• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNIVERSITAS ISLAM MALANG FAKULTAS HUKUM MALANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "UNIVERSITAS ISLAM MALANG FAKULTAS HUKUM MALANG"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

TAHUN 1960 TENTANG PERATURAN DASAR POKOK-POKOK AGRARIA

(Studi di Yayasan Mabarot Sunan Giri) Skripsi

Oleh:

Muhammad Firdaus Zahroni 21701021158

UNIVERSITAS ISLAM MALANG FAKULTAS HUKUM

MALANG 2021

(2)

Kepastian Hukum Penguasaan Hak Menumpang Atasa Tanah Oleh Sekolah Dasar Nahdlatu Ulama Bahrul Ulum Berdasarkan Pasal 53 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Studi

di Yayasan Mabarot Sunan Giri) Muhammad Firdaus Zahroni

Fakultas Hukum Universitas Islam Malang

Skripsi ini mengangkat judul Kepastian Hukum Penguasaan Hak Menumpang Atasa Tanah Oleh Sekolah Dasar Nahdlatu Ulama Bahrul Ulum Berdasarkan Pasal 53 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Studi di Yayasan Mabarot Sunan Giri), latar belakang penulis mengangkat judul tersebut dikarenakan di Indonesia masih banyak sekolah yang dalam kegiatan belajar mengajar tanahnya masih menumpang kepada tanah milik orang lain, hal tersebut dapat berpotensi menimbulkan suatu sengketa sehingga dapat mengganggu kegiatan belajar mengajar.

Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan, dalam karya tulis ini mengangkat rumusan masalah: 1. Apa latar belakang terjadinya hak menumpang atas tanah oleh SDNU Bahrul Ulum terhadap tanah yang dimiliki oleh Yayasan Mabarot Sunan Giri? 2. Bagaimana kepastian hukum hak menumpang atas tanah yang dikuasai SDNU Bahrul Ulum?

Penelitian ini merupakan penelitian bersifat yuridis empiris, dengan menggunakan pendekatan yuridis sosiologis. Pengumpulan bahan hukum melalui studi kepustakaan dan studi lapangan dengan menggunakan bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Selanjutnya data yang telah ada di kumpulakan dianalisis secara kualitatif, dengan cara memadukan antara penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan.

Hasil dari penelitian ini adalah, latar belakang terjadinya penguasaan hak menumpang atas tanah oleh SDNU Bahrul Ulum terhadap tanah yang dimiliki oleh Yayasan Mabarot Sunan Giri dikarenakan untuk kepentingan Mabarot Sunan Giri sendiri, dalam rangka mewujudkan tempat pendidikan serta tempat mengasuh anak asuh di panti asuhan agar bersekolah tanpa di pungut biaya, serta dipergunakan sebagai bentuk kebutuhan sosial. Dalam menjamin kepastian hukum atas tanah yang sedang dikuasai oleh SDNU Bahrul Ulum, pemilik tanah yakni Yayasan Mabarot Sunan Giri, sudah memiliki status kepemilikan yang sah dalam menunjang kepastian hukum dengan bukti sertifikat Hak Guna Bangunan dengan diperpanjang sampai dengan tahun 2030, dan membuat terlebih dahulu perjanjian secara tertulis antara Yayasan Mabarot Sunan Giri dengan SDNU Bahrul Ulum agar memiliki bukti yang kuat dimata hukum. Dengan adanya status kepemilikan atas tanah dan perjanjian secara tertulis demikian, SDNU Bahrul Ulum hanya diberikan hak menumpang dengan batas ketentuan pemberlakuan yang tidak bisa ditentukan.

Kata kunci: Kepastian, Hukum, Menumpang

(3)

Dasar Nahdlatu Ulama Bahrul Ulum Berdasarkan Pasal 53 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Studi

di Yayasan Mabarot Sunan Giri) Muhammad Firdaus Zahroni

Faculty of law, Islamic Universirty of Malang

This essay raises the title of Kepastian Hukum Penguasaan Hak Menumpang Atasa Tanah Oleh Sekolah Dasar Nahdlatu Ulama Bahrul Ulum Berdasarkan Pasal 53 Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Studi di Yayasan Mabarot Sunan Giri), the background of the writer raises the title because in Indonesia there are still many schools where learning to teach his land still lives on the property of others, This could potentially raise an issue that could interfere with learning to teach.

Based on the background already mentioned, this essay brings up a formula of problem: 1. What is the background of the terrestrial boarding rights being attributed to sdnu bahrul ulum to the land owned by the sunan foundation? 2. How is the legal certainty of hitchhiking on land controlled by sdnu bahrul ulum?

The study was empirical juridical research, using a sociological yuriy approach.

Collection of legal materials through literature studies and field studies using primary legal materials, secondary legal and tertiary materials. In turn, the already available data in the collection will be qualitative, combining literature study with field research.

The result of this study is the possibility of the acquisition of terrestrial rights to the planet by sdnu bahrul, to the land owned by the binbinot foundation, to the benefit of the spinner-girl droot, to promote education and foster care in orphanages to go without charge, and to be used asa social necessity. In ensuring legal certainty of land that is being ruled by sdnu bahrul ulum, the owner of the sunan foundation, has a legal ownership status in supporting legal certainty with evidence of the building certificate of rights extended down to 2030, and has made written agreements first between the sunan foundation and sdnu bahrul ulum. Because of such written ownership of the land and treaties, sdnu bahrul ulum has been given sole ownership of the livable accessibility index.

