• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara Angkatan 2010 Mengenai Infeksi Menular Seksual (IMS)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara Angkatan 2010 Mengenai Infeksi Menular Seksual (IMS)"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah suatu masalah kesehatan dikalangan remaja masa kini. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC)

(1996), pada IMS yang disebabkan oleh gonnore dan sifilis walaupun masih rendah, tetapi IMS sendiri masih pada batas epidemik.

Terdapat pelbagai faktor yang dapat dihubungkan dengan insidensi penyakit IMS yang semakin meninggi. Faktor utama dari masalah ini adalah kurangnya pengetahuan dan edukasi tentang IMS. Paramedis telah menjawab suatu survei tentang IMS pada remaja dan jelas bahwa remaja < 18tahun adalah golongan yang mempunyai pengetahuan yang paling rendah tentang IMS, walau bagaimanapun kekurangan pengetahuan ini tidak menjadi batu penghalang bagi mereka terus aktif dalam melakukan seks (Women's Health Weekly, 1998).

Edukasi tentang seksual telah menjadi suatu topik yang amat kontroversi dalam kebanyakan sekolah, universitas dan keluarga. Telah banyak diperdebatkan isu siapa yang bertanggungjawab dalam mengajar anak-anak remaja tentang hal ini. Apakah orang tua yang bertanggungjawab atau sekolah? Pihak sekolah memperdebatkan apakan cara yang paling efektif dalam mengedukasi anak-anak remaja tentang IMS. Sebahagian besar percaya bahwa abstinence adalah cara yang paling bagus dimana remaja di ajar bahwa seks itu haruslah dilakukan hanya selepas bernikah. Sebahagian besar lagi berpendapat edukasi tentang pil KB adalah yang paling efektif. Sebahagian besar juga menyatakan bahwa orang tua adalah edukator yang paling baik dalam mengajari remaja tentang IMS. Malangnya, hanya 10 hingga 15 persen remaja hari ini membicarakan isu-isu seksual dengan orang tua mereka (Napier, 1997). Konflik ini menyebabkan remaja masa kini tidak sama sekali menerime pendidikan tentang seks sehat. Selain itu, satu lagi faktor yang turut kontribusi terhadap meningkatnya IMS adalah ketidaktahuan atau ketidakmahuan remaja memakai kondom semasa melakukan hubungan seksual.

1

(2)

Dalam suatu kajian oleh DeBuono dkk, 2010 , dengan timbulnya pelbagai penyakit IMS yang baru, aktivitas seksual dikalangan mahasiswa/i tidak berubah dalam 14 tahun ini. Menurut National Institute of Allergy and Infectious Diseases (1998), di Amerika dianggarkan sebanyak 15.3 juta kasus baru IMS yang terjadi setiap tahun. Dan secara keseluruhan di dunia 333 juta kasus baru 4 penyakit IMS yang disebabkan oleh organisma yang dapat disembuhkan (gonore,infeksi klamidia,sifilis,trikomoniasis) terjadi pada tahun 1997 sahaja.

Isu lain yang timbul dengan penyakit IMS adalah, ia terjadi pada semua usia dan kelamin. Tetapi masalah yang dapat ditimbulkan oleh IMS ini lebih parah pada kaum wanita. The work of Alexander (1992) seperti yang dikaji oleh Gilbert dkk, 1998 menunjukan bahawa mahasiswi menderita penyakit IMS lebih banyak di banding dengan mahasiswa, salah satunya karena wanita mempunyai pilihan kontrasepsi atau perlindungan terhadap penyakit lebih sedikit berbanding laki-laki, secara biologi predisposisi acquired IMS adalah lebih tinggi pada wanita dibanding laki-laki, oleh karena sukar untuk mendiagnosa wanita yang menderita IMS dan wanita mempunyai frekuensi dan konsekuansi yang lebih parah berbanding laki-laki. Komplikasi dapat terjadi secara menerus apabila infeksi di tularkan lagi kepada janin daripada wanita.

