembaknya isyu pengangguran terdidik menjadi sinyal yang cukup mengganggu bagi perencana pendidikan di negara-negara terdidik menjadi sinyal yang cukup mengganggu bagi perencana pendidikan di negara-negara berkembang pada umumnya di Indonesia khususnya di daerah kota Jakarta.
berkembang pada umumnya di Indonesia khususnya di daerah kota Jakarta. Sementara dampak sosial dari jenis pengangguran
Sementara dampak sosial dari jenis pengangguran ini relatif lebih besar dan banyak efek ini relatif lebih besar dan banyak efek negative dari hal ini salah satunya tinggkat
negative dari hal ini salah satunya tinggkat kriminalitas tiap daerah juga ikut bertambah karenakriminalitas tiap daerah juga ikut bertambah karena dorongan ekonomi. Mengingat kompleksnya masalah ini, maka upaya pemecahannya pun tidak dorongan ekonomi. Mengingat kompleksnya masalah ini, maka upaya pemecahannya pun tidak sebatas pada kebijakan sektor pendidikan saja, namun merembet pada masalah lain secara multi sebatas pada kebijakan sektor pendidikan saja, namun merembet pada masalah lain secara multi dimensional. Fenomena pengangguran sering
dimensional. Fenomena pengangguran sering menyebabkan timbulnya masalah sosial lainnyamenyebabkan timbulnya masalah sosial lainnya sperti yang sudah diterangkan di atas. Di samping tentu saja akan menciptakan angka
sperti yang sudah diterangkan di atas. Di samping tentu saja akan menciptakan angka produktivitas sosial yang rendah, yang akan menurunkan tingkat pendapatan masyarakat produktivitas sosial yang rendah, yang akan menurunkan tingkat pendapatan masyarakat
nantinya. nantinya.
Pengangguran merupakan masalah serius yang dihadapi dalam pembangunan sumber daya Pengangguran merupakan masalah serius yang dihadapi dalam pembangunan sumber daya manusia yang tengah dilakukan saat
manusia yang tengah dilakukan saat ini. Krisis ekonomi yang kini dihadapi ternyata telahini. Krisis ekonomi yang kini dihadapi ternyata telah memporakporandakan tatanan kehidupan bangsa. Data yang diperoleh saya dari Bappenas memporakporandakan tatanan kehidupan bangsa. Data yang diperoleh saya dari Bappenas menunjukkan pada tahun 1998 penduduk miskin telah mencapai 80 juta orang, yang berarti menunjukkan pada tahun 1998 penduduk miskin telah mencapai 80 juta orang, yang berarti
mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yang hanya 22,4 juta orang saja. Selanjutnya data mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yang hanya 22,4 juta orang saja. Selanjutnya data BPS pun mencatat angka pengangguran pada tahun 1999 sebesar 6,37 juta orang. Yang
BPS pun mencatat angka pengangguran pada tahun 1999 sebesar 6,37 juta orang. Yang
kemudian di akhir 1999, jumlah pengangguran semakin membengkak, yakni mencapai 14 juta kemudian di akhir 1999, jumlah pengangguran semakin membengkak, yakni mencapai 14 juta orang dan tenaga kerja setangah menganggur mencapai 35 juta orang itu adalah sebagian contoh orang dan tenaga kerja setangah menganggur mencapai 35 juta orang itu adalah sebagian contoh prentase penganguran yang ada di Indonesia secara umum pada tahun 98 sampai dengan 99. prentase penganguran yang ada di Indonesia secara umum pada tahun 98 sampai dengan 99.
Rumusan Masalah Rumusan Masalah
Pengangguran terjadi disebabkan antara lain, yaitu karena jumlah lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dari jumlah pencari kerja. Juga kompetensi pencari kerja tidak sesuai dengan pasar kerja. Selain itu juga kurang efektifnya informasi pasar kerja bagi para pencari kerja. Fenomena pengangguran juga berkaitan erat dengan terjadinya pemutusan hubungan kerja, yang disebabkan
antara lain; perusahaan yang menutup/mengurangi bidang usahanya akibat krisis ekonomi atau keamanan yang kurang kondusif; peraturan yang menghambat inventasi; hambatan dalam proses ekspor impor, dan lain-lain. Menurut data BPS angka pengangguran pada tahun 2002, sebesar 9,13 juta penganggur terbuka, sekitar 450 ribu diantaranya adalah yang berpendidikan tinggi. Bila dilihat dari usia penganggur sebagian besar (5.78 juta) adalah pada usia muda (15-24 tahun). Selain itu terdapat sebanyak 2,7 juta penganggur merasa tidak mungkin mendapat pekerjaan (hopeless). Situasi seperti ini akan sangat berbahaya dan mengancam stabilitas nasional.Masalah lainnya adalah jumlah setengah penganggur yaitu yang bekerja kurang dari jam kerja normal 35 jam per minggu, pada tahun 2002 berjumlah 28,87 juta orang. Sebagian dari mereka ini adalah
yang bekerja pada jabatan yang lebih rendah dari tingkat pendidikan, upah rendah, yang mengakibatkan produktivitas rendah. Dengan demikian masalah pengangguran terbuka dan setengah penganggur berjumlah 38 juta orang yang harus segera dituntaskan.
