PENGARUH TEKNIK PEMBELAJARAN MELUKIS DENGAN JARI
TERHADAP PENINGKATAN MOTORIK HALUS
SISWA TUNAGRAHITA SEDANG
( Penelitian Single Subject Research Terhadap Siswa Tunagrahita Sedang SDLB-C1 SLB YKS III Katapang )
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Khusus
Oleh :
Tria Nurhasanah
0907355
JURUSAN PENDIDIKAN KHUSUS
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2013
Tria Nurhasanah, 2013
PENGARUH TEKNIK PEMBELAJARAN MELUKIS DENGAN JARI TERHADAP PENINGKATAN MOTORIK HALUS
SISWA TUNAGRAHITA SEDANG
Oleh Tria Nurhasanah
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Tria Nurhasanah 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
LEMBAR PENGESAHAN
Tria Nurhasanah
0907355
PENGARUH TEKNIK PEMBELAJARAN MELUKIS DENGAN JARI TERHADAP PENINGKATAN MOTORIK HALUS
SISWA TUNAGRAHITA SEDANG ( Penelitian Single Subject Research Terhadap Siswa Tunagrahita Sedang
SDLB-C1 SLB YKS III Katapang )
Disetujui dan Disahkan Oleh :
Pembimbing I
Dr.Tjutju Soendari, M.Pd NIP.19560214 198003 2 001
Pembimbing II
Drs. H. Mamad Widya, M.Pd
NIP.19520823 197803 1 002
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Khusus Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia
Drs. Sunaryo, M.Pd
i
Tria Nurhasanah, 2013
ABSTRAK
PENGARUH TEKNIK PEMBELAJARAN MELUKIS DENGAN JARI TERHADAP PENINGKATAN MOTORIK HALUS
SISWA TUNAGRAHITA SEDANG
( Penelitian Single Subject Research Terhadap Siswa Tunagrahita Sedang SDLB-C1 SLB YKS III Katapang )
Oleh : Tria Nurhasanah (0907355)
Anak tunagrahita sedang secara umum mengalami hambatan pada kemampuan intelektual yang akan mempengaruhi terhadap ketercapaian perkembangan motorik, sehingga memungkinkan mengalami kelemahan berkaitan dengan kemampuan motorik halus yang dimiliki anak. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di SLB YKS III Katapang, peneliti menemukan siswa tunagrahita sedang yang mengalami permasalahan pada motorik halusnya, seperti kesulitan meniru bentuk, mewarnai, menggambar, menyobek kertas, melipat kertas, dan menulis. Perkembangan motorik halus khususnya untuk anak tunagrahita sedang, membutuhkan rangsangan kegiatan latihan secara dini dan berkesinambungan. Salah satu kegiatan latihan yang diasumsikan dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak tunagrahita sedang adalah dengan teknik pembelajaran melukis dengan jari, dalam teknik pembelajaran ini anak diberikan pengalaman secara langsung dalam melatih otot-otot jari tangannya dengan melukis pada kertas menggunakan adonan melukis tertentu. Teknik pembelajaran melukis dengan jari ini bertujuan untuk menstimulasi dalam melatih motorik halus anak tunagrahita sedang. Bertitik tolak dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, muncul rumusan masalah yaitu, “Apakah terdapat pengaruh teknik pembelajaran melukis dengan jari terhadap peningkatan motorik halus siswa tunagrahita sedang?”. Untuk menjawab rumusan masalah di atas dilakukanlah penelitian terhadap anak tunagrahita sedang kelas III SDLB-C1 pada dua subjek penelitian. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dengan pendekatan
single subject research (SSR), desain A-B-A. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah diberikan intervensi teknik pembelajaran melukis dengan jari memperlihatkan kemampuan subjek SR dan AL mengalami peningkatan motorik halus yang meliputi perubahan pola arah yang sesuai ketika meniru bentuk horizontal, vertikal, diagonal, zigzag, lengkung, persegi empat, jajar genjang, segitiga, belah ketupat dan lingkaran. Hal ini dapat dilihat adanya peningkatan
mean level antara baseline-1 (A-1) dengan baseline-2 (A-2), mean level subjek SR mengalami peningkatan dari 49,25% menjadi 68,5%, dan subjek AL mengalami peningkatan dari 46,75% menjadi 66,75%, Maka dapat disimpulkan bahwa teknik pembelajaran melukis dengan jari berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan motorik halus siswa tunagrahita sedang. Hasil penelitian ini sekiranya dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pendidik dalam penggunaan teknik pembelajaran untuk meningkatkan motorik halus pada siswa tunagrahita sedang.
DAFTAR ISI
ABSTRAK... i
KATA PENGANTAR... ii
UCAPAN TERIMAKASIH... iii
DAFTAR ISI... v
DAFTAR TABEL... vii
DAFTAR GRAFIK... ix
DAFTAR GAMBAR... xi
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Penelitian... 1
B. Identifikasi Masalah... 4
C. Batasan Masalah... 4
D. Rumusan Masalah... 4
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian... 5
F. Struktur Organisasi Skripsi... 5
BAB II ANAK TUNAGRAHITA SEDANG, KEMAMPUAN MOTORIK HALUS, DAN TEKNIK PEMBELAJARAN MELUKIS DENGAN JARI... 7
A. Deskripsi Teori... 7
1. Konsep Dasar Tunagrahita Sedang... 7
2. Konsep Dasar Motorik Halus... 12
3. Konsep Dasar Teknik Pembelajaran Melukis dengan Jari... 18
B. Penelitian yang Relevan... 24
C. Kerangka Berpikir... 25
D. Pertanyaan Penelitian... 26
BAB III METODE PENELITIAN... 27
A. Lokasi dan Subjek Penelitian... 27
1. Lokasi Penelitian... 27
vi
Tria Nurhasanah, 2013
B. Desain Penelitian... 28
C. Metode Penelitian... 29
D. Variabel Penelitian... 29
1. Definisi Konsep... 29
2. Definisi Operasional... 31
E. Instrumen Penelitian... 32
F. Prosedur Penelitian... 34
G. Teknik Pengumpulan data... 35
H. Pengolahan dan Analisis data... 36
1. Pengolahan Data... 36
2. Analisis Data... 36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 40
A. Hasil Penelitian... 40
