• Tidak ada hasil yang ditemukan

RESPON PETANI TERHADAP LAHAN PERTANIAN KRITIS DI WILAYAH HULU SUD DAS CISANGKUY KABUPATEN BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "RESPON PETANI TERHADAP LAHAN PERTANIAN KRITIS DI WILAYAH HULU SUD DAS CISANGKUY KABUPATEN BANDUNG."

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

No. Daftar FPIPS : 1997/UN.40.2.4/PL/2014

[Type text]

RESPON PETANI TERHADAP LAHAN PERTANIAN KRITIS

DI WILAYAH HULU SUB DAS CISANGKUY KABUPATEN

BANDUNG

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Geografi

oleh : Adhi Munajar

1000920

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

No. Daftar FPIPS : 1997/UN.40.2.4/PL/2014

[Type text]

RESPON PETANI TERHADAP LAHAN PERTANIAN KRITIS

DI WILAYAH HULU SUB DAS CISANGKUY KABUPATEN

BANDUNG

oleh : Adhi Munajar

1000920

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Geografi

© Adhi Munajar 2014

Universitas Pendidikan Indonesia

Februari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

No. Daftar FPIPS : 1997/UN.40.2.4/PL/2014

[Type text]

RESPON PETANI TERHADAP LAHAN PERTANIAN KRITIS

DI WILAYAH HULU SUB DAS CISANGKUY KABUPATEN

BANDUNG

Adhi Munajar

1000920

DISAJIKAN DAN DISETUJUI OLEH

PEMBIMBING I

Prof. Dr. Ir. Dede Rohmat, MT.

NIP. 19640603 198903 1 001

PEMBIMBING II

Drs. Jupri, MT.

NIP. 19580526 198603 1 003

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Geografi Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. Hj. Epon Ningrum, M.Pd

(4)

Adhi Munajar, 2014

Respon Petani Terhadap Lahan Pertanian Kritis di Wilayah Hulu Sud Das Cisangkuy Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah Penelitian ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

A. Respon Petani ... 9

B. Pertanian ... 11

C. Lahan ... 12

1. Pengertian Lahan ... 12

2. Sifat-sifat Lahan ... 15

3. Penggunaan Lahan ... 17

4. Kerusakan Lahan ... 17

D. Lahan Kritis ... 18

E. Kriteria Dan Parameter Penyusun Lahan Kritis ... 19

1. Topografi ... 19

(5)

Adhi Munajar, 2014

Respon Petani Terhadap Lahan Pertanian Kritis di Wilayah Hulu Sud Das Cisangkuy Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Erosi ... 27

4. Vegetasi ... 32

F. Klasifikasi Lahan Kritis ... 33

G. Usaha-usaha Penanggulangan Lahan Kritis ... 35

H. Hulu SUB DAS Ci Sangkuy ... 38

I. Kondisi Sosial Ekonomi ... 39

BAB III METODE PENELITIAN ... 42

A. Lokasi Penelitian ... 42

B. Populasi Dan Sampel ... 44

1. Populasi ... 44

2. Sampel ... 44

C. Metode Penelitian... 46

D. Variabel Penelitian ... 46

E. Definisi Operasional... 47

F. Teknik Pengumpulan Data ... 49

G. Instrumen Penelitian... 51

H. Alat Pengumpul Data ... 54

I. Teknik Pengolahan Data ... 54

J. Teknik Analisis Data ... 56

K. Alur Pemikiran Penelitian ... 61

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 62

A. Kondisi Fisik Daerah Penelitian ... 62

1. Letak dan Luas ... 62

2. Hidroklimatologi ... 65

3. Kondisi Geologi ... 73

4. Topografi ... 75

5. Tanah ... 77

(6)

Adhi Munajar, 2014

Respon Petani Terhadap Lahan Pertanian Kritis di Wilayah Hulu Sud Das Cisangkuy Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Lahan Kritis ... 82

C. Kondisi Sosial Daerah Penelitian ... 85

1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk ... 85

2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia ... 86

3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan . 88 4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Mata Pencaharian ... 90

D. Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Penggarap ... 91

1. Tingkat Umur Petani Penggarap ... 92

2. Tingkat Pendidikan Petani Penggarap ... 94

3. Jumlah Tanggungan ... 96

4. Mata Pencaharian Sampingan Petani Penggarap ... 96

5. Pengalaman Usaha Tani Petani Penggarap ... 98

6. Status Kepemilikan Lahan ... 100

7. Luas Lahan Garapan ... 101

8. Tingkat Pendapatan Pokok Petani Penggarap ... 103

9. Tingkat Pendapatan Sampingan Petani Penggarap ... 104

10. Pengeluaran Petani Penggarap ... 105

E. Analisis Respon Kognitif Petani Penggarap Terhadap Lahan Pertanian Kritis... 119

1. Verbal ... 119

a. Pengetahuan Petani Penggarap Mengenai Lahan Kritis... 119

2. Non Verbal ... 122

F. Analisis Respon Afektif Petani Penggarap Terhadap Lahan Pertanian Kritis... 123

(7)

Adhi Munajar, 2014

Respon Petani Terhadap Lahan Pertanian Kritis di Wilayah Hulu Sud Das Cisangkuy Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu a. Persepsi Petani Penggarap Terhadap Sosialisasi

Lahan Kritis ... 123

b. Persepsi Terhadap Dampak ... 124

2. Non Verbal ... 127

G. Analisis Respon Konatif Petani Penggarap Terhadap Lahan Pertanian Kritis... 128

1. Verbal ... 128

a. Penyuluhan ... 128

b. Perilaku Terhadap Lahan ... 129

c. Perilaku Terhadap Perluasan Lahan Untuk Investasi 131 d. Perilaku Terhadap Konservasi ... 132

2. Non Verbal ... 137

3. Respon Petani Penggarap ... 137

H. Hubungan antara Karakteristik Petani Penggarap Terhadap Respon Petani Penggarap ... 140

1. Hubungan antara Pengetahuan dengan Respon Petani .... 140

2. Hubungan antara Jumlah Tanggungan dengan Respon Petani ... 141

3. Hubungan antara Kepemilikan Lahan dengan Respon Petani ... 142

4. Hubungan antara Pendapatan dengan Respon Petani ... 143

5. Hubungan antara Pengalaman Usaha Tani dengan Respon Petani ... 144

I. Implikasi Penelitian Terhadap Pengajaran Geografi... 144

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 145

A. Kesimpulan ... 145

B. Rekomendasi ... 146

(8)

Adhi Munajar, 2014

Respon Petani Terhadap Lahan Pertanian Kritis di Wilayah Hulu Sud Das Cisangkuy Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(9)

Adhi Munajar, 2014

Lahan Pertanian Kritis di Wilayah Hulu Sud Das Cisangkuy Kabupaten Bandung Respon Petani Terhadap

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

Degradasi lahan dapat menyebabkan lahan kritis, sekarang telah menjadi berita hangat dalam isu lingkungan di Indonesia. Salah satu penyebab terjadinya lahan kritis adalah penggunaan lahan dan pengelolaan lahan yang melampaui batas dari kemampuannya. Degradasi lahan serta ancaman bencana dapat terjadi dimana saja, tidak terkecuali di wilayah SUB DAS Ci Sangkuy. Secara adminstratif wilayah ini terdiri atas 9 kecamatan. Dalam penelitian ini peneliti hanya membatasi SUB DAS Ci Sangkuy bagian hulu.

Wilayah dengan luas rawan erosi tertinggi pada wilayah SUB DAS Cisangkuy yaitu Kecamatan Pangalengan. Pemahaman petani serta kegiatan petani yang tidak sesuai dengan konsep konservasi sangat memberikan dampak terhadap meluasnya pembentukan lahan kritis. Namun, petani tidak mengetahui makna dari adanya lahan kritis.

