KOMPETENSI GURU REGULER
DALAM MELAYANI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH DASAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Departemen Pendidikan Khusus
Oleh :
EMA RAHMAWATI 0705273
DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2014
KOMPETENSI GURU REGULER
DALAM MELAYANI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH DASAR
Oleh Ema Rahmawati
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Ema Rahmawati 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2014
Hak Cipta dilindungi Undang-undang
LEMBAR PENGESAHAN
EMA RAHMAWATI 0705273
KOMPETENSI GURU REGULER
DALAM MELAYANI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH DASAR
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH
Pembimbing I
Dra. Oom Sitti Homdijah, M.Pd NIP.196101051983032002
Pembimbing II
Dr. Nia Sutisna, M.Si NIP.195701311986031001
Diketahui oleh,
Ketua Departemen Pendidikan Khusus Fakultas Ilmu Pendidikan
Ema Rahmawati, 2014
Kompetensi guru reguler dalam melayani anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
Hal
ABSTRAK ………. i
KATA PENGANTAR………... ii
UCAPAN TERIMA KASIH………. DAFTAR ISI……….. iii vi DAFTAR TABEL ……….. DAFTAR LAMPIRAN………. viii x BAB I PENDAHULUAN ………... 1
A. Latar Belakang Masalah ……… 1
B. Fokus Masalah ……….. 8
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ……….. 8
BAB II LANDASAN TEORITIS 11 A. Konsep Pendidikan Inklusif ……….. 11
B. Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif ………. 15
C. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) ……….. 30
D. Kompetensi Guru ……….. 37
Ema Rahmawati, 2014
Kompetensi guru reguler dalam melayani anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III METODE PENELITIAN ………... 45
A. Tempat Penelitian ……….. 45
B. Metode Penelitian ……….. 46
C. Penjelasan Konsep 46 D. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ……… 47
E. Pengujian Keabsahan Data ……… 49
F. Analisis Data ………. 51
G. Tahap-tahap Penelitian ……….. 52
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………. 55
A. Hasil Penelitian ………. 55
B. Pembahasan ………... 78
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI…..………... 87
A. Kesimpulan ………... 87
B. Rekomendasi ………... 88
DAFTAR PUSTAKA ……… 90
Ema Rahmawati, 2014
Kompetensi guru reguler dalam melayani anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Gejala-gejala yang dapat diamati dalam identifikasi ………... 24
4.1 Hasil Wawancara dengan Responden Penelitian mengenai Pemahaman Guru Reguler tentang ABK di SD N Cangkuang 12 ……….
92
4.2 Hasil Daftar Checklist Responden Penelitian mengenai Pemahaman Guru Reguler tentang ABK di SD N Cangkuang 12………..
94
4.3 Hasil Wawancara dengan Responden Penelitian mengenai Pemahaman Guru Reguler tentang Cara Mengetahui Kebutuhan ABK di SD N Cangkuang 12…...
95
4.4 Hasil Observasi terhadap Responden Penelitian mengenai Pemahaman Guru Reguler tentang Cara Mengetahui Kebutuhan ABK di SD N Cangkuang 12…...
97
4.5 Hasil Daftar Checklist Responden Penelitian mengenai Pemahaman Guru Reguler tentang Cara Mengetahui Kebutuhan ABK di SD N Cangkuang 12…...
99
4.6 Hasil Studi Dokumentasi mengenai Pemahaman Guru Reguler tentang Cara Mengetahui Kebutuhan ABK di SD N Cangkuang 12………..
Ema Rahmawati, 2014
Kompetensi guru reguler dalam melayani anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4.7 Hasil Wawancara dengan Responden Penelitian tentang Layanan Pembelajaran yang diberikan Guru Reguler kepada ABK di SD N Cangkuang 12………
101
4.8 Hasil Observasi terhadap Responden Penelitian tentang Layanan Pembelajaran yang diberikan Guru Reguler kepada ABK di SD N Cangkuang 12………
106
4.9 Hasil Daftar Checklist Responden Penelitian mengenai Layanan Pembelajaran yang diberikan Guru Reguler kepada ABK di SD N Cangkuang 12………
112
4.10 Hasil Studi Dokumentasi tentang Layanan Pembelajaran yang diberikan kepada ABK di SD N Cangkuang 12………...
115
4.11 Hasil Wawancara dengan Responden Penelitian tentang Kebutuhan dan Kesulitan Guru Reguler Saat Ini di SD Cangkuang 12 dalam Upaya Meningkatkan Layanan Pembelajaran Terhadap ABK……….
117
4.12 Hasil Observasi terhadap Responden Penelitian tentang Kebutuhan dan Kesulitan Guru Reguler Saat Ini di SD Cangkuang 12 dalam Upaya Meningkatkan Layanan Pembelajaran Terhadap ABK……….
120
Ema Rahmawati, 2014
Kompetensi guru reguler dalam melayani anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
122
4.14 Hasil Studi Dokumentasi mengenai Kebutuhan dan Kesulitan Guru Reguler Saat Ini di SD Cangkuang 12 dalam Upaya Meningkatkan Layanan Pembelajaran Terhadap
ABK………...
123
4.15 Hasil Wawancara dengan Responden Penelitian tentang Kompetensi yang Dibutuhkan Guru Reguler dalam Meningkatkan Layanan Pembelajaran Terhadap
ABK………...
124
4.16 Hasil Wawancara dengan Responden Penelitian tentang Upaya Untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Reguler Guna Meningkatkan Layanan Pembelajaran Terhadap
ABK………...
