• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA GURU DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA TUNAGRAHITA SEDANG MENGENAKAN BAJU BERKANCING MELALUI TASK ANALYSIS : Penelitian Deskriptif Kualitatif pada Siswa Tunagrahita Sedang Di SLB Negri Mutiara Bahari Mandiri Palabuhanratu.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA GURU DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA TUNAGRAHITA SEDANG MENGENAKAN BAJU BERKANCING MELALUI TASK ANALYSIS : Penelitian Deskriptif Kualitatif pada Siswa Tunagrahita Sedang Di SLB Negri Mutiara Bahari Mandiri Palabuhanratu."

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA GURU DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA TUNAGRAHITA SEDANG MENGENAKAN BAJU BERKANCING

MELALUI TASK ANALYSIS

(Penelitian Deskriptif Kualitatif pada Siswa Tunagrahita Sedang Di SLB Negri Mutiara Bahari Mandiri Palabuhanratu)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Khusus

oleh Wiwi Widiawati

1009189

JURUSAN PENDIDIKAN KHUSUS FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

UPAYA GURU DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN

SISWA TUNAGRAHITA SEDANG MENGENAKAN BAJU

BERKANCING MELALUI

TASK ANALYSIS

Oleh Wiwi Widiawati

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Wiwi Widiawati 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Desember 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

WIWI WIDIAWATI 1009189

UPAYA GURU DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAKAN BAJU BERKANCING PADA SISWA TUNAGRAHITA

SEDANG MELALUI TASK ANALYSIS

(Penelitian Deskriptif Kualitatif pada Siswa Tunagrahita Sedang di SLB Negeri Mutiara Bahari Mandiri Palabuhanratu)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING: Pembimbing I

Dr. H. Endang Rochyadi, M.Pd NIP. 19560818 198503 1 002

Pembimbing II

Dra. Oom Sitti Homdidjah, M.Pd NIP. 196101051983032002

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Khusus Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

(4)

Wiwi Widiawati , 2014

Upaya Guru Dalam Meningkatkan Kemampuan Siswa Tunagrahita Sedang Mengenakan Baju Berkancing Melalui Task Analysis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... 1

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 3

E. Definisi Konsep ... 3

F. Metodologi Penelitian ... 5

BAB II KEMAMPUAN SISWA TUNAGRAHITA SEDANG DALAM MENGENAKAN BAJU BERKANCING ... 7

A. Pengertian Tunagrahita ... 7

B. Klasifikasi ... 8

C. Dampak Tunagrahita ... 9

D. Pengetian Tunagrahita Sedang ... 11

E. Hambatan Pada Tunagrahita Seedang ... 11

F. Permasalah Siswa Tunagrahita Sedang ... 12

G. Kebutuhan Belajar Siswa Tunagrahita Sedang ... 14

H. Pendidikan Siswa Tunagrahita Sedang ... 15

I. Pembelajaran Bina Diri ... 17

(5)

Wiwi Widiawati , 2014

Upaya Guru Dalam Meningkatkan Kemampuan Siswa Tunagrahita Sedang Mengenakan Baju Berkancing Melalui Task Analysis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

K. Prinsip-prinsip Dasar Pembelajaran Bina Diri dalam

memakai Baju Berkancing ... 21

L. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 25

BAB III METODE PENELITIAN ... 25

A. Metode Penelitian ... 25

B. Tempat Penelitian ... 25

C. Subjek Penelitian ... 26

D. Instrumen Penelitian ... 26

E. Teknik Pengumpulan Data ... 26

F. Pengujian Keabsahan Data ... 28

G. Teknik Analisis Data ... 30

H. Tahap-tahap Penelitian ... 31

BAB IV DESKRIPSI DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ... 34

A. Deskripsi Data Penelitian ... 34

B. Analisis Data Penelitian ... 44

C. Pembahasan ... 45

BAB V KESIMPULAN ... 50

A. Kesimpulan ... 50

B. Implikasi ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 53

(6)

Wiwi Widiawati , 2014

Upaya Guru Dalam Meningkatkan Kemampuan Siswa Tunagrahita Sedang Mengenakan Baju Berkancing Melalui Task Analysis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

UPAYA GURU DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA TUNAGRAHITA SEDANG MENGENAKAN BAJU BERKANCING

MELALUI TASK ANALYSIS

(Wiwi Widiawati, 1009189, Jurusan PKh FIP UPI Bandung, 2014)

Pendidikan bina diri bagi siswa tunagrahita memiliki peran sentral dalam menghantarkan siswa melakukan bina diri untuk dirinya sendiri, yang meliputi mengurus diri (makan, minum, menyuap, dan tata cara makan, mengenakan bermacam-macam berpakaian, memakai sepatu, kaos kaki, pergi ke WC, berpatut diri, merawat kesehatan diri), Tetapi kenyataan menunjukan bahwa layanan pembelajaran bagi siswa tunagrahita yang berlangsung saat ini cenderung didasarkan atas pencapaian tujuan kurikulum dan lebih bersifat klasikal. Akibatnya persoalan-persoalan yang menyangkut kebutuhan dasar mereka menjadi tidak tersentuh. Cara membelajarkan seperti ini pada akhirnya proses pembelajaran menjadi tidak bermakna, tidak fungsioanal dan tidak menyentuh apa yang sebenarnya dibutuhkan siswa.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka masalah yang akan diungkap dalam penelitian ini yaitu untuk memperoleh gambaran tentang kemampuan siswa tunagrahita sedang dalam memakai baju berkancing, perencanaan, proses pembelajaran, evaluasi serta kendala dan pendukung pada pembelajarannya.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Alat pengumpul data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik pemeriksaan keabsahan data dengan menggunakan teknik triangulasi.

(7)

Wiwi Widiawati , 2014

Upaya Guru Dalam Meningkatkan Kemampuan Siswa Tunagrahita Sedang Mengenakan Baju Berkancing Melalui Task Analysis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kata Kunci : Pembelajaran memakai baju berkancing, Siswa tunagrahita sedang.