Keywords: certainty, law, hitchhiking

(4)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Manusia sebagai makhluk sosial yang kehidupanya bergantung dengan manusia lainnya demi memenuhi kebutuhan hidup, maka terbentuklah hubungan antara manusia satu dengan manuisa lainnya dalam ranah kebudayaan, ekonomi, ilmu pengetahuan, dan lain sebagainnya. Salah satu kebutuhan manusia yang paling mendasar adalah kebutuhuan tempat tinggal sebagai sarana bernaung dan keberlangsungan hidup, dan pada masa sekarang yang semakin bertambahnya jumlah penduduk maka bertambahlah pula kebutuhan terhadap tempat tinggal. Kebutuhan terhadap tempat tinggal yang semakin meningkat maka mengakibatkan meningktnya kebutuhan atas tanah, hal ini dikarenakan tanah tidak berfungsi hanya untuk sarana tempat tinggal saja tetapi juga berfungsi sebagai pemenuhan kebutuhan terhadap kegiatan lainnya. Bertambahnya kebutuhan manusia yang sangat signifikan terhadap tanah, maka hal ini menjadikan tanah sebagai salah satu barang yang paling penting dalam kehidupan manusia.

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 33 ayat (3) menyebutkan bahwa bumi, air dan kekayaan yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat.1 Menurut apa yang telah disebutkan didalam UUD 1945 Pasal 33 tersebut maka dapat disimpulkan bahwa bumi yang dimaksud adalah tanah itu sendiri. Hal-hal yang berkaitan dengan pertanahan sendiri, di Indonesia diatur

1 Lihat ketentuan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.

(5)

dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Agraria yang selanjutnya dikenal sebagai UUPA. Hukum pertanahan yang berlaku di Indonsia dikenal dengan asas kenasionalan, seperti yang disebutkan dalam Pasal 1 ayat (1) UUPA yang menyebutkan bahwa seluruh wilayah Indonesia adalah kesatuan Tanah Air dari seluruh rakyat Indonesia yang bersatu sebagai bangsa indonesia.2 Selanjutnya disebutkan juga didalam Pasal 1 ayat (2) UUPA yang berbunyi bahwa seluruh bumi, air, dan ruang angkasa termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dalam wilayah Republik Indonesia sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa adalah bumi, air, dan ruang angkasa bangsa Indonesia dan merupakan kekayaan nasional.3

Sesorang baik perorangan maupun kelompok dan atau badan hukum dalam hal pemanfaatan dan penggunaan atas tanah hendaknya harus memiliki penguasaan hak atas tanah, hal ini dikarenakan apabila ada seseorang baik itu perorangan maupun kelompok dan atau badan hukum yang tiba-tiba mempergunakan tanah yang bukan haknya maka dapat menimbulkan suatu masalah yang dapat menimbulkan kerugian dari berbagai pihak. Hak penguasaan atas tanah yang dimiliki oleh perseorangan maupun kelompok dan badan hukum, haruslah memiliki bukti atas pengusaan hak atas tanah agar memiliki dasar yang kuat sehingga penguasaan hak atas tanah tersebut dapat dilindungi dan diakui secara sah oleh negara.

Penguasaan atas tanah sendiri dapat diartikan menjadi dua bagian, yaitu dapat diartikan penguasaan secara yuridis dan penguasaan secara fisik, juga

2 Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria.

3 Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria.

(6)

beraspek privat dan beraspek publik. Penguasaan dalam arti yuridis adalah penguasaan yang dilandasi hak, yang dilindungi oleh hukum dan pada umumnya memberi kewenangan kepada pemegang hak untuk mrnguasai secara fisik tanah yang dihaki.4 Sedangkan penguasaan secara fisik dapat diartikan penguasaan atas tanah yang hanya menguasai tanah secara fisiknya saja, misalnya seseorang menyewa tanah kepada pemilik tanah, yang mana secara yuridis tanah dimiliki pemilik tanah, dan secara fisik tanah dimanfaatkan dan dipergunakan oleh penyewa tanah. Selanjutnya penguasaan yuridis dan fisik atas tanah ini dipakai dalam aspek privat, sedangkan penguasaan yuridis yang beraspek public yaitu penguasaan atas tanah sebagaimana yang telah disebutkan dalam Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 dan Pasal 2 UUPA.5

Hak atas tanah bersumber dari hak menguasai dari negara atas tanah dapat diberikan kepada perseorangan baik warga negara Indonesia maupun warga negara asing, sekelompok orang secara bersama-sama, dan badan hukum baik badan hukum privat maupun badan hukum publik.6 Dasar hukum mengenai ketentuan hak-hak atas tanah diatur dalam Pasal 4 ayat (1) UUPA, yang menyebutkan atas dasar hak menguasai dari negara atas tanah sebagai yang dimaksud dalam Pasal 2 ditentukan adanya macam-macam ha katas permukaan bumi, yang disebut tanah, yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-orang, baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang-

4 Urip Santoso, (2012), Hukum Agraria Kajian Komprehensif, Jakarta: Prenadamedia Group. h.

75.

5 Ibid. h. 76.

6 Boedi Harsono, (2013), Hukum Agraria Indonesia, Jilid 1, Jakarta: Penerbit Universitas Trisakti. h. 24.

(7)

orang lain serta badan-badan hukum.7 UUPA telah menyebutkan pembagian hak-hak atas tanah secara umum membagi menjadi 2 kelompok hak-hak atas tanah, yaitu hak atas tanah bersifat primer dan hak atas tanah bersifat sekunder.