1. Hasil Baseline-1 (A-1)... 40
2. Hasil Intervensi (B)... 42
3. Hasil Baseline-2 (A-2)... 45
B. Analisis Data Hasil Penelitian... 49
1. Analisis Dalam Kondisi... 49
2. Analisis Antar Kondisi... 68
C. Pembahasan... 77
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI... 80
A. Kesimpulan... 80
B. Rekomendasi... 81
DAFTAR PUSTAKA... 82
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Klasifikasi Tunagrahita... 8
Tabel 2.2 Perkembangan Motorik Halus Anak... 16
Tabel 4.1 Data Baseline-1 (A-1) Subjek SR. Kemampuan Motorik Halus Pada Aspek Meniru Bentuk Geometri... 40
Tabel 4.2 Data Baseline-1 (A-1) Subjek AL. Kemampuan Motorik Halus Pada Aspek Meniru Bentuk Geometri... 41
Tabel 4.3 Data Intervensi (B) Subjek SR. Kemampuan Motorik Halus
Pada Aspek Meniru Bentuk Geometri... 43
Tabel 4.4 Data Intervensi (B) Subjek AL. Kemampuan Motorik Halus
Pada Aspek Meniru Bentuk Geometri... 44
Tabel 4.5 Data Baseline-2 (A-2) Subjek SR. Kemampuan Motorik Halus Pada Aspek Meniru Bentuk Geometri... 45
Tabel 4.6 Rekapitulasi Perkembangan Subjek SR. Kemampuan Motorik
Halus Pada Aspek Meniru Bentuk Geometri... 46
Tabel 4.7 Data Baseline-2 (A-2) Subjek AL. Kemampuan Motorik Halus Pada Aspek Meniru Bentuk Geometri... 47
Tabel 4.8 Rekapitulasi Perkembangan Subjek AL. Kemampuan Motorik
Halus Pada Aspek Meniru Bentuk Geometri... 48
Tabel 4.9 Data Panjang Kondisi Kemampuan Motorik Halus Pada
Aspek Meniru Bentuk Geometri... 50
Tabel 4.10 Data Kecenderungan Arah Subjek SR. Kemampuan Motorik
Halus Pada Aspek Meniru Bentuk Geometri... 52
Tabel 4.11 Data Kecenderungan Arah Subjek AL. Kemampuan Motorik
Halus Pada Aspek Meniru Bentuk Geometri... 53
Tabel 4.12 Banyaknya Data Kemampuan Meniru Bentuk Geometri
viii
Tria Nurhasanah, 2013
Subjek SR Pada Rentang Kondisi Intervensi (B)... 57
Tabel 4.14 Banyaknya Data Kemampuan Meniru Bentuk Geometri Subjek SR Pada Rentang Kondisi Baseline-2 (A-2)... 58
Tabel 4.15 Kecenderungan Stabilitas Kemampuan Meniru Bentuk Geometri Subjek SR... 58
Tabel 4.16 Banyaknya Data Kemampuan Meniru Bentuk Geometri Subjek AL Pada Rentang Kondisi Baseline-1 (A-1)... 60
Tabel 4.17 Banyaknya Data Kemampuan Meniru Bentuk Geometri Subjek AL Pada Rentang Kondisi Intervensi (B)... 62
Tabel 4.18 Banyaknya Data Kemampuan Meniru Bentuk Geometri Subjek AL Pada Rentang Kondisi Baseline-2 (A-2)... 63
Tabel 4.19 Kecenderungan Stabilitas Kemampuan Meniru Bentuk Geometri Subjek AL... 63
Tabel 4.20 Jejak Data Subjek SR... 64
Tabel 4.21 Jejak Data Subjek AL... 64
Tabel 4.22 Level Stabilitas dan Rentang Subjek SR... 64
Tabel 4.23 Level Stabilitas dan Rentang Subjek AL... 64
Tabel 4.24 Perubahan Level Subjek SR... 65
Tabel 4.25 Rangkuman Hasil Analisis Visual Dalam Kondisi Subjek SR.. 65
Tabel 4.26 Perubahan Level Subjek AL... 67
Tabel 4.27 Rangkuman Hasil Analisis Visual Dalam Kondisi Subjek AL.. 67
Tabel 4.28 Data Jumlah Variabel Diubah... 69
Tabel 4.29 Perubahan Kecenderungan Arah dan Efeknya Subjek SR... 69
Tabel 4.30 Perubahan Kecenderungan Arah dan Efeknya Subjek AL... 69
Tabel 4.31 Perubahan Kecenderungan Stabilitas Subjek SR... 70
Tabel 4.32 Perubahan Kecenderungan Stabilitas Subjek AL... 70
Tabel 4.33 Perubahan Level Data Stabilitas Subjek SR... 70
Tabel 4.34 Perubahan Level Data Stabilitas Subjek AL... 70
Tabel 4.35 Data Persentase Overlap Subjek SR... 72
Tabel 4.37 Data Persentase Overlap Subjek AL... 75 Tabel 4.38 Rangkuman Hasil Analisis Antar Kondisi Subjek AL... 75
DAFTAR GRAFIK
Grafik 3.1 Desain A-B-A... 28
Grafik 4.1 Kondisi Baseline-1 (A-1) Subjek SR. Kemampuan Motorik Halus Pada Aspek Meniru Bentuk Geometri... 41
Grafik 4.2 Kondisi Baseline-1 (A-1) Subjek AL. Kemampuan Motorik Halus Pada Aspek Meniru Bentuk Geometri... 42
Grafik 4.3 Kondisi Intervensi (B) Subjek SR. Kemampuan Motorik
Halus Pada Aspek Meniru Bentuk Geometri... 43
Grafik 4.4 Kondisi Intervensi (B) Subjek AL. Kemampuan Motorik
Halus Pada Aspek Meniru Bentuk Geometri... 44
Grafik 4.5 Kondisi Baseline-2 (A-2) Subjek SR. Kemampuan Motorik
Halus Pada Aspek Meniru Bentuk Geometri... 46
Grafik 4.6 Rekapitulasi Perkembangan Subjek SR. Kemampuan Motorik
Halus Pada Aspek Meniru Bentuk Geometri... 47
Grafik 4.7 Data Baseline-2 (A-2) Subjek AL. Kemampuan Motorik Halus Pada Aspek Meniru Bentuk Geometri... 48
Grafik 4.8 Rekapitulasi Perkembangan Subjek AL. Kemampuan Motorik
Halus Pada Aspek Meniru Bentuk Geometri... 49
Grafik 4.9 Kecenderungan Arah Kemampuan Meniru Bentuk Geometri
Subjek SR Pada Kondisi A-1. B. A-2... 51
Grafik 4.10 Kecenderungan Arah Kemampuan Meniru Bentuk Geometri
Subjek AL Pada Kondisi A-1. B. A-2... 52
Grafik 4.11 Menentukan Banyaknya Data Kemampuan Meniru Bentuk
Geometri Subjek SR dalam Rentang Kondisi Baseline-1 (A-1) 55 Grafik 4.12 Menentukan Banyaknya Data Kemampuan Meniru Bentuk
Geometri Subjek SR dalam Rentang Kondisi Intervensi (B)... 56
x
Tria Nurhasanah, 2013
Geometri Subjek SR dalam Rentang Kondisi Baseline-2 (A-2) 58
Grafik 4.14 Menentukan Banyaknya Data Kemampuan Meniru Bentuk
Geometri Subjek AL dalam Rentang Kondisi Baseline-1 (A-1) 60 Grafik 4.15 Menentukan Banyaknya Data Kemampuan Meniru Bentuk
Geometri Subjek AL dalam Rentang Kondisi Intervensi (B).... 61
Grafik 4.16 Menentukan Banyaknya Data Kemampuan Meniru Bentuk
Geometri Subjek AL dalam Rentang Kondisi Baseline-2 (A-2) 63
Grafik 4.17 Data Overlap Kondisi Baseline-1 (A-1) Ke Intervensi (B) Subjek SR... 71
Grafik 4.18 Data Overlap Kondisi Intervensi (B) Ke Baseline-2 (A-2) Subjek SR... 72