Ini menjadi suatu masalah yang serius karena bukan semua penyakit IMS dapat di sembuhkan. Penyakit IMS sendiri dapat digolongkan secara besar ke dalam 3 kategori iaitu IMS yang dapat disembuhkan,IMS yang tidak dapat disembuhkan dan IMS yang kambuh kembali.Deteksi awal IMS penting dalam mencegah gejala yang lebih parah pada masa yang akan datang. Banyak lagi cara dan langkah jaga-jaga yang dapat diambil oleh wanita dalam mencegah terjadinya IMS. Ini termasuk melakukan pemeriksaan yang sesuai setiap waktu, pemeriksaan sebelum melakukan seks dengan pasangan baru, memeriksa area genital dari pasangan, menanyakan sejarah aktivitas seksual pasangan baru, dan juga menggunakan kondom sebagai proteksi (Gilbert dkk, 1998). Bagi wanita sterilisasi adalah suatu langkah efektif bagi IMS golongan yang tidak ditangani.

2

(3)

Ini secara dasar menunjukkan bahwa mahasiswa masa kini jarang mengambil atau melakukan apa jua tindakan yang di anggap penting dalam mencegah tertularnya IMS. Ini boleh disebabkan oleh banyak faktor dan pelbagai pihak dapat berperan tetapi yang paling umum adalah insidensi akibat kekurangan pengetahuan dikalangan remaja karena edukasi tentang seksual sehat yang kurang. Selain mahasiswa seluruh anggota paramedis, dosen – dosen dan juga orang tua haruslah bersedia menjadi edukator yang baik dan sekaligus mempelajari bagi manfaat diri sendiri tentang isu ini supaya dapat mengurangkan insidensi IMS secara efektif. (Angie L. Stoskopf, 1999).

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas,secara garis besar dapat dirumuskan satu masalah yaitu:

• Bagaimanakah tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2010 tentang penyakit infeksi menular seksual?

1.3. Tujuan Penelitiaan 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk menambahkan tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2010 tentang penyakit infeksi menular seksual (IMS).

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dari penelitiaan ini adalah:

1. Mengetahui tingkat pengetahuan para mahasiswa Fakultas Kedokteran USU Angkatan 2010 terhadap pengertiaan dan gejala-gejala IMS.

2. Mengetahui tingkat pengetahuan para mahasiswa Fakultas Kedokteran USU Angkatan 2010 tentang cara penularan infeksi menular seksual.

3

(4)

1.4. Manfaat Penelitiaan

Hasil penelitiaan ini diharapkan dapat memberi manfaat:

1. Bagi mahasiswa – supaya dapat mengetahui tingkat pengetahuan mereka tentang infeksi menular seksual.

2. Bagi petugas kesehatan masyarakat – supaya mereka dapat mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat mengenai pengertian,gejala dan cara penularan infeksi menular seksual pada mahasiswa sehingga dapat merencanakan suatu strategi pelayanan kesehatan untuk menindaklanjutinya. 3. Bagi peneliti – Menambah pengetahuan peneliti mengenai infeksi menular

seksual.

4

Referensi

Dokumen terkait

Program tersebut didukung oleh berbagai pihak yaitu, PSMK, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI) dan SEAMOLEC. PSMK mendukung program ini dengan memperkuat

Sehubungan dengan telah djlaksanakannya evaluasi dokumen penawaran dari perusahaan yang sauda€ pimpin, maka dengan ini kami mengundang saudara dalam kegiaian PembuKian

memasuki m:rsa puma tugas trnL l Oktober 2Ol7 s/d 1 Mei 2018 oleh Bank. fateng Cabang Wonogiri dengan

Pembatasan masalah yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah hanya meneliti dampak peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No 1 Tahun 2015 terhadap nelayan

Secara kultural melambangkan supaya burung dapat mengajak burung lain, namun ketika burung tersebut kembali maka proses [nokut] harus berhenti, diduga burung yang telah

Menurut Budiningrum, Kepala Stasiun RRI Cirebon, Quick Count Pilpres 2014 dilakukan sesuai Instruksi Direktur Utama RRI yang dimotori oleh Puslitbangdiklat RRI ,

BPRS Amanah Insan Cita Medan saat ini, bahwa pembiayaan yang menggunakan akad jual belilah yang menjadi produk unggulan di perbankan syariah, sebagai bukti dapat kita lihat

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai tingkat pemahaman dan status gizi peserta didik, maka dapat disimpulkan bahwa: 1). Tingkat pemahaman gizi peserta