• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PEMERINTAH KABUPATEN BIREUEN BAB III-1 BAB III

RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah

ancangan Kerangka Ekonomi Daerah menggambarkan kondisi dan analisis perekonomian daerah, sebagai gambaran umum perekonomian Kabupaten Bireuen yang sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bireuen Tahun 2012 – 2017. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kabupaten Bireuen Tahun 2014 adalah tahap pertumbuhan pembangunan ekonomi yang merupakan rangkaian proses berkesinambungan. Berdasarkan analisis terhadap indikator makro ekonomi Kabupaten Bireuen, dengan memperhatikan kondisi ekonomi Pemerintah Provinsi dan Nasional. Selanjutnya arah kebijakan ekonomi daerah ini, akan dipedomani untuk kebijakan pengembangan sektoral dan regional yang dijabarkan ke dalam program dan kegiatan.

3.1.1 Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2012 dan Perkiraan Tahun 2013.

Kondisi ekonomi makro Kabupaten Bireuen dengan berdasar indikator seperti Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Laju Pertumbuhan PDRB, PDRB per kapita, inflasi, investasi dan perkembangan keuangan daerah menjadi referensi dalam menentukan kebijakan Pemerintah Kabupaten Bireuen khususnya kebijakan ekonomi.

Pertumbuhan PDRB Kabupaten Bireuen berdasarkan harga konstan, pada 2 tahun terakhir yaitu tahun 2011 dan 2012 mengalami pertumbuhan positif, namun bila dilihat dari laju pertumbuhannya mengalami penurunan, dimana pada tahun 2011, pertumbuhan PDRB mencapai 4,72 % dan pada tahun 2012 sebesar 3,29 %, sedangkan perkiraan untuk tahun 2013 berdasarkan PDRB sementara sebesar Rp. 2.959.838,07 juta, maka pertumbuhan PDRB menurun lagi menjadi 3,05 persen.

Sementara PDRB per kapita berdasarkan harga konstan mengalami peningkatan, dimana pada tahun 2008, hanya sebesar 6.367.339 rupiah meningkat menjadi 6.983.505 rupiah pada tahun 2011. Rata-rata kenaikan PDRB per kapita sejak tahun 2008 sampai 2011 adalah sebesar 2,44 persen. Maka secara umum, stabilitas perekonomian di kabupaten Bireuen memberikan gambaran yang baik. Hal ini juga ditunjukkan dengan tren inflasi berdasarkan indeks implisit yang menurun dari tahun ke tahun selama 2009 – 2012, yaitu tingkat inflasi 3,96 pada tahun 2009 menjadi 0,39 pada tahun 2012.

R

(2)

PEMERINTAH KABUPATEN BIREUEN BAB III-2 Berikut gambaran perkembangan indikator makro ekonomi di Kabupaten Bireuen dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 3.1

Perkembangan Indikator Makro Ekonomi Kabupaten Bireuen

No Indikator Makro Ekonomi Realisasi Proyeksi

2011 2012 2013

1 PDRB :

a. Harga Berlaku (juta Rp) 6.608.346,14 6.994.137,56 7.453.618,23 b. Harga Konstan (juta Rp) 2.780.838,53 2.872.344,26 2.959.838,07

2 Pertumbuhan PDRB ADHK (%) 4,72 3,29 3,05

3 PDRB perkapita ADHK (Rp) 6.821.495 6.983.505 7.351.452

4 Tingkat Inflasi 3,55 0,39 3,56(*)

5 PDRB menurut Sektor (Rp) ADHK

a. Pertanian 873.058,82 871.298,05 883.654,46

b. Pertambangan dan Penggalian 47.974,99 45.962,18 48.621,70

c. Industri Pengolahan 37.331,36 38.468,71 39.643,37

d. Listrik, Gas dan Air Bersih 10.951,73 10.420,78 11.094,22

e. Kontruksi 202.083,13 200.003,65 209.210,73

f. Perdagangan, Hotel dan Restoran 896.249,22 905.842,03 947.206,74 g. Pengangkutan dan Komunikasi 318.270,63 299.551,94 317.769,79 h. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 41.991,85 42.910,19 44.750,33

