• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB. V KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KOTA SINGKAWANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB. V KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KOTA SINGKAWANG"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

(kota singkawang)

pt. trias erisko konsultan

V-1

BAB. V

KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN

KOTA SINGKAWANG

5.1. ARAHAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA SINGKAWANG

Arahan rencana tata ruang wilayah (RTRW) Kota Singkawang tertuang dalam Perda RTRW Kota Singkawang Tahun 2012-2032 No. 3 Tahun 2012, dan penjelasannya adalah sebagai berikut :

5.1.1. Rencana Struktur Ruang Wilayah Kota Singkawang

Rencana struktur ruang wilayah Kota Singkawang ini terdiri rencana sistem pusat-pusat kegiatan, rencana sistem jaringan prasarana utama yang berupa rencana sistem transportasi, dan rencana sistem jaringan prasarana lainnya yang mencakup jaringan energi, telekomunikasi, sumber daya air, dan infrastruktur perkotaan.

5.1.1.1. Sistem pusat-pusat pelayanan kegiatan

Berdasarkan kebijakan dan strategi di atas serta kajian terhadap keterkaitan fungsional antarkawasan, dan pertimbangan berdasarkan hasil-hasil analisis sebagaimana telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, maka pusat-pusat pelayanan kegiatan di wilayah Kota Singkawang yang luasnya sekitar 610 km²adalah sebagai berikut :

(1) Pusat Pelayanan Kota yang meliputi seluruh Kecamatan Singkawang Tengah, sebagian dari Kecamatan Singkawang Barat, dan sebagian dari Kecamatan Singkawang Selatan yang berfungsi sebagai pusat kegiatan pemerintahan, perdagangan dan jasa, pusat pelayanan pendidikan dan kesehatan, serta simpul transportasi darat.

(2)

(kota singkawang)

pt. trias erisko konsultan

V-2

(2) Subpusat Pelayanan Kota yang terletak:

a. di Kelurahan Sedau sebagai pusat kegiatan industri, subpusat perdagangan, dan simpul transportasi laut,

b. di koridor jalan arteri primer menuju bandar udara yang berdekatan dengan kawasan bandar udara yang berfungsi sebagai subpusat perdagangan dan simpul transportasi udara,

c. di Kelurahan Pajintan yang berfungsi sebagai subpusat perdagangan, d. di Kelurahan Setapuk Besar yang berfungsi sebagai subpusat perdagangan, e. di Kelurahan Bagak Sahwa yang berfungsi sebagai subpusat perdagangan, dan f. di Kelurahan Sagatani yang berfungsi sebagai subpusat perdagangan.

(3) Pusat Lingkungan yang terletak di Lirang, Pakunam, Sakok, Nyarungkop, Mayasopa, Sungai Garam, Naram, dan di Gayung Bersambut.

Penetapan pusat-pusat pelayanan kegiatan juga disertai dengan penetapan kawasan primer dan kawasan sekunder (I hingga III) yang ditujukan untuk penentuan fungsi dari jalan sekunder yang menghubungkan antarkawasan di wilayah Kota Singkawang sebagaimana diatur berdasarkan PP No. 34/2006 tentang Jalan.

(3)

(kota singkawang)

pt. trias erisko konsultan

V-3

5.1.1.2. Sistem jaringan transportasi

Rencana sistem jaringan transportasi Kota Singkawang terdiri dari penetapan simpul transportasi dan sistem jaringan jalan. Simpul transportasi yang dimaksud adalah bandara, pelabuhan, dan terminal.

5.1.1.2.1. Bandara

Bandara Singkawang direncanakan berlokasi di Jalan Penkam Kelurahan Pangmilang Kecamatan Singkawang Selatan dengan sumbu landas pacu yang mempunyai azimuth 90o00’1,187‖ dimana ujung barat landasan pacunya berjarak sekitar 700 m dari Pawon

Tiga (batas alam antara Kelurahan Pangmilang dengan Desa Karimunting). Landasan pacu Bandara Singkawang ini berjarak 6 km dari garis pantai dan memiliki elevasi dasar 8 m di atas permukaan laut rata-rata (msl; mean sea level) dengan koordinat geografis sebagai berikut :

a. Ujung barat as landasan: 0o 46’ 54,958‖ LU dan 108o 55’ 44,582‖ BT

b. Ujung timur as landasan: 0o 46’ 54,949‖ LU dan 108o 56’ 29,842‖ BT

Pada tahap awal, Bandara Singkawang dibangun sebagai bandara pengumpan (spoke) dengan panjang landasan pacu 1.400 meter. Dalam kondisi seperti ini, Bandara Singkawang dapat melayani penerbangan pesawat seperti ATR 42-500 (46-48 penumpang), ATR 72-500 (64-68 penumpang), dan Fokker 50 (58 penumpang). Pada akhir masa rencana, bandara tersebut direncanakan menjadi bandara pengumpul dengan panjang landasan pacu 2,6 km.Pengembangan landasan pacu dapat dilakukan dengan penambahan panjang ke arah timur sekitar 800 meter dan ke arah barat sekitar 400 meter.

Oleh karena diawali dengan penetapannya sebagai bandara pengumpan, maka pada tahap awal, rute yang dilayani Bandara Singkawang dapat dimulai dengan rute pengumpan yang berfungsi sebagai penunjang rute utama yang menghubungkan:

a. bandara pengumpul dengan bandara pengumpan (Bandara Singkawang). b. antarbandara pengumpan (misalnya ke Sampit, dan ke Natuna).

Untuk memaksimalkan fungsi bandara dan percepatan pencapaian prasyarat untuk peningkatannya, perlu diupayakan insentif untuk tumbuhnya usaha angkutan udara niaga tidak berjadwal seperti kargo, penumpang rombongan tertentu (affinity group), atau penumpang yang dikumpulkan untuk melakukan perjalanan dalam bentuk paket.

(4)

(kota singkawang)

pt. trias erisko konsultan

V-4

Pemegang izin usaha angkutan udara niaga tak berjadwal dapat melakukan kegiatan angkutan udara niaga tidak berjadwal dalam negeri dan atau luar negeri. Dalam keadaan tertentu, pemegang izin usaha angkutan udara niaga tidak berjadwal dapat melakukan usaha angkutan udara niaga berjadwal, apabila adanya kebutuhan kapasitas pada rute tertentu (Pontianak-Jakarta misalnya), tidak dapat dipenuhi atau tidak dilayani oleh perusahaan angkutan udara niaga berjadwal (Kepmenhub No. KM 11/2001 tentang Penyelenggaraan Angkutan Udara pasal 34 dan 35).

Agar bandara dapat beroperasi sesegera mungkin saat selesai dibangun, maka perlu segera dilakukan kegiatan merendahkan puncak dari G. Ulu Sedau yang pelaksanaannya harus diintegrasikan dengan berbagai kegiatan pembangunan yang membutuhkan proses penimbunan di antaranya pembangunan landasan pacu dan jalan akses ke bandara serta pembangunan infrastruktur transportasi lainnya.

5.1.1.2.2. Pelabuhan laut

Berdasarkan pertimbangan untuk kemudahan pengembangan pelabuhan dengan prasyarat kondisi teknis yang terlindung dari gelombang dan untuk percepatan pertumbuhan kegiatan perekonomian kota, Kota Singkawang direncanakan memiliki pelabuhan nasional yang dikembangkan di dua lokasi dalam satu sistem pengelolaan yaitu Pelabuhan Kuala sebagai pelabuhan eksisting dan Pelabuhan Sedau sebagai pelabuhan pengembangan yang ditujukan untuk melayani kegiatan pelayaran lintas provinsi dan internasional.

Pengembangan pelabuhan di Sedau dimaksudkan untuk menunjang kelancaran kegiatan perekonomian di wilayah Kota Singkawang dalam rangka mendukung upaya mewujudkan visi pembangunan Kota Singkawang tahun 2008-2027 yaitu Singkawang Maju Sejahtera Berbasis Jasa, Perdagangan, dan Agroindustri khususnya menjadi sentra produksi vital dalam lingkup provinsi Kalimantan Barat yang berbasis agroindustri. Pengembangan pelabuhan di Sedau ditujukan sebagai penunjang untuk percepatan kegiatan produksi serta perdagangan dan jasa di wilayah Kota Singkawang dan sekitarnya yang perlu dukungan pelabuhan yang bebas dari kemungkinan ancaman bahaya kenaikan muka air laut.

Pelabuhan Sedau direncanakan berfungsi untuk melayani angkutan bahan baku, hasil produksi dan peralatan penunjang produksi sendiri dalam jumlah besar dan jangkauan pelayanan nasional/internasional, tingkat keselamatan pelayaran tinggi dengan teknologi tinggi, serta berperan dalam perkembangan ekonomi secara nasional. Kedalaman di depan dermaga di pelabuhan tersebut.direncanakan lebih dari6 m LWS (low water spring; kedalaman air pada saat air pasang terendah) atau lebih. Pelabuhan ini pada akhir masa rencana diharapkan berkembang hingga menjadi pelabuhan utama di Kota

(5)

(kota singkawang)

pt. trias erisko konsultan

V-5

Singkawang.Dalam masa rencana, Pelabuhan Kuala tetap difungsikan untuk melayani angkutan pelayaran rakyat dan angkutan pelayaran perintis.

