• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN DARAH PETANI YANG TERCEMAR PESTISIDA. Dewi Yudiana Shinta 1,2. ABSTRACT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "GAMBARAN DARAH PETANI YANG TERCEMAR PESTISIDA. Dewi Yudiana Shinta 1,2. ABSTRACT"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

EcoNews

Advancing the World of Information and Environment

Vol. 2 No. 2 September, 2019, pp. 33-37

Journal homepage: https://journal.pasca-unri.org/index.php/econews/index

GAMBARAN DARAH PETANI YANG TERCEMAR PESTISIDA

Dewi Yudiana Shinta1,2

1STIKES Perintis Padang

2Program Doktor Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Riau

E-mail: dyshinta@ymail.com ABSTRACT

Many of the environmental pollution caused by the use of chemical pesticides. According to WHO, the pesticides used in the world as much as 3.5 million tons per year with the kind of high toxicity from developing countries such as Indonesia. The number of registered pesticides formula in Indonesia keeps increasing from year 1996 as much as 520 formula until 2015 as much 3,459 formula (Perveen,2011). The impact of pesticide contamination can be seen by measuring levels of the enzyme cholinesterase in the blood farmers. The purpose of the study to gauge the level of toxicity from pesticide usage by farmers by measuring levels of cholinesterase in the blood farmers and long usage of pesticides used by farmers. The benefits of this research to be able to provide information for farmers from the impact of the use of pesticides which do not use APD. This type of research is a descriptive experimental.This research was conducted on farmers in the area of Solok of West Sumatra with a simple random method of as many as 10 people. Data collection with the interview questionnaire and the wear measurement of levels of Cholinesterase in blood Cholinesterase Test Kit Livibond with AF267. The results showed that of the 10 samples examined 50% experiencing mild poisoning with levels of 62.5% Cholinesterase with a working period of 20 to 30 years, while the remaining >75% Cholinesterase levels are normal (default values are categorized decrease in AChE in Indonesia) and 10-15 year working period. Acute severe pesticide poisoning causes sufferers tounconscious, seizures, even death. chronic toxicity is more difficult to detect because it is not immediately felt, but in the long run can cause health problems.

Keywords: environmental pollution, pesticides, the blood farmers

PENDAHULUAN

Pencemaran lingkungan banyak yang disebabkan oleh penggunaan pestisida bahan kimia yang berlebihan. Menurut WHO, pestisida yang digunakan di dunia sebanyak 3,5 juta ton pertahun dengan jenis toksisitas yang tinggi dari negara-negara berkembang seperti Indonesia. Jumlah formula pestisida yang terdaftar di Indonesia terus meningkat dari tahun 1996 sebanyak 520 formula sampai 2015 sebanyak 3.459 formula (Perveen,2011).

Dampak penggunaan pestisida oleh petani dilihat pada saat penyemprotan dimana petani lebih banyak terpapar pestisida, hal ini akan menimbulkan penyakit pada pernafasan, darah dan pada organ paru-paru.

Jenis pestisida yang paling umum digunakan oleh petani adalah organophoshate dan karbamat. Insektisida golongan organophoshate dan karbamat dapat menurunkan aktivitas enzim yang mengakibatkan terganggunya fungsi saraf, keracuanan hingga kematian. Keracunan pestisida pada petani dapat ditentukan dengan melihat kadar enzim cholinesterase dalam darah petani. Semakin rendah kadarnya, maka semakin terdeteksi bahwa petani tersebut mengalami keracunan akibat penggunaan pestisida (Dirjen, 2002).

(2)

Indonesia yang menunjukkan 61,8% petani mempunyai aktivitas kolinesterase normal, 1,3% keracunan berat dan 26,9% keracunan ringan. Pestisida jenis insektisida organofosfat dan karbamat paling banyak digunakan petani dalam membasmi serangga. Selain itu, pestisida jenis ini mudah dimonitor dengan mengukur kadar kolinesterase darah. Karena itu, Departemen Kesehatan mengukur kadar kolinesterase dalam darah untuk memonitor keracunan pestisida di tingkat petani. Frekuensi penyemprotan serta tingginya volume pestisida yang digunakan menunjukkan adanya peranan yang menentukan dari pestisida ini terhadap produksi tanaman sehingga pestisida ini tidak dapat dilepaskan dari penanaman sayuran. Sebagian besar petani melakukan penyemprotan sendiri (terutama yang lahan garapannya kecil) dan memiliki alat penyemprot sendiri sehinggga mereka mempunyai keleluasaan untuk melakukan penyemprotan (M.Raini,2007). Oleh karena itu, petani sayuran memiliki risiko yang tinggi keracunan pestisida.