Kenyataanya, upaya untuk meningkatkan peran atau partisipasi masyarakat tidak terjadi begitu saja tetapi perlu proses dan upaya pengembangan masyarakat. Tujuan dari penelitian ini yang ingin dicapai adalah mengidentifikasi karakteristik petani yang mempengaruhi tingkat kekritisan lahan pertanian, mendeskripsikan pemahaman petani terhadap lahan pertanian kritis, serta mendeskripsikan respon yang dilakukan oleh petani pada lahan pertanian kritis di wilayah Hulu SUB DAS Ci Sangkuy Daerah Aliran Ci Tarum. Penelitian ini menggunakan metode survei deskriptif ini ditujukan untuk penelitian ini yang didasarkan terhadap langkah yang akan dilakukan dalam pengambilan sampel dari sebuah populasi, kemudian mengidentifikasi, mengklasifikasi dan menggambarkan secara aktual dari respon petani yang menggarap lahan pertanian yang dianggap telah mengalami kekritisan. Pengambilan data dilakukan beberapa cara seperti observasi, wawancara, studi literatur, serta studi dokumentasi. Penelitian ini mendapatkan hasil temuan bahwa respon positif ditunjukkan oleh petani penggarap di dalam menanggapi permasalahan lahan kritis di wilayah penelitian. Namun terdapat bebeerapa petani penggarap yang tidak terlalu peka terhadap kondisi lahan, sehingga akan menimbulkan lahan kritis semakin kritis dan menjadi sangat kritis.

(10)

Adhi Munajar, 2014

Lahan Pertanian Kritis di Wilayah Hulu Sud Das Cisangkuy Kabupaten Bandung Respon Petani Terhadap

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

Degradation farm can cause the critical farm, now have come to the current affairs in environmental issue in Indonesia. One of cause of the happening of critical farm use of farm and abysmal farm management of boundary from its ability. Degradasi Farm and also disaster threat can be happened just where, do not aside from region of SUB of DAS Cisangkuy. By adminstratif this regional consisted of 9 subdistrict. In this research researcher only limit the SUB of DAS Cisangkuy of part of pate; upstream.

Region broadly highest erosion gristle at region of SUB of DAS Cisangkuy that is Subdistrict Pangalengan. Understanding of farmer and also farmer activity which is disagree with conservation concept very giving of impact to the wide-speading of critical farm forming. But, farmer do not know the meaning from existence of critical farm.

The fact, strive to increase role or participate the society not happened off hand but need process and strive the society development. Intention of this research is which wish reached identify the farmer characteristic influencing critical storey; level of agriculture farm, to description understanding of farmer to critical agriculture farm, and also mendeskripsikan respon done by farmer at critical agriculture farm in region of Pate; Upstream of SUB of DAS Cisangkuy of Area of Stream of Ci Tarum. This Research use the this descriptive survey method addressed for the research of this based to step to be done in intake sampel from a population, later; then identify the, classifying and depict by aktual from respon condition, so that will generate the critical critical farm progressively and become very critical.

(11)

Adhi Munajar, 2014

Respon Petani Terhadap Lahan Pertanian Kritis di Wilayah Hulu Sud Das Cisangkuy Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Lahan adalah salah satu sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan. Lahan merupakan sumber daya alam yang dapat menghasilkan bahan

makanan, pakaian, bahan bangunan, elemen-elemen dasar dari bahan produksi, tempat tinggal manusia melakukan berbagai kegiatan dalam kehidupan sehari-hari. Lahan juga merupakan bagian dari sumber daya alam yang terbatas ketersediaannya. Semua kegiatan manusia tidak ada yang terlepas dari lahan, kegiatan dimanapun bersentuhan dengan lahan. Lahan mempunyai manfaat ekologis yang sangat penting hingga manusia dapat terus melakukan sebagian besar aktivitas kehidupannya sampai saat ini. Secara ekologis, lahan menjadi penyangga kehidupan baik yang secara langsung maupun tidak langsung bagi sebagian besar makhluk hidup di muka bumi.

Lahan (Land) merupakan bagian dari bentang alam (lanscape) yang meliputi pengertian lingkungan fisik dimana secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan didalamnya akibat kegiatan-kegiatan manusia. Sehingga sumberdaya lahan merupakan suatu hal yang terintegrasi di dalam kehidupan. Namun dalam mengolah dan memanfaatkan lahan dengan kondisi tertentu, untuk dimanfaatkan penggunaannya, tentu tidak bisa sembarangan. Dalam arti bahwa untuk mengolah dan memanfaatkan lahan, diperlukan kemampuan dan keahlian khusus agar lahan dapat dimanfaatkan dan digunakan dengan tepat. Tetapi, seringkali dalam kegiatannya selalu ditemukan adanya ketidakpuasan di dalam memanfaatkannya. Perilaku manusia yang terlalu berlebihan dalam memanfaatkan lahan, kurang paham atau tidak memiliki

(12)

Adhi Munajar, 2014

Respon Petani Terhadap Lahan Pertanian Kritis di Wilayah Hulu Sud Das Cisangkuy Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mempengaruhi penurunan kualitas lahan, kerusakan lahan juga dapat terjadi secara alami tetapi tidak lepas dari campur tangan manusia. Lahan-lahan yang tersebar di permukaan bumi dalam pemanfaatannya dapat menjadi beraneka ragam. Hutan, pertanian, permukiman, industri serta bidang lain yang sifatnya menambah kebutuhan ketersediaan ruang lahan merupakan contoh dari beragamnya jenis dari pemanfaatan lahan.

Penggunaan lahan harus dapat dilakukan dengan banyak pertimbangan terhadap berbagai gejala yang akan timbul dari adanya pemanfaatan lahan yang dilakukan. Lahan yang tersebar di permukaan bumi memiliki karakteristik serta sifat yang berbeda-beda, sehingga di dalam penggunaannya harus disesuaikan dengan kemampuan dari lahan. Jika terjadi pemaksaan di dalam penggunaan di luar batas kemampuan lahan, maka akan terjadinya degradasi yang diakibatkan oleh manusia sebagai pengguna serta faktor alam sebagai pendukungnya.

Degradasi lahan dapat menyebabkan lahan kritis, sekarang telah menjadi berita hangat dalam isu lingkungan di Indonesia. Menurut Notohadiprawiro dalam Eva (2008 : 1) lahan kritis di Indonesia tercatat 29,6 juta ha. Menurut Waryono dalam Eva (2008 : 1) di Pulau Jawa tercatat 9,1 juta Ha, dan di Jawa Barat tercatat 368.794 ha (Dirjen Rehabilitasi Lahan, 2000).

Secara umum terdapat permasalahan lingkungan di wilayah Aliran Ci Tarum. Wilayah ini merupakan salah satu DAS di wilayah Jawa Barat yang memiliki banyak permasalahan. Permasalahan yang terjadi di wilayah ini dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1 Permasalahan Lingkungan

Permasalahan Umum  Degradasi Lahan

 Perambahan Lahan Hutan  Erosi

 Lahan Kritis

(13)

Adhi Munajar, 2014

Respon Petani Terhadap Lahan Pertanian Kritis di Wilayah Hulu Sud Das Cisangkuy Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu  Pendangkalan Sungai

 Banjir

Ci Tarum merupakan salah satu wilayah sungai yang menjadi sorotan disebabkan terdapatnya banyak permasalahan pada wilayah sungai ini. Banjir adalah bencana langganan pada wilayah yang terlewati oleh Ci Tarum. Timbulnya permasalahan yang terjadi pada Ci Tarum secara terintegrasi disebabbkan adanya campur tangan masyarakat di wilayah Hulu, tengah serta Hilir pada setiap SUB DAS yang bermuara ke Ci Tarum. Wilayah Hulu Ci Tarum memiliki banyak anak sungai, salah satunya yaitu DAS Cisangkuy. Permasalahan yang terdapat di DAS Cisangkuy yaitu adanya degradasi lahan. Degradasi lahan di wilayah DAS Cisangkuy berorientasi ke arah lahan garapan, tetapi lahan yang tidak sesuai untuk digarap masih saja dialihfungsikan menjadi lahan garapan.