i. Jasa-jasa 352.926,80 457.886,73 457.886,73

6 Kontribusi PDRB menurut Sektor (%) ADHK

a. Pertanian 31,40 30,34 29,85

b. Pertambangan dan Penggalian 1,73 1,60 1,64

c. Industri Pengolahan 1,34 1,34 1,34

d. Listrik, Gas dan Air Bersih 0,39 0,36 0,37

e. Kontruksi 7,27 6,96 7,07

f. Perdagangan, Hotel dan Restoran 32,23 31,54 32,00

g. Pengangkutan dan Komunikasi 11,45 10,43 10,74

h. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 1,51 1,49 1,52

i. Jasa-jasa 12,69 15,94 15,47

(*) = Tingkat Inflasi bulan Februari 2013

Dari perkembangan indikator makro ekonomi yang disajikan pada tabel diatas, dapat dilihat bahwa pada tahun 2011 struktur kegiatan perekonomian di Kabupaten Bireuen belum berubah dan masih tetap di dominasi oleh kegiatan primer dan kegiatan tersier, demikian juga perkiraan pada tahun 2012. Ada tiga sektor utama yang menjadi kontributor terpenting dalam perekonomian di Kabupaten Bireuen, pertama; sektor pertanian, kedua;

sektor perdagangan, hotel dan restoran dan ketiga; sektor Pengangkutan dan telekomunikasi.

(3)

PEMERINTAH KABUPATEN BIREUEN BAB III-3 3.1.2 Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerah Tahun 2014

Meskipun secara makro kondisi perekonomian semakin membaik, namun perlu dicermati bahwa dinamika struktur pertumbuhan ekonomi akan menghadapi tantangan yang tidak ringan, yaitu mendorong struktur pertumbuhan yang lebih seimbang melalui peningkatan investasi. Upaya ini membutuhkan dukungan kelengkapan infrastruktur yang memadai dan perbaikan iklim investasi.

Disisi lain kejadian perubahan iklim yang dapat memacu terjadinya kerusakan infrastruktur wilayah, seperti longsor, banjir bandang serta tuntutan kesejahteraan masyarakat secara tidak langsung juga akan mempengaruhi kinerja sektor riil. Selain itu juga harus memperhatikan faktor eksternal antara lain dampak terjadinya perubahan ekonomi global khususnya pasar bebas, fluktuasi perekonomian negara-negara maju dan perubahan harga minyak dunia yang masih belum stabil.

Pertumbuhan ekonomi Aceh pada tahun 2014, ditargetkan sebesar 6,70 persen, yaitu terjadi peningkatan sebesar 0,20 persen dari tahun 2013 yang pertumbuhan ekonominya diperkirakan sebesar 6,50 persen. Sektor ekonomi utama di Aceh, seperti pertanian, perdagangan, hotel dan restoran serta jasa-jasa, diperkirakan masih akan berperan terhadap pertumbuhan ekonomi di Aceh. Dari sisi penggunaan, konsumsi rumah tangga menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi di Aceh. Tingginya konsumsi rumah tangga didorong peningkatan daya beli dan optimisme masyarakat terhadap kondisi perekonomian daearah. Peningkatan daya beli masyarakat dipengaruhi oleh perkembangan inflasi yang relatif terkendali serta suku bunga pinjaman perbankan yang relatif stabil, bahkan penawaran suku bunga yang kompetitif untuk menarik minat masyarakat.

Tingkat inflasi di Aceh pada tahun 2014 diperkirakan berada dibawah 2 digit, ditarget sebesar 4,40 persen. Tekanan inflasi diperkirakan banyak dipengaruhi oleh volatile food dan perkembangan harga komoditas internasional, terutama emas dan minyak mentah yang diperkirakan kembali meningkat seiring dengan memanasnya situasi geopolitik global di Timur Tengah, dan masih berlanjutnya krisis di Eropa. Sementara itu inflasi pada kelompok barang yang harganya diatur oleh pemerintah diperkirakan relatif stabil dengan tidak adanya kenaikan harga barang yang bersifat strategis, kecuali ada kebijakan pemerintah yang sifatnya ekstrim, seperti kenaikan harga BBM.