Tujuan penelitian untuk mengukur tingkat keracunan dari pemakaian pestisida oleh petani dengan mengukur kadar cholinesterase dalam darah petani dan lama pemakaian pestisida yang digunakan oleh petani. Manfaat penelitian ini untuk dapat memberikan informasi bagi petani dampak dari penggunaan pestisida yang tidak menggunakan APD.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan untuk penelitian ini adalah deskriptif eksperimental, Penelitian ini dilakukan pada petani di daerah Solok Sumatera Barat dengan metoda acak sederhana sebanyak 10 orang. Pengumpulan data dengan wawancara memakai kuisioner serta pengukuran kadar kolinesterase dalam darah dengan Livibond Cholinesterase Test Kit AF267. Darah yang diambil darah kapiler. Prinsip kerja nya adalah Pengujian darah yang mengandung enzim cholinesterase membebaskan asam asetat dari acetylcholin sehingga akan merubah pH larutan (mixture) darah dan indikator.

Alat dan Bahan

Kapas alkohol, kapas kering, lanset, pipet mikro, tabung reaksi, rak, label nama, cuvet,yellow tip, autoclik, komperator dan stopwatch. Sampel darah kapiler, alkohol 70%, acetylcholine Perclorate, Aquades bebas CO2, larutan Bromotymol Blue.

Pengambilan sampel adalah dengan mempersiapkan pasien, alat dan bahan yang akan digunakan, bersihkan jari yang akan ditusuk dengan menggunakan kapas alkohol 70%, lalu keringkan setelah kering tusuk jari menggunakan lanset, darah yang keluar pertama di buang dengan kapas kering, darah kedua yang diambil dengan menggunakan pipet mikro sebanyak yang dibutuhkan, darah yang diambil dimasukkan kedalam tabung reaksi yang telah di campurkan larutan, kemudian homogenkan.

1. Reagen test

Ambil tabung test lengkap dengan penutupnya tempatkan pada rak yang tersediadengan menggunakan botol yang berlabel “indikator” tambahkan 0,5 ml indikator solution ke dalam tabung test (tutup secepatnya),ambil darah kapiler10 ul pada kontrol person (tidak terpapar organophosfat) masukkan ke dalam tabung yang telah berisi larutan Bromotymol Blue (indicator), tambahkan 0,5 ml larutan Acetylcholine Perchlorate kedalam tabung, homogenkan dengan pelan jangan sampai timbul gelembung,pindahkan larutan dari tabung tes ke cuvet masukkan cuvet ke dalam comperator,hidupkan comperator sampai hasilnya cocok dengan warna standardan baca hasil yang di peroleh (hasil harus 12.5% atau kurang).

2. Blood blank (blanko darah)

Ambil darah 10 ul darah control person masukkan dalam tabung test yang telah berisi 1.0 ml aquades (free CO2), homogenkan lalu pindahkan larutan ke dalam cuvet dan tempatkan pada comperator sebelah kiri dan jangan di pindahkan sampai pemeriksaan darah sample.

(3)

3. Menentukan waktu time Zero dan Match

Ambil darah control person 10 ul dan masukkan ke dalam tabung test yang sudah berisi larutan 0,5 ml Bromotymol Blue, tambahkan larutan Acetylcholine Perchlorate 0,5 ml kedalam tabung dan secara bersamaan star “STOP WATCH” disebut time zero, homogenkan hingga larut secepatnya masukkkan kedalam cuvet, tempatkan pada comperator sebelah kanan, amati perubahan warna larutan dengan sambil memutar disc sampai hasil sesuai dengan warna standar 100%, catat waktu yang diperoleh (waktu MATCH) biasanya sekitar 20-30 menit tergantung dari suhu tempat dan waktu yang diperoleh digunakan untuk standar waktu pembacaan pada darah “SAMPLE”.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari penelitian yang dilakukan hasil pemeriksaan cholinestrase dalam serum darah sebagai berikut :

Tabel Hasil 1. Hasil Pemeriksaan Cholinesterase Dalam Darah Respond

en

Umur Masa bekerja (tahun)

Kadar Cholinestera se Dalam Darah( %)