Grafik 4.19 Data Overlap Kondisi Baseline-1 (A-1) Ke Intervensi (B) Subjek AL... 74
Grafik 4.20 Data Overlap Kondisi Intervensi (B) Ke Baseline-2 (A-2) Subjek AL... 74
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Lukisan Jari... 22
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Setiap anak mempunyai tahapan perkembangan motorik halus yang berbeda
satu sama lainnya, perkembangan ini didasarkan pada kemampuan intelektual
anak secara individu. Perkembangan motorik halus merupakan salah satu aspek
yang penting dalam kehidupan anak, karena pada dasarnya setiap anak melakukan
gerak berhubungan dengan kerja otot-otot kecil maupun koordinasi tangan dan
mata yang terlibat dalam kehidupan sehari-harinya. Saputra,Y dan Badruzaman
(2009:31) mendefinisikan bahwa “gerak halus adalah kemampuan individu
beraktivitas dengan menggunakan otot-otot halus (Kecil)”. Perkembangan
motorik halus di pengaruhi oleh susunan syaraf pusat dan juga otot-otot yang
saling terkoordinasi satu sama lain, sehingga semakin matangnya sistem syaraf
pusat pada anak maka akan menghasilkan gerakan halus yang terkoordinasi
dengan baik pula.
Perkembangan motorik halus anak-anak pada umumnya ketika memasuki usia
sekolah dasar mempunyai kemampuan yang cukup baik. Kemampuan motorik
halus ini mengalami kemajuan pesat yang dapat dilihat dari kegiatan anak dalam
aktivitas sehari-hari, baik di lingkungan rumah maupun sekolah. Seorang anak
dianggap mengalami hambatan motorik halus apabila pada usia tertentu belum
mampu melakukan tugas-tugas yang dapat dilakukan oleh anak lain pada
umumnya. Sama halnya dengan anak tunagrahita sedang, secara umum
mengalami hambatan pada kemampuan intelektual yang akan mempengaruhi
terhadap ketercapaian perkembangan motorik, sehingga memungkinkan
mengalami kelemahan berkaitan dengan kemampuan motorik halus yang dimiliki
anak, Sebagaimana Malpass (Umansky dan Fallen, 1985:214) mengemukakan
2
Tria Nurhasanah, 2013
Pengaruh Teknik Pembelajaran Melukis Dengan Jari Terhadap Peningkatan Motorik Halus Siswa
Diartikan secara bebas bahwa :
Sebagai sebuah kelompok, mereka (anak tunagrahita) menunjukkan kekurangan kompetensi motorik dalam tugas-tugas yang membutuhkan gerakan tepat dan reaksi serta hal-hal yang membutuhkan keterampilan kompleks dan koordinasi motorik.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di SLB YKS III Katapang,
peneliti menemukan siswa tunagrahita sedang yang mengalami permasalahan
pada motorik halusnya, sehingga berhubungan dengan kegiatan belajar di kelas
seperti kesulitan meniru bentuk, mewarnai, menggambar, menyobek kertas,
melipat kertas, menulis dan juga kegiatan lainnya yang membutuhkan
kemampuan otot halus anak. Perkembangan motorik halus pada anak di sekolah
dapat dipengaruhi oleh beberapa aspek diantaranya adalah kesiapan belajar,
kesempatan berpraktik, bimbingan, kegiatan pembelajaran yang menyenangkan,
motivasi dan lain sebagainya.
Perkembangan motorik halus khususnya untuk anak tunagrahita sedang,
membutuhkan rangsangan kegiatan latihan secara dini dan berkesinambungan
agar dapat berkembang secara optimal. Kegiatan latihan ini harus dipersiapkan
dan diperhatikan secara matang oleh seorang guru, terkadang pada kenyataannya
guru memberikan pembelajaran terbatas pada waktu yang ditentukan dalam
rencana pelaksanaan pembelajaran, sehingga membuat anak kurang mendapat
kesempatan berpraktik yang cukup lama. Selain kesiapan dalam pembelajaran
seorang guru juga senantiasa harus memberikan bimbingan secara individual
ketika praktik dalam kegiatan pembelajaran motorik halus, karena kemampuan
anak tunagrahita sedang tidak sama dengan anak pada umumnya maupun anak
tunagrahita yang lain, sehingga setiap anak diberikan bimbingan sesuai
kemampuan dan kebutuhan masing-masing.
Kegiatan dalam melatih kemampuan motorik halus ini dapat dikembangkan
oleh lingkungan sekolah maupun keluarga. Seorang guru kelas dapat merancang
kegiatan latihan motorik halus secara inovatif, sehingga anak dapat termotivasi
dalam melatih motorik halusnya. Terkadang pembelajaran yang diberikan guru
3
cepat merasa bosan dan perhatiannya mudah teralihkan oleh suatu hal yang lebih
menarik ketika di dalam kelas. Selain itu juga anak tunagrahita sedang
membutuhkan motivasi dari guru agar dapat mengikuti pembelajaran yang
berhubungan dengan kemampuan motorik halus dengan perasaan senang.
Kegiatan latihan yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kemampuan
motorik halus anak tunagrahita sedang adalah dengan teknik pembelajaran yang
menyenangkan dan disukai anak, salah satunya yaitu melalui teknik pembelajaran
melukis dengan jari, dalam teknik pembelajaran ini anak di berikan pengalaman
secara langsung ketika melukis pada kertas dengan menggunakan adonan tertentu.
Teknik pembelajaran melukis dengan jari merupakan kegiatan yang baik
dilakukan anak-anak sebagai langkah awal dalam melatih gerak jari-jari
tangannya sebelum belajar menulis, karena dalam kegiatan ini anak dapat
beraktivitas menggerakkan otot halus jari tangannya dengan mencoret maupun
membuat gambar lukisan tanpa menggunakan alat bantu, sehingga anak
mempunyai keterampilan yang baik dalam melakukan kegiatan berhubungan
dengan penggunaan jari tangan. Teknik pembelajaran melukis dengan jari ini
bertujuan untuk menstimulasi dalam meningkatkan kemampuan motorik halus
anak tunagrahita sedang.
Permasalahan yang berkaitan dengan motorik halus anak tunagrahita sedang ini
sangat berguna untuk diteliti, karena banyak kegiatan yang dapat dilakukan
berhubungan dengan motorik halus anak dalam kaitannya dengan kegiatan belajar
di sekolah, melalui teknik pembelajaran melukis dengan jari ini diharapkan dapat
menjadi salah satu kegiatan pembelajaran alternatif yang dapat membantu dalam
melatih gerak otot-otot halus anak. Jika permasalahan ini tidak diteliti
dikhawatirkan akan berpengaruh terhadap perkembangan motorik halus anak
tunagrahita sedang, dan akan berdampak pada perkembangan lainnya dalam aspek
belajar. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti mencoba melakukan penelitian
4
Tria Nurhasanah, 2013
Pengaruh Teknik Pembelajaran Melukis Dengan Jari Terhadap Peningkatan Motorik Halus Siswa
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan masalah
adalah sebagai berikut :
1. Kesiapan dalam pembelajaran motorik halus yang diberikan guru terbatas
pada waktu, sehingga memungkinkan anak tunagrahita sedang kurang
mendapat pengalaman dalam praktik langsung yang cukup lama.
2. Kurangnya aktivitas latihan inovatif yang dapat memotivasi anak tunagrahita
sedang ketika belajar melatih kemampuan motorik halus di dalam kelas.
3. Kurangnya konsentrasi anak tunagrahita sedang ketika pembelajaran di dalam
kelas yang sering merasa bosan.
4. Teknik pembelajaran melukis dengan jari terhadap peningkatan motorik halus
siswa tunagrahita sedang.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, peneliti memperkirakan ada beberapa
hal yang dapat mempengaruhi kemampuan motorik halus anak tunagrahita
sedang. Agar penelitian tidak terlalu meluas, maka peneliti membatasi masalah
pada teknik pembelajaran melukis dengan jari yang dibutuhkan untuk
meningkatkan motorik halus siswa tunagrahita sedang dalam penelitian ini yaitu
pada aspek meniru bentuk geometri.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan latar belakang masalah yang telah
diuraikan diatas, maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah
5
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Tujuan umum
Tujuan umum dari penelitian ini yang ingin dicapai adalah untuk memperoleh
informasi atau data tentang pengaruh teknik pembelajaran melukis dengan jari
terhadap peningkatan motorik halus siswa tunagrahita sedang.
b. Tujuan khusus
1) Mengetahui kemampuan siswa tunagrahita sedang pada aspek meniru bentuk
geometri sebelum diterapkan teknik pembelajaran melukis dengan jari.
2) Mengetahui kemampuan siswa tunagrahita sedang pada aspek meniru bentuk
geometri setelah diterapkan teknik pembelajaran melukis dengan jari.
2. Kegunaan Penelitian
Kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini diantaranya adalah sebagai
berikut :
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi Guru dan
Orangtua mengenai manfaat teknik pembelajaran melukis dengan jari,
khususnya dalam peningkatan motorik halus siswa tunagrahita sedang.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu anak tunagrahita sedang agar
termotivasi dalam kegiatan melatih kemampuan motorik halusnya, sehingga
anak mempunyai kemampuan yang baik dalam gerak otot-otot halusnya.
F. Struktur Organisasi Skripsi
Dalam proses penulisan skripsi ini terdapat struktur organisasi yang dipaparkan
seperti di bawah ini :
1. BAB I Pendahuluan berisi Latar Belakang Penelitian, Identifikasi Masalah,
Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan dan Kegunaan Penelitian, dan
6
Tria Nurhasanah, 2013
Pengaruh Teknik Pembelajaran Melukis Dengan Jari Terhadap Peningkatan Motorik Halus Siswa
2. BAB II Anak Tunagrahita Sedang, Kemampuan Motorik Halus, dan Teknik
Pembelajaran Melukis dengan Jari, di dalamnya berisi Deskripsi Teori,
Penelitian yang Relevan, Kerangka Berfikir, dan Pertanyaan Penelitian.
3. BAB III Metode Penelitian di dalamnya berisi Lokasi dan subjek Penelitian,
Desain Penelitian, Metode Penelitian, Variabel Penelitian, Instrumen
Penelitian, Prosedur Penelitian, Teknik pengumpulan data, Pengolahan dan
Analisis data.
4. BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan di dalamnya berisi Hasil
Penelitian, Analisis data hasil penelitian, dan Pembahasan.
5. BAB V Kesimpulan dan Rekomendasi di dalamnya berisi Kesimpulan, dan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SLB YKS III Katapang Bandung, Penelitian ini
dilakukan di dalam kelas pada pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan (SBK).
2. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa tunagrahita sedang kelas tiga
SDLB-C1 di SLB YKS III Katapang yang berjumlah dua orang.
a. Nama : SR
CA (Chronological Age) : 8 Juni 2003 MA (Mental Age) : 5 tahun
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Kelas : III SDLB-C1
b. Nama : AL
CA (Chronological Age) : 20 Agustus 2004 MA (Mental Age) : 5 tahun
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Kelas : III SDLB-C1
c. Karakteristik Anak
Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada masing-masing subjek
penelitian, dapat diketahui beberapa karakteristik anak diantaranya adalah subjek
SR dan AL mengalami permasalahan berhubungan dengan kemampuan motorik
halus, salah satunya dalam kegiatan meniru bentuk. Masih terdapat beberapa
kesalahan ketika anak meniru bentuk ataupun tulisan, sehingga beberapa bentuk
terlihat tidak sesuai dengan contoh yang diberikan. Melihat kondisi anak yang
28
Tria Nurhasanah, 2013
0 20 40 60 80 100
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
PER
S
EN
T
ASE
(%)
SESI
A1 B A2
melalui teknik pembelajaran melukis dengan jari dapat meningkatkan kemampuan
motorik halus pada kedua subjek penelitian, khususnya dalam aspek meniru
bentuk geometri.
B. Desain Penelitian
Desain penelitian menggunakan pendekatan Single Subject Research (SSR).
Single Subject Research (SSR) merupakan pendekatan eksperimen digunakan dengan tujuan untuk mengidentifikasi perubahan perilaku yang terjadi pada
seseorang setelah dilakukan penanganan/intervensi secara berulang-ulang. dengan
menggunakan Desain A-B-A. Sunanto, J et al. (2006:44), mengemukakan bahwa
“Desain A-B-A ini menunjukkan adanya hubungan sebab akibat antara variabel
terikat dan variabel bebas yang lebih kuat dibandingkan dengan desain A-B”.
Desain A-B-A memiliki tiga tahap yaitu baseline-1 (A-1), intervensi (B), dan juga
baseline-2 (A-2). Desain A-B-A dapat dilihat pada grafik dibawah ini :
Grafik 3.1
Desain A-B-A
Dalam penelitian ini baseline-1 (A-1) adalah kondisi awal anak dalam
kemampuan motorik halus yang meliputi aspek meniru bentuk geometri sebelum
diberikan perlakuan atau intervensi. Pengukuran pada fase ini dilakukan sebanyak
29
Intervensi (B) yang diberikan adalah berupa teknik pembelajaran melukis
dengan jari selama diberi perlakuan yaitu anak dilatih secara terus-menerus.
Intervensi ini dilakukan selama delapan sesi.
Baseline-2 (A-2) merupakan pengamatan kembali terhadap pengulangan
baseline-1 (A-1) yaitu mengenai kemampuan motorik halus, sehingga memungkinkan untuk menarik kesimpulan adanya hubungan antara variabel
bebas dan variabel terikat.
C. Metode Penelitian
“Metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu” (Sugiyono,2011:3). Penelitian ini
bermaksud untuk membuktikan pengaruh teknik pembelajaran melukis dengan
jari terhadap peningkatan motorik halus siswa tunagrahita sedang dengan
menggunakan metode eksperimen. Menurut Sugiyono (2011:107) bahwa :
“Metode eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang
terkendalikan”.
Penelitian eksperimen dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan
Single Subject Research (SSR) yang bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh dari suatu perlakuan/intervensi yang diberikan kepada individu secara berulang
ulang dalam waktu tertentu.
Seperti yang dikemukakan oleh Sunanto, J et al. (2006:41) bahwa “pada desain subjek tunggal pengukuran variabel terikat atau perilaku sasaran (target behavior) dilakukan berulang-ulang dengan periode waktu tertentu”.
D. Variabel Penelitian
1. Definisi Konsep
Menurut Kerlinger (Sugiyono,2011:61) menyatakan bahwa „variabel adalah
30
Tria Nurhasanah, 2013 a. Variabel bebas
“Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau hubungan dengan variabel terikat”. (Sugiyono,
2011:61). Dalam penelitian ini yang menjadi varabel bebas adalah teknik
pembelajaran melukis dengan jari.
“Teknik merupakan keterampilan dan seni (kiat) untuk melaksanakan langkah-langkah yang sistematik dalam melakukan suatu kegiatan ilmiah yang lebih luas
atau metode”. (Sudjana, D 2001:13)
“Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru”
(Sagala, S 2010 : 61).
Sedangkan melukis dengan jari, menurut Megantari, A. (2011:36) adalah
“kegiatan melukis yang dilakukan secara langsung menggunakan jari tangan yang dituangkan diatas permukaan datar yang dapat menemukan perubahan warna baru
ketika mencampurkan warna”.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkam bahwa Teknik
pembelajaran melukis dengan jari diartikan sebagai prosedur yang sistematis
dalam kegiatan seseorang mengolah media dua dimensi atau permukaan dari
objek tiga dimensi yang dilakukan secara langsung menggunakan jari tangan
dengan adonan yang dibuat secara khusus menjadi sesuatu kemampuan baru yang
dipelajari.
b. Variabel terikat
“Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas” (Sugiyono,2011:61). Dalam penelitian ini
yang menjadi variabel terikat adalah motorik halus.
“Motorik halus melibatkan gerakan yang diatur secara halus. menggenggam mainan, mengancingkan baju, atau melakukan apa pun yang memerlukan
keterampilan tangan menunjukan keterampilan halus” (Santrock, J 2007 : 216).
Sementara itu menurut Saputra, Y dan Badruzaman (2009:31) mengemukakan
pendapatnya bahwa “Motorik halus atau Gerak halus adalah kemampuan individu
31
Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka motorik halus adalah kemampuan
seseorang dalam kegiatan yang melibatkan otot-otot halus dan koordinasi gerak
mata dan tangan.
2. Definisi Operasional
a. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Teknik pembelajaran melukis
dengan jari. Teknik pembelajaran melukis ini dilakukan langsung menggunakan
jari tangan diatas kertas dengan adonan yang dibuat khusus. Adapun
langkah-langkah atau prosedur pelaksanaan teknik pembelajaran melukis dengan jari
menurut Didaktik Metodik Taman Kanak-Kanak (Megantari, A, 2011:37), adalah
sebagai berikut :
1) Guru menyiapkan alat dan bahan
2) Guru menjelaskan apa yang akan di lakukan oleh anak
3) Anak diminta memasukan tangannya ke dalam air sebelum melakukan
finger painting.
4) Anak di beri kesempatan untuk menemukan sendiri teknik-teknik dalam melakukan finger painting.
5) Guru memberikan petunjuk tentang cara-cara mengeringkan finger painting anak.
b. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah motorik halus. Motorik halus
didefinisikan sebagai kemampuan seseorang dalam kegiatan yang melibatkan
otot-otot halus dan koordinasi gerak mata dan tangan. Motorik halus dalam
penelitian ini yang diteliti adalah pada aspek meniru bentuk geometri. Mengukur
aspek meniru bentuk geometri ini dilakukan melalui kegiatan meniru bentuk
horizontal pada garis kotak dengan jari, meniru bentuk vertikal pada garis kotak
dengan jari, meniru bentuk diagonal pada garis kotak dengan jari, meniru bentuk
zigzag pada garis kotak dengan jari, meniru bentuk lengkung pada garis kotak
dengan jari, meniru bentuk persegi empat pada garis kotak dengan jari, meniru
bentuk jajar genjang pada garis kotak dengan jari, meniru bentuk segitiga pada
garis kotak dengan jari, meniru bentuk belah ketupat pada garis kotak dengan jari,
dan meniru bentuk lingkaran pada garis kotak dengan jari. Untuk kriteria
32
Tria Nurhasanah, 2013
dan ukuran yang di tentukan. Skor 2 : Jika anak dapat mengerjakan sesuai dengan
garis atau ukuran yang di tentukan, dan Skor 3 : Jika anak dapat mengerjakan
sesuai dengan garis dan ukuran yang di tentukan.
Adapun satuan ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan
persentase, yang menunjukkan jumlah terjadinya suatu perilaku dibandingkan
dengan keseluruhan kemungkinan terjadinya peristiwa tersebut dikalikan 100%.
E. Instrumen Penelitian
Penelitian pada dasarnya adalah melakukan kegiatan pengukuran, maka harus
ada alat ukur yang baik. Menurut Sugiyono, (2011:148) mengemukakan bahwa
“Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian, jadi instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam
maupun sosial yang diamati”
Instrumen dalam penelitian ini yang digunakan adalah berupa tes kinerja yang
sesuai dengan target behavior yang ingin dicapai. Penggunaan instrumen dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pencapaian dan kemampuan
siswa dalam motorik halus pada aspek meniru bentuk geometri melalui teknik
pembelajaran melukis dengan jari.
Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam penyusunan instrumen
penelitian adalah sebagai berikut :
1. Studi Pendahuluan
Subjek penelitian dipilih berdasarkan hasil observasi dan rekomendasi dari
guru kelas, selanjutnya peneliti melakukan studi pendahuluan yang berhubungan
dengan kemampuan motorik halus siswa tunagrahita sedang agar dapat diketahui
kondisi anak pada saat ini.
2. Membuat kisi-kisi instrumen
Kisi-kisi instrumen dalam penelitian ini adalah sebagai dasar pengembangan
instrumen yang disesuaikan dengan kemampuan awal anak.
3. Membuat kriteria penilaian.
Setelah instrumen penelitian telah dibuat, selanjutnya peneliti menetapkan
33
baseline-1 (A-1), intervensi (B) dan tahap baseline-2 (A-2). Penilaian butir soal dilakukan dengan kriteria sebagai berikut : skor 1 : Jika anak tidak dapat
mengerjakan sesuai dengan garis dan ukuran yang di tentukan. skor 2 : Jika anak
dapat mengerjakan sesuai dengan garis atau ukuran yang di tentukan, dan skor 3 :
Jika anak dapat mengerjakan sesuai dengan garis dan ukuran yang di tentukan.
4. Penyusunan Instrumen
Penyusunan instrumen dalam penelitian ini menjadi pegangan untuk peneliti
ketika berada dilapangan. Penyusunan instrumen ini disesuaikan dengan kisi-kisi
yang telah dibuat sebelumnya, yaitu berdasarkan pada kemampuan awal anak.
Adapun instrumen tes yang diberikan adalah berbentuk kinerja (perbutan). Tes ini
berfungsi untuk mengukur kemampuan motorik halus dalam meniru bentuk
geometri. Dalam tes ini subjek diberikan beberapa instruksi untuk melakukan
kegiatan meniru beberapa bentuk dengan jari menggunakan adonan yang telah
disiapkan yang jumlahnya sebanyak sepuluh, setelah tes dilakukan selanjutnya
hasil tersebut dihitung.
5. Format Pencatatan
Menyiapkan format pencatatan yang akan digunakan sebagai pedoman untuk
menilai kemampuan motorik halus pada aspek meniru bentuk geometri untuk
setiap subjek penelitian.
6. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dibuat sebagai acuan dalam kegiatan
mengajar di dalam kelas. Rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat
disesuaikan dengan kurikulum pada mata pelajaran seni budaya dan keterampilan,
di dalamnya memuat seluruh kegiatan pembelajaran/treatmen yang akan
diberikan.
7. Uji validitas instrumen
“Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen”. (Arikunto,S.2006:168). Sehingga suatu
instrumen dikatakan valid jika mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen
34
Tria Nurhasanah, 2013
yang telah disusun dan akan digunakan diuji terlebih dahulu validitasnya melalui
pendapat ahli (judgement experts).
Penilaian validitas instrumen ini dilakukan menurut skor hasil judgement
validitas yang diolah dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
P = F
N � 100 %
Keterangan :
P : Persentase
F : Jumlah cocok
N : Jumlah penilai ahli
Adapun empat ahli yang melakukan penilaian judgement adalah : Penilai I : Dr. HM. Sugiarmin,M.Pd (Dosen PKh UPI)
Penilai II : Dr. Nia Sutisna , M.Si (Dosen PKh UPI)
Penilai III : Ema Siti Komariah .S.Pd (Guru SLB YKS III Katapang)
Penilai IV : Dra. Rokmiati, M.MPd (Guru SLB YKS III Katapang)
Hasil uji validitas instrumen melalui hasil perhitungan expert-judgement dari empat ahli diatas (terlampir), di peroleh hasil 100% dan 75%, sehingga instrumen
yang digunakan dapat dikatakan valid
F. Prosedur Penelitian
1. Baseline-1 (A-1)
Pada fase baseline-1 ini, pengukuran dilakukan sebanyak empat sesi, dimana setiap sesi dilakukan pada hari yang berbeda, adalah sebagai berikut :
a. Pertama, mengkondisikan siswa dalam kondisi dan situasi yang
memungkinkan untuk dilakukan tes. Agar siswa lebih berkonsentrasi dan
dalam keadaan yang nyaman.
b. Kedua, melakukan tes kinerja dengan memberikan instrumen yang
berhubungan dengan kemampuan motorik halus pada aspek meniru bentuk
geometri.
c. Ketiga, mengamati siswa saat melakukan tes menggunakan intrumen yang
35
d. Setelah tes dilakukan terhadap siswa, selanjutnya peneliti memasukan data
yang diperoleh kedalam format pencatatan data.
2. Intervensi (B)
Pada tahap intervensi ini, dilakukan melalui teknik pembelajaran melukis
dengan jari. Dalam melakukan intervensi, fase yang dilakukan adalah sebanyak
delapan sesi. Adapun langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Peneliti mengkondisikan siswa, agar siswa siap menerima materi intervensi
dari peneliti. Setelah siswa di rasa siap, peneliti memberikan langkah-langkah
dalam teknik pembelajaran melukis dengan jari.
b. Peneliti memberikan arahan dalam teknik pembelajaran melukis dengan jari
yang harus dilakukan oleh siswa. Kemudian Peneliti mempersiapkan alat dan
bahan yang akan digunakan.
c. Siswa melakukan kegiatan melukis dengan jari sesuai arahan peneliti.
3. Baseline-2 (A-2)
Peneliti memberikan tes kinerja kembali kepada masing-masing subjek
penelitian seperti pada baseline-1 (A-1) adalah sebanyak empat sesi. Dengan menggunakan format tes melalui prosedur pelaksanaan yang sama, diharapkan
dapat ditarik kesimpulan dari hasil keseluruhan penelitian yang telah di lakukan.
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu
menggunakan tes. Dimana tes itu adalah “Serentetan pertanyaan atau latihan serta
alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok”.(Arikunto,S.
2006:150). Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah memberikan kinerja
pada anak yang berhubungan dengan kemampuan motorik halus siswa tunagrahita
sedang dalam aspek meniru bentuk geometri. Skoring dilakukan dimana setiap
kegiatan anak akan di beri nilai sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan pada
setiap tes tersebut. Data di catat pada format pencatatan yang telah disiapkan,
36
Tria Nurhasanah, 2013
H. Pengolahan dan Analisis Data
1. Pengolahan Data
Pengolahan data dalam penelitian ini yaitu menggunakan pengukuran
persentase. Menurut Sunanto, J et al.(2006:16) mengemukakan bahwa :
“persentase (percentage) sering digunakan oleh peneliti atau guru utuk mengukur perilaku dalam bidang akademik maupun sosial”. Persentase (%) di hitung dengan
cara perilaku atau peristiwa di bagi keseluruhan kemungkinan terjadinya peristiwa
tersebut dikalikan seratus. untuk menghitung persentase kemampuan motorik
halus pada aspek meniru bentuk geometri adalah dengan cara dibawah ini:
Skor perolehan
Skor maksimal� 100 %
Kegiatan pengukuran dalam pengolahan data yang dilakukan adalah sebagai
berikut :
a. Menghitung persentase kemampuan meniru bentuk geometri yang dilakukan
sebagai pengukuran fase baseline-1 dari masing-masing subjek setiap sesinya.
b. Menghitung persentase kemampuan meniru bentuk geometri yang dilakukan
sebagai pengukuran fase intervensi dari masing-masing subjek setiap sesinya.
c. Menghitung persentase kemampuan meniru bentuk geometri yang dilakukan
sebagai pengukuran fase baseline-2 dari masing-masing subjek setiap sesinya.
d. Membandingkan persentase kemampuan meniru bentuk geometri pada fase
beseline dan intervensi dari masing-masing subjek setiap sesinya.
2. Analisis Data
“Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau
sumber data lain terkumpul” (Sugiyono,2011:207).
Sementara itu Sunanto, J et al. (2006:65) mengemukakan bahwa “Analisis data
merupakan tahap terakhir sebelum penarikan kesimpulan”. Dalam penelitian ini
adalah menggunakan teknik analisis statistik deskriptif. Menurut Sugiyono
37
Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebegaimana adanya, tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan grafik, seperti yang
dikemukakan oleh Sunanto, J et al. (2006:38) bahwa “Grafik memiliki peranan penting pada saat menganalisis data dalam penelitian modifikasi perilaku dengan
disain subjek tunggal”.
Menurut Sunanto, J et al.(2006: 30), mengemukakan beberapa komponen dalam membuat grafik diantaranya adalah :
a. Absis adalah sumbu X yang merupakan sumbu mendatar yang menunjukkan satuan untuk waktu (misalnya sesi, hari, dan tanggal)
b. Ordinat adalah sumbu Y merupakan sumbu vertikal yang menunjukkan satuan untuk variabel terikat atau perilaku sasaran (misalnya persen, frekuensi, dan durasi)
c. Titik awal merupakan pertemuan antara sumbu X dengan sumbu Y sebagai titik awal skala.
d. Skala garis-garis pendek pada sumbu X dan sumbu Y yang menunjukkan ukuran (misalnya, 0%, 25%, 50%, dan 75%).
e. Label kondisi, yaitu keterangan yang menggambarkan kondisi eksperimen, misalnya baseline atau intervensi.
f. Garis perubahan kondisi, yaitu garis vertikal yang menunjukkan adanya perubahan dari kondisi ke kondisi lainnya, biasanya dalam bentuk garis putus-putus.
g. Judul grafik judul yang mengarahkan perhatian pembaca agar segera diketahui hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.
Setelah data terkumpul, selanjutnya data di analisis dengan perhitungan tetentu,
perhitungan ini di dalamnya dilakukan dengan cara menganalisis data dalam
kondisi dan antar kondisi.
Analisis dalam kondisi adalah analisis perubahan data dalam suatu kondisi,
misalnya kondisi baseline atau kondisi intervensi. Di adaptasi dari pendapat Sunanto, J et al.(2006:68-70), mengemukakan beberapa komponen yang akan dianalisis dalam kondisi meliputi :
a. Panjang kondisi.
38
Tria Nurhasanah, 2013
b. Kecenderungan arah.
Kecenderungan arah digambarkan oleh garis lurus yang melintasi semua data dalam suatu kondisi dimana banyaknya data yang berada di atas dan di bawah garis tersebut sama banyak.
c. Tingkat stabilitas (level Stability).
Tingkat stabilitas menunjukkan tingkat homogenitas data dalam suatu kondisi.
d. Tingkat perubahan (level change).
Tingkat perubahan menunjukkan besarnya perubahan antara dua data. e. Jejak data (data path).
Jejak data merupakan perubahan dari data atau ke data lain dalam suatu kondisi.
f. Rentang.
Rentang dalam sekelompok data pada suatu kondisi merupakan jarak antara data pertama dengan data terakhir.
Sedangkan analisis antar kondisi menurut Sunanto, J et al.(2006:72-76) terkait dengan beberapa komponen utama diantaranya meliputi :
a. Variabel yang diubah.
Dalam analisis data antar kondisi sebaiknya variabel terikat atau perilaku sasaran difokuskan pada satu perilaku.
b. Perubahan kecenderungan arah dan efeknya.
Perubahan kecenderungan arah grafik antar kondisi memungkinkan (a) mendatar ke mendatar, (b) mendatar ke menaik, (c) mendatar ke
menurun,(d) menaik ke menaik, (e) menaik ke mendatar, (f) menaik ke menurun, (g) menurun ke menaik, (h) menurun ke mendatar, (i) menurun ke menurun.
c. Perubahan stabilitas dan efeknya.
Stabilitas data menunjukkan tingkat kestabilan perubahan dari sederetan data.
d. Perubahan level data.
Perubahan level data menunjukkan seberapa data berubah. e. Data yang tumpang tindih (overlap).
Data yang tumpang tindih antara dua kondisi adalah terjadinya data yang sama pada kedua kondisi tersebut.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data tersebut
adalah sebagai berikut:
a. Menskor hasil pengukuran kondisi baseline-1 (A-1) pada setiap sesi
b. Menskor hasil pengukuran kondisi treatment/intervensi (B) pada setiap sesi.
39
d. Membuat tabel penilaian untuk skor yang telah diperoleh pada baseline-1
(A-1), intervensi (B) dan baseline-2 (A-2) dari setiap sesi.
e. Menjumlahkan skor pada kondisi baseline-1 (A-1), intervensi (B) dan
baseline-2 (A-2) dari setiap sesi.
f. Membandingkan hasil skor pada kondisi baseline-1 (A-1), intervensi (B), dan
baseline-2 (A-2).
g. Membuat analisis dalam bentuk grafik garis, sehingga dapat terlihat secara
langsung perubahan pada fase tersebut.
h. Grafik yang digunakan untuk mengolah data adalah grafik desain A-B-A.
i. Membuat analisis dalam kondisi dan antar kondisi.
80
Tria Nurhasanah, 2013
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan pengolahan data mengenai
pengaruh teknik pembelajaran melukis dengan jari terhadap peningkatan motorik
halus siswa tunagarahita sedang, memiliki dampak positif terhadap peningkatan
target behavior yang diinginkan, yaitu pada aspek meniru bentuk geometri subjek SR dan AL, dari mulai baseline-1 (A-1), intervensi (B), dan baseline-2 (A-2) maka dapat disimpulkan bahwa teknik pembelajaran melukis dengan jari
berpengaruh terhadap peningkatan motorik halus siswa tunagrahita sedang, hal ini
didasarkan pada :
1. Kemampuan meniru bentuk geometri subjek SR dan AL pada kondisi awal
sebelum diberikannya intervensi teknik pembelajaran melukis dengan jari
yaitu kurang, hal ini dapat dilihat dari pola arah yang ditunjukkan subjek SR
ketika meniru bentuk diagonal, zigzag, lengkung, jajar genjang, segitiga dan
belah ketupat pada garis kotak yang tidak sesuai dengan garis dan ukuran.
Subjek AL pun menunjukkan pola arah yang tidak sesuai dengan garis dan
ukuran ketika meniru bentuk horizontal, zigzag, lengkung, persegi empat,
jajar genjang, segitiga, dan belah ketupat pada garis kotak.
2. Kemampuan meniru bentuk geometri pada subjek SR dan AL setelah
diberikannya intervensi melalui teknik pembelajaran melukis dengan jari
yaitu mengalami peningkatan dari baseline-1 (A-1), dapat dilihat subjek SR dan AL mampu menunjukkan perubahan pola arah yang sesuai dengan garis
dan ukuran ketika meniru bentuk horizontal, vertikal, diagonal, zigzag,
lengkung, persegi empat, jajar genjang, segitiga, belah ketupat dan lingkaran
81
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil kesimpulan penelitian, maka peneliti mengajukan beberapa
rekomendasi adalah sebagai berikut :
1. Pihak guru
Mengacu pada keberhasilan penelitian yang dilakukan menggunakan teknik
pembelajaran melukis dengan jari dalam meningkatkan kemampuan motorik halus
pada aspek meniru bentuk geometri subjek SR dan AL, maka peneliti
menyarankan agar teknik pembelajaran melukis dengan jari ini dapat digunakan
sebagai salah satu teknik pembelajaran di dalam kelas. Guru dapat memberikan
inovasi dalam materi yang diberikan misalnya dengan melukis objek di
lingkungan sekitar anak, kemudian mengajak anak untuk menceritakan
pengalamannya mengenai objek lukisannya tersebut, sehingga selain dapat
melatih kemampuan motik halus juga dapat mengembangkan kemampuan
berkomunikasi anak tunagrahita sedang.
2. Bagi Orang Tua
Orang tua dapat mengembangkan keterampilan motorik halus anak tunagrahita
sedang dalam kegiatan-kegiatan di rumah, menggunakan bahan-bahan yang di
adaptasi dari adonan melukis dengan jari, misalnya anak diajak berperan aktif
dalam kegiatan membuat kue menggunakan adonan dari tepung terigu kemudian
mencetaknya sesuai bentuk yang diinginkan anak dengan tangannya sendiri,
sehingga anak lebih termotivasi dalam meningkatkan kemampuan motorik
halusnya karena kegiatan tersebut dilakukan bersama orang-orang terdekat anak.
3. Peneliti selanjutnya
Peneliti menyadari dalam penelitian ini memiliki kekurangan, maka peneliti
menyarankan untuk peneliti selanjutnya dapat menerapkan teknik pembelajaran
melukis dengan jari ini pada aspek lain dalam belajar berdasarkan kebutuhan dan
kemampuan anak, sehingga dapat di ketahui target behavior yang ingin dicapai
terhadap subjek penelitian tersebut, misalnya dalam mengembangkan kemampuan
82
Tria Nurhasanah, 2013
DAFTAR PUSTAKA
Amin, M. (1995). Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Bandung : DEPDIKBUD.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Aqib, Z. (2011). Pedoman Teknis Penyelenggaraan PAUD. Bandung : Nuansa Aulia.
Decaprio, R. (2013). Aplikasi Pembelajaran Motorik di Sekolah. Jogjakarta : DIVA Press.
Delphie, B (2006). Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung : Refika Aditama.
Delphie, B (2009). Bimbingan Perilaku Adaptif Anak Dengan Hendaya Perkembangan Fungsional. Sleman : PT. Intan Sejati Klaten.
Efendi, M. (2008). Pengantar Psikopedagogik anak berkelainan. Jakarta : Bumi Aksara.
Harriet dan Tom. (2003). Rancang bangun anak cerdas. Depok : Inisiasi Press.
Hurlock, E. (1978). Perkembangan anak. (Edisi keenam). Jakarta : Erlangga. Alih Bahasa : dr.Med Meitasari & Muslichah.
Karmachela, H. (2008). Melukis. Jakarta : Azka Press.
Marlene dan Lindreman. (1984). Arts & crafts for the classroom. New york : Macmillan Publishing company.
Mayesky, M. (2011). Aktivitas-aktivitas seni kreatif melukis. Jakarta : Indeks. Alih Bahasa : Agustina Reni.
Megantari, A. (2011). Peningkatan Kreativitas Anak Dalam Pembelajaran Melukis Melalui Teknik Finger Painting. Skripsi Program Pendidikan Guru Pendidikan Usia Dini pada FIP UPI Bandung : Tidak Diterbitkan.
Moeslichatoen, R. (2004). Metode Pengajaran di taman kanak-kanak. Jakarta : P.T Rineka Cipta.
83
Rachmawati, Y dan Kurniati. (2010). Strategi pengembangan kreativitas pada anak usia taman kanak-kanak. Jakarta : Kencana prenada media group.
Sagala, S. (2010). Konsep dan makna pembelajaran. Bandung : Alfabeta.
Santrock, J. (2007). Perkembangan anak (Jilid 1). Jakarta : Erlangga. Alih Bahasa : Mila Rachmawati & Anna Kuswanti.
Saputra, Y dan Badruzaman. (2009). Perkembangan Pembelajaran Motorik. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.
Soendari, T et al. (2008). Modul Pengajaran Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus. UPI Bandung : Tidak Diterbitkan.
Somantri, S. (2007). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung : Refika Aditama.
Sudjana, D. (2001). Metode dan teknik pembelajaran partisipatif. Bandung : Falah production.
Sudono, A. (2010). Sumber belajar dan alat permainan untuk pendidikan usia dini. Jakarta : PT. Grasindo.
Sugiyono (2011). Metode Penelitian Pendidikan Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung : Alfabeta.
Sunanto, J et al. (2006). Penelitian Dengan Subjek Tunggal. Bandung : UPI Press.
Umansky dan Fallen. (1985). Young Children with Special Needs. Columbus : Bell & Howell Company.