Luas lahan hutan, sawah, semak rumput, danau dan tegalan mengalami penurunan, sedangkan belukar, perkebunan, sub urban, urban, industri dan fasilitas umum mengalami penambahan luas. Penurunan luas lahan hutan, sawah,

semak rumput, danau dan tegalan diatas berimplikasi pada perubahan penggunaan lainnya. Dapat dilihat pada Tabel 1.2 mengenai penggunaan lahan di SUB DAS Cisangkuy.

Tabel 1.2 Penggunaan Lahan di SUB DAS Cisangkuy

(14)

Adhi Munajar, 2014

Respon Petani Terhadap Lahan Pertanian Kritis di Wilayah Hulu Sud Das Cisangkuy Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Jumlah 64.133.901 100

Sumber : Atlas Pengelolaan Sumber Daya Air Sungai Citarum 2010

Degradasi lahan serta ancaman bencana dapat terjadi dimana saja, tidak terkecuali di wilayah SUB DAS Cisangkuy. Secara adminstratif wilayah ini terdiri atas 9 kecamatan. Dalam penelitian ini peneliti hanya membatasi SUB DAS Cisangkuy bagian hulu. Ancaman bencana yang tersebar di wilayah SUB DAS Cisangkuy dapat dilihat pada tabel 1.3.

Tabel 1.3 Ancaman Bencana Wilayah SUB DAS Cisangkuy

No Kecamatan Sumber : Anik Sarminingsih, 2004

Menurut Anik (2004) menjelaskan bahwa kekritisan lahan yang terjadi akibat tingkat bahaya erosi di wilayah ini yang dapat dilihat pada tabel 1.4.

(15)

Adhi Munajar, 2014

Respon Petani Terhadap Lahan Pertanian Kritis di Wilayah Hulu Sud Das Cisangkuy Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

14 S. Cinangka Cinangka 1,25 384,48 x Sumber : Anik Sarminingsih, 2004

Berdasarkan data pada tabel 1.4 mengenai laju erosi di wilayah SUB DAS Cisangkuy tercatat beberapa sungai kondisi kritis dengan kategori aman, kritis serta sangat kritis. Pada wilayah sungai dengan tingkat kekritisan aman tercatat dengan laju erosi sebesar 192,6 ton/ha/tahun. Pada wilayah sungai kritis tercatat dengan laju erosi sebesar 1.950,78 ton/ha/tahun. Pada wilayah sungai sangat kritis tercatat dengan laju erosi sebesar 4.921,14 ton/ha/tahun. Dilihat dari hasil perhitungan maka diketahui bahwa SUB DAS Cisangkuy merupakan salah satu wilayah yang telah masuk kedalam kategori kritis.

Sungai yang tercatat merupakan sangat kritis terdapat pada wilayah Hulu

SUB DAS Cisangkuy. Sungai Gunung Tilu merupakan sungai sangat kritis yang tercatat dengan laju erosi sebesar 834,55 ton/ha/tahun. Disamping sungai ini,

terdapat sungai lain di wilayah Hulu SUB DAS Cisangkuy yang terkategorikan sangat kritis. Terdapatnya situasi seperti ini tidak terlepas dari campur tangan mayarakat sekitar. Perilaku yang tidak sesuai untuk kelestarian lingkungan menjadi salah satu sebabnya.

(16)

Adhi Munajar, 2014

Respon Petani Terhadap Lahan Pertanian Kritis di Wilayah Hulu Sud Das Cisangkuy Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Namun, semua itu tidak didasari oleh pemahaman terhadap permasalahan lingkungan yang akan timbul.

Pemahaman petani serta kegiatan petani yang tidak sesuai dengan konsep konservasi sangat memberikan dampak terhadap meluasnya pembentukan lahan kritis. Namun, petani tidak mengetahui makna dari adanya lahan kritis. Kegiatan petani pada lahan dengan kategori kritis di wilayah Hulu SUB DAS Cisangkuy

merupakan salah satu penyebab terjadinya lahan kritis. Pemanfaatan tanpa batas kemampuan lahan dan terlampau batas kekuatan lahan akan mengakibatkan lahan menjadi semakin kritis.

Dalam kenyataanya, upaya untuk meningkatkan peran atau partisipasi masyarakat tidak terjadi begitu saja tetapi perlu proses dan upaya pengembangan masyarakat. Menurut Sutrisno dan Mary dalam Indrawati (2003), prinsip-prinsip pengembangan masyarakat antara lain adalah program harus ditentukan oleh masyarakat dan disesuaikan dengan kebutuhan setempat. Selain itu, harus selalu dilakukan pendampingan dan pemberian bimbingan kepada masyarakat baik dalam persiapan, perencanaan maupun pelaksanaan kegiatan. Walaupun sudah diberikan bimbingan yang sama, dalam kenyataanya tingkat partisipasi masyarakat bisa berbeda karena pengaruh dari beberapa faktor.

Dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas, memberikan dorongan bagi penulis untuk mengkaji respon petani terhadap lahan kritis secara mendalam. Penulis memfokuskan penelitian terhadap “Respon Petani Terhadap Lahan Pertanian Kritis Di Wilayah Hulu SUB DAS Cisangkuy Kabupaten Bandung”.

B.Identifikasi Masalah Penelitian

Peneliti telah memfokuskan penelitian terhadap permasalahan yang teradi

(17)

Adhi Munajar, 2014

Respon Petani Terhadap Lahan Pertanian Kritis di Wilayah Hulu Sud Das Cisangkuy Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

merumuskan beberapa hal terkait permasalahan mengenai penelitian yang akan dilaksanakan. Petani penggarap pada lahan pertanian kritis merupakan obyek penelitian ini. Fokus utama penelitian ini yaitu tentang respon petani terhadap lahan pertanian kritis di wilayah Hulu SUB DAS Cisangkuy. Respon yang ingin diketahui dapat berupa respon kognitif, respon afektif serta respon konatif sehingga dapat diketahui berbagai respon dari petani yang dijadikan sampel

penelitian.

C.Rumusan Masalah

Penulis memfokuskan permasalahan berdasarkan dari latar belakang masalah diatas yaitu “Respon Petani Terhadap Lahan Pertanian Kritis Di Wilayah Hulu SUB DAS Cisangkuy Kabupaten Bandung”. Untuk lebih memperjelas kegiatan penelitian, penulis membatasi permasalahan dengan rumusan sebagai berikut ;

1. Bagaimana kondisi sosial ekonomi petani penggarap lahan pertanian kritis di wilayah Hulu SUB DAS Cisangkuy?

2. Bagaimana respon kognitif petani penggarap terhadap lahan pertanian kritis di Wilayah Hulu SUB DAS Cisangkuy?

3. Bagaimana respon afektif petani penggarap terhadap lahan pertanian kritis di Wilayah SUB DAS Cisangkuy?

4. Bagaimana respon konatif petani penggarap terhadap lahan pertanian kritis di Wilayah SUB DAS Cisangkuy?

D.Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yang ingin dicapai adalah sebagai berikut ;

1. Mengidentifikasi kondisi sosial ekonomi petani penggarap pertanian kritis di

(18)

Adhi Munajar, 2014

Respon Petani Terhadap Lahan Pertanian Kritis di Wilayah Hulu Sud Das Cisangkuy Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Mengidentifikasi respon kognitif petani penggarap terhadap lahan pertanian kritis di Wilayah Hulu SUB DAS Cisangkuy?