Tantangan ke depan pembangunan ekonomi kabupaten Bireuen adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, berkualitas dan merata, sejalan dengan pertumbuhan ekonomi regional maupun nasional dan peranan kabupaten Bireuen dalam koridor ekonomi Aceh. Disisi lain juga mampu meningkatkan pendapatan per kapita

(4)

PEMERINTAH KABUPATEN BIREUEN BAB III-4 dan mengurangi pengangguran, sehingga dapat terwujudnya kesejahteraan masyarakat yang makin sejatera, mandiri, berkemampuan dan berdaya saing.

Berdasarkan RPJM Kabupaten Bireuen, tahun 2014 merupakan tahun kedua pelaksanaan RPJM Kabupaten Bireuen tahun 2012–2017, yang merupakan rangkaian proses berkesinambungan dari tahun 2013, sehingga pada tahun 2014 diharapkan kondisi perekonomian di kabupaten Bireuen akan mengalami peningkatan sejalan dengan perekonomian regional daerah maupun nasional.

Berdasarkan pencermatan terhadap kondisi perekonomian makro Kabupaten Bireuen terkini serta analisis terhadap lingkungan internal dan eksternal pembangunan yang telah dilakukan pemerintah diberbagai sektor selama ini belum dapat mengatasi berbagai dampak sosial ekonomi dan politik. Dimana terdapat bidang-bidang yang tingkat pertumbuhan belum merata. Untuk itu pemerintah terus berupaya meletakan dasar–dasar pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development) melalui penciptaan kebijakan- kebijakan yang mendukung penciptaan ekspansi ekonomi tinggi dan penciptaan stabilitas ekonomi makro secara berkesinambungan. Selain itu juga akan melakukan evaluasi secara menyeluruh dan sekaligus menciptakan inovasi serta terobosan kebijakan baru dalam berbagai aspek dan dimensi ekonomi seperti aspek regulasi, prosedur bisnis, hukum, perpajakan, kinerja birokrasi, kondisi infrastruktur, maupun hal-hal lain yang mempunyai kaitan tidak secara langsung.

Adapun target indikator ekonomi makro Kabupaten Bireuen, merupakan sasaran dari misi ketiga yaitu “Memberdayakan Ekonomi Berdaya Saing Secara Berkelanjutan Berbasis Sumber Daya Lokal”. Untuk tercapainya sasaran dari misi tersebut, ditempuh arah kebijakan sebagai berikut:

Pertama, Membangun infrastruktur ekonomi yang mendoorong pertumbuhan ekonomi dan kesejateraan masyarakat, terutama irigasi, jaalan produksi dan jalan usaha tani.

Kedua, Mengembangkan sektor ekonomi unggulan, terutama sektor pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan, industri, perdagangan, dan pariwisata dalam rangka perluasan kesempatan kerja dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Ketiga, Membangun iklim usaha dan investasi yang kondusif.

Keempat, Meningkatkan promosi potensi unggulan kabupaten Bireuen.

Kelima, Memanfaatkan sumberdaya ekonomi lokal dan lahan terlantar yang melibatkan peran sera masyarakat.

Keenam, Meningkatkan pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir.

Mengacu pada target-target diatas, kebijakan ekonomi daerah tetap diarahkan untuk dapat meningkatkan produksi dan produktivitas pada sektor pertanian dan sektor lainnya sesuai dengan potensi dan karakteristik daerah. Pendekatan dalam pencapaian arah

(5)

PEMERINTAH KABUPATEN BIREUEN BAB III-5 perekonomian tersebut dilakukan dengan menentukan prioritas daerah untuk melaksanakan pembangunan dan peningkatan serta pembenahan infrastruktur, sarana dan prasarana sentra-sentra produksi pertanian, perkebunan, perikanan dan peternakan serta industri, baik industri kecil, menengah maupun besar.

Kabupaten Bireuen yang berada di lintasan jalan Medan – Banda Aceh dan di persimpangan menuju Kabupaten Bener Meriah dan Aceh Tengah serta diapit oleh Kabupaten Aceh Utara dan Kabupaten Pidie Jaya merupakan peluang di bidang perdagangan dan jasa. Potensi perkebunan dan pertanian akan lebih terangkat bila pendekatan agribisnis dilakukan lebih terarah dan terintregrasi dari hulu hingga ke hilir, hal ini merupakan suatu tantangan sekaligus peluang bagi Kabupaten Bireuen. Potensi perikanan tangkap yang sangat besar tetapi belum tergarap secara optimal dikarenakan kurangnya sarana dan prasarana yang tersedia sedangkan budidaya perikanan masih terus berkembang karena banyak jenis ikan yang cocok untuk dibudidayakan dengan lahan yang masih tersedia.

Untuk mempercepat pertumbuhan, pelaksanaan pembangunan ekonomi daerah juga di dorong dengan usaha pemerintah untuk menetapkan/menentukan zona atau kawasan-kawasan percepatan pembangunan ekonomi rakyat dengan dasar keunggulan daerah masing-masing, kemudian akan ditetapkan dengan peraturan daerah atau qanun nantinya. Hal ini selain untuk mengundang penanaman investasi di daerah juga untuk menekan angka pengangguran.

3.2 Arah Kebijakan Keuangan Daerah

Agar dana pembangunan dan penyelenggaraan pemerintahan daerah dapat digunakan efektif dan efisien maka diperlukan kebijakan dalam pengelolaan keuangan daerah. Arah kebijakan berisi uraian tentang kebijakan yang akan dipedomani oleh Pemerintah Daerah dalam mengelola pendapatan daerah, belanja daerah,dan pembiayaan daerah. Tujuan utama kebijakan keuangan daerah adalah bagaimana meningkatkan kapasitas (riil) keuangan daerah dan mengefisiensikan penggunaannya.

3.2.1 Proyeksi Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan

Sesuai dengan ketentuan perundang-undangan, pendanaan penyelenggaraan pemerintahan telah diatur sesuai kewenangan yang diserahkan. Hal tersebut dimaksudkan untuk mencegah tumpang tindih ataupun tidak tersedianya pendanaan pada suatu bidang pemerintahan. Penyelenggaraan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah dibiayai dari APBK, sedangkan penyelenggaraan kewenangan yang menjadi tanggungjawab

(6)

BAB III Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah

dan Kebijakan Keuangan Daerah

|

Arah Kebijakan Keuangan Daerah

6

pemerintah dibiayai dengan APBN, baik kewenangan Pusat yang didekonsentrasikan kepada Gubernur atau dalam rangka tugas pembantuan dan urusan bersama.

Berdasarkan hasil analisis dan perkiraan sumber-sumber pendanaan daerah, selanjutnya dirumuskan kebijakan dibidang keuangan daerah yang terdiri dari kebijakan pendapatan daerah, kebijakan belanja daerah dan kebijakan pebiayaan.

3.2.1.1 Kebijakan Pendapatan Daerah

Pendapatan Daerah menurut PP No. 55 Tahun 2005 dikelompokkan atas:

a) PAD, yaitu pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. PAD pada umumnya terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan yang dipisahkan serta lain- lain PAD yang Sah;

b) Dana Perimbangan, yaitu dana yang bersumber dari dana penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan kepada daerah untuk membiayai kebutuhan daerah. Dana perimbangan terdiri dari dana bagi hasil, dana alokasi umum, dan dana alokasi khusus;

c) Lain-lain. pendapatan daerah yang sah meliputi hibah, dana darurat, DBH pajak dari provinsi kepada kabupaten/kota, dana penyesuaian dan otsus, serta bantuan keuangan dari provinsi atau dari pemda lainnya.

Proyeksi Keuangan daerah adalah perhitungan kemungkinan jumlah penerimaan daerah berasal dari pendapatan dan penerimaan pembiayaan, berdasarkan pertumbuhan realisasi penerimaan daerah yang terjadi selama beberapa tahun sebelumnya dan juga berdasarkan beberapa asumsi yang mempengaruhi pada tahun yang diprediksikan.