Ema Rahmawati, 2014
Kompetensi guru reguler dalam melayani anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
Lampiran 1 : Lampiran Tabel Hasil Penelitian……….. 92
Lampiran 2 : Kisi-kisi Instrumen………... 129
Lampiran 3 : Pedoman Wawancara………... 137
Lampiran 4 : Pedoman Observasi……….. 146
Lampiran 5 : Daftar Checklist………... 149
Lampiran 6 : Pedoman Studi Dokumentasi………... 153
Lampiran 7 : Catatan Lapangan………... 155
Lampiran 8 : Transkrip Wawancara……….. 163
Lampiran 9 : Hasil Reduksi Wawancara………... 203
Lampiran 10 : Display Data Wawancara………. 219
Lampiran 11 : Hasil Observasi………... 237
Lampiran 12 : Display Data Observasi……… 242
Lampiran 13 : Hasil Daftar Checklist……….. 253
Lampiran 14 : Hasil Studi Dokumentasi………. 271
Ema Rahmawati, 2014
Kompetensi guru reguler dalam melayani anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Lampiran 16 : Dokumentasi Penelitian………... 309
Lampiran 17 : Arsip Surat-surat Penelitian………. 316
Ema Rahmawati, 2014
Kompetensi guru reguler dalam melayani anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
Kompetensi Guru Reguler dalam Melayani Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah Dasar. Ema Rahmawati. Pendidikan Khusus (2014).
Pendidikan inklusif adalah sebuah pendekatan yang berusaha untuk menjangkau semua individu tanpa terkecuali. Sekolah penyelenggara pendidikan inklusif adalah sekolah yang menyelenggarakan pendidikan dengan pendekatan pendidikan inklusif. Sekolah penyelenggara pendidikan inklusif dalam implementasinya mengalami kendala, salah satunya sumber daya manusia, maka untuk menyelenggarakan pendidikan inklusif diperlukan prasyarat yang harus dimiliki oleh sekolah yaitu tenaga kependidikan yang mempunyai kompetensi menyelenggarakan pembelajaran bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Sehingga timbul pertanyaan “Bagaimana kompetensi yang dibutuhkan guru reguler dalam melayani ABK di sekolah dasar inklusif?”. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik analisis deskriptif di SD Negeri Cangkuang 12 Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung. Penelitian ini dilakukan terhadap 3 orang guru reguler yang di kelasnya menangani ABK, didapatkan hasil penelitian sebagai berikut : (1) Layanan pembelajaran yang diberikan guru reguler kepada ABK di sekolah ini belum optimal, selain karena infrastruktur sekolah yang kurang baik, lingkungan sekitar sekolah yang belum menerima ABK sepenuhnya, media dan alat peraga serta pengetahuan guru yang terbatas tentang ABK, mekanisme untuk mengetahui kebutuhan ABK, serta adaptasi kurikulum dan KBM yang fleksibel dan akomodatif; (2) Kompetensi yang dibutuhkan guru reguler di sekolah ini guna meningkatkan layanan pembelajaran terhadap ABK yaitu kompetensi melaksanakan penerimaan pesera didik baru yang mengakomodasi semua anak, kompetensi melaksanakan kurikulum yang fleksibel dan akomodatif, kompetensi merancang bahan ajar, KBM dan menata kelas yang ramah anak, kompetensi pengadaan pemanfaatan media adaptif, dan melaksanakan evaluasi pembelajaran dalam setting pendidikan inklusif; (3) Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kompetensi guru reguler di sekolah ini adalah sekolah mengadakan sosialisasi tentang pendidikan inklusif, mengikuti seminar, workshop, bimbingan teknis, diskusi yang dilakukan secara terstruktur dan berkala, dan menyediakan sumber belajar bagi guru. Dengan hasil penelitian tersebut, peneliti merekomendasikan guru reguler untuk meningkatkan kompetensinya dalam layanan pembelajaran kepada ABK, serta sekolah dapat memfasilitasi dan memberikan kesempatan kepada guru reguler untuk meningkatkan kompetensinya.
Ema Rahmawati, 2014
Kompetensi guru reguler dalam melayani anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRACT
Regular Teacher Competence in Serving Children with Special Needs in Primary School. Ema Rahmawati. Special Education (2014).
Ema Rahmawati, 2014
Kompetensi guru reguler dalam melayani anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
services to the crew, as well as the school can facilitate and provide regular opportunities for teachers to improve their competence.
Ema Rahmawati, 2014
Kompetensi guru reguler dalam melayani anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik 1945, Amandemen IV
Pembukaan, alinea IV yaitu “…dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa …” dan Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa “ Pendidikan di Indonesia diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan, serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural dan kemajemukan bangsa”.(Kustawan dan Hermawan,2013:2). Di Indonesia, hak warga negara untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas dilindungi oleh undang-undang. Namun dalam penyelenggaraanya masih banyak masalah, salah satu masalah yang dihadapi menurut Kustawan dan Hermawan (2013:2) adalah adanya “…orang yang terabaikan dan terdiskriminasikan. Mereka adalah orang-orang miskin atau tidak mampu secara ekonomi, minoritas secara budaya/bahasa dan berbeda keadaan karena menyandang kelainan atau kecacatan…”, sehingga mereka tidak memperoleh kesempatan yang sama dalam pendidikan dengan kelompok lainnya. Cara yang dianggap tepat untuk merespon tantangan dalam masalah pendidikan tesebut adalah dengan kebijakan pendidikan yang inklusif.
Kata inklusi diambil dari kata dalam bahasa inggris, yaitu to include atau
inclusion atau inclusive yang berarti mengajak masuk atau mengikutsertakan. Dalam hal ini pengertian inklusif adalah
Menghargai dan merangkul setiap individu dengan perbedaan latar belakang, jenis kelamin, etnik, usia, agama, bahasa, budaya, karakteristik, status, cara atau pola hidup, kondisi fisik, kemampuan dan kondisi beda lainnya. ((UNESCO (Supardi, dkk.,2013:29))
Inklusif memberikan kesempatan kepada semua individu dengan beragam perbedaan yang dimiliki untuk dapat berhasil dalam pendidikan. Pendidikan
2
Ema Rahmawati, 2014
Kompetensi guru reguler dalam melayani anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mengedepankan tindakan menghargai dan merangkul perbedaan”. (Supardi
dkk.,2013:29), dengan demikian pendidikan inklusif adalah sebuah pendekatan yang berusaha untuk menjangkau semua individu tanpa terkecuali. Menurut Supardi dkk. (2013:32) bahwa pendekatan pendidikan inklusif dapat diselenggarakan di sekolah karena “warga sekolah, peserta didik khususnya adalah individu-individu dengan keunikannya masing-masing, yang dengan keunikan setiap individu menjadikan kelas beragam.” Guru menghadapi peserta didik yang berbeda suku, agama, budaya, jenis kelamin, postur tubuh, usia dan lain-lain, selain itu guru juga menghadapi peserta didik dengan karakteristik, cara dan kemampuan belajar yang berbeda. Keberbedaan ini yang mencerminkan aplikasi dari pendekatan pendidikan inklusif.