Interprestasi

L P

A - 45 20 62,5 Keracunan Ringan

B 56 - 30 62,5 Keracunan Ringan

C - 40 15 75 Normal

D 38 - 10 87,5 Normal

E 55 22 63 Keracunan Ringan

F 65 34 65,5 Keracunan Ringan

G 45 10 76 Normal

H 57 25 64 Keracunan Ringan

I 44 15 76 Normal

J 50 23 65 Keracunan Ringan

Berdasarkan pada tabel diatas Tabel 1 dapat dilihat hasil pemeriksaan cholinesterase dalam serum darah, 6 orang mengalami keracunan ringan (KR) dengan kadar cholinesterase dalam darah 62,5 % sedangkan 4 orang lainnya dalam keadaan normal dengan kadar >75

Grafik.1 Hasil Pemeriksaan Cholinesterase Dalam Darah

100 80 60

umur masa bekerja

40 20 0

Nulis Tamar Sariani Aciak

(4)

Berdasarkan grafik 1 diatas menunjukkan hasil pemeriksaan cholinesterase dalam darah yang dilihat dari segi umur dan lama bekerja dapat mempengaruhi tingkat keracunan kadar cholinesrterase dalam darah.

Tabel .2 Distribusi Cholinesterase Dalam Serum Darah Variabel Rata-Rata Standar Deviasi Kadar Cholinesterase Dalam

Darah 71,875 11,96784

Masa kerja 18 (Tahun) 8,58

Berdasarkan tabel.2 diatas data yang diperoleh rata-rata untuk kadar cholinesterase dalam darah adalah sebesar 71.875, dengan standar deviasi 11,96784, sedangkan untuk masa kerja didapatkan rata-rata pemakaian pestisida 18 tahun dan standar deviasi yaitu 8,58.

Penggunaan pestisida untuk mengendalikan hama tanaman mengandung resiko kecelakaan pada manusia dalam bentuk keracunan kronik atau akut dan kematian.

Beratnya tingkat keracunan berhubungan dengan tingkat penghambatan cholinesterase dalam darah.

Derajat pengaruh racun pada tubuh seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain, umur, jenis kelamin, derajat kesehatan tubuh, nutrisi, tingkat kelemahan tubuh, foktor genetik, kondisi sinerga bahan kimia dan status endocrine. Faktor-faktor tersebut dapat menjadi faktor yang memperberat atau mempercepat timbulnya keracunan atau tidak sampai terjadi.

Gejala-gejala yang timbul yang berkaitan dengan keracunan pestisida sebagai berikut, kelelahan, lemah berlebihan, kulit terasa terbakar keringat berlebihan, perubahan warna pada kulit, penglihatan menjadi kabur, biji mata mengecil dan membesar, mual, muntah, diare, perut kejang atau sakit, kesulitan bernafas, dada terasa sakit dan lain- lainnya.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pemeriksaan kadar cholinesterase dalam darah, 2 orang mengalami keracunan ringan dengan kadar 62.5% dengan masa kerja 20 dan 30 tahun, sedangkan 2 orang lainnya mengalami keadaan normal dengan kadar 75 dan 87,5% dengan masa kerja 10 dan 15 tahun. Dari hasil penelitian tersebut kadar cholinesterase dalam darah yang paling tinggi yaitu dengan kadar 62,5% mengalami keracunan ringan (KR), lama bekerja lebih dari 20 tahun dan umur lebih dari 45 tahun, dibandingkan dengan keadaan normal dengan masa kerja dibawah 15 tahun dan umur dibawah 40 tahun. Hal ini membuktikan bahwa umur dan masa bekerja sangat mempengaruhi kadar enzim cholinesterase dalam darah, seperti halnya sejalan dengan teori bahwa semakin lama seseorang bekerja maka semakin banyak tingkat toksisitasnya dalam tubuh.

Menurut hasil penelitian dan wawancara informasi yang didapatkan golongan pestisida yang banyak digunakan petani di Solok yaitu golongan organofosfat dan karbamat, golongan tersebut merupakan golongan pestisida yang dikenal sebagai indikator untuk enzim cholinesterase. Beberapa zat yang terkandung dalam pestisida (seperti golongan organofosfat dan karbamat) mampu mengurangi kemampuan enzim cholinesterase untuk menghidrolisa acetylcholine, sehingga laju penyampain rangsangan pada impuls saraf terhambat dan akhirnya menyebabkan kelainan fungsi sistem syaraf. Jika terjadi keracunan pestisida golongan organofosfat dan karbamat akan menurunkan aktivitas enzim cholinesterase pada tingkat tertentu sesuai dengan tingkat keracunannya. Selain melihat enzim aktivitas enzim cholinesterase, keracuanan pestisida dapat diketahui dengan cara melihat gejala-gejala yang ditimbulkan atau keluhan subjektif.