Tujuan Dan Kegunaan Penelitian 1.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian Adapun tujuan penelitian adalah untuk mendiskripsikan dan menganalisis tentang :
A. Tingkat kemiskinan di kota Jakarta
B. Perkembangan tingkat kemiskinan di kota Jakarta 2.Kegunaan Penelitian
Penelitian ini mempunyai dua kegunaan yakni sebagai berikut Bersifat Teoritis
Bagi mahasiswa dapat memperoleh pengetahuan tentang tingiinya angka pengangguran
Diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan bagi mahasiswa dan pemerhati masalah sosial khususnya tentang penggauran
BAB II
KAJIAN MATERI
A.Definisi Pengangguran
Pengangguran adalah orang yang masuk dalam angkatan kerja (15 sampai 60 tahun) yang sedang mencari pekerjaan dan belum mendapatkannya. enurut Teori Klasik (1729-1790), pengangguran itu bersifat sukarela, karena tidak sesuainya tingkat upah dengan aspirasi pekerja. Bertambahnya jumlah pengangguran dalam masyarakat terjadi karena orang menunggu pada masa transisi dari
satu pekerjaan ke pekerjaan yang lain. Teori ini menyebutkan bahwa untuk mengurangi pengangguran tidak diperlukan campur tangan pemerintah karena pengangguran yang terjadi
sifatnya sukarela. Selain itu unit-unit pelaku ekonomi percaya bahwa upah dan tingkat harga yang fleksibel dapat menyesuaikan diri secara otomatis untuk mencap ai titik keseimbangan
dalam perekonomian. B.Tingkat Pengangguran
Untuk mengukur tingkat pengangguran pada suatu wilayah bisa didapat dar prosentase membagi jumlah pengangguran dengan jumlah angkaran kerja.
RUMUS
Tingkat Pengangguran = Jml Yang Nganggur / Jml Angkatan Kerja x 100% C. Jenis & Macam Pengangguran
1.Pengangguran Friksional
Pengangguran friksional adalah pengangguran yang sifatnya hanya sementara yang disebabkan adanya kendala waktu, informasi dan kondisi geografis antara pelamar kerja dengan pembuka lamaran pekerjaan yang menjadi pihak penyedia.
2. Pengangguran Struktural
Pengangguran struktural adalah keadaan di mana penganggur yang mencari lapangan pekerjaan tetapi tidak mampu memenuhi persyaratan yang ditentukan pembuka lapangan kerja. Karena Semakin maju suatu perekonomian suatu daerah terlebih di kota besar maka akan meningkatkan pula kebutuhan akan sumber daya manusia yang memiliki kualitas yang lebih baik dari
sebelum-sebelumnya.
3. Pengangguran Musiman
Pengangguran musiman adalah keadaan menganggur karena adanya fluktuasi kegiaan ekonomi jangka pendek atau perubahan keadaan suatu Negara secara tiba-tiba yang menyebabkan
seseorang harus nganggur. Contohnya seperti petani yang menanti musim tanam, tukan jualan duren yang menanti musim durian.
4. Pengangguran Siklikal
Pengangguran siklikal adalah pengangguran yang menganggur akibat imbas naik turun siklus ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah daripada penawaran kerja.
Pengangguran juga dapat dibedakan atas pengangguran sukarela (voluntary unemployment) dan dukalara (involuntary unemployment). Pengangguran suka rela adalah pengangguran yang menganggur untuk sementara waktu karna ingin mencari pekerjaan lain yang lebih baik. Sedangkan pengangguran duka lara adalah pengengguran yang menganggur karena sudah berusaha mencari pekerjaan namun belum berhasil mendapatkan kerja.