3. Mengidentifikasi respon afektif petani penggarap terhadap lahan pertanian kritis di Wilayah Hulu SUB DAS Cisangkuy?

4. Mengidentifikasi respon konatif petani penggarap terhadap lahan pertanian kritis di Wilayah Hulu SUB DAS Cisangkuy?

E.Manfaat Penelitian

Penelitian ini sekiranya mempunyai manfaat yang luas, yaitu :

1. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah setempat terkait pengambilan keputusan dalam pengelolaan lahan serta upaya penanganan lahan kritis di wilayah Sub Daerah Alirah Cisangkuy.

2. Sebagai bahan masukan bagi petani di wilayah penelitian ini, dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan terkait pengelolaan lahan sehingga lahan akan optimal untuk dimanfaatkan..

3. Sebagai bahan acuan bagi pengembangan penelitian berkaitan dengan lahan kritis di wilayah SUB DAS Cisangkuy maupun di wilayah yang lainnya yang memiliki sifat serta karakteristik permasalahan yang sama.

F. STRUKTUR ORGANISASI SKRIPSI BAB I PENDAHULUAN

Bab I menguraikan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional serta struktur organisasi skripsi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Menguraikan berbagai teori yang terkait dengan permasalahan yang

(19)

Adhi Munajar, 2014

Respon Petani Terhadap Lahan Pertanian Kritis di Wilayah Hulu Sud Das Cisangkuy Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III PROSEDUR PENELITIAN

Pada bab III menjelaskan mengenai banyak hal yang berkaitan dengan kegiatan ataupun proses yang ditempuh dalam suatu penelitian. Kaitannya dengan hal tersebut, pada bab ini meliputi beberapa penjelasan mengenai lokasi penelitian, metode penelitian, variabel penelitian,

instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan analisis data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab IV membahas mengenai pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan penemuan yang berkaitan dengan kondisi geografis wilayah Hulu SUB DAS Cisangkuy dilihat dari segi fisik maupun sosial, analisis data responden dan respon petani Hulu SUB DAS Cisangkuy dilihat dari pengetahuan dan pendapat.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

(20)

Adhi Munajar, 2014

Respon Petani Terhadap Lahan Pertanian Kritis di Wilayah Hulu Sud Das Cisangkuy Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A.Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian terletak di wilayah Hulu SUB DAS Ci Sangkuy Daerah Aliran Ci Tarum Kabupaten Bandung yang meliputi sebagian besar wilayah Kecamatan Pangelangan. Hulu SUB DAS Ci Sangkuy terletak di sebelah selatan Kabupaten Bandung yang berbatasan dengan wilayah :

Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kecamatan Talegong Sebelah Barat : berbatasan dengan Kecamatan Pasirambu Sebelah Utara : berbatasan dengan Kecamatan Cimaung Sebelah Timur : berbatasan dengan Kecamatan Pacet dan

Kecamatan Kertasari

Secara administratif bahwa hulu SUB DAS Ci Sangkuy meliputi sebagian besar wilayah Kecamatan Pangalengan. Kecamatan Pangalengan merupakan salah satu daerah yang memiliki topografi yang berbukit-bukit sampai bergunung-gunung serta memiliki ketinggian antara 1.000 - 1.500 mdpl. Berdasarkan kondisi geografis, wilayah Kecamatan Pangalengan sangat cocok untuk pertanian.

Tercatat bahwa luas dari wilayah hulu SUB DAS Ci Sangkuy berdasarkan perhitungan pada peta Rupabumi lembar Barutunggul, lembar Pangalengan dan

lebar Lebaksari sebesar 8.885 Ha. Tingkat luasan Desa yang terbesar di wilayah hulu SUB DAS Ci Sangkuy yaitu Desa Sukaluyu sebesar 2.207 ha, serta Desa terkecil di wilayah hulu SUB DAS Ci Sangkuy yaitu Desa Wanasuka sebesar 15,20 Ha yang masuk ke dalam penelitian ini.

(21)

Adhi Munajar, 2014

Respon Petani Terhadap Lahan Pertanian Kritis di Wilayah Hulu Sud Das Cisangkuy Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(22)

Adhi Munajar, 2014

Respon Petani Terhadap Lahan Pertanian Kritis di Wilayah Hulu Sud Das Cisangkuy Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Ga

mbar

3.1

(23)

Adhi Munajar, 2014

Respon Petani Terhadap Lahan Pertanian Kritis di Wilayah Hulu Sud Das Cisangkuy Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B.Populasi dan Sampel

1. Populasi

Arikunto (2010 : 173) mendefinisikan bahwa populasi adalah keseluruhan subyek dari penelitian. Menambahkan menurut Pabundu Tika (2005 : 24) bahwa populasi adalah himpunan individu atau obyek yang banyaknya terbatas atau tidak terbatas. Sugiyono (2009 : 61) menambahkan bahwa populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani penggarap yang melakukan kegiatan pertanian pada lahan sangat kritis dan kritis di hulu SUB DAS Ci Sangkuy.

2. Sampel

Menurut Arikunto (2010 : 174) mendefinisikan bahwa sampel merupakan sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Pabundu Tika (2005 : 24) menambahkan mengenai pengertian dari sampel yaitu sebagian dari obyek atau individu-individu yang mewakili suatu populasi. Sementara Sugiyono (2009 : 62) mengartikan bahwa sampel yaitu bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.

Menurut Arikunto (2009) Proportional sampling adalah cara menentukan anggota sampel dengan mengambil wakil-wakil dari tiap-tiap kelompok yang ada dalam populasi yang jumlahnya disesuaikan dengan jumlah anggota subjek yang ada di dalam masing-masing kelompok tersebut. Berikut ini teknik perhitungan proporsional sampling berdasarkan jumlah sampel yang dibutuhkan.

(24)

Adhi Munajar, 2014

Respon Petani Terhadap Lahan Pertanian Kritis di Wilayah Hulu Sud Das Cisangkuy Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

n = Ukuran sampel N = Ukuran populasi

e = Tingkat kesalahan yang masih bisa ditolerir (10%) dan tingkat Kepercayaan

90%

dengan tingkat kesalahan 10%, maka sampel dari delapan Desa tersebut dapat diperoleh sebagai berikut :

Maka untuk menentukan pembagian sampel dari tiap Desa digunakan perhitungan sebagai berikut:

Teknik Penarikan Sampel Responden Daerah Penelitian

No Sampel Lokasi Sampel

(25)

Adhi Munajar, 2014

Respon Petani Terhadap Lahan Pertanian Kritis di Wilayah Hulu Sud Das Cisangkuy Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 4 Lahan Sangat Kritis Desa Wanasuka 14 5 Lahan Sangat Kritis Desa Cikalong 8 6 Lahan Kritis Desa Sukaluyu 19 8 Lahan Sangat Kritis Desa Margamukti 4 9 Lahan Kritis Desa Margamukti 5 10 Lahan Kritis Desa Pangalengan 13

Jumlah 97

Sumber : Hasil Penelitian 2013

C.Metode Penelitian

Menurut Nawawi dalam (Pabundu Tika, 2005 : 2) mendefiniskan bahwa metode penelitian adalah ilmu yang memperbincangkan metode-metode ilmiah dalam menggali kebenaran pengetahuan, sedangkan menurut Hadi dalam Pabundu Tika (2005 : 2) menyatakan mengenai pengertian dari metode penelitian adalah pelajaran yang memperbincangkan metode-metode ilmiah untuk suatu penelitian.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, maka diambil keputusan bahwa metode penelitian dapat diartikan sebagai pelajaran yang menjelaskan tentang metode ilmiah untuk mengkaji kebenaran dan mengembangkan pengetahuan yang menyangkut penelitian yang dikaji. Metode yang dipakai untuk penelitian ini yaitu menggunakan metode survey deskriptif.