(5)

Ketika seseorang terpapar pestisida golongan organofosfat cholinesterase akan berikatan dengan pestisida yang bersifat irreversible. Akibatnya tidak terjadi reaksi dengan achethicholin secara baik. Dalam pemeriksaan akan nampak terjadi penurunan aktivitas cholinesterase atau peningkatan kadar acetycholine. Penurunan aktivitas cholinesterase dalam eritrosit dapat berlangsung hingga 1 sampai 3 minggu, sedangkan penurunan aktivitas cholinesterase dalam trombosit dapat berlangsung hingga 12 minggu atau 3 bulan (Siswanto, 1991).

Kandungan sulfur yang tinggi dalam pestisida menimbulkan ikatan sulfhemoglobin, hal ini menyebabkan hemoglobin menjadi tidak normal dan tidak dapat menjalankan fungsinya dalam menghantarkan oksigen. Sulfhemoglobin merupakan bentuk hemoglobin yang berikatan dengan atom sulfur didalamnya. Kejadian anemia dapat terjadi pada penderita keracunan organofosfat dan karbmat karena terbentuknya sulfhemoglobin dan methemoglobin di dalam sel darah merah yang menyebabkan penurunan kadar hemoglobin sehingga terjadi hemolitik anemia. Hemolitik anemia yang terjadi akibat kontak dengan pestisida disebabkan karena terjadinya kecacatan enzimatik pada sel darah merah dan jumlah sel darah dan jumlah zat toksik yang masuk ke dalam tubuh.

Kemampuan enzim cholinesterase salah satunya adalah menghidrolisa acetyclholine dan merubahnya menjadi cholin dan asem asetat. Dengan kata lain mampu mengubah derajat asam dan basa. Melalui kemampuan hidrolisa ini kemudian dijadikan dasar untuk mengetahui keberadaan enzim ini. Di laboratorium prosedur pemeriksaan sampel darah yang ditambah larutan indikator bromothymol blue dan larutan substrat acetylcholine perclorate, kemudian dibiarkan beberapa menit sesuai dengan waktu pengukuran. Aktivitas enzim cholinestrase dalam darah dijadikan indikator keberadaan pestisida dalam darah. Namun penting untuk diperhatikan, bahwa penurunan aktivitas enzim cholinesterase dapat juga terjadi pada beberapa penyakit, terutama penyakit yang menyerang hati. Infeksi virus pada hati dikenal dengan hepatitis, baik yang akut maupun yang kronis dapat menurunkan aktivitas enzim cholinesterase antara 30% sampai 50%, sedangkan pada penyakit serosis hepatitis yang lanjut dan tumor hati ataupun tumor lainnya yang berfermentasi kehati dapat menurunkan aktivitas

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang analisis tingkat enzim cholinesterase pestisida dalam darah petani di RSUD Pasaman Timur dapat ditarik kesimpulan sebagai enzim cholinesterase sebanyak 50% sampai 70%.

KESIMPULAN

1. Hasil uji laboratorium menunjukkan bahwa kadar cholinesterse dalam darah didapatkan dua orang mengalami keracunan ringan (KR) dengan kadar cholinesterase dalam darah mencapai 62,5% dengan masa kerja 20 dan 30 tahun, sedangkan dua orang lainnya dalam keadaan normal mencapai kadar >75% dengan masa kerja 10 dan 15 tahun, dengan rata-rata kadar cholinesterase dalam darah mencapai 71.875 untuk standar deviasi kadar yang diperoleh sebesar 11,96789.

2. Masa kerja sangat mempengaruhi tingkat keracunan pestisida pada tubuh seseorang, karena semakin lama seseorang bekerja maka semakin tinggi tingkat keracunan dan jenis pestisida yang digunakan didaerah lubuk sikaping organosfosfat dan karbamat.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1990, Latihan Metode jarak jauh (LMJJ): Pengawasan dan Keamanandalam Penggunaan Pestisida, Dinas Perkebunan daerah Prop. Dati 1Jawa Timur.