Peta 5.2. Peta sistem jaringan transportasi Kota Singkawang

5.1.1.2.3. Terminal angkutan umum penumpang

Berdasarkan sebaran dan karakteristik pusat-pusat permukiman di dalam wilayah kota, di sekitar pinggiran kota (dalam radius 20km), serta yang jauh di luar wilayah kota (radius lebih dari 25m), terminal angkutan penumpang di wilayah Kota Singkawang pada masa rencana terdiri dari :

a. Satu terminal penumpang tipe A dengan memfungsikan Terminal Induk dengan perluasan area (dengan desain baru atau penataan ulang) ke arah barat yang berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan antarkota antarprovinsi (AKAP) dan/atau angkutan lintas batas negara (ALBN), angkutan antarkota dalam provinsi (AKDP), angkutan kota, dan angkutan pedesaan. Luas kawasan terminal tersebut adal 5 Ha (luas minimal 3 Ha).

b. Satu terminal penumpang tipe B di pusat kota, yakni Terminal Pasiran. c. Lima terminal penumpang tipe Cyang terdiri atas:

(6)

(kota singkawang)

pt. trias erisko konsultan

V-6

 satu terminal yang merupakan pengembangan yaitu Terminal Beringin di Kecamatan Singkawang Tengah.

 empat terminal yang merupakan pembanguan baru di kawasan pinggiran kota, yakni di Lirang, Pajintan, Bagak Sahwa, dan Setapuk Besar.

Untuk memfungsikan Terminal Induk (terminal di Jalan Alianyang) sebagai terminal penumpang tipe A, perlu ditunjang dengan upaya berikut:

a. Difungsikan untuk trayek jarak jauh terutama yang jumlahnya relatif masih sedikit yaitu trayek LBN (lintas batas negara) dan AKAP (antarkota antarprovinsi), dan AKDP (antarkota dalam provinsi) di antaranya trayek ke Pontianak, Ngabang, Entikong, Sekadau, Sintang, Nanga Pinoh, Semitau, dan Ketapang.

b. Memberikan peluang terbaginya trayek Singkawang-Sambas, Singkawang-Kartiasa, dan trayek lainnya untuk terbagi ke terminal Alianyang dengan disertai insentif untuk trayek antara Terminal Alianyang dengan Terminal Beringin yang melewati kawasan sekitar Terminal Pasiran.

c. Memberikan peluang terselenggaranya pelayanan angkutan bis malam.

d. Desain ulang terminal (baik dalam hal luas, tata letak, tata pemanfaatan bangunan, fasilitas penunjang, serta pelebaran rumija atau perubahan jalan akses / jalan masuk khususnya dari arah barat hingga ke Jalan Ratu Sepudak) sehingga menciptakan kenyamanan bagi pengemudi serta kondisi dan suasana yang kondusif bagi penumpang terutama rasa aman dan nyaman seperti melengkapinya dengan pos polisi, minimarket 24 jam, tempat atau ruang tunggu yang nyaman, dan hiburan yang sesuai.

Terminal Pasiran dan Beringin masih merupakan lokasi strategis bagi tujuan pepergian karena kedua terminal tersebut melayani penduduk yang pada umumnya mengadakan pepergian ke Kota Singkawang dengan tujuan ke tempat-tempat kegiatan perdagangan dan jasa yang keberadaannya membutuhkan batas ambang (threshold) jumlah penduduk pendukung yang relatif tinggi seperti perdagangan alat-alat mesin, perdagangan grosir, dan jasa reparasi. Hal ini ditunjukkan dengan sedikitnya jumlah trayek Singkawang-Pemangkat. Fungsi dan peran Kota Singkawang sebagai pusat pelayanan regional sebagai tarikan pepergian (trip attraction) harus ditingkatkan dengan peningkatan pelayanan kedua terminal tersebut.

(7)

(kota singkawang)

pt. trias erisko konsultan

V-7

Untuk mengantisipasi meningkatnya jumlah armada sehingga melebihi daya daya tampung kedua terminal tersebut, perlu segera dikaji upaya memfungsikan Terminal Alianyang dengan memberikan insentif untuk trayek yang melayani hubungan antara kawasan Terminal Berigin, kawasan Terminal Pasiran, dan Terminal Induk, serta pemindahan trayek antarkota jarak jauh (lebih dari 100 km) atau untuk tujuan selain Kabupaten Sambas dan Bengkayang.

5.1.1.2.4. Sistem jaringan jalan

Jalan yang direncanakan dalam revisi RTRW Kota Singkawang ini adalah jalan umum, baik terhadap jalan yang sudah ada (berkaitan dengan penetapan fungsinya) maupun jalan baru yang direncanakan pembangunannya, dan jalan khusus yang direncanakan menjadi jalan umum. Jalan yang direncanakan dikelompokkan dalam sistem jaringan jalan, fungsi jalan, status jalan, dan kelas jalan. Berikut uraian mengenai recana sistem jaringan jalan di wilayah Kota Singkawang.

5.1.1.2.4.1. Sistem jaringan dan fungsi jalan

Rencana jaringan jalan di wilayah Kota Singkawang menurut sistem jaringan dan fungsinya yang terdiri dari arteri primer, kolektor primer, lokal primer, arteri sekunder, dan kolektor sekunder (catatan, penentuan jalan lokal sekunder atau jalan lingkungan sekunder ditetapkan lebih lanjut dalam RDTRK, agar dihasilkan perencanaan sistem jaringan jalan lokal yang sangat efektif dan efisien dalam melayani lalu lintas perkotaan).

Sebagai jaringan jalan utama, yaitu : a.jalan arteri primer, meliputi:

1. Jalan Raya Sedau, 2. Jalan Ratu Sepudak, dan

3. Rencana jalanBy Pass yang menghubungkan Lirang, Kuala, dan Jalan Ratu Sepudak di Kelurahan Sungai Garam Hilir.

b.jalan kolektor primer, meliputi:

1. Rencana jalanLingkar Selatan yang menghubungkan Kelurahan Pasiran dan KelurahanRoban,

2. Rencana jalan Lingkar Utara yang menghubungkan Kelurahan Sungai Garam, KelurahanBukit Batu, dan Kelurahan Roban, dan

3. Jalan Sudirman; Jalan Raya Pajintan – Jalan Raya Nyarungkop – Jalan Raya Bagak Sahwa.

(8)

(kota singkawang)

pt. trias erisko konsultan

V-8

c.jalan lokal primer, meliputi:

1. Jalan Demang Akub, 2. Jalan Raya Mayasopa,

3. Jalan yang menghubungkan Sagatani dengan Kecamatan Monterado Kabupaten Bengkayang,

4. Jalan Lapangan Tembak, dan

5. Rencana jalanyang menghubungkan Pangkalan Batu (di Kelurahan Sagatani)dengan batasDesaKarimunting(Kabupaten Bengkayang).

d.jalan arteri sekunder, meliputi: 1. Jalan Ahmad Yani,

2. Rencana jalan yang menghubungkan Jalan Ahmad Yani dengan Jalan Sudirman, 3. Jalan Jendral Sudirman, dan

4. Jalan Ratu Sepudak yang menghubungkan Jalan Jenderal Sudirman dengan Jalan Alianyang.

e.jalan kolektor sekunder . 5.1.1.2.4.2. Status jalan

Menurut statusnya, jalan yang ada di wilayah Kota Singkawang dibedakan menjadi jalan nasional, jalan provinsi, dan jalan kota. Jalan nasional adalah jalan yang menghubungkan Pontianak-Sambas (250 km) dan jalan arteri primer menuju Bandara Singkawang (7 km dari Marhaban). Sedangkan jalan provinsi adalah jalan kolektor primer ke Bengkayang (termasuk jalan lingkar dalam) dan jalan elak (by pass) Sungai Sinjun—Bandara (direncanakan sebagai jalan strategis provinsi). Jalan by pass Sungai Sinjun—Bandara merupakan jalan alternatif untuk menghindari kegiatan latihan militer di kawasan pasir panjang.

5.1.1.2.4.3. Kelas jalan

Kelas jalan dikelompokkan berdasarkan:

a. Penggunaan jalan dan kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan, yang diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang lalu lintas dan angkutan jalan, yaitu klasifikasi jalan berdasarkan muatan sumbu terberat (MST) dan karakteristik lalu lintas; dan

b. Spesifikasi penyediaan prasarana jalan, yang membedakan menjadi empat macam yaitu: jalan bebas hambatan, jalan raya, jalan sedang, dan jalan kecil.

(9)

(kota singkawang)

pt. trias erisko konsultan

V-9

Berdasarkan klasifikasi jalan menurut spesifikasi penyediaan prasarana jalan, maka pada akhir masa rencana di wilayah Kota Singkawang terdapat jalan bebas hambatan (free way), jalan raya (high way), jalan sedang (road), dan jalan kecil (street).Berdasarkan RTRWN, jalan Singkawang-Pontianak adalah jalan bebas hambatan. Karenanya, rumija jalan tersebut adalah 30 meter. Jalan arteri primer yang menghubungkan Singkawang-Sambas direncanakan sebagai jalan raya dengan rumija (jarak antar pagar yang berhadapan) selebar 25 meter.

5.1.1.3. Sistem prasarana lain

Sistem prasarana yang lain adalah meliputi : drainase, air minum, energi, telekomunikasi dan akhir sampah.

5.1.1.3.1. Sistem jaringan drainase

Berdasarkan pola aliran sungai/kanal yang ada, wilayah Kota Singkawang direncanakan terbagi menjadi dari empat sistem jaringan drainase (lihat Tabel 3.2). Adapun rencana pengembangan yang diprioritas untuk setiap sistem drainase adalah sebagai berikut:

a. Sistem Selakau-Senggang. Pada sistem tersebut direncanakan pembangunan Kanal Batas Kota antara Semelagi Kecil dan Semelagi Kecil untuk penanggulangan banjir di daerah hulu Semelagi Kecil.

b. Sistem Singkawang-Garam. Pada sistem tersebut direncanakan pembangunan Terusan Sungai Wie hingga ke Bukit Batu untuk penanggulangan banjir di Kelurahan Bukit Batu dan Condong. Selain itu juka dilaksanakan normalisasi atau pelebaran Terusan S. Cabang Tiga ke kaki G. Sari bagian utara.

c. Sistem Jamthang-Sedau. Pada sistem tersebut direncanakan pembangunan saluran penghubung Sungai Sakok-Sungai Jamthang untuk penanggulangan banjir di daerah timur jembatan S. Sakok. Selain itu juga direncanakan pembangunan Kanal Bantu untuk pembuangan dari bagian hulu S. Sedau ke Muara S. Jamthang untuk penanggulangan banjir di daerah timur jembatan S. Sedau. Selanjutnya adalah pembangunan saluran yang merupakan Batas Kota antara Sedau dan Karimunting yang juga berfungsi membantu pengaliran air limpasan dari DAS Sedau. Saat ini belum ada batas pasti di lapangan antara Sedau dan Karimunting di daerah hulu Sungai Merah. d. Sistem Raya. Pada sistem tersebut direncanakan normalisasi S. Air Mati dan S. Seluang

untuk penanggulangan banjir di daerah Sagatani. Selain itu juga direncanakan pembangunan kanal untuk pengalihan aliran limpasan dari daerah PETI (kawasan hulu

(10)

(kota singkawang)

pt. trias erisko konsultan

V-10

DAS Raya) agar tidak masuk ke Danau Sarantangan. Air di Danau Sarantangan saat ini terkontaminasi oleh air limbah dari daerah PETI. Selanjutnya adalah pembangunan saluran yang merupakan Batas Kota antara Sagatani dengan Sungai Raya, Rukmajaya, Goa Boma, dan Rantau. Saat ini belum ada batas pasti di lapangan untuk daerah perbatasan tersebut.

Tabel 5.1.Sistem drainase primer dan sekunder utama Kota Singkawang

No. SISTEM DRAINASE DAS SALURAN DRAINASE PRIMER SALURAN DRAINASE SEKUNDER UTAMA

1. Selakau-Senggang (26.256 Ha; 43,04%)

Selakau S. Selakau, Kanal Batas Semelagi (baru), S. Semelagi Kecil, S. Setapuk Besar, S. Setapuk Kecil, S. Rasau,

Kanal Selakau-Kulor, S. Senggang, S. Airhitam, S. Airputih, S. Jepang, S. Kokop, S. Tangket, S. Mentoman, S. Perintok, dan S. Sepangkai.

2. Singkawang-Garam (10.129 Ha; 16,60%)

Singkawang S. Bulan, S. Nangka, S. Garam, S. Wie dan terusannya (hingga ke Bukit Burung), S. Singkawang, serta S. Cabang Tiga dan terusannya (hingga ke kawasan Jl. G. Sari). Kanal Kulor-Selakau, S. Sinam, 3. Jamthang-Sedau (12.874 Ha ; 21,11%) Jamthang, Sedau, Merah

S. Sakok. S. Jamthang, Kanal Jimban-Sedau (baru), S. Jimban-Sedau, serta S. Merah dan terusannya (merupakan kanal batas kota hingga ke Pawon Tiga).

S. Sempalit, S. Pasi, dan S. Acoi.

6. Raya

(11.741 Ha; 19,25%)

Raya S. Airmati (hingga ke D. Sarantangan). S. Adung, S. Pangsek, S. Seluang, S. Kencana, S. Sagatani, dan S. Pinang.

(11)

(kota singkawang)

pt. trias erisko konsultan

V-11

Peta 5.3. Peta rencana sistem jaringan distribusi air minum, lokasi intakeKota Singkawang

5.1.1.3.2. Sistem jaringan air minum

Hingga pada tahun 2008, intake air baku untuk melayani ketersediaan air minum bagi penduduk Kota Singkawang yang beroperasi selama 24 jam berjumlah 10 unit dengan jumlah produksi total sebesar 265 liter/detik. Namun, pada musim kemarau, produksi dari kesepuluh intake tersebut hanya 19 liter/detik. Adapun intake Seluang yang merupakan intake air baku (bukan air bersih) yang bersumber dari S. Selakau hanya memiliki kapasitas terpasang sebesar 100 liter/detik. Sedangkan intake Hangmoi Irigasi hanya kapasitas 20 liter/detik. Sementara itu, sebagaimana diuraikan pada Buku Analisis, pada akhirmasarencana dibutuhkan pendistribusian air bersih sekitar 500 liter/detik untuk penduduk Kota Singkawang. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, perlu segera dikaji kelayakan pembangunan intake S.Sekabu (diintegrasikan dengan intake Eria), intake S. Sagatani (gravitasi), dan intake D. Sarantangan (air baku). Selain itu, juga perlu distudi kemungkinan pembangunan waduk di muara S. Tangket di S. Kokop (batas antara Kelurahan Nyarungkop dan Mayasopa). Memperhatikan kestabilan produksi intake Poteng, perlu pengkajian secara cermat untuk redesain atau pembangunan intake-intake lainnya agar ketersediaan air bersih pada musim kemarau tetap terjaga. Intake-intake yang perlu dikaji untuk diredesain terutama adalah intake Bagak dan intake Eria.

(12)

(kota singkawang)

pt. trias erisko konsultan

V-12

Tabel 5.2.Intake air bersih gravitasi di wilayah Kota Singkawang

No Lokasi Tahun Ter-bangun Ele-vasi (m) Kapasitas Intake (ltr/det) Diameter Intake, Kapasitas Terpang (ltr/det) Prod. (ltr/det) Idle Lt/det % 1. Pangmilang (G. Apui) 2002 150 20 150 15 10 5 33,33 2. Sijangkung Pasqua 1992 90 5 75 5 5 0 - 3. Sijangkung Bagyo 2000 181 20 150 7 7 0 - 4. Hangmoi II (Subarang) 2002 120 20 150 15 10 5 33,33 5. Hangmoi I (Parong) 1993 185 20 150 20 20 0 -

6. Hangmoi III (Parong) 2000 185 20 250 24 20 4 16,66

7. Poteng 1927 204 10 100 20 5 5 75

8. Eria 1976 26 100 400 80 80 0 -

9. Bagak Sahwa 1992 34 5 75 5 5 0 -

10. Teluk Mak Jantu 1997 52 20 150 3 3 0 -

Jumlah 310 294 265 19 9,86

Pada masa rencana, kawasan di sekitar intake harus dipelihara sedini mungkin untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan permasalahan yang akan muncul di masa mendatang terutama terganggunya kualitas air pada sumber-sumber air baku. Kawasan-kawasan yang perlu diamankan kualitas lingkungannya dalam rangka menjaga ketersediaan air baku yang memadai dengan kualitas yang baik pada masa mendatang meliputi Kawasan Cagar alam dan Kawasan RTH yang ditetapkan Hutan Kota tipe perlindungan daerah rawan longsor.Dalam pengembangan kawasan-kawasan tersebut, harus didasarkan pada pentingnya pengamanan kuantitas dan kualitas sumber air baku dan keunggulan komparatif wilayah Kota Singkawang dalam hal daya dukung lingkungan dan sumberdaya alam bila dibandingkan dengan wilayah lainnya, khususnya di Kalimantan Barat. Pada kawasan tersebutdiarahkan pengembangan secara intensif kegiatan pertanian yang mempunyai keunggulan komparatif yang tinggi (khususnya hortikultura) di samping untuk kegiatan penelitian dan ilmu pengetahuan. Pada kawasan tersebut juga diharapkan dapat dikembangkan arboretum dan dibangun herbarium yang menjadi pusat wisata pengetahuan dengan kelengkapan berbagai jenis flora. Adapun kegiatan pertanian di kawasan yang telah ditetapkan sebagai RTHKota diupayakan dilakukan dengan sistem wanatani (agroforestry).

(13)

(kota singkawang)

pt. trias erisko konsultan

V-13

Untuk memudahkan pendistibusian air bersih secara gravitasi (agar murah dan lancar), perlu diamankan lokasi potensial untuk pembangunan reservoar terutama lokasi sebagai berikut :

a. Bukit Jimban atau Ha Sak Kok (antara Sedau dengan G. Jamthang) dengan kapasitas lebih dari 100 m², untuk memaksimalkan pelayanan di Kecamatan Singkawang Selatan bagian barat.

b. Mungguk yang terletak di hulu S. Garam dengan kapasitas lebih dari 100 m², untuk pelayanan Kecamatan Singkawang Utara.

Mungguk di sebelah selatan IPA (instalasi pengolahan air bersih) di Jalan Tirtasari dengan kapasitas lebih dari 500 m², untuk pelayanan Kecamatan Singkawang Barat dan Kecamatan Singkawang Tengah.

5.1.1.3.3. Sistem jaringan energi

Pada masa rencana, penyediaan energi listrik di wilayah Kota Singkawang dilayani dengan sistem jaringan listrik interkoneksi dengan SUTT (saluran udara tegangan tinggi) 150 KV dimana sumber pembangkit berasal dari PLTU Tanjung Gondol (Kabupaten Bengkayang) dan Wajok (Kabupaten Pontianak). Dengan adanya sistem interkoneksi tersebut, maka PLTD Sei Wie direncanakan hanya sebagai pembantu jika terjadi gangguan yang tak terduga. Jaringan listrik SUTT ini melintasi dari batas selatan hingga ke batas utara wilayah Kota Singkawang.Untuk keamanan operasi penerbangan di kawasan keselamatan operasi penerbangan (KKOP) di sekitar Bandara Singkawang, jaringan SUTT ini direncanakan berjarak lebih dari 1 km ke arah luar dari garis horizontal dalam (inner horizontal) berdasarkan landasan pacu yang direncanakan. Untuk keamanan kegiatan perkotaan, pada jalur yang dilintasi SUTT ini direncanakan jalur hijau selebar 40 m (20 meter dari as jalur SUTT).

5.1.1.3.4. Sistem jaringan telekomunikasi

Sejalan dengan perkembangan kebutuhan akan pelayanan sistem telekomunikasi melalui telepon, pada masa rencana diperlukan upaya agar seluruh penduduk di wilayah Kota Singkawang terlayani jaringan telepon dengan baik. Untuk itu, perlu dibangun menara BTS (Base Transceiver Station) secara optimal agar sarana telepon seluler dapat berfungsi dengan baik di seluruh pelosok wilayah Kota Singkawang. Pembangunan menara ini dapat dilaksanakan oleh penyelenggara telekomunikasi, penyedia menara, dan/atau kontraktor menara baik BUMN ataupun pihak swasta. Dalam pembangunannya, menara

(14)

(kota singkawang)

pt. trias erisko konsultan

V-14

telekomunikasi ini harus mematuhi ketentuan mengenai Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP). Selain itu, menara harus dilengkapi dengan sarana pendukung antara lain pentanahan (grounding), penangkal petir, catu daya, lampu halangan penerbangan (aviation obstruction light), dan marka halangan penerbangan (aviation obstruction marking).

Peta 5.4. Peta rencana sistem jaringan sumber daya air dan jaringan drainase Kota Singkawang

Demi efisiensi dan keefektifan penggunaan ruang, maka menara harus digunakan secara bersama sebagaimana diatur dalam Permenkominfo No. 02/PER/M.KOMINFO/3/2008 tentang Pedoman Pembangunan dan Penggunaan Menara Bersama Telekomunikasi. Hal yang harus diperhatikan dalampenggunaan menara bersama ini adalah bahwa penyelenggara telekomunikasi dilarang menimbulkan interferensi yang merugikan. Selain itu, Pemerintah Daerah harus memperhatikan ketentuan hukum tentang larangan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat dalam pembangunan Menara pada wilayahnya. Karenanya, penyelenggara telekomunikasi atau penyedia menara yang memiliki menara, atau pengelola menara yang mengelola menara, harus memberikan kesempatan yang sama tanpa diskriminasi kepada para penyelenggara telekomunikasi lain untuk menggunakan menara miliknya secara bersama-sama sesuai kemampuan teknis menara.

Dalam penyelenggaraan menara bersama ini, Pemerintah Daerah harus menyusun pengaturan penempatan lokasi menara sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku dan harus mempertimbangkan aspek–aspek teknis dalam penyelenggaraan

(15)

(kota singkawang)

pt. trias erisko konsultan

V-15

telekomunikasi dan prinsip-prinsip penggunaan Menara Bersama. Pengaturan penempatan lokasi menara ini harus dilakukan dengan mekanisme yang transparan dan dengan melibatkan peran masyarakat dalam menentukan kebijakan untuk penataan ruang yang efisien dan efektif demi kepentingan umum. Adapun prinsip-prinsip penggunaan menara bersama ini adalah:

o Penyelenggara Telekomunikasi yang memiliki Menara, Penyedia Menara dan/atau Pengelola Menara harus memperhatikan ketentuan hukum tentang larangan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.

o Penyelenggara Telekomunikasi yang memiliki Menara, Penyedia Menara dan/atau Pengelola Menara harus menginformasikan ketersediaan kapasitas Menaranya kepada calon pengguna Menara secara transparan.

Penyelenggara Telekomunikasi yang memiliki Menara, Penyedia Menara, dan/atau Pengelola Menara harus menggunakan sistem antrian dengan mendahulukan calon pengguna Menara yang lebih dahulu menyampaikan permintaan penggunaan Menara dengan tetap memperhatikan kelayakan dan kemampuan.

Ketentuan-ketentuan mengenai penggunaan Menara Bersama sebagaimana diuraikan di atas tidak berlaku untuk:

a. Menara yang dibangun pada daerah-daerah yang belum mendapatkan layanan telekomunikasi atau daerah-daerah yang tidak layak secara ekonomis.

b. Menara yang digunakan untuk keperluan Jaringan Utama, yaitu bagian dari jaringan infrastruktur telekomunikasi yang menghubungkan berbagai elemen jaringan telekomunikasi yang berfungsi sebagai Central Trunk, Mobile Switching Center (MSC) dan Base Station Controller (BSC).

Berkenaan dengan keberadaan Bandara Singkawang, maka stasiun pemancar komersial (sepereti TV dan radio FM) tidak diperkenankan berlokasi dalam radius 1 NM (nautical mile; dalam Standard-International setara dengan 1.853,18 meter, dalam navigasi setara dengan 1.852 meter) dari fasilitas komunikasi Bandara.

5.1.1.3.5. Tempat pemrosesan akhir sampah

Tempat pemrosesan akhir (TPA) sampah adalah tempat untuk memroses dan mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman bagi manusia dan

(16)

(kota singkawang)

pt. trias erisko konsultan

V-16

lingkungan(menurut UU No. 18/2008 tentang Pengelolaan Sampah). Di wilayah Kota Singkawang, direncanakan dibangun TPA regional di Jalan Caicai; Areal TPA yang tergambar sudah termasuk sabuk hijau/zona inti). Luas area untuk TPA ini direncanakan seluas 40 Ha. Pada saat dioperasikannya TPA tersebut pada masa rencana, maka TPA yang digunakan pada saat ini (TPA Sampah Wonosari) tidak difungsikan lagi dan dapat dialihfungsikan menjadi RTH.Berkaitan dengan keberadaan TPA Sampah Regional tersebut, maka di kawasan perbatasan antara Kelurahan Roban dan Pajintan perlu ditetapkan RTH Hutan Kota dalam masa rencana yang berfungsi sebagai kawasan penyangga TPA Sampah.Teknik pemrosesan sampah yang diterapkan dapat diawali dengan pengurugan berlapis terkendali (controlled landfill) yaitu sarana pengurugan sampah yang bersifat ―antara‖ sebelum mampu melaksanakan operasi pengurugan berlapis bersih (sanitary landfill) tempat sampah yang telah diurug dan dipadatkan di area pengurugan ditutup dengan tanah, sedikitnya satu kali setiap tujuh hari. Teknik pemrosesan sampah dengan pengurugan berlapis bersih diupayakan telah dapat diterapkan pada akhir masa rencana dimana sarana pengurugan sampah ke lingkungan yang disiapkan dan dioperasikan secara sistematik, dengan penyebaran dan pemadatan sampah pada area pengurugan, serta penutupan sampah setiap hari.Perbedaan pemanfaatan lahan sekitar TPA antara TPA dengan pengurugan berlapis terkendali dan TPA dengan pengurugan berlapis bersih. Perbedaannya adalah terletak pada perlunya penetapan kawasan budi daya terbatas di sekitar TPA yang berjarak antara 400-700 m dari batas luar sabuk hijau (lebar sabuk 100m) selama teknik pemrosesan sampah yang diterapkan adalah pengurugan berlapis terkendali. 5.1.2. Rencana Pola Ruang Wilayah

Rencana pola ruang wilayah terdiri atas rencana pola ruang kawasan lindung dan rencana pola ruang kawasan budidaya.

5.1.2.1. Rencana pola ruang kawasan lindung

Perencanaan pola ruang kawasan lindung merupakan langkah awal dalam perencanaan keseluruhan materi rencana pola ruang wilayah kota, mengingat kawasan lindung dapat merupakan kendala (constraint) atau bahkan pembatas (limitation) bagi pengembangan kegiatan budidaya. Secara umum, perencanaan pola ruang kawasan lindung bertujuan untuk menjaga kelestarian lingkungan dan menunjang pembangunan yang berkelanjutan. Perencanaan pola ruang kawasan lindung di wilayah Kota Singkawang mengacu kepada ketentuan-ketentuan yang termuat dalam peraturan perundang-undangan beserta peraturan pelaksanaannya yang di antaranya adalah sebagai berikut:

(17)

(kota singkawang)

pt. trias erisko konsultan

V-17

1. UU No. 5/1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. 2. UU No. 5/1992 tentang Benda Cagar Budaya.

3. UU No. 41/1999 tentang Kehutanan. 4. UU No. 26/2007 tentang Penataan Ruang.

5. PP No. 10/1993 tentang Pelaksanaan UU No. 5/1992 tentang Benda Cagar Budaya. 6. PP No. 18/1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman

Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam.

7. PP No. 68/1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam. 8. PP No. 63/2002 tentang Hutan Kota.

9. PP No. 44/2004 tentang Perencanaan Hutan.

10. PP No. 6/2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Serta Peman-faatan Hutan sebagaimana diubah dengan PP No. 3/2008 tentang Perubahan Atas PP No. 6/2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Serta Pemanfaatan Hutan.

11. PP No. 38/2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.

12. PP No. 26/2008 tentang RTRWN.

13. Keppres No. 32 /1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung. 14. Permendagri No.1/2007 tentang Penataan RTH Kawasan Perkotaan. 15. Permenhut No. P.53/Menhut-II/2006 tentang Lembaga Konservasi.

16. Permenhut No. P.41/Menhut-II/2008 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam.

17. Permen PU No. 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan RTH di Kawasan Perkotaan.

18. Perda Provinsi Kalimantan Barat No. 5/2004 tentang RTRWP Kalimantan Barat. Jenis-jenis kawasan lindung yang direncanakan di wilayah Kota Singkawang sebagaimana penjabaran dari RTRWN adalah terdiri dari:

1. Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya yang berupa kawasan cagar alam dan kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan.

2. Kawasan perlindungan setempat yang meliputi sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar danau atau waduk, dan RTH kota.

3. Kawasan lindung geologi yang meliputi kawasan sempadan mata air dan kawasan rawan abrasi.

(18)

(kota singkawang)

pt. trias erisko konsultan

V-18

4. Kawasan rawan bencana alam yang berupa:

a. kawasan rawan tanah longsor (menyatu dengan kawasan cagar alam dan RTH hutan kota);

b. kawasan rawan gelombang pasang (menyatu dengan kawasan RTH hutan kota perlindungan pantai); dan

c. kawasan rawan banjir.

Tabel 5.3. Jenis kawasan lindung di Kota Singkawang NO. FUNGSI PERLINDUNGAN

KAWASAN JENIS KAWASAN LINDUNG KETERANGAN C. Kawasan suaka alam,

pelestarian alam, dan cagar budaya

1. Cagar Alam Kawasan Cagar Alam dan Tahura di Kota Singkawang juga berfungsi sebagai kawasan resapan air

2. Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan.

Batasan secara lebih teliti untuk kawasan tersebut dituangkan dalam RDTRK

B. Kawasan perlindungan setempat

3. Sempadan Pantai

4. Sempadan Sungai Batasan secara lebih teliti untuk kedua kawasan tersebut dituangkan dalam RDTRK

5. Kawasan Sekitar Danau / Waduk / Embung

6. RTH (ruang terbuka hijau) kota

Terdiri dari Hutan Kota, Kebun Botani (kaw. konservasi ex-situ atau di luar

ekosistem/habitat aslinya, Jalur Hijau Pengaman Infrastruktur, Tempat Pemakaman Umum, dll.

E. Kawasan lindung geologi 7. Kaw. yang Memberikan Perlindungan Terhadap Air Tanah (kawasan imbuhan air tanah dan sempadan mata air)

Batasan secara lebih teliti untuk kedua kawasan tersebut dituangkan dalam RDTRK.

Kawasan rawan bencana alam geologi (kawasan rawan abrasi) tercakup dalam kawasan yang direncanakan sebagai kawasan hutan kota perlindunganpantai.

8. Kaw. Rawan abrasi

D. Kawasan rawan bencana alam

9. Kawasan Rawan Tanah Longsor

Tercakup dalam CA, Arboretum, dan Hutan Kota (hamparan lahan dgn bertumbuhan pepohonan yang kompak dan rapat, PP No. 63/2002)

10. Kawasan Rawan Banjir (terutama banjir bandang)

Difungsikan sebagai kawasan budidaya pertanian terbatas

11. Kawasan Rawan Gelombang Pasang (banjir rob)

Pada jalur pantai sebagai RTH Hutan Kota Perlindungan Pantai dan pada bagian dalam diifungsikan sebagai kawasan budidaya

(19)

(kota singkawang)

pt. trias erisko konsultan

V-19

pertanian terbatas.

Ket.: 1. B, C, D, dan E pada kolom nomor merupakan urutan pada RTRWN.

2. Untuk angka 6, 8, 9, 10, merupakan bagian dari RTH Perkotaan (menurut Permen PU No. 05/PRT/M/2008).

Dari jenis-jenis kawasan lindung di atas, yang dihitung luasannya dalam RTRWK Singkawang adalah kawasan cagar alam danbeberapa jenis RTH Kota.

Pada tabel berikut disajikan ketentuan mengenai luasan yang harus dipenuhi dalam penyediaan Hutan Kota dan RTH Publik.

Tabel 5.4. Luasan minimal RTH kota putusan publik, RTH dalam wilayah Kota NO KAWASAN PERSENTASE

MINIMAL

DASAR

HUKUM KETERANGAN

1. RTH Kota 30 % PP No. 26/2008 PP No. 63/2002, Penjelasan Pasal 8 ayat 3: Hutan Lindung, Hutan Konservasi (CA dan Tahura), Kebun Botani, Arboretum, dan Bumi Perkemahan dapat diperhitungkan sebagai luasan hutan kota untuk memenuhi 10%.

2. RTH Kota Publik 20 % PP No. 26/2008 3. Hutan Kota 10 % PP No. 63/2002

(Pasal 8)

5.1.2.1.1. Kawasan cagar alam

Kawasan cagar alam adalah kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami. Kawasan cagar alam ditetapkan dengan kriteria:

a. memiliki keanekaragaman jenis tumbuhan, satwa, dan tipe ekosistemnya; b. memiliki formasi biota tertentu dan/atau unit-unit penyusunnya;

c. memiliki kondisi alam, baik biota maupun fisiknya yang masih asli atau belum diganggu manusia;

d. memiliki luas dan bentuk tertentu; atau

e. memiliki ciri khas yang merupakan satu-satunya contoh di suatu daerah serta keberadaannya memerlukan konservasi.

Kawasan cagar alam di Kota Singkawang adalah bagian dari Kawasan Cagar Alam G. Raya Pasi sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Kepmenhut No. 111/Kpts-II/1990 (luas seluruhnya 3.700 Ha). Luas kawasan tersebut di wilayah Kota Singkawang adalah 2.255,4 Ha dimana bagian lainnya termasuk dalam wilayah Kecamatan Monterado Kabupaten Bengkayang. Pengelolaan kawasan Cagar Alam ini diatur berdasarkan:

(20)

(kota singkawang)

pt. trias erisko konsultan

V-20

a. PP No. 68/1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam.

b. PP No. 38/2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.

c. PP No. 26/2008 tentang RTRWN.

d. Permenhut No. P.41/Menhut-II/2008 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam.

Peraturan zonasi untuk cagar alam dan tahura disusun dengan memperhatikan:

a. ketentuan pelarangan kegiatan selain pemanfaatan ruang untuk penelitian, pendidikan, dan wisata alam.

b. ketentuan pelarangan pendirian bangunan selain untuk menunjang kegiatan sebagaimana dimaksud pada huruf a.

c. khusus untuk cagar alam, ketentuan pelarangan terhadap penanaman flora dan pelepasan satwa yang bukan merupakan flora dan satwa endemik kawasan.

5.1.2.1.2. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan

Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan adalah kawasan yang merupakan lokasi bangunan hasil budaya manusia yang bernilai tinggi. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan ditetapkan dengan kriteria sebagai hasil budaya manusia yang bernilai tinggi yang dimanfaatkan untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Peraturan zonasi untuk kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan disusun dengan memperhatikan:

a. pemanfaatan untuk penelitian, pendidikan, dan pariwisata; dan

b. ketentuan pelarangan kegiatan dan pendirian bangunan yang tidak sesuai dengan fungsi kawasan.

Kawasan yang direncanakan untuk ditetapkan menjadi Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan adalah:

1. Kawasan Vihara Hiap Thian Thai Thie di Jalan Kaliasin Kecamatan Singkawang Selatan. 2. Kawasan Vihara Tri Darma Bumi Raya di Jalan Sejahtera di Kecamatan Singkawang

Barat.

3. Kawasan lokasi rumah mirip bentuk ―si hi yuan‖ Keluarga Xia di Kecamatan Singkawang Barat.

(21)

(kota singkawang)

pt. trias erisko konsultan

V-21

4. Kawasan lokasi bangunan-bangunan di sekitar Taman Burung Kecamatan Singkawang

Barat (dijabarkan lebih lanjut dengan Peraturan Walikota). 5. Kawasan Batu Belimbing.

5.1.2.1.3. Kawasan sempadan pantai

Kawasan sempadan pantai adalah kawasan tertentu di sepanjang pantai yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai. Tujuan perlindungan kawasan ini adalah melindungi wilayah pantai dari kegiatan yang mengganggu kelestarian fungsi pantai. Yang termasuk kawasan sempadan pantai adalah daratan sepanjang tepian (di luar kawasan pantai berhutan bakau) yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai; minimal 100 m ke arah darat dihitung dari titik pasang tertinggi.Di Kota Singkawang, kawasan sempadan pantai ini merupakan batas barat wilayah Kota Singkawang yang memanjang dari muara Sungai Sedau ke muara Sungai Merah dengan luas 9,1 Ha (0,015% dari luas kota). Pengaturan yang perlu dilakukan dalam masa rencana terhadap kawasan tersebut tidak memperkenankan adanya kegiatan budidaya kecuali yang mendukung terhadap usaha peningkatan fungsi kawasan.Pemanfaatan sebagai RTH di kawasan sempadan pantai memiliki fungsi utama sebagai pembatas pertumbuhan permukiman atau aktivitas lainnya agar tidak menggangu kelestarian pantai. RTH sempadan pantai ini merupakan area pengaman pantai dari kerusakan atau bencana seperti abrasi, tiupan angin kencang, dan gelombang pasang laut.

Fasilitas dan kegiatan yang diijinkan harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Tidak menyebabkan gangguan terhadap kelestarian ekosistem pantai, termasuk gangguan terhadap kualitas visual.

b. Penanaman vegetasi bertujuan untuk mencegah terjadinya abrasi, meredam angin kencang, melindungi dari ancaman gelombang pasang, dan wildlife habitat. Dalam hal ini, pemilihan vegetasi mengutamakan vegetasi yang berasal dari daerah setempat 5.1.2.1.4. Kawasan sempadan sungai

Kawasan sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kanan kiri sungai, termasuk sungai buatan, kanal, dan saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. tujuan perlindungan kawasan ini adalah melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik sungai serta mengamankan aliran sungai. Sempadan sungai ini ditetapkan 100 meter untuk Sungai Selakau dan 10 meter di kedua sisi sungai lainnya yang

(22)

(kota singkawang)

pt. trias erisko konsultan

V-22

merupakan jaringan drainase primer.Berdasarkan kriteria penetapan sungai besar pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai, yang dikategorikan sebagai Sungai Besar adalah sungai yang luas wilayah pengalirannya 500 km² atau lebih. Di Kota Singkawang, sungai yang dimaksud hanya Sungai Selakau (batas kota di sebelah timur laut). Pengaturan yang perlu dilakukan dalam masa rencana terhadap kawasan sempadan sungai adalah:

 Pada masa rencana tidak diperkenankan lagi adanya bangunan yang membelakangi sungai yang lebarnya lebih dari 15 meter.

 Melakukan penertiban secara bertahap dengan penghijauan kembali.

 Di sepanjang tepian sungai yang telah dibangun perumahan, tidak diperkenankan meningkatkan kualitas dan ukuran bangunan.

Pemanfaatan sebagai RTH pada daerah sempadan sungai dapat dilakukan untuk perlindungan bantaran di kedua sisi sungai yang rawan erosi, peningkatan fungsi sungai, mencegah okupasi penduduk yang mudah menyebabkan erosi, dan pengendalian daya rusak sungai melalui kegiatan penatagunaan, perizinan, dan pemantauan. RTH di kawasan sempadan sungai dapat dimanfaatkan masyarakat untuk kegiatan-kegiatan:

a. budi daya pertanian rakyat tanaman tahunan,

b. kegiatan penimbunan sementara hasil galian tambang golongan C, c. papan penyuluhan dan peringatan, serta rambu-rambu pekerjaan, d. pemasangan rentangan kabel listrik, kabel telpon, dan pipa air minum, e. pemancangan tiang atau pondasi prasarana jalan/jembatan,

f. penyelenggaraan kegiatan-kegiatan yang bersifat sosial, keolahragaan, pariwisata dan kemasyarakatan yang tidak menimbulkan dampak merugikan bagi kelestarian dan keamanan fungsi serta fisik sungai, dan

g. pembangunan prasarana lalu lintas air, serta bangunan pengambilan dan pembuangan air.

5.1.2.1.5. Kawasan sekitar danau atau waduk

Kawasan ini merupakan kawasan tertentu di sekeliling danau atau waduk yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi danau atau waduk. Perlindungan terhadap kawasan ini dilakukan untuk melindungi danau atau waduk dari kegiatan budidaya yang dapat mengganggu kelestarian fungsi danau atau waduk terutama

(23)

(kota singkawang)

pt. trias erisko konsultan

V-23

yang dapat mengganggu kualitas air dan kondisi fisik kawasan tersebut dan sekitarnya.Kriteria kawasan ini adalah daratan sepanjang tepian danau atau waduk yang lebarnya proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik danau atau waduk sekurang-kurangnya 50 m hingga 100 m dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Kawasan tersebut berlaku untuk sepanjang tepian Danau Sarantangan dan danau kecil di sekitarnya (luasnya sekitar 5,8 ha atau 0,01% dari luas kota). Beberapa pengaturan yang perlu dilakukan terhadap kawasan tersebut adalah:

 melakukan konservasi lahan dengan penghijauan kembali, terutama pada lahan-lahan yang berada dalam radius 50 meter di sepanjang tepian danau.

 hanya diperkenankan adanya kegiatan budidaya pertanian tanaman tahunan yang tidak mengganggu upaya peningkatan fungsi kawasan.

 Dapat dibangun jaringan utilitas (air baku, air bersih, listrik, telepon, menara BTS), jaringan jalan dan jembatan, papan penyuluhan dan peringatan, serta taman obyek wisata (tidak termasuk bangunan yang berfungsi untuk penginapan).

5.1.2.1.6. Ruang terbuka hijau kota

Ruang Terbuka Hijau Kota terdiri dari Hutan Kota, Kebun Botani, Bumi Perkemahan, Arboretum, Kebun Koleksi, Stadion Olahraga, Taman Kota, Taman Lingkungan (termasuk lapangan olahraga lingkungan), Pemakaman Umum, Sabuk Hijau dan Penyangga TPA, Jalur Hijau SUTT, dan Jalur Hijau pengaman prasarana transportasi.

A. RTH Hutan Kota, Kebun Botani dan Bumi Perkemahan

Berdasarkan PP No. 63/2002 tentang Hutan Kota, Hutan kota adalah suatu hamparan lahan yang bertumbuhan pohon-pohon yang kompak dan rapat di dalam wilayah perkotaan baik pada tanah negara maupun tanah hak, yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang berwenang. Persentase luas hutan kota paling sedikit 10% dari wilayah perkotaan dan atau disesuaikan dengan kondisi setempat dimana kebun botani atau kebun raya, kebun binatang, arboretum, dan bumi perkemahan dapat diperhitungkan sebagai luasan kawasan yang berfungsi sebagai hutan kota (pasal 8 ayat 3).

Berdasarkan uraian pada subbab sebelumnya, luas keseluruhan kawasan yang mencakup Hutan Kota dan Hutan Konservasi (kawasan konservasi in-situ: cagar alam) di wilayah Kota Singkawang adalah 4.223,5 Ha atau sekitar 6,92% dari luas wilayah kota. Dengan demikian, sekurangnya 3,08% dari luas wilayah kota masih perlu direncanakan hutan kota dan bila ditambah dengan RTH publik lainnya, sekurangnya 13,08% dari luas wilayah kota agar proporsi luas RTH Publik Kota Singkawang lebih dari 20% dari luas wilayah kota.

(24)

(kota singkawang)

pt. trias erisko konsultan

V-24

RTH publik lainnya sebagaimana dimaksud adalah seperti kawasan kebun botani/kebun raya (kawasan konservasi ex-situ; di luar habitat), bumi perkemahan, stadion olahraga, taman kota, dan kawasan RTH pengaman infrasturktur kota (penyangga bandara dan jalur hijau jalan).Luas keseluruhan kawasan yang direncanakan untuk dikembangkan menjadi hutan kota, kebun botani, dan bumi perkemahan adalah sekitar 5.256,0 Ha atau sekitar 8,62% dari luas wilayah kota dengan rincian masing-masing adalah sebagai berikut:

a. RTH hutan kota : 4.709,2 Ha (7,72% dari luas kota) b. RTH kebun botani : 468,0 Ha (0,77%)

c. RTH bumi perkemahan : 78,8 Ha (0,13%)

Kawasan Hutan Kota Perlindungan Rawan Abrasi yang ditetapkan sebagai kawasan lindung di wilayah Kota Singkawang adalah kawasan dengan lebar minimal 250 meter. Ketentuan ini tetap berlaku pada kawasan yang sangat potensial untuk dikembangkan kegiatan sektor perikanan. Kawasan tersebut direncanakan seluas 361,5 Ha atau 0,59% dari luas wilayah kota. Peraturan zonasi untuk kawasan Hutan Kota Perlindungan Rawan Abrasi disusun dengan memperhatikan:

a. pemanfaatan ruang untuk kegiatan pendidikan, penelitian, dan wisata alam. b. ketentuan pelarangan pemanfaatan kayu bakau.

c. ketentuan pelarangan kegiatan yang dapat mengubah mengurangi luas dan/atau mencemari ekosistem bakau.

Kawasan Hutan Kota Perlindungan Rawan Abrasi ini juga berfungsi sebagai kawasan rawan bencana alam geologi (bagian dari kawasan lindung geologi) kawasan yaitu kawasan rawan abrasi. Peraturan zonasi untuk kawasan rawan bencana alam geologi disusun dengan memperhatikan:

a. pemanfaatan ruang dengan mempertimbangkan karakteristik, jenis, dan ancaman bencana;

b. penentuan lokasi dan jalur evakuasi dari permukiman penduduk; dan

c. pembatasan pendirian bangunan kecuali untuk kepentingan pemantauan ancaman bencana dan kepentingan umum.

(25)

(kota singkawang)

pt. trias erisko konsultan

V-25

Luas keseluruhan kawasan yang ditetapkan sebagai RTH hutan kota tipe perlindungan rawan longsor di wilayah Kota Singkawang adalah 666,4 Ha atau 1,09% dari luas wilayah kota yang tersebar di tujuh lokasi yaitu (lihat Gambar 4.1):

1.G. Besar (275,1 Ha), 2.G. Besi (75,9 Ha), 3.G. Jamthang (39,9 Ha), 4.G. Sari (78 Ha), 5.G. Sijangkung (85,5 Ha), 6.G. Sijangkung Kecil (19,5), 7.G. Roban (92,5 Ha), dan 8.G. Ulu Sedau (39,3 Ha).

Khusus untuk hutan kota di G. Ulu Sedau, pengembangannya dilakukan setelah ketinggian gunung tersebut tidak lagi melebihi 35 meter dari permukaan laut rata-rata.Peraturan zonasi untuk kawasan hutan kota tipe perlindungan rawan longsor disusun dengan memperhatikan:

a. pemanfaatan ruang untuk wisata alam tanpa merubah bentang alam;

b. ketentuan pelarangan seluruh kegiatan yang berpotensi mengurangi luas kawasan berhutan dan tutupan vegetasi; dan

c. pemanfaatan ruang kawasan untuk kegiatan budidaya hanya diizinkan bagi penduduk asli dengan luasan tetap, tidak mengurangi fungsi lindung kawasan, dan di bawah pengawasan ketat.

Pemanfaatan kawasan hutan kota tipe perlindungan rawan longsor dapat dilakukan melalui kegiatan (a) pemanfaatan kawasan, (b) pemanfaatan jasa lingkungan, atau (c) pemungutan hasil hutan bukan kayu. Pemanfaatan hutan kota tipe perlindungan rawan longsor dilaksanakan melalui pemberian izin usaha pemanfaatan kawasan dan izin usaha pemanfaatan jasa lingkungan tanpa pemungutan hasil berupa kayu. Pemanfaatan kawasan pada hutan kota tipe perlindungan rawan longsor dilakukan, antara lain melalui kegiatan usaha budidaya tanaman obat, tanaman hias, jamur, lebah, penangkaran satwa liar, rehabilitasi satwa, atau budidaya hijauan makanan ternak. Kegiatan usaha pemanfaatan kawasan pada hutan lindung dilakukan dengan ketentuan:

(26)

(kota singkawang)

pt. trias erisko konsultan

V-26

a. tidak mengurangi, mengubah atau menghilangkan fungsi utamanya,

b. pengolahan tanah terbatas,

c. tidak menimbulkan dampak negatif terhadap biofisik dan sosial ekonomi, d. tidak menggunakan peralatan mekanis dan alat berat, dan/atau

e. tidak membangun sarana dan prasarana yang mengubah bentang alam.

Pemanfaatan jasa lingkungan pada hutan kota tipe perlindungan rawan longsor dilakukan, antara lain, melalui kegiatan usaha pemanfaatan jasa aliran air, pemanfaatan air, wisata alam, perlindungan keanekaragaman hayati, penyelamatan dan perlindungan lingkungan, atau penyerapan dan/atau penyimpanan karbon. Kegiatan usaha pemanfaatan jasa lingkungan pada hutan kota tipe perlindungan rawan longsor, dilakukan dengan ketentuan tidak:

a. mengurangi, mengubah, atau menghilangkan fungsi utamanya, b. mengubah bentang alam, dan

c. merusak keseimbangan unsur-unsur lingkungan (yaitu unsur hayati seperti dinamika populasi flora-fauna, phytogeografi/geobotani [distribusi geografis suatu spesies tanaman] dan unsur non hayati seperti sifat fisik dan kimia tanah, bebatuan, hydrografi, suhu, dan kelembaban).

Pemegang izin, dalam melakukan kegiatan usaha pemanfaatan aliran air dan pemanfaatan air pada hutan kota tipe perlindungan, harus membayar biaya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Izin pemanfaatan aliran air dan izin pemanfaatan air pada hutan kota tipe perlindungan tidak dapat disewakan atau dipindahtangankan, baik sebagian maupun seluruhnya.Pemungutan hasil hutan bukan kayu pada hutan kota tipe perlindungan rawan longsor antara lain berupa rotan, madu, getah, buah, jamur, atau sarang burung walet.Pemungutan hasil hutan bukan kayu pada hutan kota tipe perlindungan rawan longsor dilakukan dengan ketentuan:

a. tidak merusak lingkungan.

b. tidak mengurangi, mengubah, atau menghilangkan fungsi utamanya.

c. hasil hutan bukan kayu yang dipungut harus sudah tersedia secara alami; dilarang memungut hasil hutan bukan kayu yang banyaknya melebihi kemampuan produktifitas lestarinya;

(27)

(kota singkawang)

pt. trias erisko konsultan

V-27

Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam masa rencana terhadap kawasan hutan kota tipe perlindungan rawan longsor adalah:

 penghutanan kembali kawasan tersebut, terutama pada lahan-lahan yang terbengkalai.

 mengawasi dan menindak tegas terhadap kegiatan yang sifatnya dapat merusak kelestarian dan fungsi kawasan tersebut.

 tidak memberikan izin terhadap kegiatan budidaya tanaman semusim, pendirian bangunan kecuali untuk kepentingan pelestarian kawasan tersebut.

 menghentikan kegiatan penambangan hingga pada jarak 200 m dari batas luar kawasan tersebut.

Kebun botani (atau kebun raya) adalah suatu tempat atau wadah yang mempunyai fungsi utama sebagai lembaga konservasi yang melakukan upaya koleksi, pemeliharaan dan perbanyakan berbagai jenis tumbuhan dalam rangka membentuk dan mengembangkan habitat baru (ex situ), sebagai sarana perlindungan dan pelestarian alam dan dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta sarana rekreasi yang sehat (Permenhut No. P.53/Menhut-II/2006 tentang Lembaga Konservasi). Kriteria kebun botani, meliputi :

a. Koleksi berbagai jenis tumbuhan baik yang dilindungi maupun tidak dilindungi undang-undang dan atau ketentuan Convention of International Trade on Endangered Spesies of Flora Fauna (CITES),

b. Memiliki lahan seluas sekurang-kurangnya 1 (satu) hektar,

c. Memiliki sarana pendukung pengelolaan, antara lain terdiri dari: green house, laboratorium, dan kebun bibit,

d. Memiliki kantor pengelola dan sarana pengelolaan pengunjung,

e. Tersedia tenaga kerja sesuai bidang keahliannya antara lain ahli biologi atau konservasi, tenaga kehutanan, interpreter, tenaga keamanan.

B. RTH Arboretum

Arboretum merupakan koleksi botani yang khusus diisi dengan jenis pepohonan (buah-buahan, industri, dan perkebunan). Pada umumnya arboretum menampung semua jenis tanaman tahunan baik yang langka maupun yang telah dibudidayakan dan terkesan arboretum tersebut sebagai hutan buatan. Kawasan ini diarahkan pengembangannya di daerah kaki G. Raya-Pasi dengan luas keseluruhan sekitar 2.133 Ha atau 3,5% dari luas

(28)

(kota singkawang)

pt. trias erisko konsultan

V-28

wilayah kota. Pada kawasan tersebut dapat dialih fungsi menjadi RTH Kebun Koleksi khusus untuk tanaman pepohonan (tahunan) buah-buahan.Selain sebagai penyeangga kawasan cagar alam, kawasan RTH Arboretum ini juga berfungsi sebagai kawasan resapan air sebagaimana halnya kawasan Cagar Alam G. Raya Pasi.

C. RTH Kebun Koleksi

Kebun koleksi adalah kebun yang dikelola oleh lembaga-lembaga penelitian, perguruan tinggi, dan swasta yang umumnya berisi koleksi plasma nutfah jenis unggul masa lalu serta perangkat plasma nutfah lainnya yang langsung dapat dimanfaatkan untuk perakitan jenis unggul baru. Koleksi yang dimaksudkan hendaknya memenuhi kriteria (a) memiliki potensi ekonomi tinggi, (b) sudah mengalami erosi, (c) statusnya langka karena jumlah populasinya rendah, dan (d) penyebarannya sangat terbatas.Kawasan ini direncanakan seluas minimal 3.000 Ha atau sekitar 11,2% dari luas DAS Selakau yang pengembangannya terbagi di Kelurahan Nyarungkop (3.969 Ha) dan di Kelurahan Mayasopa (6.022 Ha).

D. RTH Stadion Olah Raga, Taman Kota dan Taman Lingkungan

Ketiga jenis kawasan tersebut merupakan RTH publik. Namun, yang tergambar dalam RTRWK ini hanya RTH Stadion Olahraga dan Taman Kota yang direncanakan lokasinya secara berdampingan di daerah perbatasan Kelurahan Roban dan Kelurahan Pasiran pada bagian selatan dengan luas keseluruhan sekitar 60 Ha. Adapun RTH Taman Lingkungan (termasuk lapangan olahraga lingkungan) diatur lebih lanjut dalam RDTRK. Kawasan ini menyatu dengan kawasan sempadan sungai dan kawasan yang masih dipertahankan sebagai kawasan pertanian.

E. RTH Pemakaman Umum

Di samping memiliki fungsi utama sebagai tempat pelayanan publik untuk penguburan jenasah, pemakaman juga memiliki fungsi ekologis yaitu sebagai daerah resapan air, tempat pertumbuhan berbagai jenis vegetasi, pencipta iklim mikro serta tempat hidup burung, serta fungsi sosial masyarakat di sekitarnya di antaranya sebagai sumber pendapatan (musiman). Karenanya, penyediaan RTH pada areal pemakaman umum perlu diupayakan untuk menambah keindahan kota, meningkatkan kemampuan peresapan air, dan pendukung ekosistem, sehingga bila keberadaan RTH tertata dengan baik maka dapat dihilangkan kesan seram pada wilayah tersebut.

(29)

(kota singkawang)

pt. trias erisko konsultan

V-29

F. RTH Sabuk Hijau dan Penyangga TPA Sampah Regional

Pendeliniasian kawasan sabuk hijau (green belt) dan penyangga TPA Sampah Regional ditujukan untuk meminimalkan dampak lindi, polusi udara, dan populasi binatang vektor (lalat dan tikus) terhadap kawasan sekitarnya TPA terutama kawasan permukiman. Lebar minimal sabuk hijau TPA Sampah Regional adalah 100 m dari batas TPA, sedangkan zona penyangga 400 m dari batas luar sabuk hijau. Kawasan penyangga dapat dimanfaatkan untuk RTH Hutan Kota tipe penyangga kota (RTH publik) atau hutan rakyat (non publik; dapat diisi dengan tanaman pertanian non-pangan berupa pepohonan, seperti karet). Luas kawasan penyangga TPA direncanakan 730,2 Ha dimana termasuk di dalamnya areal untuk hutan rakyat dan areal cadangan untuk keperluan pengembangan areal TPA Sampah Regional.

G. RTH Jalur Hijau SUTT

Kawasan RTH jalur hijau SUTT (saluran udara tegangan tinggi; 150 KV) ditujukan untuk pengaman jalringan listrik tegangan tinggi yang harus dibebaskan dari berbagai kegiatan masyarakat serta perlu dilengkapi tanda/peringatan untuk masyarakat agar tidak beraktivitas di kawasan tersebut selain kegiatan pertanian tanaman semusim. Jalur hijau SUTT yang melintasi Kota Singkawang dari utara hingga selatan direncanakan selebar 20 meter dimana garis tengah jalur tersebut merupakan garis penghubung antara titik tengah menara SUTT.

H. RTH Pengaman Prasarana Transportasi

RTH Pengamanan Prasarana Transportasi di wilayah Kota Singkawang meliputi RTH jalur hijau jalan dan RTH bandara yang terdiri dari RTH jalur hijau landasan pacu dan RTH sekitar terminal bandara. Jalur hijau jalan meliputi daerah milik jalan selain dari bagian perkerasan dan saluran drainase jalan. Jalur ini merupakan RTH publik yang dapt dimanfaatkan untuk pelebaran badan jalan. RTH jalur hijau landasan pacu dan RTH sekitar terminal bandara hanya dapat dimanfaatkan bagi pembangunan fasilitas-fasilitas untuk kegiatan operasional penerbangan dan fasilitas penunjangnya. Luas keseluruhan kawasan tersebut direncanakan sekitar 858,4 Ha atau sekitar 1,4% luas kota.

5.1.2.1.7. Kawasan sempadan mata air

Kawasan sempadan mata air adalah kawasan sekeliling mata air yang mempunyai manfaat memperta-hankan kelestarian fungsi mata air. Kawasan ini merupakan kawasan lindung geologi yang memberikan perlindungan terhadap air tanah. Tujuan perlindungan kawasan

(30)

(kota singkawang)

pt. trias erisko konsultan

V-30

ini adalah melindungi mata air dari kegiatan budidaya manusia yang dapat mengganggu kualitas air dan kondisi fisik kawasan sekitarnya. Kawasan sempada mata air yang ditetapkan sebagai kawasan lindung adalah:

a.daratan di sekeliling mata air yang mempunyai manfaat untuk mempertahankan fungsi mata air.

b.wilayah dengan jarak paling sedikit 200 meter dari mata air.

Tabel 5.5. Luasan rencana beberapa kawasan lindung utama Kota Singkawang

Selakau

Sing-kaw ang Jam

-thang Sedau Merah Raya

(Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (%) 26.802,0 9.583,0 2.016,0 9.192,0 1.666,0 11.741,0 61.000,0 100,00 1 Cagar Alam 751,6 454,7 0,0 373,0 0,0 676,1 2.255,4 3,70 2 RTH HKP raw an abrasi 107,9 169,4 84,2 0,0 0,0 0,0 361,5 0,59 3 RTH HKP raw an terjadi longsor 0,0 186,4 104,3 313,1 101,9 0,0 705,7 1,16 4 RTH HKP raw an terkena longsor 0,0 141,9 241,0 549,3 373,1 3.404,0 4.709,2 7,72 5 RTH Kebun Botani/Raya 468,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 468,0 0,77 6 RTH Bumi Perkemahan 78,8 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 78,8 0,13 7 RTH Arboretum 408,3 943,0 99,0 515,6 0,0 166,7 2.132,6 3,50 8 RTH Sabuk Hijau & Pnyg. TPA 529,6 200,6 0,0 0,0 0,0 0,0 730,2 1,20 9 RTH Pnyg. Landasan Pacu 0,0 0,0 0,0 261,6 0,0 253,3 514,9 0,84 10 RTH Kaw . Terminal Bandara 0,0 0,0 0,0 343,5 0,0 0,0 343,5 0,56 12.299,85 2.344,2 2.096,0 528,5 2.356,1 475,1 4.500,1 12.299,9 20,2

% 8,7 21,9 26,2 25,6 28,5 38,3 20,2

DAS

Jum lah Jenis Kaw asan

No.

5.1.2.1.8. Kawasan rawan bencana alam

Kawasan rawan bencana alam di wilayah Kota Singkawang terdiri dari kawasan rawan abrasi (salah satu jenis bencana alam geologi), kawasan rawan banjir rob, kawasan rawan banjir bandang, dan kawasan rawan longsor. Kawasan rawan abrasi ini sebagian besar tercakup dalam kawasan lindung sempadan pantai dan kawasan pantai berhutan bakau. Adapun yang berada di luarnya adalah kawasan pelabuhan. Untuk mengantisipasi resiko kemungkinan terkena abrasi, pada sisi kawasan pelabuhan yang menghadap pantai perlu dibangun bangunan pemecah gelombang (break water).

Berdasarkan PP No. 26/2008 tentang RTRWN, peraturan zonasi untuk kawasan rawan bencana alam geologi disusun dengan memperhatikan:

a. pemanfaatan ruang dengan mempertimbangkan karakteristik, jenis, dan ancaman bencana,

(31)

(kota singkawang)

pt. trias erisko konsultan

V-31

c. pembatasan pendirian bangunan kecuali untuk kepentingan pemantauan ancaman

bencana dan kepentingan umum.

Kawasan yang rawan mengalami banjir rob (banjir akibar pasang laut) pada masa rencana adalah kawasan koridor jalan arteri primer Pontianak-Sambas dan kawasan di sebelah baratnya hingga ke pantai mulai dari batas utara Kota Singkawang hingga ke sisi selatan Sungai Sedau. Untuk mengantisipasi hal tersebut maka pengembangan kawasan permukiman khususnya perumahan skala besar diarahkan ke bagian timur kawasan tersebut terutama di koridor Jalan Demang Akub hingga koridor Jalan Matang Lintang – Lokta, serta di koridor jalan kolektor primer menuju Bengkayang.Kawasan rawan banjir bandang di wilayah Kota Singkawang adalah kawasan Gayung Bersambut. Pada masa rencana, kawasan ini diarahkan untuk dimanfaatkan sebagai kawasan budidaya pertanian, perkebunan, dan atau kawasan hutan yang juga berfungsi sebagai sempadan sungai.Berdasarkan kecenderungan perubahan iklim global, intensitas curah hujan pada masa rencana cenderung meningkat secara signifikan sebagai akibat peningkatan panas di muka bumi. Karenanya, dalam masa rencana, perkembangan kawasan permukiman di daerah yang berkemiringan lebih dari 10% atau di sekitar pinggiran dari daerah yang berkemiringan lebih dari 25% perlu dihindari untuk meminimalkan resiko kemungkinan terkena dampak akibat longsor. Kawasan rawan longsor di wilayah Kota Singkawang ini perlu diidentifikasi lebih lanjut dalam RDTRK.

5.1.2.2. Rencana pola ruang kawasan budidaya

Berdasarkan uraian di atas, diperkirakan luasan kawasan lindung di wilayah Kota Singkawang sekitar 25% dari luas wilayah kota. Namun demikian, alokasi RTH Kota (publik dan privat) dalam suatu sekurang-kurangnya adalah 30% dari luas wilayah kota. Karenanya, luas wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya di wilayah Kota Singkawang masih bisa mendekati 70% dari luas wilayah kota atau sekitar 40.000 Ha mengingat di wilayah Kota Singkawang terdapat daerah perairan dan rawan genangan yang merupakan kendala pengembangan.Secara umum, peraturan zonasi untuk kawasan budi daya disusun dengan memperhatikan ketentuan:

a. pelarangan pemanfaatan ruang yang membahayakan keselamatan umum, b. pembatasan pemanfaatan ruang yang menurunkan kualitas fungsi lingkungan, c. pembatasan pemanfaatan ruang di sekitar kawasan yang telah ditetapkan sebagai

(32)

(kota singkawang)

pt. trias erisko konsultan

V-32

d. pemanfaatan ruang untuk kegiatan pendidikan dan penelitian tanpa mengubah bentang alam. Kegiatan pendidikan yang dapat dilakukan di luar kawasan permukiman adalah kegiatan pendidikan di alam terbuka. Kegiatan penelitian dapat mencakup kegiatan eksplorasi yang bertujuan memperoleh informasi mengenai kondisi geologi untuk menemukan dan memperoleh perkiraan cadangan energi dan sumber daya mineral, yang dilakukan secara terbatas tanpa mengubah fungsi utama kawasan.

Berikut diuraikan rencana pola ruang kawasan budidaya di wilayah Kota Singkawang pada masa rencana yang dibagi menjadi dua bagian yaitu budidaya pertanian dan budidaya terbatas, serta budidaya non-pertanian.

5.1.2.2.1. Kawasan budidaya pertanian dan budidaya terbatas

Kawasan budidaya pertanian yang akan dikembangkan dalam masa rencana meliputi hutan produksi, tambak, pertanian lahan basah, pertanian lahan kering, perkebunan, dan pertanian tanaman pangan terpadu.

A. Hutan Produksi

Seluruh kawasan Hutan Produksi di wilayah Kota Singkawang berada di Kecamatan Singkawang Timur dengan luas sekitar 6.712 hektar sesuai dengan Kepmenhutbun No 259/kpts-II/2000 tentang Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan di Wilayah Kalimantan Barat.

B. Tambak

Kegiatan budidaya perikanan tambak pada masa rencana diarahkan pengembangannya hanya di Kecamatan Singkawang Utara di sebalah barat koridor jalan arteri primer dengan alokasi lahan yang diarahkan sekitar 280 Ha. Pada kawasan tersebut, lahan yang tidak dimanfaatkan untuk kegiatan pertambakan bisa dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya pertanian lahan basah (persawahan pasang surut) dan perkebunan kelapa.

C. Pertanian Lahan Basah

Pertanian lahan basah adalah pertanian dengan sistem pertanian yang memerlukan air (dengan komoditas utama padi sawah), baik secara terus menerus sepanjang tahun maupun secara bergilir (adanya rotasi jenis tanaman yang dibudidayakan). Dalam masa rencana, kawasan tersebut perlu dipertahankan keberadaannya dengan tidak mengijinkan

Gambar

Tabel 5.1.Sistem drainase primer dan sekunder utama Kota Singkawang
Tabel 5.2.Intake air bersih gravitasi di wilayah Kota Singkawang
Tabel 5.3. Jenis kawasan lindung di Kota Singkawang
Tabel 5.4. Luasan minimal RTH kota putusan publik, RTH dalam wilayah Kota
+6

Referensi

Dokumen terkait

Analisis hasil simulasi dinamika molekuler dilakukan pada masing-masing struktur kompleks UTJ (Sm dan Gd) dengan ligan DBDTP dan isomer ligan DBDTP dengan tiga air pada

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui komponen biaya, rata-rata biaya keseluruhan, dan mengetahui apakah terdapat korelasi antara faktor pasien dan jenis obat terhadap

Metode backward merupakan metode yang mengeluarkan satu per satu variabel independen yang memiliki nilai terbesar dan berhenti jika semua nilai variabelnya kurang

dapat memilih nilai-nilai positif dari berbagai lingkungan. Melalui proses difusi,juga dikembangkan suatu proses pendidikan karakter yaitu kepribadian yang kokoh yang

- Bangunan dapat terbuat dari konstruksi beton, kerusakan yang dapat terjadi adalah roboh karena banjir, gempa, longsoran, disamping umur pakai yang sudah

musuh menyerang dan meloloskan diri pada game tower defense sehingga musuh lebih bervariasi dan membuat game semakin menarik, sedangkan pengujian tanpa implementasi

Pembuatan produk benda ukur ini dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu: (1) pemilihan bahan produk benda ukur yang tidak mudah berkarat; (2) pengujian bahan untuk

Faktor alat panen juga dapat menyebabkan banyaknya losses panen terutama untuk pokok tua yang tanamannya sudah terlalu tinggi sehingga pemanen sering melewati