Arikunto (2010 : 3) menjelaskan bahwa penelitian deskriptif adalah

penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal lain-lain yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian. Penggunaan

(26)

Adhi Munajar, 2014

Respon Petani Terhadap Lahan Pertanian Kritis di Wilayah Hulu Sud Das Cisangkuy Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu D.Variabel Penelitian

Secara teoritis bahwa variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau obyek, yang mempunyai variasi antara satu orang atau satu obyek dengan obyek yang lainnya (Hatch dan Farhady, 1981 dalam Sugiyono, 2009 : 3). Variabel juga dapat merupakan atribut dari bidang keilmuwan atau kegiatan

tertentu. Kerlinger (1973) dalam Sugiyono (2009 : 3) mengartikan dari variabel yaitu konstruk (constructs) atau sifat yang akan dipelajari. Dijelaskan bahwa variabel menurut Kidder (1981) dalam Sugiyono (2009 : 3) menyatakan bahwa variabel adalah suatu kualitas dimana peneliti mempelajarai dan menarik kesimpulan darinya.

Variabel di dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Menurut Sugiyono (2009 : 4) menjelaskan bahwa variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Dalam variabel bebas terdiri dari karakteristik lahan dan respon petani, karakteristik lahan terdapat beberapa parameter seperti tanah, kemiringan lereng, tingkat erosi serta tingkat dari tutupan vegetasi, sedangkan respon petani meliputi pemahaman dari petani tentang lahan kritis serta kegiatan yang dilakukan oleh petani di dalam memanfaatkan lahan.

Menurut Sugiyono (2009 : 4) bahwa variabel terikat variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat di dalam penelitian ini yaitu kekritisan lahan pertanian yang terbagi menjadi lahan pertanian potensial kritis, lahan pertanian semi kritis serta lahan pertanian kritis.

Tabel 3.2

(27)

Adhi Munajar, 2014

Respon Petani Terhadap Lahan Pertanian Kritis di Wilayah Hulu Sud Das Cisangkuy Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Variabel Bebas Variabel Antara Variabel Terikat

Lahan Pertanian Kritis

Penelitian ini diberikan judul “Respon Petani Terhadap Lahan Pertanian

Kritis Di Wilayah Hulu SUB DAS Ci Sangkuy Kabupaten Bandung”. Untuk menghindari kesalahpamahan dari penafsiran judul maka penulis membatasi definisi judul penelitian sebagai berikut :

1. Lahan Pertanian Kritis

Menurut Arsyad (1989 : 207) lahan diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air, dan vegetasi serta benda-benda yang terdapat diatasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan lahan. Lahan kritis didefinisikan oleh Hardjowigeno (2010 : 183) bahwa lahan kritis adalah tanah yang telah mengalami kerusakan dan kehilangan fungsi hidro-orologis dan fungsi ekonomi. Dengan perkataan lain tanah tersebut tidak lagi mampu mengatur persediaan air serta tidak mampu berproduksi. Pada umumnya daerah-daerah tersebut mengalami kerusakan akibat penggunaan tanah dan air. Apabila tanah telah menjadi hancur maka usaha untuk merehabilitasi (memperbaiki kembali) merupakan usaha yang maha sulit, sehingga tanah-tanah tetap gundul dan hancur.

(28)

Adhi Munajar, 2014

Respon Petani Terhadap Lahan Pertanian Kritis di Wilayah Hulu Sud Das Cisangkuy Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bekerja dapat membuat seseorang memperoleh imbalan atau upah atas kegiatan atau pekerjaan yang telah dilakukanya. Pekerja dan keluarganya mempunyai ketergantungan terhadap besarnya nilai upah yang diterima untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pendapatan petani penggarap pada penelitian ini didapatkan dari mata pencaharian pokok yaitu bertani pada lahan kritis. Lahan kritis akan mempengaruhi pendapatan petani penggarap.

b. Jumlah Tanggungan

Semakin banyak tanggungan hidup yang ada, maka akan semakin tinggi juga usaha yang dilakukan sebuah keluarga di dalam menghidupi kebutuhan sehari-hari. Sebaliknya, apabila di dalam suatu keluarga mempunyai jumlah tanggunga lebih sedikit maka usaha untuk meningkatkan pendapatan akan sedikit lebih berkurang tergantung dari situasi serta kondisi dari keluarga tersebut.

c. Pengetahuan

Pengetahuan tidak hanya didapatkan di dalam pendidikan semata, namun dari pengalaman serta kegiatan sehari-hari pengetahuan dapat muncul dengan seketika apabila seseorang menjalani sebuah proses dari kehidupan. Salah satu sarana untuk menambah pengetahuan yaitu dengan pendidikan. Pendidikan yang dimaksud dapat dibedakan menjadi pendidikan formal dan pendidikan non formal.

d. Pengalaman Usaha Tani

Hal ini sangat penting karena semakin tinggi pengalaman usaha tani seseorang, maka kegiatan pertanian akan semakin terorganisasi tergantung orang yang melakukan serta keterampilan yang dimilikinya. Pengalaman merupakan salah satu faktor pendukung dari terciptanya pengetahuan.

(29)

Adhi Munajar, 2014

Respon Petani Terhadap Lahan Pertanian Kritis di Wilayah Hulu Sud Das Cisangkuy Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Status kepemilikan lahan merupakan faktor pendorong dari semua aspek di dalam melakukan kegiatan pertanian. Apabila kepemilikan lahan merupakan hak milik probadi, kemungkinan terjadi sebuah eksploitasi lahan akan tercipta tergantung kesadaran dari pemilik lahan.

3. “Respon merupakan suatu reaksi baik positif maupun negatif yang diberikan

masyarakat” (Poerwadarminta, 1987: 1012). Respon akan muncul setelah

seorang atau sekelompok orang terlebih dahulu merasakan kehadiran suatu obyek, dilaksanakan kemudian diinterpretasikan. Respon dari petani akan sangat berbeda dengan petani yang lainnya. Faktor yang mempengaruhi perbedaan tersebut yaitu faktor pengetahuan, perekonomian, jumlah tanggungan, kepemilikan lahan serta pengalaman usaha tani. Terdapat 3 jenis respon yang menjadi fokus penelitian yaitu respon kognitif, respon afektif serta respon konatif.

4. Petani adalah orang yang pekerjaannya bercocok tanam pada tanah pertanian. Menurut Anwas (1992: 34) petani adalah orang yang melakukan cocok tanam dari lahan pertaniannya atau memelihara ternak dengan tujuan untuk memperoleh kehidupan dari kegiatan tersebut. Petani yang dijadikan sampel penelitian yaitu petani yang menggarap lahan pertanian kritis dan sangat kritis di wilayah hulu SUB DAS Ci Sangkuy.

F. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian yang dilakukan ini diperlukan banyak data. Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data yang sangat erat kaitannya dengan kekritisan lahan. Data yang diperlukan tergolong kedalam dua kategori data, yaitu data primer serta data sekunder yang diperoleh melalui beberapa teknik penelitian. Teknik pengumpulan data yang dapat digunakan dala penelitian ini yaitu :

(30)

Adhi Munajar, 2014

Respon Petani Terhadap Lahan Pertanian Kritis di Wilayah Hulu Sud Das Cisangkuy Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pabundu Tika (2005 : 44) mendefinisikan bahwa observasi adalah cara dan teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang ada pada obyek penelitian. Metode observasi dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Observasi lapangan yang dilakukan ditujukan untuk mengidentifikasi dari berbagai faktor yang mempengaruhi terdapatnya lahan kritis serta respon dari petani terhadap

lahan yang digarap terhadap kekritisan lahan. Tujuan dari metode observasi ini yaitu untuk mendapatkan data yang detail melalui pengamatan dan penglihatan langsung di lapangan dengan menggunakan pedoman dan peralatan lapangan yang sangat diperlukan. Observasi yang dilakukan yaitu melakukan pengamatan langsung di lapangan mengenai lahan kritis. Data yang dibutuhkan yaitu data yang berkenaan dengan lahan pertanian seperti kemiringan lereng, tanaman yang di budidayakan.