ABSTRAK

EFFORTS IN IMPROVED STUDENT TEACHER IS WEARING CLOTHES TUNAGRAHITA BREASTED THROUGH TASK ANALYSIS

(Wiwi Widiawati, 1009189, Jurusan PKh FIP UPI Bandung, 2014)

Bina education for students with intellectual challenges themselves have a central role in delivering students perform self cultivated for himself, which includes taking care of yourself (eat, drink, bribe, and procedures for eating, wearing an assortment of dress, wear shoes, socks, go to the lavatory , berpatut self, health care for themselves), but reality shows that service-learning for students with intellectual challenges of the present day tend to be based on the achievement of the objectives of the curriculum and is more classical. As a result, issues concerning their basic needs become untouchable. Membelajarkan this way as the learning process eventually becomes meaningless, is not fully functional and do not touch what is actually needed students. Based on the above problems, then the problem will be revealed in this study is to gain an overview of the capabilities of students with intellectual challenges are wearing buttoned, planning, learning, evaluation as well as the constraints and supporting the learning. This study used a qualitative descriptive method. Data collection tool used was observation, interviews, and documentation. Data validity checking techniques using triangulation techniques. Based on the results of data processing research we concluded that the ability of mentally retarded students were class II SLB can do with the help of the process begins to show up wearing a buttoned shirt. In preparation learning berkancingseperti wear, material, relevant media and evaluation adapted to the conditions of students, in the implementation of learning activities tailored wear shoes with SBC, then conducted an evaluation, follow-up of the results of the final assessment, in the form of enrichment, development, and repetition.

(8)

Wiwi Widiawati , 2014

Upaya Guru Dalam Meningkatkan Kemampuan Siswa Tunagrahita Sedang Mengenakan Baju Berkancing Melalui Task Analysis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Program bina diri merupakan program khusus yang wajib diberikan pada

siswatunagrahita. Program ini dikembangkan berdasarkan hasil asesmen. Secara

umum program ini mencakup mengurus diri, menolong diri, komunikasi,

memanfaatkan waktu luang, sosialisasi dan adaptasi, dan keterampilan hidup.

Tunagrahita atau dalam perkembangan sekarang lebih dikenal dengan istilah

intellectual disability, sering keliru dipahami oleh masyarakat, bahkan sering

terjadi pada para professional dalam bidang pendidikan luar biasa didalam

memahami konsep tunagrahita. Pendidikan bina diri bagi siswa tunagrahita

memliki peran sentral dalam menghantarkansiswa melakukan bina diri untuk

dirinya sendiri, yang meliputi merawat diri (mandi, menggosok gigi, merawat

rambut, kebersihan kuku, memelihara kesehatan dan keselamatan diri), mengurus

diri (makan, minum, menyuap, dan tata cara makan, mengenakan

bermacam-macam berpakaian, memakai sepatu, kaos kaki, pergi ke WC, berpatut diri,

merawat kesehatan diri), menolong diri, (memasak sederhana, mengatasi bahaya,

mencuci pakaian, dan melakukan aktivitas rumah), komunikasi (komunikasi lisan

, tulisan dan perbuatan), sosialisasi (bermain, berinteraksi, berpartisifasi

kelompok, ramah dalam bergaul, menghargai orang lain, tanggung jawab pada

diri sendiri, berekspresi dan mengendalikan emosi), keterampilan hidup

(berbelanja, menggunakan uang, dan cara mengatur pembelanjaan), dan mengisi

waktu luang yang diisi dengan kegiatan yang positif seperti : kegiatan olah raga,

kesenian, keterampilan sederhana, seperti memelihara ternak atau tanaman sesuai

dengan kemampuannya.

Dengan pembelajaran bina diri yang tepat diharapkan dapat menghantarkan

siswa tunagrahita untuk hidup mandiri di keluarga, sekolah dan masyarakat.

(9)

2

Wiwi Widiawati , 2014

Upaya Guru Dalam Meningkatkan Kemampuan Siswa Tunagrahita Sedang Mengenakan Baju Berkancing Melalui Task Analysis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

siswatunagrahita untuk mengurus dirinya sendiri, baik yang bersifat rutin maupun

insidentil sebagai bentuk penampilan pribadi, salah satunya adalah berpakaian,

yang meliputi mengenakan bermacam –macam pakaian sesuai dengan kebutuhan terutama kemeja yang berkancing.

Untuk siswa tunagrahita sedang, menggunakan kemeja berkancing tidak

mudah terutama ketika siswa harus mengancingkan baju karena ini berkaitan

dengan keterampilan motorik kasar.Faktor penyebab lain dari ketidakmampuan

siswa dalam keterampilan memakai baju berkancing selain disebabkan oleh faktor

siswa itu sendiri mungkin pula disebabkan oleh faktor gurunya sendiri. Bentuk

perencanaan yang kurang tepat atau tidak sesuai dengan kemampuan yang

dimiliki oleh siswa akan sangat berpengaruh terhadap ketercapaian tujuan suatu

pembelajaran, begitu pula proses pembelajaran yang dilaksanakan dengan bentuk

evaluasi yang kurang tepat serta sarana dan prasarana yang diperlukan dalam

mewujudkan tujuan dari pembelajaran.

Kemampuan, masalah dan kebutuhan yang dialami siswa tunagrahita sangat

heterogen. Heterogenitas ini pada akhirnya mempunyai konsekuensi terhadap

tindakan-tindakan guru dalam kegiatan pembelajaran. Tindakan itu tidak lagi

didasarkan hanya semata-mata pada IQ (Intelegensi Quotient) yang sifatnya

abstrak dan sangat umum, melainkan pada pertimbangan kemampuan , masalah

dan kebutuhan nyata dari kondisi yang dihadapi siswa tunagrahita.