Dasar implementasi pendidikan inklusif adalah dokumen-dokumen internasional, yaitu Deklarasi Internasional Hak Asasi Manusia tahun 1948, Deklarasi Hak Penyandang Cacat tahun 1975, Konvensi PBB tentang Hak Anak tahun 1989, Deklarasi Dunia tentang Pendidikan untuk Semua tahun 1990, Pernyataan Standar PBB tentang Kesetaraan Kesempatan untuk Orang Penyandang Kecacatan tahun 1993, Pernyataan Salamanca, Kerangka Aksi UNESO mengenai Pendidikan Kebutuhan Khusus tahun 1994, dan Konvensi PBB tentang Hak Asasi Penyandang Disabilitas tahun 2006. Pemerintah Indonesia pun telah mengatur pendidikan inklusif dalam Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen IV Pembukaan Alinea IV, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 tahun 1997 tentang Penyandang Cacat, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 1 :
3
Ema Rahmawati, 2014
Kompetensi guru reguler dalam melayani anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar nasional Pendidikan pasal 41 ayat 1, maupun dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif Bagi Peserta Didik Yang Memiliki Kelainan Dan Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa menjelaskan pentingnya pendidikan bagi semua, termasuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Menurut Hallahan dan Kauffman (Supardi dkk., 2013:13) ABK adalah “mereka yang membutuhkan pendidikan khusus dan pelayanan-pelayanan terkait untuk merealisasikan potensi keseluruhan mereka”. Pendekatan pendidikan inklusif saat ini mengutamakan ABK, karena salah satu alasannya menurut Supardi dkk. (2013:32) adalah ”memberikan kemudahan kepada peserta didik
berkebutuhan khusus untuk mendapatkan hak pendidikan yang sama dan mendapatkan kesempatan pendidikan yang lebih luas”. Dengan dasar hukum tersebut pemerintah mulai menunjuk beberapa sekolah reguler untuk menyelenggarakan pendidikan inklusif.
Sekolah penyelenggara pendidikan inklusif adalah sekolah yang menyelenggarakan pendidikan dengan pendekatan pendidikan inklusif. Menurut Supardi dkk. (2013:33), bahwa sekolah inklusif itu :
Melaksanakan proses kegiatan pembelajaran berlandaskan pada azas demokrasi, berkeadilan dan tanpa diskriminasi dengan berupaya melakukan perubahan yang praktis dan sederhana meniadakan hambatan peserta didik dalam belajar dengan adanya layanan pendukung yang memudahkan pemenuhan kebutuhan setiap peserta didik dalam belajar. Menurut Kustawan (2013:28) dalam implementasi pendidikan inklusif :
4
Ema Rahmawati, 2014
Kompetensi guru reguler dalam melayani anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Saat ini masih banyak sekolah reguler yang belum memiliki komponen layanan pendukung penyelenggaraan pendidikan inklusif, namun karena kebutuhan, sekolah tersebut menerima ABK, atau justru sebaliknya banyak anak dengan beragam permasalahan sehingga tidak diterima di sekolah, padahal dalam setting pendidikan inklusif semua anak memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan pendidikan.
Komponen layanan pendukung penyelenggaraan pendidikan inklusif yang belum dimiliki tersebut antara lain sumber daya manusia yaitu pendidik dan tenaga kependidikan yang memahami pendidikan inklusif dan manajemen pendidikan yang inklusif. Masih banyak sekolah reguler dan para penyelenggara pendidikan seperti guru, kepala sekolah, administrator, orang tua dan masyarakat yang belum mau menerima mereka karena mengganggap hal itu bukan bagian dari tugas mereka, atau justru menerima mereka namun layanan pendidikan yang diberikan belum dapat membantu mengatasi hambatan belajar yang mereka alami. Menurut Supardi dkk. (2013:61) bahwa dalam implementasi pendidikan inklusif,
Sekolah penyelenggara pendidikan inklusif tidak hanya menerima, namun juga memiliki peranan untuk mengakomodasi kebutuhan-kebutuhan belajar dan mengajar Peserta Didik Berkebutuhan-kebutuhan Khusus (PDBK) di sekolahnya.
Sekolah seharusnya mengetahui dan merespon terhadap kebutuhan siswa, menggunakan berbagai macam gaya dan strategi belajar, dan memberikan pendidikan yang berkualitas bagi semua siswa.
5
Ema Rahmawati, 2014
Kompetensi guru reguler dalam melayani anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dalam hal pemilihan dan penggunaan metode dan media belajar merupakan layanan pendukung yang mendasar bagi sekolah inklusif.”
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan UPI-UITM tahun 2011 dalam Jurnal Joint Conference UPI-UITM tahun 2011 tentang Profil Implementasi Pendidikan Inklusif di Sekolah Dasar di Kota Bandung oleh Zaenal Alimin, bahwa :
Pada umumnya kelas yang memiliki siswa ABK gurunya lebih dari satu, yaitu guru utama dibantu oleh asisten guru, atau guru khusus, meskipun ada beberapa kelas gurunya hanya ada satu, serta indeks inklusi yang lebih tinggi dicapai oleh kelas yang memiliki guru lebih dari satu, gurunya yang sering mengikuti pelatihan penanganan ABK, siswa ABK lebih banyak dan siswa keseluruhan lebih sedikit.