Hak atas tanah bersifat primer disebutkan dalam Pasal 16 ayat (1) UUPA yang meliputi hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai, hak sewa, hak membuka tanah, dan hak memungut hasil hutan. Sedangkan hak atas tanah yang bersifat sekunder disebutkan dalam Pasal 53 ayat (1) yang meliputi hak gadai, hak usaha bagi hasil, hak menumpang dan hak hak sewa tanah pertanian.

Tanah adalah benda tidak bergerak atau benda tetap karena sifatnya, maka dalam hal ini yang dapat dipindahkan hanyalah hak-haknya saja, untuk membuktikan bahwa sebuah bidang tanah adalah milik seseorang haruslah memiliki bukti yang kuat agar dapat dilindungi dan diakui oleh negara. Cara untuk dapat membuktikan bahwa seseorang tersebut berhak atas tanah yang dikuasainya adalah dengan memiliki akta otentik yang dibuat oleh pejabat yang berwenang, tetapi di Indonesia sendiri masih banyak sebuah bidang tanah yang telah dikuasai tetapi tidak memiliki akta otentik, sehingga dikemudian hari menimbulkan masalah bagi penguasa tanah itu sendiri.

Berdasarkan Pasal 53 ayat (1) UUPA yang menyebutkan tentang hak atas tanah bersifat sementara salah satunya adalah menyebutkan tentang hak menumpang, yang mana secara yuridis telah diakui didalam UUPA tersebut, tetapi dalam prakteknya hak menumpang tersebut masih banyak menimbulkan sengketa, dikarenakan hak menumpang hubungan hukumnya lemah, yaitu sewaktu-waktu dapat diputuskan oleh pemilik tanah jika ia memerlukan tanah

7 Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria.

(8)

tersebut.8 UUPA tidak menyebutkan secara spesifik mengenai pengertian hak menumpang. Budi Harsono memberikan pengertian hak menumpang, yaitu hak yang memberi wewenang kepada seseorang untuk mendirikan dan menempati rumah diatas tanah pekarangan milik orang lain. Tanah yang digunakan mungkin sudah ada rumah milik pemilik tanah, tetapi mungkin juga tanah itu merupakan tanah pekarangan yang asalnya masih kosong.9

Berkaitan dengan hak menumpang atas tanah tersebut, sekolah-sekolah di Indonesia sendiri masih banyak yang tanahnya notabene masih menumpang, sehingga hal tersebut mempengaruhi keberlangsungan terhadap sekolah itu sendiri dalam melaksanakan kegiatan belajar-mengajar kepada siswa. Sebagai contoh, pada tahun 2014 silam di Kota Palu, Sulawesi Tengah terdapat 2 Sekolah Dasar yang kegiatan belajar-mengajarnya menumpang kepada sekolah lain, hal ini terjadi karena sekolah tersebut disegel oleh warga yang mengaku sabagai ahli waris tanah tersebut. Hal ini terjadi dikarenakan sekolah-sekolah tersebut tidak memiliki bukti yang kuat dalam penguasaan atas tanah sehingga tidak memiliki kekuatan hukum tetap yang mengakibatkan sekilah tersebut disengketakan oleh orang yang mengaku sebagai ahli warisnya.

Pada dasarnya sekolah menjadi salah satu fasilitas umum yang sangat dibutuhkan oleh seluruh masyarakat, dikarenakan sekolah menjadi salah satu fasilitas pembelajaran yang dapat mencerdaskan dan mensejahterakan kehidupan masyarakat. Begitu pula dengan sekolah-sekolah yang tanahnya masih menumpang, sekolah-sekolah tersebut juga memiliki peran yang sama pentingnya dalam mecerdaskan bangsa, maka seharusnya sekolah-sekolah

8 Boedi Harsono, op.cit. h. 149.

9 Ibid. h. 148.

(9)

tersebut seharusnya mendapatkan perlindungan hukum yang jealas meskipun tanah yang ditempatinya masih menumpang. Berdasarkan penjabaran yang telah disebutkan, penulis tertarik untuk mengangkat fenomena ini menjadi bahan penilitian untuk penulisan skripsi dengan mengabil studi di SDNU Bahrul Ulum yang tanahnya menumpang kepada Yayasan Panti Asuhan Mabarot Sunan Giri yang terletak di Kelurahan Mergosono Kota Malang dengan mengangkat judul “KEPASTIAN HUKUM PENGUASAAN HAK ATAS TANAH OLEH SEKOLAH DASAR NAHDLATUL ULAMA BAHRUL ULUM BERDASARKAN PASAL 53 UNDANG-UNDANG NO.

5 TAHUN 1960 TENTANG PERATURAN DASAR POKOK-POKOK AGRARIA (STUDI DI YAYASAN MABAROT SUNAN GIRI)”

B. Rumusan Masalah

1. Apa latar belakang terjadinya penguasaan hak menumpang atas tanah oleh SDNU Bahrul Ulum terhadap tanah yang dimiliki oleh Yayasan Mabarot Sunan Giri?