2. Wawancara

Nasution dalam Pabundu Tika (2005 : 49) menyatakan pengertian dari wawancara (interview) adalah suatu bentuk komunikasi verbal yang bertujuan memperoleh informasi dengan menggunakan metode cara tanya jawab yang dikerjakan dengan sistematis dan berlandaskan pada tujuan penelitian.

Metode wawancara dilihat dari jenisnya yang digunakan yaitu jenis wawancara tidak berstruktur yang dilakukan dengan tanpa menyusun daftar pertanyaan sebelumnya tetapi hanya dituntun dengan garis besar yang perlu diwawancarakan. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan data dari setiap sampel sebagai berikut :

a. Persepsi petani b. Sikap petani

(31)

Adhi Munajar, 2014

Respon Petani Terhadap Lahan Pertanian Kritis di Wilayah Hulu Sud Das Cisangkuy Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3. Studi Literatur/Kepustakaan

Pabundu Tika (2005 : 60) mendefiniskan bahwa data perpustakaan adalah data yang diperoleh dari perpustakaan atau melalui penerbitan resmi suatu instansi atau badan/yayasan. Data yang dimaksud dapat berupa buku-buku, artikel, jurnal, laporan penelitian sebelumnya maupun dari sumber bacaan lainnya yang dapat

menunjang terhadap penelitian ini.

Dalam penelitian ini, studi pustaka sangat menekankan terhadap berbagai pustaka mengenai lahan kritis, sehingga dapat dijadikan rujukan untuk langkah-langkah yang pasti dan ilmiah dalam penelitian ini. Data yang dibutuhkan di dalam kajian pustaka yaitu peta base map lahan kritis, peta tanah, peta geologi, peta kemiringan lereng, peta penggunaan lahan, dan data curah hujan.

4. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan untuk melengkapi data-data yang telah didapatkan denga sifat untuk memperkuat dengan berupa transkip data, peta-peta yang digunakan, inventarisasi penelitian yang telah dilakukan, dokumentasi foto-foto di lapangan, data monografi wilayah penelitian.

Data yang dapat diambil melalui merode studi dokumentasi adalah: a. Data Statistik Kependudukan Jawa Barat

b. Curah hujan Jawa Barat c. Peta tanah Ci Tarum d. Peta geologi

e. Peta Lahan kritis

(32)

Adhi Munajar, 2014

Respon Petani Terhadap Lahan Pertanian Kritis di Wilayah Hulu Sud Das Cisangkuy Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sugiyono (2010 : 349) mengatakan bahwa instrumen penelitian merupakan suatu alat yang akan digunakan dalam mengkaji fenomena alam maupun fenomena sosial obyek kajian yang akan diamati. Instrumen penelitian juga menjadi sebuah alat atau media yang dapat sangat membantu peneliti dalam mencari data di lapangan dengan efektif, terstruktur serta sistematis dilihat dari penyusunannya. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu berupa pedoman

observasi serta pedoman wawancara. Pedoman observasi digunakan untuk melihat karakteristik obyek di lapangan seperti kondisi lahan pertanian. Pedoman wawancara dapat berupa beberapa pertanyaan mengenai karakteristik petani, kondisi sosial-ekonomi petani, pendidikan petani, pendapatan petani, pengalaman usaha tani, perilaku petani serta respon petani terhadap lahan kritis yang menjadi lahan garapan. Terdapat beberapa langkah yang dilakukan di dalam mempersiapkan instrumen yaitu sebagai berikut :

1. Penyusunan Instrumen

Instrumen merupakan alat bantu dalam mencari data di lapangan yang akan membuat waktu menjadi efektif serta efisien dalam melakukan penelitian. Sebelum terbentuknya sebuah instrumen yang baku dan benar, maka harus dilakukannya penyusunan instrumen. Penyusunan instrumen sangatlah penting, karena instrumen yang tersusun dengan baik akan semakin membuat penelitian serta pencarian data dari responden semakin lancar dan terstruktur rapi.

Langkah berikut dalam penyusunan instrumen yang dilakukan setelah menentukan jenis dari instrumen penelitian yaitu membuat kisi-kisi dari instrumen. Kisi-kisi instrumen penelitian melingkupi materi pertanyaan, jenis pertanyaan, jumlah dari pertanyaan.

(33)

Adhi Munajar, 2014

Respon Petani Terhadap Lahan Pertanian Kritis di Wilayah Hulu Sud Das Cisangkuy Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menjadi sebuah indikator dari penelitian. Untuk lebih mengetahui kisi-kisi dari instrumen yang digunakan untuk penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.3.

2. Pengumpulan dan Pengukuran Data

Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini didasarkan terhadap pembuatan pedoman lapangan ataupun instrumen serta kuesioner yang telah

dibuat secara mendalam, terstruktur dan terukur.Terdapat beberapa pedoman penelitian yang digunakan yaitu pedoman wawancara serta pedoman observasi.

Pedoman wawancara digunakan untuk memperoleh data mengenai semua hal yang berkaitan dengan kegiatan petani di lahan yang sudah terkategorikan kritis dan sangat kritis serta karakteristik dari petani penggarap yang melakukan kegiatan pengolahan pada lahan yang telah terkategorikan kritis serta sangat kritis. Pedoman observasi digunakan untuk memperoleh data mengenai kondisi lahan pertanian garapan di wilayah hulu SUB DAS Ci Sangkuy yang telah terkategorikan sebagai lahan kritis dan lahan sangat kritis.

Tabel 3.3

Kisi-kisi Instrumen Respon Petani Terhadap Kekritisan Lahan Pertanian Di Hulu SUB DAS Ci Sangkuy Kabupaten Bandung

No Aspek dan Sub

Aspek Indikator Nomor Sasaran

1 Karakteristik

(34)

Adhi Munajar, 2014

Respon Petani Terhadap Lahan Pertanian Kritis di Wilayah Hulu Sud Das Cisangkuy Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2 Persepsi petani

Dampak dari lahan kritis

Sikap terhadap

Peralatan yang dibutuhkan untuk membantu dalam pengumpulan data di dalam penelitian ini adalah :

1. Peta Dasar (base map) terdiri dari :

a. Peta rupabumi 25.000 lembar 1208-542 Barutunggul b. Peta rupabumi 25.000 lembar 1208-631 Pangalengan c. Peta rupabumi 25.000 lembar 1208-632 Lebaksari d. Peta rupabumi 25.000 lembar 1208-633 Soreang e. Peta rupabumi 25.000 lembar 1208-634 Pakutandang f. Peta rupabumi 25.000 lembar 1209-311 Bandung g. Peta Geologi 100.000 lembar Garut

h. Peta Tanah Jawa Barat

(35)

Adhi Munajar, 2014

Respon Petani Terhadap Lahan Pertanian Kritis di Wilayah Hulu Sud Das Cisangkuy Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Monografi Kecamatan Pangalengan

3. Data Curah Hujan Jawa Barat

4. GPS digunakan untuk menentukan lokasi dari tempat yang akan diteliti.

5. Klinometer maupun busur derajat yang digunakan untuk mengukur kemiringan lereng.

6. Kamera digital.

7. Cheklist lapangan.

I. Teknik Pengolahan Data

Data-data yang telah dikumpulkan oleh peneliti, maka langkah selanjutnya yaitu dianalisis sehingga tujuan dari penelitian ini akan tercapai. Pengolahan data yang dimaksud yaitu mengubah data yang bersifat mentah atau kasar menjadi data jadi atau data yang lebih halus yang akan lebih mempunyai makna yang dapat dipahami oleh pembaca. Secara sistematis, langkah-langkah yang ditempuh di dalam penelitian ini dapat dilihat berbagai cara seperti yang akan dibahas selanjutnya.