Proyeksi Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan menyangkut sumber- sumber pendapatan daerah dapat dilihat pada tabel Realisasi dan Proyeksi/Target Pendapatan Daerah Kabupaten Bireuen Tahun 2009 – 2013 berikut ini:

Tabel 3.2

Realisasi dan Proyeksi/Target Pendapatan Daerah Kabupaten Bireuen Tahun 2009 - 2013

No. U r a i a n

J u m l a h Realisasi Tahun

2009

Realisasi Tahun 2010

Realisasi Tahun 2011

Target Tahun

2012 Proyeksi/Target 2013

1 2 3 4 5 6 7

1. Pendapatan 549.010.122.645 616.706.877.681 706.002.463.481 903.636.908.653 1.024.014.820.491

(7)

BAB III Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah

dan Kebijakan Keuangan Daerah

|

Arah Kebijakan Keuangan Daerah

7

Daerah 1.1 Pendapatan Asli

Daerah 31.701.904.598 9.283.845.762 16.524.715.972 93.988.859.075 113.176.956.114

1.1.1 Pajak Daerah 3.999.055.492 3.449.229.645 7.656.534.056 9.346.215.457 9.446.215.457 1.1.2 Retribusi Daerah 6.499.180.961 2.724.305.040 4.503.749.945 13.936.499.900 16.173.499.900

1.1.3

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan

2.116.535.106 2.136.824.992 2.247.058.296 2.557.240.757 2.557.240.757

1.1.4

Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah

19.087.133.039 973.486.085 2.117..373.675 66.148.902.961 83.500.000.000

1.1.5 Pendapatan

Zakat - - - 2.000.000.000 1.500.000.000

1.2 Dana

Perimbangan 487.197.949.466 493.088.093.646 571.517.515.184 716.646.875.812 808.257.639.651

1.2.1

Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak

48.290.118.466 49.083.827.646 46.752.004.782 52.945.323.812 50.013.579.651

1.2.2 Dana Alokasi

Umum (DAU) 391.960.831.000 392.798.466.000 479.211.510.402 612.599.162.000 699.060.590.000

1.2.3 Dana Alokasi

Khusus (DAK) 46.947.000.000 51.205.800.000 45.554.000.000 51.102.390.000 59.183.470.000

1.3

Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah

30.110.268.581 114.334.938.273 117.960.232.325 93.001.173.766 102.580.224.726

1.3.1 Hibah - 302.100.000 899.000.000 1.971.330.000 944.420.000

1.3.2 Dana Darurat - - - - -

1.3.3

Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan dari Pemerintah Daerah Lainnya

11.788.949.993 6.084.090.727 12.537.887.445 14.573.973.766 14.573.973..766

1.3.4 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus

15.029.126.000 89.799.833.284 104.523.344.880 76.455.870.000 87.061.830.960

1.3.5

Bantuan Keuangan dari provinsi Pemerintah Daerah Lainnya

- 14.000.000.000 - - -

1.3.6 Pendapatan

Lain-lain 3.292.192.588 4.148.914.262 - - -

Jumlah Pendapatan

Daerah 549.010.122.645 616.706.877.681 706.002.463.481 903.636.908.653 1.024.014.820.491

3.2.1.2 Arah Kebijakan Belanja Daerah

Dengan berpedoman pada prinsip-prinsip penganggaran, belanja daerah tahun 2013 disusun dengan pendekatan anggaran berbasis kinerja yang berorientasi pada pencapaian

(8)

BAB III Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah

dan Kebijakan Keuangan Daerah

|

Arah Kebijakan Keuangan Daerah

8

hasil dari input yang direncanakan dengan memperhatikan prestasi kerja setiap SKPK dalam pelaksanaan tugas, pokok dan fungsinya.

Adanya permasalahan dan tantangan pembangunan di Kabupaten Bireuen, maka kebijakan pengelolaan belanja diarahkan kepada peningkatan proporsi belanja yang berpihak untuk kepentingan publik, di samping tetap menjaga eksistensi penyelenggaraan pemerintahan.

Alokasi anggaran belanja daerah harus tetap mengedepankan efisiensi dan efektifitas serta penghematan yang dilakukan dengan cara penganggaran belanja yang mengacu pada penyusunan anggaran berbasis kinerja (Peforman Based Budget) sesuai dengan prioritas program/kegiatan.

Belanja penyelenggaraan urusan wajib yang diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat sebagai upaya memenuhi kewajiban pemerintah daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak. Oleh karena itu alokasi anggaran untuk pelayanan kesehatan, peningkatan mutu pendidikan, pembangunan sarana dan prasarana publik (infrastruktur) tetap menjadi prioritas utama penganggaran, dengan sasaran program/kegiatan yang juga memberi dampak nyata terhadap percepatan pembangunan ekonomi daerah, pengurangan kemiskinan dan pengangguran, serta pemerataan pembangunan diseluruh wilayah di Kabupaten Bireuen.

Pengalokasian angaran untuk penyelenggaraan urusan pilihan terutama diarahkan dalam rangka mendorong pertumbuhan produksi daerah dan nilai tambah yang diperoleh daerah, dengan dampak yang diharapkan terjadinya pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan berkualitas.

Realisasi Belanja di Kabupaten Bireuen beberapa tahun sebelumnya serta rencana pada tahun 2013 dapat dilihat sebagai berikut ;

Tabel 3.3

Realisasi dan proyeksi Belanja Daerah Kabupaten Bireuen Tahun 2009 - 2013

No. U r a i a n

J u m l a h Realisasi

Tahun 2009

Realisasi Tahun 2010

Realisasi

Tahun 2011 Target 2012 Proyeksi 2013

1 2 3 4 5 6 7

2. Belanja Daerah 546.752.264.178 552.295.293.265 699.681.567.274 916.048.488.735 874.510.074.463 2.1 Belanja Tidak Langsung 364.095.373.432 442.977.436.056 502.069.662.821 636.004.404.705 675.892.815.995

2.1.1 Belanja Pegawai 346.656.632.884 410.627.668.636 467.948.751.608 584.364.632.236 624.052.130.422

2.1.2 Belanja Bunga - - - 395.708.334 -

(9)

BAB III Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah

dan Kebijakan Keuangan Daerah

|

Arah Kebijakan Keuangan Daerah

9

2.1.3 Belanja Subsidi - - -

2.1.4 Belanja Hibah 5.196.877.277 14.697.106.260 9.055.401.653 22.591.241.000 5.969.000.000 2.1.5 Belanja Bantuan social 5.851.863.271 15.296.461.160 3.777.800.000 7.123.200.000 14.061.500.000

2.1.6

Belanja Bagi Hasil Kepada Prov/Kab/Kota dan Pemerintahan Desa

6.390.000.000 - - - -

2.1.7

Belanja Bantuan Keuangan Kepada Prov/Kab/Kota dan Pemerintahan Desa

- 15.296.461.160 21.287.709.160 19.729.623.135 29.810.185.573

2.1.8 Belanja Tidak Terduga - - - 1.800.000.000 2.000.000.000

Jumlah Belanja Tidak Langsung 364.095.373.432 442.977.436.056 502.069.662.821 636.004.404.705 675.892.815.995

2.2 Belanja Langsung 182.656.890.746 109.317.857.209 197.611.904.853 280.044.084.030 198.617.258.468

2.2.1 Belanja Pegawai 27.623.114.485 12.613.512.225 18.433.379.650 62.903.978.420 67.320.954.900 2.2.2 Belanja Barang dan Jasa 75.480.184.733 36.559.580.981 67.589.976.397 102.793.248.043 131.415.223.780

2.2.3 Belanja Modal 79.553.591.528 60.144.763.973 111.588.548.806 114.346.857.567 158.296.303.568 Jumlah Belanja Langsung 182.656.890.746 109.317.857.209 197.611.904.853 280.044.084.030 198.617.258.468

Jumlah Belanja Daerah 546.752.264.178 552.295.293.265 699.681.567.274 916.048.488.735 874.510.074.463

3.2.1.3 Arah Kebijakan Pembiayaan Daerah

Pembiayaan daerah merupakan setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya. Pembiayaan daerah tersebut meliputi semua transaksi keuangan untuk menutup defisit atau untuk memanfaatkan surplus.

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, Penerimaan Pembiayaan Kabupaten Bireuen mencakup: Sisa Lebih Perhitungan Tahun Anggaran Sebelumnya (SiLPA); Pencairan dana cadangan; Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan; Penerimaan pinjaman daerah; Penerimaan kembali pemberian pinjaman; Penerimaan piutang daerah.

(10)

BAB III Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah

dan Kebijakan Keuangan Daerah

|

Arah Kebijakan Keuangan Daerah

10

Pengeluaran Pembiayaan daerah mencakup: Pembentukan dana cadangan;Penyertaan modal (investasi) daerah; Pembayaran pokok utang; Pemberian pinjaman daerah. Dan pembiayaan netto merupakan selisih lebih penerimaan pembiayaan terhadap pengeluaran pembiayaan. Jumlah pembiayaan netto setidaknya harus dapat menutup defisit anggaran.

Realisasi beberapa tahun sebelumnya dan perkiraan Penerimaan Pembiayaan, Pengeluaran Pembiayaan, serta Pembiayaan Netto Kabupaten Bireuen dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.4

Realisasi dan proyeksi Pembiayaan Daerah Kabupaten Bireuen Tahun 2010 – 2014

No. U r a i a n

J U M L A H Realisasi

Tahun 2010

Realisasi Tahun 2011

Realisasi Tahun 2012

Proyeksi/Target 2013

Proyeksi/Target 2014

1 2 3 4 5 6 7

3.1

Penerimaan Pembiayaan Daerah

22.283.896.767 35.451.734.395 30.651.968.271 12.910.477.752 16.500.000.000

3.1.1

Sisa Lebih Perhitungan Anggaran tahun Sebelumnya (SiLPA)

22.283.896.767 18.262.652.446 14.276.520.680 12.910.477.752 16.500.000.000

3.1.2 Pencairan Dana

Cadangan - - - - -

3.1.3

Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

- - - - -

3.1.4 Penerimaan

Pinjaman Daerah - 13.000.000.000- 16.375.447.590 - -

3.1.5

Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah

- - - - -

3.1.6 Penerimaan Piutang

Daerah - - - - -

Jumlah Penerimaan

Pembiayaan 22.283.896.767 36.451.734.395 30.651.968.271 12.910.477.752 16.500.000.000

3.2

Pengeluaran Pembiayaan Daerah

18.638.705.285 27.121.272.291 18.240.388.189 4.000.000.000 -

3.2.1 Pembentukan Dana

Cadangan - - - - -

3.2.2 Penyertaan Modal

(Investasi) 1.000.000.000 - - 1.000.000.000 -

3.2.3 Pembayaran Pokok

Hutang 17.563.285.000 27.121.272.291 18.240.388.189 3.000.000.000 -

3.2.4 Pemberian Pinjaman

Daerah - - - - -

Jumlah Pengeluaran 18.638.705.285 27.121.272.291 18.240.388.189 4.000.000.000 -

(11)

BAB III Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah

dan Kebijakan Keuangan Daerah

|

Arah Kebijakan Keuangan Daerah

11

Pembiayaan

Jumlah Pembiayaan Netto -4.611.795.059 20.992.642.878 7.955.624.473 8.910.477.752 16.500.000.000

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil Gambar 4.6 diketahui bahwa pada grafik secara visual terdapat 5 eigen value atau 5 faktor yang terbentuk dari variabel nilai rapor mata

Permasalahan yang terjadi saat ini adalah besaran aktual tonnage produksi dari masing produk ditentukan hanya berdasarkan besaran keuntungan dari masing – masing jenis

Sebagai salah satu kota yang menjadi hinderland Ibukota Jakarta, kota Bogor telah mendapat limpahan penduduk beserta segala kebutuhan lahan untuk tempat tinggalnya. Limpahan ini

Karenanya, luas wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya di wilayah Kota Singkawang masih bisa mendekati 70% dari luas wilayah kota atau sekitar 40.000 Ha

Gambar 1 menunjukkan jumlah peserta didik kelas X TKJ/MM sebanyak 27 orang. Hasil pada gambar tersebut menunjukkan, rata-rata nilai keterampilan menulis teks

sabar a 1 tahan menghadapi cobaan (tidak lekas marah, tidak lekas putus asa, tidak lekas patah hati); tabah: hidup ini dihadapinya --; 2 tenang; tidak tergesa-gesa; tidak

Keadaan tersebut didukung dengan hasil penelitian produktivitas kerja, dengan jumlah (N) 34 diperoleh hasil : (a). yang perolehan variabel produktivitas de- ngan jumlah karyawan

Kedua, output (hasil) hisab kitab Maslak al-Qāṣid ilā „Amal ar-Rāṣid tidak terpaut jauh dengan Ephemeris Hisab Rukyat. Perbedaan tersebut berasal dari perbedaan sumber