Kenyataan menunjukan bahwa layanan pembelajaran bagi siswa tunagrahita

yang berlangsung saat ini cenderung didasarkan atas pencapaian tujuan kurikulum

dan lebih bersifat klasikal. Akibatnya persoalan-persoalan yang menyangkut

kebutuhan dasar mereka menjadi tidak tersentuh. Cara membelajarkan seperti ini

pada akhirnya proses pembelajaran menjadi tidak bermakna, tidak fungsioanal

dan tidak menyentuh apa yang sebenarnya dibutuhkan siswa. Semua ini

sesungguhnya sangat bertentangan dengan kaidah dan prinsip-prinsip dalam dunia

pendidikan bagi siswa tunagrahita. Lebih tidak baik lagi jika proses pembelajaran

(10)

3

Wiwi Widiawati , 2014

Upaya Guru Dalam Meningkatkan Kemampuan Siswa Tunagrahita Sedang Mengenakan Baju Berkancing Melalui Task Analysis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penyelenggaraan layanan pendidikan kepada siswa tunagrahita,diperlukan

adanya dukungan pengetahuan dan sikap profesional para pengelola pendidikan

dan penentu kebijakan (pemerintah) itu sendiri. Secara operasional ujung tombak

pengelolaan pendidikan sebetulnya berada ditangan guru. Oleh karena itu guru

memiliki posisi strategis dan menentukan keberhasilan pembelajaran. Dikatakan

strategis karena fungsi guru adalah perancang, pengelola dan evaluator dari

seluruh proses pembelajaran, sehingga gurulah yang sesungguhnya dapat

menentukan kedalaman dankeluasan materi yang diajarkan kepada

setiapsiswanya.Dikatakan menentukan karena guru pulalah yang dapat memilah

dan memilih bahan yang sesuai dengan hambatan, masalah dan kebutuhan belajar

setiap individu yang akan diajar.

Untuk memperoleh keterampilan tersebut maka perlu diberikan pembelajaran

yang sesuai dengan kebutuhan siswa guna meningkatkan kemampuan mengurus

diri sendiri khususnya dalam memakai baju berkancing. Selain itu juga untuk

melatih motoriknya yang mengalami gangguan gerak sehingga ia dapat merawat,

mengurus, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan dimana ia berada tanpa

tergantung sepenuhnya kepada orang lain/mandiri.

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas penulis bermaksud untuk

mengadakan penelitian tentang Upaya Guru dalam Meningkatkan Kemampuan

Memakai Baju Berkancing pada Siswa Tunagrahita Sedang MelaluiTask Analysis

Kelas II SDLB di SLBN Mutiara Bahari Mandiri Palabuhanratu Kabupaten

Sukabumi.

B. FokusMasalah

Berdasarkan latar belakang diatas, yang menjadi fokus masalah dalam

peneliatian ini adalah: “Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Anak Tunagrahita

(11)

4

Wiwi Widiawati , 2014

Upaya Guru Dalam Meningkatkan Kemampuan Siswa Tunagrahita Sedang Mengenakan Baju Berkancing Melalui Task Analysis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dari fokus permasalahan tersebut peneliti merinci menjadi beberapa sub

penelitian agar lebih penelitian terarah. Adapun yang menjadi sub fokus masalah

ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kemampuan memakai baju berkancing pada anak tunagrahita

sedang kelas II SDLB di SLB Negeri Mutiara Bahari Mandiri

Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi?

2. Bagaimana program pembelajaran memakai baju berkancing bagi anak

tunagrahita sedang kelas II SDLB di SLB Negeri Mutiara Bahari Mandiri

Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi?

3. Bagaimana proses pembelajaran memakai baju berkancing pada anak

tunagrhita sedang kelas II SDLB di SLB Negeri Mutiara Bahari Mandiri

Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi?

4. Bagaimana evalusi pembelajran memakai baju berkancing pada anak

tunagrahita sedang kelas II SDLB di SLB Negeri Mutiara Bahari Mandiri

Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi?

5. Faktor-faktor apa saja yang menjadi kendala dan pendukung pada

pembelajaran memakai baju berkancing bagi anak tunagrahita sedang

kelas II SDLB di SLB Negeri Mutiara Bahari Mandiri Palabuhanratu

Kabupaten Sukabumi?

6. Bagaimana upaya guru dalam mengatasi hambatan-hambatan yang ada

pada siswa tunagrahita di kelas?

C. TujuandanKegunaanPenelitian 1. Tujuan

Adapuntujuandaripenelitianiniadalahsebagaiberikut :

a. Untukmemperolehgambarantentangkemampuanmemakaibajuberkanci

ngpadasiswatunagrahitasedangkelas II SDLB di SLB

(12)

5

Wiwi Widiawati , 2014

Upaya Guru Dalam Meningkatkan Kemampuan Siswa Tunagrahita Sedang Mengenakan Baju Berkancing Melalui Task Analysis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Untukmemperolehgambarantentangperencanaanpembelajaranmemakai

bajuberkancingpadasiswatunagrahitasedangkelas II SDLB di SLB

MutiaraBahariMandiriPelabuhanratuKabupatenSukabumi?

c. Untukmemperolehgambarantentang proses

pembelajaranmemakaibajuberkancingpadasiswatunagrahitasedangkela

s II SDLB di SLB

MutiaraBahariMandiriPelabuhanratuKabupatenSukabumi?

d. Untukmemperolehgambarantentangevaluasipembelajaranmemakaibaju

berkancingpadasiswatunagrahitasedangkelas II SDLB di SLB

MutiaraBahariMandiriPelabuhanratuKabupatenSukabumi?

e. Untukmemperolehgambarantentangfaktor-faktor yang

menjadikendaladanpendukungpadapembelajaranmemakaibajuberkanci

ngpadasiswatunagrahitasedangkelas II SDLB di SLB

MutiaraBahariMandiriPelabuhanratuKabupatenSukabumi?

f. Untukmemperolehgambarantentangbagaimana upaya guru dalam

mengatasi

hambatan-hambatanpembelajaranmemakaibajuberkancingpadasiswatunagrahitase

dangkelas II SDLB di SLB

MutiaraBahariMandiriPelabuhanratuKabupatenSukabumi?

2. Kegunaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan terhadap :

a. Siswa

Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadikan anak

tunagrahita lebih terampil dalam aktifitas kegiatan sehari-hari karena

sangatlah penting dalam kehidupan masyarakat pada umumnya karena

dalam lingkungan sosial tidak luput dari aktifitas, sehingga dapat

mempermudah anak tunagrahita mudah bersosialisasi dengan

orang-orang dilingkungannya.