2. Bagaimana kepastian hukum hak menumpang atas tanah yang dikuasai oleh SDNU Bahrul Ulum?

C. Tujuan Penelitian

Sebuah penelitian yang dilakukan pada hakikatnya haruslah memiliki suatu tujuan, yaitu untuk memecahkan suatu masalah yang diangkat dalam sebuah penelitian tersebut. Secara spesifik terkait dengan penulisan tugas akhir skripsi ini memiliki tujuan sebagai berikut:

(10)

1. Untuk mengetahui hal-hal yang melatar belakangi terjadinya penguasaan hak atas tanah oleh SDNU Bahrul Ulum terhadap tanah yang dimiliki oleh Yayasan Mabarot Sunan Giri

2. Guna mengetahui kepastian hukum hak menumpang atas tanah yang dikuasai oleh SDNU Bahrul Ulum

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah unutk dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta dapat mendukung untuk mengembangkan dibidang keilmuan mengenai kepastian hukum penguasaan hak menumpang atas tanah yang dikuasai oleh SDNU Bahrul Ulum dengan tanah milik Yayasan Mabarot Sunan Giri, hal ini diharapkan agara dikemudian hari dapat membatu terhadap pihak-pihak yang terkait, dikarenakan sekolah merupakan asset penting daerah untuk mencerdaskan dan mensejahterkan kehidupan masyarakat.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah untuk dapat memberikan masukan dan dasar pemikiran bagi para pihak yang terkait dengan penguasaan hak menumpang atas tanah yang dikuasai oleh SDNU Bahrul Ulum dengan tanah milik Yayasan Mabarot Sunan Giri. Adapun manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat membantu kepada beberapa pihak sebagai berikut :

a. Manfaat Bagi Pemerintah

(11)

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu petimbangan dan masukan dalam kepastian hukum penguasaan hak menumpang atas tanah yang dikuasai oleh SDNU Bahrul Ulum dengan tanah milik Yayasan Mabarot Sunan Giri dan juga diharapkan dapat menjadi referensi untuk menangani problem-problem yang berkaitan dengan penguasaaan hak menumpang atas tanah.

b. Manfaat Bagi Masyarakat

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi wawasan baru bagi masyarakat luas maupun bagi masyarakat yang dikemudian hari bersangkutan dengan SDNU Bahrul Ulum dan Yayasan Mabarot Sunan Giri dalam memahami kepastian hukum hak menumpang atas tanah, hal ini dikarenakan banyak dari masyarakat Indonesia sendiri yang dalam kesehariaannya dalam melakukan aktifitas masihlah menggunakan tanah yang bukan sepenuhnya adalah haknya, sehingga dikemudian hari menyebabkan masalah kepada dirinya sendiri.

c. Manfaat Bagi Penulis

Manfaat dari penelitian ini bagi penulis sendiri adalah untuk menambah wawasan keilmuan dalam bidang hukum serta dapat mengetahui secara menyeluruh tentang kepastian hukum penguasaan hak menumpang atas tanah, yang mana masih belum jelas ketentuaannya dalam Undang-undang Pokok Agraria.

(12)

E. Orisinalitas Penelitian

Berkaitan dengan penelitian ini, sebelumnya telah dilakukan penelitian yang sama berkaitan dengan kepastian hukum hak atas tanah yang dikuasai oleh sebuah instansi sekolah, dan atas penelitian tersebut terdapat persamaan, perbedaan, kontribusi dan nilai kebaruan jika dibandingkan dengan eksistensi penelitian ini, yakni :

Skripsi yang pertama, dengan judul “STATUS HAK ATAS TANAH BENGKOK YANG DIGUNAKAN SEBAGAI LAHAN BANGUNAN

GEDUNG SEKOLAH DI DESA PETUGURAN KECAMATAN

PUNGGELAN KABUPATEN BANJARNEGARA”, yang disusun oleh EKA PURWATI, mahasiswa Universitas Negeri Semarang, memiliki kesamaan dengan penelitian penulis, yakni sama-sama mengkaji dan menganalisis kepastian hukum hak atas tanah yang dikuasai oleh sebuah instansi sekolah, sedangkan perbedaannya objek tanah yang dialasis adalah tanah bengkok yang mana tanah tersebut merupakan milik desa yang memiliki pengaturan- pengaturannya sendiri, sedangkan dalam penelitian penulis objek tanah yang dianalisis merupakan tanah pribadi milik Yayasan Mabrot Sunan Giri yang juga memiliki pengaturan-pengaturannya sendiri. Kontribusi atas penelitian tersebut, berguna untuk menambah wawasan mengenai kepastian hukum hak atas tanah yang dikuasai oleh sebuah instansi sekolah yang asal status tanahnya adalah tanah bengkok.

Skripsi yang Kedua yaitu karya ilmiah yang berbentuk Skripsi, yakni KEPASTIAN HUKUM HAK KOMUNAL DITINJAU DARI PASAL 16 AYAT (1) h UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1960 TENTANG

(13)

PERATURAN DASAR POKOK-POKOK AGRARIA, yang disusun oleh MUHAMMAD ILHAM, Mahasiswa Universitas Dia Nuswantoro, memiliki kesamaan dengan penelitian penulis, yakni sama-sama membahas kepastian hukum hak atas tanah yang masih belum jelas ketetapannya, namun perbedaannya adalah objek penelitian yang diangkat, dalam penelitian ini yang dijadikan objek penelitian adalah kepastian hukum Hak Menumpang Atas Tanah, sedangkan dalam tesis tersebut objek penelitiannya adalah kepastian hukum Hak Komunal. Kontribusi atas penelitian tersebut, adalah berguna sebagai bahan pertimbangan untuk badan Legislatif maupun Pemerintah Pusat untuk menetapkan Hak Komunal kedalam bentuk undang-undang, sehingga sesuai dengan UUPA sebagai Hukum Pertanahan yang berlaku di Indonesia sehingga dapat memberikan jaminan kepastian hukum bagi pemegang Hak Komunal.