6
Ema Rahmawati, 2014
Kompetensi guru reguler dalam melayani anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
apabila sekolah reguler tersebut tidak memiliki guru khusus tentunya ini menjadi tugas guru reguler untuk dapat memenuhi tuntutan kebutuhan belajar ABK, sehingga guru reguler pun dituntut memiliki kompetensi yang lebih untuk memahami ABK. Banyak juga guru reguler di sekolah inklusif yang secara teoritis mengerti cara memberikan layanan pendidikan kepada ABK, akan tetapi pada prakteknya mereka tidak dapat melakukannya. Seminar, lokakarya, diskusi maupun bentuk lainnya mengenai pendidikan inklusif dalam kaitannya melayani ABK terlalu teoritis, sementara yang diperlukan justru tataran praktisnya. Selain itu juga seminar, lokakarya, diskusi maupun bentuk lainnya belum dilakukan secara terstruktur, sehingga kebutuhan setiap guru reguler dalam memahami cara memberikan layanan kepada ABK itu akan berbeda-beda. Seperti yang diungkapkan Sanusi (2007) dalam Musfah (2011;4) bahwa mutu pendidikan kita saat ini belum seperti yang diharapkan : Guru belum dapat diandalkan dalam berbagai aspek kinerjanya yang standar karena ia belum memiliki keahlian dalam isi dari bidang studi, pedagogis, didaktik dan metodik, keahlian pribadi dan sosial, khususnya berdisplin, dan bermotivasi, kerja tim antara sesama guru, dan tenaga kependidikan lain.
Guru reguler dituntut untuk meningkatkan kompetensi yang dimilikinya sebagai wujud profesionalitas guru.
Kompetensi dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari bahasa Inggris yaitu competence yang berarti kecakapan dan kemampuan. Menurut
Echols dan Shadily (Musfah, 2011:27) bahwa kompetensi adalah “kumpulan
pengetahuan, perilaku dan keterampilan yang harus dimiliki guru untuk
mencapai tujuan pembelajaran dan pendidikan”. Seorang guru diharapkan
dapat menjalankan tugasnya secara profesional dengan memiliki dan menguasai keempat kompetensi guru yaitu kompetensi pedagogis, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional.
Tuntutan profesionalitas dalam ajaran agama Islam telah diisyaratkan dalam sebuah hadis riwayat Thabrani yang dikutif dari Musfah (2011:1),
7
Ema Rahmawati, 2014
Kompetensi guru reguler dalam melayani anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mengerjakan pekerjaan dengan teliti.‟ Salah satu ciri profesionalitas adalah
teliti dalam bekerja.
Allah berfirman dalam Al-Qur‟an untuk menerima seseorang bekerja diisyaratkan dua hal yaitu kuat dan dapat dipercaya. Kuat berarti kemampuan profesional dan dapat dipercaya berarti lebih mendekati kemampuan kepribadian.
Salah seorang dari kedua wanita itu berkata : Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja pada kita ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya.(QS. Al-Qasas (28):26).
Allah berfirman dalam ayat lain yang menunjukkan pentingnya seorang guru memiliki pengetahuan yang mendalam yang terkait dengan bidang studi yang dipelajarinya bahkan pengetahuan lain yang berhubungan dengan bidang studinya agar dapat menjawab pertanyaan dan memberi pengetahuan yang luas bagi siswanya.
Dan kami tidak mengutus sebelum kamu (Muhammad), kecuali orang lelaki yang kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui. (QS.An-Nahl (16):43)
Apabila kompetensi guru rendah, maka siswanya pun nantinya menjadi generasi yang bermutu rendah juga, terlebih lagi dengan sistem pendidikan inklusif seperti saat ini, dimana ABK ditempatkan bersama dengan anak yang lainnya. Tentunya ini menjadi tugas tambahan juga bagi guru untuk dapat memenuhi kebutuhan belajar mereka sesuai dengan kebutuhan ABK, sehingga guru pun dituntut memiliki kompetensi tambahan untuk dapat memenuhi kebutuhan ABK. Pada akhirnya kelak mereka tidak menjadi beban sosial bagi masyarakat atau paling tidak mereka dapat hidup secara mandiri di masyarakat.
8
Ema Rahmawati, 2014
Kompetensi guru reguler dalam melayani anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
memerlukan kompetensi sesuai dengan tuntutan kebutuhan layanan pembelajaran kepada ABK di sekolah dasar inklusif tersebut.
Melalui penelitian ini, peneliti bermaksud melaksanakan penelitian pendekatan kualitatif dengan teknik analisis deskriptif di salah satu sekolah dasar inklusif untuk menggali informasi sejauhmana kemampuan guru reguler dalam memberikan layanan pembelajaran kepada ABK, dan kompetensi yang harus dimiliki oleh guru reguler, sehingga guru reguler dapat meningkatkan peran dan fungsi profesionalitas yang produktif sebagai dasar agar memberikan layanan pembelajaran yang benar dan optimal kepada ABK.
B. Fokus Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka fokus
masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana
kompetensi yang dibutuhkan guru reguler dalam melayani ABK di sekolah
dasar inklusif?”.
Penjabaran fokus masalah tersebut menjadi pertanyaan penelitian, sebagai berikut :
1. Bagaimanakah pemahaman guru reguler tentang ABK di sekolah dasar inklusif saat ini?
2. Bagaimanakah pemahaman guru reguler tentang cara mengetahui kebutuhan ABK di sekolah dasar inklusif saat ini?
3. Bagaimanakah guru reguler memberikan layanan pembelajaran kepada ABK di sekolah dasar inklusif saat ini?
9
Ema Rahmawati, 2014
Kompetensi guru reguler dalam melayani anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5. Bagaimanakah kompetensi yang diperlukan guru reguler guna meningkatkan layanan pembelajaran terhadap ABK di sekolah dasar inklusif?