Dirjen PPM dan PLP. 1992. Peraturan Perundang-Undangan Tentang Pestisida.Depkes RI.

Djojosumarto. 2004. Pengertian Tentang Pestisida. Jakarta: PT. Agromedia Pustaka.

(6)

Djojosumarto. 2000, Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Yogyakarta : Kanisius.

Novizan. 2002. Petunjuk pemakaian pestisida. Depok: Agromedia Pustaka.

Prasetyo. 2010. Kajian Keracunan Pestisida Pada Petani Penyemprot Cabe di Desa Candi Kecematan Bandungan Kabupaten Semarang.

Raini, M. 2007. Toksikologi Pestisida Dan Penanganan Akibat Keracunan Pestisida.

Media Litbang Kesehatan.

Sartono. 2002. Lama Pajanan Organofosfat Terhadap Penurunan Aktivitas Enzim Cholinesterase Dalam Darah Petani. Jakarta: Widya Medika.

Sartono. 2002. Racun dan keracunan. Jakarta :Widya Medika.

Slamat, S.J. 1994.Kesehatan lingkungan.Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Soemirat, J. 2003, Toksikologi Lingkungan.Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Sofia. 2001. Pengaruh pestisida dalam limgkungan pertanian. Jakarta.

Sudarmo. 1991. Instrumen Deteksi Dini Paparan Kronis Pestisida Dalam Pengendalian Faktor Resiko PPOK (Penyakit Paru Obstruktur Kronis) Pada Petani di Kecematan Gubug, Tanjung Harjo dan Kabupaten Grobbogan. Yogyakarta: Penerbit kanisius.

Sudarmo. 1991. Dampak Pestisida. Yogyakarta: Penerbit kanisius.

Sudarmo. 1991. Peranan Pestisida Dalam Pertanian. Jakarta: Widya Medika.

Suwindoro, W. 1993. Pengaruh pestisida terhadap lingkungan. Lingkungan dan pembangunan. Jakarta.

Tarumingkeng, RD. 2001. Pestisida dan penggunaannya, Yogyakarta.

Wudianto, Rini. 1997. Petunjuk penggunaan pestisida. Swadaya: Cisalak.

Raini, M. , 2007, Toksikologi Pestisida dan Penanganan Akibat Keracunan dan Penanganan Akibat Keracunan Pestisida. Media Litbang Kesehatan Vol. XVII No.

3, 2007. Departemen Kesehatan, Jakarta, Indonesia.

Suwindoro, W. 1993, Pengaruh pestisida terhadap lingkungan. Lingkungan dan Pembangunan: 13:233–246.

Gambar

Tabel Hasil 1. Hasil Pemeriksaan Cholinesterase Dalam Darah  Respond  en  Umur  Masa  bekerja  (tahun)  Kadar  Cholinestera se Dalam  Darah( %)  Interprestasi L P  A  -  45  20  62,5  Keracunan Ringan  B  56  -  30  62,5  Keracunan Ringan  C  -  40  15  75
Tabel .2 Distribusi Cholinesterase Dalam Serum Darah  Variabel  Rata-Rata  Standar Deviasi  Kadar      Cholinesterase      Dalam

Referensi

Dokumen terkait

Benda uji untuk uji kekuatan setiap mutu beton yang dicor setiap hari harus diambil dari tidak kurang dari sekali sehari, atau tidak kurang dari sekali untuk setiap 110 m3.. beton,

Adapun sarana dan prasarana yang dibutuhkan antara lain: penyediaan ruang, peralatan, perangkat lunak, kualifikasi arsip dan kualifikasi sumber daya manusia

Begitu pula dengan pengungkapan aspek kinerja ekonomi, lingkungan dan sosial dalam Sustainability Report tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap kinerja

Didapat representasi hasil maturity level seluruh klausul pada Gambar 2 dan terlihat bahwa Manajemen Aset dan Kejadian Keamanan Informasi memiliki nilai yang belum baik,

[r]

Berdasarkan hasil uji F diperoleh bahwa aplikasi bahan organik atau manajemen jerami pada berbagai perlakuan berpengaruh terhadap tinggi tanaman pada 3-8 MST

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh penulis pada bulan Januari - Februari 2013, terhadap beberapa guru IPA-Biologi di SMP Negeri I Siantar menyatakan faktor yang

Bagaimana hubungan antara anak remaja dengan adiknya, dengan teman sekolah atau bermain.. Siapa saja yang berada dirumah selama anak