Langkah-langkah yang dilakukan di dalam penelitian ini yaitu :

1. Tahap Persiapan

Langkah ini dilakukan dalam rangka mempersiapkan data yang telah didapatkan di lapangan untuk di olah lebih lanjut. Pengecekan kembali data merupakan langkah awal dalam tahap persiapan. Setelah dilakukan pengecekan ulang, selanjutnya menyusun data-data dengan rapi sehingga dapat memudahkan peneliti untuk memilih data yang akan digunakan..

(36)

Adhi Munajar, 2014

Respon Petani Terhadap Lahan Pertanian Kritis di Wilayah Hulu Sud Das Cisangkuy Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Langkah ini dilakukan untuk memilahkan serta memisahkan mana data yang dianggap relavan dengan masalah penelitian yang sedang dilakukan atau tidak relevan. Tujuan lain dari editing yaitu untuk menghilangkan kemungkinan kesalahan-kesalahan yang terdapat pada administratif di lapangan serta bersifat evaluasi dan koreksi.

3. Coding

Langkah ini dilakukan setelah tahap editing. Coding lebih bersifat mengklasifikasikan jawaban dari para responden yang telah diambil maupun informasi yang didapatkan berdasarkan berbagai kategori untuk dilakukannya proses analisis.

4. Skoring

Skoring merupakan langkah dalam proses penentuan skor atas setiap jawaban

dari setiap responden yang dijadikan sampel dari penelitian serta dilakukan dengan membuat beberapa klasifikasi yang cocok tergantung terhadap pemahaman dari responden. Perhitungan skoring dilakukan dengan menggunakan skala Likert dengan pengukuran sebagai berikut :

a. Pernyataan positif’

Skor 5 untuk jawaban sangat setuju Skor 4 untuk jawaban setuju Skor 3 untuk jawaban netral Skor 2 untuk jawaban tidak setuju Skor 1 untuk jawaban sangat tidak setuju b. Pernyataan negatif

Skor 5 untuk jawaban sangat setuju

(37)

Adhi Munajar, 2014

Respon Petani Terhadap Lahan Pertanian Kritis di Wilayah Hulu Sud Das Cisangkuy Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Skor 3 untuk jawaban netral

Skor 2 untuk jawaban tidak setuju Skor 1 untuk jawaban sangat tidak setuju

5. Tabulasi Data

Tabulasi data merupakan langkah yang dilakukan setelah tahap editing serta

coding. Tabulasi data dilakukan dengan melakukan penyusunan data dan

analisis data ke dalam bentuk Tabel dengan kategori yang telah ditentukan. Skala Likert merupakan salah sati metode analisis data yang digunakan dalam melakukan tabulasi data.

6. Interpretasi Data

Langkah ini dilakukan dalam rangka mendeskripsikan data yang telah diperoleh yang telah melalui beberapa tahap seperti tahap editing, coding, scoring untuk pada akhirnya di tabulasikan serta di analisis untuk memberikan

gambaran terhadap data atau informasi yang didapat dari para responden yang dijadikan sampel penelitian.

J. Teknik Analisis Data

Menurut Lexy J. Moleong dalam Mitha (2013) yang dimaksud analisis data adalah :

(38)

Adhi Munajar, 2014

Respon Petani Terhadap Lahan Pertanian Kritis di Wilayah Hulu Sud Das Cisangkuy Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang diajukan dalam penelitian, dan bahan untuk membuat kesimpulan serta implikasi dan saran-saran yang berguna untuk kebijakan penelitian selanjutnya.

1. Persentase

Metode persentase adalah suatu cara yang digunakan untuk melihat sebuah kecenderungan. Pada penelitian ini dilakukan teknik analisis data persentase karena digunakan untuk menganalisis respon yang dapat dilihat dari persepsi,

sikap serta perilaku petani penggarap yang berada pada lahan pertanian yang telah masuk ke dalam kategori lahan yang sudah kritis sampai sangat kritis. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

Keterangan :

P = Persentase n = Jumlah sampel

f = Distribusi

Menurut Santoso dalam Mitha (2013) kriteria persentase yang digunakan dirinci sebagai berikut :

Tabel 3.4

Kriteria Persentase Rumus Formula

Jenjang ( % ) Keterangan

0 Tidak seorangpun

0 – 24 Sebagian kecil

25 – 49 Hampir setengahnya

50 Setengahnya

51 – 74 Sebagian besar

75 – 99 Hampir seluruh

(39)

Adhi Munajar, 2014

Respon Petani Terhadap Lahan Pertanian Kritis di Wilayah Hulu Sud Das Cisangkuy Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sumber : Santoso Dalam Mitha

2. Skala Likert

Menurut Sugiyono dalam Mitha (2013) “skala Likert digunakan untuk

mengetahui sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang

tentang fenomena sosial”. Dengan menggunakan skala Likert ini, maka setiap

variabel yang telah ditentukan di dalam penelitian ini dijabarkan ke dalam beberapa sub variabel yang akhirnya menjadi indikator yang menjadi bahan kajian yang akan diketahui di dalam penelitian ini yang dituangkan ke dalam bentuk instrumen yang berupa beberapa pertanyaan atau pernyataan dari setiap jawaban yang didapatkan dari responden yang dijadikan sampel penelitian, dengan menggunakan skala Likert mempunyai rentang dari sangat positif sampai sangat negatif.

Tabel 3.5 Skala Likert

No Simbol Keterangan Skor Item

Positif Negatif

1 SS Sangat Setuju 5 1

2 S Setuju 4 2

3 N Netral 3 3

4 TS Tidak Setuju 2 4

5 STS Sangat Tidak Setuju 1 5

Sumber : Riduwan dalam Mitha (2013)

Setiap jawaban yang diberikan oleh responden yang dijadikan sampel pada penelitian ini maka didapatkan beberapa kategori yang telah dsebutkan pada kriteria Likert untuk setiap jawaban pada angket/Kuesioner yang telah dibuat dengan menggunakan skala Likert dalam Mitha (2013) dengan perhitungan skor sebagai berikut :

a. Pernyataan Positif

(40)

Adhi Munajar, 2014

Respon Petani Terhadap Lahan Pertanian Kritis di Wilayah Hulu Sud Das Cisangkuy Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Keterangan

F1 = Frekuensi jawaban responden yang menjawab 1 (Sangat Tidak Setuju) F2 = Frekuensi jawaban responden yang menjawab 2 (Tidak Setuju)

F3 = Frekuensi jawaban responden yang menjawab 3 (Ragu) F4 = Frekuensi jawaban responden yang menjawab 4 (Setuju)

F5 = Frekuensi jawaban responden yang menjawab 5 (Sangat Setuju)

b. Pernyataan Negatif

Skor Indeks = ((F1 x 1) + (F2 x 2) + (F3 x 3) + (F4 x 4) + (F5 x 5)) Keterangan

F1 = Frekuensi jawaban responden yang menjawab 1 (Sangat Setuju) F2 = Frekuensi jawaban responden yang menjawab 2 (Setuju)

F3 = Frekuensi jawaban responden yang menjawab 3 (Ragu)

F4 = Frekuensi jawaban responden yang menjawab 4 (Tidak Setuju)