6. Bagaimanakah upaya untuk meningkatkan kompetensi guru reguler guna meningkatkan layanan pembelajaran terhadap ABK di sekolah dasar inklusif?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian adalah untuk memperoleh informasi dan gambaran yang jelas mengenai kompetensi yang dibutuhkan guru reguler dalam melayani ABK di SD Negeri Cangkuang 12 Kabupaten Bandung.
b. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1) Pemahaman guru reguler tentang ABK di SD Negeri Cangkuang 12 Kabupaten Bandung,
2) Pemahaman guru reguler tentang cara mengetahui kebutuhan ABK di SD Negeri Cangkuang 12 Kabupaten Bandung,
3) Bentuk layanan pembelajaran yang diberikan kepada ABK oleh guru reguler di SD Negeri Cangkuang 12 Kabupaten Bandung, 4) Kebutuhan dan kesulitan guru reguler saat ini guna peningkatan
10
Ema Rahmawati, 2014
Kompetensi guru reguler dalam melayani anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5) Kompetensi tambahan yang dibutuhkan guru reguler guna peningkatan kualitas layanan pembelajaran kepada ABK di sekolah dasar inklusif,
6) Alternatif upaya dalam meningkatkan kompetensi guru reguler guna peningkatan layanan pembelajaran kepada ABK di sekolah dasar inklusif.
2. Kegunaan Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan. Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi guru untuk meningkatkan kompetensinya dalam melayani kebutuhan belajar ABK,
b. Bagi Sekolah
Hasil Penelitian ini dapat menjadi masukan bagi sekolah dalam memfasilitasi guru untuk dapat meningkatkan kompetensinya dalam melayani kebutuhan belajar ABK, serta
c. Bagi LPTK
Bagi institusi penyedia calon guru dapat menjadi referensi dalam menambah kompetensi lulusannya.
45
Ema Rahmawati, 2014
Kompetensi guru reguler dalam melayani anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di sekolah dasar reguler yang menyelenggarakan pendekatan pendidikan inklusif yang ada di Kabupaten Bandung, yaitu SD Negeri Cangkuang 12, Desa Cangkuang Wetan, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung. Pemilihan tempat penelitian didasarkan pada kebutuhan data penelitian.
Sekolah Dasar Negeri Cangkuang 12 merupakan sekolah inklusif dimana setiap anak memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan. ABK dapat belajar bersama-sama dengan siswa lainnya, mereka menerima setiap perbedaan.
Subjek penelitian adalah pihak-pihak yang bersedia memberikan berbagai informasi berisi keterangan dan data penting yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Pada penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah guru reguler di SD Negeri Cangkuang 12 yang memiliki siswa ABK di kelasnya. Ada tiga orang guru reguler yang menjadi subjek penelitian, yaitu :
a. Nama : TJ (Subjek1)
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 52 tahun
Jabatan : Kepala Sekolah
b. Nama : SA (Subjek2)
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 35 tahun
Jabatan : Guru Reguler (Guru Kelas)
c. Nama : YF(Subjek3)
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 26 tahun
46
Ema Rahmawati, 2014
Kompetensi guru reguler dalam melayani anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Ketiga subjek dalam penelitian ini bertindak sebagai responden penelitian.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik analisis deskriptif. Sugiyono (2008 :15), menyebutkan bahwa metode penelitian kualitatif adalah :
Metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti obyek yang alamiah, dimana peneliti sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara
purposive dan snowball, teknik pengumpulan data dengan triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.
Pendekatan kualitatif dengan teknik analisis deskriptif merupakan salah satu metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif dan hasil penelitiannya lebih menekankan pada makna. Dalam penelitian ini obyek yang alamiah artinya obyek yang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti, sehingga kondisi pada saat peneliti memasuki obyek, setelah berada di obyek dan setelah keluar dari obyek relatif tidak berubah. Penelitian kualitatif digunakan dalam penelitian ini karena peneliti ingin memahami, mengungkap dan menjelaskan berbagai gambaran dan fenomena yang ada di lapangan mengenai kompetensi guru reguler dalam melayani ABK di sekolah dasar inklusif, oleh karena itu agar data lebih jelas dan terperinci maka digunakan pendekatan kualitatif dengan teknik analisis deskriptif.
C. Penjelasan Konsep
1. Konsep Kompetensi Guru Reguler
47
Ema Rahmawati, 2014
Kompetensi guru reguler dalam melayani anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
layanan pembelajaran kepada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Kompetensi tambahan yang dimaksud adalah kompetensi melaksanakan penerimaan peserta didik baru yang mengakomodasi semua anak yakni kompetensi memahami ABK dan cara mengetahui kebutuhan ABK, kompetensi melaksanakan kurikulum yang fleksibel dan akomodatif, kompetensi merancang bahan ajar dan kegiatan belajar mengajar yang ramah anak, kompetensi menata kelas yang ramah anak, kompetensi pengadaan dan pemanfaatan media adaptif, dan kompetensi melaksanakan evaluasi pembelajaran dalam setting pendidikan inklusif. 2. Konsep Melayani Anak Berkebutuhan Khusus
Konsep melayani Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dalam penelitian ini adalah layanan pembelajaran yang diberikan kepada ABK, meliputi lingkungan fisik yang mudah djangkau, lingkungan sosial yang nyaman dan ramah, adaptasi kurikulum dan kegiatan belajar mengajar yang fleksibel dan akomodatif, melaksanakan program pembelajaran individual, melaksanakan kerjasama dengan pihak lain dan melaksanakan program khusus bagi ABK.
3. Konsep Sekolah Dasar
Sekolah Dasar dalam penelitian ini adalah sekolah dasar yang menyelenggarakan pendekatan pendidikan inklusif.
D. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Dalam penelitian kualitatif, menurut Marshall dan Rossman (Sugiyono 2012:70) teknik pengumpulan data dilakukan pada “… natural setting
(kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperan serta (participant observation),
48
Ema Rahmawati, 2014
Kompetensi guru reguler dalam melayani anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara triangulasi (gabungan), yaitu wawancara, observasi dan studi dokumentasi.
1. Wawancara
Menurut Esterberg (Sugiyono,2012:72) bahwa “wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.” Wawancara yang mendalam dilakukan dalam bentuk tanya jawab dan diskusi, dalam hal ini peneliti meminta informan memberikan informasi sesuai dengan pengalaman, pengetahuan, perasaan dan indera yang berkaitan dengan kebutuhan guru reguler dalam memberikan layanan pendidikan kepada ABK di sekolah dasar inklusif.
Agar hasil wawancara dapat terekam dengan baik, dan peneliti memiliki bukti telah melakukan wawancara dengan informan, maka peneliti menggunakan bantuan alat-alat seperti buku catatan (net book),
camera digital, dan/atau handphone.
Wawancara yang dilakukan adalah wawancara yang bersifat terstruktur dan tidak berstruktur. Wawancara yang berstruktur dengan menggunakan pedoman wawancara yang berisi daftar pertanyaan untuk mempermudah peneliti dalam melakukan wawancara. Wawancara tidak berstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersistematis untuk pengumpulan datanya. Wawancara tidak berstruktur ini digunakan dalam penelitian pendahuluan dan juga penelitian yang lebih mendalam tentang subjek penelitian.
2. Observasi
49
Ema Rahmawati, 2014
Kompetensi guru reguler dalam melayani anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kegiatan pengelolaan pembelajaran guru, mulai dari persiapan, proses pembelajaran dan setelah pembelajaran kepada ABK. Penelitian ini menggunakan observasi partisipatif, dimana pengamat ikut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung, dan observasi nonpartisipatif, dimana pengamat hanya berperan untuk mengamati kegiatan.
Obyek penelitian dalam penelitian kualitatif yang diobservasi menurut Spradley (Sugiyono, 2012:68) dinamakan “situasi sosial, yang terdiri dari tiga komponen, yaitu tempat, pelaku dan aktivitas.” Dalam penelitian ini tempatnya adalah lingkungan fisik sekolah, pelakunya adalah guru dan aktivitasnya adalah kegiatan belajar mengajar.
3. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan mengumpulkan dan menganalisis dokumen-dokumen baik dokumen tertulis, dokumen gambar maupun dokumen karya. Dalam penelitian kualitatif studi dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara karena hasil penelitian akan lebih dipercaya. Dokumen yang akan dteliti adalah silabus, kurikulum, Program Pembelajaran Individual (PPI) ABK, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) bagi ABK, sertifikat, dan dokumen yang berupa gambar atau foto atau film.
E. Pengujian Keabsahan Data
Menurut Sugiyono (2012:120), “Uji keabsahan data dalam penelitian
kualitatif meliputi uji kredibilitas, uji transferabilitas, uji depenabilitas dan uji konfirmabilitas.“
1. Uji kredibilitas, dalam penelitian ini dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, triangulasi, menggunakan bahan referensi, diskusi teman sejawat dan member check.
50
Ema Rahmawati, 2014
Kompetensi guru reguler dalam melayani anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Perpanjangan pengamatan difokuskan terhadap data yang diperoleh, apakah data yang diperoleh itu setelah dicek kembali ke lapangan benar atau tidak, berubah atau tidak. Bila setelah dicek kembali ke lapangan data sudah benar berarti kredibel.
b. Triangulasi
Terdapat 3 triangulasi, yaitu triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan triangulasi waktu. Triangulasi sumber. Triangulasi sumber dilakukan dengan mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Triangulasi teknik pengumpulan data dilakukan dengan mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda, dalam penelitian ini dengan metode wawancara, observasi, dokumentasi. Triangulasi waktu dilakukan dengan beberapa teknik dalam waktu atau situasi yang berbeda. c. Menggunakan bahan referensi
Menggunakan berbagai sumber data seperti dokumen, arsip, hasil wawancara, hasil observasi untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti.
d. Diskusi Teman Sejawat
Adanya pengamat di luar peneliti yang turut memeriksa hasil pengumpulan data. Dalam penelitian ini, dosen pembimbing bertindak sebagai pengamat yang memberikan masukan terhadap hasil pengumpulan data.
e. Member check
Pengecekan data dilakukan agar informasi yang diperoleh dan digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud sumber data.
2. Uji Tranferabilitas
51
Ema Rahmawati, 2014
Kompetensi guru reguler dalam melayani anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
penelitian dapat memahami sehingga dapat memutuskan dapat atau tidak untuk mengaplikasikan hasil penelitian tersebut di tempat lain.
3. Uji depenabilitas
Uji depenabilitas dapat dilakukan oleh pembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian. Mulai dari menentukan fokus masalah, memasuki lapangan, menentukan sumber data, sampai membuat kesimpulan harus dapat ditunjukkan oleh peneliti. 4. Uji Obyektivitas
Uji obyektivitas dilakukan dengan menguji hasil penelitian dikaitkan dengan proses yang dilakukan.
F. Analisis Data
Menurut Bogdan ( Sugiyono, 2012:88), bahwa :
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.
Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain. Proses analisis data yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada proses analisis data yang dikemukakan oleh Miles danHuberman (Sugiyono, 2012:91) bahwa :
Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification.
1. Reduksi Data
52
Ema Rahmawati, 2014
Kompetensi guru reguler dalam melayani anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang diperoleh direduksi yaitu dengan menajamkan, menggolongkan mengarahkan, membuang isi yang tidak perlu dari data, kemudian dilakukan pengkodean dengan menggunakan analisis konten, dan diorganisasikan sedemikian rupa dengan menggunakan analisis komparatif dengan melakukan cek silang diantara kedua data tersebut. Setiap sumber dicek silang dengan sumber data lainnya, sehingga validitas data yang ada dapat dipertanggungjawabkan.