BAB III
PEMBAHASAN
A. MASALAH PENGANGURAN SECARA UMUM
Masalah ketenagakerjaan di Indonesia sekarang ini sudah mencapai kondisi yang cukup memprihatinkan ditandai dengan jumlah penganggur dan setengah penganggur yang besar, pendapatan yang relatif rendah dan kurang merata. Sebaliknya pengangguran dan setengah pengangguran yang tinggi merupakan pemborosan pemborosan sumber daya dan potensi yang
ada, menjadi beban keluarga dan masyarakat, sumber utama kemiskinan, dapat mendorong peningkatan keresahan sosial dan kriminal, dan dapat menghambat pembangunan dalam jangka panjang.
Kondisi pengangguran dan setengah pengangguran yang tinggi merupakan pemborosan sumber daya dan potensi yang ada, menjadi beban keluarga dan masyarakat, sumber utama kemiskinan, dapat mendorong peningkatan keresahan sosial dan kriminal; dan dapat menghambat
pembangunan dalam jangka panjang.
Pembangunan bangsa Indonesia kedepan sangat tergantung pada kualitas sumber daya manusia Indonesia yang sehat fisik dan mental serta mempunyai ketrampilan dan keahlian kerja, sehingga mampu membangun keluarga yang bersangkutan untuk mempunyai pekerjaan dan penghasilan yang tetap dan layak, sehingga mampu memenuhi kebutuhan hidup, kesehatan dan pendidikan anggota keluarganya.
Dalam pembangunan Nasional, kebijakan ekonomi makro yang bertumpu pada sinkronisasi kebijakan fiskal dan moneter harus mengarah pada penciptaan dan perluasan kesempatan kerja. Untuk menumbuh kembangkan usaha mikro dan usaha kecil yang mandiri perlu keberpihakan kebijakan termasuk akses, pendamping, pendanaan usaha kecil dan tingkat suku bunga kecil yang mendukung.
Kebijakan Pemerintah Pusat dengan kebijakan Pemerintah Provinsi dan Pemerintah
Kabupaten/Kota harus merupakan satu kesatuan yang saling mendukung untuk penciptaan dan perluasan kesempatan kerja.
Permagangan mungkin salah satu alternatif solusi praktis dan tepat. Hal ini didasarkan bahwa dunia usaha terkesan tertutup terhadap mahasiswa yang datang untuk melakukan kegiatan penelitian (riset) sehingga menguatkan adanya kesenjangan tersebut. Tapi ini juga belum
ditangani secara serius dan terpadu.
Salah satu bentuk pengangguran yang populer dewasa ini adalah pengangguran terdidik. Kekurangselarasan antara perencanaan pembangunan pendidikan dengan perkembangan lapangan kerja merupakan penyebab utama terjadinya jenis pengangguran ini. Pengangguran terdidik secara potensial dapat menyebabkan
(2) menciptakan pemborosan sumber daya pendidikan. (3) menurunkan apresiasi masyarakat terhadap pendidikan.
Apresiasi ini sebenarnya harus menjadi "Conditio sine Quanon" u ntuk pembangunan SDM. Sulit dibayangkan SDM berkualitas akan tercapai bila tidak disertai oleh meningkatnya angka
partisipasi kasar (APK) pendidikan. Dan akan sangat muskil APK meningkat, bila tidak disertai oleh apresiasi masyarakat yang tinggi terhadap pendidikan.
Tabel 1
Perkembangan APK Perguruan Tinggi PERIODE TAHUN MAHASISWA PENDUDUK 19 - 24 Age APK (%) Seb.Repelita Repelita I Repelita II Repelita III Repelita IV Repelita V 1968 1973 1978 1983 1988 1992 156.500 231.000 342.166 823.925 1.356.756 1.795.500 9.705.000 11.962.000 14.747.000 15.667.600 19.464.700 21.288.100 1.61 1.93 2.32 5.26 6.97 8.43
Sumber : Pusat Informatika, Balitbang Dikbud
(a) berkurangnya jumlah siswa (di samping akibat keberhasilan KB),
(b) meningkatnya jumlah tenaga kerja (TK) unskill and uneducated dalam sektor sekunder, (c) rendahnya angka melanjutnya pendidikan (di Jawa Barat hanya 57% lulusan SD meneruskan ke SMP),
(d) meningkatnya jumlah pengguna jasa pendidikan luar negeri. Tabel 2
Analisis Keseimbangan antara Kebutuhan dan Penyediaan Tenaga Kerja menurut Tingkat Pendidikan Sampai Pelita VI
NO TINGKAT PENDIDIKAN KEBUTUHAN (000) % PERSEDIAAN (000) % KESEIMBANGAN(000) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tidak sekolah Tid. tamat SD Tamat SD Tamat SMP Tamat SLKTP Tamat SMU Tamat SMK Tamat PT (S0) Tamat PT (S1) -3.900.1 954.7 8.429.5 2.164.1 382.7 1.411.9 1.551.0 343.7 173.2 -33.9 8.3 73.2 18.8
3.3 12.3 13.5 3.0 1.5 0.0 1.817.2 2.530.2 2.104.0 153.4 2.191.0 2.041.8 393.3 630.6 0.0 15.3 21.3 17.7 1.3 18.5 17.2 3.3 5.3 *) 862.5 -5.899.3 -60.1 -229.3 779.1 490.8 49.6 457.4 Jumlah 11.510.7 100 11.861.5 100 350.8
Sumber: Bappenas, Depdikbud, Depnaker, dan BPS, 1993
B. DATA PENGANGGURAN KHUSUS DI KOTA JAKARTA
Meski menyandang predikat sebagai kota besar ternyata Jakarta masih menyimpan masalah serius. Selain masalah kemacetan lalu lintas, tingginya jumlah penyandang masalah
kesejahteraan sosial (PMKS) Jakarta juga dihadapkan pada masalah tingginya angka
Hingga Agustus 2008 ini, pengangguran di Jakarta berjumlah 543 ribu orang atau bertambah 998 orang dibanding tahun sebelumnya yang berjumlah 542.002 orang. Penganggur itu rata-rata berusia 19 hingga 23 tahun.
Peningkatan jumlah pengangguran ini salah satunya disebabkan oleh derasnya laju urbanisasi dari daerah kota-kota besar. Selain juga diakibatkan banyaknya lulusan SMA yang tidak mampu melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Kondisi ini tak pelak membuat Dinas Tenaga kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) kota Jakarta bekerja ekstra keras. Kepala Disnakertrans
mengatakan peningkatan jumlah pengangguran ini bukan hanya masalah Pemprov saja, melainkan juga menjadi masalah provinsi-provinsi lain di Indonesia. Bahkan sudah menjadi masalah nasional yang juga turut dipikirkan oleh pemerintah pusat. Sebab, tingginya jumlah pengangguran dikota Jakarta disebabkan oleh tak terbendungnya laju urbanisasi dari berbagai
daerah ke kota-kota besar seperti Jakarta.
Saat ini Disnakertrans sedang memilah-milah dari jumlah 543 ribu pengan gguran ini, mana yang memang asli usia produktif yang menganggur asal kota Bekasi dan mana yang berasal dari luar kota. Pemilahan ini berguna untuk mencari pemecahan masalah yang tepat. Disnakertrans juga berupaya menurunkan jumlah pengangguran hingga 20 persen di tahun 2009.
Langkah-langkah produktif untuk melaksanakan reorentasi lembaga pendidikan, reorentasi itu menyangkut recana mengurangi pengangguran yang ada, (1) reorentasi pendekatan, (2)
reorentasi program, dan (3) reorentasi kelembagaan.
1. Reorentasi pendekatan, khususnya dalam memodifikasi pendekatan dari kuantitatif menjadi kuantitatif-kualitatif. Dalam arti pendekatan pemerataan harus diimbangi secara proporsional dengan perhatian terhadap mutu proses dan hasil pendidikan. Dengan demikian, secara bertahap mutu lulusan dapat lebih diterima dunia kerja dan secara absolut mampu mengimbangi laju dinamika dunia kerja. Konsekwensi dari pada itu, pendidikan harus dilihat sebagai upaya rasional. Dalam arti lain pendidikan harus dilihat sebagai proses investasi bukan lagi proses konsumtif. Sehingga pesan-pesan dan kepentingan yang berada di luar kepentingan pendidikan harus mulai dihapus. Dan campur tangan, dari pihak manapun, yang kurang proporsional dengan upaya peningkatan kualitas program pendidikan sebaiknya dihindari.
2. Reorentasi program, memberdayakan program "link and match" melalui "cooperative
education" dan "dual system" dalam kurikulum. Untuk itu perlu peningkatan kemampuan dalam pembobotan kurikulum, mutu tenaga pengajar, dan kepedulian dunia kerja.
Lembaga pendidikan merupakan sub sistem dari sistem sosial pembangunan, oleh itu keberadaan dan eksistensinya tidak lepas dari sub sistem lainnya. Dengan demikian sharing ide maupun aktivitas lainnya yang bernuansa sinergi dengan komponen lain hendaknya harus merupakan bagian tak terpisahkan dari program perbaikan sinambung (countinues improvement) program pembelajaran. Pengabaian dari fakta tersebut hanya menciptakan "menara gading" yang tidak
memiliki manfaat yang berarti bagi perbaikan kesejahteraan masyarakat secara umum, khususnya bagi penciptaan kesiapan lulusan untuk berkiprah dalam dunia kerja.
Reorentasi kelembagaan, perlu mengkaji ulang keberadaan lembaga pendidikan yang memiliki tingkat kejenuhan untuk lulusannya di lapangan kerja. Konversi IKIP ke dalam Universitas merupakan langkah kongkrit yang perlu terus dilaksanakan secara konsisten, konversi itu berimplikasi pada menurunnya jumlah penawaran tenaga pengajar yang secara langsung akan
menyebabkan meningkatnya penghargaan dan harkat hidup tenaga pendidik. Kebijaksanaan konversi ini pun dapat dilakukan untuk lembaga pendidikan lainnya terutama pada bidang keilmuan yang sudah jenuh.
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan
Pengangguran terjadi disebabkan antara lain, yaitu karena jumlah lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dari jumlah pencari kerja. Juga kompetensi pencari kerja tidak sesuai dengan pasar kerja. Selain itu juga kurang efektifnya informasi pasar kerja bagi para pencari kerjaSetiap penganggur diupayakan memiliki pekerjaan yang banyak bagi kemanusiaan artinya produktif
dan remuneratif sesuai Pasal 27 Ayat 2 UUD 1945 dengan partisipasi semua masyarakat
Indonesia. Lebih tegas lagi jadikan penanggulangan pengangguran menjadi komitmen nasional. Untuk itu diperlukan dua kebijakan, yaitu kebijakan makro dan mikro (khusus). Kebijakan makro (umum) yang berkaitan erat dengan pengangguran, antara lain kebijakan makro ekonomi seperti moneter berupa uang beredar, tingkat suku bunga, inflasi dan nilai tukar yang melibatkan Bank Indonesia (Bank Sentral), fiskal (Departemen Keuangan) dan lainnya.
Dalam keputusan rapat-rapat kebinet, hal-hal itu harus jelas keputusannya dengan fokus pada penanggulangan pengangguran. Jadi setiap lembaga pemerintah yang terkait dengan
pengangguran harus ada komitmen dalam keputusannya dan pelaksanaannya. Selain itu, ada juga kebijakan mikro (khusus). Kebijakan itu dapat dijabarkan dalam beberapa poin.
Pertama, pengembangan mindset dan wawasan penganggur, berangkat dari kesadaran bahwa setiap manusia sesungguhnya memilki potensi dalam dirinya namun sering tidak menyadari dan mengembangkan secara optimal.
Kedua, segera melakukan pengembangan kawasan-kawasan, khususnya yang tertinggal dan terpencil sebagai prioritas dengan membangun fasilitas transportasi dan komunikasi.
Ketiga, segera membangun lembaga sosial yang dapat menjamin kehidupan penganggur. Keempat, segera menyederhanakan perizinan karena dewasa ini terlalu banyak jenis perizinan yang menghambat investasi baik Penanamaan Modal Asing (PMA), Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan investasi masyarakat secara perorangan maupun b erkelompok.
Kelima, mengaitkan secara erat (sinergi) masalah pengangguran dengan masalah di wilayah perkotaan lainnya, seperti sampah, pengendalian banjir, dan lingkungan yang tidak sehat.
Keenam, mengembangkan suatu lembaga antarkerja secara profesional.
Ketujuh, menyeleksi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang ak an dikirim ke luar negeri.
Kedelapan, segera harus disempurnakan kurikulum dan sistem pendidikan nasional (Sisdiknas). Kesembilan, upayakan untuk mencegah perselisihan hubungan industrial (PHI) dan pemutusan hubungan kerja (PHK).
Kesepuluh, segera mengembangkan potensi kelautan kita. Diharapkan ke depan kebijakan ketenagakerjaan dapat diubah (reorientasi) kembali agar dapat berfungsi secara optimal untuk memerangi pengangguran.
Demikianlah makalah ini, semoga dapat bermanfaat bagi kita bersama. Ibarat ”tak ada gading yang tak retak”, tentunya makalah ini jauh dari kesempurnaan maka dari itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan makalah selanjutnya. Terimakasih. C. Penutup
Penerapan konsep manajemen mutu dalam penyelenggaraan pendidikan memuat kandungan tentang sistem kerja yang terintegrasi antara dunia pendidikan tinggi dengan pengguna. Keluaran perguruan tinggi seyogyanya memiliki nilai relevansi dan koherensi yang tinggi dengan dunia
kerja, sehingga kesan "pemborosan" pada pendidikan tinggi di Indonesia dapat ditepis, dan secara makro pengguran terdidik dapat ditekan. Kondisi itu dapat terwujud lebih cepat, bila pembenahan manajemen internal didukung oleh komitmen pemerintah yang kuat khususnya
dalam penyediaan anggaran yang memadai.
Daftar Pustaka
Wahjoetoemo (1995), Manajemen Perguruan Tinggi pada Era Global, Grasindo, Jakarta. (1993), Deregulasi Pendidikan, Grasindo, Jakarta
Unmer Malang (1994), Menuju Manajemen Perguruan Tinggi yang Efisien, Rumusan Hasil Seminar, 27-28 Juli 1994, Malang. (1996), Mempersiapkan Mutu Perguruan Tinggi Menuju Kualitas Global, Kumpulan Makalah Seminar Nasional 11-13 November 1996, Malang. Depdikbud (1995), Pembangunan Pendidikan Nasional Dalam Repelita VI, Jakarta.Unmer Malang, Kumpulan makalah Hasil Seminar Nasional "Mutu PTS menjelang Era Globalisasi", 1996. Unmer Malang, Laporan Hasil Seminar "Menuju Manajemen PTS yang Efisien", 1995. Tahun 2004 Pengangguran Berkurang, Tingkat Kemiskinan Kembali ke Sebelum Krisis. Kompas. Jakarta
Daulat Sinuraya. Solusi Masalah Pengangguran di Indonesia. Suara Pembaruan Daily. 2004 http://www.beritajakarta.com MAKALAH PENGANGGURAN MASALAH PENGANGGURAN Di KOTA MALANG Disususn Oleh :
Kelas : 2 DD 04 NPM : 31208479
UNIVERSITAS GUNADARMA 2009
Kata Pengantar
Hingga saat ini, masalah pengangguran di Indonesia sepertinya tidak pernah
terselesaikan secara tuntas. Kondisinya diperparah dengan persoalan e konomi yang juga tidak kunjungselesai setelah sangat terpuruk di akhir abad dua puluh yang
lalu. Permasalahan lain, berkaitan dengan kualitas sumber daya manausia dari para penganggur sendiri, misalnya dari aspek tingkat pendidikan yang masih belum
begitu bagus. Jika pun penganggur berkualifikasi pendidikan tinggi, sering dihadang oleh kesempatan kerja yang sangat terbatas.
Bukan rahasia lagi, banyak mereka yang bekerja pada posisi yang sebetulnya bisa diisi oleh mereka yang berpendidikan rendah atau menengah. Keadaan seperti ini memunculkan fenomena mismatch, yaitu angkatan kerja yang bekerja pada posisi yang tidak sesuai dengan pendidikannya.
Selain karena sulitnya lapangan pekerjaan, persoalan pengangguran dihadapkan pula pada bermunculannya para penganggur baru, yaitu orang-orang yang baru lulus mengikuti pendidikan, kemudian meramaikan pasar kerja. Dalam kondisi penganggur lama, yaitu mereka yang pernah bekerja tetapi masih mencari pekerjaan belum tertangani, maka kedatangan penganggur baru di pasar kerja turut menambah rumitnya persoalan ketenagakerjaan di Indonesia.
penulis,
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i Daftar isi ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1Latar Belakang Masalah 1 1.2Rumusan Masalah 2
1.3Tujuan Penulisan 3 1.4Sistematis Penulisan 3
1.5Manfaat Penelitian 3 BAB II PEMBAHASAN 4
2.1 Pengertian (definisi) Masalah pengangguran 4-5 2.2 Masalah Pengangguran di kota Malang 6
2.3 Tingkat Pengangguran di kota Malang 6-7 2.4 Dampak Pengangguran bagi kota Malang 8 2.5 Data Pengangguran di kota Malang 9
BAB III PENUTUP 10 3.1 Kesimpulan 10
3.2 Solusi Masalah Pengangguran 11-12 3.3 Kritik dan Saran 12
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Masalah kependidikan yang serius dihadapi oleh kota berkembang pada umumnya, antara lain berkisar pada masalah mutu pendidikan, kesiapan tenaga pendidik, fasilitas, dan lapangan pekerjaan. Membidik masalah yang terakhir, dengan tidak bermaksud mengecilkan arti ketiga masalah lainnya, memiliki greget yang lain. Kekurangtersediaan lapangan pekerjaan akan berimbas pada kemapanan sosial dan eksistensi pendidikan dalam perspektif masyarakat.
Pada masyarakat yang tengah berkembang, pendidikan diposisikan sebagai sarana untuk peningkatan kesejahteraan melalui pemanfatan kesempatan kerja yang ada. Dalam arti lain, tujuan akhir program pendidikan bagi masyarakat pengguna jasa pendidikan, adalah teraihnya lapangan kerja yang diaharpkan. Atau
setidak-tidaknya, setelah lulus dapat bekerja di sektor formal yang memiliki nilai "gengsi" yang lebih tinggi di banding sektor informal.
Dengan demikian, keterbatasan lapangan pekerjaan sehingga berpotensi untuk tidak dapat tertampungnya lulusan program pendidikan di lapangan kerja, secara linear berpotensi menggugat eksistensi dan urgensi pendidikan dalam perspektif masyarakat. Masyarakat akan kehilangan kepercayaan secara signifikan terhadap eksistensi lembaga pendidikan.
Lapangan pekerjaan merupakan indikator penting tingkat kesejahteraan masyarakat dan sekaligus menjadi indikator keberhasilan penyelenggaraan
"pendidikan". Maka merembaknya isyu pengangguran terdidik menjadi sinyal yang cukup mengganggu bagi perencana pendidikan di negara-negara berkembang pada umumnya, khususnya juga di Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
Seperti yang telah di uraikan pada latar belakang masalah dapat membuat rumusan masalah yaitu :
2.Apa yang menjadi masalah pengangguran di kota Malang 3.Bagaimana keadaan pengangguran di kota Malang
4.Apa dampak dari pengangguran bagi kota Malang 5.Sajian data pengangguran di kota Malang
1.3 TUJUAN PENULISAN
Dapat di ketahui tujuan penulis makalah ini. 1.Untuk mengetahui pengertian ( Definisi )
2.Untuk mengetahui apa yang menjadi masalah pengangguran di kota Malang 3.Untuk mengetahui keadaan pengangguran di kota Malang
4.Untuk mengetahui akibat yang timbul dari pengangguran
5.Untuk mengetahui data-data tentang pengangguran di kota Malang
1.4SISTEMATIKA PENULISA BAB 1 PENDAHULUAN
Dapat di jelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, dan sistematika penlisan.
BAB 2 PEMBAHASAN
Pada bab ini di temukan pembahasan yang terdiri dari : pengertian pengangguran , masalah , pengangguran keadaan, dampak pengangguran, data-data
pengangguran. BAB 3 PENUTUP
Diakhir memuat kesimpulan dan solusi masalah pengangguran. 1.5MANFAAT PENULISAN
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi : 1.Penulis
Karena dengan tugas ini dapat menambah pengetahuan serta wawasan bagi si penulis mengenai kemiskinan.
2.Masyarakat
Masyarakat juga dapat mengetahui penyebab apa saja yang menimbulkan kemiskinan serta masyarakat juga dapat berindak langsung dalam upaya pengentasan kemiskinan
3.Rekan-rekan Mahasiswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk yang ingin mengetahui lebih dalam mengenai Masalah Kemiskinan. hasil penelitian ini juga dapat dimanfaatkan dan dijadikan salah satu bahan masukan ataupun bahan pertimabngan dalam kegiatan penelitian selanjutnya.
BAB II
PEMBAHASAN 2.1 Pengertian
Pengangguran adalah
orang yang masuk dalam angkatan kerja (15 sampai 64 tahun) yang sedang
mencari pekerjaan dan belum mendapatkannya. Orang yang tidak sedang mencari kerja contohnya seperti ibu rumah tangga, siswa sekolan smp, sma, mahasiswa perguruan tinggi, dan lain sebagainya yang karena sesuatu hal tidak/belum membutuhkan pekerjaan.
Jenis & Macam Pengangguran
1. Pengangguran Friksional / Frictional Unemployment
Pengangguran friksional adalah pengangguran yang sifatnya sementara yang
disebabkan adanya kendala waktu, informasi dan kondisi geografis antara pelamar kerja dengan pembuka lamaran pekerjaan.
2. Pengangguran Struktural / Structural Unemployment
Pengangguran struktural adalah keadaan di mana penganggur yang mencari
lapangan pekerjaan tidak mampu memenuhi persyaratan yang ditentukan pembuka lapangan kerja. Semakin maju suatu perekonomian suatu daerah akan
meningkatkan kebutuhan akan sumber daya manusia yang memiliki kualitas yang lebih baik dari sebelumnya.
3. Pengangguran Musiman / Seasonal Unemployment
Pengangguran musiman adalah keadaan menganggur karena adanya fluktuasi kegiaan ekonomi jangka pendek yang menyebabkan seseorang harus nganggur. Contohnya seperti petani yang menanti musim tanam, tukan jualan duren yang menanti musim durian.
4. Pengangguran Siklikal
Pengangguran siklikal adalah pengangguran yang menganggur akibat imbas naik turun siklus ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah daripada penawaran kerja.
Pengangguran juga dapat dibedakan atas pengangguran sukarela (voluntary
unemployment) dan dukalara (involuntary unemployment). Pengangguran suka rela adalah pengangguran yang menganggur untuk sementara waktu karna ingin
mencari pekerjaan lain yang lebih baik. Sedangkan pengangguran duka lara adalah pengengguran yang menganggur karena sudah berusaha mencari pekerjaan namun belum berhasil mendapatkan kerja.
2.2 Masalah pengangguran di kota Malang
Tingginya angka pengangguran, masalah ledakan penduduk, distribusi pendapatan yang tidak merata, dan berbagai permasalahan lainnya di negara kita menjadi salah satu faktor utama rendahnya taraf hidup para penduduk di negara kita. Namun
yang menjadi manifestasi utama sekaligus faktor penyebab, rendahnya taraf hidup di kota-kota berkembang adalah terbatasnya penyerapan sumber daya, termasuk sumber daya manusia. Jika dibandingkan dengan kota-kota maju.
Pemanfaatan sumber daya yang dilakukan oleh kota-kota berkembang relatif lebih rendah daripada yang dilakukan di kota-kota maju karena buruknya efisiensi dan efektivitas dari penggunaan sumber daya baik sumber daya alam
maupun sumber daya manusia. Dua penyebab utama dari rendahnya pemanfaatan sumber daya manusia adalah karena tingkat pengangguran penuh dan tingkat pengangguran terselubung yang terlalu tinggi dan terus melonjak.
Pengangguran penuh atau terbuka yakni terdiri dari orang-orang yang
sebenarnya mampu dan ingin bekerja, akan tetapi tidak mendapatkan lapangan pekerjaan sama sekali. Berdasarkan data dari Depnaker pada tahun 1997 jumlah pengangguran terbuka saja sudah mencapai sekitar 10%.
2.3. TINGKAT PENGANGGURAN
1. Tingkat Pengangguran Menurut Umur
Tingkat pengangguran yang dimaksud pada tulisan ini
adalah tingkat pengangguran terbuka atau open unemployment rate. Ukuran ini merupakan salah satu tolok ukur ketenagakerjaan yang banyak digunakan untuk melihat sampai seberapa
jauh penawaran tenaga keja, serta bagaimana permintaan akan kesempatan kerja.
Diperoleh dengan cara menghitung jumlah absolut angkatan kerja yang
menganggur, baik mereka yang baru lulus sekolah dan pertama kali mencari pekerjaan, maupun yang sudah pernah bekerja tetapi sedang mencari kembali pekerjaan, dibagi dengan total angkatan kerja dikalikan seratus. Jika tingkat
pengangguran 10 persen, berarti ada 10 orang penganggur dari setiap 100 orang angkatan kerja.memperlihatkan pola tingkat pengangguran yang sangat umum, yaitu memiliki persentase yang tinggi pada kelompok umur muda (15-19 tahun), kemudian menurun tajam hingga usia 30-34 tahun. Pada umur-umur tua, relatif stabil rendah, untuk kemudian meningkat lagi pada kelompok usia non produktif, karena mungkin masih banyak yang pension tapi masih mencari pekerjaan.
2.Tingkat Pengangguran Menurut Tingkat Pendidikan Tingkat pengangguran menurut tingkat pendidikan yang