F5 = Frekuensi jawaban responden yang menjawab 5 (Sangat Tidak Setuju) Untuk melihat sikap dan persepsi masyarakat secara keseluruhan, dilakukan dengan langkah-langkah berikut :

1. Menentukan total skor maksimal : skor tertinggi x jumlah responden 2. Menentukan total skor minimal : skor terendah x jumlah responden 3. Persentase skor : (total skor : nilai maksimal) x 100

Untuk melihat hasil dari perhitungan tersebut, maka dilakukan interpretasi skor yang mencakup hasil dari setiap analisis data yang telah dilakukan dalam analisis data dari setiap jawaban responden yang dijadikan sampel penelitian.. Berikut adalah kriteria dari interpretasi skor dapat dilihat pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6

Kriteria Interpretasi Skor

Angka 0 % - 20 % Sangat Lemah

(41)

Adhi Munajar, 2014

Respon Petani Terhadap Lahan Pertanian Kritis di Wilayah Hulu Sud Das Cisangkuy Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Angka 41 % - 60 % Cukup

Angka 60 % - 80 % Kuat

Angka 80 % - 100 % Sangat Kuat

Sumber : Riduwan dalam Mitha (2013)

3. Korelasi Product Moment

Menurut Sugiyono (2009 : 228) bahwa teknik korelasi digunakan untuk mencari hubungan dan membuktikan hipotesis hubungan dua variabel bila data kedua variabel berbentuk interval atau ratio, dan sumber data dari dua variabel atau lebih tersebut sama. Berikut merupakan rumus yang dipakai didalam menghitung koefisien korelasi yaitu :

√∑

Keterangan :

= Korelasi antara variabel x dengan y x = ( ̅)

y = ( ̅)

Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi yang

ditemukan tersebutbesar atau kecil, maka dapat berpedoman pada ketentuan yang tertera pada Tabel 3.7.

Tabel 3.7

Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Terhadap Koefisien Korelasi

Interval Tingkat Hubungan 0,00 – 0,199 Sangat Rendah

0,20 – 0,399 Rendah

(42)

Adhi Munajar, 2014

Respon Petani Terhadap Lahan Pertanian Kritis di Wilayah Hulu Sud Das Cisangkuy Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat Kuat

K.Alur Pemikiran Penelitian

TINGKAT KEKRITISAN LAHAN Petani

 Pendapatan

 Pendidikan

 Jumlah Tanggungan

 Pengalaman Usaha Tani

 Kepemilikan Lahan

RESPON PETANI PETA LAHAN KRITIS

(43)

Adhi Munajar, 2014

Respon Petani Terhadap Lahan Pertanian Kritis di Wilayah Hulu Sud Das Cisangkuy Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Andini, M. 2013. Respon Masyarakat Terhadap Rencana Pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Di Kecamatan Kertajati Kabupaten Majalengka. Bandung : UPI

Arikunto, Suharsimi. 1986. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Bina Aksara

Arsyad, Sitanala. 2013. Konservasi Tanah Dan Air. Bogor : IPB Press

Arnstein, Sherry R.1969. A Ladder of Citizen Participation. England : Jurnal.

BPWS. 2010. Atlas Pengelolaan Sumber Daya Air Sungai Citarum. Bandung.

Asdak, C. 2010. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Eva. 2007. Studi Lahan Kritis di Wilayah Tasikmalaya. Jakarta : UI.

Hanafiah, K. A. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Divisi Buku Perguruan Tinggi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Hardjowigeno, S. 2010. Ilmu Tanah. Edisi Baru. Jakarta : PT. Mediyatama Sarana Perkasa.

Islami dan Utomo. 1995. Hubungan Tanah, Air dan Tanaman. Malang. Semarang : IKIP Semarang Press.

Jamulya dan Sunarto. 1991. Evaluasi Sumberdaya Lahan. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.

(44)

Adhi Munajar, 2014

Respon Petani Terhadap Lahan Pertanian Kritis di Wilayah Hulu Sud Das Cisangkuy Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Jupri. 2010. Sumberdaya Alam. Bandung : Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS UPI.

Madjid, A. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Bogor : Bahan Ajar Online Fakultas Pertanian Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat.

Maryani, E. 2010. Geografi Desa Kota. Bandung : Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS UPI.

Mutakin dan Eridiana. 2008. Geografi Perilaku. Bandung : Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS UPI.

Nuraini. 2009. Analisis Geografis Terhadap Kekritisan Lahan Untuk Pertanian Di SUB Daerah Aliran Ci Karo Daerah Aliran Ci Tarum. Bandung : Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS UPI.

Tika, Pabundu. 2005. Metode Penelitian Geografi. Jakarta : Bumi Aksara.

Rafi’i, Suryatna. 1985. Ilmu Tanah. Bandung : Angkasa.

Rohmat, Dede. 2010. Pedoman Praktis Pengamatan Tanah di Lapangan. Bandung : Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS UPI.

Sarminingsih, A. 2007. Evaluasi Kekritisan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) dan Mendesaknya Langka-Langkah Konservasi Air. Semarang : Jurnal Presipitasi.

Sastrosupeno, S.1984. Manusia, Alam dan Lingkungan. Jakarta : DEPDIKBUD

Sitorus, Santan R.P. 1985. Evaluasi Sumberdaya Lahan. Bandung : PT. Tarsito.

Soewardi, H.1976. Respons Masyarakat Desa Terhadap Modernisasi Produksi Pertanian, Terutama Padi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press

(45)

Adhi Munajar, 2014

Respon Petani Terhadap Lahan Pertanian Kritis di Wilayah Hulu Sud Das Cisangkuy Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Suryabrata, S. 2003. Metodologi Penelitian. Jakarta : Rajawali Press

Gambar

Tabel 1.1 Permasalahan Lingkungan
Tabel 1.2 Penggunaan Lahan di SUB DAS Cisangkuy
Tabel 1.3 Ancaman Bencana Wilayah SUB DAS Cisangkuy
Adhi Munajar, 2014 Respon Petani Terhadap Lahan Pertanian Kritis di Wilayah Hulu Sud Das Cisangkuy Gambar 3.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Struktur Dan Nilai Karakter Dalam Antologi Puisi Indonesia Modern Anak-Anak Sebagai Bahan Pembelajaran Apresiasi Puisi Di Smp.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Nov 06, 2012 · Contoh Pendahuluan Makalah Bahasa Inggris PariwisataBELAJAR PELAJARANContoh Pendahuluan Makalah Bahasa Inggris Pariwisata.. Pengantar Pariwisata - Scribd -

Berdasarkan hasil uji hipotesis yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa variabel produk halal berpengaruh sebesar 18,3% (0,183) terhadap keputusan pembelian, produk

Hasil penelitian menunjukkan bahwa CBT menurunkan distres akibat proses hemodialisis yang terlihat dari perubahan distorsi yang lebih positif pada primary appraisal dan

Berdasarkan hasil analisis deskripsi frekuensi perolehan siswa terhadap daftar cek list mengenai angket lingkungan sosial, pada faktor lingkungan sosial ini terdiri

Cinta adalah sesuatu yang amat indah Tiada yagn lebih indah daripada cinta Tanpa cinta tidak ada kasih sayang Tanpa cinta tiada ketulusan hati. Oi saat kita

$FHK ND\D GHQJDQ EHUDJDP REMHN DUWLILFLDO XWXK PDXSXQ IUDJPHQWDULV \DQJ PHQJDQGXQJ EDKDQ VHMDUDK GDQ OD\DN GLWHOLWL 'L *DPSRQJ 3DQGH GL .RWD %DQGD $FHK GDWD DUNHRORJLV KLVWRULV GL

Jika ternyata perolehan nilai swelling dari hasil pengolahan data agregat tempurung kelapa lebih kecil dari rata-rata nilai swelling lempung pada umumnya, maka dapat