2. Penyajian Data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Tujuannya adalah agar data terorganisir, tersusun dalam pola yang berhubungan sehingga lebih mudah dipahami dan memberi kemungkinan untuk dilakukan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Menurut Miles dan Huberman (Sugiyono,2012;95) bahwa “yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif
adalah dengan teks yang bersifat naratif“. Selain teks naratif dapat juga
berupa grafik, matrik, network dan chart.
3. Menarik Kesimpulan dan Verifikasi
Sejak awal pengumpulan data, peneliti mulai mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, alur sebab-akibat. Setelah didapat kesimpulan-kesimpulan sementara, kemudian menjadi lebih kuat dengan adanya bukti dan data. Kesimpulan diverifikasi selama penelitian berlangsung. Makna-makna yang muncul diuji kebenarannya, kekokohannya dan kecocokannya sebagai validitas dari data itu sendiri.
G. Tahap-tahap Penelitian
Menurut Moleong (2010:127-158) bahwa “tahap penelitian yang dilakukan oleh peneliti dimulai dari tahap pra lapangan, tahap pekerjaan lapangan, sampai tahap analisis data.”
1. Tahap Pra Lapangan
53
Ema Rahmawati, 2014
Kompetensi guru reguler dalam melayani anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kegiatan ini berupa penyusunan rancangan penelitian dalam bentuk proposal penelitian yang diajukan kepada Dewan Skripsi Departemen Pendidikan Khusus Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, kemudian melaksanakan seminar proposal penelitian tersebut.
b. Memilih Lapangan Penelitian
Proses pemilihan tempat penelitian dalam penelitian ini adalah perbincangan dengan salah satu dosen tentang masalah yang ditemukan, kemudian mengumpulkan data di SD Negeri Cangkuang 12, Jalan Palasari, Sayati Kabupaten Bandung.
c. Mengurus Perizinan
Perizinan yang bersifat adminstratif, dilakukan mulai dari tingkat departemen, fakultas, universitas, Badan Kesatuan Bangsa Perlindungan dan Pemberdayaan Masyarakat, sampai Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung.
d. Menyiapkan Peralatan Penelitian
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan instrumen penelitian yang terdiri dari pedoman wawancara dan pedoman observasi. 2. Tahap Pekerjaan Lapangan
a. Memahami Latar Penelitian 1) Pembatasan penelitian
Latar penelitian ini dibatasi hanya pada lokasi dimana penelitian dilakukan, yaitu SD Negeri Cangkuang 12 Kabupaten Bandung 2) Penampilan
Peneliti berpenampilan rapi, sopan dan formal. 3) Pengenalan hubungan peneliti di lapangan
Peneliti berusaha menjalin hubungan penuh keakraban di lokasi penelitian, tanpa mengubah situasi yang terjadi pada latar penelitian.
54
Ema Rahmawati, 2014
Kompetensi guru reguler dalam melayani anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Peneliti mengalokasikan waktu penelitian di lapangan selama tiga minggu. Dengan waktu yang terbatas diharapkan berbagai data yang diperlukan dapat terkumpul dengan baik
b. Memasuki Lapangan 1) Keakraban hubungan
Peneliti berusaha menjaga keakraban hubungan dengan seluruh warga sekolah agar mempermudah peneliti untuk memperoleh data yang diperlukan.
2) Peranan peneliti
Peneliti melaksanakan observasi, wawancara dan studi dokumentasi di sekolah tersebut dan setelah itu membantu kegiatan pembelajaran ABK.
c. Berperan serta dan mengumpulkan data 1) Pengarahan batas studi,
Batasan studinya adalah masalah pada fokus penelitian yang akan diteliti, yaitu kompetensi guru reguler dalam melayani ABK di SD Negeri Cangkuang 12, Kabupaten Bandung.
2) Mencatat data
Pencatatan data dilakukan pada saat melakukan observasi, wawancara dan studi dokumentasi, dan setelah kegiatan pengumpulan data.
3. Analisis Data a. Reduksi data
Peneliti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, kemudian mencari pola dan membuang data yang tidak perlu dari data yang telah ditemukan di lokasi penelitian.
55
Ema Rahmawati, 2014
Kompetensi guru reguler dalam melayani anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Penyajian data dalam penelitian ini berupa teks yang bersifat naratif dan tabel
c. Menarik kesimpulan dan verifikasi
87
Ema Rahmawati, 2014
Kompetensi guru reguler dalam melayani anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Responden belum memahami tentang ABK, mereka belum memahami tentang konsep ABK, karakteristiknya, jenis ABK dan hambatan yang dialami oleh ABK. Responden semestinya mengenali dan memahami ABK terlebih dahulu sebelum memberikan pembelajaran. Responden juga belum memiliki kemampuan untuk mengetahui kebutuhan ABK. Mereka belum memahami tentang mekanisme identifikasi ABK, asesmen, penempatan ABK dan menuliskan profil ABK.
Layanan pembelajaran yang diberikan responden kepada ABK di sekolah ini belum optimal, selain karena infrastruktur sekolah yang memadai, adanya guru dan lingkungan sekitar sekolah yang belum menerima ABK sepenuhnya, serta pengetahuan guru yang terbatas tentang adaptasi kurikulum dan KBM yang fleksibel dan akomodatif menjadikan layanan pembelajaran yang diberikan kepada ABK disekolah ini belum optimal. Sekolah semestinya mempertimbangkan sumber daya yang dimiliki sekolah agar dapat memberikan layanan pembelajaran yang optimal kepada semua siswa, termasuk ABK. Monitoring, evaluasi dan laporan penyelenggaraan pendidikan inklusif seharusnya dilaksanakan agar sekolah dapat memperbaiki dan meningkatkan layanan pembelajaran kepada ABK.