(13)

6

Wiwi Widiawati , 2014

Upaya Guru Dalam Meningkatkan Kemampuan Siswa Tunagrahita Sedang Mengenakan Baju Berkancing Melalui Task Analysis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Guru sebagai pelaksana penelitian, diharapkan dapat

mengaplikasikan hasil penelitian tersebut di lapangan untuk

meningkatkan kemampuan memakai baju berkancing pada siswa

tunagrahita sedang kelas II SDLB di SLB Negeri Mutiara Bahari

Mandiri Palabuhanratu kabupaten Sukabumi.

c. Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi

sekolah agar mengambil manfaat dalam peningkatan aktifitas bagi

(14)

Wiwi Widiawati , 2014

Upaya Guru Dalam Meningkatkan Kemampuan Siswa Tunagrahita Sedang Mengenakan Baju Berkancing Melalui Task Analysis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat Penelitian

Pada dasarnya sebuah penelitian tidak lepas dari lokasi penelitian, yaitu

tempat dimana penelitian itu dilakukan. Tempat yang dijadikan lokasi

penelitian diharapkan dapat memberikan data atau informasi yang diperlukan

dalam penelitian.

Adapun tempat yang dijadikan lokasi/tempat penelitian tentang

pembelajaran memakai baju berkancing, yaitu SLB Negeri Mutiara Bahari

Mandiri Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi.

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis

memilih 2 orang siswa tunagrahita sedang dan 1 orang guru kelas II SDLB di

SLB Negeri Mutiara Bahari Mandiri Palabuhanratu Kab. Sukabumi sebagai

subyek penelitian sekaligus sumber data (responden ) penelitian.

Tabel 3.1

SUBJEK PENELITIAN

NO Nama L/P Umur Keterangan

1. AR P 35 Guru Kelas

2. BL P 8 Siswa

3 GL L 8 Siswa

B. Metode Penelitian

Metode merupakan hal yang sangat diperlukan oleh seorang peneliti

dalam melakukan suatu penelitian, karena akan berpengaruh terhadap

pencapaian tujuan penelitian yang ditetapkan. Dengan demikian metode yang

digunakan dalam sebuah penelitian harus tepat, artinya bahwa metode itu

sendiri berfungsi untuk memandu pelaksanaan penelitian yang akan

(15)

33

Wiwi Widiawati , 2014

Upaya Guru Dalam Meningkatkan Kemampuan Siswa Tunagrahita Sedang Mengenakan Baju Berkancing Melalui Task Analysis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bertitik tolak dari tujuan penelitian yang telah dirumuskan, maka

penulis mencoba menggunakan metode yang dianggap sesuai dengan

permasalahan dalam penelitian ini. Adapun metode penelitian yang dimaksud

adalah metode deskriptif kualitatif dengan dasar pemikiran bahwa masalah

terjadi pada masa sekarang yaitu masalah yang diteliti terjadinya pada saat

penelitian berlangsung dengan mengamati orang dalam bahasa dan tafsiran

tentang dunia ssekitarnya. Dengan demikian terlihat hubungan antara peneliti

dan pihak yang diteliti.

Metode deskriptif adalah suatu metode untuk memecahkan

masalah-masalah yang sedang berlangsung atau terjadi pada saat ini dan aktual.

Sejalan dengan pendapat Surakhmad (1994) dalam Sularmi (2010 : 39),

bahwa “penyelidikan deskriptif tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada saat sekarang”.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif

naturalistik, karena penelitian tidak mrngadakan perhitungan secara statistuk.

Sifat pendekatan lebih ditekankan pada sifat alamiah, spontan dan wajar. Data

dikumpulkan oleh peneliti sendiri dengan memasuki lapangan yang akan

diteliti.

Pemikiran tersebut diatas berdasarkan pada pendapat Moleong (2007 :

6), mengemukakan bahwa:

Metode penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk

memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian

misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dll, secara holistik dan dengan

cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus

yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Berdasarkan kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian

tentang pembelajaran memakai baju pada anak tunagrahita sedang kelas II

SDLB di SLB Negeri Mutiara Bahari Mandiri Palabuhanratu Kab. Sukabumi,

metode yang cocok dan sesuai untuk penelitian ini adalah metode deskriptif

(16)

34

Wiwi Widiawati , 2014

Upaya Guru Dalam Meningkatkan Kemampuan Siswa Tunagrahita Sedang Mengenakan Baju Berkancing Melalui Task Analysis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Data yang dikumpulkan bersifat deskriptif yaitu berupa tindakan subjek

(guru) dalam mengembangkan program pembelajaran memakai baju bagi

anak tunagrahita sedang, yang akan diperoleh melalui wawancara.

b. Data ini menggambarkan peristiwa-peristiwa yang dialami dan tidak dapat

dimanipulasi, artinya peristiwa-peristiws tersebut berlangsung apa adanya.

C. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data 1. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti sendiri merupakan alat (instrumen)

pengumpul data utama. Lexy J. Moleong (2007 : 9) mengemukakan bahwa :

“Hanya manusia sebagai alat saja yang dapat berhubungan dengan responden

dan obyek lainnya, dan hanya manusialah yang mampu memahami kaitan

kenyataan-kenyataan di lapangan”.

Begitu pula dengan pendapat Nasution dalam Sugiono (2010 : 223)

yang mengemukakan bahwa :

Dalam peneltian kualitatif tidak ada pilihan lain daripada menjadikan

manusia sebagai instrument penelitian utama. Alasannya ialah bahwa,

segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah,

fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan,

bahkan hasil yang diharapkan itu semuanya tidak dapat ditentukan

secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu

dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba

tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti

itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya.

Berdasarkan dua pendapat diatas, maka dalam penelitian ini, peneliti

sendirilah yang menjadi alat (instrumen) pengumpul data yang diperlukan

dalam penelitian ini. Peneliti terjun langsung ke lapangan untuk memperoleh

data yang relevan, lebih lengkap, dan obyektif sesuai dengan kebutuhan.

(17)

35

Wiwi Widiawati , 2014

Upaya Guru Dalam Meningkatkan Kemampuan Siswa Tunagrahita Sedang Mengenakan Baju Berkancing Melalui Task Analysis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Untuk keperluan penelitian diperlukan data-data dari berbagai pihak,

data-data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan

teknik pengumpulan data sebagai berikut:

a. Observasi

Untuk memperoleh data yang lebih lengkap, tajam dan sampai

mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak maka

observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi partisipatif

dimana dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari

orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data,

peneliti ikut melakukan apa yang dilakukan sumber data, dan ikut

merasakan suka dukanya.

Observasi dilakukan terhadap siswa yang sedang melakukan kegiatan

bina diri, observasi merupakan kegiatan pengamatan langsung yang

dilakukan peneliti sehingga akan diperoleh data yang aktual sesuai

kebutuhan penelitian. Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto S (1993 :

27) yang menyatakan bahwa “Observasi (observation) atau pengamatan

merupakan suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan

pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis.” Dengan

kegiatan observasi ini dapat mengunkapkan kondisi yang obyektif tentang

kemampuan anak tunagrahita sedang kelas II SDLB dalam memakai baju

berkancing di SLB Negeri Mutiara Bahari Mandiri Palabuhanratu Kab.

Sukabumi.

b. Wawancara

Untuk memperoleh gambaran tentang pelaksanaan kegiatan memakai

baju berkancing bagi anak tunagrahita sedang kelas II di SDLB di SLB

Negeri Mutiara Bahari Mandiri Palabuhanratu Kab. Sukabumi penulis

mengadakan wawancara kepada seorang guru yang mengajar anak

(18)

36

Wiwi Widiawati , 2014

Upaya Guru Dalam Meningkatkan Kemampuan Siswa Tunagrahita Sedang Mengenakan Baju Berkancing Melalui Task Analysis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Wawancara menurut Arikunto S (1993 : 27) adalah “ suatu metode

atau cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden

dengan Tanya jawab sepihak”. Penelitian ini menggunakan teknik

wawancara sebagai salah satu teknik untuk mengumpulkan berbagai

informasi dari para informan di lapangan penelitian.

Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini yaitu wawancara

bebas, dimana responden mempunyai kebebasan untuk mengutarakan

pendapatnya, tanpa dibatasi oleh patokan-patokan yang telah dibuat oleh

peneliti.

c. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, bisa

berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.

Begitupun pada penelitian ini, peneliti mendokumentasikan apa-apa yang

diperlukan pada pembelajran memakai baju berkancing bagi anak

tunagrahita sedang kelas II SDLB di SLB Negeri Mutiara Bahari Mandiri

Palabuhanratu Kab. Sukabumi.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ketiga teknik

pengumpulan data tersebut sangta sesuai dengan masalah yang akan

diteliti yaitu tentang pembelajaran memakai baju berkancing bagi anak

tunagrahita sedang kelas II SDLB di SLB Negeri Mutiara Bahari Mandiri

Palabuhanratu Kab. Sukabumi.

D. Pengujian Keabsahan Data 1. Perpanjangan Waktu

Perpanjangan waktu penelitian merupakan salah satu teknik untuk

memperoleh keabsahan data, dengan perpanjangan waktu, diharapkan peneliti

dapat memperoleh berbagai informasi secara leluasa sesuai dengan kebutuhan

(19)

37

Wiwi Widiawati , 2014

Upaya Guru Dalam Meningkatkan Kemampuan Siswa Tunagrahita Sedang Mengenakan Baju Berkancing Melalui Task Analysis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tegantung pads kedalaman peneliti menggali data, keluasan informasi yang

diperoleh, dan kepastian data yang telah diperoleh.

2. Ketekunan Pengamatan

Ketekunan pengamatan merupakan salah satu aspek keabsahan data.

Dengan ketekunan pengamatan yang dilakukan terhadap pelaksanaan

pembelajaran mendengarkan cerita melalui DTB Player bagi siswa tunanetra,

diharapkan mampu memberikan informasi yang lebih sesuai.Dengan

meningkatkan ketekunan pengamatan, maka peneliti dapat melakukan

pengecekan kembali apakah data yang telah ditemukan itu salah atau

tidak.Untuk meningkatkan ketekunan, peneliti membaca berbagai referensi

buku maupun hasil penelitian atau dokumentasi-dokumentasi yang terkait

dengan temuan yang diteliti.

3. Triangulasi

Data-data yang diperoleh dari hasil pengumpulan data selanjutnya perlu

diuji kebenarannya (keabsahan data). Untuk menguji keabsahan data peneliti

menggunakan trigulasi dengan sumber. Triangulasi dengan sumber yaitu

mengecek data (kredibilitas data) yang telah diperoleh melalui beberapa

sumber yang kemudian dideskripisikan, dikatagorisasikan, mana pandangan

yang sama, mana yang berbeda, dan mana spesifik dari beberapa sumber data

yang kemudian dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu

kesimpulan

Teknik triangulasi yang digunakan adalah triangulasi dengan sumber,

yaitu dengan membandingkan suatu informasi melalui waktu dan alat yang

berbeda dengan cara membandingkan data hasil observasi dengan hasil

wawancara serta dokumentasi.

Dengan demikian derajat kepercayaan informasi yang didapat dalam

penelitian ini terjamin, secara singkat teknik triangulasi ini dapat dilihat pada

(20)

38

Wiwi Widiawati , 2014

Upaya Guru Dalam Meningkatkan Kemampuan Siswa Tunagrahita Sedang Mengenakan Baju Berkancing Melalui Task Analysis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kredibilitas data / pengujian keabsahan data dilakukan penulis dengan

jalan :

a. Mengembangkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara

b. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa

yang dikatakannya secara pribadi

c. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian

dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.

d. Membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang berkaitan.

G. Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

analisis bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh,

selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis. Selanjutnya dicarikan data lagi

secara berulang-ulang sehingga selanjutnya dapat disimpulkan apakah

hipotesis itu diterima atau ditolak berdasarkan data yang terkumpul.

Adapun langkah-langkah analisis data yang digunakan dalam penelitian

sebagaimana yang dikemukakan menurut Nasution (2003) dalam Pranita E

(2010: 40), sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Reduksi data dimaksud untuk mengintisarikan dan mengambil bagian

pokok dari data yang telah diperoleh, hal ini untuk memudahkan dalam

menentukan data apa saja yang sudah diperoleh dan data apa saja yang WAWANCARA

(21)

39

Wiwi Widiawati , 2014

Upaya Guru Dalam Meningkatkan Kemampuan Siswa Tunagrahita Sedang Mengenakan Baju Berkancing Melalui Task Analysis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

belum diperoleh yang harus dikumpulkan berkaitan dengan masalah

penelitian.

2. Display Data

Display data adalah suatu cara menggolongkan data ke dlam

kelompok-kelompok sehingga data mudah untuk dibaca dan dipahami. Bentuknya

berupa matrik, yang dapat digunakan untuk melihat gambaran secara

keseluruhan atau bagian tertentu secara efektif sehingga memudahkan

penulis untuk mengambil keputusan.

3. Menarik Kesimpulan dan Verifikasi

Kegiatan menarik kesimpulan dilakukan peneliti sejak awal, hal ini

memudahkan peneliti untuk memperoleh makna dari setiap data yang

dikumpulkan. Kesimpulan yang diambil hanya bersifat sementara dan

masih diragukan, oleh karena itu kesimpulan senantiasa diverifikasi

selama penelitian. Dari berbagai data yang terkumpul, selanjutnya

penulis menarik kesimpulan tentang hasil penelitian yang dihubungkan

dengan jawaban terhadap pertanyaan penelitian tentang pembelajaran

memakai baju berkancing bagi anak tunagrahita kelas II.

H. Tahap-tahap Penelitian

Tahap penelitian yang dilakukan oleh peneliti dimulai dari tahap

pralapangan, tahap pekerjaan lapangan, sampai tahap analisis data :

1. Tahap Pra Lapangan

a. Menyusun Rencana Penelitian

Kegiatan ini merupakan tahap awal dari serangkaian proses penelitian.

Intinya, berupa penyusunan rancangan penelitian yang diajukan ke

Dewan Skripsi Jurusan Pendidikan Khusus FIP UPI yang mana

setelah mendapatkan persetujuan proposal penelitian diseminarkan.

(22)

40

Wiwi Widiawati , 2014

Upaya Guru Dalam Meningkatkan Kemampuan Siswa Tunagrahita Sedang Mengenakan Baju Berkancing Melalui Task Analysis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Proses pemilihan latar penelitian dalam penelitian ini diawali dengan

data yang ditemukan oleh peneliti di SLB Mutiara Bahari Mandiri

Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi

c. Menurus Perizinan

Pengurusan perizinan yang bersifat administrative, dilakukan mulai

dari tingkat jurusan, fakultas, universitas, BPPM, sampai Dinas

Pendidikan Kota Bandung

d. Menyiapkan Peralatan Penelitian

Pada tahap ini, peneliti menyiapkan segala perlengkapan yang

dibutuhkan untuk memperlancar, memperluas, dan mempermudah

kegiatan pengumpulan data di lapangan.Adapun kegiatan pada tahap

ini adalah mempersiapkan instrument penelitian yang terdiri dari

pedoman wawancara dan pedoman observasi.

2. Tahap Pekerjaan Lapangan

a. Memahami Latar Penelitian

1) Pembatasan penelitian. Pemahaman latar penelitian menjadi

sangat penting, sehingga strategi untuk mengumpulkan data

menjadi efektif. Adapun latar penelitian ini dibatas pada lokasi

dimana kasus berada.

2) Penampilan. Dalam melakukan penelitian, peneliti juga sangat

memperhatikan penampilan. Lokasi penelitian dilaksanakan di

sekolah, maka peneliti juga harus tampil dengan sopan dan

formal.

3) Pengenalan hubungan peneliti di lapangan. Penelitian ini bersifat

pengamatan langsung tanpa berperan serta, maka peneliti

berusaha agar hubungan dengan lingkungan yang ada di lokasi

penelitian tetap penuh kakraban, tanpa mengubah situasi yang

terjadi pada latar penelitian dan perilaku alami yang ada di lokasi

(23)

41

Wiwi Widiawati , 2014

Upaya Guru Dalam Meningkatkan Kemampuan Siswa Tunagrahita Sedang Mengenakan Baju Berkancing Melalui Task Analysis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4) Jumlah waktu studi. Peneliti mengalokasikan waktu penelitian di

lapangan selama tiga minggu, diharapkan dengan jumlah waktu

yang sangat terbatas ini berbagai data penelitian dapat terkumpul

dengan baik.

b. Memasuki Lapangan

1) Keakraban hubungan. Keakraban hubungan peneliti dengan

lingkungan sosial di lingkungan penelitian selalu berusaha dijaga

oleh peneliti. Agar mempermudah peneliti dalam upaya

memperoleh berbagai data yang diinginkan.

2) Peranan peneliti. Peran peneliti dalam aktivitas yang ada dilokasi

penelitian tidak besar, karena penelitian ini dilakukan dengan

pengamatan langsung tanpa berperan serta. Dikhawatirkan akan

mempengaruhi kondisi dan perilaku di lokasi penelitian.

c. Berperan serta dan Mengumpulkan Data

1) Pengarahan batas studi. Pengarahan batas studi dilakukan dengan

memperhatikan batasan masalah pada fokus penelitian yang akan

diteliti. Pengarahan batas studi sangat penting agar peneliti tidak

terjebak pada masalah-masalah yang berada di luar fokus masalah

penelitian.

2) Mencatat data. Mencatat data dilakukan peneliti pada saat dan

sesudah pengumpulan data, pada saat wawancara dan sesudah

(24)

Wiwi Widiawati , 2014

Upaya Guru Dalam Meningkatkan Kemampuan Siswa Tunagrahita Sedang Mengenakan Baju Berkancing Melalui Task Analysis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Kesimpulan diperoleh berdasarkan dari hasil penelitian. Berkaitan

dengan kesimpulan tersebut Winarno Surakhmad (1998: 111) menjelaskan

bahwa: ”Setiap kesimpulan yang ditarik oleh penyelidik harus semata-mata

berdasarkan atas data yang terkumpul dan teroleh, dan tidak keluar dari atau

melampaui batas-batas data”.

Kesimpulan yang penulis peroleh dari hasil penelitian adalah sebagai

berikut:

1. Kesimpulan Umum

Anak tunagrahita adalah anak yang memiliki kecedasan di bawah

rata-rata dan adaptasi sosialnya terbatas namun mereka masih dapat dilatih

melalui pendidikan utamanya dalam bidang pembelajaran keterampilan.

Pendidikan pada hakekatnya untuk membentuk individu yang

memiliki kedewasaan, yakni dewasa dalam berfikir, dewasa dalam

berucap dan dewasa dalam betindak. Untuk mencapai kedewasaan tersebut

harus diupayakan melalui suatu usaha yang terprogram, sistematis dan

berkesinambungan. Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara

guru dengan siswa yang dipersiapkan, dilaksanakan, dan dievaluasi secara

sistematis untuk mencapai suatu tujuan. Proses tersebut didukung oleh

metode, media dan sarana dan prasarana lainnya yang sesuai dengan

materi pembelajaran.

Bagi anak tunagrahita sedang cara berpakaian tidak semudah

seperti orang yang normal, banyak mengalami kesulitan disebabkan

ketunagrahitaannya. Kesulitan yang dialami anak tunagrahita sedang

dalam keterampilan berpakaian, diantaranya tidak tepatnya mengenakan

pakaian, mengancingkan pakaian, dan kesulitan menanggalkan pakaian.

Kesulitan anak tunagrahita sedang ini harus diatasi sedini mungkin agar

(25)

53

Wiwi Widiawati , 2014

Upaya Guru Dalam Meningkatkan Kemampuan Siswa Tunagrahita Sedang Mengenakan Baju Berkancing Melalui Task Analysis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

meningkatkan pembelajaran keterampilan berpakaian sangat penting untuk

anak tunagrahita sedang. Keterampilan berpakaian adalah kemampuan

atau cara mengenakan pakaian dengan baik dan tepat.

Demikian pula halnya dengan pembelajaran keterampilan

berpakaian bagi anak tunagrahita sedang yang mengikuti pendidikan

disekolah, proses interaksi antara guru dengan anak didik perlu

penyesuaian yang tepat agar tujuan pembelajaran dapat tercapai namun

kenyataannya pembelajaran keterampilan berpakaian pada anak

tunagrahita sedang kelas 3 SDLB Al-Khairiyah, SDLB Al-Kautsar dan

SDLB Tri Darma Cilegon Banten, masih belum dilakukan dan diucapkan

guru sesuai dengan kebutuhan mereka.

Melalui penelitian ini, disimpulkan bahwa upaya guru dalam

meningkatkan keterampilan berpakaian diharapkan anak dapat

menguasainya sebagai kebutuhan dasar dalam kehidupan sehari-hari.

2. Kesimpulan Khusus

a. Kemampuan berpakaian anak tunagrahita sedang kelas II SDLB

Kemampuan siswa dalam berpakaian, anak dapat mengenal

pakaian dengan baik tidak keliru dengan bagian-bagian pakaian

kemeja seperti lengan bagian kiri, lengan bagian kanan dan kerah.

Kemampuan dalam memakai pakaian, anak baru mampu memasukkan

bagian lengan kanan, lengan kiri serta membuka lengan kanan dan

lengan kiri, sedangkan kemampuan dalam mengancingkan kemeja,

memasukkan satu kancing dalam prosesnya perlu waktu agak lama.

b. Perencanaan pembelajaran memakai baju berkancing

Dalam proses pembelajaran memakai baju berkancing pada

siswa tunagrahita kelas II SDLB di SLB Mutiara Bahari Mandiri

Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi disusun berdasarkan KTSP yang

sudah tersedia di sekolah untuk mata pelajaran program khusus (bina

(26)

54

Wiwi Widiawati , 2014

Upaya Guru Dalam Meningkatkan Kemampuan Siswa Tunagrahita Sedang Mengenakan Baju Berkancing Melalui Task Analysis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

semester, dan silabus yang telah disusun oleh guru. Perencanaan

pembelajaran memakai baju berkancing disusun oleh guru kelas

dengan pertimbangan kemampuan dan kebutuhan yang dimiliki

masing-masing siswa. Model RPP yang dikembangkan di SLB

Mutiara Bahari Mandiri untuk program khusus (memakai baju

berkancing) yaitu dengan analisis tugas. Bagi siswa yang masih

rendah kemampuannya terutama dalam mengancingkan baju guru

memberikan tindak lanjut berupa latihan ekstra

c. Proses pembelajaran memakai baju berkancing

Pelaksanaanpembelajaran (pembelajaranmemakaibajuberkancing)

dalamkelas yang telahdisusunsebelumnya,

penyampaianmateriolehrespondendisesuaikandengankebutuhandanke

mampuan yang dimilikiolehsetiapsiswa, metode yang

digunakanrespondendalampembelajaranmemakaibajuberkancingberva

riasidantidakmembosankan.Alatdansumberbelajar yang

dipilihsesuaidenganmateripembelajaran.Tindaklanjut yang

diberikanolehrespondenkepadatiapsiswaberbeda-bedasesuaidengankemampuan yang telahdicapainya

d. Evaluasi pembelajaran baju berkancing

Menggunakanevaluasidengantes,

bentukteslisan/penugasandanperbuatandanpenilaiannyamenggunakanp

edomananalisistugas

e. Upaya yang dilakukan guru dalam meningkatkan keterampilan berpakaian anak tunagrahita sedang

Upaya yang dilakukan guru dalam meningkatkan kemampuan

berpakaian anak tunagrahita sedang pada pembelajaran keterampilan

berpakaian di mulai dengan cara bekerjasama dengan orang tua dan

guru keterampilan, untuk mendapatkan informasi dan data yang jelas

(27)

55

Wiwi Widiawati , 2014

Upaya Guru Dalam Meningkatkan Kemampuan Siswa Tunagrahita Sedang Mengenakan Baju Berkancing Melalui Task Analysis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sedangkan dalam menyusun program, upaya yang dilakukan

responden adalah bekerjasama dengan pihak yang berkompeten di

dalamnya untuk menentukan tujuan, materi, metode, media dan

evaluasi yang disesuaikan dengan kondisi anak.

Pada tahap pelaksanaan seperti melaksanakan kegiatan awal upaya

yang dilakukan adalah memberikan waktu yang cukup untuk

mempersiapkan diri pada anak kemudian mengawali kegiatan dengan

bernyanyi sambil bertepuk tangan, sedangkan pada kegiatan inti

memberikan materi mencontohkan cara memakai baju, melatih siswa

cara membuka dan mengancingkan baju yang disesuaikan dengan

kemampuan siswa, sedangkan kegiatan akhir yang diupayakan guru

dalam meningkatkan pembelajaran keterampilan berpakaian

memberikan kesempatan siswa untuk menyebutkan bagian-bagian

baju dan ditugaskan untuk memakai baju sesuai dengan urutan. Pada

tahap tindak lanjut yang diberikan guru yaitu pengulangan dengan

mengulang kembali materi yang telah disampaikan dengan sabar.

Sedangkan tahap pengayaan guru memberikan tugas di sekolah dan di

rumah, tahap perbaikan guru memberikan materi cara membalikkan

pakaian dan membuka kancing kemeja.

f. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam meningkatkan keterampilan berpakaian anak tunagrahita sedang

Kesulitan yang dihadapi guru dalam meningkatkan kemampuan

berpakaian anak tunagrahita sednag terdapat pada tahap pelaksanaan

assesmen dimana terbatasnya waktu dan jarak yang berjauhan dengan

orang tua murid, begitupula dalam menyusun program yang terdapat

beberapa komponen yaitu kesulitannya dalam keberhasilan tujuan

yang ingin dicapai sesuai dengan yang diharapkan, salah satunya yaitu

pada media dan sarana yang kurang memadai di sekolah atau belum

(28)

56

Wiwi Widiawati , 2014

Upaya Guru Dalam Meningkatkan Kemampuan Siswa Tunagrahita Sedang Mengenakan Baju Berkancing Melalui Task Analysis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam tahap pelaksanaan kesulitan yang dihadapi yaitu, dalam

kegiatan awal yaitu mengkondisikan siswa, pada kegiatan inti

kesulitan yang dihadapi yaitu dalam memberikan materi proses

memasukan lengan baju dan mengancingkan baju, sedangkan kegiatan

akhir kesulitan yang dihadapi dalam memberikan tugas memakai baju

secara berurutan.

Kesulitan yang dihadapi pada tahap tindak lanjut dalam

pengulangan, karena kemampuan anak yang terbatas sehingga materi

yang diulang sering lupa, sedangkan dalam pengayaan memberikan

tugas-tugas kerumah kesulitan yang dihadapi adalah keterbatasan

waktu tersebut, dan dalam memberikan perbaikan kesulitan yang

dihadapi anak tidak dapat menerima materi yang baru diterima secara

langsung harus memerlukan waktu yang lama.

B. Implikasi

Berdasarkan hasil analisis wawancara dan observasi yang dilakukan

selama penelitian berlangsung, dengan ini penulis kemukakan rekomendasi

yang ditujukan kepada kepala sekolah, guru di SLB Negeri Mutiara Bahari

Mandiri Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi dan orang tua siswa.

Adapun rekomendasi yang ingin penulis sampaikan adalah sebagai

beirkut :

1. Kepala Sekolah

Kurangnya buku sumber yang dimiliki sekolah sedikit menghambat

sehingga guru mengalami kesulitan dalam menyusun program. Untuk

mengatasi agar guru melaksanakan KBM dengan baik kepala sekolah

perlu meningkatkan mutu pelayanan dengan melengkapi buku sumber

tentang Baju Berkancing yang mendukung proses belajar mengajar.

2. Guru

Keterbatasan tenaga pengajar serta minimnya pengetahuan

(29)

57

Wiwi Widiawati , 2014

Upaya Guru Dalam Meningkatkan Kemampuan Siswa Tunagrahita Sedang Mengenakan Baju Berkancing Melalui Task Analysis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kurang optimalnya layanan pendidikan. Dalam hal ini untuk mengatasi

kesulitan kemampuan Anak dalam mengenakan baju berkancing yang

dihadapi guru membimbing siswa dalam pembelajaran keterampilan

mengenakan baju berkancing, hendaknya guru menjalin kerjasama dengan

guru pembimbing keterampilan dalam memberikan layanan pendidikan

yang bermutu terhadap anak.

3. Orangtua siswa

Dukungan dari orangtua siswa sangat penitng dalam meningkatkan

kemampuan pembelajaran keterampilan bagi anak, baik dukungan moril

maupun materil. Dengan kerjasama yang baik akan dapat meningkatkan

kemandirian anak.

4. Peneliti selanjutnya

Mengingat penelitian ini masih sangat terbatas, mahasiswa yang

menekuni bidang pendidikan luar biasa diharapkan melakukan penelitian

pembelajaran mengenakan baju berkancing pada yang lebih mendalam

mengenai anak tunagrahita sedang sehingga dapat menambah hasil

penelitian yang bermakna bagi peneliti selanjutnya.

C. Penutup

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

karunia-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan penelitian dan

penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari

yang diharapkan baik dari penulisan maupun dalam penyusunan kata-katanya.

Untuk itu penulis sangat mengaharap kritik dan saran dari orang-orang

yang berkompeten dalam bidangnya dan pembaca pada umumnya yang

sifatnya membangun demi perbaikan selanjutnya. Semoga apa yang telah

(30)

58

Wiwi Widiawati , 2014

Upaya Guru Dalam Meningkatkan Kemampuan Siswa Tunagrahita Sedang Mengenakan Baju Berkancing Melalui Task Analysis

(31)

Wiwi Widiawati , 2014

Upaya Guru Dalam Meningkatkan Kemampuan Siswa Tunagrahita Sedang Mengenakan Baju Berkancing Melalui Task Analysis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Amin, Moh (1995). Ortopedagogik Anak Tunagrahita, Depdikbud Dikti Proyek Tenaga. Jakarta: Ditjen Dikti, Depdikbud

Astati, dkk. (2000). Model Pembelajaran Anak Luar Biasa di Sekolah Umum.

Bandung: PLB. FIP UPI.

Astati, dkk. (2001). Persiapan Pekerjaan Penyandang Tunagrahita: Bandung.

Deiphie Bandi. Pembelajaran Anak Tunagrahita Suatu Pengantar dalarn

Pendidikan Inklusi. Rafika Aditama.

Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa. Kurikulum KTSP SDLB-C

Tunagrahita. Jakarta: Tidak Diterbitkan

Moleong Lexy J. (2000). Metodologi Penelitian Kualitatif Bandung Remaja Rosdakarya.

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, (2013), UPI Bandung

PPRI No. 71 Tahun (1991) Tentang Tujuan Pendidikan Luar Biasa.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta

UURI No. 20 tahun 2003. (2003) Tentang Sisdiknas Beserta Penjelasannya.

Bandung: Citra Umbara.

UURI No. 20 tahun 2003. (2003) tentang Dasar, Fungsi dan Tujuan. Bandung: Citra Umbara.

Winarno Surakhmad; Tahun (1998) Pengantar Pendidikan Ilmiah Dasar Metode

Referensi

Dokumen terkait