Berdasarkan persamaan, perbedaan dan kontribusi yang dimiliki oleh tiap-tiap penelitian tersebut, terdapat kebaruan atas penelitian ini, yakni:

No. PROFIL JUDUL

1. EKA PURWATI

SKRIPSI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

STATUS HAK ATAS TANAH BENGKOK YANG DIGUNAKAN

SEBAGAI LAHAN BANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DI DESA

PETUGURAN KECAMATAN PUNGGELAN KABUPATEN

BANJARNEGARA

(14)

RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana status hak atas tanah bengkok yang telah digunakan sebagai lahan bangunan gedung sekolah di Desa Petuguran?

2. Bagaimana upaya pemerintah untuk melindungi kepentingan hak pemerintah desa dan melindungi keberadaan bangunan gedung sekolah di atas tanah bengkok di Desa Petuguran?

HASIL PENELITIAN

1. Penggunaan tanah bengkok tersebut hanya berdasarkan pada adanya pemberian izin secara lisan dari Kepala Desa Petuguran kepada pihak Dinas Pendidikan dengan memperbolehkan untuk menggunakan tanah bengkok tersebut. Tidak terdapat bukti berupa dokumen apapun terkait pelepasan hak atas tanah untuk pembangunan gedung sekolah dan tanah-tanah bengkok tersebut juga belum satupun didaftarkan.

2. Upaya yang dilakukan Pemerintah Daerah Kabupaten Banjarnegara untuk melindungi kepentingan hak kedua pihak antara Pemerintah Desa Petuguran dan keberadaan bangunan gedung sekolah di atas tanah bengkok tersebut adalah dikeluarkannya Surat Edaran Nomor :710/Setda/2017 tentang Kebijakan Inventarisasi dan Pengamanan Aset Bangunan Milik Pemerintah Kabupaten

(15)

Banjarnegara yang berdiri di Tanah Desa, yaitu melalui Badan Pengelolaan Pendapatan Keuangan dan Aset Daerah (BPPKAD) Kabupaten Banjarnegara. Tujuan dari suratedaran tersebut adalah adanya kerjasama pemanfaatan antara pemerintah desa dengan pemerintah kabupaten yang telah menggunakan tanah desa tersebut supaya keduanya saling memberikan manfaat dan keuntungan.

PERSAMAAN Membahas kepastian hukum hak atas tanah yang dikuasai oleh sebuah instansi sekolah

PERBEDAAN Objek penelitian adalah tanah bengkok yang merupakan tanah milik desa

KONTRIBUSI Berguna untuk menambah wawasan mengenai kepastian hukum hak atas tanah yang dikuasai oleh sebuah instansi sekolah yang asal status tanahnya adalah tanah bengkok

No. PROFIL JUDUL

2. MUHAMMAD

ILHAM

SKRIPSI

KEPASTIAN HUKUM HAK KOMUNAL DITINJAU DARI PASAL

16 AYAT (1) h UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1960 TENTANG

PERATURAN DASAR POKOK- POKOK AGRARIA

(16)

UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO

RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimanakah kepastian hukum hak komunal ditinjau dari Pasal 16 ayat (1) h. UUPA?

2. Apakah sertifikat hak komunal atas tanah memberikan jaminan kepastian hukum yang sama dengan sertifikat hak atas tanah yang diatur dalam Pasal 16 UUPA

HASIL PENELITIAN

1. Hak komunal sebagaimana diatur dalam Permen Nomor 10 Tahun 2016, belum memberikan jaminan kepastian hukum apabila ditinjau dari Pasal 16 ayat (1) h UUPA, karena hak komunal ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Negara Agraria dan Tata Ruang/Kepala BPN berbeda dengan pengaturan hak atas tanah yang dikenal sebelumnya dalam UUPA, serta tidak termasuk dari salah satu dasar terbitnya jenis hak-hak atas tanah lain yang dikenal dalam Pasal 16 UUPA.

2. Sertifikat Hak komunal belum memberikan jaminan kepastian hukum yang sama dengan sertifikat atas jenis hak atas tanah yang diatur dalam Pasal 16 UUPA, selain karena terbitnya hak komunal didasarkan pada Peraturan Menteri, juga terdapat perbedaan syarat pendaftaran haknya antara Permen Nomor 10 Tahun 2016 dengan Peraturan

(17)

Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, yang berlaku pula atas permohonan hak komunal berdasarkam Pasal 19 Permen Nomor 10 Tahun 2016.

PERSAMAAN Membahas kepastian hukum hak atas tanah yang masih belum jelas ketetapannya

PERBEDAAN Objek penelitiannya adalah kepastian hukum Hak Komunal

KONTRIBUSI berguna sebagai bahan pertimbangan untuk badan Legislatif maupun Pemerintah Pusat untuk menetapkan Hak Komunal kedalam bentuk undang- undang, sehingga sesuai dengan UUPA sebagai Hukum Pertanahan yang berlaku di Indonesia sehingga dapat memberikan jaminan kepastian hukum bagi pemegang Hak Komunal

Sedangkan penelitian ini adalah:

PROFIL JUDUL

MUHAMMAD FIRDAUS ZAHRONI

KEPASTIAN HUKUM PENGUASAAN HAK ATAS TANAH OLEH SDNU BAHRUL ULUM BERDASARKAN

(18)

SKRIPSI

UNIVERSITAS ISLAM MALANG

PASAL 53 UNDANG-UNDANG POKOK AGRARIA NO. 5 TAHUN 1960 (STUDI DI YAYASAN MABAROT SUNAN GIRI)

RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang melatar belakangi terjadinya penguasaan hak menumpang atas tanah oleh SDNU Bahrul Ulum terhadap tanah yang dimiliki oleh Yayasan Mabarot Sunan Giri?

2. Bagaimana kepastian hukum penguasaan hak menumpang atas tanah oleh SDNU Bahrul Ulum?

HASIL KEBARUAN

1. Ojek yang dikaji merupakan tanah pribadi milik Yayasan Mabarot Sunan Giri

2. Pengkajian objek kepastian hukum hak atas tanah melalui Hak Menumpang

F. Metode Penelitian

Suatu penelitian haruslah menggunakan sebuah metode penelitian yang akan menjadi salah satu faktor dalam mendapatkan data atas suatu permasalahan yang akan dibahas, dimana metode penelitian merupakan cara utama yang bertujuan untuk mencapai tingkat ketelitian jumlah dan jenis sumber data yang akan didapat. Sebagai suatu karya ilmiah, penelitian ini mempunyai tujuan mengungkapkan kebenaran secara sistematis metodologis, dan konsisten dalam penelitian hukum suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan

(19)

pada sistematika dan pemikiran tertentu dengan jalan menganalisanya.10 Adapun metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian yuridis empiris, yaitu penelitian hukum mengenai pemberlakuan atau implementasi ketentuan hukum normatif secara in action pada setiap peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam

masyarakat.11

Penelitian yuridis empiris merupakan penelitian yang dilakukan di lapangan (penelitian terhadap data primer) yaitu penelitian yang meneliti peraturan perundang-undangan yang selanjutnya digabungkan dengan data dan pengimplementasian peraturan perundang-undangan yang ada dilingkungan masyarakat. Data atau materi pokok dalam jenis penelitian ini diperoleh secara langsung dari para narasumber melalui penelitian lapangan, yaitu para pihak yang terkait dengan Yayasan Mabarot Sunan Giri sebagai pemberi penguasaan hak atas tanah dan SDNU Bahrul Ulum sebagai penguasa hak atas tanah.

2. Pendekatan Penelitian

Metode pendekatan yang digunakan dalam peneletian ini adalah metode pendekatan yuridis sosiologis. Pendekatan yuridis sosiologis merupakan pendakatan dengan mengidentifikasi dan mengkonsepsikan

10 Khudzaifah Dimyati dan Kelik Wardiono, (2004), Metode Penelitian Hukum, Surakarta: FH UMS. h. 3.

11 Abdulkadir Muhammad, (2004), Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung: Citra Aditya Bakti.

h. 134

(20)

hukum sebagai instistusi sosial yang riil dan fungsional dalam system kehidupan yang nyata.12 Pendekatan yuridis sosiologis adalah pendekatan penelitian hukum yang menekankan penelitian dengan tujuan memperoleh pengetahuan hukum secara empiris dengan terjun langsung kepada objek penelitian yang dituju, yaitu tentang kepastian hukum penguasaan hak menumpang atas tanah oleh SDNU Bahrul Ulum dengan tanah milik Yayasan Mabarot Sunan Giri.

3. Lokasi Penelitian

Sesuai dengan judul skripsi yang diangkat, lokasi untuk melakukan penelitian ini berada di SD NU Bahrul Ulum, Jl. Kolonel Sugiono Gg. 7 No. 48, Mergosono, Kota Malang, Jawa Timur 65134 dan Yayasan PA. Mabarot Sunan Giri, Jl. Kolonel Sugiono Gg. 7 No. 48, Mergosono, Kota Malang, Jawa Timur 65134

4. Jenis Data

Sumber data yang digunakan di dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

1) Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber pertama yang terkait dengan permasalahan yang akan dibahas.13 Sumber data diambil dari lapangan secara langsung dengan melakukan wawancara kepada narasumber yang berkaitan dengan SDNU Bahrul Ulum dan Yayasan Mabarot Sunan Giri.

12 Soerjono Soekanto, (2010), Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia Press. h. 51.

13 Amiruddin, (2006), Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

h. 30.

(21)

2) Data sekunder merupakan data-data yang diperoleh dari literatur- literatur yang digunakan sebagai pelengkap sumber data primer.

Sumber data sekunder dalam penelitian ini antara lain:

a) Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang sifatnya mengikat, bahan hukum primer dalam penelitian ini terdiri dari:

a) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945;

b) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria;

c) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata b) Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti rancangan undang-undang, hasil-hasil penelitian, hasil karya dari kalangan hukum. Dalam penulisan penelitian, bahan hukum sekunder memiliki peran untuk memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, contohnya adalah Rancangan Undang- Undang (RUU), hasil karya dari kelangan hukum, hasil-hasil penelitian dan lain sebagainya yang berhubungan dengan pokok permasalahan penelitian.

c) Bahan Hukum Tersier

(22)

Bahan hukum yang ketiga adalah bahan hukum tersier, merupakan data yang memberikan petunjuk serta penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, contoh dalam bahan hukum tersier ini seperti kamus, ensiklopedia, dan lain sebagainya

5. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian yang dilakukan ini dalam mendapatkan data primer dan data sekunder adalah sebagai berikut:

1) Teknik Pengumpulan Data Primer

Penelitian ini dalam mendapatkan data primer penulis mendapatkan sumber data dengan melakukan wawancara dan observasi:

a) Wawancara

Wawancara langsung dilakukan dengan cara tanya jawab secara langsung kepada responden dengan mengajukan pertanyaaan-pertanyaan yang telah disusun secara sistematis dan sesuai dengan isu hukum yang diangkat dalam penelitian yang dilakukan. Wawancara yang dilakukan penulis antara lain:

1) Kepala sekolah SDNU Bahrul Ulum.

2) Pengurus Yayasan Mabarot Sunan Giri; dan 3) Kepala Badan Pertanahan Nasional Kota Malang.

b) Observasi

(23)

Observasi dilakukan terhadap para pihak yang bersangkutan dengan Yayasan Mabarot Sunan Giri dan SD NU Bahrul Ulum.

2) Teknik Pengumpulan Data Sekunder

Penelitian ini dalam mendapatkan data sekunder penulis memahami dan mempelajari tentang permasalahan yang terdapat didalam sumber data yang diteliti. Sumber data sekunder terbagi dalam tiga bagian, yaitu sumber hukum primer, sumber hukum sekunder, dan sumber hukum tersier. Sumber hukum primer dalam penelitian ini adalah peraturan perundang-undangan, yaitu undang- undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria. Sumber hukum sekunder dalam penelitian ini adalah buku- buku yang berhubungan dengan pembahasan dalam penelitian ini, sedangakan sumber hukum tersier biasanya bersumber dari kamus hukum.

6. Populasi dan Sampling

Populasi adalah keseluruhan atau himpunan objek dengan ciri atau karakter yang sama.14 Sedangkan menurut Sugiyono populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.15 Populasi hendaknya diidentifikasi dengan batasan-batasan yang jelas sesuai dengan informasi

14 Bachtiar, (2018), Metode Penelitian Hukum, Tangerang Selatan: UNPAM PRESS. h. 153.

15 Sugiyono, (2010), Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

h. 80.

(24)

atau data yang dibutuhkan sama seperti sampel penelitian, maka dalam penelitian ini menetapkan populasi adalah Yayasan Mabrot Sunan Giri dan SDNU Bahrul Ulum.

Teknik sampling adalah serangkaian metode statistika yang terkait dengan cara untuk pengambilan sampel, dan sampel adalah suatu bagian dari populasi penelitian yang dimana digunakan dalam memperkirakan suatu hasil dalam penelitian. Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan Purposive Sampling, yaitu teknik sampling sumber data dengan tujuan atau pertimbangan tertentu, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi objek atau situasi sosial yang diteliti.16 Berdasarkan teknik sampling yang digunakan, penulis menetapkan pihak-pihak yang berkaitan sesuai dengan isu hukum yang diangkat sebagai sampling, yaitu pengurus Yayasan mabarot Sunan Giri dan Kepala Sekolah SDNU Bahrul Ulum.

7. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dapat dimaknai sebagai suatu proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam pola, kategori dan satuan dasar setelah itu dilanjutkan dengan penafsiran (interpretasi) data.17 Setelah data yang diperoleh dilapangan dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang telah disebutkan, selanjutnya data-data yang sudah diperoleh akan dikelola dan dianalisa agar dapat diambil

16 Bachtiar, op.cit., h. 154.

17 Rahmadi, (2011), Pengantar Metodologi Penelitian, Banjarmasin: Antasari Press. h. 92.

(25)

kesimpulannya. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik kualitatif.

Teknik analisis kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, dan memilah- milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mesistensikannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan menemukan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.18 Teknik analisis data kualitatif merupakan suatu teknik yang memberikan gambaran dan penginterpretasian terhadap data-data yang telah dikumpulkan, sehingga peneliti memperoleh gambaran secara umum dan menyeluruh tentang keadaan sebenarnya.

G. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan sebuah skripsi, maka diperlukan adanya sistematika penulisan agar dapat mudah dipahami oleh pembaca, agar tersusun secara sistematis, dan mempermudah dalam penulisan penyusunan skripsi. Di dalam sistematika penulisan ini menjelaskan mengenai isi dari tiap-tiap bab sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Substansi dalam pendahuluan meliputi beberapa sub bab yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, orisinalitas, metode penelitian, dan terakhir sistematika penelitian.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

18 Lexy J. Moloeng, 2010, Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta: Rosdakarya. h. 248.

(26)

Tinjauan pustaka berisi tentang landasan teori yang berkaitan dengan rumusan masalah yang akan dibahas. Pertama akan menguraikan tentang penguasaan hak atas tanah. Bagian kedua akan menguraikan hak-hak atas tanah menurut Undang-Undang Pokok Agraria. Bagian ketiga akan menguraikan tentang peralihan hak-hak ataas tanah, dan bagian keempat akan menguraikan tentang teori kepastian hukum.

BAB III : HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang hasil penelitian yang akan dikaji dan dianalisa secara sistematis berdasarkan perumusan masalah yang telah dipaparkan, yang pertama adalah pembahasan mengenai hal-hal yang melatar belakang terjadinya penguasaan hak menumpang atas tanah oleh SDNU Bahrul Ulum terhadap tanah yang dimiliki oleh Yayasan Mabarot Sunan Giri. Kedua akan membahas mengenai kepastian hukum hak menumpang atas tanah yang dikuasai oleh SDNU Bahrul Ulum.

BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab yang terakhir terdiri dari dua sub bab yaitu kesimpulan dan saran.

Kesimpulan yang dimaksud adalah apa yang disimpulkan oleh peneliti dari analisa pada bab III. Dari kesimpulan tersebut maka akan timbul hal-hal rekomendasi dalam permasalah yang sudah diteliti, dengan harapan dapat memberikan manfaat bagi seluruh pihak terkait.

(27)

DAFTAR PUSTAKA Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Dasar 1945

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Nomor 2043)

Undang-Undang No. 2 Tahun 1960 Tentang Perjanjian Bagi Hasil Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah

(Lembaran Negara 3696)

Buku

Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung; Citra Aditya Bakti.

Abu Azam Al-Hadi, 2010, Hukum Perwakafan Tanah dalam Islam di Indonesia, Jember: Pena Salsabila.

Achmad Ali, 2010, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) & Teori Peradilan (Judicialprudence) Termasuk Undang-Undang (Legisprudence), Jilid 1, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Adrian Sutedi, 2007, Peralihan Hak Atas Tanah dan Pendaftarannya, Jakarta:

Sinar Grafika.

Adrian Sutedi, 2011, Sertifikat Atas Tanah, Jakarta: Sinar Grafika.

Amiruddin, 2006, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Bachtiar, 2018, Metode Penelitian Hukum, Tangerang Selatan: UNPAM PRESS.

Bernhard Limbong, 2014, Politik Pertanahan, Jakarta: Pustaka Margaretha.

J. Satrio, 1992, Hukum Waris, Bandung: Alumni.

Khudzaifah Dimyati dan Kelik Wardiono, 2004, Metode Penelitian Hukum, Surakarta: FH UMS.

Lexy J. Moloeng, 2010, Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta: Rosdakarya.

Mochtar Kusumaatmadja, 2000, Pengantar Ilmu Hukum Suatu Pengenalan Pertama Ruang Lingkup Berlakunya Hukum, Bandung: Alumn

Muchsin, Imam Koeswahyono, 2008, Aspek Kebijaksanaan Hukum Penatagunaan Tanah dan Penataan Ruang, Malang: Sinar Grafika.

(28)

Muhammad Yamin Lubis, Abd. Rahim Lubis, 2010, Hukum Pendaftaran Tanah, Bandung: Mandar Maju.

Muwahid, 2016, Pokok-Pokok Hukum Agraria di Indonesia, Surabaya: UIN Sunan Ampel Press.

Nia Kurniati, 2016, Hukum Agraria, Sengketa Pertanahan, Penyelesaianya Melalui Arbitrase Dalam Teori Dan Praktik, Bandung: Refika Aditama.

Soerjono Soekanto, 2010, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia Press.

Sugiyono, 2010, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Supriadi 2007, Hukum Agraria, Jakarta: Sinar Grafika.

Urip Santoso, 2012, Hukum Agraria Kajian Komprehensif, Jakarta:

Prenadamedia Group.

____________, 2017, Hak Atas Tanah, Hak Pengelolaan, Dan Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun, Depok: Kencana

____________, 2019, Pedaftaran dan Peralihan Hak Atas Tanah, Jakarta Timur:

Pranada Media.

Jurnal

Chindy F. Lamina, 2014, Peralihan Hak Atas Tanah Pewarisan, Lex Privatum, Vol. II., No. 3.

Rahmat Ramadhani, 2017, Jaminan Kepastian Hukum yang Terkandung Dalam Sertipikat Hak Atas Tanah, De Lega Lata, Vol. 2, No. 1.

Harris Yonatan Paramahan Sibuea, 2011, Arti Penting Pendaftaran Tanah Pertamakali, Jurnal Negara Hukum, Vol. 2, No. 2.

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan manfaat penelitian yang ingin dicapai adalah (1) Manfaat teoritis yaitu untuk menambah khazanah keilmuan tentang bagaimana etika hukum Islam dalam strategi pemasaran

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Bagi peneliti, Dapat menambah wawasan keilmuan mengenai pengembangan chatbot atau robot chatting dapat

Manfaat dalam penelitian ini, antara lain manfaat teoritis,yang dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan psikologi industri organisasi dengan memberikan informasi

Penulis secara teoritis diharapakan dapat menambah wawasan dan pengetahuan di bidang karya ilmiah, serta dapat mengembangkan ilmu pengetahuan khusunya dalam hukum

Dalam penelitian ini manfaat teoritis diharapkan dapat menambah wawasan serta keilmuan dalam proses pembelajaran pada anak usia dini terkait dengan pemberian

1) Kegunaan teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan peneliti dan menambah khasanah ilmu pengetahuan dan mengembangkan wawasan dalam bidang akuntansi

1.5 Manfaat 1.5.1 Manfaat Teoritis Studi kasus ini diharapkan dapat menambah pengalaman dalam penelitian serta menambah pengetahuan penulis tentang studi kasus asuhan kebidanan

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis/Akademis Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti atau orang lain tentang