88
Ema Rahmawati, 2014
Kompetensi guru reguler dalam melayani anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
hadapi saat ini adalah kurangnya pengetahuan tentang cara menangani ABK, media atau alat peraga yang terbatas, infrastruktur bangunan yang kurang baik, serta lingkungan sekitar sekolah yang belum menerima ABK menjadi kendala dalam memberikan layanan pembelajaran yang optimal kepada ABK. Kompetensi yang dibutuhkan guru reguler di sekolah inklusif ini guna meningkatkan layanan pembelajaran terhadap ABK yaitu kompetensi melaksanakan penerimaan pesera didik baru yang mengakomodasi semua anak, kompetensi melaksanakan kurikulum yang fleksibel dan akomodatif, kompetensi merancang bahan ajar dan KBM yang ramah anak, kompetensi menata kelas yang ramah anak, kompetensi pengadaan dan pemanfaatan media adaptif, dan kompetensi melaksanakan evaluasi pembelajaran dalam setting pendidikan inklusif.
Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kompetensi guru reguler guna meningkatkan layanan pembelajaran terhadap ABK di sekolah ini adalah dengan cara sekolah sebaiknya melaksanakan kegiatan yang dapat memberikan pemahaman kepada pendidik dan tenaga kependidikan mengenai pendidikan inklusif, diantaranya mengadakan sosialisasi tentang pendidikan inklusif, mengikuti seminar, workshop, bimbingan teknis, diskusi yang dilakukan secara terstruktur dan berkala, dan menyediakan sumber belajar bagi guru.
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, ada beberapa rekomendasi yang diajukan baik untuk meningkatkan kompetensi guru reguler dalam memberikan layanan pembelajaran terhadap ABK di sekolah inklusif maupun untuk penelitian selanjutnya.
89
Ema Rahmawati, 2014
Kompetensi guru reguler dalam melayani anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Guru reguler di sekolah inklusif dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai referensi untuk meningkatkan kompetensinya dalam memberikan layanan pembelajaran kepada ABK.
b. Bagi Sekolah
Sekolah penyelenggara pendidikan inklusif harus memberikan kesempatan kepada guru reguler dan memfasilitasinya untuk meningkatkan kompetensi dalam meningkatkan layanan pembelajaran terhadap ABK.
c. Bagi Pemerintah
Pemerintah dalam hal ini Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bandung melalui UPTD di wilayah masing-masing harus lebih memperhatikan kondisi sekolah penyelenggara pendidikan inklusif, agar sumber daya, fasilitas sekolah dan bantuan yang diberikan lebih optimal sehingga layanan pembelajaran kepada ABK menjadi lebih baik. d. Bagi Peneliti Selanjutnya
90
Ema Rahmawati, 2014
90
Ema Rahmawati, 2014
Kompetensi guru reguler dalam melayani anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Alimin, Zaenal. (2011). Profil Implementasi Pendidikan Inklusif di Sekolah Dasar di Kota Bandung. Dalam Strengthening Research Collaboration on Education, Joint Conference UPI-UiTM, 8 halaman.
[Online]
Tersedia:http://repository.upi.edu/operator/upload/pros_upi-uitm_2011_zaenal_profil_implementasi_pendidikan_inklusif.pdf[15Desemb er 2011]
Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek
(Fifth ed.). Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Hakiim, Lukmanul. (2008). Perencanaan Pembelajaran. Bandung : CV.Wacana Prima
Ishartiwi. (2007). “Prospek Tenaga Kependidikan Anak Berkebutuhan Khusus”.
Makalah pada Kuliah Umum Jurusan PLB UNY, Yogyakarta. [Online]
Tersedia:http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/ishartiwi-mpd-dr/makalah-prospek-tenaga-plb-13-sep-07.pdf [25 Desember 2011]
Ishartiwi. (2010). “Implementasi Pendidikan Inklusif bagi Anak Berkebutuhan
Khusus dalam Sistem Persekolahan Nasional”. Dalam Jurnal Pendidikan
Khusus, Vol 6 (1), 11 halaman.
[Online]
Tersedia;
http://eprints.uny.ac.id/3638/2/JPK_EDISI_2010_-IMPLEMENTASI_PENDIDIKAN_INKLUSIF_BAGI_ANAK_BERKEBU TUHAN_KHUSUS_DALAM__SISTEM_PERSEKOLAHAN_NASIONAL .pdf [15 Desember 2011]
Kustawan, D. (2013). Manajemen Pendidikan Inklusif. Jakarta : PT. Luxima Metro Media
Kustawan, D. dan Hermawan, B. (2013). Model Implementasi Pendidikan Inklusif Ramah Anak. Jakarta : PT. Luxima Metro Media.
91
Ema Rahmawati, 2014
Kompetensi guru reguler dalam melayani anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Musfah, Jejen. (2011). Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan Praktik. Jakarta : Kencana Prenada Media Group
Nazir, Moh. (1999). Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia
Panduan Teknis Pelaksanaan Pelatihan. (2013). Prosedur Operasional Standar dan Modul Pelatihan : Pendidikan Inklusif Berbasis Sekolah. Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Priatna, M. dan Sukamto, T. (2013). Pengembangan Profesi Guru. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Smith, David. (2009 ). Inklusi Sekolah Ramah untuk Semua. Bandung : Nuansa
Sugiarmin, M. dan Baihaqi, M. (Eds) (2009). Inklusi, Sekolah Ramah untuk Semua (Second ed.). Bandung : Nuansa.
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D.
Bandung: ALFABETA
Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : ALFABETA
Sumiati dan Asra. (2008). Metode Pembelajaran. Bandung : CV.Wacana Prima
Tulkit LIRP. (2007). Merangkul Perbedaan : Perangkat untuk Mengembangkan Lingkungan Inklusif, Ramah Terhadap Pembelajaran. Jakarta : Kementerian Pendidikan Nasional.
Universitas Pendidikan Indonesia.(2007). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Departemen Pendidikan Nasional Universitas Pendidikan Indonesia.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta
92
Ema Rahmawati, 2014
Kompetensi guru reguler dalam melayani anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu